Dokumen tersebut membahas tentang dosimetri kedokteran nuklir. Secara singkat, dosimetri kedokteran nuklir digunakan untuk mengevaluasi biodistribusi dosis radiofarmaka dalam tubuh dengan menghitung dosis radiasi internal berdasarkan aktivitas dan energi radionuklida serta massa organ tubuh. Perhitungan dosis internal menggunakan metode yang dikembangkan oleh Komite Kedokteran Nuklir Internasional (MIRD).
2. PENDAHULUAN
Kedokteran nuklir merupakan cabang ilmu
kedokteran yang memanfaatkan sumber radiasi
terbuka berasal dari desintegrasi inti
radionuklida buatan untuk mempelajari
perubahan fisiologi dan biokimia pada tingkat
sel dan molekul, digunakan untuk keperluan
diagnostik, terapi maupun penelitian
kedokteran.
Sumber radiasi terbuka Zat radioaktif.
Partikel α,β, radiasi ϒ
Radiofarmaka : radionuklida dan senyawa kimia
pembawa.
3. Untuk memastikan keselamatan penggunaan
radiofarmaka dikedokteran nuklir, sangat perlu
untuk mengevaluasi biodistribusi dosis
radiofarmaka yang masuk dalam tubuh. Dosis
radiasi ini berasal dari radionuklida yang berada di
dalam tubuh, oleh karena itu disebut dosis internal.
4. Dosis Internal berbeda dengan dosis
yang diterima dari sumber radiasi yang
berada diluar tubuh seperti sinar-X. Dosis
internal tidak akan pernah dapat diukur
secara langsung, karena dosis internal
dihitung dari asumsi-asumsi dan prosedur
standar.
Metode yang umum digunakan untuk
menghitung dosis internal adalah metode
yang dikembangkan oleh komite masyarakat
kedokteran nuklir (MIRD).
5. Dosis Radiasi Internal
Dosis Radiasi Internal tidak dapat diukur tetapi
harus dikalkulasi berdasarkan pada pengukuran atau
estimasi intake atau estimasi kuantitas aktivitas sumber di
dalam organ atau jumlah yang dieliminasi dalam tubuh.
Perhitungan dosis internal dimulai dengan definisi
dosis serap yaitu energi (joule atau erg) yang
terdeposit per unit massa.
6. Dalam perhitungan terdapat beberapa asumsi,
yaitu :
Pertama Diasumsikan bahwa deposit radionuklida
(diekspresikan sebagai aktivitas dalam uCi atau
Bq) terdistribusi seragam melalui massa jaringan
dari organ sumber.
Kedua, Radionuklida memancarkan energi ketika
didalam organ sumber S tang diserap oleh organ
T yang disebut fraksi terserap AF (T S)
7. Karena jumlah energi awal dari partikel-partikel ini
diketahui, maka energi pancaran yang diserap
oleh jaringan ‘’target’’ dapat dihitung dengan
persamaan :
8. Dalam perhitungan dosis internal, angka pancaran
energi oleh radionuklida dalam sumber tersebut
dalam sembarang waktu yang dibawa oleh partikel
ke-i dinyatakan dengan :
Dimana :
Xei : Pancaran Energi (J/det)
As : Aktivitas dalam sumber (Bq)
Ei : Energi partikel ke-i (MeV)
ni : Jumlah partikel jenis ke-i per peluruhan
9. Jika fraksi energi yang terpancarkan yang terserap
oleh target disebut Фi, maka jumlah energi yang
terserap oleh target karena adanya emisi dari
sumber tersebut dinyatakan dengan :
10. Karena 1Gy bersesuaian dengan penyerapan 1
joule/kg, maka angka dosis dari partikel ke-i
terhadap target yang beratnya m kg dinyatakan
dengan :
Jika kita menganggap :
Kemudian persaan dapat ditulis sebagai berikut :
11. Jadi, Dosis total bagi organ target dapat
dinyatakan dengan persamaan :
Note : 3 faktor dalam menetukan dosis radiasi internal
adalah aktivitas radionuklida yang digunakan, energi dan
massa dari organ dimana radionuklida tersebut mengendap.
12. Metode MIRD
Ellet dkk menggunakan persamaan yg terkait
dengan fraksi serapan dosis serap, dan
persamaan tersebut merupakan titik awal
perkembangan metode MIRD.
adalah dosis serap rata-rata untuk volume
v dari radionuklida dalam sumber s.
14. Dosis Efektif Ekivalen
Untuk mengukur/mengetahui efek biologi dari
radiasi, publikasi ICRP No.2 memperkenalkan
konsep dosis ekivalen sebagai berikut :
Dosis serap DT diukur dalam rad atau Gy dan
keefektifan dosis serap ini dalam jaringan / organ
dimodifikasi oleh faktor kualitas Q dan faktor
kerusakan N.
16. Dosis efektif ekivalen HE diperoleh dari perkalian
dosis ekivalen HT dengan faktor bobot jaringan WT
seperti persamaan berikut :
WT yang merupakan faktor bobot jaringan
menunjukkan resiko organ terkena efek stokastik
dan non stokastik.