SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
A. Pendahuluan
       Masalah pendidikan adalah merupakan masalah pertama dan mendasar
dalam hidup dan kehidupan manusia karena pendidikan merupakan hakekat hidup
manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama dengan proses
berkembangnya hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu hendaknya semua
manusia harus mengutamakan pendidikan agar kehidupannya menjadi lebih baik
di masa mendatang.
       Dalam kaitannya dengan masalah pendidikan Islam sebagai ilmu terletak
pada hakekat (ontologi), dasar-dasar (epitemologi) dan kegunaan (aksiologi) dari
pendidikan islam itu sebagai suatu kajian ilmu (sains) yang harus dipelajari dan
diajarkan agar ilmu pendidikan itu bermanfaat dan berguna untuk        membina
kehidupan manusia.
       Pendidikan Islam bersumber pada Al-Qur’an dan hadits adalah untuk
membentuk manusia yang seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia
agar dapat menjalankan seluruh kehidupannya sebagaimana yang telah
dituntunkan Allah dan Rasul-Nya demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
dengan kata lain untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu
memanusiakan manusia sesuai dengan kehendak Allah SWT yang menciptakan-
Nya.
       Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan. Oleh
karena itu dengan segala potensi yang dimilikinya manusia berusaha untuk maju
dan berkembang untuk mencapai kesempurnaan itu. Manusia setiap saat
membutuhkn ilmu dari manapun datangnya, baik dari lingkungan atau alam
semesta dan juga diperlukan pengaruh dari luar yang oleh Slamet Imam Santoso
disebutnya dengan istilah pendidikan. Manusia sesuai dengan kodratnya itu
menghadapi tiga persoalan yang bersifat universal, dikatakan demikian karena
persoalaan tersebut tidak tergantung pada kurun waktu ataupun latar belakang
historis kultural tertentu. Persoalan itu menyangkut tata hubungan atar dirinya
sebagai mahluk yang otonom dengan realitas lain yang menunjukkan bahwa
manusia juga merupakan makhluk yang bersifat dependen. Persoalaan lain



                                       1
menyangkut kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk dengan kebutuhan
jasmani yang nyaris tak berbeda dengan makhluk lain seperti makan, minum,
kebutuhan akan seks, menghindarkan diri dari rasa sakit dan sebagainya tetapi
juga sebuah kesadaran tentang kebutuhan yang mengatasinya, menstrandensikan
kebutuhan jasmaniah, yakni rasa aman, kasih sayang perhatian, yang semuanya
mengisyaratkan adanya kebutuhan ruhaniah dan terakhir, manusia menghadapi
problema yang menyangkut kepentiangan dirinya, rahasia pribadi, milik pribadi,
kepentingan pribadi, kebutuhan akan kesendirian, namun juga tak dapat disangkan
bahwa manusia tidak dapat hidup secara “soliter” melainkan harus “solider” ,
hidupnya tak mungkin dijalani sendiri tanpa kehadiran orang lain. Belum lagi
manusia dalam konsep Islam mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat
berat yaitu “Abdul Allah “ (hamba Allah) satu sisi dan sekaligus sebagai
“Kholifah fil Ardli” (wakil Allah di muka bumi).


B. Pembahasan
1. Manusia Perspektif Filsafat Pendidikan
        Sejarah filsafat bermula di pesisir samudera Mediterania 1 bagian timur,
pada abad ke-6 SM. Sejak semula, filsafat ditandai dengan rencana ummat
manusia untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia dan Tuhan. Itulah
sebabnya, sehingga Filsafat dapat diartikan sebagai pandangan hidup dari seorang
atau masyarakat bangsa. Oleh karena filsafat menjadi kerangka acuan dalam
menentukan pola kehidupan warga suatu masyarakat bangsa tersebut. Dengan
demikian     filsafat   sebagai    pandangan      hidup    menyangkut       pula   tentang
hubungannya dengan manusia. Tepatnya adalah pandangan filsafat tentang
manusia dalam kaitan dengan kepentingan pendidikan, sebab upaya yang paling
efektif untuk mewariskan nilai-nilai yang termuat dalam pandangan hidup
dimaksud adalah melalui pendidikan.
        Merujuk pada hal itu, maka sebelum membahas bagaimana konsep
filsafat pendidikan tentang manusia itu sendiri, tentunya perlu terlebih dahulu kita

        1
         Majid Fahry , Sejarah Filsafat Islam (Sebuah Peta Kronologis), Cet. I, Mizan, 2001,
Bandung, hal. 1.



                                             2
ketahui bagaimana pandangan Islam tentang konsep manusia itu. Hal ini
setidaknya akan membantu pengenalan sosok manusia yang sebenarnya dalam
konsep filsafat pendidikan yakni yang berkaitan dengan manusia sebagai subyek
sekaligus merupakan obyek dari pendidikan.


2. Konsep Manusia
       Bentuk dan pola peran seseorang, secara garis besar dapat kita lihat dari
kedudukan yang ditempatinya. Sedangkan untuk mengetahui hal itu, kita perlu
tahu akan penamaan yang disandangnya. Begitu pula tentang peran manusia dapat
dirujuk antara lain melalui berbagai sebutan yang diberikan pada manusia.
       Dalam Alqur’an manusia disebut dengan berbagai nama antara lain : al-
Basyr, al- Insan, an- Nas, dan konsep Bani Adam yang hal ini sebagai penolakan
terhadap teori Darwin tentang evolusi bahwa manusia adalah keturunan dari kera.
Adapun pemahaman tentang peran manusia erat kaitannya dengan sebutan yang
disandangnya.
              a. Konsep Al- Basyr ( (
       Manusia dalam konsep al- Basyr, dipandang dari pendekatannya biologis.
Sebagai mahluk biologis berarti manusia terdiri atas unsur materi, sehingga
menampilkan sosok dalam bentuk fisik material yaitu berupa tubuh kasar
(ragawi).2
       Berdasarkan konsep al- Basyr, manusia tak jauh berbeda dengan makhluk
biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah-
kaidah prinsip kehidupan biologis lain seperti berkembang biak, mengalami fase
pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan serta
kedewasaan. Manusia memerlukan makan, minum dengan kreteria halal serta
bergizi (QS. 16 : 69) untuk hidup dan ia juga butuh akan pasangan hidup melalui
jalur pernikahan (QS. 2 : 187) untuk menjaga, melanjutkan proses keturunanya
(QS. 17: 23-25).



       2
           Prof. Dr. H. Jalaludin, Teologi Pendidikan,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2001, hal
19.



                                                 3
b. Konsep Al- Insan (               )
       Al- Insan terbentuk dari akar kata Nasiya (                     ), Nisyu
(                 ) yang berati lupa, dari kata Insu (         ) artinya senang,
jinak,harmonis, dan ada juga dari akar kata Naus (        ) yang mengandung arti
“pergerakan atau dinamisme”. Merujuk pada asal kata al- Insan dapat kita pahami
bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi yang positif untuk tumbuh serta
berkembang secara fisik maupun mental spiritual. Di samping itu, manusia juga
dibekali dengan sejumlah potensi lain, yang berpeluang untuk mendorong ia ke
arah tindakan, sikap, serta prilakun negatifdan merugikan.3
       c. Konsep An- Nas (                 )
       Kosa kata An- Nas dalam Al- Qur’an umumnya dihubungkan dengan
fungsi manusia sebagai makhluk social. Manusia diciptakan sebagai makhluk
bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita kemudian
berkembang menjadi suku dan bangsa untuk saling kenal mengenal “berinterksi”
(QS. 49 : 13). Hal ini sejalan dengan teori “strukturalisme” Giddens yang
mengatakan bahwa manusia merupakan individu yang mempunyai karakter serta
prinsip berbeda antara yang lainnya tetapi manusia juga merupakan agen social
yang bisa mempengaruhi atau bahkan di bentuk oleh masyarakat dan kebudayaan
di mana ia berada dalam konteks sosial.
       d. Konsep Bani Adam (                      )
       Manusia sebagai Bani Adam, termaktub di tujuh tempat dalam Al-Qur’an
(Muhammad Fuad Abd al- Baqi :1989). Menurut a- Gharib al- Ishfahany, bani
berarti keturunan dari darah daging yang dilahirkan. Berkaitan dengan penciptaan
manusia menurut Christyono Sunaryo, bahwa bumi dan dunia ini telah diciptakan
Allah SWT jutaan tahun sebelum Nabi Adam AS diturunkan dibumi , 7000 thn
yang lalu. Pada waktu itu Allah SWT sudah menciptakan “manusia” (somekind of
humanoid) jauh sebelum Nabi Adam AS diturunkan :




       Al Ankabuut – Ayat 19

       3
           Ibid, hlm, 21.




                                          4
29:19. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya , kemudian mengulanginya (kembali) .
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.4
         Ayat ini memperlihatkan bahwa kita seharusnya dapat memperhatikan
adanya pengulangan kerena memang telah terjadi. Bukan pengulangan
kebangkitan kembali nanti setelah hari kiamat , karena (pengulangan) kebangkitan
setelah kiamat itu belum terjadi , sehingga masih sulit untuk di mengerti oleh yang
tidak percaya .
         Dan banyak ayat-ayat al- Qur’an, data dan kejadian yang menunjang
concept pemikiran ini . Seperti misalnya : Pada saat manusia akan diciptakan
Allah SWT untuk menjadi kalifah dibumi, bagaimana para Malaikat mungkin
mengetahui bahwa manusia hanya akan membuat kerusakan diatas bumi .
Sedangkan Malaikat hanya mengetahui apa-apa yang diberitahukan Allah SWT
kepada mereka . Tentunya karena memang mereka pernah mengetahui adanya
“manusia” dibumi sebelum Adam AS diciptakan..
         Oleh sebab itu Allah SWT selalu menyatakan bahwa : “Manusia (anak-
cucuAdam AS ) diciptakan dalam kesempurnaan-nya” . Dalam Injil dikatakan
bahwa “Man was created upon the image of God).. Serta banyak kalimat pada
Taurat (Perjanjian Lama) yang membedakan antara “anak manusia” dan “anak
Allah” , “adanya manusia-manusia yang besar pada saat itu” , bagaimana takutnya
anak-anak Adam yang keluar dari surga dengan adanya ancaman / gangguan
diluar, dsb.
         Apapun yang dikatakan dalam kitab-kitab suci , ilmu pengetahuan ataupun
teknologi dapat membuktikan bahwa ada sisa-sisa “manusia” yang telah berumur
jutaan       tahun.   Bahkan   teori   Darwin   pun   mengalami      kesulitan   dalam
menghubungkan manusia purba dengan manusia masa kini (The missing-
linktheorema).

         4
         Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek
pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an Departemen Agama RI, 1984/1985



                                           5
3. Manusia dan Psikologinya
        Keberadaan manusia dalam dunia ini dilengkapi dengan dua keadaan
yakni terdiri dari jasad dan ruh ;artinya, makhluk yang jasadiah serta ruhaniahnya
sekaligus. Manusia bukanlah makhluk ruh murni dan bukan jasad murni
melainkan manusia merupakan makhluk secara misterius terdiri dari kedua
elemen ini juga yang disebut dengan entitas ketiga yaitu “jati dirinya sendiri”.5
Realitas yang mendasari dan prinsip yang menyatukan apa yang kemudian
dikenal dengan manusia bukanlah perubahan jasadnya melainkan keruhaniannya.
        Al- Ghazali dalam memandang jiwa itu tidak terlepas dari empat kata
yaitu : hati (qalb), roh (ruh), jiwa (nafs), dan akal (a’ql )6.
        1. Nafs
        Kata nafs dating dalam berbagai bentuk baik mufrad atau jama’. Ia
menunjukkan manusia sebagai makhluk hidup yang asalnya satu. Dalam al-
Qur’an kata Nafs ini menunjukkan pada diri (self) sebagai keseluruhan yang lebih
menyatakan motivasi dan aktifitas hidup manusia.
        2. Qalb
        Menurut Hasan Langgulung kata Qalb yang terdapat al-Qur’an
kebanyakan berkisar pada arti perasaan (emosi) dan intelektual pada manusia.
Oleh sebab ia merupakan dasar bagi fitrah yang sehat berbagai perasaan baik
mengenai cinta atau benci, dan tempat petunjuk, iman, kemauan, sekaligus
sebagai kontrol terhadap segala aktifitas manusia.
        3. Ruh
        Ruh biasanya menunjukkan aspek suatu hakekat (realitas) yang abstrak
yang mempunyai unsur illahi dan berhungan dengan manusia secara khusus.
        4. Aql
        Kata Aql menurut Hasan Langgulung muncul dala al-Qur’an tidak ada
yang menunjukkan abstrak (masdar) sama sekali melainkan kata kerja dengan

        5
           Syed M. Naquib Al- Attas, filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, (terj.Wan Mohd Nor
Wan Daud), Mizan, Bandung, Cet. I, 2003, hal. 94.
         6
           Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, PT Al-Husna Zikra, Jakarta,
Cet.I, 2000, hal. 302.



                                              6
berbagai bentuknya. Karenanya Aql ini lebih menunjukkan pada aspek pemikiran
pada manusia. Seperti QS. Albaqarah : 75, dan 44, al- Anfal : 22, serta al- Mulk :
10.
        Dalam hal ini Al-Attas berpendapat bahwa setiap sebutan ini memiliki dua
makna, yang satu merujuk pada aspek-aspek jasadiah ataupun kebinatangan dan
satunya merujuk pada aspek keruhaniah. Dengan demikian ketika aspek itu
bergelut dengan sesuatu yang berkaitan dengan intelektual dan pemahaman, ia
(yaitu, ruh manusia) disebut “intelek” ketika mengatur tubuh, ia disebut “jiwa” ,
ketika sedang mengalami pencerahan intuisi, ia disebut “hati” dan ketika kembali
ke dunianya yang abstrak, ia disebut “ruh” pada hakekatnya.ia selalu aktif
memanifestasikan dirinya dalam keadaan apapun.


4. Manusia dan Proses Pendidikan
        Paulo freire, tokoh pendidikan Amerika Latin mengatakan bahwa tujuan
akhir dari proses pendidikan adalah memanusiakan manusia (humanisasi), tidak
jauh berbeda dengan pandangan diatas M. Arifin berpendapat, bahwa proses
pendidikan pada akhirnya berlangsung pada titik kemampuan berkembangnya tiga
hal yaitu mencerdaskan otak yang ada dalam kepala (head) kedua, mendidik
akhlak atau moralitas yang berkembang dalam hati (heart) dan ketiga, adalah
mendidik kecakapan/ketrampilan yang pada prinsipnya terletak pada kemampuan
tangan (hand) selanjutnya populer dengan istilah 3 H’s.7 Berangkat dari arti
penting pendidikan ini, Karnadi Hasan memandang bahwa pendidikan bagi
masyarakat dipandang sebagai “Human investment” yang berarti secara historis
dan filosofis, pendidikan telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik
dalam proses humanisasi dan pemberdayaan jati diri bangsa.
        Merujuk dari pemikiran tersebut, Pendidikan adalah rajat hidup bagi setiap
manusia. Karena kita sadari bahwa tidak ada seorangpun yang lahir di dunia ini
dalam keadaan pandai (berilmu). Hal ini membuktikan bahwa segala sesuatu di
dunia ini merupakan proses berkelanjutan yang tidak asal jadi seperti bayangan
        7
          Prof. H.M. Arifin, M. Ed., Filsafat Pendidikan Islam,Cet. VI, Remaja Rosdakarya,
2000, PT Bumi Aksara, Jakarta, hal. 57.




                                            7
dan impian kita. Berkaitan adanya proses tersebut, penciptaan manusia oleh Allah
SWT juga tidaklah sekali jadi. Ada proses penciptaan (khalq), proses
penyempurnaan (taswiyyah), dengan cara memberikan ukuran atau hukum
tertentu (taqdir), dan juga di berikannya petunjuk (hidayah). Dengan demikian
menurut      Sunnatullah   manusia   sangat   terbuka   kemungkinannya      untuk
mengembangkan segala potensi yang dia miliki melalui bimbingan dan tuntunan
yang tearah, teratur serta berkesinambungan yang semuanya merupakan proses
dalam rangka penyempurnaan manusia (insan kamil) yang nantinya dapat
memenuhi tugas dari kejadiannya yaitu sebagai Khalifah Fil Ardl.


5. Manusia Menurut Filsafat Pendidikan
          Pemikiran filsafat mencakup ruang lingkupyang berskala makro yaitu:
kosmologi, ontology, philosophy of mind, epistimologi, dan aksiologi. Untuk
melihat bagaimana sesungguhnya manusia dalam pandangan filsafat pendidikan,
maka setidaknya karena manusia merupakan bagian dari alam semesta (kosmos).
Berangkat dari situ dapat kita ketahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang
pada hakekatnya sebagai abdi penciptanya (ontology). Agar bisa menempatkan
dirinya sebagai pengapdi yang setia, maka manusia diberi anugerah berbagai
potensi baik jasmani, rohani, dan ruh (philosophy of mind). Sedangkan
pertumbuhan serta perkembangan manusia dalam hal memperoleh pengetahuan
itu berlajan secara berjenjang dan bertahap (proses) melalui pengembangan
potensinya, pengalaman dengan lingkungan serta bimbingan, didikan dari Tuhan
(epistimologi), oleh karena itu hubungan antara alam lingkungan, manusia, semua
makhluk ciptaan Allah dan hubungan dengan Allah sebagai pencita seluruh alam
raya itu harus berjalan bersama dan tidak bisa dipisahkan. Adapun manusia
sebagai makhluk dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya insaninya itu,
manusia diikat oleh nilai-nilai illahi (aksiologi), sehingga dalam pandangan FPI,
manusia merupakan makhluk alternatif (dapat memilih), tetapi ditawarkan
padanya pilihan yang terbaik yakni nilai illahiyat. Dari sini dapat kita simpulkan
bahwa manusia itu makhluk alternatif (bebas) tetapi sekaligus terikat (tidak bebas
nilai).



                                        8
6. Manusia Sebagai Abdul Allah
       Dalam konteks konsep abd Allah, manusia harus menyadari betul akan
dirinya sebagai abdi. Hal ini berati bahwa manusia harus menempatkan dirinya
sebagai yang dimiliki, tunduk dan taat kepada semua ketentuan pemiliknya, yaitu
allah SWT.
       Al-Qur’an tidak memandang manusia sebagai makhluk yang tercipta
secara kebetulan, atau tercipa dari kumpulan atom, tapi ia diciptakan setelah
sebelumnya direncanakan untuk mengemban satu tugas sebagai khalifah di muka
bumi ini, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi (QS.
2 :30). Ia dibekali Tuhan dengan potensi dan kekuatan positif untuk mengubah
corak kehidupan di dunia ke arah yang lebih baik. M. Quraisy Shihab
menyimpulkan bahwa kata khalifah itu mencakup dua pengertian :8
           1. Orang yangdberi kekuasaan untuk mengelola wilayah, baik luas
              maupun terbatas.
           2. Khalifah memilki potensi untuk mengemban tugasnya, namun juga
              dapat berbuat kesalahan dan kekeliruan.
       Beranjak dari pemahaman bahwa ada dua unsur sehungan dengan makna
khalifah yakni unsure intern (mengarah pada hubungan horizontal) yang berkaitan
dengan manusia, alam raya dan antar manusia dengan alam raya. Dan unsur
ekstern (kaitannya dengan hubungan vertical) yaitu penugasan Allah kepada
manusia sebagai mandataris Allah dan pada hakekatmnya eksistensi manusia
dalam kehidupan ini adalah membangun dan mengelola dunia tempat hidupnya ini
sesuai dengan kehendak penciptanya. Tugas kekhalifahan tersebut meang sangat
berat. Namun status ini menunjukkan arah peran manusia sebagai penguasa di
bumi atas petunjuk Allah. Selain itu, dari tugas tersebut menggambarkan bahwa
akan kedudukan manusia selaku makhluk ciptaanNya yang paling mulia.
7. Tinjauan Aksiologi



       8
         Dr. M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an,”Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat”, Bandung, Mizan, Cet. XXV, 2003, hal. 158.



                                        9
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti "nilai" dan
logos yang berarti "teori" . jadi aksiologi adalah "teori tentang nilai"9
        Dalam definisi lain, Jujun S. Suriasumantri mengartikankan: aksiologi
sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.10
        Dari dua defenisi tersebut diatas dalam makalah ini akan dibahas kegunaan
pendidikan islam sebagai suatu ilmu, serta penerapannya bersama cabang ilmu
lainnya.
        Prof. Mohammad Athiyah abrosy dalam kajiannya tentang pendidikan
Islam telah menyimpulkan 5 tujuan (kegunaan) yang asasi bagi pendidikan Islam
yang diuraikan dalam at tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, yaitu:
            1.           Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam
                         menetapkan       bahwa      pendidikan     akhlak     adalah     jiwa
                         pendidikan Islam
            2.           Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
                         Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi
                         keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja,
                         tetapi menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus
            3.           Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan menuaskan
                         untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu
                         bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan
                         minat pada sains, sastra, kesenian dalam berbagai jenis
            4.           Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan
                         perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu,
                         teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya ia dapat
                         mencari rezeki dalam hidup dengan mulia disamping
                         memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.



        9
            Burhanuddin salam, Logika materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan (Cet.I,Jakarta: Reneka
cipta, 1997) h. 168
         10
             Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Cet.II,Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1998) h. 234



                                              10
5.         Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi
                      kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat
                      agama atau akhlak, atau spirituil semata-mata, tetapi
                      menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-
                      tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidaklah tercapai
                      kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama
                      dan Ilmu Pengetahuan.
       Dalam penerapannya sebagai suatu cabang ilmu, pendidikan Islam sebagai
sebuah sistem atau bangunan memerlukan dasar, asas, dan prinsip-prinsip bagi
tegaknya sistem dan bangunan tersebut. Ilmu pendidikan Islam memiliki
keterkaitan dengan bidang-bidang ilu lainnya, yakni: psikologi, sejarah, filsafat,
sosiologi, budaya, hukum, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manajeman, politik,
dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Berbagai disiplin ilmu tersebut sekaligus menjadi
dasar bagi tegaknya Ilmu Pendidikan Islam itu sendiri. Ajaran Islam tentang
belajar seumur hidup, pendidikan untuk semua, pendidikan yang bermutu,
pendidikan yang berorientasi kemasa depan, pendidikan yang seimbang, terbuka,
dinamis, progresif, adil, egaliter, dan manusiawi adalah merupakan dasar, asas,
prinsip, dan jiwa Ilmu pendidikan Islam.


C. Kesimpulan
       Manusia menurut Islam adalah mahluk ciptaan Allah (QS. 98: 2) dengan
kedudukan yang melebihi mahluk ciptaan Allah lainnya (QS. 95 : 4). Selain itu
manusia sudah dilengkapi dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan
antara lain berupa fitrah ketauhidan (QS.15 :29). Dengan fitrah ini diharapkan
manusia dapat hidup sesuai dengan hakekat penciptaannya, yaitu mengabdi
kepada Allah SWT (QS. 51: 56). Mengacu pada ketentuan ini, maka dalam
pandangan Islam, meminjam bahasa Jalaludin, manusia pada hakekatnya
merupakan makhluk ciptaan Allah yang terikat dengan “Blue prient” (cetak biru)
dalam lakon hidupnya, yaitu menyadari akan dirinya sebagai “Abdul Allah”
sekaligus mempunyai tugas sebagai mandataris Allah.




                                       11
DAFTAR PUSTAKA


A. Partanto, Pius dan M. Dahlan al-Barry,kamus Ilmiah Populer,Surabaya:

      Arkola, 1994



                                  12
Achmad Charris Zubair, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia

       (Kajian Filsafat Ilmu), Cet. I, Yogyakarta, LESFI, 2002.

Arifin, H.M Prof. M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam,Cet. VI, Remaja Rosdakarya,

       PT Bumi Aksara, Jakarta ,2000.

Brian Fay, Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Yogyakarta, Jendela, Cet. I, 2002.

Buchori, Muchtar, Ilmu Pendidikan Praktek pendidikan dalam renungan,

       Cet.I,Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994

Christyono Sunaryo, http://www.macsonic.org

Darajat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Cet.7, Jakarta: PT Bumi Aksara,

       2008

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta:

       Proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an Departemen Agama RI,

       1984/1985

H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

       berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Cet.I, Jakarta: PT Bumi Aksara,

       1991)

Hasan Langgulung, Prof. Dr Asas-Asas Pendidikan Islam, PT Al-Husna Zikra,

       Jakarta, Cet.I, 2000.

Jalaludin, Prof. Dr. H, Teologi Pendidikan,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

       2001.

Karnadi Hasan “Konsep Pedidikan Jawa”, dalam : Jurnal Dinamika islam dan

       Budaya Jawa, No 3 tahun 2000, Pusat Pengkajian Islam Strategis, IAIN

       Walisongo, 2000.




                                        13
Majid Fahry , Sejarah Filsafat Islam (Sebuah Peta Kronologis), Cet. I, Mizan, ,

       Bandung, 2001.

Nasution, Harun, Filsafat Agama, Cet.V, Jakarta: Bulan Bintang, 1985

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan Multidisipliner,

       Jakarta: Rajawali Pers, 2009

Paulo freire dalam Pendidikan : Kegelisahan Sepanjang Zaman (pilihan Artike

       lbasis). Sinhunata (ed), Kanisius, 2001 sebagaimana dikutip dalam Resensi

       Amanat, Edisi 84/Februari 2001.

Quraisy Shihab, Dr. M., Membumikan al-Qur’an,”Fungsi Dan Peran Wahyu

       Dalam Kehidupan Masyarakat”, Bandung, Mizan, Cet. XXV, 2003.

S. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet.II,Jakarta:

       Pustaka Sinar Harapan, 1998

Salam, Burhanuddin, Logika materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan, Cet.I,Jakarta:

       Reneka cipta, 1997

Syed M. Naquib Al- Attas, filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, (terj.Wan Mohd

       Nor Wan Daud), Mizan, Bandung, Cet. I, 2003.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet.II, Bandung: Remaja

       Rosdakarya, 1994




                                      14

More Related Content

What's hot

Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamAsmida Herawati
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamSiti Hardiyanti
 
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaFp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaMuhammad Hafizh Annur
 
Implementasi harkat dan martabat manusia
Implementasi harkat dan martabat manusiaImplementasi harkat dan martabat manusia
Implementasi harkat dan martabat manusiaO'nyhondd Liebling
 
Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanIslam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanAsri Yunita
 
Bab i pendahuluan (tgs livi)
Bab i pendahuluan (tgs livi)Bab i pendahuluan (tgs livi)
Bab i pendahuluan (tgs livi)Livi Pungus
 
Esensi konseling dalam pemikiran ibnu qoyyim al
Esensi konseling dalam pemikiran ibnu qoyyim alEsensi konseling dalam pemikiran ibnu qoyyim al
Esensi konseling dalam pemikiran ibnu qoyyim alTrisna Adiyana
 
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamPembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamkangklinsman
 
Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyuPembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyuPuji Winarni
 
Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat
Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif FilsafatIntegrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat
Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif FilsafatEeLly Lunjani
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
Materi1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanMateri1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanDermawan12
 
Hakikat manusia dan pengetahuan
Hakikat manusia dan pengetahuanHakikat manusia dan pengetahuan
Hakikat manusia dan pengetahuanAsad Saat
 
Manusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-newManusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-newFitra Sani
 
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 2 done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 2   donePendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 2   done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 2 doneMabriantama Wisastrio
 

What's hot (20)

Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Hakikat Manusia
Hakikat ManusiaHakikat Manusia
Hakikat Manusia
 
Hakikat dan martabat manusia
Hakikat dan martabat manusiaHakikat dan martabat manusia
Hakikat dan martabat manusia
 
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaFp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
 
Implementasi harkat dan martabat manusia
Implementasi harkat dan martabat manusiaImplementasi harkat dan martabat manusia
Implementasi harkat dan martabat manusia
 
Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanIslam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu Pengetahuan
 
Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanIslam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu Pengetahuan
 
Bab i pendahuluan (tgs livi)
Bab i pendahuluan (tgs livi)Bab i pendahuluan (tgs livi)
Bab i pendahuluan (tgs livi)
 
Esensi konseling dalam pemikiran ibnu qoyyim al
Esensi konseling dalam pemikiran ibnu qoyyim alEsensi konseling dalam pemikiran ibnu qoyyim al
Esensi konseling dalam pemikiran ibnu qoyyim al
 
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamPembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
 
Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyuPembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
 
Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat
Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif FilsafatIntegrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat
Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Materi1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanMateri1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikan
 
Hakikat manusia dan pengetahuan
Hakikat manusia dan pengetahuanHakikat manusia dan pengetahuan
Hakikat manusia dan pengetahuan
 
Manusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-newManusia dan-alam-semesta-new
Manusia dan-alam-semesta-new
 
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 2 done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 2   donePendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 2   done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 2 done
 

Viewers also liked (20)

Globa issues
Globa issuesGloba issues
Globa issues
 
Clase ii
Clase iiClase ii
Clase ii
 
El sol y la luna
El sol y la lunaEl sol y la luna
El sol y la luna
 
Integrating the internet
Integrating the internetIntegrating the internet
Integrating the internet
 
Paul Hoskin statement of proessional standing 5 dec 2012-4 dec 2013
Paul Hoskin statement of proessional standing 5 dec 2012-4 dec 2013Paul Hoskin statement of proessional standing 5 dec 2012-4 dec 2013
Paul Hoskin statement of proessional standing 5 dec 2012-4 dec 2013
 
Dick Herfst
Dick HerfstDick Herfst
Dick Herfst
 
Hoskin Financial Planning Services
Hoskin Financial Planning ServicesHoskin Financial Planning Services
Hoskin Financial Planning Services
 
Comenius project meeting in Hungary, June 2013
Comenius project meeting in Hungary, June 2013Comenius project meeting in Hungary, June 2013
Comenius project meeting in Hungary, June 2013
 
A 4 m 3 modelos pedagogicos
A 4 m 3 modelos pedagogicosA 4 m 3 modelos pedagogicos
A 4 m 3 modelos pedagogicos
 
Critérios de reconhecimento, mensuração e depreciação
Critérios de reconhecimento, mensuração e depreciaçãoCritérios de reconhecimento, mensuração e depreciação
Critérios de reconhecimento, mensuração e depreciação
 
Geografia 2
Geografia 2Geografia 2
Geografia 2
 
Grandeza1
Grandeza1Grandeza1
Grandeza1
 
20101104
2010110420101104
20101104
 
Star Chart
Star ChartStar Chart
Star Chart
 
Indice.docx alp.
Indice.docx alp.Indice.docx alp.
Indice.docx alp.
 
CATÁLOGO
CATÁLOGOCATÁLOGO
CATÁLOGO
 
Presentacion Informatica Miguel Luna
Presentacion Informatica Miguel LunaPresentacion Informatica Miguel Luna
Presentacion Informatica Miguel Luna
 
La publicidad
La publicidadLa publicidad
La publicidad
 
Hasierako jarduera
Hasierako jardueraHasierako jarduera
Hasierako jarduera
 
IWQ 2014 Military Ranges - Echo Co
IWQ 2014 Military Ranges - Echo CoIWQ 2014 Military Ranges - Echo Co
IWQ 2014 Military Ranges - Echo Co
 

Similar to Axio

Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanWali Min
 
Manusia+dan+agama++bab+1 +copy
Manusia+dan+agama++bab+1 +copyManusia+dan+agama++bab+1 +copy
Manusia+dan+agama++bab+1 +copyainamylla
 
Manusia homo educandum
Manusia homo educandumManusia homo educandum
Manusia homo educandumPotpotya Fitri
 
Agama Islam-Dasar Penciptaan Manusia.pptx
Agama Islam-Dasar Penciptaan Manusia.pptxAgama Islam-Dasar Penciptaan Manusia.pptx
Agama Islam-Dasar Penciptaan Manusia.pptxhilman39
 
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...Lovita Ivan Hidayatullah S. Pd.I
 
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"KeyshaWahono
 
Modul 1 pai
Modul 1 paiModul 1 pai
Modul 1 paiMelAdila
 
Makalah Manusia Dalam Pandangan Islam
Makalah Manusia Dalam Pandangan IslamMakalah Manusia Dalam Pandangan Islam
Makalah Manusia Dalam Pandangan Islamrizqi2201
 
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)Khairunnisa Nazhifah
 
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...Zukét Printing
 
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...Zukét Printing
 
konsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamkonsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamAhmad Rudi
 

Similar to Axio (20)

Manusia dalam perspektif alqur'an
Manusia dalam perspektif alqur'anManusia dalam perspektif alqur'an
Manusia dalam perspektif alqur'an
 
bimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docxbimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docx
 
2810 109-9790-2-10-20210114
2810 109-9790-2-10-202101142810 109-9790-2-10-20210114
2810 109-9790-2-10-20210114
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikan
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islam
 
Agama , haris
Agama , harisAgama , haris
Agama , haris
 
Manusia+dan+agama++bab+1 +copy
Manusia+dan+agama++bab+1 +copyManusia+dan+agama++bab+1 +copy
Manusia+dan+agama++bab+1 +copy
 
Manusia homo educandum
Manusia homo educandumManusia homo educandum
Manusia homo educandum
 
Agama Islam-Dasar Penciptaan Manusia.pptx
Agama Islam-Dasar Penciptaan Manusia.pptxAgama Islam-Dasar Penciptaan Manusia.pptx
Agama Islam-Dasar Penciptaan Manusia.pptx
 
religion
religionreligion
religion
 
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
 
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
 
Modul 1 pai
Modul 1 paiModul 1 pai
Modul 1 pai
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Makalah Manusia Dalam Pandangan Islam
Makalah Manusia Dalam Pandangan IslamMakalah Manusia Dalam Pandangan Islam
Makalah Manusia Dalam Pandangan Islam
 
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)
Pengaruh islam dalam kebudayaan masa kini (iptek dan media sosial)
 
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
 
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
Makhluk Manusia Teori Evolusi dan Sejarah Perkembangan Manusia Serta Klasifik...
 
konsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islamkonsep manusia menurut islam
konsep manusia menurut islam
 

Axio

  • 1. A. Pendahuluan Masalah pendidikan adalah merupakan masalah pertama dan mendasar dalam hidup dan kehidupan manusia karena pendidikan merupakan hakekat hidup manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama dengan proses berkembangnya hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu hendaknya semua manusia harus mengutamakan pendidikan agar kehidupannya menjadi lebih baik di masa mendatang. Dalam kaitannya dengan masalah pendidikan Islam sebagai ilmu terletak pada hakekat (ontologi), dasar-dasar (epitemologi) dan kegunaan (aksiologi) dari pendidikan islam itu sebagai suatu kajian ilmu (sains) yang harus dipelajari dan diajarkan agar ilmu pendidikan itu bermanfaat dan berguna untuk membina kehidupan manusia. Pendidikan Islam bersumber pada Al-Qur’an dan hadits adalah untuk membentuk manusia yang seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan seluruh kehidupannya sebagaimana yang telah dituntunkan Allah dan Rasul-Nya demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan kata lain untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu memanusiakan manusia sesuai dengan kehendak Allah SWT yang menciptakan- Nya. Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala potensi yang dimilikinya manusia berusaha untuk maju dan berkembang untuk mencapai kesempurnaan itu. Manusia setiap saat membutuhkn ilmu dari manapun datangnya, baik dari lingkungan atau alam semesta dan juga diperlukan pengaruh dari luar yang oleh Slamet Imam Santoso disebutnya dengan istilah pendidikan. Manusia sesuai dengan kodratnya itu menghadapi tiga persoalan yang bersifat universal, dikatakan demikian karena persoalaan tersebut tidak tergantung pada kurun waktu ataupun latar belakang historis kultural tertentu. Persoalan itu menyangkut tata hubungan atar dirinya sebagai mahluk yang otonom dengan realitas lain yang menunjukkan bahwa manusia juga merupakan makhluk yang bersifat dependen. Persoalaan lain 1
  • 2. menyangkut kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk dengan kebutuhan jasmani yang nyaris tak berbeda dengan makhluk lain seperti makan, minum, kebutuhan akan seks, menghindarkan diri dari rasa sakit dan sebagainya tetapi juga sebuah kesadaran tentang kebutuhan yang mengatasinya, menstrandensikan kebutuhan jasmaniah, yakni rasa aman, kasih sayang perhatian, yang semuanya mengisyaratkan adanya kebutuhan ruhaniah dan terakhir, manusia menghadapi problema yang menyangkut kepentiangan dirinya, rahasia pribadi, milik pribadi, kepentingan pribadi, kebutuhan akan kesendirian, namun juga tak dapat disangkan bahwa manusia tidak dapat hidup secara “soliter” melainkan harus “solider” , hidupnya tak mungkin dijalani sendiri tanpa kehadiran orang lain. Belum lagi manusia dalam konsep Islam mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat yaitu “Abdul Allah “ (hamba Allah) satu sisi dan sekaligus sebagai “Kholifah fil Ardli” (wakil Allah di muka bumi). B. Pembahasan 1. Manusia Perspektif Filsafat Pendidikan Sejarah filsafat bermula di pesisir samudera Mediterania 1 bagian timur, pada abad ke-6 SM. Sejak semula, filsafat ditandai dengan rencana ummat manusia untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia dan Tuhan. Itulah sebabnya, sehingga Filsafat dapat diartikan sebagai pandangan hidup dari seorang atau masyarakat bangsa. Oleh karena filsafat menjadi kerangka acuan dalam menentukan pola kehidupan warga suatu masyarakat bangsa tersebut. Dengan demikian filsafat sebagai pandangan hidup menyangkut pula tentang hubungannya dengan manusia. Tepatnya adalah pandangan filsafat tentang manusia dalam kaitan dengan kepentingan pendidikan, sebab upaya yang paling efektif untuk mewariskan nilai-nilai yang termuat dalam pandangan hidup dimaksud adalah melalui pendidikan. Merujuk pada hal itu, maka sebelum membahas bagaimana konsep filsafat pendidikan tentang manusia itu sendiri, tentunya perlu terlebih dahulu kita 1 Majid Fahry , Sejarah Filsafat Islam (Sebuah Peta Kronologis), Cet. I, Mizan, 2001, Bandung, hal. 1. 2
  • 3. ketahui bagaimana pandangan Islam tentang konsep manusia itu. Hal ini setidaknya akan membantu pengenalan sosok manusia yang sebenarnya dalam konsep filsafat pendidikan yakni yang berkaitan dengan manusia sebagai subyek sekaligus merupakan obyek dari pendidikan. 2. Konsep Manusia Bentuk dan pola peran seseorang, secara garis besar dapat kita lihat dari kedudukan yang ditempatinya. Sedangkan untuk mengetahui hal itu, kita perlu tahu akan penamaan yang disandangnya. Begitu pula tentang peran manusia dapat dirujuk antara lain melalui berbagai sebutan yang diberikan pada manusia. Dalam Alqur’an manusia disebut dengan berbagai nama antara lain : al- Basyr, al- Insan, an- Nas, dan konsep Bani Adam yang hal ini sebagai penolakan terhadap teori Darwin tentang evolusi bahwa manusia adalah keturunan dari kera. Adapun pemahaman tentang peran manusia erat kaitannya dengan sebutan yang disandangnya. a. Konsep Al- Basyr ( ( Manusia dalam konsep al- Basyr, dipandang dari pendekatannya biologis. Sebagai mahluk biologis berarti manusia terdiri atas unsur materi, sehingga menampilkan sosok dalam bentuk fisik material yaitu berupa tubuh kasar (ragawi).2 Berdasarkan konsep al- Basyr, manusia tak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah- kaidah prinsip kehidupan biologis lain seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan serta kedewasaan. Manusia memerlukan makan, minum dengan kreteria halal serta bergizi (QS. 16 : 69) untuk hidup dan ia juga butuh akan pasangan hidup melalui jalur pernikahan (QS. 2 : 187) untuk menjaga, melanjutkan proses keturunanya (QS. 17: 23-25). 2 Prof. Dr. H. Jalaludin, Teologi Pendidikan,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2001, hal 19. 3
  • 4. b. Konsep Al- Insan ( ) Al- Insan terbentuk dari akar kata Nasiya ( ), Nisyu ( ) yang berati lupa, dari kata Insu ( ) artinya senang, jinak,harmonis, dan ada juga dari akar kata Naus ( ) yang mengandung arti “pergerakan atau dinamisme”. Merujuk pada asal kata al- Insan dapat kita pahami bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi yang positif untuk tumbuh serta berkembang secara fisik maupun mental spiritual. Di samping itu, manusia juga dibekali dengan sejumlah potensi lain, yang berpeluang untuk mendorong ia ke arah tindakan, sikap, serta prilakun negatifdan merugikan.3 c. Konsep An- Nas ( ) Kosa kata An- Nas dalam Al- Qur’an umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk social. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa untuk saling kenal mengenal “berinterksi” (QS. 49 : 13). Hal ini sejalan dengan teori “strukturalisme” Giddens yang mengatakan bahwa manusia merupakan individu yang mempunyai karakter serta prinsip berbeda antara yang lainnya tetapi manusia juga merupakan agen social yang bisa mempengaruhi atau bahkan di bentuk oleh masyarakat dan kebudayaan di mana ia berada dalam konteks sosial. d. Konsep Bani Adam ( ) Manusia sebagai Bani Adam, termaktub di tujuh tempat dalam Al-Qur’an (Muhammad Fuad Abd al- Baqi :1989). Menurut a- Gharib al- Ishfahany, bani berarti keturunan dari darah daging yang dilahirkan. Berkaitan dengan penciptaan manusia menurut Christyono Sunaryo, bahwa bumi dan dunia ini telah diciptakan Allah SWT jutaan tahun sebelum Nabi Adam AS diturunkan dibumi , 7000 thn yang lalu. Pada waktu itu Allah SWT sudah menciptakan “manusia” (somekind of humanoid) jauh sebelum Nabi Adam AS diturunkan : Al Ankabuut – Ayat 19 3 Ibid, hlm, 21. 4
  • 5. 29:19. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya , kemudian mengulanginya (kembali) . Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.4 Ayat ini memperlihatkan bahwa kita seharusnya dapat memperhatikan adanya pengulangan kerena memang telah terjadi. Bukan pengulangan kebangkitan kembali nanti setelah hari kiamat , karena (pengulangan) kebangkitan setelah kiamat itu belum terjadi , sehingga masih sulit untuk di mengerti oleh yang tidak percaya . Dan banyak ayat-ayat al- Qur’an, data dan kejadian yang menunjang concept pemikiran ini . Seperti misalnya : Pada saat manusia akan diciptakan Allah SWT untuk menjadi kalifah dibumi, bagaimana para Malaikat mungkin mengetahui bahwa manusia hanya akan membuat kerusakan diatas bumi . Sedangkan Malaikat hanya mengetahui apa-apa yang diberitahukan Allah SWT kepada mereka . Tentunya karena memang mereka pernah mengetahui adanya “manusia” dibumi sebelum Adam AS diciptakan.. Oleh sebab itu Allah SWT selalu menyatakan bahwa : “Manusia (anak- cucuAdam AS ) diciptakan dalam kesempurnaan-nya” . Dalam Injil dikatakan bahwa “Man was created upon the image of God).. Serta banyak kalimat pada Taurat (Perjanjian Lama) yang membedakan antara “anak manusia” dan “anak Allah” , “adanya manusia-manusia yang besar pada saat itu” , bagaimana takutnya anak-anak Adam yang keluar dari surga dengan adanya ancaman / gangguan diluar, dsb. Apapun yang dikatakan dalam kitab-kitab suci , ilmu pengetahuan ataupun teknologi dapat membuktikan bahwa ada sisa-sisa “manusia” yang telah berumur jutaan tahun. Bahkan teori Darwin pun mengalami kesulitan dalam menghubungkan manusia purba dengan manusia masa kini (The missing- linktheorema). 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an Departemen Agama RI, 1984/1985 5
  • 6. 3. Manusia dan Psikologinya Keberadaan manusia dalam dunia ini dilengkapi dengan dua keadaan yakni terdiri dari jasad dan ruh ;artinya, makhluk yang jasadiah serta ruhaniahnya sekaligus. Manusia bukanlah makhluk ruh murni dan bukan jasad murni melainkan manusia merupakan makhluk secara misterius terdiri dari kedua elemen ini juga yang disebut dengan entitas ketiga yaitu “jati dirinya sendiri”.5 Realitas yang mendasari dan prinsip yang menyatukan apa yang kemudian dikenal dengan manusia bukanlah perubahan jasadnya melainkan keruhaniannya. Al- Ghazali dalam memandang jiwa itu tidak terlepas dari empat kata yaitu : hati (qalb), roh (ruh), jiwa (nafs), dan akal (a’ql )6. 1. Nafs Kata nafs dating dalam berbagai bentuk baik mufrad atau jama’. Ia menunjukkan manusia sebagai makhluk hidup yang asalnya satu. Dalam al- Qur’an kata Nafs ini menunjukkan pada diri (self) sebagai keseluruhan yang lebih menyatakan motivasi dan aktifitas hidup manusia. 2. Qalb Menurut Hasan Langgulung kata Qalb yang terdapat al-Qur’an kebanyakan berkisar pada arti perasaan (emosi) dan intelektual pada manusia. Oleh sebab ia merupakan dasar bagi fitrah yang sehat berbagai perasaan baik mengenai cinta atau benci, dan tempat petunjuk, iman, kemauan, sekaligus sebagai kontrol terhadap segala aktifitas manusia. 3. Ruh Ruh biasanya menunjukkan aspek suatu hakekat (realitas) yang abstrak yang mempunyai unsur illahi dan berhungan dengan manusia secara khusus. 4. Aql Kata Aql menurut Hasan Langgulung muncul dala al-Qur’an tidak ada yang menunjukkan abstrak (masdar) sama sekali melainkan kata kerja dengan 5 Syed M. Naquib Al- Attas, filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, (terj.Wan Mohd Nor Wan Daud), Mizan, Bandung, Cet. I, 2003, hal. 94. 6 Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, PT Al-Husna Zikra, Jakarta, Cet.I, 2000, hal. 302. 6
  • 7. berbagai bentuknya. Karenanya Aql ini lebih menunjukkan pada aspek pemikiran pada manusia. Seperti QS. Albaqarah : 75, dan 44, al- Anfal : 22, serta al- Mulk : 10. Dalam hal ini Al-Attas berpendapat bahwa setiap sebutan ini memiliki dua makna, yang satu merujuk pada aspek-aspek jasadiah ataupun kebinatangan dan satunya merujuk pada aspek keruhaniah. Dengan demikian ketika aspek itu bergelut dengan sesuatu yang berkaitan dengan intelektual dan pemahaman, ia (yaitu, ruh manusia) disebut “intelek” ketika mengatur tubuh, ia disebut “jiwa” , ketika sedang mengalami pencerahan intuisi, ia disebut “hati” dan ketika kembali ke dunianya yang abstrak, ia disebut “ruh” pada hakekatnya.ia selalu aktif memanifestasikan dirinya dalam keadaan apapun. 4. Manusia dan Proses Pendidikan Paulo freire, tokoh pendidikan Amerika Latin mengatakan bahwa tujuan akhir dari proses pendidikan adalah memanusiakan manusia (humanisasi), tidak jauh berbeda dengan pandangan diatas M. Arifin berpendapat, bahwa proses pendidikan pada akhirnya berlangsung pada titik kemampuan berkembangnya tiga hal yaitu mencerdaskan otak yang ada dalam kepala (head) kedua, mendidik akhlak atau moralitas yang berkembang dalam hati (heart) dan ketiga, adalah mendidik kecakapan/ketrampilan yang pada prinsipnya terletak pada kemampuan tangan (hand) selanjutnya populer dengan istilah 3 H’s.7 Berangkat dari arti penting pendidikan ini, Karnadi Hasan memandang bahwa pendidikan bagi masyarakat dipandang sebagai “Human investment” yang berarti secara historis dan filosofis, pendidikan telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik dalam proses humanisasi dan pemberdayaan jati diri bangsa. Merujuk dari pemikiran tersebut, Pendidikan adalah rajat hidup bagi setiap manusia. Karena kita sadari bahwa tidak ada seorangpun yang lahir di dunia ini dalam keadaan pandai (berilmu). Hal ini membuktikan bahwa segala sesuatu di dunia ini merupakan proses berkelanjutan yang tidak asal jadi seperti bayangan 7 Prof. H.M. Arifin, M. Ed., Filsafat Pendidikan Islam,Cet. VI, Remaja Rosdakarya, 2000, PT Bumi Aksara, Jakarta, hal. 57. 7
  • 8. dan impian kita. Berkaitan adanya proses tersebut, penciptaan manusia oleh Allah SWT juga tidaklah sekali jadi. Ada proses penciptaan (khalq), proses penyempurnaan (taswiyyah), dengan cara memberikan ukuran atau hukum tertentu (taqdir), dan juga di berikannya petunjuk (hidayah). Dengan demikian menurut Sunnatullah manusia sangat terbuka kemungkinannya untuk mengembangkan segala potensi yang dia miliki melalui bimbingan dan tuntunan yang tearah, teratur serta berkesinambungan yang semuanya merupakan proses dalam rangka penyempurnaan manusia (insan kamil) yang nantinya dapat memenuhi tugas dari kejadiannya yaitu sebagai Khalifah Fil Ardl. 5. Manusia Menurut Filsafat Pendidikan Pemikiran filsafat mencakup ruang lingkupyang berskala makro yaitu: kosmologi, ontology, philosophy of mind, epistimologi, dan aksiologi. Untuk melihat bagaimana sesungguhnya manusia dalam pandangan filsafat pendidikan, maka setidaknya karena manusia merupakan bagian dari alam semesta (kosmos). Berangkat dari situ dapat kita ketahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang pada hakekatnya sebagai abdi penciptanya (ontology). Agar bisa menempatkan dirinya sebagai pengapdi yang setia, maka manusia diberi anugerah berbagai potensi baik jasmani, rohani, dan ruh (philosophy of mind). Sedangkan pertumbuhan serta perkembangan manusia dalam hal memperoleh pengetahuan itu berlajan secara berjenjang dan bertahap (proses) melalui pengembangan potensinya, pengalaman dengan lingkungan serta bimbingan, didikan dari Tuhan (epistimologi), oleh karena itu hubungan antara alam lingkungan, manusia, semua makhluk ciptaan Allah dan hubungan dengan Allah sebagai pencita seluruh alam raya itu harus berjalan bersama dan tidak bisa dipisahkan. Adapun manusia sebagai makhluk dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya insaninya itu, manusia diikat oleh nilai-nilai illahi (aksiologi), sehingga dalam pandangan FPI, manusia merupakan makhluk alternatif (dapat memilih), tetapi ditawarkan padanya pilihan yang terbaik yakni nilai illahiyat. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa manusia itu makhluk alternatif (bebas) tetapi sekaligus terikat (tidak bebas nilai). 8
  • 9. 6. Manusia Sebagai Abdul Allah Dalam konteks konsep abd Allah, manusia harus menyadari betul akan dirinya sebagai abdi. Hal ini berati bahwa manusia harus menempatkan dirinya sebagai yang dimiliki, tunduk dan taat kepada semua ketentuan pemiliknya, yaitu allah SWT. Al-Qur’an tidak memandang manusia sebagai makhluk yang tercipta secara kebetulan, atau tercipa dari kumpulan atom, tapi ia diciptakan setelah sebelumnya direncanakan untuk mengemban satu tugas sebagai khalifah di muka bumi ini, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi (QS. 2 :30). Ia dibekali Tuhan dengan potensi dan kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan di dunia ke arah yang lebih baik. M. Quraisy Shihab menyimpulkan bahwa kata khalifah itu mencakup dua pengertian :8 1. Orang yangdberi kekuasaan untuk mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas. 2. Khalifah memilki potensi untuk mengemban tugasnya, namun juga dapat berbuat kesalahan dan kekeliruan. Beranjak dari pemahaman bahwa ada dua unsur sehungan dengan makna khalifah yakni unsure intern (mengarah pada hubungan horizontal) yang berkaitan dengan manusia, alam raya dan antar manusia dengan alam raya. Dan unsur ekstern (kaitannya dengan hubungan vertical) yaitu penugasan Allah kepada manusia sebagai mandataris Allah dan pada hakekatmnya eksistensi manusia dalam kehidupan ini adalah membangun dan mengelola dunia tempat hidupnya ini sesuai dengan kehendak penciptanya. Tugas kekhalifahan tersebut meang sangat berat. Namun status ini menunjukkan arah peran manusia sebagai penguasa di bumi atas petunjuk Allah. Selain itu, dari tugas tersebut menggambarkan bahwa akan kedudukan manusia selaku makhluk ciptaanNya yang paling mulia. 7. Tinjauan Aksiologi 8 Dr. M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an,”Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat”, Bandung, Mizan, Cet. XXV, 2003, hal. 158. 9
  • 10. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti "nilai" dan logos yang berarti "teori" . jadi aksiologi adalah "teori tentang nilai"9 Dalam definisi lain, Jujun S. Suriasumantri mengartikankan: aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.10 Dari dua defenisi tersebut diatas dalam makalah ini akan dibahas kegunaan pendidikan islam sebagai suatu ilmu, serta penerapannya bersama cabang ilmu lainnya. Prof. Mohammad Athiyah abrosy dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan (kegunaan) yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam at tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, yaitu: 1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam 2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus 3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan menuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian dalam berbagai jenis 4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya ia dapat mencari rezeki dalam hidup dengan mulia disamping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. 9 Burhanuddin salam, Logika materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan (Cet.I,Jakarta: Reneka cipta, 1997) h. 168 10 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Cet.II,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998) h. 234 10
  • 11. 5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau spirituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan- tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidaklah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan Ilmu Pengetahuan. Dalam penerapannya sebagai suatu cabang ilmu, pendidikan Islam sebagai sebuah sistem atau bangunan memerlukan dasar, asas, dan prinsip-prinsip bagi tegaknya sistem dan bangunan tersebut. Ilmu pendidikan Islam memiliki keterkaitan dengan bidang-bidang ilu lainnya, yakni: psikologi, sejarah, filsafat, sosiologi, budaya, hukum, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manajeman, politik, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Berbagai disiplin ilmu tersebut sekaligus menjadi dasar bagi tegaknya Ilmu Pendidikan Islam itu sendiri. Ajaran Islam tentang belajar seumur hidup, pendidikan untuk semua, pendidikan yang bermutu, pendidikan yang berorientasi kemasa depan, pendidikan yang seimbang, terbuka, dinamis, progresif, adil, egaliter, dan manusiawi adalah merupakan dasar, asas, prinsip, dan jiwa Ilmu pendidikan Islam. C. Kesimpulan Manusia menurut Islam adalah mahluk ciptaan Allah (QS. 98: 2) dengan kedudukan yang melebihi mahluk ciptaan Allah lainnya (QS. 95 : 4). Selain itu manusia sudah dilengkapi dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan antara lain berupa fitrah ketauhidan (QS.15 :29). Dengan fitrah ini diharapkan manusia dapat hidup sesuai dengan hakekat penciptaannya, yaitu mengabdi kepada Allah SWT (QS. 51: 56). Mengacu pada ketentuan ini, maka dalam pandangan Islam, meminjam bahasa Jalaludin, manusia pada hakekatnya merupakan makhluk ciptaan Allah yang terikat dengan “Blue prient” (cetak biru) dalam lakon hidupnya, yaitu menyadari akan dirinya sebagai “Abdul Allah” sekaligus mempunyai tugas sebagai mandataris Allah. 11
  • 12. DAFTAR PUSTAKA A. Partanto, Pius dan M. Dahlan al-Barry,kamus Ilmiah Populer,Surabaya: Arkola, 1994 12
  • 13. Achmad Charris Zubair, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia (Kajian Filsafat Ilmu), Cet. I, Yogyakarta, LESFI, 2002. Arifin, H.M Prof. M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam,Cet. VI, Remaja Rosdakarya, PT Bumi Aksara, Jakarta ,2000. Brian Fay, Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Yogyakarta, Jendela, Cet. I, 2002. Buchori, Muchtar, Ilmu Pendidikan Praktek pendidikan dalam renungan, Cet.I,Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994 Christyono Sunaryo, http://www.macsonic.org Darajat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Cet.7, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an Departemen Agama RI, 1984/1985 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Cet.I, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991) Hasan Langgulung, Prof. Dr Asas-Asas Pendidikan Islam, PT Al-Husna Zikra, Jakarta, Cet.I, 2000. Jalaludin, Prof. Dr. H, Teologi Pendidikan,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001. Karnadi Hasan “Konsep Pedidikan Jawa”, dalam : Jurnal Dinamika islam dan Budaya Jawa, No 3 tahun 2000, Pusat Pengkajian Islam Strategis, IAIN Walisongo, 2000. 13
  • 14. Majid Fahry , Sejarah Filsafat Islam (Sebuah Peta Kronologis), Cet. I, Mizan, , Bandung, 2001. Nasution, Harun, Filsafat Agama, Cet.V, Jakarta: Bulan Bintang, 1985 Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan Multidisipliner, Jakarta: Rajawali Pers, 2009 Paulo freire dalam Pendidikan : Kegelisahan Sepanjang Zaman (pilihan Artike lbasis). Sinhunata (ed), Kanisius, 2001 sebagaimana dikutip dalam Resensi Amanat, Edisi 84/Februari 2001. Quraisy Shihab, Dr. M., Membumikan al-Qur’an,”Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat”, Bandung, Mizan, Cet. XXV, 2003. S. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet.II,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998 Salam, Burhanuddin, Logika materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan, Cet.I,Jakarta: Reneka cipta, 1997 Syed M. Naquib Al- Attas, filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, (terj.Wan Mohd Nor Wan Daud), Mizan, Bandung, Cet. I, 2003. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet.II, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994 14