SlideShare a Scribd company logo
1 of 60
BAB 4
PAJAK PENGHASILAN
Nama : KRISTINA
Nim : 1612031117
Kelas : A.12
PAJAK PENGHASILAN UMUM
Undang Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 telah
diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1997 dan
telah a berubah berikutnya menjadi Undang Undang No.
17 Tahun 2000 mulai berlaku 1 Januari 2001 dan terakhir
menjadi Undang Undang No. 36 Tahun 2008 mulai
berlaku 1 Januari 2009
Subjek Pajak
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun
pajak Adapun yang menjadi subjek pajak adalah:
1. Orang pribadi;
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak;
3. Badan; dan
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Pengertian Pajak Subjektif adalah
Subjek pajak dalam negeri yakni:
Orang Pribadi dimulai saat dilahirkan, berada atau berniat
tinggal di Indonesia, dan berakhir saat meninggal dunia
atau meninggalkan Indonesia.
Badan dimulai saat didirikan atau berkedudukan di
Indonesia dan berakhir saat dibubarkan atau tidak lagi
berkedudukan di Indonesia.
Subjek pajak luar negeri yakni
(1). Non-BUT dimulai saat mempunyai penghasilan di
Indonesaia dan berakhir saat tidak lagi mempunyai
penghasilan dari Indonesia.
(2). BUT dimulai saat melakukan usaha.kegiatan
melalui BUT di Indonesia dan berakhir saat tidak
lagi menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia.
c. Warisan belum terbagi dimulai saat timbulnya
warisan dan berakhir saat warisan selesai dibagi.
Objek Pajak
Dalam Pasal 4 ayat 1 UU No.36 Tahun 2008 dinyatakan
bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan,
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, termasuk
Lanjutan
penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
laba usaha;
keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
Penghasilan yang dapat dikenai pajak
bersifat final (PPh Pasal 4 ayat 2)8
 Bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
a. Hadiah undian;
b. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
c. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan
Tidak termasuk objek pajak (PPh Pasal 4
ayat 2)9
 Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang 42
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
LANJUTAN10
 Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
 Warisan;
 Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal;
Terutang
11
 Penghasilan Neto dapat dihitung dengan dua cara yaitu
dengan dasar Norma Penghitungan (pencatatan) dan
pembukuan. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak
badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib melakukan
pencatatan, adalah Wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Penghitungan Penghasilan Neto dengan Norma
Penghitungan
12
 Penghitungan Penghasilan neto dan pajak terutang dengan
Norma Penghitungan Pengahasilan Neto adalah dengan cara
mengalikan besarnya peredaran bruto dengan Persentase
Norma Penghitungan. Wajib pajak Orang Pribadi
diperkenankan menggunakan pencatatan dengan syarat
 Peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
 Memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
Penghitungan Penghasilan Neto dengan
Pembukuan
13
 biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain:
 1. biaya pembelian bahan;
 2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan
yang diberikan dalam bentuk uang;
 3. bunga, sewa, dan royalti;
 4. biaya perjalanan;
Pengurangan yang Tidak Diperkenankan
14
 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota;
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
Kompensasi Kerugian
15
 Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan tersebut
ternyata didapat kerugian, maka kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
16
 Bagi Wajib pajak Orang Pribadi dalam negeri, besarnya
Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung dengan cara
penghasilan neto dikurangi dengan Penghasilan Tidak
Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar:
a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat
puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib pajak orang pribadi;
b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu
rupiah) tambahan untuk Wajib pajak yang kawin;
Depresiasi dan Amortisasi
17
 Depresiasi/penyusutan adalah alokasi biaya dari aktiva
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun selama masa manfaat aktiva tersebut.
Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud,
kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki
dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian
yang sama besar selama masa manfaat yang telah
ditentukan bagi harta.
Kredit Pajak
18
 Pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan merupakan
angsuran pajak yang dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak
(dikreditkan) terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk
tahun pajak yang bersangkutan. Kredit pajak hanya boleh
diperhitungkan untuk Pajak Penghasilan yang tidak bersifat
final.
 Menurut KUP Pasal 1 ayat 22 dinyatakan bahwa Kredit Pajak
untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri
oleh Wajib pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang
dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam
tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
Pajak Penghasilan pasal 22
19
 Pajak Penghasilan pasal 22 adalah pajak penghasilan yang
dipungut oleh bendaharawan atau badan lain yang
ditunjuk sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang, melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan
usaha di bidang tertentu.
Pajak Penghasilan pasal 23
20
 Pajak Penghasilan pasal 23 adalah pajak penghasilan yang
dipotong (serta disetor dan dilaporkan) sehubungan
dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh atas
menggunaan modal (Capital Income) dan penghasilan
sehubungan dengan jasa yang diterima oleh Wajib pajak
Badan dan BUT.
Pajak Penghasilan pasal 24
21
 Pajak pengahsilan pasal 24 adalah pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima atau diperoleh oleh Wajib pajak dalam
negeri.
Pajak Penghasilan pasal 25
22
 Pajak pengahsilan pasal 25 adalah angsuran pajak tahun
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib pajak
untuk setiap bulannya. Dalam hal ini termasuk pajak yang
dibayar atas Wajib pajak Orang Pribadi yang bertolak ke
luar negeri.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26
23
Dasar hukum Pajak Penghasilan pasal 21 adalah UU no. 36
Tahun 2008, yang dimaksud dengan PPh Pasal 21 adalah pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Pajak penghasilan pasal 26 adalah pajak atas penghasilan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam
negeri.
Penerima Penghasilan
24
 Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21
dan/atau PPh pasal 26 adalah orang pribadi yang
menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak,
yang meliputi :
 Pegawai tetap, yaitu orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji
dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota
dewan komisaris dan anggota dengan pengawas yang
secara teratur dan terus menerus ikut mengelola kegiatan
perusahaan secara langsung.
25
 Pegawai lepas, yaitu orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila
orang pribadi yang bersangkutan bekerja.
Pegawai dengan status Wajib pajak luar negeri, yaitu
orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan.
Tidak termasuk dalam pengertian penerima
penghasilan
26
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain
dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka. Dengan syarat bukan WNI dan di Indonesia
tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar
jabatannya.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang diatur
dalam Kep. Men. Keu, sepanjang bukan WNI dan tidak
menjalankan usaha dan melakukan kegiatan atau kegiatan
lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
Objek PPh Pasal 21/26
27
 Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21/26 adalah:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur
berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium
(termasuk untuk anggota dewan komisaris dan anggota
dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur,
tunjangan tunjangan termasuk tunjangan pajak, premi
asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan
teratur lainnya dengan nama apapun.
b. Penghasilan yang diterima dan diperoleh secara tidak
teratur yang berupa jasa produksi.
PPh 21 Atas Penghasilan tidak teratur
28
 Kepada pegawai tetap adakalanya diberikan penghasilan
tidak teratur seperti bonus, jasa produksi, Tunjangan Hari
Raya (THR), dan atau penghasilan lain sejenis, yang
sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan hanya sekali
setahun.
PPh 21 atas Uang Pensiun
29
 Pada saat pegawai tetap berhenti bekerja karena pensiun,
pemotong pajak berkewajiban menghitung kembali
jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh pegawai tetap
menurut tarif PPh pasal 17. Setelah pegawai tetap
pensiun, kemudian mulai menerima uang pensiun
misalnya dari Dana Pensiun. Dana Pensiun, dalam hal ini
sebagai pemberi penghasilan, harus menghitung PPh
Pasal 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau
diperoleh penerima pensiun pada tahun pertama pensiun.
PPh 21 atas kenaikan gaji
30
a. Dibuat penghitung awal yaitu penghitungan seperti biasa
sebelum ada kenaikan dalam satu tahun dan dihitung PPh 21
tiap bulan.
b. Dibuat penghitungan setelah kenaikan gaji dalam 1 tahun
serta dicari PPh 21 tiap bulan.
c. Hitung PPh 21 yang seharusnya dibayar selama ada
kenaikan
d. Hitung PPh 21 yang telah dipotong selama ada kenaikan
e. Dicari selilih antara point c dan d (c-d) maka ditemukan PPh
21 atas uang rapel.
PPh 21 Atas Upah
31
Penghasilan yang diterima pegawai harian, mingguan,
pemagang dan pegawai tidak tetap lainnya, dapat berupa
upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan
dan uang saku harian, penghasilan bruto tersebut di atas
yang besarnya tidak lebih dari Rp150.000 sehari tidak
dikenakan PPh pasal 21..
Apabila penghasilan tersebut jumlah brutonya melebihi
Rp150.000,00 sehari dikenakan pajak. Pajak yang
terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif
sebesar 5%. Besarnya PTKP harian tidak dipengaruhi
status penerima upah.
Upah harian
32
 Pegawai harian atau pegawai tidak tetap yang menerima
penghasilan berupa upah harian dan uang saku harian
dikenakan PPh pasal 21 dengan cara penghitungan sbb:
a) Dihitung penghasilan bruto satu hari yang berupa upah
harian atau uang saku harian.
b) Kemudian dihitung penghasilan sebagai dasar
penerapan tarif, dengan cara penghasilan bruto sehari
dikurangi dengan PTKP harian sebesar Rp150.000,00
(seratus lima puluh ribu rupiah) sehari.
Upah Borongan
33
 Pegawai lepas atau pegawai tidak tetap yang menerima
penghasilan berupa upah borongan, dikenakan PPh pasal
21 dengan cara penghitungan seperti pada upah harian di
atas, untuk penerapan PTKP harian, upah borongan
diperhitungkan dahulu menjadi upah satu hari dengan cara
banyaknya hari yang dipergunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan borongan tersebut.
Uang Pesangon
34
 Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh
pemberi kerja termasuk Pengelola Dana Pesangon Tenaga
Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau
terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
Uang Manfaat Pensiun
35
 Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat
pensiun yang dibayarkan kepada orang pribadi peserta
dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana
Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga
Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
Tunjangan Hari Tua
36
 Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan
sekaligus oleh badan penyelenggara tunjangan hari tua
kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun.
Jaminan Hari Tua
37
 Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan
sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan sosial renaga
kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka
waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang
ditentukan.
 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa
Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
38
 Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak penghasilan
yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap, yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh
pasal 21.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
39
 Wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas penghasilan
kena pajak yang berasal dari seluruh penghasilan wajib
pajak termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh
dari luar negeri. Jadi, pajak penghasilan dikenakan kepada
wajib pajak tanpa memandang tentang penghasilan
tersebut diperoleh dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Dalam menghitung pajak penghasilan, maka seluruh
penghasilan tersebut digabungkan. Apabila dalam
penghasilan kena pajak terdapat penghasilan dari luar
negeri.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
40
a. Dalam rangka meringankan wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban membayar pajak, maka sistem
pembayaran pajak di Indonesia mengatur secara khusus
tentang cara pembayaran pajak dengan angsuran pajak
hal ini diatur dalam pasal 25 UU No. 36 tahun 2008
tentang pajak penghasilan.
b. Pajak penghasilan pasal 25 ayat 1 menyatakan besarnya
angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan
adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak.
41
Ketentuan pasal 26 Undang-undang mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang
bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri (baik orang pribadi
maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap
WAJIB PAJAKPPh PASAL26
Yang dikenakan pemotongan PPh pasal 26
adalah Wajib Pajak luar negeri (orang pribadi
maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap
yang menerima atau memperoleh
penghasilan.
objek pajak Penghasilan pasal 26
42
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah :
a. Dividen
b. Bunga
c. Royalti, sewa,dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
h. Keuntungan karena pembebasaan hutang
43
Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di
Indonesia, yang berupa :
a) Perhiasan Mewah
b) Berlian
c) Emas
d) Intan
e) Jam tangan mewah
f) Barang antik
g) Lukisan
h) Mobil
i) Motor
j) Kapar pesiar
k) Pesawat terbang ringan.
Tarif Pajak Dan Penerapannya
44
1. Atas penghasilan yang berupa :
 Dividen
 Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.
 Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta.
 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan
kegiatan
 Hadiah dan penghargaan
 Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
PPh pasal 26 = Penghasilan Bruto x 20%
45
2. Atas penghasilan yang berupa :
 Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
 Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar
negeri.
Dipotong PPh pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
PPh pasal 26 = (penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20%
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta
adalah 25% dari harga jual.
46
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan premi
reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri adalah
sbb :
a. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi
luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar
50% dari jumlah premi yang dibayar.
b. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri
baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 10% dari
jumlah premi yang dibayar.
c. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri
baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 5% dari
jumlah premi yang dibayar.
47
3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham
dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
PPh pasal 26 = (penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan neto) x 20 %
Besarnya penghasilan neto adalah 25% dari harga jual
4. Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
48
Penanaman kembali tersebut harus memenuhi persyaratan sbb :
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah
dikurangi Pajak Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri;
b. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana pada
huruf a, harus secara aktif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akte
pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak perusahaan tersebut; dan
c. Penanaman modal kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling lama
tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan
tersebut.
d. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling singkat
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan baru tersebut telah
berproduksi komersial.
PPh pasal 26 = (PKP – PPh terutang) x 20%
49
CONTOH SOAL PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 26
Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT. Dira Consult. Mike
bertempat tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri, dan
mempunyai seorang anak. Dalam bulan April 2009, Mike memperoleh
gaji US$ 5,000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 10.500,-per US$ 1.
Penghitungan PPh pasal 26 :
Penghasilan bruto berupa gaji sebulan :
5.000 x Rp. 10.500,- = Rp 52.500.000,-
Penerapan Tarif :
20% x Rp 52.500.000,- = Rp 10.500.000,-
PPh Pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah : Rp 10.500.000,-
Pemotong PPh Pasal 26
50
a. Badan pemerintah
b. Subyek pajak dalam negeri
c. Penyelenggara kegiatan
d. BUT ( Badan Usaha Tetap)
e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang
melakukan pembayaran kepada WP LN, selain BUT
SIFAT PEMOTONGAN
51
Pemotongan PPh pasal 26 bersifat final,kecuali:
 Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau
kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di indonesia
yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di
indonesia.
 Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam
PPh pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat ,
sepanjang yang terdapat hubungan efektof atau BUTdengan
harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan yang
dimaksud
 Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status
menjadi wajib pajak dalam luar negeri atau BUT
BAGIAN 11 PAJAK
PENGHASILAN PASAL
4 AYAT 2 ( pph yang
bersifat final)
52
Pajak penghasilan ATAS BUNGA, SEWA DAN IMBALAN JASA
KONSULTAN DAN JASA KONSTRUKSI YANG DIATUR DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH(PPH PASAL 4 AYAT 2)
53
PASAL 4 AYAT 2 udang – undang pajak penghasilan
menyebutkan, bahwa: “atas penghasilan berupa bunga
deposito, dan tabungan- tabungan lainnya penghasilan
dari transaksi sahamdan sekuritas lainnya di bursa efek,
penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau
bangunan serta penghasilan tertentu lainnya,pengenaan
pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah.
deposito dan tabungan, dan diskonto sertifikat bank
indonesia
54
 pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa
bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat
bank indonesia( SBI )diatur dengan per- aturan
pemerintah No.131 tahun 200. menurut PP NO. 131
tahun131 tahun 2000, atas penghasilan berupa bunga
yang berasal dari deposito dan tabunga serta diskonto SBI
yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri dan BUT
kenakan pajak penghasilan yang bersifat final. Besarnya
pph yang di potong adalah 20% dari jumlah bruto.
Pph (final )=10% xBruto
55
 Contoh :
PT.BDS menyewa sebuah ruko dari tuan Wibawa untuk
dijadikan kantor dengan Nilai sewa sebesar Rp.
40.000.000
PPh pasal 4 ayat 2 dipotong oleh PT.BDS adalah
10% X Rp.40.000.000= Rp.4.000.000
PPh Final diatas penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan/bangunanan
56
 Wajib pajak orang pribadi dan yayasan organisasi yang
sejenis yang mengalihkan hak atas Tanah dan atau
bagunan wajib membayar PPh final 5% dari jumlah Bruto
nilai pengalihan( Nilai tertinggi) antara nilai berdasarkan
akta jual beli atau pengalihan NJOP tanah dan bangunan
sesuai SPPT PBB.
PPh (Final) =5% X Bruto
Usaha jasa konstruksi
57
Peraturan pemerintah No.51 Tahun 2008
a. Jasa konstruksi
b. Pekerjaan konstruksi
c. Perencanaan konstruksi
d. Pelaksanaan konstruksi
e. Pengawasan konstruksi
f. Penyediaan jasa
58
Atas penghasilan dari usaha konstruksi dikenakan pajak
penghasilan yang bersifat Final. Besarnya PPh yang
dipotong adalah Sbb:
 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil
 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha
PPh( Final) = 2% X Jumah Jasa
PPh( Final) = 4% X Jumah Jasa
LANJUTAN
59
 3 % untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa selain penyedia jasa yang sebagaimana
dimaksud dalam angka dan angka 2
 4 % untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa selain penyedia jasa yang memiliki
kualifikasi usaha
PPh( Final) = 3% X Jumah Jasa
PPh( Final) = 4% X Jumah Jasa
LANJUTAN
60
6 % untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan
konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak
memiliki kualifikasi usaha
Pajak penghasilan atas jasa konstruksi:
a. Dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran,
dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak
b. Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna
jasa bukan merupakan pemotong pajak.
PPh( Final) = 6% X Jumah Jasa

More Related Content

What's hot

Aspek perpajakan yayasan pendidikan
Aspek perpajakan yayasan pendidikanAspek perpajakan yayasan pendidikan
Aspek perpajakan yayasan pendidikanjamuddin
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaIkbalAdytiaNst
 
Bahan sosialisasi spt tahunan badan
Bahan sosialisasi spt tahunan badanBahan sosialisasi spt tahunan badan
Bahan sosialisasi spt tahunan badanheri baskoro
 
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70) Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70) Prie Yono
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniRiki Ardoni
 
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Keuangan FiskalRekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskalguest841855
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilaneryeryey
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakanisa93
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalYABES HULU
 
3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badanana razma
 
Pajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan UmumPajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan UmumDharaniKassapa
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21Fitri Bersahabat
 
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Yesica Adicondro
 
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeBagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeAsep suryadi
 
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Prie Yono
 

What's hot (20)

Aspek perpajakan yayasan pendidikan
Aspek perpajakan yayasan pendidikanAspek perpajakan yayasan pendidikan
Aspek perpajakan yayasan pendidikan
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
 
Bahan sosialisasi spt tahunan badan
Bahan sosialisasi spt tahunan badanBahan sosialisasi spt tahunan badan
Bahan sosialisasi spt tahunan badan
 
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70) Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
Akuntansi pasca tax amnesty (psak 70)
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
 
Bab3 pph
Bab3 pphBab3 pph
Bab3 pph
 
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Keuangan FiskalRekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajak
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskal
 
Pajak Penghasilan
Pajak PenghasilanPajak Penghasilan
Pajak Penghasilan
 
3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan
 
Pajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan UmumPajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan Umum
 
Mahir BUT
Mahir BUTMahir BUT
Mahir BUT
 
Perpajakan 2
Perpajakan 2Perpajakan 2
Perpajakan 2
 
PPh Pasal 26
PPh Pasal  26PPh Pasal  26
PPh Pasal 26
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21
 
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
 
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeBagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
 
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
Artikel pph 21 (pemotongan dan pemungutan)
 

Similar to Pajak Penghasilan Bab 4

PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfNathaniaAprillya
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.pptJancokKoe1
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.pptabifarizka
 
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang  pphUu no.36 tahun 2008 tentang  pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang pphRoko Subagya
 
INISIASI ketentuan umum tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
INISIASI ketentuan umum  tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...INISIASI ketentuan umum  tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
INISIASI ketentuan umum tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...YudhiAprianto3
 
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptxIHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptxMarkLee622262
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxmatius7
 
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxPert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxLidyaYuni
 
INISIASI pajak penghasilan umum.pptx
INISIASI pajak penghasilan umum.pptxINISIASI pajak penghasilan umum.pptx
INISIASI pajak penghasilan umum.pptxYudhiAprianto3
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - PenjelasanChairudin NR
 
Slide_6_Rekonsiliasi_Fiskal.pptx
Slide_6_Rekonsiliasi_Fiskal.pptxSlide_6_Rekonsiliasi_Fiskal.pptx
Slide_6_Rekonsiliasi_Fiskal.pptxEviDewigc
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdfMATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdfMARWANANURDIN
 
Slide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadiSlide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadiNaila Karima
 
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPHUndang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPHYesica Adicondro
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan22091993GS
 

Similar to Pajak Penghasilan Bab 4 (20)

PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang  pphUu no.36 tahun 2008 tentang  pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
 
INISIASI ketentuan umum tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
INISIASI ketentuan umum  tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...INISIASI ketentuan umum  tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
INISIASI ketentuan umum tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
 
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptxIHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
 
Dasarhukum pph
Dasarhukum pphDasarhukum pph
Dasarhukum pph
 
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxPert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
 
Spt op
Spt opSpt op
Spt op
 
INISIASI pajak penghasilan umum.pptx
INISIASI pajak penghasilan umum.pptxINISIASI pajak penghasilan umum.pptx
INISIASI pajak penghasilan umum.pptx
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
 
Slide_6_Rekonsiliasi_Fiskal.pptx
Slide_6_Rekonsiliasi_Fiskal.pptxSlide_6_Rekonsiliasi_Fiskal.pptx
Slide_6_Rekonsiliasi_Fiskal.pptx
 
PPh PASAL 24
PPh PASAL 24PPh PASAL 24
PPh PASAL 24
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdfMATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
 
Slide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadiSlide pph orang pribadi
Slide pph orang pribadi
 
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPHUndang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
 
Uu 36 2008_penj
Uu 36 2008_penjUu 36 2008_penj
Uu 36 2008_penj
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 

Pajak Penghasilan Bab 4

  • 1. BAB 4 PAJAK PENGHASILAN Nama : KRISTINA Nim : 1612031117 Kelas : A.12
  • 2. PAJAK PENGHASILAN UMUM Undang Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1997 dan telah a berubah berikutnya menjadi Undang Undang No. 17 Tahun 2000 mulai berlaku 1 Januari 2001 dan terakhir menjadi Undang Undang No. 36 Tahun 2008 mulai berlaku 1 Januari 2009
  • 3. Subjek Pajak Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun pajak Adapun yang menjadi subjek pajak adalah: 1. Orang pribadi; 2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; 3. Badan; dan 4. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
  • 4. Pengertian Pajak Subjektif adalah Subjek pajak dalam negeri yakni: Orang Pribadi dimulai saat dilahirkan, berada atau berniat tinggal di Indonesia, dan berakhir saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia. Badan dimulai saat didirikan atau berkedudukan di Indonesia dan berakhir saat dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia.
  • 5. Subjek pajak luar negeri yakni (1). Non-BUT dimulai saat mempunyai penghasilan di Indonesaia dan berakhir saat tidak lagi mempunyai penghasilan dari Indonesia. (2). BUT dimulai saat melakukan usaha.kegiatan melalui BUT di Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia. c. Warisan belum terbagi dimulai saat timbulnya warisan dan berakhir saat warisan selesai dibagi.
  • 6. Objek Pajak Dalam Pasal 4 ayat 1 UU No.36 Tahun 2008 dinyatakan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk
  • 7. Lanjutan penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini; hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; laba usaha; keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
  • 8. Penghasilan yang dapat dikenai pajak bersifat final (PPh Pasal 4 ayat 2)8  Bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; a. Hadiah undian; b. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; c. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan
  • 9. Tidak termasuk objek pajak (PPh Pasal 4 ayat 2)9  Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang 42 diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
  • 10. LANJUTAN10  Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;  Warisan;  Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
  • 11. Terutang 11  Penghasilan Neto dapat dihitung dengan dua cara yaitu dengan dasar Norma Penghitungan (pencatatan) dan pembukuan. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
  • 12. Penghitungan Penghasilan Neto dengan Norma Penghitungan 12  Penghitungan Penghasilan neto dan pajak terutang dengan Norma Penghitungan Pengahasilan Neto adalah dengan cara mengalikan besarnya peredaran bruto dengan Persentase Norma Penghitungan. Wajib pajak Orang Pribadi diperkenankan menggunakan pencatatan dengan syarat  Peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).  Memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
  • 13. Penghitungan Penghasilan Neto dengan Pembukuan 13  biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:  1. biaya pembelian bahan;  2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;  3. bunga, sewa, dan royalti;  4. biaya perjalanan;
  • 14. Pengurangan yang Tidak Diperkenankan 14  Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;  Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
  • 15. Kompensasi Kerugian 15  Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan tersebut ternyata didapat kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
  • 16. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 16  Bagi Wajib pajak Orang Pribadi dalam negeri, besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung dengan cara penghasilan neto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar: a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib pajak orang pribadi; b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib pajak yang kawin;
  • 17. Depresiasi dan Amortisasi 17  Depresiasi/penyusutan adalah alokasi biaya dari aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun selama masa manfaat aktiva tersebut. Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta.
  • 18. Kredit Pajak 18  Pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan merupakan angsuran pajak yang dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak (dikreditkan) terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Kredit pajak hanya boleh diperhitungkan untuk Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final.  Menurut KUP Pasal 1 ayat 22 dinyatakan bahwa Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
  • 19. Pajak Penghasilan pasal 22 19  Pajak Penghasilan pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dipungut oleh bendaharawan atau badan lain yang ditunjuk sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang tertentu.
  • 20. Pajak Penghasilan pasal 23 20  Pajak Penghasilan pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dipotong (serta disetor dan dilaporkan) sehubungan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh atas menggunaan modal (Capital Income) dan penghasilan sehubungan dengan jasa yang diterima oleh Wajib pajak Badan dan BUT.
  • 21. Pajak Penghasilan pasal 24 21  Pajak pengahsilan pasal 24 adalah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh oleh Wajib pajak dalam negeri.
  • 22. Pajak Penghasilan pasal 25 22  Pajak pengahsilan pasal 25 adalah angsuran pajak tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib pajak untuk setiap bulannya. Dalam hal ini termasuk pajak yang dibayar atas Wajib pajak Orang Pribadi yang bertolak ke luar negeri.
  • 23. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 23 Dasar hukum Pajak Penghasilan pasal 21 adalah UU no. 36 Tahun 2008, yang dimaksud dengan PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Pajak penghasilan pasal 26 adalah pajak atas penghasilan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri.
  • 24. Penerima Penghasilan 24  Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak, yang meliputi :  Pegawai tetap, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dengan pengawas yang secara teratur dan terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.
  • 25. 25  Pegawai lepas, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja. Pegawai dengan status Wajib pajak luar negeri, yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
  • 26. Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan 26 a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka. Dengan syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatannya. b. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang diatur dalam Kep. Men. Keu, sepanjang bukan WNI dan tidak menjalankan usaha dan melakukan kegiatan atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
  • 27. Objek PPh Pasal 21/26 27  Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21/26 adalah: a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk untuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, tunjangan tunjangan termasuk tunjangan pajak, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun. b. Penghasilan yang diterima dan diperoleh secara tidak teratur yang berupa jasa produksi.
  • 28. PPh 21 Atas Penghasilan tidak teratur 28  Kepada pegawai tetap adakalanya diberikan penghasilan tidak teratur seperti bonus, jasa produksi, Tunjangan Hari Raya (THR), dan atau penghasilan lain sejenis, yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan hanya sekali setahun.
  • 29. PPh 21 atas Uang Pensiun 29  Pada saat pegawai tetap berhenti bekerja karena pensiun, pemotong pajak berkewajiban menghitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh pegawai tetap menurut tarif PPh pasal 17. Setelah pegawai tetap pensiun, kemudian mulai menerima uang pensiun misalnya dari Dana Pensiun. Dana Pensiun, dalam hal ini sebagai pemberi penghasilan, harus menghitung PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun pada tahun pertama pensiun.
  • 30. PPh 21 atas kenaikan gaji 30 a. Dibuat penghitung awal yaitu penghitungan seperti biasa sebelum ada kenaikan dalam satu tahun dan dihitung PPh 21 tiap bulan. b. Dibuat penghitungan setelah kenaikan gaji dalam 1 tahun serta dicari PPh 21 tiap bulan. c. Hitung PPh 21 yang seharusnya dibayar selama ada kenaikan d. Hitung PPh 21 yang telah dipotong selama ada kenaikan e. Dicari selilih antara point c dan d (c-d) maka ditemukan PPh 21 atas uang rapel.
  • 31. PPh 21 Atas Upah 31 Penghasilan yang diterima pegawai harian, mingguan, pemagang dan pegawai tidak tetap lainnya, dapat berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian, penghasilan bruto tersebut di atas yang besarnya tidak lebih dari Rp150.000 sehari tidak dikenakan PPh pasal 21.. Apabila penghasilan tersebut jumlah brutonya melebihi Rp150.000,00 sehari dikenakan pajak. Pajak yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif sebesar 5%. Besarnya PTKP harian tidak dipengaruhi status penerima upah.
  • 32. Upah harian 32  Pegawai harian atau pegawai tidak tetap yang menerima penghasilan berupa upah harian dan uang saku harian dikenakan PPh pasal 21 dengan cara penghitungan sbb: a) Dihitung penghasilan bruto satu hari yang berupa upah harian atau uang saku harian. b) Kemudian dihitung penghasilan sebagai dasar penerapan tarif, dengan cara penghasilan bruto sehari dikurangi dengan PTKP harian sebesar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) sehari.
  • 33. Upah Borongan 33  Pegawai lepas atau pegawai tidak tetap yang menerima penghasilan berupa upah borongan, dikenakan PPh pasal 21 dengan cara penghitungan seperti pada upah harian di atas, untuk penerapan PTKP harian, upah borongan diperhitungkan dahulu menjadi upah satu hari dengan cara banyaknya hari yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan borongan tersebut.
  • 34. Uang Pesangon 34  Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
  • 35. Uang Manfaat Pensiun 35  Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
  • 36. Tunjangan Hari Tua 36  Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun.
  • 37. Jaminan Hari Tua 37  Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan sosial renaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.  Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua.
  • 38. PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 38  Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
  • 39. PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 39  Wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas penghasilan kena pajak yang berasal dari seluruh penghasilan wajib pajak termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Jadi, pajak penghasilan dikenakan kepada wajib pajak tanpa memandang tentang penghasilan tersebut diperoleh dari dalam negeri ataupun luar negeri. Dalam menghitung pajak penghasilan, maka seluruh penghasilan tersebut digabungkan. Apabila dalam penghasilan kena pajak terdapat penghasilan dari luar negeri.
  • 40. PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 40 a. Dalam rangka meringankan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban membayar pajak, maka sistem pembayaran pajak di Indonesia mengatur secara khusus tentang cara pembayaran pajak dengan angsuran pajak hal ini diatur dalam pasal 25 UU No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. b. Pajak penghasilan pasal 25 ayat 1 menyatakan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak.
  • 41. 41 Ketentuan pasal 26 Undang-undang mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri (baik orang pribadi maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap WAJIB PAJAKPPh PASAL26 Yang dikenakan pemotongan PPh pasal 26 adalah Wajib Pajak luar negeri (orang pribadi maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan.
  • 42. objek pajak Penghasilan pasal 26 42 Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah : a. Dividen b. Bunga c. Royalti, sewa,dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan e. Hadiah dan penghargaan f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya h. Keuntungan karena pembebasaan hutang
  • 43. 43 Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, yang berupa : a) Perhiasan Mewah b) Berlian c) Emas d) Intan e) Jam tangan mewah f) Barang antik g) Lukisan h) Mobil i) Motor j) Kapar pesiar k) Pesawat terbang ringan.
  • 44. Tarif Pajak Dan Penerapannya 44 1. Atas penghasilan yang berupa :  Dividen  Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.  Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.  Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan  Hadiah dan penghargaan  Pensiun dan pembayaran berkala lainnya PPh pasal 26 = Penghasilan Bruto x 20%
  • 45. 45 2. Atas penghasilan yang berupa :  Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia  Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri. Dipotong PPh pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto. PPh pasal 26 = (penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20% Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta adalah 25% dari harga jual.
  • 46. 46 Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri adalah sbb : a. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50% dari jumlah premi yang dibayar. b. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar. c. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayar.
  • 47. 47 3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto. PPh pasal 26 = (penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan neto) x 20 % Besarnya penghasilan neto adalah 25% dari harga jual 4. Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
  • 48. 48 Penanaman kembali tersebut harus memenuhi persyaratan sbb : a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri; b. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana pada huruf a, harus secara aktif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akte pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak perusahaan tersebut; dan c. Penanaman modal kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling lama tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut. d. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling singkat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan baru tersebut telah berproduksi komersial. PPh pasal 26 = (PKP – PPh terutang) x 20%
  • 49. 49 CONTOH SOAL PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 26 Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT. Dira Consult. Mike bertempat tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri, dan mempunyai seorang anak. Dalam bulan April 2009, Mike memperoleh gaji US$ 5,000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 10.500,-per US$ 1. Penghitungan PPh pasal 26 : Penghasilan bruto berupa gaji sebulan : 5.000 x Rp. 10.500,- = Rp 52.500.000,- Penerapan Tarif : 20% x Rp 52.500.000,- = Rp 10.500.000,- PPh Pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah : Rp 10.500.000,-
  • 50. Pemotong PPh Pasal 26 50 a. Badan pemerintah b. Subyek pajak dalam negeri c. Penyelenggara kegiatan d. BUT ( Badan Usaha Tetap) e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada WP LN, selain BUT
  • 51. SIFAT PEMOTONGAN 51 Pemotongan PPh pasal 26 bersifat final,kecuali:  Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di indonesia.  Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat , sepanjang yang terdapat hubungan efektof atau BUTdengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan yang dimaksud  Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi wajib pajak dalam luar negeri atau BUT
  • 52. BAGIAN 11 PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2 ( pph yang bersifat final) 52
  • 53. Pajak penghasilan ATAS BUNGA, SEWA DAN IMBALAN JASA KONSULTAN DAN JASA KONSTRUKSI YANG DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH(PPH PASAL 4 AYAT 2) 53 PASAL 4 AYAT 2 udang – undang pajak penghasilan menyebutkan, bahwa: “atas penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan- tabungan lainnya penghasilan dari transaksi sahamdan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya,pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah.
  • 54. deposito dan tabungan, dan diskonto sertifikat bank indonesia 54  pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat bank indonesia( SBI )diatur dengan per- aturan pemerintah No.131 tahun 200. menurut PP NO. 131 tahun131 tahun 2000, atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabunga serta diskonto SBI yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri dan BUT kenakan pajak penghasilan yang bersifat final. Besarnya pph yang di potong adalah 20% dari jumlah bruto.
  • 55. Pph (final )=10% xBruto 55  Contoh : PT.BDS menyewa sebuah ruko dari tuan Wibawa untuk dijadikan kantor dengan Nilai sewa sebesar Rp. 40.000.000 PPh pasal 4 ayat 2 dipotong oleh PT.BDS adalah 10% X Rp.40.000.000= Rp.4.000.000
  • 56. PPh Final diatas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/bangunanan 56  Wajib pajak orang pribadi dan yayasan organisasi yang sejenis yang mengalihkan hak atas Tanah dan atau bagunan wajib membayar PPh final 5% dari jumlah Bruto nilai pengalihan( Nilai tertinggi) antara nilai berdasarkan akta jual beli atau pengalihan NJOP tanah dan bangunan sesuai SPPT PBB. PPh (Final) =5% X Bruto
  • 57. Usaha jasa konstruksi 57 Peraturan pemerintah No.51 Tahun 2008 a. Jasa konstruksi b. Pekerjaan konstruksi c. Perencanaan konstruksi d. Pelaksanaan konstruksi e. Pengawasan konstruksi f. Penyediaan jasa
  • 58. 58 Atas penghasilan dari usaha konstruksi dikenakan pajak penghasilan yang bersifat Final. Besarnya PPh yang dipotong adalah Sbb:  2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil  4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha PPh( Final) = 2% X Jumah Jasa PPh( Final) = 4% X Jumah Jasa
  • 59. LANJUTAN 59  3 % untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain penyedia jasa yang sebagaimana dimaksud dalam angka dan angka 2  4 % untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha PPh( Final) = 3% X Jumah Jasa PPh( Final) = 4% X Jumah Jasa
  • 60. LANJUTAN 60 6 % untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha Pajak penghasilan atas jasa konstruksi: a. Dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak b. Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak. PPh( Final) = 6% X Jumah Jasa