Tugas resensi ini membahas manajemen mutu pendidikan Islam. Ada beberapa masalah yang dihadapi pendidikan Islam seperti rendahnya kualitas manajemen kepala sekolah dan tenaga pengajar, serta dukungan masyarakat. Teori-teori manajemen mutu diterapkan pada pendidikan, seperti Total Quality Management. Sistem penjaminan mutu penting untuk meningkatkan pelayanan pendidikan.
1. TUGAS RESENSI
MENEJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM
Dosen: Dr. Deden Maqbulloh, M.Ag
Disusun Oleh :
Nama : Moh. Imron Hamzah
NPM : 1422010128
Program Study : PAI
Semester : 1 ( satu )
Kelas : F
PROGRAM PASCA SARJANA
IAIN REDEN INTAN BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2. BAB I
MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pokok Permasalahan Manajemen Mutu
Manajemen mutu dalam bidang pendidikan masih tergolong baru dibandingkan dengan
manajemen mutu bidang ekonomi industri. Teori manajemen mutu kemudian menjadi
kebutuhan dalam mengolah lembaga-lembaga pendidikan hingga era persaingan merebut
jaringan mutu.
B. Masalah Menejemen Pendidikan Islam
Madrasah merupakan lembaga pendidikan islam yang berkembang subur di kalangan
umat islam termasuk di Indonesia. Madrasah sebagai lembaga pendidikan islam formal
yang terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia memerlukan manajemen
mutu. Selama masa orde baru banyak pakar menilai bahwa kelemahan dalam
penyelenggara pendidikan nasional, antara lain: pertama, kebijakan pendidikan nasional
yang sangat sentralistik, mengabaikan keragaman realitas kondisi social, ekonomi,
budaya masyarakat Indonesia di berbagai daerah. Kedua, penyelenggara pendidikan
nasional lebih berorientasi kepada pencapaian target-target tertentu, seperti target
kurikulum, mengabaikan proses mengabaikan proses pebelajaran yang efektif dan
mampu menjangkau seluruh tanah danpotensi peserta didik.Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional (UUSPN) Bab III
Pasal 4 Ayat 6 mengamanatkan agar pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan
semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan. Undang-Undang tentang Sisdiknas tersebut telah
menjadi kesepakatan bersama dan kebutuhan untuk mengatur model sistem pendidikan
nasional.Standar Nasional Pendidikan lebih lanjut diatur secara terperinci dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Pasal 3 PP
tersebut dinyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perncanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.Para ahli telah memberikan kontribusi pemikiran
terhadap regulasi-regulasi pendidikan desentralistik dan otonomi. Fasli Jalal menulis
buku Pendidikan dalam konteks Otonomi Daerah yang membahas adanya peluang dan
tantangan dalam pengolahansistem pendidikan.Kajian tentang otonomi daerah,
manajemen berbasis madrasah dan kurikulum tingkat satuan pendidikan mestinya
melahirkan lembaga-lembaga pendidikan yang maju dan mandiri.Investasi jangka
panjang yang paling potensial untuk mendapat perhatian yaitu sector
pendidikan.Madrasah secara teoretis dikaji melalui pengembangan teori pendidikan
islam.Mutu madrasah di Indonesia diukur dengan standar nasional yang menggunakan
ole Badan Akreditasi Nasional (BAN) sekolah/madrasah.Madrasah agar dapat
berkembang dalam era persaingan global, perlu dikelola dengan baik melalui penerapan
teori-teori manajemen mutu.Kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni mendorong masyarakat Muslim untuk mewujudkan cita-citanya melalui proses
pendidikan Islam yang bermutu.
Pendidikan Islam sebagai sebuah proses yang belangsung cepat dan dinamis termasuk
yang paling banyak menghadapi problematika.masalah pokok yang di hadapi oleh
madrasah adalahsebagai berikut :
3. 1. Rendahnya kemampuan manajerial kepala madrasah, mencangkup : kurang mampu
mengembangkan inovasi pendidikan, kurang menguasai prinsip-prinsip manajemen
pendidikan berbasis madrasah, kurang mampu mendayagunakan sumber daya,
lemahnya sistem administrasi dan keuangan, serta kuranganya monitoring dan
evaluasi capaian hasil pendidikan.
2. Rendahnya kualitas tenaga pengajar mencangkup : guru mengajar tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikan (75% mismatch), guru kurang menguasai materi, guru
kurang menguasai metodologi pengajaran yang efektif, guru kurang menguasai media
dan alat pembelajaran, guru kurang mengakses buku-buku dan pengetahuan baru, guru
kurang mampu mengoperasiakan computer sebagai alat pendukung tugas pokok dan
fungsi guru, dan rendahnya insentif.
3. Rendahnya dukungan masyarakat, mencangkup : kurang partisipasi masyarakat dalam
program peningkatan mutu pendidikan madrasah, belum fungsionalnya komite
madrasah, lemahnya tingkat ekonomi masyarakat pengguna madrasah.
Permasalahan yang timbul dalam sistem pendidikan islam berupa madrasah, yaitu :
1. Aspek komponen madrasah, meliputi : visi, misi, dan tujuan yang tidak memiliki
focus, kualifikasi dan kompetensi guru yang belum standar, tenaga kependidikan
kurang memiliki skill dalam tugas pokok dan fungsinya, input peserta didik yang
hetrogen dari kalangan ekonomi lemah, kurikulum yang tumpang tindih dan
mengulang-ulang, netode dan strategi pembelajaran yang monoton sehingga
membosankan guru dan peserta didik, sarana dan prasarana belajar yang tidak
mencukupi kebutuhan, lingkungan belajar kurang kondusif, evaluasi hasil
pembelajaran yang masih kognitif oriented, lulusan yang tidak siap pakai.
2. Aspek politik pendidikan, meliputi: kebijakan yang tidak adil, anggaran
pendidikan belum menjadi prioritas, daya saing bangsa masih lemah,serta
menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan yang tidak memerhatikan setandar
mutu.
3. Aspek manajemen pendidikan, meliputi: perencanaan tidak berbasis data dan
standar mutu, pengorganisasian sumber daya yang tidak optimal,pelaksanaan
program tidak berdasarkan rencana strategis, dan pengawasa mutu tidak
berkelanjutan.
4. Aspek ipteks, meliputi: pemanfaatan jaringan teknologi informasi sangat
sederhana, hasil-hasil penelitian kurang di publikasikan dengan baik.
C. Perbedaan Teori Manajemen Mutu Pendidikan
Teori manajemen mutu (quality managemen) telah banyak di terapkan dalam berbagai
bidang, antara lain: industri dan akademik (industrial and academic leaders), produksi
dan jasa, profit dan non-profit, baik organisai besar maupun kecil bahkan di percayai dan
diletakkan sebagai a flurry of activity.
Berdasarkan uraian hasil-hasil penelitian tentang manajemen mutu, perbedaaan
akademiknya terletak pada pengukuran dan mengelola mutu itu sendiri, bukan pada
penting tidaknya manajemen mutu. Nina Becket dan Maureen Brookes menyatakan
bahwa banyak Negara mengadopsi modelpengukuran mutu, seperti TMQ, EFQM
Excellence Model.Balanced scorecard, Malcom Baldridge Award, ISO 9000 series,
Busines process re-engineering, dan SERVQUAL.
4. BAB II
TRANSFORMASI TEORI MANAJEMEN MUTU
Teori manajemen mutu dalam bidang pendidikan mulai diperkenalkan tahun 1990-an setelah
mencapai sukses dalam bidabg industri pada tahun 1990-an di jepang.
A. Konsep Mutu Pendidikan
Menurut Daming, mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Menurut Jura, mutu
suatu produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi
keputusan pelanggan.Pendapat para ahli manajemen mutu bidang industry diatas, terdapat
dua arus pemikirantentang konsep mutu. Menurut kelompok pertam, bahwa kepuasan
pelanggan menjadi target yang harus di capai dalam penjualan produk. Artinya pelanggan
sebagai sasaran utama dalam penjualan produk harus di perhatikan tingkat kepuasannya,
bukan sekedar produk laku terjual.Menurut kelompok kedua, bahwa suatu prduk memiliki
kuakitas apabila sesuai dengan yang telah dtentukan. Standar kualitas meliputi bahan
baku, proses produksi, dan produk jadi.Implementasi kedua arus pemikiran di atas dapat
di kompromikan, yaitu bahwa mutu memiliki dua aspek utama, yaitu pertama produknya
memenuhi tuntutn pelanggan. Kedua, produk sesuai dengan syandar.
B. Framework Manajemen Mutu dalam Bidang Pendidikan
Kata “manajemen” berasal dari bahas latin, yaitu kata manus yang berarti tangan dan
agare yang berarti melakukan. Kata mamus dan agree digabungkan menjadi managere
yang artinya menagani. Kata managerediterjemahkan dalam bahasa inggris dalam bentuk
kata kerja, yaitu to manage, sedangkan menurut kata benda yaitu management.
Selanjutnya, kata management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dalam bentuk
kata benda yaitu pengelolaan. Kata pengolaan mengandung makna yang sangat
umum,sehingga dapat digunakan dalam segala aspek aktivitas dan kehidupan
manusia.Pengertian manajemen menurut fungsinya adalah proses kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, dan pengendalian sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien.Teori yang berkembang dalam bidang
manajemen dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: teori kelasik, teori neoklasik, dan
teori modern.
Pertama, Teori Kelasik yang berasumsi bahwa manusia itu sifatnya rasional dan
organisasi bekerja dengan pendekatan ilmiah yang berlangsung secara terstruktur.
Kedua, Teori Neo-klasik yang berasumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial yang
harus dikembangkan untuk mengaktualisasikan diri manusia.
Ketiga, Teori Moderen yang berasumsi bahwa organisasi adalah sistem yang terbuka dan
kompleks.
Pertama, lembaga pendidikan berbeda dengan layanan jasa dan perdagangan lainnya,
karena tugas pendidikan agar siswa memiliki berbagai nilai dan kepercayaan yang
semuannya sukar untuk diukur.
Kedua, tujuan pendidikan termasuk yang sukar diukur tingkat ketercapainya pada saat
siswaselesai proses belajar mengajarnya disekolah.
Ketiga, Peserta didik disatu pihak sebagai pelanggan yang harus diberikan pelayanan
pendidikan dan pembelajaran terbaik, namun disisi lainnya sebagai manusia dapat
menentukan sendiri pilihan terbaiknya.
5. Keempat, Kepala Sekolah dan Guru memiliki profesi yang sama yaitu latar belakang guru.
Kelima, Manajemen Sekolah menghadapi masalah fragmentatif, sehingga pengambilan
keputusan sekolah banyak dipengaruhi oleh faktor tuntutan dari pihak luar, seperti
wali siswa, pemerintah dan lapangan kerja.
Keenam, Kepala Sekolah memiliki tugas mengajar yang sering menjadi sibuk.
Tujuan manajemen mutu menghendaki adanya perubahan budaya, yaitu dari budaya
slogan (buzzword) menjadi budaya kepuasan pelanggan (customer satisfaction), sehingga
meletakkanmutu di atas segalanya.
BAB III
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
A. Urgensi Penjaminan Mutu Dalam Pendidikan
Teori Anderson didukung David A. Waldman dengan meneliti relasi antara individu-
individu dalam organisasi dengan proses sistem manajemen yang menyimpulkan bahwa
manajemen mutu terpadu (total quality management) memiliki kontribusi terhadap teori-
teori pengembangan sumber daya manusia dalam kesempurnaan kinerja.Secara historis,
gerakan untuk menerapkan manajemen mutu dalam bidang pendidikan dimulai sejak
tahun 1980-an di Amerika Serikat.Manajemen mutu adalah filosofi komprehensif dari
kegiatan dalam organisasi yang menekankan pencarian secara konsisten terhadap
perbaikan yang berkelanjutan.
Menurut Sashkin dan Kiser, ada delapn elemen mutu yang sangat penting, yaitu:
1. Informasi mutu harus digunakan untuk meningkatkan mutu.
2. Otoritas harus seimbang dengan tanggung jawab terhadap mutu.
3. Tersedia hadiah atas tercapaian mutu.
4. Kerja sama menjadi basis kerja tim.
5. Warga sekolah harus aman dalam melaksanakan kerja.
6. Iklim keterbukaan harus tersedia.
7. Gaji harus adil, dan
8. Warga sekolah harus merasa memiliki.
Berbeda lagi dengan Joseph C. Field yang mengemukakan ada enam langkah yang harus
dilalui untuk menerapkan manajemen mutu, yaitu:
1. Mempelajari dan memahami TQM secara menyeluruh
2. Memahami dan mengapdosi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus.
3. Menilai jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu.
4. Membangun sistem mutu terpadu.
5. Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya mutu sebagai tujuan
untuk mempersiapkanperbaiakan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu
kelompok.
6. Mempelajari teknik untuk menyerang atau mengatasi akar persoalan (penyebab) dan
mengaplikasikan tindakan koreksi dengan menggunakan teknik dan alat TQM.
TQE dapat disubut pula Total Quality Chool (TQS) sebagaimana Arcaro dengan lima
pilarnya, yaitu:
6. 1. Fokus kepada pelanggan baik internal maupun eksternal.
2. Adanya keterlibatan total.
3. Adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah.
4. Adanya komitmen, dan
5. Adanya perbaikan yang berkelanjutan.
Tujuan otonmi daerah di bidang pendidikan, yaitu:
Pertama, meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih dekat, cepat, mudah, murah, dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan menekankan pada demokratisasi dan
berkeadilan, menjunjung tinggi hak manusia, nilai keagamaan, kultural, sistemik dan
multimakna.
Kedua, pembudayaan dan pemberdayaan sumber daya.
Ketiga, mengembangkan kreativitas sekolah.
Keempat, meningkatkan daya saing di era global.
B. Siklus Penjaminan Mutu Pendidikan
1. Perencanaan Mutu Pendidikan
Perencanaan (planning) merupakan fungsi pertama dalam siklus manajemen mutu.
Perencanaan ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Hardoko, perencanaan meliputi pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan
organisasi, penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, system,
anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan dapat di susun dalam tiga katagori, yaitu jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
Teori Inkremental menurut Husaini Usman berdasarkan pada kemampuan institusi dan
kinerja personalianya. Jika objek yang direncanakan sesuai dengan kemampuan
sumber daya yang ada dan memberikan manfaat memadai, barulah direncanakan.
Teori Advokasi menekankan pada hal-hal yang bersifar umum.
Teori radikal menurut Husaini Usman menekankan pada kebebasan lembaga local
untuk melakukan perncanaan sendiri, dengan maksud agar lebih cepat memenuhi
kebutuhan local.
Perencanaan pendidikan menurut Husaini Usman memiliki tiga pendekatan, yaitu :
kebutuhan sosial, ketenagakerjaan, dan pendekatan terpadu.
2. Pelaksanaan Rencana Berbasis Standar MutuPelaksanaan merupakan fungsi kedua
dalam siklus manajemen mutu terpadu setelah perencanaan. Pelaksanaan yang tidak
sesuai rencana sama buruknya dengan rencana yang tidak
dilaksanakan.Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas
yang lebih kecil, memberikan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan
kemampuannya, mengalokasikan sumber daya, serta mengoordinasikannua dalam
rangka efektivitas pencapaian tujuan.
3. Pengawasan Mutu
Pengawasan (check) merupakan langkah ketiga dalam siklus manajemen mutu setelah
perencanaan dan pelaksanaan. Fungsi pengawasan meliputi evaluasi terhadap
pencapaian standar.Tujuan pengendalian, yaitu:
7. Pertama, untuk menghindarkan kesalahan, penyimpangan penyelewengan, dan
pemborosan.
Kedua, untuk mencegah terulangnya kembali kesalahan.
Ketiga, untuk mendapatkan cara-cara dan prosedur yang lebih baik]
Keempat, untuk meningkatkan kinerja organisasi.
4. Audit Mutu Internal dan Eksternal
Audit mutu merupakan prosedur dalam siklus penjaminan mutu yang bertujuan untuk
memastikan tingkat capaian mutu berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan
dalam perencanaan mutu.
5. Tindakan Perbaikan dan Peningkatan mutu berkelanjutan
Tindakan (action) perbakan dan peningkatan mutu berkelanjutan merupakan siklus
keempat dalam manajemen mutu setelah perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Mutu pendidikan dapat dicapai secara bertahap, sehingga di perlukan berkelanjutan
dalam perbaikan dan meningkatkan mutu tersebut.
BAB IV
MADRASAH: LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
A. Dinamika Madrasah
Dinamika madrash di Indonesia berbeda dengan sejarah awal munculnya madrasah di Timur
Tengah sebagai lembaga pendidikan formal yang dikenal sejak awal abad ke-11 M/5 H (1065
M/457 H) yaitu terkenalnya Madrasah Nizhamiyah di Baghdad yang didirikan oleh Nizham
Al-Mulk seorang wazir Dinasti Saljuk (w.485 H). kecendrungan pendapat umumnya
menyatakan bahwa lembaga madrasah mulai didirikan dan berkembang pada masa tersebut.
Pada masa itu ajaran islam telah berkembang secara luas dalam bentuk aliran atau mazhab
dalam bidang fiqih, ilmu kalam, atau ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lain yang
mencangkup bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika (aljabar), dan ilmu bumi.
Tampaknya popularitas Nizhamiyah inilah yang dijadikan pertimbangan oleh penulis sejarah
ketika memasukkannya sebagai madrasah besar yang menjadi tonggak pertama madrasah
didunia islam yang berpengaruh ke berbagai Negara Muslim. Menurut Bulliet, system
madrasah yang pertama didirikan bukan Nizhamiyah, tetapi madrasah Al-Baihaqiyyah (abad
4-H/10 M)dan madrasah Al-Sa’diyyah di Nisyapur yang didirikan oleh sabaktikin (Saudara
Raja Mahmud pada abad ke-9 M).
B. Eksistensi Madrasah
Salah satu kasus di provinsi Lampung bahwa madrasah dibagi menjadi tiga tipe, yaitu
madrasah regular, khusus, dan model.
C. Madrasah Dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Nasional
Pada masa awal kemerdekaan, madrasah tidak dengan sendidrinya dimasukkan ke dalam
system pendidikan nasional. Madrasah memang terus hidup, tetapi tidak memperoleh bantuan
sepenuhnya dari pemerintah. Madrasah dan dunia pendidikan Islam pada umumnya dibiarkan
hidup meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan hidup apa adanya. Pemerintah
pada awal kemerdekaan baru memberikan dukungan moral kepada umat Islam agar madrasah
ditingkatkan mutunya.Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenagan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom mengatur desentralisasi pendidikan, di mana
pengaturan mengenaipendidikan oleh pemerintah pusat hanya berfokus diantaranya pada
penetapan setandar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional
dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, penetapan standar
materi pelajaran pokok, penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik,
penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
BAB V
MODEL PENGEMBANGAN TEORI MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM
A. Urgensi Pengembangan Mutu Pendidikan Islam
Pengembangan pendidikan islam adalah proses peningkatan dari kondisi pendidikan islam
saat ini menuju kondisi mutu pendidikan islam yang lebih sempurna melalui pemikiran dan
tindakan terhadap teori manajemen mutu yang dikembangkan.
Pengembangan mutu pendidikan islam dapat di lakukan pada
Fase pertama, mendiagnosis kebutuhan pengembangan.
Fase kedua, merancang-rancang pengembangan dengan menyusun program pengembangan
sebagai pendahuluan.
Fase ketiga, melaksanakan program pengembangan yang sesuai dengan rencana dan
dukungan berbagai komponen untuk menilai relevansi program yang di pilih dan
dilaksanakan pada kesempatan tersebut, serta melakukan koordinasi terutama dalam rangka
mewujudkan profesionalisme.
Fase keempat, tindakan evaluasi program pengembangan.
B. Pengembangan Sistem Jaminan Mutu Pendidikan Islam
Salah satu framework dalam manajemen mutu pendidikan Islam, yaitu total quality
management sebagai teori modern yang berkembang secara global.Langkah pertama,
perencanaan mutu berdasarkan pada data hasil-hasil audit mutu internal sebelumnya.Langkah
kedua, untuk memastikan bahwa apa yang direncanakan tersebut berjalan dengan baik sesuai
dengan aturan yang ditetapkan dalam rangka mencapai mutu terbaik, maka diperlukan kantor
mutu.Langkah ketiga, perbaikan mutu meningkat apa yang telah dicapai dalam mutu perlu
terus ditingkatkan. Perbaikan mutu dilakukan jika terdapat kesalahan yang menyebabkan
mutu tidak tercapai dengan baik.
C. Pengembangan Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Islam
Agar lembaga pendidikan islam tetap eksis di tengah persaingan global, perlu memiliki
strategi peningkatan mutu dan cara pengukurannya. Strategi tersebut pada dasarnya bertumpu
pada kemampuan memperbaiki dan merumuskan visinya setiap zaman yang dituangakn
dalam rumusan tujuan pendidikan yang jelas. Tujuan tersebut, dirumuskan dalam program-
program dengan sasaran yang hendak di capai.Tujuan pendidikan madrasah merupakan hasil
khusus yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan dan standar yang dituntut oleh pihak yang
berjepentingan internal dan eksternal, termasuk pasar kerja.
9. BAB VI
MANAJEMEN MUTU PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Karakteristik peserta didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah mencari ilmu.
Dalam ilmu pendidikan islam hakikat ilmu berasal dari Allah Swt., sedangkan proses
memperolehnya dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar. Belajar dapat dilakukan oleh
diri sendiri atau melalui orang lain. Oleh karena ilmu itu bersumber dari Allah Swt., maka
konsekuensinya seorang peserta didik perlu mendekatkan diri kepada Allah Swt.,Dalam
pandangan islam, ilmu dapat di peroleh dengan cara bertanya kepada orang yng menguasai
ilmu tersebut. Keberanian bertanya merupakan salah satu faktor penting bagi kesuksesan
belajar seorang peserta didik.Perintah bertanya dalam ayat tersebut, menunjukan bahwa
seorang peserta didik berhak untuk bersikap kritis. Peserta didik dapat bertanya tentang
sesuatu yang belum jelas dan masih ragu-ragu, sehingga memerlukan jawaban guru yang
lebih meyakinkan.Menurut Al-Ghazali, ilmu itu kehidupan hati dari kebutuhan, sinar
penglihatan dari kegelapan dan kekuatan badan dari kelemahan yang menyampaikan hamba
pada kedudukan orang-orang yang bijak dan derajat tinggi.Cara orang berilmu mencapai
kesempurnaan yaitu ia mengetahui kekurangan-kekurangan atas dirinya dan melenyapkan
kekurangan tersebut serta memperbaikinya. Semakin bertambah ilmu, maka semakin
melakukan perbaikan atas kekurangannya dan pada gilirannya ia akan semakin
sempurna.Menurut Muhammad Ra’fat Said, para sahabat terhadap ilmu begitu besar,
sehingga pada saat-saat sibuk dengan urusan lain seperti perang fi sabilillah dan sebagianya,
mereka mewakili kepada beberapa orang untuk tetap tinggal bersama Rasulullah Saw. Dan
mendengarkan hadis-hadis yang diucapkannya.Menurut Al-Nawawi, syarat peserta didik
yaitu bersikap tawadhu terhadap ilmu dan guru, karna hanya dengan sikap tawadhu itulah
ilmu dapat tercapai. Ilmu itu musuhnya sifat sombong seperti banjir tidak suka dataran yang
tinggi.Jika merujuk pada Al-Qur’an, Istilah ulul albab yang mengandung sifat-sifat manusia
yang baik berkaitan dengan pemahaman ilmu pengetahuan. Menurut Al-Qur’an, ulul albab
adalah kelompok manusia tertentu yang di beri keistimewaan oleh Allah Swt. Berupa
Hikmah, kebijaksanaan, dan pengetahuan, di samping science. ulul albab adalah kelompok
orang yang sungguh-sungguh dalam menekuni ilmu, sehingga ilmu menjadi mendalam.
Termasuk bersungguh-sungguh dalam menekuni ilmu, yaitu kegemaran mentafakuri ciptaan
Allah Swt. Dilangit dan dibumi. Tafakur ini yang sekarang disebut science.
BAB VII
MANAJEMEN MUTU SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Sumber daya manusia (SDM) yang paling menentukan maju mundurnya suatu madrasah
adalah tebaga guru. Oleh sebab itu, mutu guru dalam madrasah perlu di kaji secara mendalam,
karena selain terdapat perbedaan mendasar dengan konsep Barat, juga karena telah terjadi
pergeseran yang berarti dalam masyarakat islam tentang profesi guru.
Pertama, sifat rabani artinya selalu mengaitkan diri dengan Allah yang Maha Agung
melalui pemahaman atas sifat-sifat-Nya.
Kedua, sifat iklas. Iklas adalah perbuatan membersihkan dan memurnikan: sesuatu
yang bersih dari campuran yang mencemarinya.
Ketiga, sifat sabar. Kesabaran terdiri dari pengetahuan keadaan, dan amal.
10. Keempat, ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang guru harus
memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang ia ajarkan dalam kehidupan peribadinya.
Kelima, seorang guru harus senantiasa meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan.
Seorang guru harus memliki ilmu yang mantap.
Keenam, harus cerdikdan terampil dalam menciptakan metode pengajaran yang
variatif serta cocok dengan materi pelajaran. Artinya kepemilikan ilmu saja tidak cukup jika
tidak mampu menyampaikan tidak tepat.
Ketujuh, harus mampu bersikap tegas dan proporsional. Jika situasi menuntut tegas,
maka tidak perlu lemah lembut lagi tetapi pada prinsipnya tetap menjaga kasih saying.
Kedelapan, guru harus memahami pisikolog anak, pisikolog perkembangan dan
pisikolog pendidikan, sehingga ketika ia mengajar dapat memahami dan memperlakukan anak
didik sesuai dengan kadar intelektual dan kesiapan secara pisikolog.
Kesembilan, guru harus peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia mampu
memahami berbagai kecenderungan dunia beserta akibat-akibat yang di timbulkan terhadap
anak.
Kesepuluh, harus memiliki sifat adil terhadap seluruh anak didik.
BAB VIII
STANDAR MUTU DAN AKREDITAS MADRASAH: STUDI KASUS
Ada beberapa factor yang secara prinsip dan teori pendidikan menyebabkan perbedaan mutu
yang di peroleh, antara lain:
1. Potensi peserta didik dalam berbagai aspek berbeda-beda.
2. Sumber daya yang dimiliki berbeda-beda, dan
3. Sarana dan prasarana penunjang pendidikan berbeda.
Mutu madrasah secara umum sebagaimana mutu sekolah, dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Rumusan visi, misi, dan tujuan.
2. Kompetensi guru dan sumber daya manusia lainnya.
3. Pengembangan kurikulumnya.
4. Efektivitas proses belajar mengajar.
5. Relevansi sarana dan prasarananya
6. Akurasi evaluasinya, dan
7. Kualitas input dan output peserta didiknya.
A. Sistem Penjaminan Mutu Madrasah
Madrasah menggunakan sistem penjaminan mutu yang beragam yaitu antara eksternal,
yakni Badan Akreditas Nasional Sekolah/ Madrasah dan internal. Hal ini berdasarkan
hasil survai bahwa sesuai dengan peraturan pemerintah setiap madrasah harus
diakreditasi sehingga menggunakan BAN-S/M (Badan Akreditas Nasional
Sekolah/Madrasah).
B. Implementasi Model Penjamin Mutu Badan Akreditas Nasional (BAN)
Sekolah/Madrasah.
Implementasi peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 86 ayat (1) di perlukan Badan penjamin mutu dalam bentuk
11. akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan di Indonesia untuk menentukan
kelayakan program dan satuan pendidikan tersebut.
Berdasarkan instrument akreditas SMA/MA yang digunakan BAN-S/M terdapat
delapan komponen yang dinilai kualitasnya yaitu:
1. Standar Isi Madrasah Aliyah
Madrash melaksanakankurikulum berdasarkan Sembilan komponen muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yaitu mata pelajar, muatan local, kegiatan
pengembangan diri, pengaturan beban belajar, kertuntasan belajar, kenaikan kelas
dan kelulusan, penjurusan, pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan berbasis
kunggulan local dan global.
2. Standar Proses Madrasah Aliyah
Madrasah mengembangkan silabus secaara mandiri. Dan setiap mata pelajaran
memiliki RPP yang dijabarkan dari silabus sebanyak 13 mata pelajaran atau lebih.
Bentuk RPP yaitu mencangkup : identitas mata pelajaran, SK dan KD, Indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, lokasi waktu yang
diperlukan, metode pembelajaran.
3. Standar Kopetensi Lulusan Madrasah Aliyah
Rata-rata nilai ketuntasan belajar mata pelajaran kelompok iptek ditetapkan 75,0
atau lebih. Dan madrasah menjalankan kegiatan siswa yang dapat menganalisis
dan memecahkan masalah-masalah kompleks sebanyak emapt jenis dan/atau
empat kali atau lebih dalam satu tahun terakhir. Rata-rata nilai ketuntasan belajar
mata pelajaran IPA dan IPS ditetapkan 75,0 atau lebih.
4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Madrasah Aliyah
Sebanyak 76-100% guru berpendidikan minimum S-1 atau D-IV. Semua guru
bertindak sesuai dengan norma agama , hokum, social, serta peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
5. Standar Sarana Prasarana Madrasah Aliyah
Memiliki lahan luas 76-100% atau lebih dari ketentuan lahan minimal. Dan berada
dilokasi aman, terhindar dari potensi bahaya mengancam kesehatan dan
keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat.
6. Standar Pengelolaan Madrasah Aliyah
Madrasah merumuskan dan menetapkan visi, mudah dipahami dan sering
disosialisasikan, dan menetapkan misi, mudah dipahami dan sering
disosialisasikan, dan menetapkan tujuan, mudah dipahami da sering
disosialisaikan.
7. Standar Pembiayaan Madrasah Aliyah
Madrasah memiliki catatan tahunan berupa dokumen nilai aset sarana dan
prasarana secara menyeluruh selama tiga tahun terakhir. Dan madrasah
membelanjakan biaya sebanyak 76-100% dari anggaran pengembangan
pendidikan dalam RKA madrasah, yaitu untuk biaya pendidikan lanjut, pelatihan,
seminar.
8. Standar Penilaian Madrasah Aliyah
Sebanyak 76-100% guru menginformasikan rancangan dan criteria penilaian
kepada siswa, dan sebanyak 76-100% silabus mata pelajaran dilengkapi indicator
pencapaian KD dan teknik penilaian.
12. BAB IX
MASA DEPAN MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan menerapkan sistem penjaminan mutu internal ada dua yaitu:
Pertama, untuk perbaikan mutu secara berkelanjutan dan
Kedua, untuk akuntabilitas lembaga pendidikan islam.
Selanjutnya, tujuan penjaminan mutu eksternal yaitu untuk mendapatkan pengakuan
stakeholders. Tentu saja, lembaga pendidikan islam yang sudah terjamin kualitasnya akan
mendapat kepercayaan masyarakat. Jika sudah dipercaya oleh masyarakat maka akan
mendapat pengakuan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders).Mutu madrasah dapat
di capai secara bertahap mulai dari aspek yang rutinitas dalam pembelajaran, hingga aspek
yang paling kompleks penuh tantangan akibat perkembangan dan tuntutan zaman.Gaya
kepemimpinan kepala madrasah memiliki peranan yang penting dalam mencapai mutu
pendidikan. Model kepemimpinan kepala madrasah dalam sistem penjaminan mutu sangat
dominan.Atas dasar tersebut, standar mutu perlu disusun bersama oleh pihak
sekolah/madrasah dengan lembaga penjaminan mutu yang anggarannya dapat difasilitasi oleh
pemerintah dengan pengukuran mutu yang bertahap dan berkelanjutan.Hasil kajian ini dalam
konteks perdebatan teori cenderung mengompromikan teori John Biggs dan teori Bowden
yang saling bertentangan tentang sifat penjaminan mutu antara prospective atau retrospective.
Bentuk kompromi dalam kajian ini yaitu dimulai prospective untuk merumuskan desain
model mutu yang di cita-ciatakan dalam rencana strategis lembaga pendidikan, kemudian
retrospective mengukur apa yang telah dilakukan dalam sistem manajemen mutu sebagai
basis data.