SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
TUGAS KULIAH 
PENGANTAR SOSIOLOGI 
“Hukum Adat Suku Dayak Sebagai Pengontrol 
Masyarakat” 
Oleh: 
Kana Lailatul Ahadiyah (071411431059) 
Diana Nensy W E P S (071411431064) 
Tri Asrinda W (071411431073) 
Anggi Wahyu Pandu W (071411433009) 
DEPARTEMEN SOSIOLOGI 
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 
UNIVERSITAS AIRLANGGA 
SURABAYA 
2014
PEMBAHASAN 
A.Pengertian 
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk 
menertibkan anggota yang membangkang.(Peter Berger,1978) 
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk 
menertibkan anggota yang membangkang termasuk didalmnya terdapat pada proses 
sosialisasi(Roucek 1965) 
Pengendalian sosial terjadi karena adanya perilaku menyimpang, 
Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku 
menyimpang dari norma-norma yang berlaku adalah sebagai berikut ( Soekanto, 181:45) 
1. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidah 
memenuhi kebutuhan dasarnya. 
2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka 
penafsiran dan penerapan. 
3. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga 
masyarakat, dan 
4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat 
secara merata. 
B.Macam pengendalian Sosial 
a. Menurut waktunya 
· Pengendalian Preventif 
Pengendalian sosial preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya 
penyimpangan perilaku, misalnya dapat berbentuk nasihat, anjuran dan lain-lain. 
· Pengendalian represif 
Pengendalian sosial represif adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya 
pelanggaran atau penyimpangan perilaku. Misalnya, dapat berbentuk teguran, peringatan 
lisan dan tertulis, sanksi administrasi, denda, dan bahkan hukuman mati. 
b. Menurut Petugasnya 
· Pengendalian sosial formal 
Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh aparatur Negara, misalnya pengamanan yang 
dilakukan oleh polisi, hakim, dan jaksa, serta oleh aparat KPK. 
· Pengendalian sosial nonformal 
Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh warga masyarakat biasa dalam bentuk unjuk 
rasa, demonstrasi yang dilakukan ibu- ibu rumah tangga, mahasiswa, dan tokoh-tokoh 
masyarakat lainnya. 
c. Menurut sifatnya 
· Pengendalian sosial kuratif
Pengendalian sosial kuartif adalah pengendalian sosial dalam bentuk pembinaan atau 
penyembuhan terhadap berbagai macam bentuk perilaku yang menyimpang, misalnya 
penyembuhan kepada eks pemakai narkoba. 
· Pengendalian sosial partisipatif 
Pengendalian sosial partisipatif adalah pengendalian sosial yang dilakukan dengan 
mengikutsertakan pelaku untuk melakukan penyembuhan atau perbaikan perilaku. Misalnya 
kepada mantan pencuri yang ditugaskan menjadi aparat keamanan. 
C.Cara yang dilakukan dalam Kontrol Sosial 
Roucek mengatakan bahwa cara yang paling tua dan terakhir adalah dengan 
paksaan.Roucek juga mengatakan bahwa kekerasan fisik akan sah apabila semua cara aksaan 
lain gagal. 
a. Pendidikan 
Pendidikan juga berperan sebagai alat pengendalian sosial karena pendidikan dapat membina 
dan mengarahkan warga masyarakat terutama anak sekolah kepada pembentukan sikap dan 
tindakan para siswa yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat, bangsa 
dan negaranya. 
b. Pendidikan Agama 
Pendidikan Agama dapat berperan sebagai alat pengendalian sosial, karena Agama dapat 
memengaruhi sikap dan perilaku para pemeluknya dalam pergaulan hidup masyarakat. 
c. Gosip atau desas-desus 
Gosip atau desas-desus adalah bentuk pengendalian sosial atau kritik sosial yang dilontarkan 
secara tertutup oleh masyarakat terhadap warga masyarakat yang menyimpang perilakunya. 
d. Teguran 
Teguran adalah kritik sosial yang dilontarkan secara terbuka oleh masyarakat terhadap warga 
masyarakat yang berperilaku menyimpang. 
e. Kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat supernatural 
Diantara masyarakat primitif, baik orang purba maupun orang modern keduanya 
menggunakan sarana biasa maupun sarana supernatural (yang bersifat melebihi kodrat) dalam 
kendali sosialnya. 
f. Hukuman 
Dengan adanya sanksi hukuman yang keras, tentunya akan membuat jera bagi para 
pelanggar, sehingga tidak berani mengulanginya lagi. 
D.Lembaga Pengendalian Sosial 
Jenis-jenis lembaga pengendalian sosial ada 5 macam yang sangat mendasar yaitu 
sebagai berikut: 
a. Lembaga Kepolisian 
Polisi merupakan aparat keamanan dan ketertiban masyarakat yang ada dalam hal ini 
bertugas pelindung terhadap ketertiban masyarakat. 
b. Lembaga Kejaksaan 
Lembaga kejaksaan pada hakikatnya merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai 
penuntut umum yaitu pihak yang melakukan peuntutan terhadap mereka-mereka yang 
melakukan pelanggaran hukum berdasarkan tertib hukum yang berlaku. 
c. Lembaga Pengadilan
Lembaga Pengadilan pada hakikatnya juga merupakan lembaga pengadilan sosial formal 
yang bertugas untuk memeriksa kembali hasil penyidikan dan BAP dari kepolisian serta 
menindaklanjuti tuntutan dari kejaksaan terhadap kasus pelanggaran itu sendiri. 
d. Lembaga KPK 
KPK merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberantas para korupsi di tanah air. 
e. Lembaga Adat 
Penyimpangan perilaku diselesaikan berdasarkan aturan hukum adat yang berlaku di bawah 
penyelanggaran tokoh-tokoh adat setempat. 
f. Tokoh-Tokoh Masyarakat 
Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan panutan sekaligus pengendali yang dipatuhi oleh 
warga masyarakat yang lain. Usaha warga masyarakat untuk memberikan opini dan 
penekanan terhadap pihak-pihak yang dianggap melanggar ketentuan perundang yang 
berlaku baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung disebut kontrol sosial 
D.Fungsi Pengendalian Sosial 
Koentjaraningrat menyebut sekurang-kurangnya lima macam fungsi pengendalian 
sosial, yaitu : 
a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma. 
b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma. 
c. Mengembangkan rasa malu 
d. Mengembangkan rasa takut 
e. Menciptakan sistem hukum 
E.Faktor penentu Efektifitas Kontrol Sosial 
Ada lima faktor yang ikut menentukan sampai seberapa jauhkah sesungguhnya 
sesuatu usaha kontrol sosial oleh kelompok masyarakat itu bisa dilaksanakan secara efektif, 
yaitu : 
1. Menarik-tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga-warga yang bersangkutan ; 
2. Otonom-tidaknya kelompok masyarakat itu; 
3. Beragam-tidaknya norma-norma yang berlaku di dalam kelompok itu, 
4. Besar-kecilnya dan bersifat anomie-tidaknya kelompok masyarakat yang bersangkutan; 
dan 
5. Toleran-tidaknya sikap petugas kontrol sosial terhadap pelanggaran yang terjadi. 
1. Menarik-Tidaknya Kelompok Masyarakat Itu Bagi Warga yang Bersangkutan. 
Pada umumnya, kian menarik sesuatu kelompok bagi warganya, kian besarlah 
efektivitas kontrol sosial atas warga tersebut, sehingga tingkah pekerti-tingkah pekerti warga 
itu mudah dikontrol conform dengan keharusan-keharusan norma yang berlaku. Pada 
kelompok yang disukai oleh warganya, kuatlah kecendrungan pada pihak warga-warga itu 
untuk berusaha sebaik-baiknya agar tidak melanggar norma kelompok. Norma-norma pun 
menjadi self-enforcing. Apabila terjadi pelanggaran, dengan mudah si pelanggar itu dikontrol 
dan dikembalikan taat mengikuti keharusan norma. Sebaliknya, apabila kelompok itu tidak 
menarik bagi warganya, maka berkuranglah motif pada pihak warga kelompok untuk selalu 
berusaha menaati norma-norma sehingga karenanya-bagaimanapun juga keras dan tegasnya 
kontrol sosial dilaksanakan-tetaplah juga banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. 
2. Otonom-Tidaknya Kelompok Masyarakat Itu. 
Makin otonom suatu kelompok, makin efektiflah kontrol sosialnya, dan akan semakin 
sedikitlah jumlah penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di 
atas norma-norma kelompok. Dalil tersebut diperoleh dari hasil studi Marsh.
Penyelidikan Marsh ini dapat dipakai sebagai landasan teoritis untuk menjelaskan 
mengapa kontrol sosial efektif sekali berlaku di dalam masyarakat-masyarakat yang kecil-kecil 
dan terpencil; dan sebaliknya mengapa di dalam masyarakt kota besar-yang terdiri dari 
banyak kelompok-kelompok sosial besar maupun kecil itu – kontrol sosial bagaimanapun 
juga kerasnya dilaksanakan tetap saja kurang efektif menghadapi pelanggaran-pelanggaran 
yang terjadi. 
3. Beragam-Tidaknya Norma-norma yang Berlaku di dalam Kelompok Itu 
Makin beragam macam norma-norma yang berlaku dalam suatu kelompok- lebih- lebih 
apabila antara norma-norma itu tidak ada kesesuaian, atau apabila malahan bertentangan-maka 
semakin berkuranglah efektivitas kontrol sosial yang berfungsi menegakkannya. Dalil 
ini pernah dibuktikan di dalam sebuah studi eksperimental yang dilakukan oleh Meyers. 
Dihadapkan pada sekian banyak norma-norma yang saling berlainan dan saling 
berlawanan, maka individu- individu warga masyarakat lalu silit menyimpulkan adanya 
sesuatu gambaran sistem yang tertib, konsisten, dan konsekuen. Pelanggaran atas norma yang 
satu (demi kepentingan pribadi) sering kali malahan terpuji sebagai konformitas yang 
konsekuen pada norma yang lainnya. Maka, dalam keadaan demikian itu, jelas bahwa 
masyarakat tidak akan mungkin mengharapkan dapat terselenggaranya kontrol sosial secara 
efektif. 
4. Besar-Kecilnya dan Bersifat Anomie-Tidaknya Kelompok Masyarakat yang 
Bersangkutan 
Semakin besar suatu kelompok masyarakat, semakin sukarlah orang saling 
mengidentifikasi dan saling mengenali sesama warga kelompok. Sehingga, dengan 
bersembunyi di balik keadaan anomie (keadaan tak bisa saling mengenal), samakin bebaslah 
individu- individu untuk berbuat “semaunya”, dan kontrol sosialpun akan lumpuh tanpa daya. 
Hal demikian itu dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat-masyarakat 
primitif yang kecil-kecil, di mana segala interaksi sosial lebih bersifat langsung 
dan face-to-face. Tanpa bisa bersembunyi di balik sesuatu anomie, dan tanpa bisa sedikit pun 
memanipulasi situasi heterogenitas norma, maka warga masayarakat di dalam masyarakat-masyarakat 
yang kecil-primitif itu hampir-hampir tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari 
kontrol sosial. Itulah sebabnya maka kontrol sosial di masyarakat primiti f itu selalu terasa 
amat kuatnya, sampai-sampai suatu kontrol sosial yang informal sifatnya-seperti ejekan dan 
sindiran-itu pun sudah cukup kuat untuk menekan individu- individu agar tetap memerhatikan 
apa yang telah terlazim dan diharuskan. 
5. Toleran-Tidaknya Sikap Petugas Kontrol Sosial Terhadap Pelanggaran yang 
Terjadi 
Sering kali kontrol sosial tidak dapat terlaksana secara penuh dan konsekuen, bukan 
kondisi-kondisi objektif yang tidak memungkinkan, melainkan karena sikap toleran 
(menenggang) agen-agen kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. 
Mengambil sikap toleran, pelaksana kontrol sosial itu sering membiarkan begitu saja 
sementara pelanggar norma lepas dari sanksiyang seharusnya dijatuhkan. 
Adapun toleransi pelaksana-pelaksana kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran 
yang terjadi umumnya tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut : 
a. Ekstrim-tidaknya pelanggaran norma itu; 
b. Keadaan situasi sosial pada ketika pelanggaran norma itu terjadi; 
c. Status dan reputasi individu yang ternyata melakukan pelanggaran; dan
d. Asasi-tidaknya nilai moral-yang terkandung di dalam norma-yang terlanggar. 
F.Permasalahan dalam Pengendalian sosial(Hukum Adat suku dayak bagi masyarakatnya) 
Sekarang ini,banyak masyarakat yang melakukan tindakan sosial menyimpang baik 
itu bersifat positif ataupun negatif.Karena lemahnya kesadaran diri sendiri dan juga lemahnya 
pengendalian sosial oleh lembaga sosial itu sendiri. 
Bahkan sekarang.hukum adat pun juga tidak mengikat kuat bagi sebagian suku 
sebagai pengontrol social.Ada sebagain suku yang masih mengikat kuat hukum adat tradisi 
suku mereka,semisal suku dayak yang masih mengikat kuat hokum adatnya.
DAFTAR PUSTAKA 
Kamanto,Sunarto 2000. Pengantar Sosiologi.Jakarta:.Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi 
Universitas Indonesia 
Sudarmi, Sri. 2009. Sosiologi 1 Kelas X SMA/ MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen 
Pendidikan Nasional. 
Narwoko J.Dwi,Bagong Suyanto.2011.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: 
Kencana Prenada Media Group.

More Related Content

What's hot

Implementasi politik strategi nasional di bidang politik dan hukum
Implementasi politik strategi nasional di bidang politik dan hukumImplementasi politik strategi nasional di bidang politik dan hukum
Implementasi politik strategi nasional di bidang politik dan hukumnatal kristiono
 
Populasi dan sampel validitas dan reliabilitas
Populasi dan sampel   validitas dan reliabilitasPopulasi dan sampel   validitas dan reliabilitas
Populasi dan sampel validitas dan reliabilitasNurul Faqih Isro'i
 
Konsep, Nilai, Norma, Moral dan Hukum
Konsep, Nilai, Norma, Moral dan HukumKonsep, Nilai, Norma, Moral dan Hukum
Konsep, Nilai, Norma, Moral dan HukumCecep Kustandi
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORALKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORALSiti Sahati
 
Pelaksanaan Kampanye, Edukasi dan Advokasi dalam PPSP
Pelaksanaan Kampanye, Edukasi dan Advokasi dalam PPSPPelaksanaan Kampanye, Edukasi dan Advokasi dalam PPSP
Pelaksanaan Kampanye, Edukasi dan Advokasi dalam PPSPinfosanitasi
 
Pertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publikPertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publik76meonk
 
Kelompok kepentingan & partai politik
Kelompok kepentingan & partai politikKelompok kepentingan & partai politik
Kelompok kepentingan & partai politikbedhess
 
Pip pertemuan ke 5
Pip pertemuan ke 5Pip pertemuan ke 5
Pip pertemuan ke 5dzakiaziz
 
Strategi Teknik Pengembangan Masyarakat
Strategi Teknik Pengembangan MasyarakatStrategi Teknik Pengembangan Masyarakat
Strategi Teknik Pengembangan MasyarakatIhsan Nur Hadi
 
Metode Bimbingan Sosial dalam Pekerjaan sosial
Metode Bimbingan Sosial dalam Pekerjaan sosialMetode Bimbingan Sosial dalam Pekerjaan sosial
Metode Bimbingan Sosial dalam Pekerjaan sosialayucungkring
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTrisna Nurdiaman
 
Perubahan sosial: Pengertian dan Ruang Lingkup.
Perubahan sosial: Pengertian dan Ruang Lingkup.Perubahan sosial: Pengertian dan Ruang Lingkup.
Perubahan sosial: Pengertian dan Ruang Lingkup.Yaser Lopekabausirah
 

What's hot (20)

Implementasi politik strategi nasional di bidang politik dan hukum
Implementasi politik strategi nasional di bidang politik dan hukumImplementasi politik strategi nasional di bidang politik dan hukum
Implementasi politik strategi nasional di bidang politik dan hukum
 
Populasi dan sampel validitas dan reliabilitas
Populasi dan sampel   validitas dan reliabilitasPopulasi dan sampel   validitas dan reliabilitas
Populasi dan sampel validitas dan reliabilitas
 
01 norma
01 norma01 norma
01 norma
 
Konsep, Nilai, Norma, Moral dan Hukum
Konsep, Nilai, Norma, Moral dan HukumKonsep, Nilai, Norma, Moral dan Hukum
Konsep, Nilai, Norma, Moral dan Hukum
 
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosialPertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
Pertemuan ke 10 - analisis kebijakan sosial
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORALKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
 
Pelaksanaan Kampanye, Edukasi dan Advokasi dalam PPSP
Pelaksanaan Kampanye, Edukasi dan Advokasi dalam PPSPPelaksanaan Kampanye, Edukasi dan Advokasi dalam PPSP
Pelaksanaan Kampanye, Edukasi dan Advokasi dalam PPSP
 
Pertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publikPertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publik
 
Kelompok kepentingan & partai politik
Kelompok kepentingan & partai politikKelompok kepentingan & partai politik
Kelompok kepentingan & partai politik
 
Pip pertemuan ke 5
Pip pertemuan ke 5Pip pertemuan ke 5
Pip pertemuan ke 5
 
Strategi Teknik Pengembangan Masyarakat
Strategi Teknik Pengembangan MasyarakatStrategi Teknik Pengembangan Masyarakat
Strategi Teknik Pengembangan Masyarakat
 
Legitimasi kekuasaan
Legitimasi kekuasaanLegitimasi kekuasaan
Legitimasi kekuasaan
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
 
Metode Bimbingan Sosial dalam Pekerjaan sosial
Metode Bimbingan Sosial dalam Pekerjaan sosialMetode Bimbingan Sosial dalam Pekerjaan sosial
Metode Bimbingan Sosial dalam Pekerjaan sosial
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
 
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
 
Pertemuan ke 9 - instrumen & proses kebijakan
Pertemuan ke 9 - instrumen & proses kebijakanPertemuan ke 9 - instrumen & proses kebijakan
Pertemuan ke 9 - instrumen & proses kebijakan
 
Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"
 
Makalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desaMakalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desa
 
Perubahan sosial: Pengertian dan Ruang Lingkup.
Perubahan sosial: Pengertian dan Ruang Lingkup.Perubahan sosial: Pengertian dan Ruang Lingkup.
Perubahan sosial: Pengertian dan Ruang Lingkup.
 

Viewers also liked

Pengendalian sosial melalui imbalan dan hukuman
Pengendalian sosial melalui imbalan dan hukumanPengendalian sosial melalui imbalan dan hukuman
Pengendalian sosial melalui imbalan dan hukumanAzam Safari
 
Makalah Hukum dan Penegakan Hukum
Makalah Hukum dan Penegakan HukumMakalah Hukum dan Penegakan Hukum
Makalah Hukum dan Penegakan HukumShriie Arianti
 
Analisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologiAnalisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologihudaaja
 
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILAIMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILAMuhamad Yogi
 
Makalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikaMakalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikamuel sihombing
 
Bentuk - Bentuk Negara dan Pemerintahan
Bentuk - Bentuk Negara dan PemerintahanBentuk - Bentuk Negara dan Pemerintahan
Bentuk - Bentuk Negara dan PemerintahanGarnis Mitafahrany
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Dedi Kun
 

Viewers also liked (12)

Pengendalian sosial melalui imbalan dan hukuman
Pengendalian sosial melalui imbalan dan hukumanPengendalian sosial melalui imbalan dan hukuman
Pengendalian sosial melalui imbalan dan hukuman
 
Sosiologi pedesaan (individu)
Sosiologi pedesaan (individu)Sosiologi pedesaan (individu)
Sosiologi pedesaan (individu)
 
Makalah Hukum dan Penegakan Hukum
Makalah Hukum dan Penegakan HukumMakalah Hukum dan Penegakan Hukum
Makalah Hukum dan Penegakan Hukum
 
Analisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologiAnalisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologi
 
Rangkuman UTS IPS genap
Rangkuman UTS IPS genapRangkuman UTS IPS genap
Rangkuman UTS IPS genap
 
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILAIMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
IMPLEMENTASI PENEGAK HUKUM DALAM NEGARA YANG BERDASARKAN PANCASILA
 
Makalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikaMakalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vika
 
Penegakan Hukum di Indonesia
Penegakan Hukum di IndonesiaPenegakan Hukum di Indonesia
Penegakan Hukum di Indonesia
 
Bentuk - Bentuk Negara dan Pemerintahan
Bentuk - Bentuk Negara dan PemerintahanBentuk - Bentuk Negara dan Pemerintahan
Bentuk - Bentuk Negara dan Pemerintahan
 
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKATPENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan
 
Contoh makalah
Contoh makalahContoh makalah
Contoh makalah
 

Similar to Makalah kontrol sosial

Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)Jeybie Moeth Thiea
 
Pengendalian sosial
Pengendalian sosialPengendalian sosial
Pengendalian sosialFarra Diba
 
Pengendalian sosial
Pengendalian sosialPengendalian sosial
Pengendalian sosialFarra Diba
 
Sosiologi SMA - Bab Penyimpangan & pengendalian sosial
Sosiologi SMA - Bab Penyimpangan & pengendalian sosialSosiologi SMA - Bab Penyimpangan & pengendalian sosial
Sosiologi SMA - Bab Penyimpangan & pengendalian sosialnurul limsun
 
PPT - Pengendalian Sosial.pptx
PPT - Pengendalian Sosial.pptxPPT - Pengendalian Sosial.pptx
PPT - Pengendalian Sosial.pptxFelineSalsabilla
 
Penyimpangan Sosial
Penyimpangan SosialPenyimpangan Sosial
Penyimpangan Sosialpjj_kemenkes
 
Sosiologi presentation
Sosiologi presentationSosiologi presentation
Sosiologi presentationMiji Taher
 
lembaga kemasyarakatan
lembaga kemasyarakatanlembaga kemasyarakatan
lembaga kemasyarakatansuher lambang
 
Fenomena dan penyimpangan_sosial
Fenomena dan penyimpangan_sosialFenomena dan penyimpangan_sosial
Fenomena dan penyimpangan_sosialFathur Green
 
Bab 5 pengendalian sosial
Bab 5 pengendalian sosialBab 5 pengendalian sosial
Bab 5 pengendalian sosialRobbie AkaChopa
 
Sosiologi - Penyimpangan sosial
Sosiologi - Penyimpangan sosialSosiologi - Penyimpangan sosial
Sosiologi - Penyimpangan sosialdionadya p
 
Contoh makalah-kriminologi
Contoh makalah-kriminologiContoh makalah-kriminologi
Contoh makalah-kriminologiTerminal Purba
 
Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
Hubungan Hukum dengan Lembaga SosialHubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
Hubungan Hukum dengan Lembaga SosialAdhi Panjie Gumilang
 
Penyimpangan dan pengendalian sosial
Penyimpangan dan pengendalian sosialPenyimpangan dan pengendalian sosial
Penyimpangan dan pengendalian sosialKhairun Najmi
 

Similar to Makalah kontrol sosial (20)

Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
 
Makalah institusi sosial
Makalah institusi sosialMakalah institusi sosial
Makalah institusi sosial
 
Tugas pengendalian sosial ulfa
Tugas pengendalian sosial ulfaTugas pengendalian sosial ulfa
Tugas pengendalian sosial ulfa
 
Pengendalian sosial
Pengendalian sosialPengendalian sosial
Pengendalian sosial
 
Pengendalian sosial
Pengendalian sosialPengendalian sosial
Pengendalian sosial
 
Tugas peruu cetak
Tugas peruu cetakTugas peruu cetak
Tugas peruu cetak
 
Sosiologi SMA - Bab Penyimpangan & pengendalian sosial
Sosiologi SMA - Bab Penyimpangan & pengendalian sosialSosiologi SMA - Bab Penyimpangan & pengendalian sosial
Sosiologi SMA - Bab Penyimpangan & pengendalian sosial
 
PPT - Pengendalian Sosial.pptx
PPT - Pengendalian Sosial.pptxPPT - Pengendalian Sosial.pptx
PPT - Pengendalian Sosial.pptx
 
Penyimpangan Sosial
Penyimpangan SosialPenyimpangan Sosial
Penyimpangan Sosial
 
kelompok 8 pengsos ! .pdf
kelompok 8 pengsos ! .pdfkelompok 8 pengsos ! .pdf
kelompok 8 pengsos ! .pdf
 
Sosiologi presentation
Sosiologi presentationSosiologi presentation
Sosiologi presentation
 
lembaga kemasyarakatan
lembaga kemasyarakatanlembaga kemasyarakatan
lembaga kemasyarakatan
 
Fenomena dan penyimpangan_sosial
Fenomena dan penyimpangan_sosialFenomena dan penyimpangan_sosial
Fenomena dan penyimpangan_sosial
 
Presentationagama
PresentationagamaPresentationagama
Presentationagama
 
Bab 5 pengendalian sosial
Bab 5 pengendalian sosialBab 5 pengendalian sosial
Bab 5 pengendalian sosial
 
Sosiologi - Penyimpangan sosial
Sosiologi - Penyimpangan sosialSosiologi - Penyimpangan sosial
Sosiologi - Penyimpangan sosial
 
Sosiologi pengendalian sosial.
Sosiologi   pengendalian sosial.Sosiologi   pengendalian sosial.
Sosiologi pengendalian sosial.
 
Contoh makalah-kriminologi
Contoh makalah-kriminologiContoh makalah-kriminologi
Contoh makalah-kriminologi
 
Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
Hubungan Hukum dengan Lembaga SosialHubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
Hubungan Hukum dengan Lembaga Sosial
 
Penyimpangan dan pengendalian sosial
Penyimpangan dan pengendalian sosialPenyimpangan dan pengendalian sosial
Penyimpangan dan pengendalian sosial
 

Recently uploaded

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 

Recently uploaded (20)

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 

Makalah kontrol sosial

  • 1. TUGAS KULIAH PENGANTAR SOSIOLOGI “Hukum Adat Suku Dayak Sebagai Pengontrol Masyarakat” Oleh: Kana Lailatul Ahadiyah (071411431059) Diana Nensy W E P S (071411431064) Tri Asrinda W (071411431073) Anggi Wahyu Pandu W (071411433009) DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014
  • 2. PEMBAHASAN A.Pengertian Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang.(Peter Berger,1978) Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang termasuk didalmnya terdapat pada proses sosialisasi(Roucek 1965) Pengendalian sosial terjadi karena adanya perilaku menyimpang, Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari norma-norma yang berlaku adalah sebagai berikut ( Soekanto, 181:45) 1. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidah memenuhi kebutuhan dasarnya. 2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan. 3. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga masyarakat, dan 4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata. B.Macam pengendalian Sosial a. Menurut waktunya · Pengendalian Preventif Pengendalian sosial preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan perilaku, misalnya dapat berbentuk nasihat, anjuran dan lain-lain. · Pengendalian represif Pengendalian sosial represif adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran atau penyimpangan perilaku. Misalnya, dapat berbentuk teguran, peringatan lisan dan tertulis, sanksi administrasi, denda, dan bahkan hukuman mati. b. Menurut Petugasnya · Pengendalian sosial formal Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh aparatur Negara, misalnya pengamanan yang dilakukan oleh polisi, hakim, dan jaksa, serta oleh aparat KPK. · Pengendalian sosial nonformal Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh warga masyarakat biasa dalam bentuk unjuk rasa, demonstrasi yang dilakukan ibu- ibu rumah tangga, mahasiswa, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. c. Menurut sifatnya · Pengendalian sosial kuratif
  • 3. Pengendalian sosial kuartif adalah pengendalian sosial dalam bentuk pembinaan atau penyembuhan terhadap berbagai macam bentuk perilaku yang menyimpang, misalnya penyembuhan kepada eks pemakai narkoba. · Pengendalian sosial partisipatif Pengendalian sosial partisipatif adalah pengendalian sosial yang dilakukan dengan mengikutsertakan pelaku untuk melakukan penyembuhan atau perbaikan perilaku. Misalnya kepada mantan pencuri yang ditugaskan menjadi aparat keamanan. C.Cara yang dilakukan dalam Kontrol Sosial Roucek mengatakan bahwa cara yang paling tua dan terakhir adalah dengan paksaan.Roucek juga mengatakan bahwa kekerasan fisik akan sah apabila semua cara aksaan lain gagal. a. Pendidikan Pendidikan juga berperan sebagai alat pengendalian sosial karena pendidikan dapat membina dan mengarahkan warga masyarakat terutama anak sekolah kepada pembentukan sikap dan tindakan para siswa yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negaranya. b. Pendidikan Agama Pendidikan Agama dapat berperan sebagai alat pengendalian sosial, karena Agama dapat memengaruhi sikap dan perilaku para pemeluknya dalam pergaulan hidup masyarakat. c. Gosip atau desas-desus Gosip atau desas-desus adalah bentuk pengendalian sosial atau kritik sosial yang dilontarkan secara tertutup oleh masyarakat terhadap warga masyarakat yang menyimpang perilakunya. d. Teguran Teguran adalah kritik sosial yang dilontarkan secara terbuka oleh masyarakat terhadap warga masyarakat yang berperilaku menyimpang. e. Kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat supernatural Diantara masyarakat primitif, baik orang purba maupun orang modern keduanya menggunakan sarana biasa maupun sarana supernatural (yang bersifat melebihi kodrat) dalam kendali sosialnya. f. Hukuman Dengan adanya sanksi hukuman yang keras, tentunya akan membuat jera bagi para pelanggar, sehingga tidak berani mengulanginya lagi. D.Lembaga Pengendalian Sosial Jenis-jenis lembaga pengendalian sosial ada 5 macam yang sangat mendasar yaitu sebagai berikut: a. Lembaga Kepolisian Polisi merupakan aparat keamanan dan ketertiban masyarakat yang ada dalam hal ini bertugas pelindung terhadap ketertiban masyarakat. b. Lembaga Kejaksaan Lembaga kejaksaan pada hakikatnya merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai penuntut umum yaitu pihak yang melakukan peuntutan terhadap mereka-mereka yang melakukan pelanggaran hukum berdasarkan tertib hukum yang berlaku. c. Lembaga Pengadilan
  • 4. Lembaga Pengadilan pada hakikatnya juga merupakan lembaga pengadilan sosial formal yang bertugas untuk memeriksa kembali hasil penyidikan dan BAP dari kepolisian serta menindaklanjuti tuntutan dari kejaksaan terhadap kasus pelanggaran itu sendiri. d. Lembaga KPK KPK merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberantas para korupsi di tanah air. e. Lembaga Adat Penyimpangan perilaku diselesaikan berdasarkan aturan hukum adat yang berlaku di bawah penyelanggaran tokoh-tokoh adat setempat. f. Tokoh-Tokoh Masyarakat Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan panutan sekaligus pengendali yang dipatuhi oleh warga masyarakat yang lain. Usaha warga masyarakat untuk memberikan opini dan penekanan terhadap pihak-pihak yang dianggap melanggar ketentuan perundang yang berlaku baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung disebut kontrol sosial D.Fungsi Pengendalian Sosial Koentjaraningrat menyebut sekurang-kurangnya lima macam fungsi pengendalian sosial, yaitu : a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma. b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma. c. Mengembangkan rasa malu d. Mengembangkan rasa takut e. Menciptakan sistem hukum E.Faktor penentu Efektifitas Kontrol Sosial Ada lima faktor yang ikut menentukan sampai seberapa jauhkah sesungguhnya sesuatu usaha kontrol sosial oleh kelompok masyarakat itu bisa dilaksanakan secara efektif, yaitu : 1. Menarik-tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga-warga yang bersangkutan ; 2. Otonom-tidaknya kelompok masyarakat itu; 3. Beragam-tidaknya norma-norma yang berlaku di dalam kelompok itu, 4. Besar-kecilnya dan bersifat anomie-tidaknya kelompok masyarakat yang bersangkutan; dan 5. Toleran-tidaknya sikap petugas kontrol sosial terhadap pelanggaran yang terjadi. 1. Menarik-Tidaknya Kelompok Masyarakat Itu Bagi Warga yang Bersangkutan. Pada umumnya, kian menarik sesuatu kelompok bagi warganya, kian besarlah efektivitas kontrol sosial atas warga tersebut, sehingga tingkah pekerti-tingkah pekerti warga itu mudah dikontrol conform dengan keharusan-keharusan norma yang berlaku. Pada kelompok yang disukai oleh warganya, kuatlah kecendrungan pada pihak warga-warga itu untuk berusaha sebaik-baiknya agar tidak melanggar norma kelompok. Norma-norma pun menjadi self-enforcing. Apabila terjadi pelanggaran, dengan mudah si pelanggar itu dikontrol dan dikembalikan taat mengikuti keharusan norma. Sebaliknya, apabila kelompok itu tidak menarik bagi warganya, maka berkuranglah motif pada pihak warga kelompok untuk selalu berusaha menaati norma-norma sehingga karenanya-bagaimanapun juga keras dan tegasnya kontrol sosial dilaksanakan-tetaplah juga banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. 2. Otonom-Tidaknya Kelompok Masyarakat Itu. Makin otonom suatu kelompok, makin efektiflah kontrol sosialnya, dan akan semakin sedikitlah jumlah penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di atas norma-norma kelompok. Dalil tersebut diperoleh dari hasil studi Marsh.
  • 5. Penyelidikan Marsh ini dapat dipakai sebagai landasan teoritis untuk menjelaskan mengapa kontrol sosial efektif sekali berlaku di dalam masyarakat-masyarakat yang kecil-kecil dan terpencil; dan sebaliknya mengapa di dalam masyarakt kota besar-yang terdiri dari banyak kelompok-kelompok sosial besar maupun kecil itu – kontrol sosial bagaimanapun juga kerasnya dilaksanakan tetap saja kurang efektif menghadapi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. 3. Beragam-Tidaknya Norma-norma yang Berlaku di dalam Kelompok Itu Makin beragam macam norma-norma yang berlaku dalam suatu kelompok- lebih- lebih apabila antara norma-norma itu tidak ada kesesuaian, atau apabila malahan bertentangan-maka semakin berkuranglah efektivitas kontrol sosial yang berfungsi menegakkannya. Dalil ini pernah dibuktikan di dalam sebuah studi eksperimental yang dilakukan oleh Meyers. Dihadapkan pada sekian banyak norma-norma yang saling berlainan dan saling berlawanan, maka individu- individu warga masyarakat lalu silit menyimpulkan adanya sesuatu gambaran sistem yang tertib, konsisten, dan konsekuen. Pelanggaran atas norma yang satu (demi kepentingan pribadi) sering kali malahan terpuji sebagai konformitas yang konsekuen pada norma yang lainnya. Maka, dalam keadaan demikian itu, jelas bahwa masyarakat tidak akan mungkin mengharapkan dapat terselenggaranya kontrol sosial secara efektif. 4. Besar-Kecilnya dan Bersifat Anomie-Tidaknya Kelompok Masyarakat yang Bersangkutan Semakin besar suatu kelompok masyarakat, semakin sukarlah orang saling mengidentifikasi dan saling mengenali sesama warga kelompok. Sehingga, dengan bersembunyi di balik keadaan anomie (keadaan tak bisa saling mengenal), samakin bebaslah individu- individu untuk berbuat “semaunya”, dan kontrol sosialpun akan lumpuh tanpa daya. Hal demikian itu dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat-masyarakat primitif yang kecil-kecil, di mana segala interaksi sosial lebih bersifat langsung dan face-to-face. Tanpa bisa bersembunyi di balik sesuatu anomie, dan tanpa bisa sedikit pun memanipulasi situasi heterogenitas norma, maka warga masayarakat di dalam masyarakat-masyarakat yang kecil-primitif itu hampir-hampir tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari kontrol sosial. Itulah sebabnya maka kontrol sosial di masyarakat primiti f itu selalu terasa amat kuatnya, sampai-sampai suatu kontrol sosial yang informal sifatnya-seperti ejekan dan sindiran-itu pun sudah cukup kuat untuk menekan individu- individu agar tetap memerhatikan apa yang telah terlazim dan diharuskan. 5. Toleran-Tidaknya Sikap Petugas Kontrol Sosial Terhadap Pelanggaran yang Terjadi Sering kali kontrol sosial tidak dapat terlaksana secara penuh dan konsekuen, bukan kondisi-kondisi objektif yang tidak memungkinkan, melainkan karena sikap toleran (menenggang) agen-agen kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Mengambil sikap toleran, pelaksana kontrol sosial itu sering membiarkan begitu saja sementara pelanggar norma lepas dari sanksiyang seharusnya dijatuhkan. Adapun toleransi pelaksana-pelaksana kontrol sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi umumnya tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut : a. Ekstrim-tidaknya pelanggaran norma itu; b. Keadaan situasi sosial pada ketika pelanggaran norma itu terjadi; c. Status dan reputasi individu yang ternyata melakukan pelanggaran; dan
  • 6. d. Asasi-tidaknya nilai moral-yang terkandung di dalam norma-yang terlanggar. F.Permasalahan dalam Pengendalian sosial(Hukum Adat suku dayak bagi masyarakatnya) Sekarang ini,banyak masyarakat yang melakukan tindakan sosial menyimpang baik itu bersifat positif ataupun negatif.Karena lemahnya kesadaran diri sendiri dan juga lemahnya pengendalian sosial oleh lembaga sosial itu sendiri. Bahkan sekarang.hukum adat pun juga tidak mengikat kuat bagi sebagian suku sebagai pengontrol social.Ada sebagain suku yang masih mengikat kuat hukum adat tradisi suku mereka,semisal suku dayak yang masih mengikat kuat hokum adatnya.
  • 7. DAFTAR PUSTAKA Kamanto,Sunarto 2000. Pengantar Sosiologi.Jakarta:.Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sudarmi, Sri. 2009. Sosiologi 1 Kelas X SMA/ MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Narwoko J.Dwi,Bagong Suyanto.2011.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.