SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Hak dan kewajiban selalu dalam hubungan
resiprositas, diadik, komplementer (hak
menimbulkan kewajiban, kewajiban
menimbulkan hak)
Kewenangan;
Kekuasaan;
Pemaksa;
Imunitas;
Terbebas dari gangguan pihak ketiga;
Bukan tdk tak terbatas (dibatasi hak orang
lain); serta
Bertanggungjawab (sesuai dgn maksud
dan tujuan diberikannya hak)
Perbuatan (aktif/pasif) yg harus dilakukan;
Berbanding lurus sekaligus berbanding
terbalik dengan hak;
Aras praksis: hak lebih diutamakan
pemenuhannya dibandingkan kewajiban.
Manusia lebih suka menuntut hak;i
Secara asasi, hak dan kewajiban harus
dipenuhi secara proporsional.
Salmond:
 Hak: kepentingan yg diliindungi oleh
hukum
 Memenuhi kepentingan adlh kewajiban,
sedang melalaikannya adlh kesalahan
Allen:
 Hak: suatu kekuasaan berdsrkan hkm, shg
seseorang dpt melakukan kepentingannya
Ihering:
 Hak: kepentingan yg dilindungi oleh hukum
Holland:
 Hak: kemampuan seseorang utk
mempengaruhi perbuatan orang lain tanpa
menggunakan wewenang yg ada padanya
tetapi didsrkan atas suatu paksaan
masyarakat yg terorganisir
Hak Dalam Perspetif Moral dan Hukum
Pelanggaran atasnya merup pelanggaran
moral dan hukum.
Sedang pentaatannya merup kewajiban
moral dan hukum
 Salmond:
1. Melekat pada seseorang (pemegang hak);
2. Seseorang yg terkena akan terikat kewajiban
tertentu;
3. Mewajibkan seseorang utk melakukan atau tdk
melakukan sesuatu (isi hak);
4. Melakukan atau tdk melakukan berkaitan dgn
obyek tertentu;
5. Memiliki alas hak.
1. Kewenangan (Hak dalam arti
sempit);
2. Kebebasan (liberties) vs tanpa hak;
3. Kekuasaan (power) vs pertanggung-
jawaban;
4. Kekebalan (immunities) vs ketidak-
mampuan.
 Roscoe Pound:
1. Pembatasan penggunaan hak milik
2. Pembatasan atas kebebasan melakukan
kontrak
3. Pembatasan thdp kekuasaan kreditur utk
mendapatkan jaminan yg memuaskan
4. Transformasi ke arah
pertanggungjawaban yg lebih obyektif
HAK
KEPENTINGAN
SOSIAL
KEPENTINGAN
SOSIAL
KEPENTINGAN
SOSIAL
KEPENTINGAN
SOSIAL
INDIVIDUALISME KOLEKTIVISME
 Hak individual sangat
utama;
 Kepentingan kolektif
diposisikan sbg hal
elementer;
 Perlindungan hukum lebih
ditujukan kepada hak
individual
 Hak kolektif sangat utama;
 Kepentingan kolektif
diposisikan sebagai hal
utama;
 Perlindungan hukum lebih
diutamakan terhadap hak
kolektif
 PLATO:
Hidup dalam negara (baca: masyarakat) mencakup
seluruh hidup manusia. Manusia dapat hidup dan
berkembang menurut hakikatnya melalui negara.
 ARISTOTELES:
Manusia hanya dapat berkembang dan mencapai
kebahagiaan, kalau dia hidup dalam ‘polis’ (negara).
Manusia adalah warga polis, seperti halnya bagian dari
suatu keseluruhan. Manusia, pada hakikatnya, adalah
‘makhluk polis’ (zoon politicon). Keberadaan dan peran
manusia baru mempunyai arti jika berada dalam suatu
masyarakat. Pada hakekatnya, manusia adalah
’makhluk yang bermasyarakat’.
 CICERO:
 Negara (baca: masyarakat) merupakan kumpulan
orang banyak yang dipersatukan melalui suatu
aturan hukum berdasarkan kepentingan bersama.
Namun supaya benar, negara harus berpedoman
pada hukum alam dan memajukan ‘kepentingan
umum’;
 Bagi Cicero, masyarakat merupakan suatu
kolektifitas dan ditujukan untuk memajukan
kepentingan bersama (umum). Jelas, bahwa
dalam suatu masyarakat, kepentingan sosial lebih
penting artinya dibandingkan kepentingan
individual.
 THOMAS AQUINAS:
 Negara adalah masyarakat yang sempurna (societas
perfecta). Dalam suatu masyarakat, manusia mendapat
perlengkapannya sebagai makhluk sosial. Orang yang
tidak memperhatikan kepentingan umum, tidak berlaku
sebagai makhluk sosial dan tidak sampai kepada
kesempurnaan hidup;
 Bagi Thomas Aquinas, manusia sebagai makhluk sosial
pasti membutuhkan eksistensi masyarakat demi
memperoleh segala kepentingan dan kebutuhannya.
Aspek sosiabilitas manusia dan kepentingan sosial
mempunyai gradasi lebih tinggi dari aspek individualitas
dan kepentingan individual.

 HUGO DE GROOT:
 Semua manusia mempunyai alam yang sama dan
kecenderungan-kecenderungan alam yang sama. Oleh
karena itu, semua manusia berhubungan satu sama lain dan
berkecenderungan untuk membentuk hidup bersama.
Kecenderungan ini disebut ’kecenderungan untuk
bermasyarakat’ (appetitus societatis). Masyarakat yang
dibentuk secara demikian adalah dinamakan ’masyarakat
manusia’ (societas humana). Akhirnya, menurut Hugo de
Groot mengatakan, masyarakat terbentuk karena adanya
kecenderungan setiap orang untuk hidup bersama secara
damai;
 Bagi Hugo de Groot, sosiabilitas merupakan karakter utama
manusia, dimana manusia mempunyai kecendrungan untuk
hidup bersama.
 SAMUEL PUFENDORF:
 Aksioma dasar hukum alam adalah ‘manusia
harus mewujudkan diri sebagai makhluk sosial,
agar dapat hidup di dunia dalam damai’. Aspek
sosiabilitas manusia merupakan suatu keharusan,
jika manusia ingin mendapatkan kedamaian hidup
di dunia. Eksistensi masyarakat merupakan suatu
entitas yang harus ada dalam kehidupan, terlepas
dari kerelaan atau ketidakrelaan masing-masing
individu.
 Gagasan ini menyatakan bahwa kepentingan
masyarakat menempati tempat yang lebih penting
daripada kepentingan individu.
 ROUSSEAU:
 Dalam suatu masyarakat sipil, manusia dan harta
bendanya tidak lagi bersifat individual, melainkan
menjadi bagian dari suatu kolektivitas. Kolektivitas
menjamin suatu kesatuan yang sempurna antara
orang-orang, sedemikian rupa sehingga dalam situasi
baru tersebut semua orang akan sederajat, semua
orang akan sama. Ini berarti, tidak ada orang yang
lebih berkuasa dari orang lain;
 Rousseau sebenarnya juga menegaskan bahwa dalam
suatu masyarakat, kolektifitaslah yang lebuh utama
dibandingkan individualitas. Dengan demikian jelas,
bahwa kepentingan sosial lebih penting dibandingkan
kepentingan individu.
 JOHN RAWLS:
 Tertarik pada konsep ’kontrak sosial’ menegaskan,
bahwa sejak jaman dulu telah terdapat pemikir
(misalnya: Aristoteles) yang memandang manusia
sebagai makhluk sosial. Karena bersifat sosial,
manusia harus hidup dalam masyarakat;
 Hanya dalam suatu kesatuan sosial, manusia dapat
menjadi utuh (only in social union is the individual
complete). Masyarakat merupakan suatu hidup
bersama dimana tercapailah keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan bersama,
sehingga saling melengkapi.
HEIDEGGER:
‘Sein ist Meitsein’ (ada selalu juga ada
bersama);
‘Das mitsein is ein existenziales
konstituens des in-der-Welt-Sein’ (Ada
bersama merupakan sifat eksistensial
daripada berada di dunia).
 HEIDEGGER:
 Terdapat 3 (tiga) tingkatan dalam ko-eksistensi, yaitu:
1. ‘Ko-eksistensi biologis-psikis’, yang berdasarkan
kebutuhan ‘aku’. Dalam keadaan ini, aku dipandang
sebagai lebih tinggi daripada ‘sesama’;
2. ‘Ko-eksistensi etis’ berdasarkan ‘kesamaan hak’.
Dalam keadaan ini, ‘aku’ dipandang sama tinggi
dengan sesama. Prinsip rasional ini menjadi sumber
hukum; dan
3. ‘Ko-eksistensi etis’ berdasarkan ‘kewajiban’. Dalam hal
ini, ‘sesama’ dipandang lebih tinggi daripada ‘aku’.
Prinsip ini menjadi sumber moral hidup, dan sumber
hidup bersama bermoral, yakni ‘aku’ mau tunduk
kepada ‘sesama’ manusia demi suatu kehidupan yang
luhur sesuai dengan kehendak Tuhan.
HAK ORANG
LAIN
HAK ORANG
LAIN
HAK ORANG
LAIN
HAK ORANG
LAIN
HAK

More Related Content

What's hot

363782428 teori-terbentuk-negara
363782428 teori-terbentuk-negara363782428 teori-terbentuk-negara
363782428 teori-terbentuk-negaraYori Feriyandi
 
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisYesica Adicondro
 
Kritik terhadap "Keadilan" versi Pancasila
Kritik terhadap "Keadilan" versi PancasilaKritik terhadap "Keadilan" versi Pancasila
Kritik terhadap "Keadilan" versi PancasilaSeftyana Ayu Susanti
 
326231114 pengertian-negara
326231114 pengertian-negara326231114 pengertian-negara
326231114 pengertian-negaraYori Feriyandi
 
Konsep konsep politik (iii)
Konsep konsep politik (iii)Konsep konsep politik (iii)
Konsep konsep politik (iii)dinnianggra
 
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moralLiberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moralYesica Adicondro
 
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moralLiberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moralYesica Adicondro
 
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AW
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AWDEMOKRASI - PPKN - DJOKO AW
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
Membangun Demokrasi untuk Indonesia
Membangun Demokrasi untuk IndonesiaMembangun Demokrasi untuk Indonesia
Membangun Demokrasi untuk IndonesiaAmmara Fathina
 
Demokrasi untuk pegangan siswa
Demokrasi untuk pegangan siswaDemokrasi untuk pegangan siswa
Demokrasi untuk pegangan siswanurulmarkhumah
 
Pkn xi perbandingan demokrasi
Pkn xi   perbandingan demokrasiPkn xi   perbandingan demokrasi
Pkn xi perbandingan demokrasiAdelia Sakina
 
Presentasi agama pel.15
Presentasi agama pel.15Presentasi agama pel.15
Presentasi agama pel.15Jessie Lentho
 
Power point hakikat demokrasi
Power point hakikat demokrasiPower point hakikat demokrasi
Power point hakikat demokrasimu5t1k4
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisijanroi
 
Sistem politik indonesia yang memungkinkan
Sistem politik indonesia yang memungkinkanSistem politik indonesia yang memungkinkan
Sistem politik indonesia yang memungkinkanaliluqman
 

What's hot (20)

363782428 teori-terbentuk-negara
363782428 teori-terbentuk-negara363782428 teori-terbentuk-negara
363782428 teori-terbentuk-negara
 
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
 
Kritik terhadap "Keadilan" versi Pancasila
Kritik terhadap "Keadilan" versi PancasilaKritik terhadap "Keadilan" versi Pancasila
Kritik terhadap "Keadilan" versi Pancasila
 
326231114 pengertian-negara
326231114 pengertian-negara326231114 pengertian-negara
326231114 pengertian-negara
 
Konsep konsep politik (iii)
Konsep konsep politik (iii)Konsep konsep politik (iii)
Konsep konsep politik (iii)
 
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moralLiberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
 
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moralLiberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
 
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AW
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AWDEMOKRASI - PPKN - DJOKO AW
DEMOKRASI - PPKN - DJOKO AW
 
Membangun Demokrasi untuk Indonesia
Membangun Demokrasi untuk IndonesiaMembangun Demokrasi untuk Indonesia
Membangun Demokrasi untuk Indonesia
 
Norma Kaidah
Norma KaidahNorma Kaidah
Norma Kaidah
 
Balance group’s
Balance  group’sBalance  group’s
Balance group’s
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Demokrasi untuk pegangan siswa
Demokrasi untuk pegangan siswaDemokrasi untuk pegangan siswa
Demokrasi untuk pegangan siswa
 
Pkn xi perbandingan demokrasi
Pkn xi   perbandingan demokrasiPkn xi   perbandingan demokrasi
Pkn xi perbandingan demokrasi
 
Presentasi agama pel.15
Presentasi agama pel.15Presentasi agama pel.15
Presentasi agama pel.15
 
Power point hakikat demokrasi
Power point hakikat demokrasiPower point hakikat demokrasi
Power point hakikat demokrasi
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisi
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Sistem politik indonesia yang memungkinkan
Sistem politik indonesia yang memungkinkanSistem politik indonesia yang memungkinkan
Sistem politik indonesia yang memungkinkan
 
60767626 budaya-politik
60767626 budaya-politik60767626 budaya-politik
60767626 budaya-politik
 

Similar to HUBUNGAN HAK DAN KEWAJIBAN

Bab vii nilai filosofis sila v
Bab vii nilai filosofis sila vBab vii nilai filosofis sila v
Bab vii nilai filosofis sila vfanny oktaviani
 
Slide-KOM999-TEORI-POLITIK.pptx
Slide-KOM999-TEORI-POLITIK.pptxSlide-KOM999-TEORI-POLITIK.pptx
Slide-KOM999-TEORI-POLITIK.pptxAbdullahMitrin
 
13 Hak Asasi
13 Hak Asasi13 Hak Asasi
13 Hak AsasiWanBK Leo
 
Civil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniCivil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniAjeng Faiza
 
2 konsep publicsphere
2 konsep publicsphere2 konsep publicsphere
2 konsep publicsphereSam Suar
 
06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukummudanp.com
 
Konsep_dasar_Politik_dan_pemerintahan.pptx
Konsep_dasar_Politik_dan_pemerintahan.pptxKonsep_dasar_Politik_dan_pemerintahan.pptx
Konsep_dasar_Politik_dan_pemerintahan.pptxherupramuji1
 
Bab vi negara hukum dan ham
Bab vi negara hukum dan hamBab vi negara hukum dan ham
Bab vi negara hukum dan hamgoodminer
 
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara SMA Negeri 1 Pemalang
 
Tata Kelola Demokrasi Pembangunan
Tata Kelola Demokrasi PembangunanTata Kelola Demokrasi Pembangunan
Tata Kelola Demokrasi Pembangunanadetriputra3
 
Masyarakat Madani (Materi 3).ppt
Masyarakat Madani (Materi 3).pptMasyarakat Madani (Materi 3).ppt
Masyarakat Madani (Materi 3).pptChandraSetyawan10
 
Wawasan keilmuan,teknologi dan lingkungan
Wawasan keilmuan,teknologi dan lingkunganWawasan keilmuan,teknologi dan lingkungan
Wawasan keilmuan,teknologi dan lingkunganadila fitri
 
5018 id-hak-asasi-manusia-tinjauan-dari-aspek-historis-dan-yuridis
5018 id-hak-asasi-manusia-tinjauan-dari-aspek-historis-dan-yuridis5018 id-hak-asasi-manusia-tinjauan-dari-aspek-historis-dan-yuridis
5018 id-hak-asasi-manusia-tinjauan-dari-aspek-historis-dan-yuridisHamzahBiding
 
Theory of Justice.pptx
Theory of Justice.pptxTheory of Justice.pptx
Theory of Justice.pptxssuserd52c0c
 
2_-Teori-Terjadinya-Negara-Dalam-Ilmu-Negara.pptx
2_-Teori-Terjadinya-Negara-Dalam-Ilmu-Negara.pptx2_-Teori-Terjadinya-Negara-Dalam-Ilmu-Negara.pptx
2_-Teori-Terjadinya-Negara-Dalam-Ilmu-Negara.pptxpetruspolyando1
 
Kedaulatan Menurut UUD 1945
Kedaulatan Menurut UUD 1945Kedaulatan Menurut UUD 1945
Kedaulatan Menurut UUD 1945Zufar Asyraf Al
 

Similar to HUBUNGAN HAK DAN KEWAJIBAN (20)

Bab vii nilai filosofis sila v
Bab vii nilai filosofis sila vBab vii nilai filosofis sila v
Bab vii nilai filosofis sila v
 
Slide-KOM999-TEORI-POLITIK.pptx
Slide-KOM999-TEORI-POLITIK.pptxSlide-KOM999-TEORI-POLITIK.pptx
Slide-KOM999-TEORI-POLITIK.pptx
 
13 Hak Asasi
13 Hak Asasi13 Hak Asasi
13 Hak Asasi
 
Civil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniCivil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madani
 
Demokrasi-AinunSyarifatulFitri SMAN1 Dumi
Demokrasi-AinunSyarifatulFitri SMAN1 DumiDemokrasi-AinunSyarifatulFitri SMAN1 Dumi
Demokrasi-AinunSyarifatulFitri SMAN1 Dumi
 
2 konsep publicsphere
2 konsep publicsphere2 konsep publicsphere
2 konsep publicsphere
 
06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum06 dasar mengikatnya hukum
06 dasar mengikatnya hukum
 
Konsep_dasar_Politik_dan_pemerintahan.pptx
Konsep_dasar_Politik_dan_pemerintahan.pptxKonsep_dasar_Politik_dan_pemerintahan.pptx
Konsep_dasar_Politik_dan_pemerintahan.pptx
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Bab vi negara hukum dan ham
Bab vi negara hukum dan hamBab vi negara hukum dan ham
Bab vi negara hukum dan ham
 
Unsur & Fungsi Negara
Unsur & Fungsi NegaraUnsur & Fungsi Negara
Unsur & Fungsi Negara
 
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara
 
Tata Kelola Demokrasi Pembangunan
Tata Kelola Demokrasi PembangunanTata Kelola Demokrasi Pembangunan
Tata Kelola Demokrasi Pembangunan
 
Masyarakat Madani (Materi 3).ppt
Masyarakat Madani (Materi 3).pptMasyarakat Madani (Materi 3).ppt
Masyarakat Madani (Materi 3).ppt
 
Wawasan keilmuan,teknologi dan lingkungan
Wawasan keilmuan,teknologi dan lingkunganWawasan keilmuan,teknologi dan lingkungan
Wawasan keilmuan,teknologi dan lingkungan
 
5018 id-hak-asasi-manusia-tinjauan-dari-aspek-historis-dan-yuridis
5018 id-hak-asasi-manusia-tinjauan-dari-aspek-historis-dan-yuridis5018 id-hak-asasi-manusia-tinjauan-dari-aspek-historis-dan-yuridis
5018 id-hak-asasi-manusia-tinjauan-dari-aspek-historis-dan-yuridis
 
Theory of Justice.pptx
Theory of Justice.pptxTheory of Justice.pptx
Theory of Justice.pptx
 
2_-Teori-Terjadinya-Negara-Dalam-Ilmu-Negara.pptx
2_-Teori-Terjadinya-Negara-Dalam-Ilmu-Negara.pptx2_-Teori-Terjadinya-Negara-Dalam-Ilmu-Negara.pptx
2_-Teori-Terjadinya-Negara-Dalam-Ilmu-Negara.pptx
 
Pengertian hukum
Pengertian hukumPengertian hukum
Pengertian hukum
 
Kedaulatan Menurut UUD 1945
Kedaulatan Menurut UUD 1945Kedaulatan Menurut UUD 1945
Kedaulatan Menurut UUD 1945
 

More from Kau Hatiku

Tujuan, nilai dasar dan fungsi hukum
Tujuan, nilai dasar dan fungsi hukumTujuan, nilai dasar dan fungsi hukum
Tujuan, nilai dasar dan fungsi hukumKau Hatiku
 
Rechtsbeoefening
RechtsbeoefeningRechtsbeoefening
RechtsbeoefeningKau Hatiku
 
Pengembanan hukum teoretikal
Pengembanan hukum teoretikalPengembanan hukum teoretikal
Pengembanan hukum teoretikalKau Hatiku
 
Kritik ideologis
Kritik ideologisKritik ideologis
Kritik ideologisKau Hatiku
 
Kritik ideologis thd asas legalitas
Kritik ideologis thd asas legalitasKritik ideologis thd asas legalitas
Kritik ideologis thd asas legalitasKau Hatiku
 
5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukumKau Hatiku
 
Filsafat hukum
Filsafat hukumFilsafat hukum
Filsafat hukumKau Hatiku
 

More from Kau Hatiku (7)

Tujuan, nilai dasar dan fungsi hukum
Tujuan, nilai dasar dan fungsi hukumTujuan, nilai dasar dan fungsi hukum
Tujuan, nilai dasar dan fungsi hukum
 
Rechtsbeoefening
RechtsbeoefeningRechtsbeoefening
Rechtsbeoefening
 
Pengembanan hukum teoretikal
Pengembanan hukum teoretikalPengembanan hukum teoretikal
Pengembanan hukum teoretikal
 
Kritik ideologis
Kritik ideologisKritik ideologis
Kritik ideologis
 
Kritik ideologis thd asas legalitas
Kritik ideologis thd asas legalitasKritik ideologis thd asas legalitas
Kritik ideologis thd asas legalitas
 
5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum5 (lima) dalil filsafat hukum
5 (lima) dalil filsafat hukum
 
Filsafat hukum
Filsafat hukumFilsafat hukum
Filsafat hukum
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 

HUBUNGAN HAK DAN KEWAJIBAN

  • 1.
  • 2. Hak dan kewajiban selalu dalam hubungan resiprositas, diadik, komplementer (hak menimbulkan kewajiban, kewajiban menimbulkan hak)
  • 3. Kewenangan; Kekuasaan; Pemaksa; Imunitas; Terbebas dari gangguan pihak ketiga; Bukan tdk tak terbatas (dibatasi hak orang lain); serta Bertanggungjawab (sesuai dgn maksud dan tujuan diberikannya hak)
  • 4. Perbuatan (aktif/pasif) yg harus dilakukan; Berbanding lurus sekaligus berbanding terbalik dengan hak; Aras praksis: hak lebih diutamakan pemenuhannya dibandingkan kewajiban. Manusia lebih suka menuntut hak;i Secara asasi, hak dan kewajiban harus dipenuhi secara proporsional.
  • 5. Salmond:  Hak: kepentingan yg diliindungi oleh hukum  Memenuhi kepentingan adlh kewajiban, sedang melalaikannya adlh kesalahan Allen:  Hak: suatu kekuasaan berdsrkan hkm, shg seseorang dpt melakukan kepentingannya
  • 6. Ihering:  Hak: kepentingan yg dilindungi oleh hukum Holland:  Hak: kemampuan seseorang utk mempengaruhi perbuatan orang lain tanpa menggunakan wewenang yg ada padanya tetapi didsrkan atas suatu paksaan masyarakat yg terorganisir
  • 7. Hak Dalam Perspetif Moral dan Hukum Pelanggaran atasnya merup pelanggaran moral dan hukum. Sedang pentaatannya merup kewajiban moral dan hukum
  • 8.  Salmond: 1. Melekat pada seseorang (pemegang hak); 2. Seseorang yg terkena akan terikat kewajiban tertentu; 3. Mewajibkan seseorang utk melakukan atau tdk melakukan sesuatu (isi hak); 4. Melakukan atau tdk melakukan berkaitan dgn obyek tertentu; 5. Memiliki alas hak.
  • 9. 1. Kewenangan (Hak dalam arti sempit); 2. Kebebasan (liberties) vs tanpa hak; 3. Kekuasaan (power) vs pertanggung- jawaban; 4. Kekebalan (immunities) vs ketidak- mampuan.
  • 10.  Roscoe Pound: 1. Pembatasan penggunaan hak milik 2. Pembatasan atas kebebasan melakukan kontrak 3. Pembatasan thdp kekuasaan kreditur utk mendapatkan jaminan yg memuaskan 4. Transformasi ke arah pertanggungjawaban yg lebih obyektif
  • 12. INDIVIDUALISME KOLEKTIVISME  Hak individual sangat utama;  Kepentingan kolektif diposisikan sbg hal elementer;  Perlindungan hukum lebih ditujukan kepada hak individual  Hak kolektif sangat utama;  Kepentingan kolektif diposisikan sebagai hal utama;  Perlindungan hukum lebih diutamakan terhadap hak kolektif
  • 13.  PLATO: Hidup dalam negara (baca: masyarakat) mencakup seluruh hidup manusia. Manusia dapat hidup dan berkembang menurut hakikatnya melalui negara.  ARISTOTELES: Manusia hanya dapat berkembang dan mencapai kebahagiaan, kalau dia hidup dalam ‘polis’ (negara). Manusia adalah warga polis, seperti halnya bagian dari suatu keseluruhan. Manusia, pada hakikatnya, adalah ‘makhluk polis’ (zoon politicon). Keberadaan dan peran manusia baru mempunyai arti jika berada dalam suatu masyarakat. Pada hakekatnya, manusia adalah ’makhluk yang bermasyarakat’.
  • 14.  CICERO:  Negara (baca: masyarakat) merupakan kumpulan orang banyak yang dipersatukan melalui suatu aturan hukum berdasarkan kepentingan bersama. Namun supaya benar, negara harus berpedoman pada hukum alam dan memajukan ‘kepentingan umum’;  Bagi Cicero, masyarakat merupakan suatu kolektifitas dan ditujukan untuk memajukan kepentingan bersama (umum). Jelas, bahwa dalam suatu masyarakat, kepentingan sosial lebih penting artinya dibandingkan kepentingan individual.
  • 15.  THOMAS AQUINAS:  Negara adalah masyarakat yang sempurna (societas perfecta). Dalam suatu masyarakat, manusia mendapat perlengkapannya sebagai makhluk sosial. Orang yang tidak memperhatikan kepentingan umum, tidak berlaku sebagai makhluk sosial dan tidak sampai kepada kesempurnaan hidup;  Bagi Thomas Aquinas, manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan eksistensi masyarakat demi memperoleh segala kepentingan dan kebutuhannya. Aspek sosiabilitas manusia dan kepentingan sosial mempunyai gradasi lebih tinggi dari aspek individualitas dan kepentingan individual. 
  • 16.  HUGO DE GROOT:  Semua manusia mempunyai alam yang sama dan kecenderungan-kecenderungan alam yang sama. Oleh karena itu, semua manusia berhubungan satu sama lain dan berkecenderungan untuk membentuk hidup bersama. Kecenderungan ini disebut ’kecenderungan untuk bermasyarakat’ (appetitus societatis). Masyarakat yang dibentuk secara demikian adalah dinamakan ’masyarakat manusia’ (societas humana). Akhirnya, menurut Hugo de Groot mengatakan, masyarakat terbentuk karena adanya kecenderungan setiap orang untuk hidup bersama secara damai;  Bagi Hugo de Groot, sosiabilitas merupakan karakter utama manusia, dimana manusia mempunyai kecendrungan untuk hidup bersama.
  • 17.  SAMUEL PUFENDORF:  Aksioma dasar hukum alam adalah ‘manusia harus mewujudkan diri sebagai makhluk sosial, agar dapat hidup di dunia dalam damai’. Aspek sosiabilitas manusia merupakan suatu keharusan, jika manusia ingin mendapatkan kedamaian hidup di dunia. Eksistensi masyarakat merupakan suatu entitas yang harus ada dalam kehidupan, terlepas dari kerelaan atau ketidakrelaan masing-masing individu.  Gagasan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakat menempati tempat yang lebih penting daripada kepentingan individu.
  • 18.  ROUSSEAU:  Dalam suatu masyarakat sipil, manusia dan harta bendanya tidak lagi bersifat individual, melainkan menjadi bagian dari suatu kolektivitas. Kolektivitas menjamin suatu kesatuan yang sempurna antara orang-orang, sedemikian rupa sehingga dalam situasi baru tersebut semua orang akan sederajat, semua orang akan sama. Ini berarti, tidak ada orang yang lebih berkuasa dari orang lain;  Rousseau sebenarnya juga menegaskan bahwa dalam suatu masyarakat, kolektifitaslah yang lebuh utama dibandingkan individualitas. Dengan demikian jelas, bahwa kepentingan sosial lebih penting dibandingkan kepentingan individu.
  • 19.  JOHN RAWLS:  Tertarik pada konsep ’kontrak sosial’ menegaskan, bahwa sejak jaman dulu telah terdapat pemikir (misalnya: Aristoteles) yang memandang manusia sebagai makhluk sosial. Karena bersifat sosial, manusia harus hidup dalam masyarakat;  Hanya dalam suatu kesatuan sosial, manusia dapat menjadi utuh (only in social union is the individual complete). Masyarakat merupakan suatu hidup bersama dimana tercapailah keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama, sehingga saling melengkapi.
  • 20. HEIDEGGER: ‘Sein ist Meitsein’ (ada selalu juga ada bersama); ‘Das mitsein is ein existenziales konstituens des in-der-Welt-Sein’ (Ada bersama merupakan sifat eksistensial daripada berada di dunia).
  • 21.  HEIDEGGER:  Terdapat 3 (tiga) tingkatan dalam ko-eksistensi, yaitu: 1. ‘Ko-eksistensi biologis-psikis’, yang berdasarkan kebutuhan ‘aku’. Dalam keadaan ini, aku dipandang sebagai lebih tinggi daripada ‘sesama’; 2. ‘Ko-eksistensi etis’ berdasarkan ‘kesamaan hak’. Dalam keadaan ini, ‘aku’ dipandang sama tinggi dengan sesama. Prinsip rasional ini menjadi sumber hukum; dan 3. ‘Ko-eksistensi etis’ berdasarkan ‘kewajiban’. Dalam hal ini, ‘sesama’ dipandang lebih tinggi daripada ‘aku’. Prinsip ini menjadi sumber moral hidup, dan sumber hidup bersama bermoral, yakni ‘aku’ mau tunduk kepada ‘sesama’ manusia demi suatu kehidupan yang luhur sesuai dengan kehendak Tuhan.
  • 22. HAK ORANG LAIN HAK ORANG LAIN HAK ORANG LAIN HAK ORANG LAIN HAK