2. TB Paru
● Definisi : Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu
Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien TB BTA
positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Pasien TB
dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan
penyakit TB. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara
yang mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut. Pada
waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).
3. TB Paru
● Patofisiologi: Penyakit tuberkulosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita penyakit tuberkulosis kepada
orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit tuberkulosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang
tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit tuberkulosis
sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit tuberkulosis. Droplet yang mengandung basil tuberkulosis yang dihasilkan
dari batuk dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar matahari serta kualitas
ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai 9 berhari-hari bahkan
berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system pernapasan dan
terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
droplet kecil akan 11 masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada
tempat terdamparnya, basil tuberkulosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat pembiakan basil
tuberkulosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar
melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage,
sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macropag. Karena fungsi dari macrofag adalah
membunuh kuman atau basil apabila prosesini berhasil dan macrofag lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan
tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam
jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah
besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis
tersebut dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe)
(Djojodibroto, 2016).
4. Penyebab
● Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alcohol) disebut
bakteri tahan asam (BTA).
● Kuman tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
● Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
● Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makrofag banyak mengandung lipid.
● Kuman bersifat aerob, kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Tekanan oksigen pada apical paru-paru > dari
bagian lain, sehingga bagian ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis. (N. Manurung, 2016).
5. kOmplikasi
● Komplikasi dini:
● Pleuritis
● Efusi pleura
● Empiema
● Laringitis
● Menjalar ke organ lain seperti usus
● Komplikasi lanjut:
● Obstruksi jalan napas: SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis)
● Kerusakan parenkim berat: SOPT, fibrosis paru,
korpulmonal
● Amiloidosis
● Karsinoma paru
● Sindrom gagal napas dewasa
6. Tanda Gejala
● Gejala sistemik
● Demam Demam merupakan gejala
pertama dari tuberkulosis paru,
biasanya timbul pada sore dan malam
hari disertai dengan keringat mirip
demam influenza yang segera mereda.
Demam seperti influenza ini hilang
timbul dan semakin lama makin
panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan akan makin pendek.
Demam dapat mencapai suhu tinggi
yaitu 40-41 derajat celcius.
● Malaise Karena tuberkulosis bersifat
radang menahun, maka dapat terjadi
rasa tidak enak badan, pegal-pegal,
nafsu makan berkurang, badan makin
kurus, sakit kepala, mudah lelah dan
pada wanita kadang-kadang dapat
terjadi gangguan sirkulasi haid.
> Gejala respiratorik
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronkus. Batuk mula-mula terjdi oleh karena iritasi
bronkus, selajutnya akibat adanya peradangan pada
bronkus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini
berguna untuk membuang produk-produk ekskresi
peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid dan purulent.
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat
dan ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari
besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah
tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding
kavitas, juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa
bronkus. Batuk darah inilah yang paling sering membawa
penderita berobat ke dokter.
Sesak napas Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut
dengan kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal
penyakit gejala ini tidak pernah ditemukan.
Nyeri dada Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang
terdapat di pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal
atau pleuritik. (S. Manurung et al., 2013).
7. Pemeriksaan penunjang
● Pemeriksaan penunjang ntuk
menegakkan diagnosa tuberkulosis
paru menurut (S. Manurung et al.,
2013) adalah sebagai berikut:
● Pemeriksaan radiologis : foto rontgen
thorax Tuberkulosis dapat memberikan
gambaran yang bermacam-macam
pada foto rontgen thorax, akan tetapi
terdapat beberapa gambaran yang
karakteristik untuk tuberkulosis paru,
yaitu:
● Apabila lesi terdapat terutama
dilapangan diatas paru
● Bayangan berwarna atau bercak
● Terdapat kavitas tunggal atau epitel
● Terdapat klasifikasi
● Apabila lesi bilateral terutama bila
terdapat pada lapangan atas paru
● Bayangan abnormal yang menetap
pada foto thorax setelah foto ulang
beberapa minggu kemudian.
● Pemeriksaan laboratorium
● Darah Pada tuberkulosis paru aktif biasanya ditemukan
peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED).
● Sputum BTA Pemeriksaan bakteriologik dilakukan untuk
menemukan kuman tuberkulosis. Diagnosa pasti ditegakkan bila
pada biakan ditemukan kuman tuberkulosis. Pemeriksaan penting
untuk diagnosa definitive dan menilai kemajuan klien. Dilakukan
tiga kali berturut-turut dan biakan/kultur BTA selama 4-8
minggu.
● Test tuberculin (Mantoux test) Pemeriksaan ini banyak digunakan
untuk menegakkan diagnosa terutama pada anak-anak. Biasanya
diberikan suntukan PPD (Protein Perified Derivation) secara
intracutan 0,1 cc. Lokasi penyuntikan umumnya pada ½ bagian
atas lengan bawah sebelah kiri bagian depan. Penilaian test
tuberkulosis dilakukan setelah 48-72 jam penyuntikan dengan
mengukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi
pada lokasi suntikan. Indurasi berupa kemerahan dengan hasil
sebagai berikut:
● Indurasi 0-5mm : negative
● Indurasi 6-9 mm : meragukan
● Indurasi >10 mm : positif Test tuberculin negative berarti bahwa
secara klinis tidak ada infeksi mikrobakterium tuberkulosa, dan
bila hasil meragukan dapat disebabkan karena kesalahan teknik
reaksi silang.
8. Tatalaksana Terapi
● Pencegahan tuberkulosis paru
● Hidup sehat (makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup,
olahraga teratur, hindari rokok, alcohol, obat bius, hindari stress)
● Bila batuk menggunakan etika batuk (ditutup dengan tisu atau dengan
lengan bagian dalam)
● Jangan meludah disembarang tempat
● Vaksinasi pada bayi
● Adapun pencegahan penularan tuberkulosis paru di rumah, yaitu :
● Jika berbicara tidak berhadapan
● Bila batuk mulut ditutup dan tidak meludah di sembarang tempat (ludah
ditutupi tanah atau meludah ke tisu)
● Peralatan makanan harus disendirikan
● Ventilasi dan pencahayaan yang baik. (Wahid & Suprapto, 2013).
9. Tatalaksana Terapi
● Pengobatan tuberkulosis paru :Tujuan pengobatan pada penderita
tuberkulosis paru selain untuk menyembuhkan atau mengobati penderita juga untuk
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis paru diberikan dalam 2
tahap, yaitu:
● Tahap intensif (2-3 bulan) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap
hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT,
terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar penderita tuberkulosis paru BTA positif menjadi BTA negative
(konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
● Tahap lanjutan (4-7 bulan) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
10. Tatalaksana Terapi
● Pengobatan tuberkulosis paru : Jenis dan dosis OAT yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah:
● Isoniasid (H) 15 Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolic aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5mg/kg,
sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10mg/kg BB.
● Rifampisin (R) Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persisten) yang tidak
dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian
maupun intermitten 3 kali seminggu.
● Pirasinamid (Z) Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35mg/kg BB.
● Streptomisin (S) Bersifat bakterisid. Dosis harian yang diajurkan 15mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai
60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari.
● Etambutol (E) Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15mg/kg BB sedangkan
untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan dosis 30mg/kg BB. (Wahid & Suprapto,
2013).
11. Tatalaksana Terapi
● Pemberian terapi inhalasi sederhana
menggunakan daun mint
● Inhalasi daun mint adalah inhalasi sederhana yang
dapat digunakan dengan menggunakan waskom dengan
air hangat yang dimasukkan beberapa lembar daun
mint. Daun mint mengandung herbal aromatic yang
memiliki sifat farmakologi yang digunakan sebagai obat
tradisional. Daun mint mengandung menthol dan
menunjukkan sifat anti bakteri dan anti virus serta efek
yang dapat memberikan efek relaksasi dan anti inflamasi
serta menghambat hipersekrei lendir saluran napas,
sehingga dapat meredakan status pernapasan pasien
(Anwari et al., 2019).
12. ● Definisi :Anemia didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam
darah. (WHO,2015). National Institute of Health
(NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia
terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel
darah merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017).
Anemia
13. Patogenesa Anemia Defisiensi Besi
● Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari terjadinya anemia sampai dengan timbulnya gejala-gejala
yang klasik, melalui beberapa tahap :
● Tahap I: Terdapat kekurangan zat besi di tempat-tempat cadangan besi (depot ion), tanpa disertai dengan
anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsentrasi besi dalam serum (SI). Pada pemeriksaan didapat
kadar ferritin berkurang.
● Tahap II: Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti dengan penurunan
besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi) transferrin. Pada tahap ini mungkin anemia sudah timbul, tetapi
masih ringan sekali dan bersifat normokrom normositik.Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang
kekurangan zat besi (iron deficient erythropoiesis).
● Tahap III: Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah nyata dengan gambaran tepi
yang bersifat hipokrom mikrositik.
● Tahap IV: Hemoglobin (Hb) rendah sekali. Sumsum tulang tidak mengandung lagi cadangan besi, kadar besi
plasma (SI) berkurang. Jenuh transferrin turun dan eritrosit jelas bentuknya hipokrom mikrositik.Pada
stadium ini kekurangan besi telah mencapai jaringan-jaringan.Gejala klinisnya sudah nyata (Yuni, 2015).
14. Batas Normal Kadar Hb dan Metode
Pengukuran Hb
No Kelompok Hemoglobin (gr/dl)
1 Bayi Baru Lahir 17-22
2 Bayi 1 Minggu 15-20
3 Bayi 1 Bulan 11-15
4 Anak-anak 11-13
5 Remaja Laki-laki 14-18
6 Remaja Putri 12-16
7 Laki-laki Dewasa 14-18
8 Wanita Dewasa 12-16
9 Laki-laki Paruh Baya 12,4-14,9
10 Wanita Paruh Baya 11,7-13,8
Sumber :(Yuni, 2015)
15. Etiologi
● Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat
besi, infeksi atau ganguan genetik.Yang paling sering terjadi
adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan asupan zat
besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat
menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan
jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang
mengalami menstruasi setiap bulan berisiko menderita
anemia. Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam
tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon juga
dapat menyebabkan anemia.(Briawan, 2014).
16. Gejala
● Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang berjudul
kelainan darah menyebutkan gejala anemia sebagai berikut:
○ kulit pucat;
○ detak jantung meningkat;
○ sulit bernafas;
○ kurang tenaga atau cepat lelah;
○ pusing terutama saat berdiri;
○ sakit kepala;
○ siklus menstruasi tidak menentu;
○ lidah yang bengkak dan nyeri;
○ kulit mata dan mulut berwarna kuning;
○ limpa atau hati membesar;
○ penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu.
17. Dampak
● Menurtut (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017) dampak anemia sebagai beritkut:
● Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi
● Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap penyakit infeksi
(Thompson & Ward, 2017) dan meningkatnya kerentanan mengalami keracunan
(Bersamin et al., 2017).Pada populasi yang mengalami kekurangan zat besi, kematian
akibat penyakit infeksi meningkat karena kurangnya zat besi berdampak pada
system imun.
● Mengganggu Produktivitas kerja
● Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga menyebabkan
kelelahan .
● Berdampak saat kehamilan
● Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu dan bayi perinatal. Selama
kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan kesakitan dan kematian.Anemia
tingkat berat diketahui merupakan faktor risiko kematian ibu.Untuk janinnya sendiri,
anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko BBLR, kelahiran prematur, dan
defisiensi zat besi serta anemia pada bayi nantinya.
18. Pencegahan
● Anemia dapat dicegah dengan cara:
● Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
● Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, tempe).
● Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c (daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
● Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah
(TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
19. Hipoalbumin
● Pengertian: Hipoalbuminemia merupakan keadaan
dimana kadar albumin dalam darah turun dibawah
kadar normal. Kadar albumin normal dalam darah
adalah 3,5-5 g/dL. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan penurunan jumlah albumin dalam darah
adalah penurunan sintesa protein, meningkatnya
katabolisme, meningkatnya kehilangan albumin,
misalnya pada penyakit Sindroma Nefrotik, luka bakar
atau perdarahan. Hipoalbuminemia bisa juga didapatkan
pada keadaan malnutrisi, penyakit sistemik, keganasan
dan hipermetabolisme akibat infeksi, tindakan medis
atau pembedahan. Makanan tinggi protein dapat
meningkatkan dan mempertahankan kadar albumin
serta meminimalkan kemungkinan penurunan kadar
albumin. (Suprayitno, 2012)
20. Etiologi
● Kurang Energi Protein,
● Kanker,
● Peritonitis,
● Luka bakar,
● Sepsis,
● Luka akibat Pre dan Post pembedahan (penurunan
albumin plasma yang terjadi setelah trauma),
● Penyakit hati akut yang berat atau penyakit hati kronis
(sintesa albumin menurun),
● Penyakit ginjal,
● Penyakit saluran cerna kronik,
● Radang atau Infeksi tertentu (akut dan kronis),
● Diabetes mellitus dengan gangren, dan
● TBC paru.
21. Terapi
○ Terapi diet
● Tujuan utama terapi diet hipoalbuminemia adalah meningkatkan dan mempertahankan
status gizi dalam hal ini kadar serum albumin serta mencegah seminimal mungkin
penurunan kadar albumin untuk mencegah komplikasi. Kebutuhan energi pada
hipoalbuminemia diupayakan terpenuhi karena apabila asupan energi kurang dari
kebutuhan maka bisa terjadi pembongkaran protein tubuh untuk diubah menjadi sumber
energi sehingga beresiko memperburuk kondisi hopoalbuminemia. (Hasan dkk., 2008).
○ Terapi Medis
● Pasien-pasien yang rentan terhadap malnutrisi, terutama yang terkait dengan
hipoalbuminemia seperti kasus-kasus di atas dari team medis diberikan human albumin
intra vena. Namun terapi medis tersebut perlu beberapa pertimbangan antara lain :
pertimbangan harga yang cukup mahal, tidak mudah untuk mendapatkannya khususnya
untuk pasien dengan status kelas III / jamkesmas.
● Selain pemberian preparat intravena, koreksi albumin juga dapat dilakukan dengan
memberikan diet tinggi protein seperti telur, susu dan ikan terutama ikan gabus. Kapsul
albumin ekstrak ikan gabus pada saat ini sudah benyak beredar di tengah masyarakat
sebagai salah satu alternatif pengganti infus albumin (human albumin). Alternatif ini
merupakan suatu terobosan mengingat infus albumin harganya cukup mahal.
22. DATA PASIEN
Nama/no.RM Ny. A/967xxx RPD Tidak ada
Jenis kelamin Perempuan RPO Tidak ada
Keluhan
MRS
Batuk 2 bulan disertai
dahak, demam 2
minggu, mual muntah
dan sesak.
Umur 21 Tahubn Tgl MRS 28 November 2023
BB / TB 35/154cm Tgl KRS Pasien belum KRS
Ruangan Al-aqso Paru
Lt.6
Keterangan
KRS
28. Informasi Obat
Nama obat
Dosis yang
diberikan
Dosis literatur Indikasi Mekanisme kerja obat Efek samping
Alasan diberi terapi
sesuai kondisi
pasien
Meprovent/Combiven
t 2,5ml
ipratropium Br 0,5
mg+salbutamol 2,5
mg
3x0,5/2,5ml
(DOSIS SESUAI)
0,5/2,5 mg 3-4x/hari
(BNF 81 Hal
263,2021)
Br onkospasme
akibat penyakit
paru obstruktif
(BNF 81 hal 263,
2021)
Ipratropium bertindak sebagai antagonis
reseptor asetilkolin muskarinik yang dapat
menghambat sistem saraf parasimpatis di
saluran udara. Fungsi sistem parasimpatis di
saluran napas adalah untuk menghasilkan
sekresi dan penyempitan bronkus, sehingga
penghambatan tindakan ini dapat
menyebabkan bronkodilatasi dan sekresi
yang lebih sedikit. Pada tingkat sel, diameter
saluran udara dikendalikan oleh pelepasan
asetilkolin ke dalam sel otot yang
menyebabkan sel otot berkontraksi dan
menghasilkan saluran napas yang sempit.
Dengan demikian pemberian ipratropium
menghentikan aktivitas asetilkolin pada otot
polos sehingga mencegah kontraksi dan
menghasilkan relaksasi saluran napas
(MIMS,2023)
Aktivasi reseptor adrenergik beta-1-agonis
pada otot polos saluran napas menyebabkan
aktivasi adenil siklase dan peningkatan
konsentrasi intraseluler AMP siklik yang
mneyebabkan aktivasi protein kinase A, yang
menghambat fosforilasi miosin dan
menurunkan konsentrasi kalsium ionik
intraseluler, sehingga menyebabkan
relaksasi, penghambatan pelepasan
mediator dari sel mast di saluran napas,
melemaskan semua otot polos semua
saluran udara (Drugbank, 2023).
Sakit kepala, iritasi
tenggorokan, batuk, mulut
kering, gangguan motilitas
usus (MIMS,2023)
Pasien sesak
29. Informasi Obat
Nama obat
Dosis yang
diberikan
Dosis literatur Indikasi Mekanisme kerja obat Efek samping
Alasan diberi terapi
sesuai kondisi
pasien
Inf. NaCl 0.9% 500ml
Tiap 500 ml: 4,5 g
sodium chlorida ad 500
ml WFI NaCl 0,9%= 154
mEq/L
500cc/24 jam 7 tpm
(DOSIS SESUAI)
Menyesuaikan jumlah
berdasarkan
kebutuhan
masingmasing pasien
(DIH ed. 23 hal
1934,2015)
Mengganti defisiensi ion
sodium dan ion chloride dalam
darah misalnya pada keadaan
dehidrasi dll. Nutrisi parentera
1 Liter infus normal saline akan
menambah volume pembuluh
darah 200 mL, sedangkan 800 mL
akan berpindah ke intertisial.
Sodium merupakan komponen
utama dari kationkation ekstrasel
dan penentu tekanan osmotik
plasma darah. Chloride merupakan
anion utama di plasma darah
(Brosur obat PT. Satoria, 2023)
Hipernatremia
Hipokalemia (Brosur,
2023)
Pasien lemas, cairan
kristaloid
Tranf. Albunorm 25%
100ml
100cc/4 jam (DOSIS
SESUAI)
25g (DIH ed. 23 hal
64,2015)
Diindikasikan untuk pemulihan
dan pemeliharaan kekurangan
volume darah yang bersirkulasi
yang disebabkan oleh penyakit
atau perdarahan aktif; bila
defisiensi albumin disebabkan
oleh kehilangan protein yang
berlebihan, efek pemberian
albumin hanya bersifat
sementara kecuali kelainan
yang mendasarinya teratasi,
sirosis hati (DIH ed. 23 hal
64,2015)
Meningkatkan tekanan onkotik
intravaskular dan menyebabkan
mobilisasi cairan dari interstisial ke
ruang intravaskular (DIH ed. 23 hal
64,2015)
Hipervolemia,
hipersensitiv, mual
muntah, edema,
bronkospasma.
Demam, hipertensi,
hipotensi (DIH ed. 23
hal 64,2015)
Pasien hipoalbumin
Ranitidin injeksi
50mg/2ml
2x50mg/2ml
(DOSIS SESUAI)
50 mg setiap 6-8 jam,
dapat ditingkatkan
sampai 50 mg secara
bertahap. Maksimal
400 mg sehari (AHFS,
2011)
Dispepsia kronis, tumor jinak
lambung, ulkus duodenum,
refluks gastroesofagus, ulkus,
stress ulcer di saluran
pencernaan bagian atas,
sindrom acid aspiration pada
pasien anastesi (Martindale
36th edition, p1767)
Antagonis Reseptor Menghambat
sekresi asam lambung basal siang
hari dan nokturnal, merangsang
sekresi asam lambung. Secara
kompetitif menghambat histamin
pada reseptor H2 sel parietal
(AHFS, 2011)
Sakit kepala (AHFS,
2011)
Pasien mual muntah
30. Informasi Obat
Nama obat Dosis yang diberikan Dosis literatur Indikasi Mekanisme kerja obat Efek samping
Alasan diberi terapi
sesuai kondisi
pasien
Inj. Paracetamol
1gr/100ml
3 x 1gr/100ml
Dosis pemerian:
1gr=1000mg
3 x 1000mg=
3000mg/hari
Dosis max:
60mg x 35kg =
2100mgBB/hari
(OVER DOSIS)
dewasa dan anak–anak
dengan berat badan 10
-50 kg, 15 mg/kg bb
setiap 4–6 jam,
maksimum 60 mg/kg bb
per hari
(PIONAS)
Antipiretik non
opioid
(NIH, 2023)
NSAID-analgesic
Menekan sinyal dari saraf perifer yang
menuju dorsal horn dengan cara
menghambat reseptor
TRPA1, menghambat reuptake
cannabinoid endogen atau
vanilloid anandamide melalui down
regulasi saraf terhadap
rangsangan nosisepsi TRPV1
(hambatan jalur nyeri sentral)
Reaksi hipersensitivitas,
ruam kulit, kelainan darah
(termasuk trombositopenia,
leukopenia, neutropenia),
Kerusakan hati jika
penggunaan jangka panjang
(PIONAS).
Pasien hipernatremi
Inj. Metamizole
1gr/2ml
3 x 1g/2ml
(DOSIS SESUAI)
0,5 – 1 g 4 kali sehari
(MIMS)
Antipiretik-demam
(MIMS)
Anti Inflamasi Nonsteroid
Metamizole merupakan derivat
metansulfonat dari aminopirin.
penghambatan sintesis prostaglandin di
jaringan perifer dan sistem saraf pusat,
Bekerja menghambat transmisi rasa
sakit ke susunan saraf pusat dan perifer
(Zukowsky & Kotfis, 2009).
Reaksi anafilaksis,
serangan asma. Reaksi
hipersensitif pada kulit.
Pasien hipotermia
Inj. Ceftriaxon 1 gr2 x 1gr
2x1g/hr=2gr/hr
(DOSIS SESUAI)
Injeksi: 1-2 g/ hari (BNF
81 hal 558, 2020)
Community-
acquired pneumonia
(BNF 81 hal 558,
2020)
Menghambat sintesis dinding sel dengan
mengikat 1 atau lebih protein pengikat
penisilin (DIH ed 21, Medscape 2023)
Indurasi setelah injeksi (DIH
ed 21) Eosinofilia,trom
bositosis,diare,le
ukopenia,mening katkan
BUN (Medscape,2023 )
Pasien mengalami
infeksi paru
31. Informasi Obat
Nama obat Dosis yang diberikan Dosis literatur Indikasi Mekanisme kerja obat Efek samping
Alasan diberi terapi
sesuai kondisi
pasien
Rifampicin tab
450mg
1x450mg
(DOSIS SESUAI)
600mg/hari
(PNPK TBC 2019,
hal:29)
OAT lini pertama
untuk dewasa
(PNPK TBC 2019,
hal:29)
Golongan antimikroba.
Rifampisin memberikan efek antimikroba
bakterisida dengan menghambat RNA
polimerase (RNAP) yang bergantung pada
DNA. Penghambatan ini terjadi baik dengan
menghalangi jalur pemanjangan RNA pada
ujung 5′ secara sterik atau dengan mengurangi
afinitas RNAP terhadap transkrip RNA pendek.
Rifampisin secara unik menargetkan RNAP
mikroba, secara efektif menghentikan sintesis
RNA yang sedang berlangsung (NIH, 2023)
Kelemahan otot, edem,
gangguan konsentrasi,
demam, kelelahan, sakit
kepala, mati rasa,
perubahan perilaku, pusing,
perubahan warna
kemerahan pada urine
(Medscape)
Pasien TB Paru
Isoniazid tab
300mg
1 x 150mg
(DOSIS SESUAI)
300mg/hari
(PNPK TBC 2019,
hal:29)
OAT lini pertama
untuk dewasa
(PNPK TBC 2019,
hal:29)
menghambat biosintesis dinding sel dengan
mengganggu sintesis lipid dan DNA
(bakterisida)
(Medscape)
Neuropati perifer, Pasien TB paru
Pyrazinamide tab
500mg
1 x 750mg
Dosis max:
30mg/kg x 35kg =
1050mg
(DOSIS SESUAI)
15-30 mg/kg/hari;
tidak melebihi 2
g/hari
(Medscape,2023)
Pengobatan
tuberkulosis untuk
HIV negatif
(Medscape,2023)
Pyrazinamide diketahui dapat masuk ke sel
bakteri M. tuberculosis dimana enzim
pirazinamidase kemudian merubah pirasinamid
yang belum aktif menjadi asam pirazinoid.
Dalam kondisi asam, asam pirazinoid ini akan
mengganggu sintesis FSA I yang sangat
dibutuhkan bakteri untuk memproduksi asam
lemak baru yang dibutuhkan untuk membelah
diri. Hal ini lah yang menyebabkan bakteri tidak
dapat berkembang dan akhirnya mati.
Malaise, mual, untah,
anoreksia, mialgia, demam,
ruam, gatal, jerawat, asam
urat, disuria, porfiria,
trombositopenia,
hepatotoksisitas
(Medscape, 2023)
Pasien TB
32. Informasi Obat
Nama obat
Dosis yang
diberikan
Dosis literatur Indikasi Mekanisme kerja obat Efek samping
Alasan diberi
terapi sesuai
kondisi pasien
Ethambutol
500mg
1 x 500mg
15mg/kg x 35kg =
525mg
(DOSIS SESUAI)
15-25 mg/kgBB
sebagai dosis
tunggal
(PIONAS, 2015)
Obat tuberculosis
(PIONAS, 2015)
Etambutol berdifusi ke dalam sel
Mycobacterium. Begitu berada di dalam
sel, etambutol menghambat
arabinosyltransferase (embA, embB, dan
embC), mencegah pembentukan
komponen dinding sel arabinogalaktan
dan lipoarabinomannan, dan mencegah
pembelahan sel (Drugbank,2023)
neuritis optik, buta warna
merah/hijau, neuritis
perifer
(PIONAS, 2015)
Terapi TB
Curcuma
Ekstrak
Curcumae
xanthorrhizae
Rhizoma 200
mg
3 x 1 tab
3 x 200mg = 600mg
(DOSIS SESUAI)
200 mg - 6 g/hari
(Drugs.com)
Dispepsia,
kehilangan nafsu
makan
(Medscape, 2023)
Kurkumin dapat meningkatkan nafsu
makan adalah kurkumin dapat
mempercepat proses pengosongan isi
lambung sehingga nafsu makan ternak
akan meningkat, selain itu kurkumin akan
menstimulasi proses pengeluaran
empedu sehingga aktivitas saluran
pencernaan akan meningkat
(Purwanti, 2008)
- Pasien mengalami
penurunan berat
badan, tidak nafsu
makan
Tablet tambah
darah
Feurros
fumarate
183mg
Folic Acid
400mg
3 x 1 tab
(DOSIS SESUAI)
60-100 mg unsur
besi setiap 12 jam
atau hingga 60 mg
unsur besi setiap 6
jam
(Medscape, 2023)
Pasien anemi
kekurangan besi
(PIONAS)
Berperan dalam pembentukan koenzim
yang terlibat dalam sintesis purin dan
primidin serta sistem metabolisme lainya,
diperlukan untuk sintesis nucleoprotein
dan pemeliharaan eritropoiesis,
meningkat metabolisme asam formal,
metabolit toksik methanol, menjadi
metabolit tidak toksik.
Mual, sembelit, diare,
kram perut, atau sakit
perut
(Medscape)
Pasien anemia
33. Informasi Obat
Nama obat Dosis yang diberikan Dosis literatur Indikasi Mekanisme kerja obat Efek samping
Alasan diberi terapi
sesuai kondisi
pasien
N-Acetylcystein
caps 200mg
3 x 200mg
3 x 200mg = 600mg
(DOSIS SESUAI)
600 mg/hari
(BNF 81 hal 306,
2021)
Mukolitik, reduksi
visksitas sputum
(BNF 81 hal 306,
2021)
Gugus sulfhidril asetilsistein dapat
menghidrolisis ikatan disulfida dalam
musin, memecah oligomer, dan
membuat musin menjadi kurang kental
(Drugbank,2023)
Diare, gangguan GI, mual muntah,
hipotensi, sakit kepala (BNF 81 hal 307,
2021)
Pasien batuk
Codein tab 10mg 3 x 10mg
3 x 10mg = 30mg/hari
(DOSIS SESUAI)
15-30 mg
kodein/dosis PO 4-6
jam
(Medscape,2023)
Batuk
(Medscape)
menghambat batuk dengan bekerja
secara terpusat di medula
(Medscape,2023)
Sembelit,mengantuk, hipotensi, takikardia
atau bradikardia, kebingungan, pusing,
sakit kepala, sakit kepala ringan, malaise,
stimulasi SSP yang paradoksal,
kegelisahan, ruam, urtikaria, anoreksia,
mual, muntah, xerostomia, kejang ureter,
berkurangnya buang air kecil,
peningkatan LFT, rasa terbakar di tempat
suntikan, kelemahan, penglihatan kabur,
dispnea, pelepasan histamin
(Medscape, 2023)
Pasien batuk
Paracetamol tab
500mg
3 x 500mg
3 x 500mg = 1500mg/hari
(DOSIS SESUAI)
250– 500 mg, dosis
ini dapat diulangi
setiap 4–6 jam jika
diperlukan
(maksimum 4 kali
dosisdalam 24 jam)
(PIONAS).
Antipiretik non
opioid
(NIH, 2023)
NSAID-analgesic
Menekan sinyal dari saraf perifer yang
menuju dorsal horn dengan cara
menghambat reseptor
TRPA1, menghambat reuptake
cannabinoid endogen atau
vanilloid anandamide melalui down
regulasi saraf terhadap
rangsangan nosisepsi TRPV1
(hambatan jalur nyeri sentral)
Reaksi hipersensitivitas, ruam kulit,
kelainan darah (termasuk
trombositopenia, leukopenia,
neutropenia), Kerusakan hati jika
penggunaan jangka panjang (PIONAS).
Pasien hipernatremi
Channa
Canna Striata
500mg
3 x 1000mg Membantu
meningkatkan
albumin pada
pasien hipoalbumin,
- Pasien hipoalbumin
34. 1. Problem Medik : TB Paru
Subyektif Sesak, batu berdahak >2minggu, penurunan BB, berkeringat dingin, demam
Obyektif Diagnosis : TB Paru
BB : Sebelum sakit : 40kg,
Selama sakit : 35kg
35. 1. Problem Medik : TB Paru
Subyektif Sesak, batu berdahak >2minggu, penurunan BB, berkeringat dingin, demam
Obyektif Diagnosis : TB Paru
BB : Sebelum sakit : 40kg,
Selama sakit : 35kg
Diagnosa
Tanggal
29/11/23 30/11/23 01/12/23 02/12/23 03/12/23 04/12/23 05/12/23
Batuk √ √ √ √ √ √ √
36. 1. Problem Medik : TB Paru
Subyektif Sesak, batu berdahak >2minggu, penurunan BB, berkeringat dingin, demam
Obyektif Terapi yang diberikan :
Nama Obat Dosis
Rute
Pemberian
Tanggal
29/11/23 30/11/23 01/12/23 02/12/23 03/12/23 04/12/23 05/12/23
Combivent
Nebul Meprovent
2,5 ml + Pulmicort
(budesonide 1mg/2
ml)
3x2,5ml Nebul 3x1 //
Meprovent
Nebul Meprovent
2,5 ml + Pulmicort
(budesonide 1mg/2
ml)
3x2,5ml Nebul - √ √ √ √ √ //
Inj. Ceftriaxone 1gr 2x1 gr IV √ √ √ √ √ √ √
Inj. Metamizole
1000/2ml
3x1000/2ml IV √ √ √ √ √ //
Inj. Paracetamol
1gr/100ml
3x1gr/100ml
IV - - - - - √ //
Paracetamol tab
500mg
3x500mg PO - - - - -
√ √
37. 1. Problem Medik : TB Paru
Subyektif Sesak, batu berdahak >2minggu, penurunan BB, berkeringat dingin, demam
Obyektif Terapi yang diberikan :
Nama Obat Dosis
Rute
Pemberian
Tanggal
29/11/23 30/11/23 01/12/23 02/12/23 03/12/23 04/12/23 05/12/23
Rifampicin tab
450mg
1x450mg PO
√ √ √ √ √ √ √
Isoniazid tab
300mg
1x150mg PO
√ √ √ √ √ √ √
Pyrazinamide tab
500mg
1x750mg PO
√ √ √ √ √ √ √
Ethambutol 500mg 1x500mg PO √ √ √ √ √ √ √
N-Acetylcystein
caps 200mg
3x200mg PO -
√ √ √ √ //
Codein tab 10mg 3x10mg PO - - - √ √ √ √
Curcuma
Ekstrak Curcumae
xanthorrhizae
Rhizoma 200 mg
3x1 tab PO √ √ √ √ √ √ √
38. 1. Problem Medik : TB Paru
Assesment Pemberian terapi sudah sesuai dosis
Pada pasien ini merupakan pasien TB dengan kasus baru, dimana OAT lini pertama pada pasien dewasa yang
digunakan 2RHZE (PNPK TB, 2019). Obat-obat Anti Tuberkulos meliputi Rifampisis dengan pemberian dosis
harian 1x450mg sudah sesuai dengan dosis literatur yakni 600mg/hari, Isoniazid 1x150mg sudah sesuai dengan
dosis literatur yakni 300mg/hari, Pyrazinamid 1x750mg sudah sesuai dosis literature yakni 15-30mg/kg/hari dan
tidak melebihi 2g/hari, Ethambutol 1x500mg/hari sudah sesuai dosis literatur yakni 15-25mg/kgBB sebagai dosis
tunggal (PNPK TB, 2019). Dosis sesuai. Tidak ada DRP.
Pemberian nebul meprovent atau combivent sudah tepat, pasien mengalami sesak sehingga diberi meprovent
(ipratropium bromida(SAMA); salbutamol sulfat(LABA) sebagai bronkodilatasi). Dosis nebul meprovent atau
combivent sudah sesuai literatur 0,5/2,5 mg 3-4x/hari (BNF 81 Hal 263,2021). Tidak ada DRP.
Pemberian O2 JR 15 liter per menit membantu pasien dalam bernafas karena pasien mengeluhkan sesak, nafas
pendek dan tersenggal-senggal. Tidak ada DRP
Pemberian antibiotik injeksi ceftriaxon diindikasikan untuk terapi infeksi paru lini pertama dan juga termasuk dalam
terapi antibiotik definitif (NIH, 2023). Dosis yang digunakan yaitu 2x1gr yakni sudah sesuai dengan dosis literatur
yaitu 1-2 g/ hari (BNF 81 hal 558, 2020). Tidak ada DRP
Pemberian terami injeksi metamizol diindikasikan sebagai terapi antipiretik dimana pasien mengalami hipertermia
(MIMS). Dosis yang digunakan juga sudah sesuai yaitu 3x1gr/2ml dan dosis literatur 0,5 – 1 g 4 kali sehari
(MIMS). Tidak ada DRP
Pemberian terapi injeksi paracetamol diindikasikan untuk antipiretik pasien hipertermia dan hanya diberikan sehari
pada tgl 04/12. Dosis yang digunakan yaitu 3 x 1gr/100ml sedangkan dosis literatur orang dewasa dan anak–
anak dengan berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb per hari (PIONAS).
Pemberian terapi over dosis, terjadi DRP.
39. 1. Problem Medik : TB Paru
Assesment Pemberian terapi sudah sesuai dosis
Pemberian terapi paracetamol sudah tepat indikasi yaitu sebagai terapi antipiretik untuk hipernatremi, dosis harian
paracetamol injeksi yang digunakan 3x 1gr/100ml sudah sesuai dengan dosis literatur yakni 10 -50 kg, 15 mg/kg
bb setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb per hari dan untuk paracetamol tablet 3x 500mg/ hari sesuai dengan
dosis literatur 250– 500 mg, dosis ini dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam
24 jam) (PIONAS). Diminum setelah makan.Tidak ada DRP.
Pemberian terapi N-Acetylcystein untuk indikasi terapi batuk untuk mengencerkan dahak, pemberian dosis harian
3x200mg/hari sudah sesuai dengan dosis literatur 600 mg/hari (BNF 81 hal 306, 2021). Tidak ada DRP.
Pemberian terapi Codein sebagai terapi batuk, dikarenakan pasien mengalamai batuk berdahak. Dosis
penggunaan harian sudah sesuai 3x10mg/hari dan dosis literatur 15-30 mg kodein/dosis PO 4-6 jam
(Medscape,2023). Tidak terjadi DRP.
Pemberian nebul meprovent atau combivent sudah tepat, pasien mengalami sesak sehingga diberi meprovent
(ipratropium bromida(SAMA); salbutamol sulfat(LABA) sebagai bronkodilatasi). Dosis nebul meprovent atau
combivent sudah sesuai literatur 0,5/2,5 mg 3-4x/hari (BNF 81 Hal 263,2021). Tidak ada DRP.
Pemberian O2 JR 15 liter per menit membantu pasien dalam bernafas karena pasien mengeluhkan sesak, nafas
pendek dan tersenggal-senggal. Tidak ada DRP.
Pemberian terapi curcuma tablet diindikasikan karena pasien mengalami penurunan berat badan selama sakit
dari rumah hingga MRS dan pasien mengalami susah makan. Dosis yang digunakan juga sudah sesaui yakni 3x
1 tablet/hari dimana dosis literatur menyatakan 200 mg - 6 g/hari (Drugs.com). pemeriannya diminum setelah
makan. Tidak terjadi DRP.
40. 1. Problem Medik : TB Paru
Planning Tetap melanjutkan Terapi OAT 2RHZE/4ZE pada pasien
Monitoring pemberian OAT pada pasien
Monitoring ESO OAT
Monitoring suhu pasien
Monitoring sesak
Monitoring batuk
Monitoring BB pasien dari MRS-KRS
41. 2. Problem Medik : Anemia
Subyektif Badan terasa Lemas
Obyektif
Terapi yang diberikan :
DATA LAB
Darah Lengkap Nilai Normal
Hasil Hasil
29-11-2030 01-12-2023
Hb 12,8-16,8 6,3 g/dl 10,9 mg/dl
Hematokrit 33-45 21,5 % -
Nama Obat Dosis
Rute
Pemberian
Tanggal
29/11/23 30/11/23 01/12/23 02/12/23 03/12/23 04/12/23 05/12/23
Tranf. PRC
150cc
1x150cc IV 1x1 1x1 1x1 - - -
Tablet
tambah
darah
Feurros
fumarate
183mg
Folic Acid
400mg
3x1 tab PO 3x1 3x1 3x1 3x1 3x1 1x1 1x1
42. 2. Problem Medik : Anemia
Assesment Dosis Sesuai
Tablet Tambah Darah mengandung Zat Besi yang penting dalam berperan pembentukan hemoglobin pada
tubuh. Dosis pemberian 3x1tab/hari, sudah sesuai dengan dosis literatur dimana 60-100 mg unsur besi setiap 12
jam atau hingga 60 mg unsur besi setiap 6 jam (Medscape, 2023).
Tranfusi PRC dapat membantu menaikkan kadar hemoglobin pada tubuh
Planing Monitoring kadar Hemoglobin & Hematokrit
43. 3. Problem Medik : Hipoalbumenia
Subyektif Hipoalbumenia
Obyektif
Terapi yang diberikan :
DATA LAB
Darah Lengkap Nilai Normal
Hasil Hasil
29-11-2030 01-12-2023
Albumin 3,5-5,2 2,5 g/dl 3.0 g/dl
Nama Obat Dosis
Rute
Pemberian
Tanggal
29/11/23 30/11/23 01/12/23 02/12/23 03/12/23 04/12/23 05/12/23
Tranf. Albunorm
25% 100ml
1x100
ml
IV √ //
Channa
Canna Striata
500mg
3x1000
mg
PO - √ √ √ √ √ √
44. 3. Problem Medik : Hipoalbumenia
Assesment Pemberian terapi transfusi albumin kombinasi dengan canna caps sudah tepat. Terapi kombinasi dapat
meningkatkan volume plasma atau kadar albumin dalam darah. Pemberian albumindan canna caps
ditujukan untuk menggantikan volume darah yang hilang pada kondisi kadar albumin rendah atau
hipoalbuminemia karena pada pasien kadar albumin tergolong rendah yaitu 2,5 g/dl.
Planing Monitoring kadar albumin pada pasien
45. 4. Problem Medik : Vomiting
Subyektif Mual Muntah
Obyektif Diagnosis
Terapi yang diberikan :
Diagnosa
Tanggal
29/11/23 30/11/23 01/12/23 02/12/23 03/12/23 04/12/23 05/12/23
Mual
muntah
√ √ √ √ √ √ √
Nama Obat
Dosi
s
Rute
Pemberia
n
Tanggal
29/11/2
3
30/11/2
3
01/12/2
3
02/12/2
3
03/12/2
3
04/12/23 05/12/23
Inj.
Ranitidin
50mg/2ml
2x50
mg/2
ml
IV √ √ √ √ √ √ √
46. 4. Problem Medik : Vomiting
Assesment
Pemberian terapi injeksi ranitidine diindikasikan untuk terapi pada pasien mual muntah.
Dosis yang digunakan perharinya yakni 2x50mg/2ml sudah sesuai dengan dosis literatur
50 mg setiap 6-8 jam, dapat ditingkatkan sampai 50 mg secara bertahap, maksimal 400 mg
sehari (AHFS, 2011). Tidak ada DRP.
Planning
Monitoring mual muntah pasien
47. Analisa DRP
NO Assesment / Analisa Msalah Rekomendasi
1 C3.2 Dosis obat terlalu tinggi
Pasien diberikan terapi Paracetamol Injeksi untuk terapi
hipertermia.
Menyarankan kepada dokter untuk
menurunkan dosis paracetamol
injeksi menjadi 2x1gr/100ml.
dikarenakan BB pasien hanya
35kg.
3 x 1gr/100ml
Dosis pemerian/hari:
1gr=1000mg
3 x 1000mg= 3000mg/hari (OVER
DOSIS)
Dosis max:
60mg x 35kg = 2100mgBB/hari
48. Perhitungan Infus
(Infus Pz 14 tpm)
14 tpm = 14 tetes per menit
1 jam = 60 menit
60 x 14= 840 tetes
1 hari = 24 jam
840 x 24 = 2.016 tetes
1 cc = 20 tetes
1 hari =
2.016
20
= 1.008 cc/hari
1 botol infus = 500 cc
1 hari = 1.000 mL (2 botol)