Penulisan hadis pada masa Nabi dilakukan secara tidak resmi oleh beberapa sahabat untuk menguatkan hafalan, meski tidak diperintahkan secara resmi. Nabi menyampaikan hadis di berbagai tempat seperti masjid, pasar, dan rumah untuk didengar langsung oleh sahabat. Nabi juga mendorong penyebaran ilmu dengan memberikan motivasi berupa pahala bagi pengajar dan penuntut ilmu.
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Hadis pada masa rasul
1. Penulisan dan Penyebaran Hadis Pada Masa Rasulullah
Oleh:
Nurrohmah Hidayah 12140001
Fitriani Robiah 12140009
Adib Arisma S 12140022
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Universiatas Islam Negeri
Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2012
2. A. PENULISAN HADIS PADA
MASA NABI
Penulisan adalah suatu media terpenting bagi
pemeliharaan ilmu pengetahuan dan
penyebarannya kepada masyarakat. Kegiatan
menulis dalam memelihara ilmu pengetahuan
sudah dilakukan di zaman nabi Muhammad
saw. Ini dapat dilihat dari bukti-bukti ketika
nabi masih hidup, banyak sahabat yang masih
menyimpan catatan yang disimpan beliau.
3. Hadis tidak diperintahkan oleh Nabi
Muhammad saw untuk menulisnya secara
resmi dan melarang mereka menulis,
seperti diperintahkan menulis Al-Qur’an.
Nabi Muhammad saw hanya memberikan
izin penulisan kepada beberapa sahabat
secara individu dan mereka tidak tukar –
menukar hadis. Tulisan hadis yang mereka
miliki hanya mereka simpan sebagai
penguat hafalan mereka. Namun hal ini
tidak menghalangi adanya para sahabat
yang menulis hadis dengan cara tidak
resmi. Memang ada beberapa atsar yang
shahih yang menegaskan adanya para
sahabat menulis hadis di masa nabi.
4. Tulisan sahabat pada
masa Rasulullah SAW.
Al-Shahifah al-shahifah
Ditulis oleh Abdullah bin ‘Amr bin
‘Ash..
Shahifah Ali bin Abi Thalib
Shahifah Sa’ad bin ‘Ubadah
5. B. Cara Rasul Menyampaikan
Hadis
Umat islam dapat secara langsung
memperoleh hadis dari rosullulah saw
sebagai sumber hadis.
6. a. Tempat Rasulullah
Menyampaikan Hadis :
1. Masjid
2. Pasar
3. Dalam perjalanan(safar)
4. dan ketika beliau muqim (berada di
rumah).
Melalui tempat-tempat tersebut, Rasulullah SAW
menyampaikan hadis melalui sabdanya yang didengar
langsung oleh para sahabat (melalui musyafahah) dan
terkadang melalui perbuatan serta taqrir-nya yang
disaksikannya oleh mereka (melalui musyafahah)
7. b. Cara Rasulullah SAW Dalam
Menyampaikan Hadis
1. Melalui para jamaah yang berada di pusat pembinaan
atau majlis al ilmi.
2. Rosululloh SAW juga menyampaikan hadisnya melalui
para sahabat tertentu, kemudian mereka
menyampaikannya kepada orang lain
3. Melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka,seperti
ketika haji wada’ dan Fathul Mekkah.
4. Melalui “teguran”, yaitu terhadap seorang petugas yang
telah melakukan “korupsi” berupa penerimaan hadiah
dari masyarakat ketika bertugas mengumpulkan zakat
(amil)
5. Untuk hal-hal sensitive, seperti soal keluarga dan
kebutuhan biologis, Biasanya Rasulullah sampaikan
melalui istri-istrinya.
8. Langkah-langkah Rasul dalam menyebarkan Hadis
Mendirikan Sekolah
• Sekolah dalam arti tradisional didirikan begitu Rasul tiba di Madinah.
Dengan fokus kebijakan pada pengiriman guru dan khatib ke berbagai
wilayah di luar madinah, misalnya ke Adzal Qara pada tahun ke-3 H
dan Bir Ma’unah pada tahun ke-4 H, ke Najran, Yaman dan Hadramaut
pada tahun ke-9 H.
– . Penyebaran Informasi
• Perhatikan sabda Rasul: “Sampaikan ilmu dariku walaupun satu ayat”
fokus kebijakan senada dapat ditemukan pada khutbah Rasul pada haji
wada’: “Hendaknya yang hadir menyampaikan amanat ini kepada yang
tidak hadir”.Ini menjadi bukti bahwa tradisi penyebaran informasi
tentang perbuatan dan ucapan Nabi merupakan praktek umum sejak
awal Islam.
• Delegasi yang datang ke Madinah diperintah mengajarkan anggota
masyarakatnya, seperti yang terjadi pada diri Malik bin Huwayrith, yang
diperintahkan untuk mengemban tugas tersebut oleh Rasul. Ia
konsisten melaksanakan tugas ini bahkan selama lama Rasul wafat.
– . Memberi Motivasi bagi pengajar dan Penuntut Ilmu
9. • Rasul tak hanya memerintahkan untuk mendidik masyarakat, tapi juga
disertai penyebutan pahala yang berlipat ganda bagi para pengajar
dan penuntut ilmu. Kebijakan ini juga diperkuat dengan ancaman bagi
orang yang enggan menyebarkan ilmu.
• Perhatikan lima hadits Nabi ini: Pertama, ”Belajar dan menuntut ilmu
adalah wajib bagi tiap muslim” Kedua, “ orang yang menyembunyikan
ilmu dapat dimasukkan ke neraka”. Ketiga, “ Barang siapa menempuh
jalan menuju pencapaian ilmu, maka Allah akan memasukkan ke dalam
surga, dan para malaikat mengembangkan sayapya, karena senang
kepada para penuntut ilmu, serta seluruh penghuni surga dan bumi,
bahkan ikan di kedalaman lautan memohonkan ampun untuknya”.
Keempat,Nabi bersabda:” Jika anak cucu Adam meninggal, amalnya
terputus, kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan
doa anak saleh untuknya”. Kelima, Nabi bersabda: “ Mereka menolak
terlibat dalam proses pendidikan akan mendapatkan hukuman yang
akan menimpa mereka”.
10. • Rasul tak hanya memerintahkan untuk mendidik masyarakat, tapi juga
disertai penyebutan pahala yang berlipat ganda bagi para pengajar
dan penuntut ilmu. Kebijakan ini juga diperkuat dengan ancaman bagi
orang yang enggan menyebarkan ilmu.
• Perhatikan lima hadits Nabi ini: Pertama, ”Belajar dan menuntut ilmu
adalah wajib bagi tiap muslim” Kedua, “ orang yang menyembunyikan
ilmu dapat dimasukkan ke neraka”. Ketiga, “ Barang siapa menempuh
jalan menuju pencapaian ilmu, maka Allah akan memasukkan ke dalam
surga, dan para malaikat mengembangkan sayapya, karena senang
kepada para penuntut ilmu, serta seluruh penghuni surga dan bumi,
bahkan ikan di kedalaman lautan memohonkan ampun untuknya”.
Keempat,Nabi bersabda:” Jika anak cucu Adam meninggal, amalnya
terputus, kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan
doa anak saleh untuknya”. Kelima, Nabi bersabda: “ Mereka menolak
terlibat dalam proses pendidikan akan mendapatkan hukuman yang
akan menimpa mereka”.