Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
komunitas sebagai unit ekologi
1. Ekologi tumbuhan |1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi tumbuhan berusaha menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu,
populasi dan komunitas. Ketiga tingkatan utama itu membentuk sistem ekologi yang dikaji
dalam ekologi tumbuhan. Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-
sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan
pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. . Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.
Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh
gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi
ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi
sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh sistem organ
maupun organisasi hidup lainnya.
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya
jenis tumbuhan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan selalu
terjadi. Oleh karena itu, agar dapat mengetahui tentang komunitas tumbuhan maka
disusunlah makalah yang berjudul “Komunitas 1”.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunitas
b. Untuk mengetahui dan memahami struktur komunitas
c. Untuk mengetahui dan memahami tentang komunitas tepi ( Boundary )
d. Untuk mengetahui dan memahami tentang distruban
e. Untuk mengetahui dan memahami interaksi antar spesies.
f. Untuk mengetahui dan memahami tentang suksesi.
2. Ekologi tumbuhan |2
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian komunitas
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami struktur komunitas
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang komunitas tepi ( Boundary )
d. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang distruban
e. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami interaksi antar spesies.
g. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang suksesi.
3. Ekologi tumbuhan |3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat
mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan
organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem
organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang
khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup
lainnya.
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya
jenis tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan
selalu terjadi. Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat dicapai.
Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya
penghuni yang pertama.
Sering terjadi, spesies tumbuhan dan hewan dijumpai berulangkali dalam pelbagai
komunitas dan menjalankan fungsi yang agak berbeda. Kombinasi antara habitat , tempat
suatu spesies hidup, dengan fungsi spesies dalam habitat itu memberikan pengertian nicia
(niche). Konsep nicia ini penting karena selain dapat digunakan untuk meramal macam
tumbuhan dan hewan yang yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas, juga dipakai untuk
menaksir kepadatan serta fungsinya pada suatu musim.
Kepadatan individu dalam suatu populasi langsung dapat dikaitkan dengan pengertian
keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan pada pelbagai bentuk, sifat, dan ciri suatu
komunitas. Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies, keanekaragaman dalam pola
penyebaran. Margalef (1958) mengemukakan bahwa untuk menentukan keanekaragaman
komunitas perli dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komuniatsnya.
4. Ekologi tumbuhan |4
Misalnya mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya, menempatkan spesies
tersebut ke dalam habitatnya, menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut dan
menempatkan setiap individu ke dalam tiap habitatnya dan menentukan fungsinya. Dengan
memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang
kedewasaan organisasi komunitsas tersebut. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaannya
sehingga keadaannya lebih mantap. Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk
hidup lain, juga mengalami serta menjalani siklus hidup.
Komunitas Ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang
hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap
individu menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya dalam
kumpulana ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan
hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatau
derajat keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan hewannya secara bersama telah
menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas. Konsep komunitas
cukup jelas, tetapi sering kali pengenalan dan penentuan batas komunitas tidaklah mudah.
Meskipun demikian komponen-komponen komunitas ini mempunyai kemampuan
untuk hidup dalam lingkungan yang sama di suatu tempat dan untuk hidup saling bergantung
yang satu dengan yang lain. Komunitas memiliki derajat kepaduan yang lebih tinggi daripada
individu-individu dan populasi tumbuhan serta hewan yang menyusunnya. Komposisi suatu
komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan
mamapu hidup di tempat tersebut, dan kegiatan anggota-anggota komunitas ini bergantung
pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di
tempat tersebut.
Bila ditinjau dari segi deskritif suatu komunitas dicirikan oleh komposisinya yang
tertentu.sering kali perubahan komposisi jenis di isi suatu komunitas lain sangat nyata. Dan
bila jenis-jenis utama dari dua komunitas berbeda sekali batas antara komunitas itu akan jelas
pula. Tetapi dapat pula perubahan komposisi jenis itu terjadi secara berangsur-angsur
sehingga batas anatara komunitas itu tidak jelas. Perubahan-perubahan komposisi berkaitan
dengan perubahan faktor-faktor lingkungan, misalnya topografi, kelembapan, tanah,
tamperatur dan iklim (bila mencakup kawasan yang luas).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan sutau unit lingkungan yang mempunyai
kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut biotop. Hamparan
lumpur, pantai pasir, gurun pasir dan unit lautan merupakan contoh biotop. Disini biotop
5. Ekologi tumbuhan |5
ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop-biotop lain dapat pula dicirikan oleh unsur organisme
nya, misalnya pada alang-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainaya.
Dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau
beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat. Meskipun demikian tidak ada
batas yang nyata antara keduanya serta kedua-duanya dapat saja beroperasi secara bersama-
sama atau saling mempengaruhi. Misalnya saja kondisi tanah, topografi, elefasi, dan iklim
yang memungkinkan cemara gunung ( casuarina junghuhniana )untuk berkembang biak di
suatu tempat, dan pada gilirannya kehadiran jenis cemara ini menciptakan lingkungan tertentu
yang cocok untuk pertumbuhan jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Suatu jenis yang dalam
suatu komunitas jenis dominan, atau dapat dikatakan pula sebagai jenis yang merajai.
Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami dirajai oleh hanya satu jenis,
dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang ekstrim yang hanya jenis-
jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat tersebut. Sebagai contoh
dapay kita ambil hutan manggrove ( hutan payau atau hutan bakau ) yang dirajai oleh
beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi dominan pada kondisi habitat tertentu.
Pada umumnya dikawasan tropik dalam suatu komunitas setiap jenis mempunyai kedudukan
yang hampir sama, tidak ada yang menjadi ” raja ” atau ” dominan”. Karekteristik komunitas
dikawasan tropis adalah keanekaragaman jenis tinggi. Keanekaragaman ( diversity ) adalah
jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan
Kalimantan misalnya dalam satu hektar teradapat pohon ( dengan diameter lebih dari 10 cm )
sebanyak kurang lebih 400-500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap
jenis hanya mempunyai kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan
beriklim sedang dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja,
bahkan kurang dari itu.
Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan
lingkungan yang ekstrim, misalnya kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sementara
itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Hutan tropika
adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi, seperti dicontohkan pada
hutan di Kalimantan. Sementara ahli-ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang
mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi itu stabil sehingga sering dikatakan diversity is
sability. Tetapi ada juga ahli-ahli yang berpendapat sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak
selalu berarti stabilitas. Kedua pendapat ini di topang oleh argumen-argumen ekologi yang
masuk akal, masing-masing ada benarnya dan ada kekurangannya.
6. Ekologi tumbuhan |6
Hutan tropika basah merupakan komunitas yang dominan di Indonesia. Sifat yang
menyolok dari hutan tropis basah adalah volum persatuan luas dari biomassa yang ada diatas
tanah, sehingga memberi kesan bahwa lahan yang ditumbuhinya itu merupakan lahan yang
sangat subur. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian, tanah hutan dikawasan tropis itu
umumnya miskin, kecuali tanah-tanah alufial yang baru dan tanah-tanah vulkanik. Karena
hujan lebat sering terjadi, maka tanah juga mudah sekali terkena pembasuhan . Dalam
keadaan demikian tidaklah efisien dan menguntungkan bagi pertumbuhan apabila kesuburan
itu di simpan dalam tanah Tanggap dalam keadaan seperti ini, tumbuhan yang tumb dalam
habitat itu melalui proses evolusi telah mengadaptasikan diri dan mengembangkan suatu
sistem untuk mencegah kehilangan hara makanan. Sistem daun hara dalam hutan tropis basah
sangat ketat, tahan kebocoran dan berjalan cepat, arti kata bahwa hara makanan yang dilepas
oleh dekomposisi serasa segera di serap kembali untuk digunakan dalam pertumbuhan dan
kemudian digabungkan kedalam tubuh tumbuhan.
Oleh karena temperatur dan kelembapan dikawasan tropik ini tinggi, serasa yang
digugurkan oleh tumbuhan setiap hari tidak tertimbun lebih lama dilantai hutan melainkan
segera mengalami dekomposisi. Proses dekomposisi berjalan jauh lebih cepat dari pada di
hutan-hutan beriklim sedang dan dingin. Serasa menghilang dalam waktu beberapa minggu
saja. Penyerapan hara makanan sering pula dibantu oleh kehadiran jamur-jamur mikroriza
yang hidup bersimbiosis dengan akar-akar. Miselia jamur itu sendiri bertindak sebagai organ
penyerap bagi tumbuhan inagnya. Sering pula dapat dijumpai bahwa bulu-bulu akar dan
miselia masuk kedalam daun-daun atau jaringan-jaringan yang sedang berdekomposisi dan
langsung menyerap hara makanan.
Jadi jelas sekali bahwa sebagian besar hara makanan yang dilepas oleh serasah
tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk disimpan dalam tanah tetapi langsung
dikembalikan ke dalam tubuh tumbuhan. Dengan demikian nyata sekali bahwa sebagian besar
hara makanan di hutan tropis basah tersimpan dalam tumbuhan hidup. Oleh karena kondisi
yang seperti itu, maka akan terrjadi limpahan hara yang mendadak bila hutan ditebang habis
kemudian di ikuti dengan pembakaran, tetapi hara makanan tersebut tidak akan tinggal terlalu
lama dalam tanah karena akan segera dibasuh oleh hujan lebat. Besar kesuburan tanah akan
meningkat cepat tetapi hanya untuk sementara saja dan biasanya menurun lagi dengan cepat
dalam tempo beberapa tahun.
Ini yang menjadi alasan kenapa perladangan berpindah hanya dapat bertahan beberapa
tahun saja. Daun-daun bahan organik dan mineral terputus sama sekali dengan adanya
7. Ekologi tumbuhan |7
penebangan habis, karena arus penyediaan penerus bahan-bahan organik dari tumbuhan
hidup terpenggal.
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas
tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang
dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan
jati.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian
nama komunitas dapat berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur,
komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme
komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di
daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut
hutan hujan tropik.
Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang
secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau,
di sungai, di parit atau di kolam.
2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di
pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.
Menurut Nybakken (1988) bagi tumbuhan akuatik, intensitas cahaya sangat
menentukan penggunaan energy untuk fotosintesis.Tumbuhan kekurangan energy jika
intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin jauh cahaya matahari
yang dapat tembus kedalam perairan dan dengan begitu akan banyak ditemukan tumbuhan
laut seperti lamun yang memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis.
Pada umumnya perairan organic lebih cerah daripada perairan pantai yang banyak
bahan-bahan berbentuk partikel dan bahan terlarut yang terdapat didalamnya. Berdasarkan
bentuknya, waduk dapat diklasifikasikan atas waduk tipe danau (lake type), tipe sungai (river
type), tipe bercabang banyak (multiple branch type). Waduk Faperika dapat digolongkan ke
8. Ekologi tumbuhan |8
dalam tipe danau, karena terjadinya waduk ini akibat pembendungan suatu dataran rendah dan
bentuknya yang melebar.
Sumber air ini adalah air yang mengalir dan meresap dari catchman area yang ada
disekitarnya karena tidak ada aliran sungai yang masuk ke waduk ini. (Nurdin et al, 1996).
Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup didaerah tertentu atau habitat fisik tertentu
dengan satuan yang terorganisir. Selanjutnya, dikatakan bahwa komunitas merupakan suatu
system dari kumpulan populasi yang hidup pada areal tertentu dan terorganisasi secara luas
dengan karakteristik tertentu, serta berfungsi sebagai kesatuan transformasi
metabolis.(Odum,1971).
Beberapa karakteristik struktur komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk adanya
derajad ketidakstabilan ekologis meliputi : keseragaman,dominansi, keragaman, dan
kelimpahan.( Krebs, 1997) Wardoyo (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan
faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies
atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya.
Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi
metabolisme dalam tubuh organisme. Kecerahan adalah suatu parameter perairan yang
merupakan suatu kedalaman dari perairan atau lapisan perairan yang dapat ditembus oleh
sinar matahari. Kecerahan merupakan salah satu parameter dari produktivitas perairan karena
kecerahan perairan merupakan hubungan langsung dengan zona fotik.
Suhu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap organisme perairan.
Secara langsung suhu berpengaruh pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tak langsung
suhu menentukan terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi
habitat organisme perairan (Nontji, 1981).
Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan
pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas
hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum,1971:Krebs,1978:Begon,Harper,dan
Townsend,1996).
II.3 Pengertian Pola Komunitas
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya
dengan lingkungannya dapat disebut pola (Hutchinson, 1953). Komunitas ialah kumpulan
dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
9. Ekologi tumbuhan |9
Berikut adalah struktur komunitas dan karakter komunitas
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran
merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu
habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit
contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
Banyak macam pengaturan yang berbeda-beda dalam standing crop dari organisme
yang memberikan sumbanagan kepada keanekaragaman pola di dalam komunitas seperti,
misalnya : 1. Pola stratifikasi (pelapisan tegak), 2. Pola-pola zonasi (pemisahan ke arah
mendatar), 3. Pola-pola kegiatan (periodisitas), 4. Pola-pola jaring-jaring (organisasi jaringan
kerja di dalam rantai pangan), 5. Pola reproduktif (asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-
klone tanaman dan sebagainya), 6. Pola-pola social (kelompok-kelompok dan kawanan-
kawanan), 7. Pola-pola ko-aktif (di akibatkan oleh pesaingan antibiosis, mutualisme dan
sebagainya), dan 8. Pola-pola stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).
2.2 Struktur Komunitas
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya
dengan lingkungannya dapat disebut pola. Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu
cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam
ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan
yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu
habitat. Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh
hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal
yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi
10. Ekologi tumbuhan |10
suatu komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan
akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara pencuplikan
dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada
semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang
menempati atau tidak berpindah. Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran,
cacah, dan susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu
yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001).
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif.
Adapun beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan antara lain fisiognomi, fenologi,
periodisitas, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan.
Sedangkan parameter kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan adalah densitas,
frekuensi, luas penutupan,indeks nilai penting (INP), perbandingan nilai penting (summed
dominance ratio), indeks dominansi, indeks keanekaragaman, indeks kesamaan, dan
homogenitas suatu komunitas. (Setiadi, 1983).
Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan
pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas
hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum,1971).Menurut Setiadi (1983), untuk kepentingan
analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif. Adapun beberapa parameter
kualitatif komunitas tumbuhan antara lain fisiognomi, fenologi, periodisitas, stratifikasi,
kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan. Sedangkan parameter
kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan adalah densitas, frekuensi, luas
penutupan,indeks nilai penting (INP), perbandingan nilai penting (summed dominance ratio),
indeks dominansi, indeks keanekaragaman, indeks kesamaan, dan homogenitas suatu
komunitas. Berikut adalah struktur komunitas dan karakter komunitas :
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran
merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu
habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit
contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.
11. Ekologi tumbuhan |11
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya
Secara garis besar komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut
:
1. Komunitas perairan terdiri atas populasi dari berbagai jenis organisme yang seluruh
anggotanya hidup didalam air, baik diair tawar, di payau, atau diair asin.
Karakteristik biogeokimia lingkungan perairan mempengaruhi keragaman
kehidupan jenis organisme penghuninya. Dalam komunitas perairan itu sendiri
terdapat komunitas bentos yang terdiri atas hewan-hewan yang melekat pada dasar
perairan, komunitas plankton yang merupakan organisme kecil yang terapung dan
gerakannya tergantung arus,dan neuston yang anggotanya bergerak dipermukaan
air.
2. Komunitas daratan terdiri atas populasi organisme yang seluruh hidupnya terdapat
diatas daratan. Komunitas ini dapat dibedakan atas komunitas daratan berair, seperti
hutan rawa, hutan magrove, dan habitat daratan kering. Setiap organisme hidup
(biotik) dilingkungan atau disuatu daerah berinteraksi dengan faktor-faktor fisik
dan kimia yang biasa disebut faktor biotik (yang tidak hidup). Faktor biotik dengan
abiotik salingmempengaruhiatausalingmengadakanpertukaranmaterial yang
merupakansuatusistem.Disebutsistemkarenapenyebaran
organismehidupdidalamlingkunagn tidakterjadisecara acak, menunjukkansuatu
“keteraturan” sesuaidengankebutuhan hidupnya. Setiapsistemyangdemikiandisebut
ekosistem. Jadi komunitas denganlingkungan fisiknya
membentukekosistem(Soerianegara,1988).
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya dengan
lingkungannya dapat disebut pola (Hutchinson, 1953). Komunitas ialah kumpulan dari
berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi
dan mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan pembentukannya struktur komunitas dibagi
menjadi :
12. Ekologi tumbuhan |12
1. Struktur fisik
Struktur fisik suatu komunitas tampak apabila komunitas tersebut diamatimeliputi:
Stratifikasi vertikal
Stratifikasi merupakan lapisan-lapisan secara vertikal yang di bentuk oleh keadaan
bentuk atau (life from) angota-angota komonitas tersebut, yang di pakai sebagai dasar
biasanya ketinggian dari pohon tersebut (Guritno, 1995).
Horisontal heterogenitas
Hasil dari sebuah susunan dari pengaruh lingkungan dan biologis.
2. Struktur biologi
Struktur biologi komunitas meliputi :
Dominasi spesies
Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami dirajai oleh hanya satu jenis,
dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang ekstrim yang hanya
jenis-jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat tersebut.
Sebagai contoh dapay kita ambil hutan manggrove ( hutan payau atau hutan bakau )
yang dirajai oleh beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi dominan pada
kondisi habitat tertentu. Pada umumnya dikawasan tropik dalam suatu komunitas
setiap jenis mempunyai kedudukan yang hampir sama, tidak ada yang menjadi ” raja ”
atau ” dominan”. Karekteristik komunitas dikawasan tropis adalah keanekaragaman
jenis tinggi. Indeks dominansi (index of dominance) adalah parameter yang
menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies dalam suatu
komunitas. Keanekaragaman spesies merupakan cirri tingkatan komunitas
13. Ekologi tumbuhan |13
berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk
menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan
suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap
komponen-komponennya (Soegianto, 1994).Dominansi merupakan sifat komunitas
yang memperlihatkan jumlah jenis organisme yang melimpah di suatu daerah
(Kandeigh, 1980).
Keanekaragaman jenis
Keragaman jenis adalah suatu sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat-tingkat
keragaman jenis organisme yang dinyatakan dengan indeks keragaman. Indeks
keragaman adalah jumlah kelimpahan jenis yang dihitung secara matematik dan dapat
digunakan untuk mengetahui baik buruknya kualitas suatu wilayah tertentu. Suatu
komunitas yang mempunyai keragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi jenis
yang melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi, kompetisi, dan bagian
relung yang lebih kompleks (Odum, 1971).
Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas
berdasarkan organisasi bilogisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi
jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika
hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya
rendah.Keanekaragaman ( diversity ) adalah jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang
hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan Kalimantan misalnya dalam satu hektar
teradapat pohon (dengan diameter lebih dari 10 cm ) sebanyak kurang lebih 400-
500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap jenis hanya mempunyai
kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan beriklim sedang
dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja, bahkan
kurang dari itu(Umar, 2013).
Ada dua cara untuk menentukan angka indeks ini yaitu menggunakan indeks
keanekaragaman Simpson (D) atau dengan indeks keanekaragaman Shanon- Wiener
(H′).
D = S - 1/ln N
dimana,
14. Ekologi tumbuhan |14
D=indeks keanekaragaman
S=jumlah spesies
N= totaljumlahorganisme
H = - Σ pi ln pi
dimana,
Pi = peluang kepentingan untuk tiap spesies (ni/N)
Kelimpahan spesies
Kelimpahan adalah jumlah individu per satuan volume atau suatu area. Kelimpahan
individu dapat dijadikan indikator tingkat kesuburan pada suatu daearah. Kesuburan
suatu daerah dikatakan baik, apabila nilai keragaman tinggi dan kelimpahan jenis
rendah, ini berhubungan dengan prinsip kompetisi. Sebaliknya, suatu daerah yang
kurang subur adalah keragamanya rendah dan kelimpahan per individu tinggi.
2.3 Komunitas Tepi ( Boundary )
Komunitas tepi ( Boundary ) adalah pemisah atau batas antara sistem dan daerah di
luar sistem (lingkungan).Kecenderungan meningkatnya variasi dan kepadatan pada komunitas
peralihan dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang paling banyak atau
paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge spesies).
Ekoton
Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan antara
dua komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas. Daerah transisi antara
komunitas rumput dan hutan atau daerah peralihan antara dua komunitas besar seperti
komunitas akuatik dan komunitas terestrial merupakan contoh ekoton.
Jadi ekoton merupakan pagar komunitas (batas komunitas). Seperti diketahui biasanya
berubah secara perlahan-lahan atau secara gradient. Komunitas dapat berubah secara tiba-tiba
sebagai akibat lingkungan yang tiba-tiba terputus atau karena interaksi tanaman terutama
kompetisi. Pada keadaan yang pertama (tiba-tiba terputus) ekoton merupakan daerah
peralihan yang merupakan campuran dari dua tipe komunitas yang bersebelahan. Pada
keadaan yang kedua (kompetisi) ekoton dapat dikenal jelas. Komunitas ekoton umumnya
mempunyai banyak organisme dari dua komunitas yang saling bertautan dan yang
memperlihatkan ciri-ciri yang khas dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya
15. Ekologi tumbuhan |15
(disampingnya) dengan demikian ekoton berisikan spesies yang lebih banyak dan kepadatan
populasi yang sering lebih daripada komunitas disampingnya.
Ekoton ditempati oleh spesies-spesies yang distintive (berbeda)/unik dengan ekosstem
disekitarnya. Contoh : areal rawa sering terbentuk diantara permukaan air terbuka didanau dan
lahan kering.Contoh ecotone alami yang sering dijumpai yaitu daerah pantai. Daerah ini
merupakan transisi atau pertemuan antara komunitas yang berada pada daerah teresterial dan
komunitas pada daerah lautan (akustik). Contoh ecotone buatan yang sering dijumpai yaitu
hutan mangrove buatan. Habitat mangrove ini kebanyakan ditemukan pada pertemuan antara
sungai dan air laut, oleh karena itu terjadi pertemuan antara komunitas penghuni air sungai
dan komunitas penghuni air laut.
Ada beberapa hal yang membedakan dari sebuah ecotone . Pertama, sebuah ecotone
dapat memiliki transisi vegetasi tajam, dengan garis tegas antara dua komunitas. Misalnya,
perubahan warna rumput atau tanaman hidup dapat mengindikasikan ecotone. Kedua,
perubahan dalam fisiognomi (penampilan fisik dari spesies tanaman) dapat menjadi indikator
kunci. Para ilmuwan melihat variasi warna dan perubahan tinggi tanaman. Ketiga, perubahan
spesies dapat menandakan ecotone. Akan ada organisme tertentu pada satu sisi dari sebuah
ecotone atau yang lain.
Faktor-faktor lain yang dapat menggambarkan atau mengaburkan suatu ecotone,
misalnya, migrasi dan pembentukan tanaman baru. Ini dikenal sebagai efek massa spasial,
yang terlihat karena beberapa organisme tidak akan mampu membentuk populasi mandiri jika
mereka menyeberangi ecotone tersebut. Jika spesies yang berbeda dapat bertahan hidup di
kedua masyarakat dari dua bioma, maka ecotone yang dianggap memiliki kekayaan spesies,
ahli biologi mengukur ini ketika mempelajari rantai makanan dan keberhasilan organisme.
Terakhir, kelimpahan spesies eksotis dalam sebuah ecotone dapat mengungkapkan jenis
bioma atau efisiensi dari kedua komunitas berbagi ruang. Karena sebuah ecotone adalah zona
di mana dua komunitas mengintegrasikan, berbagai bentuk kehidupan harus hidup bersama
dan bersaing untuk ruang. Oleh karena itu, sebuah ecotone dapat menciptakan ekosistem yang
beragam.
Perubahan lingkungan fisik dapat menghasilkan batas yang tajam, seperti dalam
contoh antarmuka antara kawasan hutan dan membuka lahan). Di tempat lain, area interface
yang lebih bertahap dicampur akan ditemukan, di mana spesies dari masing-masing
komunitas akan ditemukan bersama serta spesies lokal yang unik. Gunung berkisar sering
membuat ecotones tersebut, karena berbagai kondisi iklim yang dialami di lereng mereka.
16. Ekologi tumbuhan |16
Mereka juga dapat memberikan batas antara spesies karena sifat obstruktif medan mereka.
Mont Ventoux di Perancis adalah contoh yang baik, menandai batas antara flora dan fauna
dari utara dan selatan Perancis. Sebagian besar lahan basah ecotones.
Tanaman dalam kompetisi memperpanjang sendiri di satu sisi ecotone sejauh
kemampuan mereka untuk mempertahankan diri mereka sendiri memungkinkan. Di luar ini
pesaing dari masyarakat yang berdekatan mengambil alih. Akibatnya ecotone mewakili
pergeseran dominasi. Ecotones sangat signifikan untuk hewan mobile, karena mereka dapat
memanfaatkan lebih dari satu set habitat dalam jarak pendek . Ecotone berisi tidak hanya
spesies umum kepada masyarakat di kedua belah pihak, tetapi juga dapat mencakup sejumlah
spesies yang sangat mudah beradaptasi yang cenderung menjajah wilayah transisi seperti
fenomena peningkatan berbagai tanaman serta hewan di persimpangan masyarakat disebut
efek tepi dan pada dasarnya karena lebih luas lokal dari kondisi lingkungan yang sesuai atau
relung ekologi.
2.4 Distruban
Disturbance atau disebut dengan istilah gangguan/tekanan, pada dasarnya merupakan
bagian dari dinamika ekosistem hutan tropika baik yang bersifat tekanan alami maupun
tekanan manusia. Dalam konteks ini degradasi berbeda dengan disturban, dinamika
disturbansi cenderung selalu terjadi di dalam suatu eosistem hutan yang berdampak terhadap
perubahan struktur, komposisi dan proses-proses ekologi yang berlangsung, tetapi perubahan
itu direspon oleh hutan melalui kemampuan untuk memulihkan diri (resiliensi). Disturbansi
dapat menjadi degradasi apabila mekanisme resiliensi alami tidak mampu lagi mengatasi
tekanan atau gangguan, dengan kata lain gangguan yang timbul telah melebihi kemampuan
hutan untuk memulihkan dirinya (Stanturf, J. A. 2004).
Disturban ini secara langsung akan berpengaruh terhadap struktur hutan, komposisi
jenis dan proses-proses ekologi, yang lebih lanjut berdampak terhadap produktivitas,
keanekaragaman hayati dan provisi produk dan jasa lingkungan. Namun demikian, hutan atau
ekosistem alami lainnya pada dasarnya memiliki cara-cara yang berbeda dalam merespon
disturban. Berbagai pengalaman penelitian membuktikan bahwa disturban merupakan
campuran dari berbagai faktor penyebab yang akhirnya memperngaruhi kondisi struktur
komposisi dan proses ekologi dalam ekosistem hutan (Stanturf, J. A. 2004).
17. Ekologi tumbuhan |17
Dinamika disturban dapat diketahui melalui tiga faktor berdasarkan penyebabnya,
yaitu disturban abiotik, disturban geologis dan disturban biotik, yang diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut :
Disturban abiotik : sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor iklim, antara lain :
badai topan (downbuster, tornadoes, hurricane dan typhoon); badai salju; drought; dan
kebakaran. Faktor-faktor klimatis dan cuaca yang sangat mendukung terjadinya disturban
terhadap ekosistem hutan (penurunan produktivitas dan komposisi sepesies) antara lain:
intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban relative, suhu dan kecepatan angin (Stanturf, J. A.
2004).
Disturban geologis : mencakup kejadian-kejadian yang melibatkan aktivitas geologis
seperti letusan gunung berapi, banjir, dan hilangnya massa hutan berupa landslide, longsoran
bongkahan salju, hilangnya biomassa lantai hutan, dan erosi tanah, serta deposisi. Hutan-
hutan pantai misalnya, merupakan subjek disturban dari proses-proses alami pantai seperti
abrasi/subsidensi, berpindahnya bukit pasir, dan mass wasting. Hutan-hutan riparian
memiliki dinamika lingkungan yang tinggi, seperti banjir besar, innudasi, perubahan
geomorfologi seperti pelebaran dan pendangkalan, sampai berubahnya ekosistem danau
(Stanturf, J. A. 2004).
Disturban biotik : penyebab (agen) disturban biotik atau biologis antara lain adalah
serangga hama dan penyakit, tumbuh-tumbuhan invasif, dan mamalia herbivor. Pada
dasarnya secara ekologis agen-agen ini tidak dapat disebut sebagai agen disturban, tetapi
secara praktis akan menjadi disturban pada saat mereka menyebabkan perubahan yang
ekstrim terhadap ekosistem, sedangkan mamalia herbivor menjadi disturban apabila ada peran
dari aktivitas manusia misalnya kegiatan penggembalaan atau perburuan (Stanturf, J. A.
2004).
Disturban sebagai agen penyebab memiliki dimensi temporal dan spasial yang dapat
diketahui dengan melihat tiga aspek, yaitu :
1) Intensitas, yaitu tingkat kekuatan siturban (besar atau kecil)
2) Skala, terkait dengan luasan area yang terkena dampak atau seberapa besar areal
terbuka akibat suatu agen disturban tertentu (luas atau sempit).
3) Frekuensi, menayatakan jumlah kejadian disturban dalam suatu unit waktu (berapa
kali dalam sebulan, setahun, dsb) (Stanturf, J. A. 2004).
18. Ekologi tumbuhan |18
Disturban-disturban dalam suatu ekosistem hutan umumnya mengakibatkan terbentukanya
ruang-ruang (patches) menjadi terbuka, dalam konteks ekologi sering disebut dengan gap
terutama disebabkan oleh tumbangnya pohon besar sehingga terbentuk celah yang menerima
cahaya matahari langsung, kondisi demikian biasanya langsung direspon oleh hutan untuk
mengisi ruang-ruang kosong ini dengan regenerasi. Kondisi inilah yang sering digunakan
untuk menentukan regime-regime yang sesuai dengan tipe disturban yang terjadi, yaitu
sampai pada tingkat kemampuan mana patch-patch dapat kembali tertutup. Hal tersebut
dipertegas oleh Pickett and White (1985) dan Oliver & O’Hara (2004), the dynamics of the
created patches have also been studied, although not as extensively as patch creation.
Factors contributing to patch dynamics include disturbance regime, whether and how quickly
patches expand or close, and the landscape context of patches (relationship one to another
and to the undisturbed matrix, flows of organisms, materials, and energy among patches).
The fate of disturbed patches in forested ecosystems is best understood in terms of stand
dynamics, as long as the patches are large enough that most trees beginning growth within
the patch are not competing with surrounding trees.
Disturban (gangguan) yang terjadi pada suatu ekosistem digolongkan menjadi dua
macam, yaitu:
1) Gangguan alami merupakan Gangguan yang disebabkan oleh aktivitas dari lingkungan
(alam) itu sendiri.Disturban atau "Alami Gangguan Rezim" adalah sebuah konsep
yang menggambarkan pola gangguan yang membentuk sebuah ekosistem di atas skala
waktu yang panjang (Mastugino, 2012).
Faktor Pembawa Kerusakan Gangguan alami
Api
Merupakan faktor penyebab kerusakan alami yang utama, yang dipengaruhi
oleh komposisi spesies dan bentuk karakteristik dalam sebuah komunitas.
Angin
Merupakan agen utama gangguan alam yang memperbarui dan mengubah
iklim hutan hujan. Dapat merubah arah tumbuh suatu tumbuhan.
Pergerakan air
19. Ekologi tumbuhan |19
Merupakan sumber kekuatan kerusakan. Pergerakan air yang besar bisa
menyebabkan kerusakan pada pulau atau komunitas
Tanah longgsor
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasiyang memengaruhi
suatu lereng yang curam,
Namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
1. erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-
sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
2. lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang
diakibatkan hujan lebat
3. gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut
4. gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-
debu
5. getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
6. berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Dampak dari adanya tanah longsor pada komunitas tumbuhan, yaitu
a. Kebutuhan pokok pada tanaman akan unsur hara berkurang
b. Perubahan pada komunitas awal
c. Perlunya adaptasi kembali terhadap lingkungan yang baru (Setio Pandita, 2013).
2. Gangguan buatan (oleh manusia) merupakan Gangguan ini dapat terjadi karena campur
tangan manusia yang secara sengaja merusak ekosistem. Gangguan ini disebabkan oleh
aktivitas manusia, yang dapat memiliki dampak paling besar pada komunitas secara
keseluruhan di muka bumi (Mastugino, 2012).
20. Ekologi tumbuhan |20
a. Mengubah pengalihan lahan
Gangguan yang disebabkan pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan
pertokoan sehingga merubah fungsi dari lahan tersebut. Selain pertokohan jugga menjadi
pembangunan jalan yang melewati hutan dapat merusak lingkungan. Pohon-pohon yang
menjadi tempat tinggal dan sumber makanan hewan ditebang sehingga hewan tersebut
terancam keberadaannya. Pembangunan rumah di perbukitan sangat mengganggu
keseimbangan lingkungan..Daerah-daerah di sekitar perbukitan dapat terkena bencana, seperti
banjir dan tanah longsor. Pembangungan pemukiman pada daerah-daerah yang subur
merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan pangan. Semakin padat populasi manusia,
lahan yangsemula produktif menjadi tidak atau kurang produktif.Pembangunan jalan
kampung dan desa dengan cara betonisasi mengakibatkan air sulit meresap ke dalam tanah.
Sebagai akibatnya, bila hujan lebat memudahkan terjadinya banjir. Selain itu, tumbuhan di
sekitamya menjadi kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif melakukan fotosintesis
(Haliza, 2011).
b. Penebangan pohon
Jenis kayu yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, contohnya
meranti, kamper, jati, dan mahoni. Jenis-jenis kayu tersebut diambil dari hutan. Adanya
penebangan hutan secara liar dapat menimbulkan kerusakan pada tempat hidup tumbuhan dan
habitat hewan. Akibatnya banyak jenis tumbuhan yang menjadi berkurang dan lama-lama
menjadi langka. Hal ini terjadi karena pengambilan secara terus-menerus tetapi tidak
dilakukan penanaman kembali. Tumbuhan yang menjadi langka akibat kerusakan habitatnya
misalnya pohon jati, bunga anggrek, dan bunga rafflesia (Haliza, 2011).
21. Ekologi tumbuhan |21
Hutan mempunyai peran yang sangat penting bagi ekosistem. Di dalam hutan hidup
berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hutan menyediakan makanan, tempat tinggal, dan
perlindungan bagi hewan-hewan tersebut. Jika pohon-pohon ditebang terus, sumber makanan
untuk hewan-hewan yang hidup di pohon tersebut juga akan berkurang atau tidak ada, karena
itu banyak hewan yang kekurangan makanan. Akibatnya banyak hewan yang musnah dan
menjadi langka. Selain menebang pohon, manusia kadang-kadang membuka lahan pertanian
dan perumahan dengan cara membakar hutan. Akibatnya lapisan tanah dapat terbakar, tanah
menjadi kering dan tidak subur. Hewan-hewan tanah tidak dapat hidup, hewan-hewan besar
banyak yang mencari makan ke tempat lain bahkan sampai ke pemukiman manusia. Hal ini
juga dapat merusak keseimbangan ekosistem (Haliza, 2011).
Dampak yang ditimbulkan dari penebangan hutan yang liar akan mengakibatkan
banjir, tanah longsor dan berkurangnya ekosistem di dalam hutan itu sendiri (baik flora
maupun fauna). Selain itu Penebangan pohon di hutan tanpa perhitungan akan menimbulkan
akibat yang saling berantai antara faktor biotik dan abiotik. Penebangan hutan berarti
menghilangkan sebagian besar produsen dalam suatu ekosistem. Karena itu akan
menyebabkan kepunahan sebagian flora dan fauna yang ada di hutan tersebut. Pengaruh yang
lainnya, dengan pembukaan hutan akan menyebabkan perubahan dalam daur hidrologi. Bila
hujan turun pada tanah yang terbuka, maka air akan langsung masuk ke dalam tanah yang
memiliki kesuburan yang tinggi. Dengan tidak adanya pohon yang menahan air hujan yang
meresap ke dalam tanah akan menyebabkan aliran air di permukaan tanah menjadi besar.
Adanya aliran yang besar dan cepat akan mengikis permukaan tanah yang subur. Hilangnya
kesuburan tanah akan mengurangi populasi cacing tanah yang berperan membantu
menyuburkan tanah. Kurangnya resapan air di dalam tanah akan menyebabkan kekeringan di
musim kemarau. Dengan penebangan pohon, menyebabkan dasar hutan lebih banyak
menerima cahaya matahari dan suhu akan naik, yang dapat menyebabkan lebih cepatnya
penguraian sampah organik sebagai sumber zat hara tanah. Penguraian sampah organik di
tanah secara drastis akan mengganggu daur nitrogen (Haliza, 2011).
c. Pencemaran
Mencemari lingkungan artinya menambahkan zat pencemar (polutan) pada
lingkungan sehingga lingkungan menjadi tercemar. Ada beberapa macam pencemaran, yaitu:
Pencemaran tanah,
22. Ekologi tumbuhan |22
Yaitu masuknya polutan berupa bahan cair atau padat yang masuk ke dalam tanah
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, seperti plastik, kaleng, kaca, sehingga
menyebabkan oksigen tidak bisa meresap ke tanah. Faktor lain, yaitu penggunaan pestisida
dan detergen yang merembes ke dalam tanah dapat berpengaruh terhadap air tanah, flora,
dan fauna tanah.
Pencemaran air
Yaitu masuknya polutan berupa bahan cair atau padat yang masuk ke dalam air.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh:
• Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan.
• Pencemaran air oleh sampah
• Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan
Pencemaran udara
Yaitu masuknya polutan udara seperti asap kendaraan, debu, dan jelaga.
Pencemaran suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapaterbang, deru
mesin pabrik, radio, atau tape recorder yang berbunyi keras
2.5 Interaksi antar Spesies
Dalam ekosistem, sesama vegetasi saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya. Interaksi yang terjadi antara lain :
1. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme tumbuihan dalam habitat
yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah
pihak, disebut netral. Contohnya :pohon pinus dengan pohon jati
2. Kompetisi
Merupakan interaksi bersaing antara individu tumbuhan dengan individu
tumbuhan lainnya dalam hal penggunaan sumber daya alam dan pemenuhan
kebutuhan, seperti nutrisi, air, cahaya, ruang, dsb. Jadi kompetisi akan timbul jika
individu tumbuhan mempunyai daur hidup dan keperluan lingkungan yang sama
dengan individu tumbuhan lainnya, baik untuk jenis tumbuhan yang sama maupun
23. Ekologi tumbuhan |23
yang berbeda jenis. Tumbuhan yang lebih efisien memamfaatkan sumber dayanya
untuk bertahan, dan yang lainya tersingkir. Contoh : pergantian jenis-jenis tumbuhan
selama suksesi dalam bentuk seral-seralnya, yaitu dari jenis oportunis sampai ke jenis
keseimbangan.
3. Amensalisme
Hubungan antara individu- individu populasi tumbuhan yang satu merasa
dirugikan (tetapi sesaat ) sedangkan populasi yang lain tidak di rugikan(netral).Contoh
: Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan
zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon
walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan
zat yang bersifat toksik.
4. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme tumbuhan yang
berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan;
salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya
anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
5. Simbiosis Mutualisme
Disebut juga simbiosis yang merupakan interaksi obligatori(wajib) yang di
perlukan oleh kedua belah pihak yang berinteraksi karena keduanya saling
memerlukan.Contoh: Contohnya: Hubungan antara mikoriza dan akar tanaman
6. Komensalisme
Komensalisme merupakan yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang
salah satu pihaknya beruntung, sedangkan pihaknya lainnya tidak terpengaruh oleh
adanya asosiasi. Contohnya anggrek (epifit) dengan pohon yang ditumpanginya.
24. Ekologi tumbuhan |24
7. Parasitisme
Hubungan antar organisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga
bersifat merugikan inangnya.Contoh : benalu dengan pohon inang.
2.6 Suksesi
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara
teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem
yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai
homeostatis (Desmukh, 1992).
Menurut Resco (2011) menyatakan bahwa suksesi merupakan proses
dimanaspesiespopulasimenjajah, tumbuh dan menjadipunahdisitus tertentumemilikilama
menjadi tema sentral, pengorganisasian dalam komunitas tumbuhan ekologi.
Suksesi didefinisikan dalam ekologi sebagai proses dimana spesies berturut-turut
menumpukdan akhirnya juga saling menggantikan ketika ekosistem yangkeseluruhan
25. Ekologi tumbuhan |25
berkembang menuju suatu kondisi klimaks. Secara umum, suksesi menampilkan tumbuh
produksi biomassa dan meningkatkan kekayaan spesies,stratifikasi dan kompleksitas serta
distribusi miringspesies yang bergeser ke arah tingkat trofik yang lebih tinggi (Wurts, 2010)
Prosesgangguan komunitas biologi berikutdidirikandisebutsuksesioleh ahli
ekologidandibedakan menjadisuksesiprimer dan sekunder. Suksesi primer terjadi pada
permukaan geomorfik yang baru dibuat (misalnya, pulau-pulau vulkanik permukaan di lautan,
atau puing-puing arus membentuk kipas aluvial di gurun) yang sebelumnya tidak
mengandung vegetasi. Suksesi sekunder terjadi di daerah-daerah yang bervegetasi sebelum
gangguan. Gangguan didefinisikan sebagai kekuatan fisik (misalnya, badai, kebakaran,
pembangunan jalan) yang menghilangkan sebagian atau seluruh biomassa tanaman (Abella,
2010).
Sekilas cerita Pada tahun 1883 gunung krakatu meletus, Di daerah bekas letusan
gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut
yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai
mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana.
Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk
karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang
lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat
tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan
itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi
demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya. Sementara itu, rumput dan belukar
dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati
diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh.
Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan
semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah
hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem
mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak
mengubah ekosistem itu.
26. Ekologi tumbuhan |26
Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae. Dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini
banyak di Flores.
2. Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme
komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah
tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata sepanjang tahun dan disebut hutan
hujan tropik.
Di antara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa
spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan
keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif organisme dalam suatu komunitas tidak
ditentukan oleh posisi taksonominya, namun oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan
lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya.
Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan,
habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan pada setiap lokasi
27. Ekologi tumbuhan |27
tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut.
Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas
yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungannya
(Michael, 1994).
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu pola
yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari
bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas.
Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin, dan
hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan tanah
hutan juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-daun,
ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas,
demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering
kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini terdapat suatu
komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat
bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto, 1980).
Suksesi vegetasi menurut Odum (1996) adalah urutan proses pergantian komunitas
tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan
kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan
menurut Clements adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya
dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.
Odum (1996) mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas cenderung mengubah
lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan biotik
dan abiotik tercapai.
Clements (1974) membedakan 6 subkomponen dalam proses suksesi yaitu:
1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2. Migrasi : tersebarnya biji
3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
4. Kompetisi : adanya pergantian spesies
5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6. Klimaks : komunitas stabil
Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan,
perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase
28. Ekologi tumbuhan |28
kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu
perkembangan vegetasi dalam suatu iklim.
Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya selalu
mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian ke dua hal:
1. Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari
habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
2. Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya
jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari
degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi misalnya hilangnya mineral
dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau
regresi (suksesi yang mengalami kemunduran) (Clements, 1974).
Konsep Klimaks
Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya sendiri dan
dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan inovasi baru. Di
dalam konsep klimaks ini Clements (1974) berpendapat bahwa:
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks
yang sama.
2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan
iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebut klimaks klimatik.
3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor
selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang
dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna
(tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini
disebut sub klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai
klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.Gangguan dapat
menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini menyebabkan terbentuknya sub
klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan seperti ini disebut Disklimak. Sebagai contoh
vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan
tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1996) mengistilahkan klimaks tersebut dengan Pyrix
Klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain: Melastoma
29. Ekologi tumbuhan |29
polyanthum, Melaleuca leucadendron dan Macaranga sp.Jika pergantian iklim secara
temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan
disebut pra klimaks (pre klimaks).
Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh
karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan argumentasi
masing-masing.
1. Teori monoklimaks:
Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks
berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu
wilayah iklim utama.
2. Teori poliklimaks:
Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada
suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang berbeda.
3. Teori informasi
Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah
antara teori mooklimaks dan teori poliklimaks.
Odum (1996) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan bervariasi
tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan situasi fisiografis, tetapi ditentukan
juga oleh sifat-sifat ekosistem yang berbeda. Whittaker merupakan penyokong monoklimaks,
mengatakan bahwa teori monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan
vegetasi yang mencapai klimaks di suatu habitat.Ahli-ahli lain seperti Oosting, Henry,
mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis. Hal ini disokong oleh Michols, Tansley
dan ahli-ahli Rusia.Smitthusen, Whittaker dan ahli ekologi Amerika yang lain menyokong
konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa tingkatan klimaks
dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas tanaman dan bukannya oleh iklim
setempat.
30. Ekologi tumbuhan |30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon
tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas.
2. Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya dengan
lingkungannya dapat disebut pola. Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara
mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi.
3. Komunitas tepi ( Boundary ) adalah pemisah atau batas antara sistem dan daerah di luar
sistem (lingkungan).Kecenderungan meningkatnya variasi dan kepadatan pada
komunitas peralihan dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang
paling banyak atau paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge
spesies).
4. Disturbance atau disebut dengan istilah gangguan/tekanan, pada dasarnya merupakan
bagian dari dinamika ekosistem hutan tropika baik yang bersifat tekanan alami maupun
tekanan manusia. Dalam konteks ini degradasi berbeda dengan disturban, dinamika
disturbansi cenderung selalu terjadi di dalam suatu eosistem hutan yang berdampak
terhadap perubahan struktur, komposisi dan proses-proses ekologi yang berlangsung,
5. interaksi spesies dibagi menjadi 7 yaitu Netral, Kompetisi, Amensalisme,
Komensalisme, Simbiosis Mutualism, Komensalisme dan Parasitisme
6. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau
ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini
komunitas telah mencapai homeostatis
3.2 Saran
Diperjelas lebih rinci pada masing masing materi, pada proses menjelaskan harus jelas
dan baik
31. Ekologi tumbuhan |31
DAFTAR PUSTAKA
Azhar. 2012. Keseibangan Lingkungan.
Djamal,irwan.2007.Prinsip-prinsip Ekologi Ekosistem, Llingkungan dan
Pelestariannya.Jakarta:PT Bumi Aksara.
Haliza, 2011. Keseimbangan Ekosistem.
Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, Di
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Mastugino.2012.KeseimbanganEkosistem.
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Jakarta:
UI Press
Mukhtar, A.S & Heriyanto, N.M. 2012. Keadaan Suksesi Tumbuhan pada Kawasan Bekas
Tambang Batubara di Kalimantan Timur. Bogor : Pusat Litbang Konservasi dan
Rehabilitasi
Odum, E. P., 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press
Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Sastrodinoto,S.1980. Biologi Umum I. Jakarta: PT. Gramedia
Setio Pandita, 2013. Macam-Macam Bencana.
Stanturf, J. A. 2004. Disturbance dynamics of forested ecosystems. – Transactions of the
Faculty of Forestry, Estonian Agricultural University, 37, 7–12.
Syamsurizal. 2000. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang : UNP Press
http://artikel.okeschool.com/artikel/macam-macam-bencana.html
http://azharagungsite.blogspot.com/2012/01/keseimbangan-lingkungan.html
http://mastugino.blogspot.com/2012/07/keseimbangan-ekosistem.html
http://salmaghaliza.blogspot.com/2011/11/keseimbangan-ekosistem.html (di akses 30 oktober
2014)