1. MINI RISET
MENGAMATI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI (4-6
tahun)
Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta
Didik
DISUSUN
OLEH:
Nama Mahasiswa : Linda Rosita
Nim : 4173131020
Kelas : Kimia Dik B 2017
Jurusan : Kimia
Dosen pengampu : Dra. Zuraida Lubis, M.Pd.
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
2. DAFTAR ISI
Kata Pengantar
RINGKASAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang masalah....................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
3. Tujuan........................................................................................................................................................1
3. Manfaat ...................................................................................................................................................1
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN/GAMBARAN UMUM
1. Kerangka pemikiran ...........................................................................................2
BAB III METODE PENELITIAN
1. Lokasi dan tempat penelitian .............................................................................
2. Populasi dan sampel............................................................................................3
3. Jenis penelitian.....................................................................................................3
4. Sumber data .......................................................................................................3
5. Metode pengumpulan data..................................................................................3
6. Teknik analisis data.............................................................................................4
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
1. Identitas Biodata anak ........................................................................................5
2. Hasil penelitian ..................................................................................................5
3. Analisis data........................................................................................................8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan .........................................................................................................17
2. Saran ...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................18
LAMPIRAN BIODATA..........................................................................................19
3. RINGKASAN
Fase Perkembangan
Pada hakekatnya, manusia mengalami yang namanya pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah proses perubahan jasmani yang terjadi sampai mencapai
kematangan fisik yang bersifat kuantitatif yang dialami oleh individu yang satu dengan yang
lain berbeda. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan seseorang yang
tidak dapat digambarkan dengan angka dan perubahan bersifat tetap, perkembangan tidak
dibatasi oleh usia juga memiliki pola-pola tersendiri yang khas. Contoh, ketika seseorang
belajar maka ia akan semakin cerdas karena setiap orang mempunyai kesempatan yang sama
dalam belajar ilmu pengetahuan (Priyanto,2015).
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun
demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, Banyak faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya adalah faktor lingkungan.
Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya diubah
(dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-
baiknya.
Fase perkembangan manusia mulai dari bayi, anak - anak, remaja, dewasa, dan lansia.
Setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring
dengan kegiatan belajar. Tugas fase yang muncul dalam setiap perkembangan, merupakan
keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar terampil
melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal.
Tugas-tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-
fase atau periode kehidupan tertentu dan apabila berhasil mencapainya mereka akan
berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau
masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut para ahli
seperti Elizabeth B. Hurlock (1978) tugas perkembangan yaitu belajar menyesuaikan diri
terhadap pola - pola hidup baru, belajar untuk memiliki cita - cita yang tinggi, mencari identitas
diri dan pada usia kematangannya mulai belajar memantapkan identitas diri.
Munculnya tugas perkembangan, bersumber kepada faktor-faktor berikut :
1. Kematangan fisik, misalnya belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, belajar
bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja karena
kematangan organ seksual.
2. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya belajar membaca, belajar menulis, belajar
berhitung dan belajar berorganisasi.
3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya memilih pekerjaan,
memilih teman hidup.
4. Tuntutan norma agama, misalnya taat beribadah kepada Allah, berbuat baik kepada
sesama manusia (Apipudin, 2014).
Tugas Perkembangan
Fase dan Tugas Perkembangan masa kanak-kanak Menurut Havighurst,diantaranya :
1. Masa Kanak-kanak
Tugas perkembangan masa kanak-kanak meliputi :
4. a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang
umum.
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang
tumbuh.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung.
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata serta tingkat nilai.
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
i. Mencapai kebebasan pribadi.
a. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
b. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes (Mahmud, 2015)
Faktor yang Memengaruhi Perkembangan
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, faktor – faktor itu antara lain:
a. Faktor tuntutan kebudayaan yang berbentuk kekuatan, norma hidup, harapan serta nilai –
nilai ideal pada kehidupan individu yang sedang berkembang.
b. Kematangan fisik, merupakan salah satu faktor penentu munculnya tugas – tugas
perkembangan pada periode usia – usia tertentu, di samping kondisi kesehatan dan
kecacatan.
c. Kepribadian seseorang, antara lain intelegensi, minat, sikap, kecenderungan sosial
emosional, sifat dan karakter.
d. Faktor genetik yaitu meliputi faktor keturunan yang bersifat tetap atau tidak berubah
sepanjang kehidupan. Bentuknya biasa menentukan beberapa karakteristik seperti
jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa
keunikan psikologis seperti temperamen. Sehingga diharapkan potensi genetik yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga
diperoleh hasil akhir yang optimal.
e. Faktor eksternal / lingkungan juga mempunyai peranan yang besar yaitu mempengaruhi
individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya (Wianti, 2015).
5. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
rahmat-Nya kita saya bisa menyelesaikan tugas Mini Riset (MR) ini, tak lupa pula shalawat
bertangkaikan salam kita hadiahkan kepada putra Abdullah buah hati Aminah ialah Nabi besar kita
Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari kelak, dan semoga kita menjadi salah
satu orang yang mendapatkannya kelak. Amin.
Saya menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran dan
sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan ini, saya
ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing saya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini, dengan selesainya makalah ini saya berharap agar
makalah ini nantinya bisa menjadi bukti bahwa saya telah melaksanakan observasi terhadap
perkembangan anak usia dini 4-6 tahun.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat. Amin.
Medan, 9 November 2017
Linda Rosita
6. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Anak Usia dini adalah mereka yang berusia 0-6 tahun yang merupakan sosok individu
yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses
perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks,
suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri.
Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat
yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan
sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.
Proses pendidikan bagi anak usia 5-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman
kanak-kanak atau radiathul anfal. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang
ditujukan untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan
potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang secara wajar sebagai seorang
anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk
memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh
rangsangan-rangsangan fisik-motorik, kognitif, sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat
usianya.
Membantu proses pengembangan berbagai aspek perkembangan anak perlu diawali
dengan pemahaman tentang perkembangan anak, karena perkembangan anak berbeda dengan
perkembangan anak remaja atau orang dewasa. Anak memiliki karakteristik tersendiri dan
anak memiliki dunianya sendiri. Untuk mendidik anak usia dini, perlu dibekali pemahaman
tentang dunia anak dan bagaimana proses perkembangan anak. Dengan pemahaman ini
diharapkan para pendidik anak usia dini memiliki pemahaman yang lebih baik dalam
menentukan proses pembelajaran ataupun perlakuan pada anak yang dibinanya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tugas perkembangan anak usia dini 4-6 tahun ?
2. Bagaimana perkembangan fisik, motorik, kognitif, bahasa, dan moral anak usia dini 4-6
tahun ?
3. Bagaimana peran orang tua dan guru dalam membantu tugas perkembangan anak usia
dini ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tugas perkembangan anak usia dini 4-6 tahun.
2. Mengetahui perkembangan fisik, motorik, kognitif, bahasa, dan moral anak usia dini 4-6
tahun ?
3. Mengetahui peran orang tua dan guru dalam membantu tugas perkembangan anak usia
dini?
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dan menambah kajian
teori mengenai apa-apa saja tugas perkembangan anak usia dini 4-6 tahun.
7. BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN/GAMBARAN UMUM
Penelitian tentang observasi perkembangan anak usia dini 4-6 tahun ini dilakukan
untuk mengetahui apa-apa saja tugas perkembangan anak usia dini. Proses
Penelitian ini dilakukan dengan cara menampung informasi dari beberapa sumber
yakni intenet dan buku yang membahas tentang tugas perkembangan anak
berdasarkan pengamatan langsung dan rujukan dari pendapat para ahli serta peran
orang tua dan guru dalam membantu tugas pekembangan anak usia dini 4-6 tahun.
Hal yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah apa-apa saja tugas
perkembangan yang diperoleh anak usia dini 4-6 tahun serta peran orang tua dan
guru dalam membantu tugas perkmbangan anak usia dini 4-6 tahun. Hasil penelitian
ini diperoleh untuk bisa dipakai sebagai gambaran bagi orang tua dan guru saat ini
dalam membantu perkembangan anak dan menjadi motivator dalam memenuhi
kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap perkembangan anak agar tidak terjadi
penyimpangan perilaku.
8. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan keluarga saya tepatnya didalam rumah yang berada
di Jalan Denai Gg.Kumis 1 No 34, waktu penelitian dimulai dari tanggal 02 November – 9
November 2017. Penelitian memakan waktu seminggu untuk mendapatkan data tugas-
tugas perkembangan dari kedua anak yang diobservasi.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak usia dini yang berada di lingkungan
sekitar rumah yang berjumlah 7 orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 2 orang dari
keseluruhan populasi, berdasarkan metode non probability sampling, yaitu penarikan
sampel tidak penuh dilakukan dengan menggunakan hukum probabilitas yaitu bahwa tidak
semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Sarwono
2008:120). Dalam hal ini 2 orang anak usia dini dijadikan sampel. Yang pertama anak laki-
laki berusia 4 tahun dan yang kedua anak perempuan berusia 6 tahun.
3.3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan data kualititaif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data
yang dapat mencakup seluruh hampir semua data non-numerik. Data ini dapat
menggunakan kata-kata untuk menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati.
Sedangkan data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka yang diperoleh
dari rumus perhitungan. Dalam penelitian ini data kualitatif diambil dari hasil observasi
yang berlangsung selama seminggu yang dicatat menggunakan alat tulis setiap harinya dan
juga melalui kamera untuk mengambil dokumentasi dari setiap kegaitan yang dilakukan
anak tersebut. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari jumlah skor dari tiap-taip tugas
perkembangn anak tersebut.
3.4. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau dirinya sendiri
baik dengan cara tertentu atau pada periode tertentu (Ratna, 20017). Data primer dalam
penelitian ini diperoleh langsung dari responden, dalam hal ini data diperoleh melalui
observasi kegiatan tugas perkembangan yang dilakukan anak usi dini 4-6 tahun.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah yang diperoleh secara tidak langsung baik lewat dokumentasi,
buku-buku, literature, penelitian terdahulu, dan internet.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key instrument),
seperti dikemukakan Faisal bahwa ” dalam penelitian naturalistik peneliti sendirilah
menjadi instrumen utama yang terjun ke lapangan serta berusaha mengumpulkan
informasi.”
9. Hakikat peneliti sebagai insrtumen kunci diaplikasikan dalam penggunaan teknik
pengumpulan data kualitatif, yang terdiri dari: observasi dan dokumen (catatan atau arsip).
Secara keseluruhan, peneliti sendiri terjun ke lapangan sebagai instrumen utama, dalam
penelitian ini. Sebagai insrtumen utama dalam penelitian ini maka peneliti sendiri yang
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
a. Observasi
Data atau informasi yang diperlukan juga dikumpulkan dengan observasi. Dilakukan
melalui pengamatan langsung pada tempat penelitian, baik secara terbuka maupun
tersembunyi. Dari hasil pengamatan dibuat catatan lapangan yang harus disusun
setelah observasi, maupun mengadakan hubungan dengan subjek yang diteliti.
b. Pengkajian Dokumen
Seluruh data dikumpulkan, dan ditafsirkan oleh peneliti, tetapi dalam kegiatan ini
peneliti didukung instrumen skunder, yaitu foto, catatan dan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan fokus penelitian.
3.6. Teknik analisis data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kulititatif merupakan suatu kegiatan
sesudah data dari responden atau sumber data-data lain semua terkumpul. Teknik analisis
data kualitatif di dalam penelitian kualitatif yaitu memaparkan hasil perkembangan anak
usia dini dalam bentuk observasi/ pengamatan langsung kepada anak tersebut dan
dokumentasi (foto-foto kegiatan anak).
10. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Identitas Anak
4.1.1. Anak I
Nama : Abdurrahman Zaydan Al Fatih
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 4 Tahun
4.1.2. Anak II
Nama : Nadila Savira Putri
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 6 tahun
4.2. Hasil Penelitian
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan masa kanak-kanak usia
(4-6 tahun) yaitu :
1. Anak laki-laki usia 4 tahun (Abdurrahman Zaydan Al Fatih)
No Tugas perkembangan SB CB KB BB
1 Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk
melakukan permainan
√
2 Belajar membentuk sikap positif, yang sehat
terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis
(dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri)
√
3 Belajar bergaul dengan teman sebayanya √
4 Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis
kelaminnya
√
5 Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis
dan berhitung
√
6 Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu
pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari.
√
7 Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman
tentang benar-salah, baik-buruk)
√
8 Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
(bersikap mandiri)
√
9 Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan
sosial.
√
10 Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-
hari.
√
Keterangan :
SB : Sudah berkembang (skor = 4)
CB : Cukup berkembang (skor = 3)
KB : Kurang berkembang (skor = 2)
BB : Belum berkembang (skor = 1)
11. Dalam penelitian ini menggunakan rumus :
SB =
4 𝑥 𝑛𝐴
𝑛𝑆 𝐴
x 100 %
=
4 𝑥 6
40
x 100 %
= 60 %
CB =
3 𝑥 𝑛𝐵
𝑛𝑆 𝐵
x 100 %
=
3 𝑥 2
30
x 100 %
= 20 %
KB =
2 𝑥 𝑛𝐶
𝑛 𝑆 𝐶
x 100 %
=
2 𝑥 2
20
x 100 %
= 20 %
BB =
1 𝑥 𝑛𝐷
𝑛 𝑆 𝐷
x 100 %
=
1 𝑥 0
10
x 100 %
= 0 %
KETERANGAN :
nA : jumlah tugas perkembangan yang diperoleh anak pada kolom (SB)
nB : jumlah tugas perkembangan yang diperoleh anak pada kolom (CB)
nC : jumlah tugas perkembangan yang diperoleh anak pada kolom (KB)
nD : jumlah tugas perkembangan yang diperoleh anak pada kolom (BB)
𝑆𝐴 : 4 x jumlah keseluruhan tugas perkembangan pada kolom (SB)
𝑆 𝐵 : 3 x jumlah keseluruhan tugas perkembangan pada kolom (CB)
𝑆 𝐶 : 2 x jumlah keseluruhan tugas perkembangan pada kolom (KB)
𝑆 𝐷 : 1 x jumlah keseluruhan tugas perkembangan pada kolom (BB)
Jadi berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan dapat disimpulkan bahwa anak usia
4 tahun beberapa tugas perkembangan yang telah dicapainya sudah berkembang(SB)
yaitu sebanyak 60 %, kategori cukup berkembang(CB) sebanyak 20 %, kategori kurang
berkembang(KB) sebanyak 20 %, dan belum berkembang(BB) sebanyak 0 %.
2. Anak Perempuan usia 6 tahun (Nadila Savira Putri)
No Tugas perkembangan SB CB KB BB
1 Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk
melakukan permainan
√
2 Belajar membentuk sikap positif, yang sehat
terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis
(dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri)
√
12. 3 Belajar bergaul dengan teman sebayanya √
4 Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis
kelaminnya
√
5 Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis
dan berhitung
√
6 Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu
pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari.
√
7 Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman
tentang benar-salah, baik-buruk)
√
8 Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
(bersikap mandiri)
√
9 Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan
sosial.
√
10 Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-
hari.
√
Keterangan :
SB : Sudah berkembang (skor = 4)
CB : Cukup berkembang (skor = 3)
KB : Kurang berkembang (skor = 2)
BB : Belum berkembang (skor = 1)
Dalam penelitian ini menggunakan rumus :
SB =
4 𝑥 𝑛𝐴
𝑛𝑆 𝐴
x 100 %
=
4 𝑥 6
40
x 100 %
= 60 %
CB =
3 𝑥 𝑛𝐵
𝑛𝑆 𝐵
x 100 %
=
3 𝑥 3
30
x 100 %
= 30 %
KB =
2 𝑥 𝑛𝐶
𝑛 𝑆 𝐶
x 100 %
=
2 𝑥 1
20
x 100 %
= 10 %
BB =
1 𝑥 𝑛𝐷
𝑛 𝑆 𝐷
x 100 %
=
1 𝑥 0
10
x 100 %
= 0 %
13. Keterangan :
nA : jumlah tugas perkembangan yang diperoleh anak pada kolom (SB)
nB : jumlah tugas perkembangan yang diperoleh anak pada kolom (CB)
nC : jumlah tugas perkembangan yang diperoleh anak pada kolom (KB)
nD : jumlah tugas perkembangan yang diperoleh anak pada kolom (BB)
𝑆𝐴 : 4 x jumlah keseluruhan tugas perkembangan pada kolom (SB)
𝑆 𝐵 : 3 x jumlah keseluruhan tugas perkembangan pada kolom (CB)
𝑆 𝐶 : 2 x jumlah keseluruhan tugas perkembangan pada kolom (KB)
𝑆 𝐷 : 1 x jumlah keseluruhan tugas perkembangan pada kolom (BB)
Jadi berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan dapat disimpulkan bahwa anak usia
4 tahun berjenis kelamin perempuan beberapa tugas perkembangan yang telah
dicapainya sudah berkembang(SB) yaitu sebanyak 60 %, kategori cukup
berkembang(CB) sebanyak 30 %, kategori kurang berkembang(KB) sebanyak 10 %,
dan belum berkembang(BB) sebanyak 0 %.
4.3. Pembahasan
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan masa kanak-kanak usia
4-6 tahun yaitu:
1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
(a)
Gambar 1 : (a)Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
“lego”
Pada periode ini pertumbuhan otot dan tulang berlangsung secara cepat, anak
belajar menggunakan otot-ototnya untuk mempelajari berbagai keterampilan, oleh
karena itu, kebutuhan untuk beraktivitas dan bermain sangatlah tinggi. Anak laki-laki
aktivitasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak wanita. Baik laki-laki dan
wanita senang bermain dalam kelompok. Makin tinggi kelas anak (usia) makin jelas
ciri khas permainan mereka.
Berdasarkan observasi penelitian yang saya lakukan keterampilan fisik untuk
melakukan perkembangan anak usia 4 tahun sudah berkembang, hal ini dapat dilihat
dari aktivitas yang dilakukan anak pada gambar diatas yang sedang memainkan
permainan yang melibatkan fisik seperti anggota tangan atau anggota tubuh lainnya,
anak tersebut tampak memainkan sebuah mainan yang bernama “lego”, ia melibatkan
tangannya untuk menyusun lego tersebut menjadi sebuah bentuk yang menarik seperti
bentuk robot, bentuk hewan, bentuk mobil, atau bentuk-bentuk menarik lainnya.
Implikasinya terhadap sekolah adalah: bahwa sekolah berkewajiban untuk
membantu anak mencapai tugas perkembangan ini secara optimal. Untuk itu ada
14. beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik untuk mengoptimalkan
pencapaian tugas.
2. Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri)
Anak hendaknya mampu mengembangkan kebiasaan untuk hidup sehat dan
melakukan berbagai kebiasaan untuk memelihara keselamatan, kesehatan, dan
kebersihan diri.
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, anak tersebut cukup berkembang
tetapi belum terlalu matang dalam hal menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan
sebelum makan, mencuci kaki sebelum tidur, dan menggosok gigi sebelum tidur.
Kegiatan ini jarang dilakukan anak tersebut lantaran ia suka malas jika disuruh orang
tuanya. Akan tetapi, jika mood nya sedang baik ia mau untuk menjaga kebersihan
dirinya dan bisa melakukannya tanpa bantuan dari yang lain.
3. Belajar bergaul dengan teman sebayanya
(a)
Gambar 2 : Belajar bergaul dengan teman sebayanya melalui mainan mobil-mobilan
Gambar diatas menunjukkan bahwa anak telah mampu membina keakraban
dengan orang lain diluar lingkungan keluarga.seperti bermain bersama teman-
temannya, belajar bersama teman-temannya. Dapat disimpulkan bahwa anak tersebut
sudah berkembang dalam hal bergaul dengan teman sebayanya.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
(a) (b)
Gambar 3 : (a) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya yaitu
bermain mobil-mobilan bersama teman laki-lakinya
Anak pria menampilkan tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat
sebagai pria, demikian juga halnya anak perempuan. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, anak tersebut sudah bisa memainkan peran sesuai dengan jenis
kelaminnya. Dapat dilihat dari gambar bahwa anak tersebut memainkan permainan
mobil-mobilan bersama teman laki-lakinya sesuai dengan jenis kelaminnya, karena
15. kita ketahui bersama bahwa mobil-mobilan adalah permainan yang diperuntukkan
untuk seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki. Dalam hal ini berarti anak
tersebut sudah melaksanakan tugas perkembangannya.
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
(a) (b) (c)
Gambar 4: (a)belajar keterampilan dasar dalam membaca, (b)belajar keterampilan
dasar dalam menulis, dan (c)belajar keterampilan dasar dalam mewarnai.
Karena perkembangan intelektual dan biologis sudah matang untuk
bersekolah, maka anak telah mampu belajar di sekolah, anak dapat belajar membaca,
menulis, dan berhitung, mewarnai karena kemampuan berfikirnya yang
memungkunkan memahami konsep-konsep dan simbol-simbol.
6. Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat)
sehari-hari.
Pada periode ini anak hendaknya mempunyai berbagai konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Inti dari tugas perkembangan saat ini adalah mengenal konsep-
konsep untuk memudahkannya dalam memahami tentang pekerjaan sehari-hari,
kemasyarakatn, kewarganegaraan, dan masalah yang menyangkut sosial.
7. Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik-
buruk)
Pada periode sekolah dasar anak hendaknya dapat mengontrol tingkah laku sesuai
dengan nilai dan moral yang berlaku, kecintaan terhadap nilai dan moral hendaknya
dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan,
anak usia 4 tahun tersebut termasuk dalam kategori kurang berkembang dalam
memahami sesuatu yang benar atau yang salah. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku
si anak yang suka melawan saat dilarang orang tuanya untuk tidak melakukan suatu
hal yang buruk. Anak tersebut belum bisa mengetahui mana yang baik untuk dirinya
dan mana yang buruk untuk dirinya.
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri)
Tugas perkembangan pada masa ini adalah untuk membentuk pribadi yang otonom,
tanpa tergantung pada orang lain dalam mengambil keputusan yang menyangkut
dirinya, maupun peristiwa lain dalam kehidupannya.
9. Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan sosial.
16. (a) (b) (c)
Gambar 4: (a)belajar menyiram bunga, (b)belajar membersihkan kaca, dan
(c)belajar menyapu halaman rumah.
Anak mampu meniru pekerjaan yang biasa dilakukan oleh orang tuanya setiap hari.
Dengan begitu, orang tua perlu memberi contoh yang baik kepada anak agar anak
dapat meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya karena dengan diterapkannya
nilai-nilai sosial yang positif kepada anak, maka anak dapat terbiasa melakukan
kegiatan yang positif seperti yang terdapat pada gambar diatas.
10. Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.
(a) (b)
Gambar 5: (a)belajar mengembangkan konsep agama dengan membaca iqra setiap
malam, (b)belajar mengembangkan konsep agama dengan menghafal surah-surah
pendek yang terdapat dalam Al-Quran dan berdoa setiap melakukan kegiatan.
Anak mampu untuk mengingat pelajaran-pelajaran yang telah diperolehnya
dari sekolah. Dalam belajar, seorang guru selalu menanamkan nilai-nilai agama yaitu
dengan mengajarkan anak untuk dapat membaca iqra’ dan Al-quran bahkan anak
juga dapat menuliskannya dalam benuk tulisan arab. Selain itu, anak juga selalu
dimotivasi untuk menghapal surah pendek dan doa-doa agar dapat diaplikasikan
kedalam kehidupan sehari-hari.
Aspek Perkembangan Anak
Menurut Daeng (1996), secara garis besar ada empat aspek perkembangan yang perlu
ditingkatkan dalam kegiatan pengembangan anak, yaitu: perkembangan fisik,
kognitif, bahasa, dan moral.
1. Perkembangan Fisik dan Motorik
Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang
mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan.
berdasarkan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak laki-laki lebih kuat
dari pada anak perempuan. (Santrock, 1995).
17. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif
seimbang, tetapi secara bertahap tubuh anak akan mengalami perubahan. Bilamana di
masa bayi anak memiliki penampilan yang gemuk maka secara perlahan-lahan
tubuhnya berubah menjadi lebih langsing, sedangkan kaki dan tangannya mulai
memanjang. Ukuran kepalanya masih tetap besar jika dibandingkan dengan tubuhnya,
namun pada akhir masa kanak-kanak ukuran kepalanya tidak lagi terlalu besar jika
dibandingkan dengan tubuhnya.
Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi
proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik
berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang
terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan
bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat
menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya.Seperti pada
gambar diatas, anak bersama teman-temannya sedang bermain dan mengembangkan
kemampuan fisik motoriknya. Tidak ada rasa takut terpancar dari wajah anak-anak ini.
a. Perkembangan Motorik Kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat
termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot
besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan
oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan
motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak.
Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju
perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak
lainnya.
b. Perkembangan Motorik Halus.
Adapun perkembangan motorik halus merupakan
perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot
kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan
pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk
belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan
menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
Berbagai kemampuan yang dimiliki anak dalam menggunakan otot-otot
fisiknya baik otot halus maupun otot kasar dapat menimbulkan rasa percaya diri pada
anak bahwa anak mampu menguasai keterampilan-keterampilan motorik.
Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam
penyesuaian sosial dan pribadi anak. karena keterampilan motorik ini memiliki dua
fungsi, pertama, membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan kedua,
untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu
kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan.
Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak
nanti di sekolah dasar. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik
umumnya sudah mulai dicapai, karena itu anak sudah mulai siap untuk menerima
kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan.
18. 2. Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang
memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.
kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang mencakup segala bentuk
pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada diri individu yang
digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dengan lingkungan seperti
: dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan
lain-lain.
Faktor kognitif memiliki pemahaman bahwa ciri khasnya terletak dalam
belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili
obyek-obyek yang dihadapi dan dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan atau lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Dari
pernyataan ini dapat dikatakan bahwa makin banyak pikiran dan gagasan yang
dimiliki seseorang, makin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang tersebut.
(a) (b)
(a) seorang anak sedang tekun menggunakan kemampuan kognitifnya yaitu berusaha
untuk menulis huruf abjad dan huruf ijaiyah. (b) seorang anak sedang mengembangkan
kemampuan kognitifnya, tampak anak konsentrasi dan berusaha menyelesaikan
sesuatu yang sedang dilakukannya yaitu menyusun lego menjadi bentuk yang menarik.
Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam
belajar, karena sebahagian besar aktivitasnya dalam belajar selalu berhubungan
dengan masalah mengingat dan berfikir dimana kedua hal ini merupakan aktivitas
kognitif yang perlu dikembangkan.
Perkembangan kognitif dapat dipandang sebagai suatu perubahan dari suatu
keadaan seimbang ke dalam keseimbangan baru. Setiap tahap perkembangan kognitif
mempunyai bentuk keseimbangan tertentu sebagai fungsi dari kemampuan
memecahkan masalah pada tahap itu
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan suatu urutan kata-kata, dan bahasa dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda.
Vygotsky (1978: 80) berpendapat bahwa “perkembangan bahasa seiring dengan
perkembangan kognitif, malahan saling melengkapi, keduanya berkembang dalam
satu lingkup sosial”.
Piaget menekankan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan adaptif namun
bersifat egosentris yang proses berpikirnya sangat berbeda dengan orang dewasa,
maka pengalaman belajar disesuaikan dengan pemahaman mereka.
19. Nampak dalam gambar di samping, seorang anak sedang
berkomunikasi kepada temannya dengan memaperkan
mainan yang ia punya menggunakan bahasa yang dimengerti
oleh teman-temannya juga.
Antara usia 4-5 tahun, anak sudah menguasai kalimat yang
terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu
menggunakan kata depan, seperti di bawah, di atas, di dalam
dan di samping.
Antara usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri atas enam sampai delapan
kata. Anak sudah dapat menjelaskan arti kata yang sederhana mengetahui lawan
kata, menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang.
Pada masa akhir usia taman kanak-kanak anak umumnya sudah mampu
berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telah lancar,
dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan
kesalahan berbahasa.
Berbicara berfungsi sebagai alat komunikasi dengan orang lain. Bila anak telah
menguasai kata-kata, kalimat dan tata bahasa, mereka juga akan dapat berkomunikasi
dengan baik dan lebih efektif.
Kemampuan berbahasa merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak,
tapi tidak semua anak mampu menguasai kemampuan ini. Ketidakmampuan anak
berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap pembicaraan
anak lain atau tidak mampu menjawab dengan benar akan menghambat perkembangan
anak. Selain dari itu, ada anak yang masih belum mampu mengucapkan huruf-huruf r,
sy, s, atau lainnya membuat anak sulit berkomunikasi dengan anak lain.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam
kehidupan anak. Di samping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran
dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran
dan perasaan orang lain. Selain dari itu, bahasa juga merupakan pintu gerbang ilmu
pengetahuan, dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan sesama.
4. Perkembangan moral
Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku
tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral memiliki dimensi
intrapersonal, yang mengatur aktifitas seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi
sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian
konflik. (Santrock, 2007 ). Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-atuaran dan
ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam berinteraksi
dengan orang lain.
Pada usia Taman Kanak-kanak, anak telah memiliki pola moral yang harus
dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral
diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang
dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh aspek motivasi
kognitif dan aspek motivasi afektif. Menurut John Dewey tahapan perkembangan
moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous.
Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada fase pertama dan kedua. Oleh
20. sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan
moral tersebut.
Peran guru dan orang tua dalam membantu mencapai tugas perkembangan anak
usia dini :
A. Peran orang tua
Bagi anak, orang tua (ayah ibu) merupakan figur orang dewasa pertama yang dikenal
anak sejak bayi. Selain kedekatan karena faktor biologis, anak biasanya cukup dekat
dengan ayah ibunya karena hampir seluruh hidupnya dekat dan dihabiskan bersama
orangtuanya. Oleh karena itu, ayah ibu meniliki pengaruh besar terhadap
perkembangan anak.
Beberapa petunjuk bagi orangtua untuk mengembangkan kemampuan anak, yaitu:
1. memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak dan memahami bahwa setiap
anak bersifat unik;
2. memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan
bernutrisi, rasa aman, dan nyaman;
3. memperhatikan pola pendidikan yang diajarkan oleh guru di sekolah anak dan
mencoba menyelaraskan pola tersebut dengan pola pendidikan di rumah;
4. memberikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan perilaku yang
terpuji;
5. memberikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya,
6. bersikap tegas dan konsisten.
Peran orangtua dalam membantu anak dalam mencapai Tugas Perkembangan :
1. Fase oral (mulut)
Pada periode ini peran orang tua yang dibutuhkan anak adalah pemberian kasih sayang
dengan menyusui dan membelai atau mengusap. Anak merasakan nikmat dan
kenyamanan kalau bibirnya disentuh oleh payudara ibunya yag lembut dan hangat,
dibelai dengan penuh kasih sayang oleh tangan dan kulit ibunya yang halus. Sentuhan
dan belaian ini akan menimbulkan kesan kejiwaan nyaman, tentram, dan damai dan
persaan dilindungi.
Erik Erikson (1968) mengemukakan bahwa anak yang mengalami kesan kepuasan
seperti ini memiliki keyakinan dasar yang benar dan bagus tentang dunia (basic trust).
Sebaliknya anak yang tidak disusui, sedikit sekali disentuh dan dibelai dan miskin
kasih sayang akan memilki kesan kejiwaan yang negative tentang kehidupan ini. Anak
merasa diabaikan, tidak dilindungi, tidak aman dan ini menjadi sumber kekecewaan
dalam menghadapi kehidupan. Anak menghayati dunia sebagai keadaan yang kejam,
tidak menyenangkan dan tidak aman sehingga dalam menghadapi kehidupan selalu
curiga, cemas, dan perasaan tidak tentram.
2. Fase anal (anus)
Dalam fase ini peran orangtua yang diharapkan untuk anak adalah melatih anak buang
air yang tertib. Anak-anak dilatih buang air pada tempat yang pantas, lebih penting
lagi menciptakan suasana hati yang tenang dan tentram selama buang air. Erikson
memperingatkan orangtua agar tidak melakukan latihan-latihan buang air dengan
21. disiplin yang keras, karena dapat menimbulkan krisis kejiwaan pada masa ini dan
setelah dewasa nantinya ia akan menjadi orang dewasa yang suka memaksa.
3. Fase phallic (kelamin)
Pada fase ini uapaya yang dilakukan orangtua adalah:
1. Orangtua yang dijadikan saingan (rival) hendaknya tetap menunjukkan sayang
dan perhatian yang dalam terhadap anaknya. Jauhilah sifat bermusuhan terhadap
anak, sehingga anak selalu mendapat kesan bahwa orangtuanya yang dijadikannya
saingan, tetap baik dan menyayanginya.
2. Antara kedua orangtua hendaknya menampakkan saling menyayangi, saling
menghormati dan saling menonjolkan kebaikan pihak lain. Dalam hal ini misalnya
ibu hendaknya selalu membanggakan ayah didepan anak laki-lakinya begitupun
sebaliknya.
4. Fase laten
Pada fase ini peran orangtua yang diharapkan adalah memberi kesempatan dan
menyokong berbagai ide anak untuk berbuat sesuatu sampai berhasil. Orangtua
hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk berkarya. Hubungan anak
yang beralih kepada teman sebaya hendaknya di pupuk oleh orangtua dengan
mendekati dan mengakrapi teman sebaya anak-anaknya. Perkembangan moral anak
dikembangkan dengan memberikan contoh dari orangtua dan melaksanakan disiplin
secara induktif. Disiplin dengan cara induktif maksudnya memberikan larangan
dengan alas an-alasan mengapa ia boleh, atau tidak boleh melakukan sesuatu.
B. Peran guru
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang
dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Jadi dapat diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri anak. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Guru
adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya proses
pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum. Tetapi menurut
Kartono (1986) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat
perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak, adegan
dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan untuk anak. (M.
Solehuddin, 1997 : 55).
Ada beberapa pendekatan peran guru dalam pembelajaran, antara lain
1. Guru berperan sebagai pengajar. Dalam hal ini guru harus mengajar sesuai dengan
kurikulum tanpa melihat minat anak. Semua anak dianggap botol kosong yang harus
diisi oleh berbagai informasi tanpa melihat perbedaan bahkan meski anak tidak
berminat pun guru harus tetap menyampaikan apa yang sudah dugariskan dalam
kurikulum tersebut.
2. Guru berperan membelajarkan anak. Pada pendekatan ini guru berpegang pada
panduan kemampuan yang akan dicapai anak dengan cara memahami minat, perasaan
dan pengalaman anak. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman, perasaannya melalui
berbagai interaksi kepada guru maupun teman sebaya. Dalam hal ini anak dapat
dengan leluasa mengekspresikan apa saja yang ada dalam pikirannya.
22. BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kedua
anak usia 4-6 tahun sudah melaksanakan tugas perkembangan sesuai dengan usia
mereka. Anak laki-laki usia 4 tahun mencapai tugas perkembangan yang sudah
matang sebanyak 60%, dalam hal ini berarti anak tersebut termasuk dalam kategori
sudah berkembang. Tugas perkembangan ini juga dicapai oleh anak perempuan usia
6 tahun, anak tersebut termasuk dalam kategori berkembang , persentase yang
diperolehnya juga sebesar 60%. Perkembangan anak secara fisik dan motorik,
kognitif, bahasa dan moral termasuk dalam kategori normal, sesuai dengan fase
pertumbuhan anak secara umum. Anak dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa
perkembangan mereka berada pada batasan normal.
Orang tua sangatlah berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak karena orang tua merupakan pendidik utama ketika anak dirumah sehingga
membantu proses pembentukan karakter anak mereka. Oleh sebab itulah, orang tua
diharapkan ikut serta dan berperan aktif dalam kegiatan anak, sehingga ketika anak
berada dirumah, orang tua dapat mengarahkan anaknya sesuai dengan usia dan
kemampuan anak.
Dengan adanya peran orang tua maka orang tua dapat mengerti bagaimana proses
tumbuh kembang anak mereka yang akan menbah pengetahuan orang tua tentang
bagaimana cara mendidik anak mereka sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.
Selain itu peran guru juga sangat diperlukan, karena guru adalah orang tua kedua
yang diamanahkan untuk menjaga anak yang ditipkan oleh orang taunya. Untuk itu,
guru harus menjadi suri tauladan yang baik, karena sebagian besar anak pada fase ini
sangat mudah meniru, dan juga sangat mudah menangkap apa saja yang diajarkan
oleh guru.
5.2. Saran
Dengan mengetahui tugas perkembangan anak diatas maka peran orang tua sangat
dibutuhkan. Dimana dalam mengasuh anak untuk tumbuh dengan maksimal,
sempurna dan seimbang butuh pengasuhan ayah dan ibu. Sehingga dapat tercipta
keseimbangan antara otak kanan-kiri anak. Sebab setiap anak itu memiliki
kepribadian dan karakter yang berbeda-beda. Berikanlah rasa nyaman pada buah hati
hingga hormone untuk mendukung pertumbuhannya diproduksi secara
maksimal. Maka dari itu anak usia diatas 6 tahun otak kirinya mulai berkembang,
mulai berfikir logis serta lingkungan memberikan pengaruh 30 persen dan orang tua
70 persen. Oleh sebab itu dalam usia ini orang tua dituntut menjadi motivator dan
orangtua dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap
perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku.
23. DAFTAR PUSTAKA
Apipudin. 2014. https://apippa.wordpress.com/perkembangan-dan-tugas-perkembangan-peserta-
didik/ (diakses pada tanggal 25 November 2017 pukul 17:20).
Daeng, S, Dini P. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak, Bagian 2. Jakarta : Depdikbud.
Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung : Alumni.
Erikson, Erick, H.1968. Identity, youth, and Crisis. International University Press.
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Mahfud, A. 2015. http://furqoniaziz96.blogspot.co.id/2016/02/makalah-tugas-perkembangan-
havighurst.html (diakses pada tanggal 25 November 2017 pukul 17:27).
Priyanto, A. 2015. https://www.kompasiana.com/dwiteguhpriyanto/pertumbuhan-dan-
perkembangan-pada-manusia_5500433ea333117c6f510705 (diakses pada tanggal 25 November
2017 pukul 17:18).
Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA, Wm, C.Brown.
Solehuddin, M. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung : FIP UPI
Vygotsky. 1978. Vygostsy and Education:Instructional Implications.
Wianti, E. 2015. http://ekawianti89.blogspot.co.id/2013/12/tugas-perkembangan-anak-usia-
sekolah.html (diakses pada tanggal 25 November 2017 pukul 17:22).