SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
INTERVENSI TERHADAP PEMANFAATAN JALAN GANG SEBAGAI RUANG PUBLIK
PENDAHULUAN
Masyarakat kampung kota adalah masyarakat yang mengalami urbanisasi dan
mulai tergerus akan arus globalisasi dengan semakin menipisnya nilai-nilai yang bercirikan
masyarakat desa. Masyarakat desa identik dengan masyarakat agraris yang lebih menggantungkan
kebersamaan dalam segala bidang seperti contoh pada sistem mata pencaharian bercocok tanam baik
persawahan maupun perkebunan, kehidupannya juga didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat.
Masyarakat Desa awalnya merupakan suatu “gemeinschaft” yang memiliki unsur
gotong royong yang kuat. Karakter masyarakat desa merupakan face to face group,
mereka saling mengenal seolah-olah mengenal dirinya sendiri. (Bintarto, 1989).
Fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat kampung saat ini
adalah corak kehidupan masyarakat yang berupa nilai - nilai kebersamaan dan kegotong royongan
semakin menipis. Perubahan ini akan berpengaruh juga terhadap
perubahan ruang - ruangnya, salah satunya adalah ruang bersama. Dibalik fenomena tersebut dan
keterbatasan lahan dan lingkungan fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki eksistensi
ruang-ruang social budayanya, ialah ruang bersama, ruang dimana sesama warga meningkatkan
kualitas daya hidup, ruang komunitas belajar lintas generasi.
Ruang bersama merupakan jenis ruang yang selalu ada pada masyarakat Nusantara ini. Ruang
bersama memiliki fungsi penting, karena merupakan wadah untuk aktivitas sosial bersama yang
didasari keguyuban dan kebersamaan. Ruang bersama pada masa kini bukan merupakan ruang yang
bersifat tetap, ruang bersama memiliki sifat kesementaraan dan kesejenakan, Kesementaraan dan
kesejenakan itulah dalam rangkaian perjalanan menjadikan fungsi tempat itu ikut mengalami
kesementaraan. Ruang bersama yang hadir terbentuk karena
adanya unsur komponen ruang atau setting dan atribut ruang yang sesuai. Ruang bersama dalam
keterbatasan dan setting lingkungan yang ada selalu mengalami sebuah dinamika kompleksitas dan
kemajemukan subjek-pelaku ruangnya. Berbeda dengan ruang publik, ruang bersama memiliki
kualitas teritorialnya, bukan berarti claim atau menguasai suatu tempat, melainkan sebagai pengelola
ruangnya. Hal ini sudah seharusnya sebagai perhatian khusus, salah satunya arsitektur untuk
melestarikan sikap kearifan lokal masyarakat dalam mengelolanya.Teritorialitas tak ubahnya
terkandung nilai kearifan lokal dalam pemanfaatanya tentang keselarasan hubungan antar manusia
dengan lingkungannya. Sehingga hal ini perlu dijaga-pelihara dengan menumbuh-kembangkan
potensi tersebut.
2. Bahan dan Metode
2.1Definisi Ruang Bersama
Ruang pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari dapat memilik sifat material atau
immaterial. Dalam bahasa jawa ruang di sebut ‘rong’ dapat memiliki artian sebagai liang, lubang atau
kamar. Mengacu pada ruang dari bahasa jawa bahwa ruang atau rong tersebut merupakan hasil dari
sebuah kehadiran, telah terjadi diantaranya suatu perubahan, bukan diadakan melainkan dihadirkan
(Prijotomo dan Pangarsa, 2010). Ruang bersama masih terdengar asing karena sebutan “Ruang
Publik” lebih banyak dikenal di permukaan pendidikan. Di Nusantara telah dikenal ruang-ruang
bersama seperti Tenean di Madura, atau natar di Flores, atau natah di Bali, di masa kekinian gang
kampung adalah jalan sekaligus ruang bersama (Prijotomo dan Pangarsa, 2010). Ruang bersama atau
communal space merupakan ruang untuk berbagi bersama yang biasanya digunakan sebagai interaksi
antara anggota suatu komunal, dimana dapat menimbulkan kebersamaan atau keguyuban.
Terbentuknya lingkungan permukiman dimungkinkan karena adanya proses pembentukan hunian
sebagai wadah fungsional yang dilandasi oleh pola aktivitas manusia serta pengaruh setting atau rona
lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik (sosial-budaya) yang secara langsung
mempengaruhi pola kegiatan dan aktivitas dalam ruang (Rapoport, 1990).
2.2. Dinamika dan Setting Ruang
Ruang bersama bersifat temporal yang berkaitan dengan waktu maka ruang
bersama selalu memiliki dinamika didalamnya. Dinamika berasal dari bahasa Inggris,
yaitu dynamics yang artinya tenaga penggerak. Dinamika ini juga terkait dengan kata
“dinamis” yang menurut kamus bahasa Indonesia yang salah satu artinya mudah
menyesuaikan diri dengan keadaan. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa di dalam dinamika ruang terdapat perubahan ruang. Dalam pembahasan
mengenai dinamika ruang ini, ruang bisa jadi pada awalnya memiliki fungsi tertentu,
namun karena adanya aktivitas dan penyesuaian kondisi pada satu waktu, maka terjadi
dinamika dalam pemanfaatan ruang. Dinamika tersebut antara lain terjadi perubahan
fungsi dan makna atau karakter ruang, dimana perubahan tersebut terkait dengan
konteks waktu. Kesementaraan dan kesejenakkan pada ruang bersama dalam rangkaian perjalanan
menjadikan fungsi tempat itu ikut mengalami kesementaraan.
2.3. Teritorialitas Ruang
Teritorialitas adalah kondisi kualitas teritori yang ada/terjadi yang terbentuk
oleh interaksi/ kesepakatan antara kualitas teritori yang diinginkan masing-masing
individu (dengan tujuan bersama), dan masing-masing organisasi (dengan tujuan
kebijaksanaan) dengan karakteristik setting fisik yang mewadahi suatu ruang.
Teritorialitas sebagai salah satu atribut arsitektur lingkungan dan perilaku, maka
didalamnya terjadi interaksi antara Individu dengan tujuan kegiatan dan institusi
dengan tujuan kebijaksanaan dengan lingkungan yang mewadahi ruang. Keterkaitan
hubungan yang terjadi antar unsur teritorialitas ini yang dapat melihat teritorialitas
sebagai atribut perilaku yang dapat diukur kualitasnya. Dengan adanya interaksi antar
unsur teritorialitas, maka kualitas teritori juga bisa diukur dimana yang terjadi antara
pelaku dan setting fisiknya. Porteous (1977) menyatakan teritorialitas adalah sebagai
batas dimana organisme hidup menentukan teritori dan mempertahankannya, terutama
dari kemungkinan intervensi atau agresi pihak lain. Konsep ini pada awalnya
dikembangkan untuk organisme hidup bukan manusia. Altman (1980) memaparkan
bahwa teritorialitas merupakan hubungan individu atau kelompok dengan setting
fisiknya, yang dicirikan oleh rasa memiliki, dan upaya pengelolaan terhadap
pemanfaatan. Pengertian pengelolaan (kontrol) oleh Altman (1975) diartikan dengan
mekanisme mengatur batas antara orang yang satu dengan lainnya melalui penandaan
atau personalisasi untuk menyatakan bahwa tempat tersebut ada yang memilikinya.
Personalisasi menurut Altman (1975) adalah pernyataan kepemilikan individu, atau
kelompok terhadap suatu tempat, melalui tanda-tanda inisial diri. Pernyataan
kepemilikan tersebut bisa secara konkrit (wujud fisik) atau simbolik (non fisik). Secara
konkrit menurut Altman (1980) ditandai dengan adanya penempatan (occupancy), dan
secara simbolik dengan keterikatan tempat (place attachment). Uraian-uraian di atas
memberikan pengertian yang lebih terinci lagi mengenai teritorialitas, yaitu upaya-
upaya individu atau kelompok dalam melakukan kontrol atau pengelolaan terhadap
ruang. Batas membentuk sebuah teritori, seperti cerlang yang dihalangi pepohonan
sehingga menghadirkan bayang, maka hadirlah ruang dalam bayang tersebut sebagai
hasil dari sebuah penghalangan yang merupakan batas ruang. Ruang tersebut diberi
batas maka disitulah terdapat teritori ruang. Berdasarkan batas pembentuk teritori
ruang, ruang bersama bisa dikategorikan sebagai ruang milik ‘’kami-aku’, ‘publik-privat’,
‘intim-formal’, ‘serta terang-gelap’ yang menjelaskan teritori (Prijotomo & Pangarsa,
2010). Ruang eksistensinya hadir dikarenakan penghadiran bayang. Bayang tersebut
hadir karena diberi batas-batas fisik/persepsional/konsepsual/konvensional (Pangarsa
2006).
2.4. Metode Kajian-Perancangan
Pada tahap pengamatan merupakan upaya menelaah secara kuantitatif dan
kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi yakni melakukan
pengamatan terhadap proses dan bentuk perwujudan ruang bersama yang berkaitan
dengan setting dan atribut, dinamika dan pola serta teritorialitas ruang (pemaknaan
hubungan antar manusia dengan pemanfaatan ruangnya) sehingga didapatkan sebuah
kesimpulan karakteristik ruang bersama Gang Teratai RT 06 dan RT.07 kelurahan
Cepokomulyo,Kepanjen,Malang. Karaktertersebut diolah-lanjut pada tahap memunculkan ide
pengembangan ruang bersama sehingga kajian ini berdiri pada alur proses paradigmatik-pragmatik
Area studi ini tepatnya berada pada kawasan RT06 dan RT07, RW01 Kelurahan Cepokomulyo,
Kepanjen, Malang yang merupakan bagian muka kawasan kampung. Pada tahap pengamatan, dipilih
tiga kluster yang cukup mewakili di lapangan. Pada lokasi gang Teratai, kurang lebih terdapat 205
rumah. Jumlah rumah yang dijadikan sampel dalam penelitianini adalah 30 rumah, yang terdapat pada
ruas gang permukiman.
3.Hasil dan Pembahasan
3.1 Potensi Ruang Bersama
Lokasi pengamatan yang sebatas pada Gang Teratai RT 06 dan RT.07 ,RW01
KelurahanCepokomulyo,Kepanjen,Malang. Sehingga lokasi pengamatan terbagi atas 3 area
lokasi. Pada pengamatan awal dilakukan pemetaan potensi ruang bersama yaitu dengan
mengambil titik objek pada lokasi pengamatan. Titik pengamatan berada pada hubungan gang
dan teras(emper) dikarenakan pada pengamatan awal lokasi tersebut kerap hadirnya ruang
bersama. Tipologi yang memiliki potensi hadirnya ruang bersama, yaitu area Dalem, Teras,
Gang, Lapangan, Warung, Jedhing/Sumur dan Musolah.
3.1.1Kondisilokasi
A.Lokasi1
Kondisi lingkungan pada lokasi pertama cenderung memiliki kontur yang datar
dengan gang cukup lebar antara 2-3m, tidak memiliki vegetasi peneduh hanya berupa
sedikit pot-pot vegetasi di sisi pinggir gang. Orientasi arah-hadap rumah saling bertemu
fasad dengan beberapa ada pertemuan fasad depan dengan bagian samping rumah. Pada
lokasi ini terdapat sebuah lapangan yang menjadi simpul gang. Dengan ketidak beradaan
unsur pernaungan pada vegetasi dan minim unsur pernaungan maka ruang
bersama kerap hadir pada waktu sore hari dan malam hari. Keberadaan kontur dan jalur
sirkulasi yang cukup lebar menjadikannya sebuah potensi kehadiran ruang yang
melibatkan pelaku lebih majemuk. Fasilitas umum yang terdapat pada lokasi area 1 yaitu
berupa lapangan dan warung.
Gambar2. Kondisi Lokasi 1
B. Lokasi 2
Pada area lokasi pengamatan kedua terdapat gang kecil (gang kelinci).
jalan alternative pada RT06 bagian utara masih memiliki padat pemukiman. Selain keadaan topografi,
keadaan sirkulasi kampung lebih bersifat organik dan sempit dikarenakan gang beradadisela-sela
bangunan dengan lebar 1-2m.
Gambar 3. Kondisi Lokasi 2 dan 3
C. Lokasi 3
Tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap lokasi kedua, pada lokasi pengamatan
ketiga terdapat banyak pemukiman padat, kurang nya vegetasi peneduh yang
menciptakankenyamanansehinggagang kampong sangat jarang sekali hadir ruang bersama, terkecuali
pada fasilitas umum, yaitu ruang
cuci dan fasilitas gang sebagai area jemur dan penempatan barang kerja pribadi.
Keadaan gang seolah berupa teras rumah dikarenakan jarang rumah pada lokasi ketiga
yang memiliki teras. Selain keadaan topografi, keadaan sirkulasi kampung lebih bersifat
organik dan sempit dikarenakan gang berada disela-sela bangunan dengan lebar 1-
1,5m.
Berdasarkan pengamatan Kondisi lingkungan didapatkan bahwa lokasi 1 lebih memiliki
banyak kelapangan sehingga memiliki kebebasan secara batasan fisik. Sedangkan lokasi 2 dan 3
memiliki pernaungan sehingga bayang dan gelap memiliki intensitas yang tinggi, pada aksesibilitas
dan fasilitas umum keduanya memiliki.
Suatu behavior setting mempunyai struktur internal sendiri. Setiap orang atau
kelompok berperilaku berbeda karena masing masing memiliki peran dan kepentingan yang
berbeda pula. Misalnya dalam sebuah kelas guru mempunya peran sebagai pengajar
sedangkan murid berperan sebagai anak yang diajar. Demikian pula dalam satu kelompok
yang besar, pemanfaatan ruang seperti ruang public dapat dimanfaatkan secara berbeda
misalnya dalam satu komplek permukiman paturan, ruang terbuka dapat dimanfaatkan sebagai
lapangan bermain untuk anak-anak, tetapi dapat juga dimanfaatkan sebagai ruang berkumpul
untuk santai/ngerumpi bagi ibu-ibu.
Gambar 1. Proses Fundamental Prilaku Manusia (Lang 1987)
diolah, dilengkapi, diseleksi, dan diintegrasikan terlebih dahulu berdasarkan pengalaman orientasi
nilai budayanya, sebelum menghasilkan persepsi (Gambar 1).
Informasi perilaku lingkungan yang diperlukan dalam perancangan menurut Irwin Altman
meliputi tiga komponen
Perilaku dan Lingkugan
Pola Perilaku manusia didalam lingkungan merupakan proses interaksi antara manusia dan
lingkungan yang melibatkan motivasi dan kebutuhan – kebutuhan individual maupun sosial. Rapoport
berpendapat bahwa kemungkinan sikap yang diambil dalam menganalisis pengaruh lingkungan fisik
pada perilaku adalah: (i) Environment determinism, yaitu pandangan yang beranggapan lingkungan
fisik menetukan perilaku. Pada pandangan ini manusia dituntut mempunyai kemampuan adaptasi
yang besar, dan (ii) Possibilism, yaitu pandangan bahwa lingkungan fisik memungkinkan dan
membatasi manusia melakukan kegiatan yang terutama didasarkan pada kriteria budaya.
Didalam penyesuaian diri dalam lingkungan disekitar tempat tinggalnya, manusia dibekali
beberapa informasi yang memberikan stimulasi dan akan mempunyai arti tertentu bagi individu
tersebut setelah utama:
a. Gejala Perilaku Lingkungan: merupakan gejala dari berbagai aspek perilaku sehari – hari dalam
kaitannya dengan lingkungan.
b. Kelompok Pemakai: yang beraneka ragam akan menimbulkan pola – pola kebutuhan yang
berbeda pula yang juga dipengaruhi oleh kualitas lingkungan.
Kelompok pemakai umumnya diklasifikasikan menurut usia, latar belakang, jenis kelamin,
keadaan khusus (penderita cacat),latar belakang sosial budaya, pendidikan , dan gaya hidup.
c. Tatanan: akan mencakup semua skala dari skala ruang hingga wilayah, negara bahkan dunia.
Tatanan ini memiliki ciri-ciri batasan yang jelas, dalam waktu tertentu serta struktur dimana
elemen sosial dan fisik bergabung dengan konteks sosial (sosialisasi budaya)
Gary T. Moore, Environment Behavior Studies dalam buku Introduction to
Architecture (1979) menyatakan lima karakteristik teritori sebagai berikut :
a. Teritori yang berkenaan dengan objek – objek, tempat – tempat, wilayah geografis yang ukuran
luasnya tidak tertentu (kecil atau besar) dan mempunyai bentuk misalnya benda, kamar, rumah
sampai negara.
b. Teritori menyangkut masalah
kepemilikian/kendali terhadap penggunaan suatu tempat/objek. Kendali ini mencakup wilayah
dimana orang lain tidak diijinkan untuk memasuki/menggunakan miliknya sampai pada batas –
batas yang ditentukan.
c. Pemilik teritori akan memberikan identitas dirinya dengan menggunakan simbol – simbol
ataupun benda – benda sebagaitanda.
d. Teritori dapat dikuasai, dimiliki atau dikendalikan oleh seorang individu ataupun kelompok –
kelompok, dan
e. Teritori berhubungan dengan kepuasan terhadap kebutuhan / dorongan atas status.Teritori dapat
dibagi dalam tiga macam,menurut sifat dan waktu penggunaannya (Altman 1975), yaitu :
a. Teritori Utama, dipakai dan dimiliki secara tetap oleh perorangan atau kelompok. Teritori ini
menjadi ciri kehidupan individu atau kelompok.
b. Teritori Kedua, bersifat temporal dan dapat dikuasai individu atau kelompok tertentu. Teritori
kedua oleh Lyman & Scott (1965) dibagi dua teritori, yaitu:
(i) Home Teritories, Misalnya lapangan bermain yang dipakai tempat bersepak bola oleh sekelompok
anak–anak, membuat orang lain yang tidak kenal tidak berani memakai lapangan tersebut pada saat
itu, atau lantai pada rumah susun yang dihuni oleh sekelompok etnis tertentu, dan (ii) Teritories for
Interaction, Tempat interaksi sosial terjadi secara spontan, misalnya ditangga bersama bertemu
beberapa tetangga, mengobrol.
c. Teritori Umum, bersifat sementara, dan tidak berpusat pada kehidupan seseorang, misalnya
penggunaan taman-taman umum, tempat duduk dalam angkutan umum, bioskop. Teritori umum
terbagi dalam tiga tipe sebagai berikut: (i) Yang dapat disewa (tempat pertemuan, telepon
umum). Kendalinya terjadi pada waktu penggunaannya, jika waktunya sudah habis, maka
pemakaiannya harus berhenti, (ii) secara bergantian (lapangan olah raga), dan (iii) ruang
terpakai, menyangkut daerah sekeliling, yang secara sementara dianggap dibawah kendalinya,
misalnya Apabila terdapat pedagang bakso berada di jalur sirkulasi, jalur tersebut untuk
sementara tidak dapat diganggu oleh orang lain, pengguna lain berjalan mengelilingi pedagang.
Lima masalah dasar kehidupan manusia yang sangat berperan didalam manivestasi
arsitektural, antara lain: (i) Hakikat hidup, (ii) Hakikat karya, (iii) Persepsi manusia tentang
waktu, (iv) Pandangan manusia tentang alam, dan (v) Hakikat manusia dengan sesamanya.
Dari kelima masalah dasar ini terdapat masalah penting yang sangat memengaruhi
perwujudan lingkungan sosial budaya dalam wujud arsitektural, yaitu masalah hakikat
hubungan antara manusia dengan sesamanya. Dalam hubungan antara manusia dengan
sesamanya, terdapat kebutuhan sosial budaya yang harus dipenuhi dalam perwujudan
arsitektur berupa kebutuhan – kebutuhan manusia yang berkaitan dengan kedudukannya
sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial budaya yang akan berinteraksi –
interelasi dengan anggota masyarakat lainnya dan ingin diakui serta diterima sebagai anggota
masyarakat. Kebutuhan manusia yang dianggap dapat meningkatkan kualitas lingkungan
sosial budaya manusia antara lain:
(i) kebutuhan fisiologis, (ii) kebutuhan akan rasa aman,dan (iii) kebutuhan psikologis.
Dalam perancangan arsitektur sebagai wujud interaksi sosial budaya yang harus
menjadi pertimbangan, sebagai berikut: (i) kegiatan sosial budaya yang ditampung bangunan,
(ii) derajat fleksibilitas yang dinyatakan oleh tiap kegiatan, dan (iii) kebiasaan – kebiasaan
yang memengaruhi.
MAKNA RUANG PUBLIK
Secara fisik ruang terbuka memiliki
beberapa fungsi yaitu : sebagai daerah hijau (green area), untuk filter dan sirkulasi udara,
sebagai cadangan cadangan air, paru – paru kota dan berbagai fungsi lainnya (Gambar 2).
Dalam proses interaksi dan sosialisasi publik, ruang terbuka memiliki makna yang bejalan
bersama seiring fungsi fisik ruang terbuka itu sendiri. Adapun klasifikasi ruang terbuka dalam
komplek permukiman terdiri dari :
lapangan, jalan, gang, dan halaman rumah. Pemanfaatan ruang terbuka dalam disain
masyarakat tertentu senantiasa berjalan sesuai aktivitas, kebiasaan dan aturan yang berlaku
dalam struktur masyarakat setempat. Nilai dan pemanfaatan ruang tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
Gambar 2. Tanaman di depan rumah untuk keindahan
lingkungan
Gambar 3. Sebagai tempat berkumpul
Nilai sosial (Interaksi komunal) Sebagairuang untuk bersosialisasi
dengan aktivitas bermain anak-anak, tempat berkumpul warga terutama untuk ibu-ibu berbagi cerita,
duduk-duduk. Ruang terbuka baik pada lokasi di lapangan, maupun di (green area), untuk filter dan
sirkulasi udara, sebagai cadangan cadangan air, paru – paru kota dan berbagai fungsi lainnya (Gambar
2). Dalam proses interaksi dan sosialisasi publik, ruang terbuka memiliki makna yang bejalan bersama
seiring fungsi fisik ruang terbuka itu sendiri. Adapun klasifikasi ruang terbuka dalam komplek
permukiman terdiri gang/jalan sering dimanfaatkan oleh warga terutama oleh anak-anak, remaja, dan
bapak sebagailokasi tempat bermain , sedangkan ibu-ibu dan remaja putri sering
memanfaatkan jalan, gang yang dimanfaatkan untuk bercerita, duduk-duduk, ataupun memberi makan
anak-anak saat pagi dan sore hari gang/jalan sering dimanfaatkan oleh warga terutama oleh anak-anak,
remaja, dan bapak sebagai lokasi tempat bermain , sedangkan ibu-ibu dan remaja putri sering
memanfaatkan jalan, gang yang dimanfaatkan untuk bercerita, duduk-duduk, ataupun memberi makan
anak-anak saat pagi dan sore hari
Nilai Ekonomi
Pada konteks ini, ruang terbuka publik tidak hanya dimanfaatkan untuk aktivitas main, tetapi juga
dijadkan tempat untuk berjualan. Jalan dan gang yang berada di depan rumah dijadikan lokasi tempat
berjualan sementara yaitu pada sore dan malam hari.
Nilai Budaya dan Seni
Ruang terbuka yang difungsikan sebagairuang display out door, pada waktu-waktu tertentu
dimanfaatkan sebagai tempat untuk melaksanakan tempat bermain yang digelar oleh masyarakat sekitar.
Selain itu juga difungsikan untuk aktivitas keagamaan sepertikegiatan berkesenian, dan sejenisnya.
Nilai estetika
Ruang terbuka akan dimanfaatkan masyarakat sekitar sehingga dapat memberikan
pemandangan yang menarik dengan nilai estetika yang indah. Dalam disain permukiman,
masyarakat akan menata ruang public secara rutin terutama yang berada didepan rumah dan sepanjang
jalan dan akan memberikan perhatian khusus pada saat–saat tertentu seperti pada saat perayaan hari, hari
nasional sepertiperayaan proklamasi dan kegiatan lainnya.
c. KESIMPULAN Kesimpulan
Keterbatasan lahan dan lingkungan fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki
eksistensi ruang-ruang sosial-budayanya, ialah ruang bersama, ruang dimana sesama warga
meningkatkan kualitas daya hidup, ruang komunitas belajar lintas generasi. Berbeda dengan ruang
publik, ruang bersama memiliki kualitas teritorialnya, bukan berarti claim atau menguasai suatu
tempat, melainkan sebagai pengelola ruangnya. Ruang bersifat dinamis, tentunya ruang bersama
memiliki dinamika dan membentuk sebuah pola. Dengan keterbatasan segala lingkungan fisik
pemukiman kampung kota yang padat, tentunya intensitas dinamikanya memiliki kompleksitas ruang
dan kemajemukan pelakunya. Fleksibilitas pengaturan aras teritori terkait domain antar ruang dalam,
ruang luar dan ruang transisi diantaranya adalah merupakan
teritorialitas yang langka ditemukan di hingar-bingar kehidupan kota. Dengan sifat dinamika, pola
serta teritorialitas maka pengembangan ide desain yang diperuntukkan untuk Ruang Bersama
Kampung Temenggungan Ledok Malang pun mengikuti akan karakter ruangnya. Desain yang dibuat
memiliki sifat konvertibilitas. Komponen ruang dapat dibongkar-pasang, tata-susun kembali atau
memiliki nilai fleksibilitas dalam pemanfaatannya karena beracuan pada sifat ruang yang dinamis.
Konsep struktur dan elemen tiap komponen ruang bersama berisikan tentang nilai kolektifitas,
mengingat bahwa ruang bersama “kami” adalah miliknya, yang mewadahi kemajemukan masyarakat
dengan material lokal dan berkaitan dengan aspek bangunan yang beradaptasi terkait waktu.
kemajemukan tersebut merupakan sebuah komunitas kekriyaan dengan muatan kegotong-royongan,
dan kebersamaan.
Perilaku seseorang antara lain tercermin dalam cara hidup dan peran yang dipilihnya
di masyarakat ditentukan oleh latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan
yang dianut, nilai nilai dan norma norma yang dipegang. Selain itu situasi dan lokasi meliputi
seting lingkungan akan turut berperan dalam pola perilaku manusia. Perilaku manusia
meliputi segala aksinya, berkaitan dengan semua aktifitas manusia secara fisik, berupa
interaksi manusia dengan manusia, ataupun manusia dengan lingkungan fisiknya.
Manusia baik secara personal maupun kolektif memiliki keunikan dan karekter
tersendiri. Keunikan dan karakter tersebut melekat secara alamiah ataupun dipengaruhi oleh
faktor luar seperti budaya dan lingkungan fisik. Keunikan yang dimiliki setiap individu akan
memengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga memengaruhi
perilakunya. karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk beraktivitas,
tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia.
Pemanfaatan ruang publik oleh masyrakat dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan,
lsituasi dan lokasi ruang tersebut. Ruang publik akan digunakan bervariasi oleh masyarakat
dengan aktivitas bervariasi pula seperti hiburan dan rekreasi secara alamiah, aktivitas
konomi, promosi budaya dan religi, serta untuk estetika lingkungan..
DAFTAR PUSTAKA
Bradly, C. dan Milward, A.1984. Successful
Green Space:Do we know it when we
see it?, The Planner, July
Carr, Stephen. 1992. Public Space,
cambridge university press.
Carlson, Neil R , 1991 , Psychology of
Behaviour , 4th edition, Alyn & Bacon , A Division of Simon Schuster Inc.
Boston
Fisher, A. Bell, P.A, & Baum. A. 2001.
Environmental Psychology, Harcourt
College Publisher , USA
Gifford, R. 1987, Environmental Psychologi
: Principle and Practice, Boston :
Allyn and Bacon. Inc
Kaplan, Stephen and Kaplan, Rachel. 1982 :
Cognition and Environment
Functioning In An Uncertain
Environment Praeger – New York
Lang, J. 1987. Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold, New York
Nilai Ekonomi
Pada konteks ini, ruang terbuka publik tidak hanya dimanfaatkan untuk aktivitas main, tetapi juga
dijadkan tempat untuk berjualan. Jalan dan gang yang berada di depan rumah dijadikan lokasi tempat
berjualan sementara yaitu pada sore dan malam hari.
Nilai Budaya dan Seni
Ruang terbuka yang difungsikan sebagairuang display out door, pada waktu-waktu tertentu
dimanfaatkan sebagai tempat untuk melaksanakan tempat bermain yang digelar oleh masyarakat sekitar.
Selain itu juga difungsikan untuk aktivitas keagamaan sepertikegiatan berkesenian, dan sejenisnya.
Nilai estetika
Ruang terbuka akan dimanfaatkan masyarakat sekitar sehingga dapat memberikan
pemandangan yang menarik dengan nilai estetika yang indah. Dalam disain permukiman,
masyarakat akan menata ruang public secara rutin terutama yang berada didepan rumah dan sepanjang
jalan dan akan memberikan perhatian khusus pada saat–saat tertentu seperti pada saat perayaan hari, hari
nasional sepertiperayaan proklamasi dan kegiatan lainnya.
d. KESIMPULAN Kesimpulan
Keterbatasan lahan dan lingkungan fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki
eksistensi ruang-ruang sosial-budayanya, ialah ruang bersama, ruang dimana sesama warga
meningkatkan kualitas daya hidup, ruang komunitas belajar lintas generasi. Berbeda dengan ruang
publik, ruang bersama memiliki kualitas teritorialnya, bukan berarti claim atau menguasai suatu
tempat, melainkan sebagai pengelola ruangnya. Ruang bersifat dinamis, tentunya ruang bersama
memiliki dinamika dan membentuk sebuah pola. Dengan keterbatasan segala lingkungan fisik
pemukiman kampung kota yang padat, tentunya intensitas dinamikanya memiliki kompleksitas ruang
dan kemajemukan pelakunya. Fleksibilitas pengaturan aras teritori terkait domain antar ruang dalam,
ruang luar dan ruang transisi diantaranya adalah merupakan
teritorialitas yang langka ditemukan di hingar-bingar kehidupan kota. Dengan sifat dinamika, pola
serta teritorialitas maka pengembangan ide desain yang diperuntukkan untuk Ruang Bersama
Kampung Temenggungan Ledok Malang pun mengikuti akan karakter ruangnya. Desain yang
dibuat memiliki sifat konvertibilitas. Komponen ruang dapat dibongkar-pasang, tata-susun kembali
atau memiliki nilai fleksibilitas dalam pemanfaatannya karena beracuan pada sifat ruang yang
dinamis. Konsep struktur dan elemen tiap komponen ruang bersama berisikan tentang nilai
kolektifitas, mengingat bahwa ruang bersama “kami” adalah miliknya, yang mewadahi
kemajemukan masyarakat dengan material lokal dan berkaitan dengan aspek bangunan yang
beradaptasi terkait waktu. kemajemukan tersebut merupakan sebuah komunitas kekriyaan dengan
muatan kegotong-royongan, dan kebersamaan.
Perilaku seseorang antara lain tercermin dalam cara hidup dan peran yang dipilihnya
di masyarakat ditentukan oleh latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan
yang dianut, nilai nilai dan norma norma yang dipegang. Selain itu situasi dan lokasi meliputi
seting lingkungan akan turut berperan dalam pola perilaku manusia. Perilaku manusia
meliputi segala aksinya, berkaitan dengan semua aktifitas manusia secara fisik, berupa
interaksi manusia dengan manusia, ataupun manusia dengan lingkungan fisiknya.
Manusia baik secara personal maupun kolektif memiliki keunikan dan karekter
tersendiri. Keunikan dan karakter tersebut melekat secara alamiah ataupun dipengaruhi oleh
faktor luar seperti budaya dan lingkungan fisik. Keunikan yang dimiliki setiap individu akan
memengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga memengaruhi
perilakunya. karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk beraktivitas,
tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia.
Pemanfaatan ruang publik oleh masyrakat dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan,
lsituasi dan lokasi ruang tersebut. Ruang publik akan digunakan bervariasi oleh masyarakat
dengan aktivitas bervariasi pula seperti hiburan dan rekreasi secara alamiah, aktivitas
konomi, promosi budaya dan religi, serta untuk estetika lingkungan..
DAFTAR PUSTAKA
Bradly, C. dan Milward, A.1984. Successful
Green Space:Do we know it when we
see it?, The Planner, July
Carr, Stephen. 1992. Public Space,
cambridge university press.
Carlson, Neil R , 1991 , Psychology of
Behaviour , 4th edition, Alyn & Bacon , A Division of Simon Schuster Inc.
Boston
Fisher, A. Bell, P.A, & Baum. A. 2001.
Environmental Psychology, Harcourt
College Publisher , USA
Gifford, R. 1987, Environmental Psychologi
: Principle and Practice, Boston :
Allyn and Bacon. Inc
Kaplan, Stephen and Kaplan, Rachel. 1982 :
Cognition and Environment
Functioning In An Uncertain
Environment Praeger – New York
Lang, J. 1987. Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold, New York
gang/jalan sering dimanfaatkan oleh warga terutama oleh anak-anak, remaja, dan bapak sebagai
lokasi tempat bermain , sedangkan
ibu-ibu dan remaja putri sering
memanfaatkan jalan, gang yang dimanfaatkan untuk bercerita, duduk-duduk, ataupun memberi makan
anak-anak saat pagi dan sore hari
Nilai Ekonomi
Pada konteks ini, ruang terbuka publik tidak hanya dimanfaatkan untuk aktivitas main, tetapi
juga dijadkan tempat untuk berjualan. Jalan dan gang yang berada di depan rumah dijadikan lokasi
tempat berjualan sementara yaitu pada sore dan malam hari.
Nilai Budaya dan Religi
Ruang terbuka yang difungsikan sebagairuang display out door, pada waktu-waktu tertentu
dimanfaatkan sebagai tempat untuk melaksanakan tempat bermain yang digelar oleh masyarakat
sekitar. Selain itu juga difungsikan untuk aktivitas keagamaan seperti kegiatan berkesenian, dan
sejenisnya.
Nilai estetika
Ruang terbuka akan dimanfaatkan
masyarakat sekitar sehingga dapat memberikan pemandangan yang menarik dengan nilai estetika
yang indah. Dalam disain permukiman, masyarakat akan menata ruang public secara rutin terutama
yang berada didepan rumah dan sepanjang jalan dan akan memberikan perhatian khusus pada saat–
saat tertentu seperti pada saat perayaan hari, hari nasional seperti perayaan proklamasi dan kegiatan
lainnya.
KESIMPULAN
Perilaku seseorang antara lain tercermin dalam cara hidup dan peran yang dipilihnya
di masyarakat ditentukan oleh latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan
yang dianut, nilai nilai dan norma norma yang dipegang. Selain itu situasi dan lokasi meliputi
seting lingkungan akan turut berperan dalam pola perilaku manusia. Perilaku manusia
meliputi segala aksinya, berkaitan dengan semua aktifitas manusia secara fisik, berupa
interaksi manusia dengan manusia, ataupun manusia dengan lingkungan fisiknya.
Manusia baik secara personal maupun kolektif memiliki keunikan dan karekter
tersendiri. Keunikan dan karakter tersebut melekat secara alamiah ataupun dipengaruhi oleh
faktor luar seperti budaya dan lingkungan fisik. Keunikan yang dimiliki setiap individu akan
memengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga memengaruhi
perilakunya. karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk beraktivitas,
tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia.
Pemanfaatan ruang publik oleh masyrakat dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan,
lsituasi dan lokasi ruang tersebut. Ruang publik akan digunakan bervariasi oleh masyarakat
dengan aktivitas bervariasi pula seperti hiburan dan rekreasi secara alamiah, aktivitas
konomi, promosi budaya dan religi, serta untuk estetika lingkungan..
DAFTAR PUSTAKA
Bradly, C. dan Milward, A.1984. Successful
Green Space:Do we know it when we
see it?, The Planner, July
Carr, Stephen. 1992. Public Space,
cambridge university press.
Carlson, Neil R , 1991 , Psychology of
Behaviour , 4th edition, Alyn & Bacon , A Division of Simon Schuster Inc.
Boston
Fisher, A. Bell, P.A, & Baum. A. 2001.
Environmental Psychology, Harcourt
College Publisher , USA
Gifford, R. 1987, Environmental Psychologi
: Principle and Practice, Boston :
Allyn and Bacon. Inc
Kaplan, Stephen and Kaplan, Rachel. 1982 :
Cognition and Environment
Functioning In An Uncertain
Environment Praeger – New York
Lang, J. 1987. Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold, New York

More Related Content

Similar to Bapak

komunitas sebagai unit ekologi
komunitas sebagai unit ekologikomunitas sebagai unit ekologi
komunitas sebagai unit ekologirobinsyah putra
 
Makalah konsep Geografi "nilai kegunaan"
Makalah konsep Geografi "nilai kegunaan" Makalah konsep Geografi "nilai kegunaan"
Makalah konsep Geografi "nilai kegunaan" Maruttha Puspita
 
Materi pelajaran geografi sma kelas x hakikat geografi
Materi pelajaran geografi sma kelas x hakikat geografiMateri pelajaran geografi sma kelas x hakikat geografi
Materi pelajaran geografi sma kelas x hakikat geografiOperator Warnet Vast Raha
 
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialkonsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialridz kika
 
Bab 1 (pengetahuan dasar geografi)
Bab 1 (pengetahuan dasar geografi)Bab 1 (pengetahuan dasar geografi)
Bab 1 (pengetahuan dasar geografi)Dendy Alvian
 
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)oowoo
 
Ekologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkunganEkologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkungandeviluluita
 
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN avandiliakireina
 
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat)....
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat)....Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat)....
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat)....Zukét Printing
 
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat).pdf
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat).pdfHubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat).pdf
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat).pdfZukét Printing
 
RUANG LINGKUP GEOGRAFI - PELAJARAN GEOGRAFI
RUANG LINGKUP GEOGRAFI - PELAJARAN GEOGRAFIRUANG LINGKUP GEOGRAFI - PELAJARAN GEOGRAFI
RUANG LINGKUP GEOGRAFI - PELAJARAN GEOGRAFIAshaMeera
 
Pengantar dan dasar dasar geografi
Pengantar dan dasar dasar geografiPengantar dan dasar dasar geografi
Pengantar dan dasar dasar geografiKhaerun Nisa
 
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptxPPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptxanggraenidamayantisa
 
Cross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsCross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsChurifiani Eva
 

Similar to Bapak (20)

komunitas sebagai unit ekologi
komunitas sebagai unit ekologikomunitas sebagai unit ekologi
komunitas sebagai unit ekologi
 
Geografi
GeografiGeografi
Geografi
 
Makalah konsep Geografi "nilai kegunaan"
Makalah konsep Geografi "nilai kegunaan" Makalah konsep Geografi "nilai kegunaan"
Makalah konsep Geografi "nilai kegunaan"
 
Cabang ips
Cabang ipsCabang ips
Cabang ips
 
Materi pelajaran geografi sma kelas x hakikat geografi
Materi pelajaran geografi sma kelas x hakikat geografiMateri pelajaran geografi sma kelas x hakikat geografi
Materi pelajaran geografi sma kelas x hakikat geografi
 
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialkonsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Ekologi batas kota
Ekologi batas kotaEkologi batas kota
Ekologi batas kota
 
Bab 1 (pengetahuan dasar geografi)
Bab 1 (pengetahuan dasar geografi)Bab 1 (pengetahuan dasar geografi)
Bab 1 (pengetahuan dasar geografi)
 
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
 
Ekologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkunganEkologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkungan
 
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
 
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat)....
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat)....Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat)....
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat)....
 
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat).pdf
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat).pdfHubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat).pdf
Hubungan Bahasa dengan Konteks Sosial (Keterkaitan Bahasa dengan Masyarakat).pdf
 
Kearifan lokal lamalera
Kearifan lokal lamaleraKearifan lokal lamalera
Kearifan lokal lamalera
 
RUANG LINGKUP GEOGRAFI - PELAJARAN GEOGRAFI
RUANG LINGKUP GEOGRAFI - PELAJARAN GEOGRAFIRUANG LINGKUP GEOGRAFI - PELAJARAN GEOGRAFI
RUANG LINGKUP GEOGRAFI - PELAJARAN GEOGRAFI
 
Pengantar geografi x ii
Pengantar geografi x iiPengantar geografi x ii
Pengantar geografi x ii
 
Pengantar dan dasar dasar geografi
Pengantar dan dasar dasar geografiPengantar dan dasar dasar geografi
Pengantar dan dasar dasar geografi
 
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptxPPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
 
Cross cultural pragmatics
Cross cultural pragmaticsCross cultural pragmatics
Cross cultural pragmatics
 

More from juni apri

dikripsi rev.pdf
dikripsi rev.pdfdikripsi rev.pdf
dikripsi rev.pdfjuni apri
 
konsep 6 REV.pdf
konsep 6 REV.pdfkonsep 6 REV.pdf
konsep 6 REV.pdfjuni apri
 
MOu green arts pantai nganteb - 2021
MOu green arts  pantai nganteb - 2021MOu green arts  pantai nganteb - 2021
MOu green arts pantai nganteb - 2021juni apri
 
Sk pengurus paguyuban sumber songo
Sk pengurus paguyuban sumber songoSk pengurus paguyuban sumber songo
Sk pengurus paguyuban sumber songojuni apri
 
SK Pengesahan penetapan kelompok peduli lingkungan JENGGOLO
 SK Pengesahan penetapan kelompok peduli lingkungan JENGGOLO SK Pengesahan penetapan kelompok peduli lingkungan JENGGOLO
SK Pengesahan penetapan kelompok peduli lingkungan JENGGOLOjuni apri
 
SK Kelompok pengusaha muda JENGGOLO
SK Kelompok pengusaha muda JENGGOLOSK Kelompok pengusaha muda JENGGOLO
SK Kelompok pengusaha muda JENGGOLOjuni apri
 
SK Kelompok pemuda tani JENGGOLO
SK Kelompok pemuda tani JENGGOLOSK Kelompok pemuda tani JENGGOLO
SK Kelompok pemuda tani JENGGOLOjuni apri
 
SK Kelompok pelaku seni JENGGOLO
SK Kelompok pelaku seni JENGGOLOSK Kelompok pelaku seni JENGGOLO
SK Kelompok pelaku seni JENGGOLOjuni apri
 
Bab vi rarl2
Bab vi rarl2Bab vi rarl2
Bab vi rarl2juni apri
 
Presentasi desain gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkungan
Presentasi desain gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkunganPresentasi desain gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkungan
Presentasi desain gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkunganjuni apri
 
Bab v model gang ramah anak dan ramah lingkungan
Bab v model gang ramah anak dan ramah lingkungan Bab v model gang ramah anak dan ramah lingkungan
Bab v model gang ramah anak dan ramah lingkungan juni apri
 
Daftar pustaka model gang
Daftar pustaka model gangDaftar pustaka model gang
Daftar pustaka model gangjuni apri
 
cover desain model gang pemukiman kota
 cover desain model gang pemukiman kota cover desain model gang pemukiman kota
cover desain model gang pemukiman kotajuni apri
 
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)1234
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)1234Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)1234
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)1234juni apri
 
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan juni apri
 
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)juni apri
 
inofasi Desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
inofasi Desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan inofasi Desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
inofasi Desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan juni apri
 
Proposal tesis desain model gang permukiman kota
Proposal tesis  desain model gang permukiman kotaProposal tesis  desain model gang permukiman kota
Proposal tesis desain model gang permukiman kotajuni apri
 

More from juni apri (20)

dikripsi rev.pdf
dikripsi rev.pdfdikripsi rev.pdf
dikripsi rev.pdf
 
konsep 6 REV.pdf
konsep 6 REV.pdfkonsep 6 REV.pdf
konsep 6 REV.pdf
 
MOu green arts pantai nganteb - 2021
MOu green arts  pantai nganteb - 2021MOu green arts  pantai nganteb - 2021
MOu green arts pantai nganteb - 2021
 
Sk pengurus paguyuban sumber songo
Sk pengurus paguyuban sumber songoSk pengurus paguyuban sumber songo
Sk pengurus paguyuban sumber songo
 
SK Pengesahan penetapan kelompok peduli lingkungan JENGGOLO
 SK Pengesahan penetapan kelompok peduli lingkungan JENGGOLO SK Pengesahan penetapan kelompok peduli lingkungan JENGGOLO
SK Pengesahan penetapan kelompok peduli lingkungan JENGGOLO
 
SK Kelompok pengusaha muda JENGGOLO
SK Kelompok pengusaha muda JENGGOLOSK Kelompok pengusaha muda JENGGOLO
SK Kelompok pengusaha muda JENGGOLO
 
SK Kelompok pemuda tani JENGGOLO
SK Kelompok pemuda tani JENGGOLOSK Kelompok pemuda tani JENGGOLO
SK Kelompok pemuda tani JENGGOLO
 
SK Kelompok pelaku seni JENGGOLO
SK Kelompok pelaku seni JENGGOLOSK Kelompok pelaku seni JENGGOLO
SK Kelompok pelaku seni JENGGOLO
 
Bab v rarl
Bab v rarlBab v rarl
Bab v rarl
 
Bab vi rarl2
Bab vi rarl2Bab vi rarl2
Bab vi rarl2
 
Lampiran 1
Lampiran 1Lampiran 1
Lampiran 1
 
Presentasi desain gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkungan
Presentasi desain gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkunganPresentasi desain gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkungan
Presentasi desain gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkungan
 
Bab v model gang ramah anak dan ramah lingkungan
Bab v model gang ramah anak dan ramah lingkungan Bab v model gang ramah anak dan ramah lingkungan
Bab v model gang ramah anak dan ramah lingkungan
 
Daftar pustaka model gang
Daftar pustaka model gangDaftar pustaka model gang
Daftar pustaka model gang
 
cover desain model gang pemukiman kota
 cover desain model gang pemukiman kota cover desain model gang pemukiman kota
cover desain model gang pemukiman kota
 
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)1234
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)1234Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)1234
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)1234
 
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
 
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)
 
inofasi Desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
inofasi Desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan inofasi Desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
inofasi Desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
 
Proposal tesis desain model gang permukiman kota
Proposal tesis  desain model gang permukiman kotaProposal tesis  desain model gang permukiman kota
Proposal tesis desain model gang permukiman kota
 

Bapak

  • 1. INTERVENSI TERHADAP PEMANFAATAN JALAN GANG SEBAGAI RUANG PUBLIK PENDAHULUAN Masyarakat kampung kota adalah masyarakat yang mengalami urbanisasi dan mulai tergerus akan arus globalisasi dengan semakin menipisnya nilai-nilai yang bercirikan masyarakat desa. Masyarakat desa identik dengan masyarakat agraris yang lebih menggantungkan kebersamaan dalam segala bidang seperti contoh pada sistem mata pencaharian bercocok tanam baik persawahan maupun perkebunan, kehidupannya juga didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat. Masyarakat Desa awalnya merupakan suatu “gemeinschaft” yang memiliki unsur gotong royong yang kuat. Karakter masyarakat desa merupakan face to face group, mereka saling mengenal seolah-olah mengenal dirinya sendiri. (Bintarto, 1989). Fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat kampung saat ini adalah corak kehidupan masyarakat yang berupa nilai - nilai kebersamaan dan kegotong royongan semakin menipis. Perubahan ini akan berpengaruh juga terhadap perubahan ruang - ruangnya, salah satunya adalah ruang bersama. Dibalik fenomena tersebut dan keterbatasan lahan dan lingkungan fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki eksistensi ruang-ruang social budayanya, ialah ruang bersama, ruang dimana sesama warga meningkatkan kualitas daya hidup, ruang komunitas belajar lintas generasi. Ruang bersama merupakan jenis ruang yang selalu ada pada masyarakat Nusantara ini. Ruang bersama memiliki fungsi penting, karena merupakan wadah untuk aktivitas sosial bersama yang didasari keguyuban dan kebersamaan. Ruang bersama pada masa kini bukan merupakan ruang yang bersifat tetap, ruang bersama memiliki sifat kesementaraan dan kesejenakan, Kesementaraan dan kesejenakan itulah dalam rangkaian perjalanan menjadikan fungsi tempat itu ikut mengalami kesementaraan. Ruang bersama yang hadir terbentuk karena adanya unsur komponen ruang atau setting dan atribut ruang yang sesuai. Ruang bersama dalam keterbatasan dan setting lingkungan yang ada selalu mengalami sebuah dinamika kompleksitas dan kemajemukan subjek-pelaku ruangnya. Berbeda dengan ruang publik, ruang bersama memiliki kualitas teritorialnya, bukan berarti claim atau menguasai suatu tempat, melainkan sebagai pengelola ruangnya. Hal ini sudah seharusnya sebagai perhatian khusus, salah satunya arsitektur untuk melestarikan sikap kearifan lokal masyarakat dalam mengelolanya.Teritorialitas tak ubahnya terkandung nilai kearifan lokal dalam pemanfaatanya tentang keselarasan hubungan antar manusia
  • 2. dengan lingkungannya. Sehingga hal ini perlu dijaga-pelihara dengan menumbuh-kembangkan potensi tersebut. 2. Bahan dan Metode 2.1Definisi Ruang Bersama Ruang pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari dapat memilik sifat material atau immaterial. Dalam bahasa jawa ruang di sebut ‘rong’ dapat memiliki artian sebagai liang, lubang atau kamar. Mengacu pada ruang dari bahasa jawa bahwa ruang atau rong tersebut merupakan hasil dari sebuah kehadiran, telah terjadi diantaranya suatu perubahan, bukan diadakan melainkan dihadirkan (Prijotomo dan Pangarsa, 2010). Ruang bersama masih terdengar asing karena sebutan “Ruang Publik” lebih banyak dikenal di permukaan pendidikan. Di Nusantara telah dikenal ruang-ruang bersama seperti Tenean di Madura, atau natar di Flores, atau natah di Bali, di masa kekinian gang kampung adalah jalan sekaligus ruang bersama (Prijotomo dan Pangarsa, 2010). Ruang bersama atau communal space merupakan ruang untuk berbagi bersama yang biasanya digunakan sebagai interaksi antara anggota suatu komunal, dimana dapat menimbulkan kebersamaan atau keguyuban. Terbentuknya lingkungan permukiman dimungkinkan karena adanya proses pembentukan hunian sebagai wadah fungsional yang dilandasi oleh pola aktivitas manusia serta pengaruh setting atau rona lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik (sosial-budaya) yang secara langsung mempengaruhi pola kegiatan dan aktivitas dalam ruang (Rapoport, 1990). 2.2. Dinamika dan Setting Ruang Ruang bersama bersifat temporal yang berkaitan dengan waktu maka ruang bersama selalu memiliki dinamika didalamnya. Dinamika berasal dari bahasa Inggris, yaitu dynamics yang artinya tenaga penggerak. Dinamika ini juga terkait dengan kata “dinamis” yang menurut kamus bahasa Indonesia yang salah satu artinya mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa di dalam dinamika ruang terdapat perubahan ruang. Dalam pembahasan mengenai dinamika ruang ini, ruang bisa jadi pada awalnya memiliki fungsi tertentu, namun karena adanya aktivitas dan penyesuaian kondisi pada satu waktu, maka terjadi dinamika dalam pemanfaatan ruang. Dinamika tersebut antara lain terjadi perubahan fungsi dan makna atau karakter ruang, dimana perubahan tersebut terkait dengan konteks waktu. Kesementaraan dan kesejenakkan pada ruang bersama dalam rangkaian perjalanan menjadikan fungsi tempat itu ikut mengalami kesementaraan. 2.3. Teritorialitas Ruang Teritorialitas adalah kondisi kualitas teritori yang ada/terjadi yang terbentuk oleh interaksi/ kesepakatan antara kualitas teritori yang diinginkan masing-masing
  • 3. individu (dengan tujuan bersama), dan masing-masing organisasi (dengan tujuan kebijaksanaan) dengan karakteristik setting fisik yang mewadahi suatu ruang. Teritorialitas sebagai salah satu atribut arsitektur lingkungan dan perilaku, maka didalamnya terjadi interaksi antara Individu dengan tujuan kegiatan dan institusi dengan tujuan kebijaksanaan dengan lingkungan yang mewadahi ruang. Keterkaitan hubungan yang terjadi antar unsur teritorialitas ini yang dapat melihat teritorialitas sebagai atribut perilaku yang dapat diukur kualitasnya. Dengan adanya interaksi antar unsur teritorialitas, maka kualitas teritori juga bisa diukur dimana yang terjadi antara pelaku dan setting fisiknya. Porteous (1977) menyatakan teritorialitas adalah sebagai batas dimana organisme hidup menentukan teritori dan mempertahankannya, terutama dari kemungkinan intervensi atau agresi pihak lain. Konsep ini pada awalnya dikembangkan untuk organisme hidup bukan manusia. Altman (1980) memaparkan bahwa teritorialitas merupakan hubungan individu atau kelompok dengan setting fisiknya, yang dicirikan oleh rasa memiliki, dan upaya pengelolaan terhadap pemanfaatan. Pengertian pengelolaan (kontrol) oleh Altman (1975) diartikan dengan mekanisme mengatur batas antara orang yang satu dengan lainnya melalui penandaan atau personalisasi untuk menyatakan bahwa tempat tersebut ada yang memilikinya. Personalisasi menurut Altman (1975) adalah pernyataan kepemilikan individu, atau kelompok terhadap suatu tempat, melalui tanda-tanda inisial diri. Pernyataan kepemilikan tersebut bisa secara konkrit (wujud fisik) atau simbolik (non fisik). Secara konkrit menurut Altman (1980) ditandai dengan adanya penempatan (occupancy), dan secara simbolik dengan keterikatan tempat (place attachment). Uraian-uraian di atas memberikan pengertian yang lebih terinci lagi mengenai teritorialitas, yaitu upaya- upaya individu atau kelompok dalam melakukan kontrol atau pengelolaan terhadap ruang. Batas membentuk sebuah teritori, seperti cerlang yang dihalangi pepohonan sehingga menghadirkan bayang, maka hadirlah ruang dalam bayang tersebut sebagai hasil dari sebuah penghalangan yang merupakan batas ruang. Ruang tersebut diberi batas maka disitulah terdapat teritori ruang. Berdasarkan batas pembentuk teritori ruang, ruang bersama bisa dikategorikan sebagai ruang milik ‘’kami-aku’, ‘publik-privat’, ‘intim-formal’, ‘serta terang-gelap’ yang menjelaskan teritori (Prijotomo & Pangarsa, 2010). Ruang eksistensinya hadir dikarenakan penghadiran bayang. Bayang tersebut hadir karena diberi batas-batas fisik/persepsional/konsepsual/konvensional (Pangarsa 2006). 2.4. Metode Kajian-Perancangan Pada tahap pengamatan merupakan upaya menelaah secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi yakni melakukan pengamatan terhadap proses dan bentuk perwujudan ruang bersama yang berkaitan
  • 4. dengan setting dan atribut, dinamika dan pola serta teritorialitas ruang (pemaknaan hubungan antar manusia dengan pemanfaatan ruangnya) sehingga didapatkan sebuah kesimpulan karakteristik ruang bersama Gang Teratai RT 06 dan RT.07 kelurahan Cepokomulyo,Kepanjen,Malang. Karaktertersebut diolah-lanjut pada tahap memunculkan ide pengembangan ruang bersama sehingga kajian ini berdiri pada alur proses paradigmatik-pragmatik Area studi ini tepatnya berada pada kawasan RT06 dan RT07, RW01 Kelurahan Cepokomulyo, Kepanjen, Malang yang merupakan bagian muka kawasan kampung. Pada tahap pengamatan, dipilih tiga kluster yang cukup mewakili di lapangan. Pada lokasi gang Teratai, kurang lebih terdapat 205 rumah. Jumlah rumah yang dijadikan sampel dalam penelitianini adalah 30 rumah, yang terdapat pada ruas gang permukiman. 3.Hasil dan Pembahasan 3.1 Potensi Ruang Bersama Lokasi pengamatan yang sebatas pada Gang Teratai RT 06 dan RT.07 ,RW01 KelurahanCepokomulyo,Kepanjen,Malang. Sehingga lokasi pengamatan terbagi atas 3 area lokasi. Pada pengamatan awal dilakukan pemetaan potensi ruang bersama yaitu dengan mengambil titik objek pada lokasi pengamatan. Titik pengamatan berada pada hubungan gang dan teras(emper) dikarenakan pada pengamatan awal lokasi tersebut kerap hadirnya ruang bersama. Tipologi yang memiliki potensi hadirnya ruang bersama, yaitu area Dalem, Teras, Gang, Lapangan, Warung, Jedhing/Sumur dan Musolah. 3.1.1Kondisilokasi A.Lokasi1 Kondisi lingkungan pada lokasi pertama cenderung memiliki kontur yang datar dengan gang cukup lebar antara 2-3m, tidak memiliki vegetasi peneduh hanya berupa sedikit pot-pot vegetasi di sisi pinggir gang. Orientasi arah-hadap rumah saling bertemu fasad dengan beberapa ada pertemuan fasad depan dengan bagian samping rumah. Pada lokasi ini terdapat sebuah lapangan yang menjadi simpul gang. Dengan ketidak beradaan
  • 5. unsur pernaungan pada vegetasi dan minim unsur pernaungan maka ruang bersama kerap hadir pada waktu sore hari dan malam hari. Keberadaan kontur dan jalur sirkulasi yang cukup lebar menjadikannya sebuah potensi kehadiran ruang yang melibatkan pelaku lebih majemuk. Fasilitas umum yang terdapat pada lokasi area 1 yaitu berupa lapangan dan warung. Gambar2. Kondisi Lokasi 1 B. Lokasi 2 Pada area lokasi pengamatan kedua terdapat gang kecil (gang kelinci). jalan alternative pada RT06 bagian utara masih memiliki padat pemukiman. Selain keadaan topografi, keadaan sirkulasi kampung lebih bersifat organik dan sempit dikarenakan gang beradadisela-sela bangunan dengan lebar 1-2m. Gambar 3. Kondisi Lokasi 2 dan 3
  • 6. C. Lokasi 3 Tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap lokasi kedua, pada lokasi pengamatan ketiga terdapat banyak pemukiman padat, kurang nya vegetasi peneduh yang menciptakankenyamanansehinggagang kampong sangat jarang sekali hadir ruang bersama, terkecuali pada fasilitas umum, yaitu ruang cuci dan fasilitas gang sebagai area jemur dan penempatan barang kerja pribadi. Keadaan gang seolah berupa teras rumah dikarenakan jarang rumah pada lokasi ketiga yang memiliki teras. Selain keadaan topografi, keadaan sirkulasi kampung lebih bersifat organik dan sempit dikarenakan gang berada disela-sela bangunan dengan lebar 1- 1,5m. Berdasarkan pengamatan Kondisi lingkungan didapatkan bahwa lokasi 1 lebih memiliki banyak kelapangan sehingga memiliki kebebasan secara batasan fisik. Sedangkan lokasi 2 dan 3 memiliki pernaungan sehingga bayang dan gelap memiliki intensitas yang tinggi, pada aksesibilitas dan fasilitas umum keduanya memiliki. Suatu behavior setting mempunyai struktur internal sendiri. Setiap orang atau kelompok berperilaku berbeda karena masing masing memiliki peran dan kepentingan yang berbeda pula. Misalnya dalam sebuah kelas guru mempunya peran sebagai pengajar sedangkan murid berperan sebagai anak yang diajar. Demikian pula dalam satu kelompok yang besar, pemanfaatan ruang seperti ruang public dapat dimanfaatkan secara berbeda misalnya dalam satu komplek permukiman paturan, ruang terbuka dapat dimanfaatkan sebagai lapangan bermain untuk anak-anak, tetapi dapat juga dimanfaatkan sebagai ruang berkumpul untuk santai/ngerumpi bagi ibu-ibu.
  • 7. Gambar 1. Proses Fundamental Prilaku Manusia (Lang 1987) diolah, dilengkapi, diseleksi, dan diintegrasikan terlebih dahulu berdasarkan pengalaman orientasi nilai budayanya, sebelum menghasilkan persepsi (Gambar 1). Informasi perilaku lingkungan yang diperlukan dalam perancangan menurut Irwin Altman meliputi tiga komponen Perilaku dan Lingkugan Pola Perilaku manusia didalam lingkungan merupakan proses interaksi antara manusia dan lingkungan yang melibatkan motivasi dan kebutuhan – kebutuhan individual maupun sosial. Rapoport berpendapat bahwa kemungkinan sikap yang diambil dalam menganalisis pengaruh lingkungan fisik pada perilaku adalah: (i) Environment determinism, yaitu pandangan yang beranggapan lingkungan fisik menetukan perilaku. Pada pandangan ini manusia dituntut mempunyai kemampuan adaptasi yang besar, dan (ii) Possibilism, yaitu pandangan bahwa lingkungan fisik memungkinkan dan membatasi manusia melakukan kegiatan yang terutama didasarkan pada kriteria budaya.
  • 8. Didalam penyesuaian diri dalam lingkungan disekitar tempat tinggalnya, manusia dibekali beberapa informasi yang memberikan stimulasi dan akan mempunyai arti tertentu bagi individu tersebut setelah utama: a. Gejala Perilaku Lingkungan: merupakan gejala dari berbagai aspek perilaku sehari – hari dalam kaitannya dengan lingkungan. b. Kelompok Pemakai: yang beraneka ragam akan menimbulkan pola – pola kebutuhan yang berbeda pula yang juga dipengaruhi oleh kualitas lingkungan. Kelompok pemakai umumnya diklasifikasikan menurut usia, latar belakang, jenis kelamin, keadaan khusus (penderita cacat),latar belakang sosial budaya, pendidikan , dan gaya hidup. c. Tatanan: akan mencakup semua skala dari skala ruang hingga wilayah, negara bahkan dunia. Tatanan ini memiliki ciri-ciri batasan yang jelas, dalam waktu tertentu serta struktur dimana elemen sosial dan fisik bergabung dengan konteks sosial (sosialisasi budaya)
  • 9. Gary T. Moore, Environment Behavior Studies dalam buku Introduction to Architecture (1979) menyatakan lima karakteristik teritori sebagai berikut : a. Teritori yang berkenaan dengan objek – objek, tempat – tempat, wilayah geografis yang ukuran luasnya tidak tertentu (kecil atau besar) dan mempunyai bentuk misalnya benda, kamar, rumah sampai negara. b. Teritori menyangkut masalah kepemilikian/kendali terhadap penggunaan suatu tempat/objek. Kendali ini mencakup wilayah dimana orang lain tidak diijinkan untuk memasuki/menggunakan miliknya sampai pada batas – batas yang ditentukan. c. Pemilik teritori akan memberikan identitas dirinya dengan menggunakan simbol – simbol ataupun benda – benda sebagaitanda. d. Teritori dapat dikuasai, dimiliki atau dikendalikan oleh seorang individu ataupun kelompok – kelompok, dan e. Teritori berhubungan dengan kepuasan terhadap kebutuhan / dorongan atas status.Teritori dapat dibagi dalam tiga macam,menurut sifat dan waktu penggunaannya (Altman 1975), yaitu : a. Teritori Utama, dipakai dan dimiliki secara tetap oleh perorangan atau kelompok. Teritori ini menjadi ciri kehidupan individu atau kelompok. b. Teritori Kedua, bersifat temporal dan dapat dikuasai individu atau kelompok tertentu. Teritori kedua oleh Lyman & Scott (1965) dibagi dua teritori, yaitu: (i) Home Teritories, Misalnya lapangan bermain yang dipakai tempat bersepak bola oleh sekelompok anak–anak, membuat orang lain yang tidak kenal tidak berani memakai lapangan tersebut pada saat itu, atau lantai pada rumah susun yang dihuni oleh sekelompok etnis tertentu, dan (ii) Teritories for Interaction, Tempat interaksi sosial terjadi secara spontan, misalnya ditangga bersama bertemu beberapa tetangga, mengobrol. c. Teritori Umum, bersifat sementara, dan tidak berpusat pada kehidupan seseorang, misalnya penggunaan taman-taman umum, tempat duduk dalam angkutan umum, bioskop. Teritori umum terbagi dalam tiga tipe sebagai berikut: (i) Yang dapat disewa (tempat pertemuan, telepon umum). Kendalinya terjadi pada waktu penggunaannya, jika waktunya sudah habis, maka pemakaiannya harus berhenti, (ii) secara bergantian (lapangan olah raga), dan (iii) ruang terpakai, menyangkut daerah sekeliling, yang secara sementara dianggap dibawah kendalinya,
  • 10. misalnya Apabila terdapat pedagang bakso berada di jalur sirkulasi, jalur tersebut untuk sementara tidak dapat diganggu oleh orang lain, pengguna lain berjalan mengelilingi pedagang. Lima masalah dasar kehidupan manusia yang sangat berperan didalam manivestasi arsitektural, antara lain: (i) Hakikat hidup, (ii) Hakikat karya, (iii) Persepsi manusia tentang waktu, (iv) Pandangan manusia tentang alam, dan (v) Hakikat manusia dengan sesamanya. Dari kelima masalah dasar ini terdapat masalah penting yang sangat memengaruhi perwujudan lingkungan sosial budaya dalam wujud arsitektural, yaitu masalah hakikat hubungan antara manusia dengan sesamanya. Dalam hubungan antara manusia dengan sesamanya, terdapat kebutuhan sosial budaya yang harus dipenuhi dalam perwujudan arsitektur berupa kebutuhan – kebutuhan manusia yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial budaya yang akan berinteraksi – interelasi dengan anggota masyarakat lainnya dan ingin diakui serta diterima sebagai anggota masyarakat. Kebutuhan manusia yang dianggap dapat meningkatkan kualitas lingkungan sosial budaya manusia antara lain: (i) kebutuhan fisiologis, (ii) kebutuhan akan rasa aman,dan (iii) kebutuhan psikologis. Dalam perancangan arsitektur sebagai wujud interaksi sosial budaya yang harus menjadi pertimbangan, sebagai berikut: (i) kegiatan sosial budaya yang ditampung bangunan, (ii) derajat fleksibilitas yang dinyatakan oleh tiap kegiatan, dan (iii) kebiasaan – kebiasaan yang memengaruhi. MAKNA RUANG PUBLIK Secara fisik ruang terbuka memiliki
  • 11. beberapa fungsi yaitu : sebagai daerah hijau (green area), untuk filter dan sirkulasi udara, sebagai cadangan cadangan air, paru – paru kota dan berbagai fungsi lainnya (Gambar 2). Dalam proses interaksi dan sosialisasi publik, ruang terbuka memiliki makna yang bejalan bersama seiring fungsi fisik ruang terbuka itu sendiri. Adapun klasifikasi ruang terbuka dalam komplek permukiman terdiri dari : lapangan, jalan, gang, dan halaman rumah. Pemanfaatan ruang terbuka dalam disain masyarakat tertentu senantiasa berjalan sesuai aktivitas, kebiasaan dan aturan yang berlaku dalam struktur masyarakat setempat. Nilai dan pemanfaatan ruang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Gambar 2. Tanaman di depan rumah untuk keindahan lingkungan
  • 12. Gambar 3. Sebagai tempat berkumpul
  • 13. Nilai sosial (Interaksi komunal) Sebagairuang untuk bersosialisasi dengan aktivitas bermain anak-anak, tempat berkumpul warga terutama untuk ibu-ibu berbagi cerita, duduk-duduk. Ruang terbuka baik pada lokasi di lapangan, maupun di (green area), untuk filter dan sirkulasi udara, sebagai cadangan cadangan air, paru – paru kota dan berbagai fungsi lainnya (Gambar 2). Dalam proses interaksi dan sosialisasi publik, ruang terbuka memiliki makna yang bejalan bersama seiring fungsi fisik ruang terbuka itu sendiri. Adapun klasifikasi ruang terbuka dalam komplek permukiman terdiri gang/jalan sering dimanfaatkan oleh warga terutama oleh anak-anak, remaja, dan bapak sebagailokasi tempat bermain , sedangkan ibu-ibu dan remaja putri sering memanfaatkan jalan, gang yang dimanfaatkan untuk bercerita, duduk-duduk, ataupun memberi makan anak-anak saat pagi dan sore hari gang/jalan sering dimanfaatkan oleh warga terutama oleh anak-anak, remaja, dan bapak sebagai lokasi tempat bermain , sedangkan ibu-ibu dan remaja putri sering memanfaatkan jalan, gang yang dimanfaatkan untuk bercerita, duduk-duduk, ataupun memberi makan anak-anak saat pagi dan sore hari Nilai Ekonomi Pada konteks ini, ruang terbuka publik tidak hanya dimanfaatkan untuk aktivitas main, tetapi juga dijadkan tempat untuk berjualan. Jalan dan gang yang berada di depan rumah dijadikan lokasi tempat berjualan sementara yaitu pada sore dan malam hari. Nilai Budaya dan Seni Ruang terbuka yang difungsikan sebagairuang display out door, pada waktu-waktu tertentu dimanfaatkan sebagai tempat untuk melaksanakan tempat bermain yang digelar oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga difungsikan untuk aktivitas keagamaan sepertikegiatan berkesenian, dan sejenisnya. Nilai estetika Ruang terbuka akan dimanfaatkan masyarakat sekitar sehingga dapat memberikan pemandangan yang menarik dengan nilai estetika yang indah. Dalam disain permukiman, masyarakat akan menata ruang public secara rutin terutama yang berada didepan rumah dan sepanjang jalan dan akan memberikan perhatian khusus pada saat–saat tertentu seperti pada saat perayaan hari, hari nasional sepertiperayaan proklamasi dan kegiatan lainnya. c. KESIMPULAN Kesimpulan
  • 14. Keterbatasan lahan dan lingkungan fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki eksistensi ruang-ruang sosial-budayanya, ialah ruang bersama, ruang dimana sesama warga meningkatkan kualitas daya hidup, ruang komunitas belajar lintas generasi. Berbeda dengan ruang publik, ruang bersama memiliki kualitas teritorialnya, bukan berarti claim atau menguasai suatu tempat, melainkan sebagai pengelola ruangnya. Ruang bersifat dinamis, tentunya ruang bersama memiliki dinamika dan membentuk sebuah pola. Dengan keterbatasan segala lingkungan fisik pemukiman kampung kota yang padat, tentunya intensitas dinamikanya memiliki kompleksitas ruang dan kemajemukan pelakunya. Fleksibilitas pengaturan aras teritori terkait domain antar ruang dalam, ruang luar dan ruang transisi diantaranya adalah merupakan
  • 15. teritorialitas yang langka ditemukan di hingar-bingar kehidupan kota. Dengan sifat dinamika, pola serta teritorialitas maka pengembangan ide desain yang diperuntukkan untuk Ruang Bersama Kampung Temenggungan Ledok Malang pun mengikuti akan karakter ruangnya. Desain yang dibuat memiliki sifat konvertibilitas. Komponen ruang dapat dibongkar-pasang, tata-susun kembali atau memiliki nilai fleksibilitas dalam pemanfaatannya karena beracuan pada sifat ruang yang dinamis. Konsep struktur dan elemen tiap komponen ruang bersama berisikan tentang nilai kolektifitas, mengingat bahwa ruang bersama “kami” adalah miliknya, yang mewadahi kemajemukan masyarakat dengan material lokal dan berkaitan dengan aspek bangunan yang beradaptasi terkait waktu. kemajemukan tersebut merupakan sebuah komunitas kekriyaan dengan muatan kegotong-royongan, dan kebersamaan. Perilaku seseorang antara lain tercermin dalam cara hidup dan peran yang dipilihnya di masyarakat ditentukan oleh latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, nilai nilai dan norma norma yang dipegang. Selain itu situasi dan lokasi meliputi seting lingkungan akan turut berperan dalam pola perilaku manusia. Perilaku manusia meliputi segala aksinya, berkaitan dengan semua aktifitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan manusia, ataupun manusia dengan lingkungan fisiknya. Manusia baik secara personal maupun kolektif memiliki keunikan dan karekter tersendiri. Keunikan dan karakter tersebut melekat secara alamiah ataupun dipengaruhi oleh faktor luar seperti budaya dan lingkungan fisik. Keunikan yang dimiliki setiap individu akan memengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga memengaruhi perilakunya. karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk beraktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia. Pemanfaatan ruang publik oleh masyrakat dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan, lsituasi dan lokasi ruang tersebut. Ruang publik akan digunakan bervariasi oleh masyarakat dengan aktivitas bervariasi pula seperti hiburan dan rekreasi secara alamiah, aktivitas konomi, promosi budaya dan religi, serta untuk estetika lingkungan..
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Bradly, C. dan Milward, A.1984. Successful Green Space:Do we know it when we see it?, The Planner, July Carr, Stephen. 1992. Public Space, cambridge university press. Carlson, Neil R , 1991 , Psychology of Behaviour , 4th edition, Alyn & Bacon , A Division of Simon Schuster Inc. Boston Fisher, A. Bell, P.A, & Baum. A. 2001. Environmental Psychology, Harcourt College Publisher , USA Gifford, R. 1987, Environmental Psychologi : Principle and Practice, Boston : Allyn and Bacon. Inc Kaplan, Stephen and Kaplan, Rachel. 1982 : Cognition and Environment Functioning In An Uncertain Environment Praeger – New York Lang, J. 1987. Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold, New York
  • 17.
  • 18. Nilai Ekonomi Pada konteks ini, ruang terbuka publik tidak hanya dimanfaatkan untuk aktivitas main, tetapi juga dijadkan tempat untuk berjualan. Jalan dan gang yang berada di depan rumah dijadikan lokasi tempat berjualan sementara yaitu pada sore dan malam hari. Nilai Budaya dan Seni Ruang terbuka yang difungsikan sebagairuang display out door, pada waktu-waktu tertentu dimanfaatkan sebagai tempat untuk melaksanakan tempat bermain yang digelar oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga difungsikan untuk aktivitas keagamaan sepertikegiatan berkesenian, dan sejenisnya. Nilai estetika Ruang terbuka akan dimanfaatkan masyarakat sekitar sehingga dapat memberikan pemandangan yang menarik dengan nilai estetika yang indah. Dalam disain permukiman, masyarakat akan menata ruang public secara rutin terutama yang berada didepan rumah dan sepanjang jalan dan akan memberikan perhatian khusus pada saat–saat tertentu seperti pada saat perayaan hari, hari nasional sepertiperayaan proklamasi dan kegiatan lainnya. d. KESIMPULAN Kesimpulan Keterbatasan lahan dan lingkungan fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki eksistensi ruang-ruang sosial-budayanya, ialah ruang bersama, ruang dimana sesama warga meningkatkan kualitas daya hidup, ruang komunitas belajar lintas generasi. Berbeda dengan ruang publik, ruang bersama memiliki kualitas teritorialnya, bukan berarti claim atau menguasai suatu tempat, melainkan sebagai pengelola ruangnya. Ruang bersifat dinamis, tentunya ruang bersama memiliki dinamika dan membentuk sebuah pola. Dengan keterbatasan segala lingkungan fisik pemukiman kampung kota yang padat, tentunya intensitas dinamikanya memiliki kompleksitas ruang dan kemajemukan pelakunya. Fleksibilitas pengaturan aras teritori terkait domain antar ruang dalam, ruang luar dan ruang transisi diantaranya adalah merupakan
  • 19. teritorialitas yang langka ditemukan di hingar-bingar kehidupan kota. Dengan sifat dinamika, pola serta teritorialitas maka pengembangan ide desain yang diperuntukkan untuk Ruang Bersama Kampung Temenggungan Ledok Malang pun mengikuti akan karakter ruangnya. Desain yang dibuat memiliki sifat konvertibilitas. Komponen ruang dapat dibongkar-pasang, tata-susun kembali atau memiliki nilai fleksibilitas dalam pemanfaatannya karena beracuan pada sifat ruang yang dinamis. Konsep struktur dan elemen tiap komponen ruang bersama berisikan tentang nilai kolektifitas, mengingat bahwa ruang bersama “kami” adalah miliknya, yang mewadahi kemajemukan masyarakat dengan material lokal dan berkaitan dengan aspek bangunan yang beradaptasi terkait waktu. kemajemukan tersebut merupakan sebuah komunitas kekriyaan dengan muatan kegotong-royongan, dan kebersamaan. Perilaku seseorang antara lain tercermin dalam cara hidup dan peran yang dipilihnya di masyarakat ditentukan oleh latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, nilai nilai dan norma norma yang dipegang. Selain itu situasi dan lokasi meliputi seting lingkungan akan turut berperan dalam pola perilaku manusia. Perilaku manusia meliputi segala aksinya, berkaitan dengan semua aktifitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan manusia, ataupun manusia dengan lingkungan fisiknya. Manusia baik secara personal maupun kolektif memiliki keunikan dan karekter tersendiri. Keunikan dan karakter tersebut melekat secara alamiah ataupun dipengaruhi oleh faktor luar seperti budaya dan lingkungan fisik. Keunikan yang dimiliki setiap individu akan memengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga memengaruhi perilakunya. karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk beraktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia. Pemanfaatan ruang publik oleh masyrakat dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan, lsituasi dan lokasi ruang tersebut. Ruang publik akan digunakan bervariasi oleh masyarakat dengan aktivitas bervariasi pula seperti hiburan dan rekreasi secara alamiah, aktivitas konomi, promosi budaya dan religi, serta untuk estetika lingkungan..
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Bradly, C. dan Milward, A.1984. Successful Green Space:Do we know it when we see it?, The Planner, July Carr, Stephen. 1992. Public Space, cambridge university press. Carlson, Neil R , 1991 , Psychology of Behaviour , 4th edition, Alyn & Bacon , A Division of Simon Schuster Inc. Boston Fisher, A. Bell, P.A, & Baum. A. 2001. Environmental Psychology, Harcourt College Publisher , USA Gifford, R. 1987, Environmental Psychologi : Principle and Practice, Boston : Allyn and Bacon. Inc Kaplan, Stephen and Kaplan, Rachel. 1982 : Cognition and Environment Functioning In An Uncertain Environment Praeger – New York Lang, J. 1987. Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold, New York
  • 21.
  • 22. gang/jalan sering dimanfaatkan oleh warga terutama oleh anak-anak, remaja, dan bapak sebagai lokasi tempat bermain , sedangkan ibu-ibu dan remaja putri sering memanfaatkan jalan, gang yang dimanfaatkan untuk bercerita, duduk-duduk, ataupun memberi makan anak-anak saat pagi dan sore hari Nilai Ekonomi Pada konteks ini, ruang terbuka publik tidak hanya dimanfaatkan untuk aktivitas main, tetapi juga dijadkan tempat untuk berjualan. Jalan dan gang yang berada di depan rumah dijadikan lokasi tempat berjualan sementara yaitu pada sore dan malam hari. Nilai Budaya dan Religi Ruang terbuka yang difungsikan sebagairuang display out door, pada waktu-waktu tertentu dimanfaatkan sebagai tempat untuk melaksanakan tempat bermain yang digelar oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga difungsikan untuk aktivitas keagamaan seperti kegiatan berkesenian, dan sejenisnya. Nilai estetika Ruang terbuka akan dimanfaatkan masyarakat sekitar sehingga dapat memberikan pemandangan yang menarik dengan nilai estetika yang indah. Dalam disain permukiman, masyarakat akan menata ruang public secara rutin terutama yang berada didepan rumah dan sepanjang jalan dan akan memberikan perhatian khusus pada saat– saat tertentu seperti pada saat perayaan hari, hari nasional seperti perayaan proklamasi dan kegiatan lainnya.
  • 23. KESIMPULAN Perilaku seseorang antara lain tercermin dalam cara hidup dan peran yang dipilihnya di masyarakat ditentukan oleh latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, nilai nilai dan norma norma yang dipegang. Selain itu situasi dan lokasi meliputi seting lingkungan akan turut berperan dalam pola perilaku manusia. Perilaku manusia meliputi segala aksinya, berkaitan dengan semua aktifitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan manusia, ataupun manusia dengan lingkungan fisiknya. Manusia baik secara personal maupun kolektif memiliki keunikan dan karekter tersendiri. Keunikan dan karakter tersebut melekat secara alamiah ataupun dipengaruhi oleh faktor luar seperti budaya dan lingkungan fisik. Keunikan yang dimiliki setiap individu akan memengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga memengaruhi perilakunya. karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk beraktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia. Pemanfaatan ruang publik oleh masyrakat dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan, lsituasi dan lokasi ruang tersebut. Ruang publik akan digunakan bervariasi oleh masyarakat dengan aktivitas bervariasi pula seperti hiburan dan rekreasi secara alamiah, aktivitas konomi, promosi budaya dan religi, serta untuk estetika lingkungan..
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Bradly, C. dan Milward, A.1984. Successful Green Space:Do we know it when we see it?, The Planner, July Carr, Stephen. 1992. Public Space, cambridge university press. Carlson, Neil R , 1991 , Psychology of Behaviour , 4th edition, Alyn & Bacon , A Division of Simon Schuster Inc. Boston Fisher, A. Bell, P.A, & Baum. A. 2001. Environmental Psychology, Harcourt College Publisher , USA Gifford, R. 1987, Environmental Psychologi : Principle and Practice, Boston : Allyn and Bacon. Inc Kaplan, Stephen and Kaplan, Rachel. 1982 : Cognition and Environment Functioning In An Uncertain Environment Praeger – New York Lang, J. 1987. Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold, New York