1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak berhasil karena seseorang mengalami
kesulitan dalam hal komunikasi ketika bersosialisasi. Artinya individu tersebut tidak
mampu mendalami norma- norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan juga dapat
terjadi apabila seseorang sejak masih kecil mengamati bahkan meniru perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Terbentuknya perilaku
menyimpang juga merupakan hasil sosialisasi nilai sub kebudayaan menyimpang yang
di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi dan faktor agama.
Pertentangan antar agen sosialisasi juga merupakan suatu factor, pesan-pesan yang
disampaikan antara agen sosialisasi yang satu dengan agen sosialisasi yang lain kadang
bertentangan. Salah satu tindakan yang dapat di katagorikan sebagai perilaku
menyimpang antara lain seperti korupsi. Korupsi adalah perilaku yang merupakan
tindakan sosial yang menyimpang dimana seseorang melakukan tindakan untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara tidak halal atau sembunyi-sembunyi menimbun
harta kekayaan yang bukan hak miliknya. Tindakan yang secara terus menerus ini
tentu tidak dapat dilakukan sendiri, karena memerlukan suatu jaringan yang transparan
dalam melancarkan aksi ini. Dalam pemerintahan misalnya, jika korupsi tersebut
secara gampang dilakukan oleh seorang pemimpin misal dalam perusahaan, jika
tindakan ini diketahui oleh bawahannya dan bawahannya juga memiliki kesempatan
dalam melakukan korupsi, tentu hal ini akan membuat budaya korupsi tersebut akan
ditiru oleh sang bawahan jika sang bawahan memiliki moral yang tidak baik seperti
atasannya. Melihat uraian yang kami jelaskan ini, maka dapat dikatakan perilaku
1
2. meniru tindakan yang menyimpang dilakukan karena adanya kesempatan dan moral
yang tidak baik, sehingga tindakan meniru perilaku menyimpang ini dapat dilakukan.
Dalam contoh inilah kami akan membahas mengenai tindakan meniru perilaku
menyimpang ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut.
a.
Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Hukum PerundangUndangan.
b.
Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa dalam menyikapi permasalahan
masyarakat yang tidak patuh dan taat terhadap undang-undang.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian perilaku menyimpang itu ?
2. Faktor-faktor apakah yang mengakibatkan masyarakat meniru perilaku menyimpang,
beserta
bagaimana
kaitannya
mengenai
masyarakat
yang
meniru
perilaku
menyimpang?
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Berikut inikan dijabarkan mengenai manfaat-manfaat yang dapat diambil dari
penulisan makalah ini.
a. Memberikan kejelasan suatu penyimpangan itu seperti apa dan mengapa bisa
terjadi.
b. Menelaah masalah-masalah penyimpangan yang dihadapi masyarakat, sehingga
masyarakat tidak patuh dan taat terhadap undang-undang.
c. Batu loncatan untuk pendidikan moral yang lebih baik untuk tidak meniru
tindakan-tindakan yang menyimpang.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan selalu berhadapan dengan segala hal yang
terjadi di masyarakat. Hal ini akan selalu berkaitan dengan sesuatu yang diterima oleh
masyarakat atau yang tidak diterima oleh masyarakat. Sehingga akan ada perilaku yang
tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.
2.1 Teori-Teori Perilaku Menyimpang
a. Teori Differential Association, oleh Edwin H. Sutherland
Menurut teori ini penyimpangan terjadi akibat pergaulan yang berbeda.
Penyimpangan dipelajari melalui proses ahli budaya. Melalui proses ini
seseorang mempelajari suatu budaya menyimpang.
b. Teori Labelling oleh Edwin M. Lemert
Menurut teori ini seseorang yang telah melakukan penyimpangan pada tahap
primer (pertama), tetapi oleh masyarakat sudah diberi cap sebagai penyimpang,
maka si pelaku akan terdorong untuk melakukan penyimpangan sekunder (tahap
lanjut) dengan alasan bahwa dirinya sudah terlanjur basah, dan masyarakat sudah
memberi cap kepadanya.
c. Teori Merton oleh Robert K. Merton
Menurut teori ini bahwa perilaku menyimpang merupakan bentuk adaptasi
terhadap situasi tertentu.
d. Teori Fungsi dari Robert K. Durkheim
Menurut Durkheim tercapainya kesadaran moral dari semua anggota masyarakat
karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
3
4. Artinya kejahatan itu akan selalu ada sebab orang berwatak jahat pun akan selalu
ada. Bahkan Durkheim berpendapat bahwa kejahatan itu perlu, agar moralitas
dan hukum dapat berkembang secara normal.
2.1 Pengertian Perilaku Menyimpang
Apabila dalam suatu lingkungan masyarakat setiap anggotanya mematuhi segala
norma dan nilai serta aturan-aturan yang ada dengan sebaik-baiknya, niscaya
perilaku menyimpang itu tidak akan pernah ditemukan. Tetapi dalam kenyataannya
dapat kita lihat begitu banyaknya anggota masyarakat yang berperilaku tidak sesuai
dengan norma dan aturan-aturan yang mestinya dijunjung tinggi.
Suatu perilaku dikatakan menyimpang hanya berlaku dalam suatu masyarakat yang
terbatas, artinya suatu tindakan mungkin dalam suatu masyarakat dianggap sebagai
penyimpangan namun dalam masyarakat yang lain tindakan tersebut dianggap suatu
hal yang biasa.
Menurut Robert MZ Lawang perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan
usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki yang menyimpang.
Menurut Kartini Kartono. Perilaku menyimpang yaitu tingkah laku yang
menyimpang dari tendensi sentra atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat
kebanyakan.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Wilnes mengatakan dalam bukunya “Punishment and Reformation” , sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
4
5. a. Faktor subyektif, adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sediri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
b. Faktor objektif, adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Antara
lain:
1) Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan.
Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke
dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan
tidak pantas. Keadaan ini terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak
sempurna, Misalnya, karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak
(broken home).
2) Proses belajar yang menyimpang
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya
membaca atau melhat tayangan tentang perilaku menyimpang. Misalnya,
seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat
tayangan rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel
yang memuat tindak criminal.
3) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
Hal itu terjadi jika dalam upaya mecapai suatu tujuan seseorang tidak
memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri,
maka terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya, jika setiap pengusa
terhadap rakyat makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani
memberontak untuk mewalan kesewenangan tersebut.
5
6. 4) Ikatan sosial yang berlainan
Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika
pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka
kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
2.3 Hubungan antara landasan teori dengan meniru perilaku menyimpang oleh
masyarakat
Melihat dari penjelasan ini, salah satu faktor dari masyarakat tidak taat dan patuh
terhadap peraturan perundang-undangan yaitu karena masyarakat meniru perilaku
menyimpang ini. Masyakat beranggapan bahwa perilaku menyimpang yang
dilakukan tersebut merupakan hal yang wajar dan memang sudah menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya walaupun dirinya tau bahwa perilaku
tersebut melanggar peraturan perundang-undangan. Hal ini lebih banyak
diakibatkan dari lingkungan sekitar seperti Teori Differential Association, oleh
Edwin H. Sutherland yang dimana karena perilaku tersebut ada dalam
lingkungannya, dan secara tidak langsung ia mempelajari dalam waktu yang lama
dari kelompok yang melakukan perilaku menyimpang, sehingga ia pun meniru
perilaku menyimpang tersebut. Dari factor-faktor tersebut tindakan meniru
perilaku
menyimpang
berdasarkan
Faktor
subyektif
dan
objektif
dapat
diklasifikasikan dalam factor subyektif bahwa memang individu tersebut sudah
terbiasa melakukan perilaku menyimpang yang dimana bertentangan atau
melanggar perundang-undangan, sedangkan meniru perilaku menyimpang menurut
kami terjadi karena adanya factor objektif yang dimana faktor tersebut berasal dari
(lingkungan), dan hubungan interaksi kelompok, sehingga individu tersebut akan
meniru ,contohnya seperti perbuatan korupsi, hal ini biasanya dilakukan oleh para
6
7. pejabat dalam menjalankan peranan fungsinya 1, keadaan keuangan yang relatif
kuat memungkinkan mereka untuk melakukan korupsi yang oleh masyarakat
umum dikualifikasikan sebagai kejahatan. Golongan tersebut menganggap dirinya
kebal terhadap hukum dan sarana-sarana
pengendalian sosial lainnya karena
kekuasaan dan keuangan yang dimilikinya dengan individu, kelompok-kelompok
tertentu saling bekerja sama dan saling melindungi. hal ini sesuai dengan salah satu
bentuk
dari
perilaku
menyimpang
kelompok (group
deviation)
dimana
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat
yang berlaku2
BAB III
1
Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, RajaGrafindo Persada,Jakarta: 2012, hal.322
http://curahanhatiyunira.wordpress.com/2012/04/01/perilaku-menyimpang-jilid-2/ diakses pada
tanggal 5 Januari 2014
2
7
8. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita . Teori
ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang
karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah
pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang
melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan
cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan
itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya sehari-hari. Sehingga
bagi masyarakat yang memiliki kesadaran yang kurang, ketika melihat hal ini pasti akan
berpikir mengapa dia jg tidak ikt melakukan hal tersebut apabila orang laen bisa
mengapa dia tidak. Inilah yang akan memicu seseorang meniru perilaku menyimpang
yang telah ia lihat sebelumnya. Hal ini adalah faktor dari dalam diri si pelaku yang
meniru tindakan menyimpang, sedangkan apabila dilihat dari faktor eksternal atau diluar
pelaku, bisa saja disangkut pautkan dengan proses penrimaan ato pembelajaran yang
kurang atau menyimpang, sehingga dengan mudahnya masyarakat meniru tindakan
menyimpang ini.
3.2 Saran
8
9. Adapun saran-saran dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan perubahan dengan sosialisasi mengenai tindakan-tindakan yang
melanggar perundang-undangan dan melalui sosialisasi yang baik ini pasti
diharapkan terjadinya suatu kepatuhan dan ketaatan masyarakat akan penegakan
undang-undang yang berlaku.
2. Perlunya ditingkatkan kualitas pendidik baik jasmani maupun rohani, yang
meliputi moral, dimana dengan peningkatan moral ini, tentu msyarakat akan
selektif dalam menilai suatu tindakan sehingga mencegah timbulnya keinginan
untuk meniru suatu tindakan atau perilaku yang menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
9
10. Soekanto, Soerjono. 1985. Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung:
Remadja Karya.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
http://curahanhatiyunira.wordpress.com/2012/04/01/perilaku-menyimpang-jilid-2/
10