1) Dokumen tersebut membahas konsep manusia menurut pandangan agama Islam, dengan menjelaskan pengertian manusia secara umum dan Islam. 2) Secara umum, manusia didefinisikan sebagai makhluk paling sempurna dalam berbagai bidang ilmu. 3) Sedangkan secara Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk ciptaan Allah yang terdiri atas dimensi jasmani dan rohani, diciptakan secara bertahap dari tanah
1. 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, dan paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya termasuk diantaranya
Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lainnya. Oleh karena itu ia telah menjadi
sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua
lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak
karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinya masing-
masing, tetapi sampai sekarang para ahli belum mencapai kata sepakat
tentang manusia. Ini terbukti dari banyaknya penamaan manusia,
misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia
ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang
ekonomi), dan sebagainya.
Dalam hal ini agama Islam tidak menggolongkan manusia kedalam
kelompok binatang (animal) selama manusia mempergunakan akalnya
dan karunia Tuhan lainnya. Namun, kalau manusia tidak mempergunakan
akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya
yakni pemikiran (rasio), kalbu, jiwa, raga, serta panca indera secara baik
dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan seperti
yang dinyatakan Allah didalam Al-Qur‟an surat Al-A‟raf ayat 179 yang
berbunyi : “Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-
orang yang lalai.
2. 2
Begitu menariknya pembahasan tentang mansuia itulah yang membuat
penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang Konsep Manusia Menurut
Pandangan Agama Islam.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini permasalahan yang kami tinjau adalah :
1. Apakah pengertian manusia secara umum?
2. Apakah pengertian manusia secara Islam?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian manusia secara umum
2. Menjelaskan pengertian manusia secara Islam
3. Secara praktik
a. Sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
b. Sebagai bahan diskusi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam
D. METODE PENELITIAN
Didalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode,
antara lain seperti :
1. Library Reseach atau Kepustakaan. Maksudnya bahwa dalam
pembuatan atau penyusunan karya ilmiah ini berdasarkan kajian atau
telaahan dari berbagai buku kepustakaan, terutama yang ada hubungan
dengan judul yang penulis kemukakan, yang penulis kutip secara
langusung ataupun tidak langsung.
3. 3
2. Metode Komperatif, yaitu dengan cara membandingkan beberapa
pendapat orang lain dan pengalaman penulis sendiri untuk dapat dijadikan
satu kesimpulan-kesimpulan yang dipandang penting oleh penulis.
E. Sistematika Penulisan
Bab I, berisikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan dan Sistematikan Penulisan.
Bab II, berisikan Teori Manusia secara umum dan Manusia menurut Islam
yang menguraikan Hakekat Manusia dan Manusia Asal
Bab III, yaitu Penutup yang berisikan Kesimpulan dan Saran-Saran.
4. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANUSIA SECARA UMUM
1. Pengertian Manusia Menurut Ilmu Sains
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai
esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu
gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur
dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan
mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan
alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab
yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada
sistem nilai.
2. Pengertian Manusia Menurut Ilmu Sosiologi
Pengertian manusia menurut ilmu sosiologi adalah bagian dari
masyarakat yang dibedakan menjadi dua, yaitu manusia sebagai makluk
individu dan manusia sebagai makluk sosial yang melakukan interaksi
dalam kehidupanya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan
rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan
sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang
tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan
5. 5
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia
ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia.
3. Pengertian Manusia Menurut Ilmu Biologi
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens
(Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan
mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Maanusia biasanya
dipelajari sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka Bumi.
Pembelajaran biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis
serta ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan.
Secara biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo
sapiens. Satu-satunya subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens ini
adalah Homo sapiens sapiens. Mereka biasanya dianggap sebagai satu-
satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus Homo. Manusia
menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang sempurna.
Dengan adanya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai
depan dapat digunakan untuk memanipulasi obyek menggunakan jari
jempol (ibu jari).
Ada 3 teori dalam konsepsi manusia yaitu :
1. Teori Evolusi.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang sarjana Perancis
J.B de Lamarck yang menyatakan bahwa kehidupan berkembang dari
tumbuh – tumbuhan menuju binatang dan dari binatang menuju manusia.
Teori ini merupakan perubahan atau perkembangan secara berlahan –
6. 6
lahan dari tidak sempurna menjadi perubahan yang sempurna.
2. Teori Revolusi
Teori revolusi ini merupakan perubahan yang amat cepat bahkan
mungkin dari tidak ada menjadi ada. Teori ini sebenarnya merupakan kata
lain untuk menanamkan pandangan pencipta dengan kuasa Tuhan atas
makhluk-Nya. Pandangan ini gabungan pemikiran dari umat manusia
yang berbeda keyakinan yaitu umat Kristen dan umat Islam tentang
proses kejadian manusia yang dihubungkan dengan keMaha Kuasaan
Tuhan.
3. Teori Evolusi Terbatas.
Teori ini adalah gabungan pemikiran dari pihak-pihak agama yang
berlandaskan dengan alasan-alasan serta pembuktian dari pihak sarjana
penganut teori evolusi. Seperti yang dikemukakan oleh FransDahler, yang
mengakui bahwa tumbuh-tumbahan, binatang, dan manusia selama
ribuan atau jutaan tahun yang benar-benar mengalami mutasi
(perubahan) yang tidak sedikit.
B. PENGERTIAN MANUSIA SECARA ISLAM
1. Hakikat Manusia
Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur‟an menggunakan tiga
istilah pokok. Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun,
dan sin, seperti kata insan, ins, naas, dan unaas. Kedua, menggunakan
kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam dan dzurriyat Adam.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata
yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar
kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Al-Qur‟an
menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan
7. 7
sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut
lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan
demikian, kata basyar dalam Al-Qur‟an menunjuk pada dimensi material
manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini
lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia.
Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia
terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Allah swt. berfirman:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu
dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang
biak. (Q.S. ar-Rum [30]: 20)
Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak,
harmonis, dan tampak. Musa Asy‟arie menambahkan bahwa kata insan
berasal dari tiga kata: anasa yang berarti melihat, meminta izin, dan
mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak.
Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih
tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil dari
kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-
Qur‟an, kata insaan disebut sebanyak 65 kali. Kata insaan digunakan Al-
Qur‟an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa
dan raga. Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi‟ menegaskan bahwa makna
kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang
membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban
takliif dan amanat kekuasaan.
Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup
menggambarkan hakikat manusia dalam Al-Qur‟an. Dari dua kata ini, kami
menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling
sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa
8. 8
dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi
wakil Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-ardl).
2. Asal-usul Penciptanya
Al-Qur‟an telah memberikan informasi kepada kita mengenai
proses penciptaan manusia melalui beberapa fase: dari tanah menjadi
lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering, kemudian
Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s.[14] Hal ini
diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72.
.
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku,
maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.” (Q.S.
Shaad [38]: 71-72.)
Perhatikan juga firman Allah dalam Surah al-H{ijr [15] ayat 28-29.
.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila
Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29)
Dalam Al-Qur‟an, kata ruh (ar-ruh) mempunyai beberapa arti.
Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan
penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan
manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti
kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul
9. 9
dibanding seluruh makhluk yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari
Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk mengenal Allah swt. dan
beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan
menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-
nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang
dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang
tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.
Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu
kesatuan yang saling melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan
keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya. Dengan
memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua
unsur tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian
manusia secara akurat.
Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan
penciptaan manusia yang berasal dari tanah.
.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam
rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,
kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara
kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
10. 10
sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah. (Q.S. al-Hajj [22]: 5)
.
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami
bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik.
(Q.S. al-Mu‟minuun [23]: 13-14)
Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan
tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula
dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan memakai bahan
tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi, penciptaan
manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang
merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan
Al-Qur‟an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini
merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur‟an
menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai,
maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses
penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai
berikut. Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah.
Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia adalah
keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau
ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan
11. 11
yang berasal dari tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah
tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur‟an dengan
istilah nutfah. Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan
menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio („alaqah). Keempat,
proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging
(mudlghah). Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mudlghah.
Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai
berubah menjadi tulang belulang („idzaam). Keenam, proses penciptaan
manusia selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses
peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan
mulai bergerak. Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya
lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.
Manusia islam pula manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu :
a) Jasmani
Yang terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah
b) Ruh.
Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk
menghidupkan jasmani saja.
c) Jiwa. (An Nafsun/rasa dan perasaan).
Terdiri atas 3 unsur:
a. Syahwat/Lawwamah (darah hitam), dipengaruhi sifat Jin,
sifatnya adalah: Rakus, pemalas, Serakah, dll
(kebendaan/materialis)-menjadi beban masyarakat.
b. Ghodob/Ammarah ( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat
Iblis, Sifatnya adalah: Sombong, Merusak, Angkara murka dll
(Menentang)-Menjadi pengacau masyarakat.
c. Natiqoh/Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat malaikat,
Sifatnya adalah: Bijaksana, Tenang, Berbudi luhur,
Berachlak Tinggi dan Mulia- Menciptakan kedamaian dan
kasih sayang.
12. 12
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan pada Bab terdahulu
dapat disimpulkan bahwa :
a. Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Penamaan
manusia, biasa disebut dengan nama homo sapien (manusia
berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang
kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi),
dan sebagainya.
b. Islam adalah : Kedamaian, kesejahteraan, keselamatan,
penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan. Dari perkataan
selamat, salm tersebut timbul ungkapan Assalmualaikum
yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia.
Artinya (mengandung do‟a dan harapan) semoga anda
selamat, damai, sejahtera.
c. Pengertian manusia menurut agama Islam adalah makhluk
ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman (kepada
Allah), dengan mempergunakan akalnya mampu memahami
dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala
alam, bertanggung jawab atas perbuatannya dan berakhlak.
B. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan kepada para pembaca tentang makalah
ini adalah semoga dengan para pembaca sekalian membaca makalah ini
dapat menambah sedikit ilmu pengetahuan, tidak hanya mengerti tetapi
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta saran yang diberikan
kepada para pembaca mengenai isi makalah ini diharapkan kita sebagai
manusia selalu ingat bahwa kita adalah makhluk yang sempurna yang
diciptakan oleh Tuhan.