1. PROSPEK DAN IMPLEMENTASI
SURAT UTANG KOPERASI
Surat Utang Koperasi (SUK) merupakan instrumen
utang yang sangat
penting bagi koperasi. SUK merupakan inovasi pembiayaan koperasi alternatif
jangka panjang di luar sektor perbankan. SUK juga dapat berperan sebagai alat
untuk menghimpun dana koperasi yang saat ini sangat dibutuhkan oleh koperasi,
dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan koperasi yang sangat besar
jumlahnya.
Penerbitan Surat Utang Koperasi memiliki dasar hukum yang sangat kuat.
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 44 ayat (1)
menyebutkan bahwa Koperasi dapat menghim pun dana dan menyalurkannya
melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk:
a. Anggota Koperasi yang bersangkutan
b. Koperasi lain dan / atau anggotanya
Selain itu dalam Pasal 41 menyebutkan bahwa modal koperasi teridiri modal
sendiri dan modal pinjamanan. Diantara modal pinjaman tersebut, surat utang
lainnya merupakan salah satu bentuknya. Selain UU Koperasi, didalam penerbitan
Surat Utang mengacu pada ketentuan penerbitan surat berharga yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), mengingat belum ada ketentuan
yang mengatur secara khusus penerbitan tentang Surat Utang Koperasi, kecuali
ketentuan tentang Persyaratan Penerbitan Dan
Perdagangan Surat Berharga
Komersial (Commercial Paper) melalui Bank Umum di Indonesia, yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan SK Dir BI No.28/52/KEP/DIR tanggal
11 Agustus 1995.
SUK akan menjadi salah satu instru men keuangan yang sangat strategis untuk
meningkatkan kapitalisasi koperasi. Selama ini proses kapitalisasi di ko perasi
masih mengandalkan modal sendi ri melalui penghimpunan dana simpanan pokok
dan wajib bulanan yang dinilai sangat tidak memadai jumlahnya diban- dingkan
dengan kebutuhannya. Tidak adanya insentif yang jelas bagi penyimpan pada
Surat Utang Koprasi
Halaman 1
2. sebagian besar koperasi, seringkali menyebabkan orang malas menyimpan di
koperasi. Sehingga kapitalisasi di koperasi melalui cara-cara penghimpunan
simpanan pokok dan wajib terkesan berjalan lambat dibandingkan dengan
besarnya permintaan dana yang dibutuhkan koperasi.
Selain menghimpun modal sendiri, Koperasi juga menghimpun simpanan
harian dan simpanan berjangka dengan jangka waktu 1-3 bulan atau meminjam
dari
pihak ketiga. Dari hasil penghimpunan simpanan jangka pendek inilah,
selanjutnya koperasi meminjamkannya kepada anggotanya untuk jangka waktu
yang lebih panjang. Dengan struktur keuangan yang lebih mengandalkan sumber
dana jangka pendek dan menyalurkannya dalam jangka yang lebih panjang, maka
tentu menimbulkan kesulitan yang sangat besar bagi koperasi untuk mengelola
cash flownya. Struktur keuangan koperasi sebagaimana yang kita gambarkan
tersebut dapat kita jumpai pada hampir semua koperasi di tanah air. Kalau mau
menyehatkan koperasi, maka pengelolaan keuangan koperasi harus diubah dari
menghimpun dana jangka pendek menjadi menghimpun dana jangka yang lebih
panjang dan menyalurkannya dalam jangka yang lebih pendek. Saat ini banyak
sekali koperasi yang tidak menyadari bahwa sesungguhnya masih banyak aset
koperasi yang belum didayagunakan. Contohnya adalah tagihan koperasi. Tagihan
koperasi merupakan aset yang sangat berharga, karena ia memiliki nilai ekonomi.
Cuma sayangny tagihan itu seolah-olah menjadi “asset mati” yang tidak ada
harganya. Kalau datang ke bank, belum tentu bank mau menghargai tagihan
koperasi. Padahal tagihan koperasi itu sesungguhnya bisa diubah menjadi aset
yang memiliki nilai ekonomi. Apalagi kalau tagihan itu lancar dan bersifat hard
cash, maka nilai ekonomi tagihan itu sangattinggi. Tagihan simpan pinjam yang
dijamin dengan gaji bulanan merupakan contoh hard cash yang bisa diandalkan
oleh koperasi.
Ide dasar penerbitan SUK adalah merubah asset tagihan (cesie) koperasi yang
dinilai kurang produktif menjadi lebih produktif. Mengapa disebut asset tagihan
tidak produktif karena selama ini asset tagihan koperasi sekalipun sangat lancar
tidak laku dijadikan jaminan kredit. Karena itu koperasi harus mencari jalan
Surat Utang Koprasi
Halaman 2
3. bagamana asset tagihan itu dapat didayagunakan supaya lebih optimal. Proses
pendayagunaan seperti itu dikenal dengan nama sekuritisasi asset atau suatu
proses menciptakan surat berharga dengan memanfaatkan asset tagihan sebagai
agunan surat berharga.
Skenario Penawaran SUK
Sebuah ilustrasi misalnya suatu Koperasi Simpan Pinjam (KSP) A akan
menerbitkan SUK dengan underlaying cesie
koperasi
sebesar Rp 1 milyar.
Dengan asumsi setiap Rp 1,- cesie koperasi dapat digunakan untuk menjamin
penerbitan 200 % SUK, maka KSP tersebut dapat menerbitkan SUK sebe- sar Rp
500 juta. Dengan proses penerbitan SUK tersebut, maka KSP “A” sesungguhnya
telah melakukan sekuritisasi yaitu merubah asset tagihan yang dinilai kurang
produktif menjadi lebih produktif, dalam pengertian asset tagihan itu dapat
didayagunakan untuk mendapatkan dana segar sehingga kemampuan dan
kapasitas KSP A dalam menyalurkan pinjaman kepada anggota lainnya
bertambah. Tentu saja proses sekuritisasi aset tidak tidak bisa dilakukan
sembarang koperasi, kecuali oleh koperasi yang sehat dan memiliki jaminan
dalam pengembalian utangnya kepada para kreditur.
Surat Utang dapat ditawarkan dalam dua bentuk penawaran. Pertam a,
Penawaran Terbatas (Private Placement), yaitu penawaran surat berharga hanya
terbatas kepada pihak-pihak tertentu atau yang ditunjuk oleh Penerbit Surat
Berharga. Kedua Penawaran Umum (Public Offering), yaitu penawaran surat
berharga dengan cara menawarkan kepada masyarakat secara terbuka dengan
mekanisme dan atau cara-cara yang telah ditentukan sebagaimana diatur dalam
ketentuan-ketentuan di bidang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (UU Pasar Modal) dan peraturan pelaksanaannya.
terbatas menjadi pilihan,
Dalam hal penawaran
maka harus memperhatikan, mengikuti dan tidak
melanggar ketentuan-ketentuan dalam UU Pasar Modal (Paal 1 No. 15
(Penjelasan)) dan Peraturan Nomor IX.A.5 Lampiran dari Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar
Surat Utang Koprasi
Modal No. Kep-46/PM/1996/, yaitu :
Halaman 3
4. a. tidak ditawarkan kepada lebih dari 100 (seratus) pihak, atau
b. tidak melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, film dan
media elektronik lainnya, surat, brosur serta barang cetak lain yang
dibagikan kepada lebih dari 100 (seratus) pihak; atau
c. tidak dijual kepada lebih dari 50 (limapuluh) pihak
Namun demikian,
lingkungan gerakan
sepanjang Koperas i
melaksanakan penawaran untuk
koperasi seperti yang diatur dalam UU Perkoperasian
tersebut (baca penawaran terbtas) diatas pasal 44 ayat (1), maka penerbitan SUK
yang ber- laku untuk internal koperasi tidak dapat dianggap melanggara peraturan
Bappe- pam tersebut. Apalagi SUK tidak ditran- saksikan di pasar modal, maka
sesung- guhnya tidak ada larangan bagi koperasi untuk menerbitkan SUK yang
tidak diperjualbelikan secara publik. Selain itu, UU Perkoperasian juga tidak
membatasi jum- lah anggota koperasi. Dengan memperhatikan ketentuan diatas,
maka penawaran SUK yang paling baik dipilih adalah dengan cara penawaran
terbatas dengan mengikuti ketentuan UU
Perkoperasian. Artinya SUK hanya
ditawarkan kepada para anggota koperasi, koperasi lainnya atau anggota koperasi
lainnya sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU tentang Perkoperasian,
dalam hal mana koperasi dapat menghimpun dan menyalurkan dananya kepada
anggota, koperasi lainnya dan anggota koperasi lainnya.
Penawaran SUK mengikuti Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha
Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 13 /Per/M.KUKM KUKM/VII/
2006 Tentang Pedoman Teknis Program Sekuritisasi Aset Koperasi Dan Usaha
Kecil Dan Menengah (KUKM). Sesuai dengan Peraturan itu dijelaskan bahwa
SUK dapat ditawarkan dalam bentuk SUK Jumbo dan SUK Retail. SUK Jumbo
adalah sertifikat yang menunjukkan adanya sejumlah dana yang diterima berikut
ketentuan-ketentuan pembayaran kembali pokok, pembayaran bunga/jasa, jatuh
tempo dan jadwal pembayarannya, yang dapat dipecah/dibagi dalam bentuk
Sertifikat Retail SUK. Sedangkan SUK Retail adalah bentuk pecahan dari SUK
Jumbo yang dapat diperjualkan melalui proses endorsemen, yaitu pemindahan hak
tagih dari pemegang SUK Retail kepada pihak lainnya.
Surat Utang Koprasi
Halaman 4
5. Misalkan KSP A”akan menerbitkan SUK Jumbo sebesar Rp 500 juta dan
dalam bentuk pecahan 500 lembar SUK Retail @ Rp 1 juta dengan bunga atau
jasa 18 % per bulan dan jangka waktu SUK 5 tahun dan sistem angsuran bulanan.
Dengan fitur SUK seperti itu, maka seorang pemegang SUK dapat memperoleh
pendapatan 18 % per bulan dan juga menerima angsuran per bulan sebesar Rp 500
juta : 60 bulan. Kalau Si Adi anggota KSP A”memegang SUK Retail sebanyak
10 lembar @ Rp 1 juta atau total Rp 10 juta, maka dalam satu tahun diperkirakan
Si Adi akan memperoleh yield dari SUK berupa bunga atau jasa sebesar Rp
180.000,-. Bandingkan kalau si Adi menabung uangnya di bank dengan bunga 4
% per tahun, maka ia hanya memperoleh jasa bunga sekitar Rp 40.000,- per tahun.
Seumpanya si Adi membutuhkan uang, maka si Adi dapat menjual SUK Retailnya
kepada pihak lainnya melalui proses endorsement tertentu.
SUK Retail atas unjuk dapat ditawarkan secara terbatas dalam bentuk pecahan
kecil-kecil sehingga memudah- kan investor kecil dapat membeli SUK. Misalnya
SUK Retail dapat ditawarkan dalam bentuk pecahan Rp 1 juta per lembar. Untuk
periode penawarannya katakanlah ditentukan 30 hari lamanya. Dalam waktu 30
hari tersebut, koperasi dapat menyebarkan prospektus dan mensosialisasikanya
kepada calon investor. Dengan adanya prospektus ini, calon pembeli SUK
mengetahui informasi mengenai kinerja kesehatan Koperasi Calon Penerbit SUK.
Manfaat SUK
Pertama, koperasi dapat mencipta- kan pasar uang dari lingkungan koperasi
itu sendiri melalui penawaran terbatas. Koperasi dapat menggali potensi para
investor yang memiliki kelebihan uang, yang saat ini mungkin masih ditabung di
bank. Koperasi cukup menawarkan SUK kepada calon investor yaitu anggotanya,
koperasi lainnya dan atau anggota koperasi lainnya. Kalau calon investor ini dari
kelompok ini berasal dari penabung kecil di bank, maka yang perlu dilakukan
oleh Koperasi adalah bagaimana menggeser minat menabung manjadi minat
Surat Utang Koprasi
Halaman 5
6. investasi. Untuk kasus ini koperasi dapat memainkan suku bunga SUK sebagai
daya tarik investasi.
Kedua, SUK dapat diperjualkan belikan secara mudah. Selain nilai
nominalnya kecil-kecil juga pengalihannya mudah dilakukan melalui proses
endorsemen yang sederhana. Proses endorsemen dapat dilakukan dengan
membubuhkan tanda tangan di punggung belakang lembar SUK.
Ketiga, koperasi akan memperoleh sumber pendanaan jangka panjang yang
kemudian disalurkan dalam jangka yang lebih pendek sehinga struktur keuangan
koperasi menjadi lebih sehat. Selain itu perputaran uang koperasi juga bisa
dilipatgandakan sehingga akan memberi- kan multiplier efek dalam pelayanan
pinjaman kepada anggotanya.
Keempat, SUK akan menambah portofolio koperasi dalam penghimpunan
dana kepada pihak ketiga melalui simpanan berjangka, pinjaman bank, dengan
jumlah kapitalisasi yang sangat terbatas. Diharapkan dengan adanya SUK,
kesulitan koperasi menghimpun simpanan berjangka untuk yang masih berstatus
sebagai calon anggota dan telah melampaui jangka waktu 3 bulan dan memiliki
kesempatan menjadi kreditur SUK tanpa menimbulkan goncangan keuangan
koperasi dan tanpa melanggar aturan main masa calon keanggotaan koperasi.
Kelima, dengan adanya instrumen utang ini, maka koperasi-koperasi yang
memilki kelebihan likuidias dapat menginvestasikan uangnya di koperasi penerbit
SUK. Sehingga system interlending yang diharapkan dalam gerakan ko- perasi
dapat berlangsung secara baik.
Peluang Koperasi
Apakah koperasi memiliki peluang untuk melakukan sekuritisasi aset dan
kemudian menerbitkan SUK ? Tentu saja peluangnya sangat besar. Kita harus
Surat Utang Koprasi
Halaman 6
7. bisa menghitung seberapa besar
disekuritisasi.
tagihan KSP/USP Koperasi yang dapat
Data Kementerian Koperasi dan UKM (2005) menyebutkan saat
ini jumlah koperasi yang bergerak dalam usaha simpan pinjam (KSP/USP
Koperasi) mencapai 38.083 unit terdiri dari 1.598 unit KSP dan 36.485 unit USP
Koperasi. Pinjaman yang disalurkan (baca : tagihan koperasi) sebesar Rp 14,650
triliun kepada 11,403 juta orang peminjam atau rata-rata RP 1,280 juta per
anggota.
Dengan asumsi penerbitan SUK ko- perasi akan didukung agunan tagihan
lancar sebesar 200 %, maka sesungguhnya koperasi memiliki kemampuan untuk
menerbitkan Rp 7,325 triliun untuk tahun pertama, dan tahun-tahun berikutnya
tinggal menghitung berapa asset tagihan lancar itu yang dapat digunakan
sebagaagunan untuk menerbitkan Surat Utang Koperasi.
Apa yang akan menjadi daya tarik SUK ?
Pertama, Suku Bunga SUK dihargai sama dengan bunga pinjaman perbankan
saat ini katakanlah 18 % per tahun. Suku bunga ini jauh lebih tinggi dari suku
bunga deposito atau simpanan berjangka. Hal ini dimungkinkan karena suku
bunga pinjaman mikro dan kecil yang disalurkan oleh koperasi saat ini masih
mencapai 2- 3 % per bulan. Suku bunga SUK yang manarik diharapkan akan
elastis ter- hadap minat investasi.
Kedua, penerbitan SUK Retail dalam bentuk pecahan kecil-kecil meringankan
investor kecil yang mau membeli SUK Retail dibandingkan dengan investasi yang
nilainya besar-besar. Investor kecil dapat secara mudah membeli SUK Retail,
misalnya dalam kelipatan 10 lembar @ Rp 1 juta atau Rp 10 juta.
Ketiga, risiko rendah merupakan daya tarik investor. Koperasi yang memiliki
Non Performance Loan (NPL) rendah merupakan koperasi yang sehat. NPL
Koperasi yang rendah banyak ditemukan pada koperasi pegawai neger i atau
karyawan yang menerapkan angsuran dengan potong gaji. Koperasi yang menerapkan system tanggung renteng ter- bukti
Surat Utang Koprasi
mampu menurunkan non
Halaman 7
8. performance loannya (NPL) bahkan NPL nya bisa ditekan hingga nol persen.
Kalau kinerja keuangan koperasi sangat baik dan meyakinkan dan semua risiko
dapat dicover oleh koperasi, maka investor tidak perlu ragu-ragu membeli SUK.
Keempat, setiap calon investor disarankan setidak-tidaknya menguasi
informasi secara cepat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tingkat kesehatan
Koperasi Penerbit SUK , yaitu :
1. Asset. Aset adalah total kekayaan asset koperasi terdiri dari aktiva lancar +
aktiva tetap dan aktiva lainnya. Asset minimum koperasi penerbit SUK
harus memenuhi kecukupan skala. Standard minimum aset KSP yang
dianggap layakan minimal Rp 100 juta.
2. Capital Aduquacy Ratio (CAR) merupakan alat keuangan untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki oleh Koperasi. Cara mengukurnya yaitu
dengan
membandingkan
antara
Komponen
Modal
teridiri
dari
(Penempatan di bank + Pembiayaan yang diberikan + Aktiva Tetap +
Ruparupa aktiva) dobago dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) x
100 %. CAR yang baik disarankan lebih lebih dari 10 %.
3. ROE (Return on Equity) atau perbanidngan Sisa Hasil Usaha dengan
modal sendiri. Modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, wajib,
cadangan, sisa hasil usaha yang tidak dibagikan, hibah. ROE lebih dari
10% dianggap layak.
4. Return on Asset (ROA) adalah perbandingan Sisa Hasil Usaha dengan
aset yang dimiliki. Aset adalah total kekayaan asset kopersi terdiri dari
aktiva lancar + aktiva tetap dan aktiva lainnya. ROA lebih dari 1 % berarti
layak.
5. Bad Debt Rate (BDR) adalah prosetase hutang bermasalah atau macet.
Prosentase BDR dibawah 5 % masih bisa ditoleransi oleh KSP.
6. Loan Deposit Ratio (LDR) adalah per- bandingan pinjaman diberikan
dengan pinjaman diterima. Prosentase LDR makin mendekati 100 %
menunjukan bahwa seluruh pinjaman diterima disalurkan kepada para
peminjam.
Surat Utang Koprasi
Halaman 8
9. 7. SHU minimal positif adalah pendapatan dikurangi dengan biaya atau
beban koperasi. Apabila SHU positif berarti layak.
8. Penilaian jaminan dilakukan denganmenghitung nilai tagihan yang
ada,nilai asset tetap yang dimiliki pengurus,sistem penjaminannya
misalnya tanggung renteng, gaji/ pendapatan tetap, cash collateral dan atau
jaminan
resigudang.
Jaminan
yang
cukup
danlikuid
merupakan
pertimbangan dalampemberian pembiayaan.Informasi tersebut sangat
penting dikuasi oleh calon investor sebelum memutuskan
pembelian
SUK. Hal ini mengingat investasi SUK merupakan keputusan jangka
panjang, maka setiap calon investor harus melihat perspektif kemampuan
SUK untuk mengembalikan utangnya kepada para investor. Selain itu,
dengan mengusai informasi diatas, diharapkan para investor juga harus
dibiasakan dengan menerapkan prinsip kehatian- hatian dan sekaligu
mengenal koperasi penerbit SUK secara baik.
Percontohan SUK
Mengingat SUK merupakan instrument utang yang baru diperkenalkan oleh
pemerintah kepada koperasi, maka per- lu dibuat percontohan bagaimana caracara koperasi menerbit SUK. Dalam kaitan pembuatan percontohan, Kementerian
Koperasi dan UKM menyediakan Dana Sekuritisasi Aset dari APBN T. A. 2006
sebesar Rp 7,68 milliar. Dana tersebut digunakan untuk “membeli” SUK yang
diterbitkan Koperasi Penerbit SUK. Dana tersebut seakan-akan menjadi jaminan
bagi koperasi yang merespons kebijakan pemereintah yang berhasil membuat
cotoh penerbitan
SUK, maka pemerintah akan menjamin mensponspori
pembiyaannya. Dana tersebut berfungsi sebagai stimulan untuk mensponsori
penerbitan SUK dan sebagai pencipta pasar SUK. Dalam hal demikian,
pemerintah telah
mengambil prakarsa untuk mendorong keberanian koperasi
menerbitkan SUK. Dengan adanya percontohan ini berhasil, maka diharapkan
kita memiliki best practise penerbitan SUK. Sehingga best practise penerbitan
SUK dapat disosialisasikan kepada koperasi seluruh Indonesia. Dengan demikian
Surat Utang Koprasi
Halaman 9
10. diharapkan koperasi mulai mengenal instrumen utang sebagai salah bentuk alat
penghimpunan dana koperasi.
Dalam rangka membuat percontohan, maka diperlukan sponsor dari
pemerintah. Namun demikian pemerintah memiliki keterbatasan. Pertama,
pemerintah dapat menyediakan dana tetapi pemerintah tidak bisa bertindak
sebagai investor langsung atau menjadi pembeli langsung SUK. Untuk mengatasi
kendala ini, pemerintah telah menunjuk PT. Pos Indonesia melakukan
penatalaksanaan Dana Sekuritisasi Aset.
Perandan fungsi utama PT. Pos
Indonesia adalah mewakilii Kementeraian Koperasi dan UKM untuk melakukan
pembayaran, pengumpulan setoran dan pengguliran dana serta membukukan dan
mencatat atas transaksi pembiayaan SUK.
Kedua, dipilihnya PT. Pos Indonesia sebagai penatalaksana Dana Sekuritisasi
Aset dengan maksud selain perusahaan ini memiliki fasilitas layanan keuangan
dalam bentuk layanan rekening giro pos juga dengan pertim- bangan PT. Pos
Indonesia memiliki kantor pelayanan dan kantor dan jaringa on line di seluruh
Indonesia sampai di tingkat kecamatan. Ketersediaan fasilitas jaringan dan kantor
layanan sampai di kecamatan ini yang dimiliki perusahaan ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh koperasi sebagai outlet penjualan SUK dsampai di pelosok
tanah air.
Ketiga, peran koperasi sekunder sim- pan pinjam dalam penerbitan SUK
harus dilibatkan sejak awal. Dalam program penerbitan SUK kita perlu
mendorong peran koperasi sekunder simpan pinjam yang dinilai memiliki
pengalaman dan kemampuan dalam membiayai koperasi. Keterlibatan Koperasi
simpan pinjam sekunder ini sanngat penting terutama untuk mengintegrasikan
sistem simpan pinjam yang terkesan masih berjalan sendiri-sendiri. Kita berharap
di masa mendatang sistem keuangan koperasi dapat diintegrasikan dengan
pengembangan simpan pinjam usaha koperasi sekunder. Koperasi sekunder harus
dapat menjalankan fungsinya sebagai manajer investasi bagi KSP/USP Koperasi.
Koperasi Sekunder harus bisa digunakan sebagai wahana bagi berlangsungnya
Surat Utang Koprasi
Halaman 10
11. interlending antar koperasi. Dalam pengertian koperasi sekunder dapat
dimanfaatkan
sebagai tempat menabung bagi koperesi yang over likuid dan
menyalurkannya kepada koperasi yang kurang likuiditasnya. Terakhir dalam
kaitannya dengan penyalurannya Dana Sekuritisasi Aset maka PT. Pos Indonesia
telah menetapkan Induk Koperasi Simpan Pinjam-PNM (IKSP-PNM) dan Induk
Koperasi Syariah BMT-PNM (Inkopsyah-NM) sebagai pengelola SUK. Tugas
pokok dan fungsi Pengelola SUK adalah melakukan seleksi, menilai kelayakan,
menandatangani perjanjian penerbitan
SUK dengan Koperasi Penerbit SUK,
mencarikan sponsor pembiayaan penerbitan SUK dan melakukan penagihan serta
menanggug risiko atas risiko SUK. Untuk tahap awal ini, sponsor pembiayaan
penerbitan SUK disediakan melalui Dana Sekuritisasi Aset yang bersumber dari
APBN dan namun untuk tahap selanjutnya diharapkan koperasi simpan pinjam
sekunder simpan dapat menggali
sumber pembiayaan dari para anggota
koperasinya atau investor lainnya.
Penutup
SUK sebagai instrumen utang koperasi memilki prospek yang sangat baik.
Instrumen utang ini sangat dibutuhkan oleh koperasi-koperasi yang sehat dan
memiliki asset tagihan tetapi mengalami kesulitan likuiditas. Instrumen utang ini
selain sebagai alat penghimpun dana (kapitalisasi) koperasi juga dapat berfungsi
sebagai wahana investasi yang mudah dimasuki oleh para anggota koperasi,
koperasi lainnya atau anggota koperasi lainnya. Dengan adanya SUK ini, maka
terbuka kesempatan bagi Koperasi Penerbit SUK untuk menggali sumber
pembiayaan di luar sistem perbankan. Cara yang sederhana yang dapat ditem- puh
koperasi untuk menerbitkan SUKadalah mendayagunakn aset tagihan ko perasi
yang selama ini dianggap tidak produktif menjadi lebih produktif melalui proses
sekuritisasi aset. Untuk memastikan kebijakan ini dapat direspons oleh Koperasi,
maka harus dibuatkan contoh dan kepastian sumber pembiayaannya. Dalam
rangka memberi contoh penerbitan SUK, maka pemerintah menerbitkan petunjuk
teknisnya dan dan dalam tahap perkenalan pemerintah telah mengambil prakarsa
menyediakan dana yang bersumber dari APBN yang digunakan untuk sponsor
Surat Utang Koprasi
Halaman 11
12. pembiayaan penerbitan SUK. Diharapkan kalau untuk tahap berikutnya, maka
penerbitan SUK harus dapat didanai oleh dana para anggotanya, koperasi lainnya
atau anggota koperasi lainnya. Sedangkan pemerintah diharapkan dapat bertindak
sebagai pen- jaminnya.
Pengenalan SUK kepada koperasi telah
menambah
pilihan instrumen keuangan koperasi dan diharapkan instrumen utang ini dapat
berfungsi sebagai alat penghimpun dana secara masif yang saat ini sangat
dibutuhkan oleh koperasi.
Daftar Pustaka
1. yusufarif.blogspot.com/2008/05/surat-utang-koperasi.html
2. www.smecda.com/Files/infosmecda/Deputi/SUK.html
3. www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/.../surat_utang.html
4. pdffinder.net/SURAT-UTANG-KOPERASI.html
Surat Utang Koprasi
Halaman 12