BAB II membahas konsep inovasi, model, desain, jalan lingkungan atau gang, permukiman kampung kota, lingkungan ramah anak, dan lingkungan ramah lingkungan. Tujuannya adalah memahami karakteristik gang dan aktivitas warga dalam rangka merancang model gang baru yang ramah anak dan lingkungan.
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan
1. Daftar isi
BAB I................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
1.1 Latar Belekang..................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................................5
BAB II ..............................................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................................7
2.1 Inovasi...............................................................................................................................7
2.2 Model.................................................................................................................................9
2.3 Desain................................................................................................................................9
2.4 Jalan Lingkungan atau Gang ......................................................................................... 11
2.4.1 Jalan Lingkungan.................................................................................................... 11
2.4.2 Gang.........................................................................................................................12
2.5 Permukiman Kampung Kota .........................................................................................12
2.5.1 Permukiman Kota .....................................................................................................12
2.5.2 Upaya pemahaman kota..........................................................................................13
2.5.3 Kampung Kota ........................................................................................................13
2.6 Pengertian Lingkungan Ramah Anak ............................................................................14
2.6.1 Lingkungan..............................................................................................................14
2.6.2 Anak.........................................................................................................................17
2. 2.6.3 Lingkungan ramah anak .........................................................................................18
2.7 Ramah Lingkungan ........................................................................................................20
2.7.1 Pengetahuan Ramah Lingkungan...........................................................................21
BAB III...........................................................................................................................................23
METODE PENELITIAN .................................................................................................................23
3.1. Peta Mental.....................................................................................................................23
3.2. Informasi dalam Pemetaan Kognitif ..............................................................................23
3.3. Pengertian Geospasial.....................................................................................................24
3.1.1 Geospasial................................................................................................................24
3.1.2 Pentingnya Informasi Geospasial Dalam Pembelajaran Geografi.........................24
3.4. Lokasi Penelitian..............................................................................................................26
Gambar 3.4 Peta Kelurahan Cepokomulyo.......................................................................................27
3.5. Teori Peta Mental............................................................................................................27
3.6. Faktor Pembeda Peta Mental.........................................................................................28
3.7. Cara Mengukur Peta Mental..........................................................................................29
3.8. Metode Penelitian............................................................................................................30
2.1 Alur Penelitian..................................................................................................................31
....................................................................................................................................................31
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belekang
Banyak terjadi interaksi sosial di permukiman sudah cukup padat menjadi hiburan disaat warga
penat di dalam rumah. Aktivitas interaksi sosial yang terjadi sering kali tak bisa terjadi secara kondusif
karena sering kali lebar penggal jalan /gang dipermukiman padat tidak lebih dari 1,5 - < 3 meter harus
berbagi dengan pengguna kendaraan bermotor yang berlalu lalang dan saluran drainase. Tanpa disadari
jalan ini seolah memiliki fungsi ganda selain sebagai jalur sirkulasi juga sebagai wadah interaksi warga
serta ruang bermain anak yang cukup vital pengaruhnya dalam kualitas kehidupan sosial dalam jalan
kecil ( path ) penggal jalan tersebut. Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan pada Pasal 10 Ayat 4 peraturan tersebut disebutkan bahwa jalan
lingkungan primer menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di
dalam lingkungan kawasan perdesaan. Sedangkan pada Pasal 11 Ayat 4 selanjutnya disebutkan bahwa
jalan lingkungan sekunder menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.
Jalan lingkungan atau lebih dikenal sebagai gang sering menjadi tempat interaksi sosial manusia
dalam kehidupan bertetangga. Interaksi sederhana sekedar menyapa saat berpapasan atau bahkan
obrolan panjang kerap terjadi di penggal jalan ini. Banyak terjadi interaksi sosial di salah satu penggal
jalan di kawasan lingkungan pemukiman. Gang di permukiman kampung kota tidak hanya menjadi
ruang jalan yang berfungsi sebagai sarana sirkulasi untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain
tetapi juga menjadi sarana berbagai aktivitas masyarakat lainnya dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari. Gang merupakan ruang publik terbuka secara responsive, gang dirancang sebagai alur sirkulasi.
Tetapi, gang disini bernilai meaningful karena dipakai berulang kali oleh anak-anak untuk bermain
sepeda dan berlari-larian. Stephen Carr dkk (1992:19) Meskipun lebar jalan tidak cukup comfort untuk
dilalui banyak orang, tetapi jalan pada gang ini dianggap cukup democratic bagi pengguna untuk
berbagai macam kegiatan.
4. Kenyataan tersebut di atasmemunculkan fenomena-fenomena yang penting untuk dikaji karena
multifungsi ruang gang menjadikan jenis jalan ini penuh dengan aktivitas masyarakat sepanjang hari.
Mulai dari terbit fajar hingga tengah malam koridor gang tidak pernah sepi dari aktivitas warga.
Kondisi ini terjadi dikarenakan pada permukiman kampung kota, lahan yang penuh dengan padatnya
penduduk dan bangunan seringkali tidak menyisakan tempat untuk masyarakat melakukan kegiatan-
kegiatan kesehariannya dan ketiadaan ruang publik yang bisa digunakan untuk bersosisialisasi
sehingga keberadaan ruang gang mau tidak mau akhirnya menjadi wadah bagi beragam aktivitas warga.
Penelitian ini dilakukan agar kita sebagai perancang kota dapat memahami bagaimana sebuah ruang
publik khususnya jalan lingkungan dapat dimaknai sesuai fungsi yang direncanakan, ataupun
seandainya terjadi pemaknaan lain, tentunya menjadi pemaknaan yang dapat diprediksi bagaimana
akibat dan penanganannya.
Gang Teratai di RT 06 dan RT 07, RW 01, Kelurahan Cepokomulyo, Kepanjen, Malang, Jawa
Timur, tidak hanya berfungsi sebagai jalan penghubung, namun juga sebagai sarana bersosialisasi
warga, aktivitas ekonomi, rekreasi hingga tempat bermain anak. Kondisi jalur gang menyesuaikan
rumah-rumah warga dengan segala bentuk aktivitasnya, termasuk anak-anak di lingkungan setempat.
Keberadaan Gang Teratai penting untuk dikaji karena multifungsi ruang gang dengan aktivitas
warganya, terutama bagai mana mendapatkan ide kreatif sebagai tujuan mendapatkan inovasi desain
model gang pemukiman kota ramah anak dan ramah lingkungan. Sudah saatnya peran anak
ditingkatkan kualitasnya, terutama dalam mendesign sebuah kota guna meningkatkan kualitas
pendidikan dan karakter sebuah daerah atau bangsa. Agar budaya menghargai beda pendapat dapat
diterapkan. Akibat positifnya budaya harga menghargai, budaya kompromi dan budaya bermufakat
untuk kepentingan bersama bagi kebaikan dapat dikembangkan sejak dini.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang terkait multifungsi ruang gang dengan aktivitas warganya, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
5. 1. Bagaimana karakteristik fisik gang dan aktivitas harian warga kecenderungan prilaku
dalam pemanfaatan ruang gang ramah anak dan ramah lingkungan?
2. Bagaimana desain ruang gang permukiman kampung kota sebagai ruang publik ramah
anak dan ramah lingkungan yang ada pada saat ini?
3. Bagaimana desain ruang gang yang mampu mengakomodir akvitas bermain ramah
anak dan ramah lingkungan tanpa menganggu fungsi utama gang sebagai sarana
sirkulasi milik publik?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan desain model gang permukiman kampung kota sebagai
ruang publik ramah anak dan lingkungan. Tujuan pokok tersebut dirinci dalam beberapa tujuan khusus
seperti berikut:
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik fisik gang dan aktivitas harian warga dalam
pemanfaatan ruang gang.
2. Untuk mengidentifikasi desain ruang gang permukiman kampung kota sebagai ruang
publik ramah anak dan ramah lingkungan yang ada pada saat ini.
3. Menemukan inovasi model gang yang mampu mengakomodir akvitas bermain ramah
anak dan ramah lingkungan tanpa menganggu fungsi utama gang sebagai sarana
sirkulasi milik publik.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
serta kontribusi pemikiran bagi pembuat kebijakan untuk bahan kajian dalam membuat putusan-
putusan bagi perbaikan permukiman kumuh di masa yang akan datang. Secara terinci penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk desain model gang permukiman kampung kota sebagai ruang
publik ramah anak dan lingkungan .
6. 1. Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya di bidang arsitektur lingkungan dan
perilaku dalam hubungannya dengan penggunaan ruang gang sebagai wadah bagi
aktivitas masyarakat di permukiman kampung kota
2. Memberi masukan bagi pengembangan interaksi masyarakat permukiman kampung
kota dengan lingkungannya dan antar anggota masyarakat sendiri, untuk meningkatkan
kehidupan bermukim yang lebih berkualitas.
3. Memberi masukan bagi perencanaan dan perancangan arsitektur perumahan dan
permukiman kampung kota yang berkualitas dan mampu mengakomodasi kebutuhan
karakteristik masyarakat pengguna
7. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Inovasi
Schumpeter (1934) merupakan ahli yang pertama kali mengemukakan konsep inovasi. Ia
mendefinisikan “inovasi” sebagai kombinasi baru dari faktor-faktor produksi yang dibuat oleh
pengusaha dan pemikiran inovasi adalah kekuatan pendorong yang penting (critical driving force)
dalam pertumbuhan ekonomi. Konsep inovasi Schumpeter(1934) melibatkan inovasi produk, inovasi
proses,inovasi pasar,penggunaan bahan baku baru dan mendapatkan bahan baku tersebut dengan cara-
cara dan inovasi pada organisasi. Dengan demikian Schumpter telah meletakkan pondasi dasar teori
mengenai inovasi untuk penelitian selanjutnya.
Yang kemudian oleh beberapa peneliti dilakukan pergeseran fokus dalam penelitiannya, dari
konsep inovasi secara makro bergeser pada konsep inovasi yang lebih mikro. Konsep inovasi makro
ini terkait dengan inovasi yang dilakukan secara makro yang berhubungan dengan pertumbuhan
ekonomi sedangkan konsep inovasi secara mikro terkait dengan inovasi yang dilakukan oleh
perusahaan (Xu dkk., 2006). Dengan berkembangnya inovasi dari sisi fokus penelitian secara makro
oleh para ahli, terdapat dua pendekatan yang berbeda mengenai konsep inovasi yang mereka
kemukakan sebagai pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menciptakan inovasi.
Pendekatan pertama adalah “innovation as a process”, dimana inovasi didefinisikan dengan lebih
menekankan pada proses inovasidalam organisasi dan proses sosial yang menghasilkan inovasisebagai
kreativitas individu (individual creativity), budaya organisasi (organization culture), kondisi
lingkungan (environment context), dan faktor-faktor sosio ekonomi (social and economic factors) (Xu
dkk,2009;Castro dkk, 2011) Pendekatan kedua adalah “innovation as an outcome”, dimana dikatakan
bahwa inovasi adalah produk yang dibuat atau penciptaan produk yang memiliki nilai tambah. Dalam
perspektif inovasi sebagai sebuah hasil (an outcome), inovasi dibagi menjadi dua jenis yaitu inovasi
radikal dan inovasi inkremental , inovasi radikal adalah adanya teknologi yang mendorong inovasi
8. (technology push) dalam menciptakan sesuatu yang baru bagi perusahaan dan juga untuk pasar atau
pelanggan. Inovasi inkremantal (incremental innovation) biasanya dikategorikan sebagai inovasi yang
berorientasi pasar (market pull) karena ide-ide yang didapatkan dalam penciptaan produk baru berasal
pasar, sehingga sering disebut sebagai produk yang berorientasi pasar atau marketable product
(Darroch dan McNAughton, 2002).
Untuk membuat terobosan diatas perlu adanya dukungan untuk menfasilitasi inovasi
1. Kreatifitas,
Kreatifitas adalah sebuah ide, gagasan yang mampu membawa perubahan
dalam sebuah aktifitas kehidupan. Organisasi membutuhkan ide atau gagasan baik
dari internal organisasi maupun eksternal organisasi.
2. Pengetahuan,
Pengetahuan merupakan semua pemahaman relevan yang membawa
individu mengusahakan kreativitas. Sehingga sebuah inovasi akan muncul apabila
kreatifitas dan pengetahuan menjadi satu.
Gambar 1. Inovesi Knowlege
3. Selain kreativitas dan pengetahuan inovasi menuntut berbagai kompetensi pada setiap
tahapan proses
4. Inovasi perlu didorong oleh kebutuhan masyarakat daripada kebijakan dan proses.
9. 2.2 Model
Menurut Eriyatno (1998) model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari
sebuah obyek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak
langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena suatu model adalah
abstraksi dari realitas, pada wujudnya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri. Jadi, model adalah
suatu penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks. Model dikatakan lengkap apabila dapat
mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Model dapat dikategorikan menurut
jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok pengkajian atau derajat keabstrakannya. Jenis model yang ada
dapat dikelompokkan sebagai model ikonik, analog dan model simbolik. Dalam uraian dibawah ini
dijelaskan beberapa model yang termasuk model simbolik atau model matematik. Model menyediakan
cara yang efektif untuk melihat fenomena yang kompleks, yang mungkin tidak mudah dipahami oleh
pengamatan sederhana. Model dapat memberikan informasi dengan biaya lebih rendah
cepat, dibandingkan dengan sistem yang sebenarnya (Askin, Standridge, 1993).
Tujuan penyusunan model adalah antara lain: (a) memahami proses yang terjadi dalam
kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai; (b) model digunakan untuk prediksi dan sangat penting
untuk ketepatan (akurasi) prediksi model; (c) model digunakan untuk menunjang pengambilan
keputusan, untuk dijadikan alat membantu proses pengambilan keputusan (Muhammadi dan Soesilo
2001).
2.3 Desain
Adalah suatu sistem yang berlaku untuk segala jenis perancangan dimana titik beratnya adalah
melihat segala sesuatu persoalan tidak secara terpisah atau tersendiri, melainkan sebagai suatu kesatuan
dimana satu masalah dengan lainnya saling terkait .
10. Gambar 2.3.1.Proses desain menurut Archer
Dari proses perancangan tersebut, Archer mengidentifikasi enam jenis kegiatan yaitu sebagai berikut:
1. Programming menetapkan isu yang penting; mengajukan tindakan pengumpulan data
2. Pengumpulan data; mengklasifikasi dan menyimpan data
3. Analisis mengidentifikasi submasalah; menyediakan spesifikasi perfomansi (atau rancangan);
menaksi ulang program yang diajukan dan memperkirakan
4. Sintesis menyiapkan garis besar proposal rancangan
5. Pengembangan prototype rancangan, menyiapkan dan menjalankan studi validitas
6. Komunikasi menyiapkan dokumen manufaktur
Archer meringkaskan proses ini dengan membagi menjadi tiga fase yaitu analisis, kreatif, dan
pelaksanaan. Beliau menyarankan bahwa salah satu dari keistimewaan proses perancangan adalah fase
analisis yang memerlukan observasi obyektif dan pemikiran induktif sedangkan fase kreatif
memerlukan keterlibatan pendapat subyektif dan pemikiran deduktif. Setelah keputusan dibuat, proses
perancangan dilanjutkan dengan pelaksanaan pengerjaan gambar teknik, jadwal dan lain-lain yang juga
dalam keadaan obyektif dan deskriptif. (Sumber: Rosnani Ginting : Perancangan Produk).
11. 2.4 Jalan Lingkungan atau Gang
2.4.1 Jalan Lingkungan
Adalah jalan yang berada di lingkungan perumahan, atau jalan servis untuk lingkungan
perumahan (Joyopuspito, 1989). Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
34 Tahun 2006 tentang Jalan, jalan lingkungan terbagi lagi atas dua jenis, yaitu jalan lingkungan primer
dan jalan lingkungan sekunder. Pada Pasal 10 Ayat 4 peraturan tersebut disebutkan bahwa jalan
lingkungan primer menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di
dalam lingkungan kawasan perdesaan. Sedangkan pada Pasal 11 Ayat 4 selanjutnya disebutkan bahwa
jalan lingkungan sekunder menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan pada Pasal 12 Ayat
1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan persyaratan teknis jalan dalam pelaksanaan
pembangunan jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk,
persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan
fungsinya dan tidak terputus. Dengan demikian, persyatan teknis jalan secara singkat dapat dikatakan
harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan dan lingkungan. Khusus untuk jalan lingkungan,
dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
disebutkan bahwa jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikir 6,5 meter. Persyaratan teknis jalan
lingkungan primer diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih. Sedangkan jalan
lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih, harus
mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 meter.
Sedangkan untuk persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder dijabarkan dalam Pasal 20
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Disebutkan bahwa
jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 kilometer per jam
dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter. Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder
12. diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih. Sedangkan jalan lingkungan sekunder
yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda tiga atau lebih, harus mempunyai lebar badan
jalan paling sedikit 3,5 meter.
2.4.2 Gang
Adalah jalan lingkungan yang digunakan sebagai sarana sirkulasi untuk keluar-masuk permukiman
Kampung Kota. Gang di permukiman kampung kota tidak hanya menjadi ruang jalan yang berfungsi
sebagai sarana sirkulasi untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain tetapi juga menjadi sarana
berbagai aktivitas masyarakat lainnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Gang di permukiman
kampung-kota tidak hanya menjadi ruang jalan yang berfungsi sebagai sarana sirkulasi untuk
menghubungkan satu tempat ke tempat lain tetapi juga menjadi sarana berbagai aktivitas masyarakat
lainnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari (Ramelan,2007). Sehingga dapat dikatakan gang
merupakan pusat kehidupan sebuah permukiman kampung kota. Dengan mengamati aktivitas, kondisi
sirkulasi dan karakter visual gang pada sebuah permukiman kampung.
Michael Southworth & Eran ben – Joseph (1996:6-7) menjelaskan bahwa jalan-jalan di
lingkungan permukiman tidak hanya berfungsi sebagai akses kendaraan, tetapi sebagai tempat aktivitas
sosial termasuk tempat bermain anak dan tempat rekreasi. J.B. Jackson (dalam Girling dan Helpband,
1994:34) menjelaskan pengertian jalan adalah koridor sirkulasi, tempat orang berjalan, ruang sosial,
dan ruang terbuka utama untuk rekreasi. Lynch (1991:306) berpendapat bahwa jalan jalan juga dapat
berfungsi sebagai identitas yang mencerminkan karakter dari suatu tempat dan menjadi tempat yang
bisa dikenang/ tak terlupakan.
2.5 Permukiman Kampung Kota
2.5.1 Permukiman Kota
(Sudharto, 2005:104). Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan lingkungan di
sekitarnya. Permukiman terdiri dari dua bagian yaitu manusia (baik sebagai pribadi maupun dalam
13. hubungan sosial) dan tempat yang mewadahi manusia berupa bangunan (baik rumah maupun elemen
penunjang lain). Menurut Costantinos A. Doxiadis (1968), terdapat lima elemen dasar permukiman, yakni
alam (nature), manusia (antropos), masyarakat (society), ruang kehidupan (shell), dan jaringan atau sarana
prasarana (networks).
2.5.2 Upaya pemahaman kota
Upaya pemahaman lingkungan perkotaan dapat dijelaskan melalui model kerja yang terdiri
dari lima komponen (Sudrajat, 1984), yaitu: (1) komponen lingkungan perkotaan; (2) ciri-sifat
manusia sebagai pengamat; (3) matra hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan; (4) citra
lingkungan; dan (5) tujuan utama pemahaman lingkungan perkotaan. Lingkungan fisik kota terbentuk
oleh berbagai unsur tiga dimensi: sifat rancangan; lokasi dan kaitan posisi elemen satu dengan elemen
lainnya, merupakan faktor penentu kejelasan ciri-sifat lingkungan tersebut (Sudrajat, 1984).
Meskipun unsur pembentuk lingkungan perkotaan di berbagai tempat pada dasarnya relatif sama, tetapi
susunannya selalu berlainan, sehingga bentuk, struktur dan pola lingkungan yang dapat dipahami dan
dicerna manusia pada tiap lingkungan kota senantiasa berbeda-beda.
2.5.3 Kampung Kota
(Nababan, 2015). Kampung merupakan bagian dari perkotaan yang umumnya tidak dibangun
dengan sengaja oleh perancang kota, namun direncanakan dan dikerjakan sesuai keinginan masing–
masing penghuninya. Sehingga, tentunya ruang publik yang terbentuk dapat menggambarkan
bagaimana aspirasi warga terhadap ruang publik mereka. Kondisi ini terjadi dikarenakan pada
permukiman kampung kota, lahan yang penuh dengan padatnya penduduk dan bangunan seringkali
tidak menyisakan tempat untuk masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan kesehariannya dan ketiadaan
ruang publik yang bisa digunakan untuk bersosisialisasi sehingga keberadaan ruang gang mau tidak
mau akhirnya menjadi wadah bagi beragam aktivitas warga. Kenyataan tersebut di atas memunculkan
fenomena-fenomena yang penting untuk dikaji karena multifungsi ruang gang menjadikan jenis jalan
14. ini penuh dengan aktivitas masyarakat sepanjang hari. Mulai dari terbit fajar hingga tengah malam
koridor gang tidak pernah sepi dari aktivitas warga.
2.6 Pengertian Lingkungan Ramah Anak
2.6.1 Lingkungan
Lingkungan menurut Sartain dibagi menjadi 3 bagian, yakni lingkungan alam/luar, lingkungan
dalam dan lingkungan social/masyarakat. Dalam konteks pendidikan anak usia dini yang harus
diciptakan adalah lingkungan yang menyenangkan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
optimal. M Agung Hidayatullah dalam Nadwa :Jurnal Pendidikan Islam memaparkan karakteristik
lingkungan menyenangkan menurut pemikiran Montessori, sebagai berikut (Hidayatullah, 2014: 144-
146):
1. Accessibility and availability (mudah diakses dan tersedia). Kebanyakan anak
menyukai area terbuka yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas individu maupun
kelompok. Montessori menganjurkan pula bahwa taman atau area terbuka hendaknya
memiliki area tertutup juga, sehingga memungkinkan untuk digunakan anak dalam
berbagai cuaca. Organisasi materi atau alat-alat, aktivitas, dan kesibukan lain juga
merupakan aspek lingkungan menyenangkan yang menawarkan ketersediaan dan
kemudahan akses. Secara umum, tiap-tiap aktivitas memiliki areanya yang mendukung
anak untuk bebas memilih.
2. Freedom of movement and choice (ada kebebasan bergerak dan memilih). Terkait
dengan hal ini, guru hendaknya memiliki rasa percaya dan hormat kepada anak. Anak
akan bisa menentukan pilihan yang “tepat” jika ia memiliki kesempatan untuk bergerak
ke mana pun yang ia suka, dan menemukan apa yang ia butuhkan untuk memuaskan
dirinya. Untuk poin kedua ini, Montessori merasa, “...there must be freedomwithin the
prepared environment to develop his physical, mental, and spiritual growth.”
15. 3. Personal responsibility (penuh tanggung jawab personal). Pemberian kebebasan perlu
didukung dengan pelatihan sikap bertanggung jawab kepada anak. Sikap ini bisa
dibentuk misalnya dengan melatih seorang anak untuk mengembalikan mainan atau
sarana belajar ke tempatnya semula. Anak juga dilatih untuk memiliki kesadaran sosial,
yakni kemampuan untuk berbagi dengan sesama
4. Reality and nature (nyata dan alami). Model nyata seperti benda 3D (tiga dimensi)
dianggap lebih representatif daripada 2D (dua dimensi). Misalnya, penggunaan
kerangka tubuh manusia berbentuk 3D akan lebih mudah dicerna oleh anak
dibandingkan gambar 2D. Contoh lainnya, keberadaan kubus 3D akan lebih mudah
dipahami daripada gambar kubus 2D. Kesan alami akan tampak ketika anak diberikan
kesempatan lebih untuk bereksplorasi melalui berkebun, kelas alam, dan segala
aktivitas yang bersentuhan langsung dengan alam. Kelas indoor pun akan terlihat lebih
alami ketika dihiasi dengan bunga atau tanaman yang asli, bukan buatan.
5. Beauty and harmony (indah dan selaras). Aspek keindahan bisa diperoleh misalnya dari
dekorasi ruangan yang sederhana, artinya tidak berlebihan dan tidak mengalihkan
perhatian anak. Sedangkan kesan selaras bisa didapat dari ketepatan pengorganisasian
ruang belajar. Montessori menyarankan agar ruang kelas tidak terlalu sunyi, tetapi juga
tidak ramai atau semrawut. Sebagaimana yang ada di Casa Dei Bambini, ruang kelas
bagi anak usia 3-6 tahun di sana dinilai menyenangkan, sehingga anak bisa santai dan
merasa seperti di rumah sendiri.
Adalah lingkungan sosial bagi perkembangan anak. Menurut Urin Bonfrenbrenner, seorang pakar
perkembangan mengatakan bahwa, anak-anak berkembang dipengaruhi oleh konteks sosial dalam kehidupa n
anak-anak. Lingkuangan atau Ruang publik menurut teori ekologi ditempatkan sebagai mesosistem, yakni ruang
kolektif di mana anak-anak melaksanakan tugas-tugas perkembangannya di luar rumah. Ruang kolektif ini sangat
menentukan kualitas perkembangan anak, sehingga ruang publik adalah bagian penting dari pembentukan kualitas
16. sosial perkembangan anak di luar rumah. Ruang publik berupa taman bermain adalah suatu lingkungan yang
penting bagi anak-anak untuk bermain dan bergaul dengan teman sebaya mereka.
a. Aktivitas anak-anak pada taman bermain akan lebih hidup jika pada taman bermain dilengka pi
dengan fasilitas bermain yang aman dan nyaman sehingga anak-anak merasa senang dan
menikmati waktu mereka. Meskipun aman dan nyaman, pengawasan orang tua tetapdibutuhka n
untuk memastikan bahwa anak-anak tersebut dijaga sehingga aman. Mengawasi anak secara
langsung atau bahkan bermain dengan anak adalah suatu kesempatan bagi orang tua untuk
mengakrabkan diri sekaligus menjalankan kewajiban orang tua untuk mendidik anak.
Pengawasan orang tua menjadi hal yang penting dan merupakan salah satu persyaratan ruang
publik ramah anak. Perlindungan anak diusahakan oleh setiap orang, orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah maupun negara. Sesuai dengan Undang- Undang No. 35 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelengga raa n
perlindungan anak. Kalau kita merujuk kembali ke Undang-Undang Perlindungan Anak No 35
Tahun 2014 dan peraturan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
berikut ini adalah beberapa hak anak yang dapat terpenuhi dengan adanya taman bermain yang
ramah anak
1. Anak dapat bertemu dan bermain bersama teman-temannya
2. Anak aman bermain di taman ini
3. Merupakan ruang hijau dan pohon-pohonnya berfungsi membersihkan udara
4. Semua orang bisa mengakses taman karena tidak dikenakan biaya masuk
5. Menjadi sarana berkegiatan bersama keluarga (membantu orang tua
melaksanakan kewajiban orang tua untuk mengasuh dan mendidik
anak, pasal 26, Perkembangan ruang ramah anak tidak membutuhkan
modal besar, hanya sebuah taman yang dilengkapi sarana permainan
17. anak dan berbagai jenis pohon dan tanaman sebagai vegetasi yang
dapat menyejukkan dan memberi rasa nyaman.
2.6.2 Anak
Pengertian anak menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak tercantum dalam
Pasal I butir I menyatakan bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas
tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Anak merupakan potensi generasi penerus
bangsa, anak juga merupakan potensi sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Untuk itu
anak memerlukan pembinaan dan perlindungan agar kelak menjadi penerus bangsa yang handal. Hal
seperti ini menunjukkan bahwa anak adalah investasi bagi peradaban bangsa, maka haruslah
diperhatikan pendidikan serta hak-haknya. Orang tua memiliki tugas yang amat penting dalam menjaga
dan memperhatikan hak-hak anak. Jika hak anak terpenuhi, maka anak akan tumbuh dengan sempurna,
sehat jasmani dan rohani sehingga dapat menjadi generasi penerus bangsa.
Anak adalah mereka yang berusia antara 0-16 tahun (ILO). Sedangkan dalam sebuah
perkuliahan tahun 2002, ahli perancangan kota dan sosiolog perkotaan dari Universitas Indonesia ,
Prof. Gunawan, M. Arch menyatakan Anak adalah seseorang yang masih harus dibina dan diajarkan.
Anak adalah bagian termuda dalam sebuah keluarga namun memiliki energi dan tenaga yang luar biasa,
pada masa pertumbuhannya. Karena itu anak harus diberikan ruang bermain dan belajar yang bebas
untuk menyalurkan energi dan tenaganya yang luar biasa. Karena kadang kekuatannya tidak dapat
dibayangkan oleh orang dewasa maupun oleh orang tuanya sekalipun. Karena itu dalam merencanakan
sebuah kota maupun ruang publik hendaknya ada ruang khusus untuk seorang anak dalam menyalurkan
energinya yang luar biasa. Usia dini merupakan usia yang paling peka bagi anak, sehingga usia ini
menjadi titik tolak paling strategis untuk mengukir kualitas seorang anak di masa depan. Anak kaya
akan daya khayal, pikir, rasa ingin tahu dan kreativitas yang tinggi (Ismail, 2009: 115).
Anak-anak tidak terlepas dari kompleksitas permasalahan sosial, salah satunya kurang/ tidak
terpenuhinya hak asasi mereka. Padahal anak adalah penduduk usia muda yang memiliki potensi yang
18. harus dikembangkan an dipenuhi kebutuhan serta hak-haknya seperti layaknya penduduk dewasa.
Dalam undangundang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dijelaskan bahwa hak anak
adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara (UU No 23 Tahun 2002). Kebijakan ini berlandaskan
Konvensi Hak Anak tahun 1989 dan Deklarasi Dunia yang Layak untuk Anak (world fit for children).
Hak anak yang perlu diperhatikan dan dijamin oleh pemerintah sebagaimana tersebut dalam Konvensi
Hak Anak antara lain hak untuk tempat tinggal, hak untuk mendapatkan keleluasaan pribadi, hak untuk
mendapatkan rasa aman, hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, hak untuk bermain, hak untuk
mendapatkan pendidikan, dan hak untuk memperoleh transportasi umum.
2.6.3 Lingkungan ramah anak
Pada dasarnya, menurut teori belajar behaviorisme, perubahan atau perkembangan perilaku
manusia terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis (Latif, 2014: 73). Oleh
karena itu lingkungan yang diorganisasikan akan dapat memberikan stimulus yang baik, sehingga
pengaruh dari stimulus tersebut dapat memberikan respon dan hasil yang diharapkan. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara garis besar faktor-faktor
tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktor internal (dari dalam) dalam hal ini ada genetik
atau bawaan dan faktor eksternal (lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil
interaksi dua hal tersebut (Chamidah, 2009:85). Selain itu faktor nutrition atau gizi juga sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.
Ketika berbica anak-anak, yang ada dalam bayangan adalah mahluk yang belum memiliki daya
sehingga membutuhkan perlindungan dan menyediakan segala kebutuhan untuk memastikan
kehidupan mereka aman dan nyaman (Tim Noura Books and Taman Gagasan Anak, 2015: 43). Pada
anak usia dini memang masih rentan sehingga masih memerlukan perlindungan orang tua. Namun ada
baiknya pula melihat potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh anak-anak sehingga fasilitas yang
disediakan dapat menumbuhkan bakat anak serta mengoptimalkan perkembangan anak usia dini.
19. Bukan sebaliknya mematikan potensi anak usia dini karena perlindungan yang berlebihan yang
dilakukan oleh orang tua Tim Noura Books and Taman Gagasan Anak, 2015: 44). Dalam pendidikan
anak usia dini, penciptaan lingkungan yang menyenangkan akan sangat membantu proses stimulasi
perkembangan anak. Bahkan lingkungan dapat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri atau
kepribadian seseorang (Purwanto, 2004).
Konsep lingkungan ramah anak, sudah sejak lama ada. Karena isyu ini telah menjadi isyu
sentral di kota – kota besar lainnya di Indonesia, bahkan di dunia sejak beberapa tahun terakhir.Jika
dihubungkan dengan konsep kota yang ideal Kevin Lynch, salah seorang ahli perkotaan menyatakan :
Kota yang baik adalah kota yang bisa memberikan akses kemudahan, kenyamanan, keamanan dan adil
bagi seluruh warganya serta dapat meningkatkan vitalitas, sumber daya serta potensi yang ada di
masyarakat dan wilayah. Dalam pengertian yang lebih rinci dapat dinyatakan bahwa apa yang
dinyatakan oleh Kevin Lynch yakni termasuk kebutuhan anak dalam bermain dan belajar. Adapun
setiap lingkungan menunjukkan adanya sifat dapat dinikmati dan diakses oleh semua pihak tanpa
terkecuali, tanpa memperhatikan gender, usia, ataupun kemampuan fisik penggunanya. Oleh karena
itu, sudah sewajarnya jika lingkungan harus mampu merespon kebutuhan penggunanya melalui desain
yang sesuai atau responsive (Widiyanto, , 2012: 211-216)
Di Indonesia sendiri, konsep kota layak anak sudah terakomodasi dalam satu Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2009 mengenai Kebijakan Kabupaten/Kota Layak
Anak. Di dalam Peraturan Menteri tersebut diketahui bahwa terdapat indikator kota layak anak di
Indonesia, antara lain kesehatan, pendidikan, perlindungan, infrastruktur, lingkungan hidup dan
pariwisata. Indikator-indikator tersebut menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
di atas merupakan indikator umum.
20. 2.7 Ramah Lingkungan
Permasalahan lingkungan kini menjadi hal yang tidak lepas dari perhatian masyarakat dunia.
Masalah tersebut terjadi karena rusaknya lingkungan dan tidak dapat mendukung kehidupan manusia.
Masyarakat kini dituntut untuk melakukan perubahan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini merugikan
lingkungan demi mendapatkan lingkungan yang baik kembali. Penghargaan terhadap lingkungan
didefinisikan Amyx et al., dalam Shellyna (2005) sebagai suatu derajat di mana seseorang
mengekspresikan kepeduliannya pada isu-isu ekologikal. Dengan kata lain, seberapa besar konsumen
memandang perilaku yang mendukung keberlangsungan lingkungan sebagai sesuatu yang penting bagi
dirinya maupun masyarakat pada umumnya. Seringkali seseorang secara individual merasa tidak
nyaman dan tidak mudah melakukan suatu kegiatan yang mendukung lingkungan. Misalnya mereka
merasa bahwa daur ulang sangat penting bagi masyarakat pada jangka panjang, namun secara personal
mereka tetap membeli barang-barang dengan kemasan anorganik karena kemudahan dan kepraktisan.
Hal ini menjelaskan bahwa persepsi ketidakmudahan daur ulang mempengaruhi tindakan mereka
(Shellyna, 2005).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robbert dan Straughan dalam Shellyna (2005)
menunjukan bahwa segala sesuatu yang dipersepsikan konsumen tentang lingkungan akan memberikan
wawasan terbesar pada kesadaran konsumen akan lingkungan. Lebih spesifik lagi, untuk memahami
pergerseran lingkungan dari suatu Negara dengan melihat titik awal bagaimana masyarakat konsumen
merefleksikan perilaku konsumen pada permasalahan yang berkaitan dengan keramahan lingkungan
yang menjadi semakin hijau. Mayoritas konsumen menyadari bahwa perilaku pembelian mereka secara
berpengaruh pada berbagai permasalahan ecological. Konsumen beradaptasi dengan situasi ini dengan
mempertimbangkan isu lingkungan ketika berbelanja dan melalui perilaku beli mereka (Laronche et
al.,) dalam Shellyna (2005).
21. 2.7.1 Pengetahuan Ramah Lingkungan
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan
menjadi lingkungan biotik dan abiotik.
1. Unsur Hayati (Biotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di
kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika
berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau
sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang
merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk
sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai
dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak
hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik
sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi.
Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang
dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara
wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan
musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
Pengetahuan Lingkungan berkaitan dengan pengetahuan umum tentang fakta-fakta, konsep,
dan hubungan tentang lingkungan alam dan ekosistem (Fryxell dan Lo, 20030 dalam Purnomo, 2014).
Ini melibatkan apa yang orang tahu tentang lingkungan dalam hal bagaimana produk yang dihasilkan,
bagaimana ini mempengaruhi lingkungan, dan bagaimana tanggung jawab kolektif diperlukan untuk
pembangunan berkelanjutan (Kaufmann etal., 2012 dalam Purnomo, 2014). Pengetahuan konsumen
22. lingkungan termasuk efek rumah kaca, pengelolaan limbah, limbah berbahaya dan bahan daur ulang.
Jika konsumen memiliki pengetahuan tentang penyebab dan dampak terhadap lingkungan, tingkat
kesadaran mereka akan meningkat dan berpotensi akan mempromosikan sikap yang menguntungkan
terhadap produk hijau (Cox, 2008; D' Souza et al., 2006).
Pengetahuan dikenal sebagai karakteristik yang mempengaruhi semua fase dalam proses
pengambilan keputusan, secara spesifik pengetahuan adalah konstruk yang relevan dan penting yang
mempengaruhi bagaimana konsumen mengumpulkan dan mengatur informasi (Alba dan Hutchinson,
1987)seberapa banyak informasi digunakan untuk pembuatan keputusan (Bruck,1985 dalam Laroche
et al., 2001) dan bagaimana konsumen mengevaluasi produk dan jasa (Murray dan Schlcater, 1990
dalam Laroche et al., 2001). Menurut Xiao dan Hong (2010) dalam Trikrisna dan Rahyuda (2014)
bahwa pengetahuan ramah lingkungan konsumen diukur dengan: 1)Pengetahuan tentang global
warming, 2) Pengetahuan tentang tumbuhan, 3) Pengetahuan tentang produk perusak lingkungan.
Pengukuran yang digunakan dengan skala likert (sangat setuju- sangat tidak setuju). Menurut Zsoka
et al (2013) pengetahuan lingkungan bermakna pengetahuan dan kesadaran tentang permasalahan
lingkungan dan solusinya. Pada umumnya dimensi paling penting dari kesadaran lingkungan setiap
individu adalah pengetahuan lingkungan, nilai-nilai, kesediaan untuk bertindak dan perilaku aktual
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk elemen niat dan situasi.
Kualitas lingkungan. Berhubungan dengan dua unsur yaitu fisik dan nonfisik. Unsur fisik
menyangkut masalah eko-sistem, iklim mikro, topografi dan aspek psikologis. Sedangkan unsur non-
fisik menyangkut sesuatu yang kontekstual dari suatu tempat yaitu kehidupan sosial-budaya, ekonomi
dan bahkan politik. Unsur non-fisik memegang peranan penting dalam pembentukan ruang. Bahkan
pada kenyataannya lingkungan binaan yang terbentuk (unsur fisik) merupakan perwujudan fisik dari
pengaruh-pengaruh non-fisik. (English Partnerships, Space for Growth: Environmental Quality
Matters)
23. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Peta Mental
(Mental map) Peta mental (Mental map) atau biasa juga disebut peta kognitif secara sederhana
dapat diartikan sebagai citra manusia terhadap ruang tempat hidupnya (lingkungan geospasial). Dalam
papernya, Golledge & Garling (2002, hlm. 2) menyatakan bahwa: “cognitive maps thus are the
conceptualmanifestationsof place-based experience and reasoningthatallowsone to determine where
one is at any moment and what place-related objects occur in that vicinity or in surrounding space.”
"Dengan demikian, peta kognitif adalah manifestasi konseptual dari pengalaman dan penalaran
berbasis tempat yang memungkinkan seseorang untuk menentukan di mana seseorang berada setiap
saat dan objek apa yang terkait dengan tempat terjadi di sekitar itu atau di ruang sekitarnya." Pemetaan
Kognitif merupakan proses mental yang berisikan serangkaian transformasi psikologis dari informasi
yang diterima, dikategorikan atau dibuat kode, disimpan, disampaikan dalam suatu deskpripsi
mengenai suatu lokasi fenomena yang memberikan tanda pada lingkungan spasial atau dalam
kehidupan sehari-hari. Sehinga pemetaan kognitif sering disebut juga peta mental, atau model kognitif,
atau model mental
3.2. Informasi dalam Pemetaan Kognitif
Perencanaan yang baik dan mudah dikontrol lingkungannya, akan memudahkan dalam
pembentukan pemetaan kognitif. Perencanaan perumahan perlu mempertimbangkan pembentukan
pemetaan kognitif penghuni, termasuk anakanak. Demikian pula dengan perencanaan kota perlu
mempertimbangkan kemudahan pembentukan pemetaan kognitif bagi penghuni kota dan pendatang,
salah satu caranya adalah membuat pengelompokan kegiatan (CLUSTERING). Namun demikian,
faktor kebiasaan, kondisi demografis, status sosial ekonomi penduduk perlu mendapatkan perhatian
dalam perencanaan.
24. Informasi yang digunakan dalam pemetaan kognitif, meliputi beberapa hal, yaitu: Tempat,
merupakan suatu tempat tujuan dan awal di mana perilaku. Hubungan spasial antartempat. Apabila
seseorang sudah dapat mengetahui lokasi tujuannya, maka ia menghubungkan dengan tempat ia berada.
Rencana perjalanan (rute). Setelah menghubungkan kedua tempat, yaitu tempat tujuan dengan tempat
awal ia akan melakukan perjalannnya, maka ia akan membuat rencana perjalannya atau jalur (rute)
manakah yang akan dilalui. Landmark merupakan penciri yang terdapat dalam suatu ruang yang
kemudian diproses dalam pemetaan kognitif. Menurut Rapoport (1982), kognisi adalah cara yang
digunakan manusia untuk menjelaskan bagaimana manusia memahami, menyusun dan mempelajari
lingkungan dan menggunakan petapeta mental untuk menegosiasikannya. Berdasarkan definisi
tersebut, yang ada pada individu manusia sebenarnya satu sistem kognisi. Sistem tersebut merupakan
hasil proses kognitif yang terdiri dari kegiatan-kegiatan : 1). Persepsi; 2). Imajinasi; 3). Berfikir
(thinking); 4). Bernalar (reasoning); dan 5). Pengambilan keputusan.
3.3. Pengertian Geospasial
3.1.1 Geospasial
UU No. 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial pasal 1-4 menerangkan, spasial adalah aspek
keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak, dan posisinya. Geospasial atau ruang
kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau
kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem
koordinat tertentu. Data Geospasial yang selanjutnya disingkat “DG”, adalah data tentang lokasi
geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada
di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi. Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG
adalah DG yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan,
pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian.
3.1.2 Pentingnya Informasi Geospasial Dalam Pembelajaran Geografi
25. Menurut Partoso Hadi, pemanfaatan informasi geospasial merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran geografi. Karena dalam pembelajaran geografi selalu mengutamakan pemahaman spasial
karena itu merupakan salah satu ciri khas dibandingkan dengan pelajaran lain. Lebih lanjut Partoso
Hadi juga menerangkan, kurikulum sebagai acuan utama dalam pembelajaran, penerapannya perlu
diupayakan sesuai dengan kaidah dan esensi Ilmu Geografi itu sendiri. Seperti diketahui obyek material
geografi terbentang dari litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer sampai antroposfer. Kajian geografi
terhadap obyek materialnya tersebut, harus selalu dilakukan dari sudut pandang spasial, dari perspektif
spasial. Dengan demikian penguasaan terhadap sumber informasi muka bumi menjadi mutlak
diperlukan. Sumber tersebut dapat berupa sumber primer, dengan pengamatan, observasi, pengukura n,
pencacahan langsung terestrikal maupun dari sumber sekunder, termasuk menyadap informasi dari
dokumen geospasial yang ada.
Dengan demikian, peta mental merupakan sebuah konsep sebagai manifestasi dari pengalaman
manusia terhadap suatu tempat, ruang atau lokasi beserta dengan unsur-unsur yang ada pada tempat
tersebut, baik berupa unsur fisik maupun unsur sosial, ataupun unsur yang bersifat statis serta unsur
yang bersifat dinamis, dikenal sebagai lingkungan geospasial. Oleh karena itu, peta mental ini bersifat
abstrak karena berada dalam kerangka kognitif yang umumnya divisualisasikan melalui sketsa
(gambar) atau dideskripsikan dalam bentuk narasi. Pada dasarnya peta mental yang baik adalah yang
informatif.
Peta mental dikatakan informatif jika mudah dibaca dan memiliki detail baik. Adapun karakteristik
peta mental yang dijadikan indikator variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
26. 3.4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Kelurahan Cepokomulyo yang terletak di jalan (gang) TerataiRT.06 –
RT.10 RW.01 Kelurahan Cepokomulyo Kepanjen Malang. pada koordinat 8°07'59.2 LU dan
112°34'05.7" BT. Lokasi penelitian dapat dilihatpada lampiran.
Panjang jalan : 250 M’
27. Gambar 3.4 Peta Kelurahan Cepokomulyo
3.5. Teori Peta Mental
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian mengenai Mental Mapping (Peta Mental).
Definisi dan teori mengenai peta mental kali pertama dirintis oleh seorang ahli geografi bernama
Roger Downs yang bekerja sama dengan seorang ahli psikologi bernama David Sea pada tahun 1973.
Menurut Roger Downs dan David Sea mendefinisikan bahwa peta mental (mental map) merupakan
proses yang memungkinkan seseorang mengumpulkan, mengorganisasikan, menyimpan dalam
28. ingatan, memanggil, dan menguraikan kembali informasi mengenai lokasi relatif serta tanda-tanda
mengenai lingkungan geografis. Sedangkan Menurut Kitchin, Pemetaan kognitif menggambarkan
pernikahan antara tata ruang dan lingkungan tion cogni- - representasi mental pengetahuan spasial dan
proses internal yang mengilhami lingkungan dengan makna (Kitchin, 1994).
Tuan, (1975) dalam jurnal “Mental mapping the „creative city” Pemetaan kognitif adalah
bidang multidisiplin dan karena itu, istilah dipertukarkan termasuk 'peta mental "secara teratur berlaku.
Dalam konteks studi khusus ini, pemetaan mental yang merupakan sarana untuk memunculkan
manifestasi fisik dari peta kognitif individu, atau presentasi ulang grafis dari tempat (Tuan, 1975).
Menurut Lynch, 1960; Kitchin, 1994; Matei et al., 2001). Peta Mental (Mental Mapping),
atau peta sketsa, seperti yang juga dikenal, biasanya tangan digambar di per-pasien. Gambar yang
dihasilkan memberikan indikasi pentingnya bahwa tanda lahan tertentu bermain di orientasi dan
akibatnya, pembentukan seseorang imajinasi geografis tion (Lynch, 1960; Kitchin, 1994; Matei et
al., 2001).
Menurut Vajjhala, 2005 Pemetaan Mental juga dapat dilakukan pada peta dasar yang terdiri
dari lapisan dasar dari landmark atau rute, seperti yang ditemukan pada peta topografi, direktori jalan
dan di-mobil sistem GPS. Peta dasar ini berlabel memiliki keuntungan yang berbeda di ranah GIS lebih
peta mental bentuk yang unik karena mereka dapat dengan mudah georeferensi untuk sistem koordinat
umum (lihat Matei et al, 2001;. Vajjhala, 2005).
Menurut Willem Sulsters
3.6. Faktor Pembeda Peta Mental
Setiap orang akan memiliki peta mental yang berbeda-beda. hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut :
29. 1. Gaya Hidup Gaya hidup seseorang akan berpengaruh terhadap peta mental yang dimilikinya.
Pengaruhnya terhadap tempat-tempat yang pernah diketahui atau didatanginya. Misalnya,
teman kamu yang selalu diantar jemput kesekolah tidak akan mengetahui rute angkutan yang
menuju kesekolahnya.
2. Keakraban dengan Lingkungan Jika kamu mengenal lingkungan sekitarmu dengan baik, akan
semakin luas, semakin kaya, dan semakin rinci peta mentalmu.
3. Keakraban Sosial Semakin pandai kamu bergaul, semakin banyak tempat baru yang akan kamu
kunjungi.hal ini berarti, kamu akan semakin mengenal wilayah-wilayah lain diluar
lingkunganmu sendiri.
3.7. Cara Mengukur Peta Mental
Peta mental seseorang dapat diukur melalui aspek-aspek sebagai berikut.
1. Tanda-tanda yang mencolok (landmarks), yaitu bangunan atau benda-benda alam yang dapat
dibedakan dari sekelilingnya dan dapat dilihat dari jauh. Misalnya, gedung, patung,tugu,
jembatan, jalan layang, pohon, penunjuk jalan, sungai dan lampu lalu lintas.
2. Jalur-jalur jalan (paths) yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain.
3. Titik temu antar jalur (nodes) misalnya pertigaan atau perempatan.
4. Batas-batas wilayah (edges) yang membedakan satu wilayah dan wilayah lainnya. Misalnya,
kompleks perumaan dibatasi oleh sungai.
5. Distrik, yaitu wilayah-wilayah homogen yang berbeda dari wilayah-wilayah lain. Misalnya,
pusat perdagangan ditandai oleh bangunan bertingkat dengan lalu lintas yang padat.
Dengan menggunakan kelima unsur tersebut, seseorang akan mudah menggambar sketsa wilayah,
misalnya lokasi rumah atau sekolah. Namun, kedetailan sketsa tersebut sangat bergantung pada
kekuatan peta mental yang terdapat pada setiap orang dan seberapa sering orang tersebut berinteraksi
dengan lingkungan sekitar.
30. 3.8. Metode Penelitian
Metode penelitian mempunyai peranan penting dalam upaya menghimpun data yangdiperlukan dalam
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan peta mental tentang pengetahuan terhadap Jalan (gang)
Teratai RT.06 – RT.10 RW.01 Kelurahan Cepokomulyo Kepanjen Malang. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian adalah metode survey. Metode penelitian survey
adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untukmengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau
individu dalamwaktubersamaan . Metode Mental Mapping digunakan Untuk mengetahui penanda (Land
Mark) Adapun pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Peta mental (mental map) merupakan proses yang memungkinkan seseorang mengumpulkan,
mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, dan menguraikan kembali informasi mengenai
lokasi relatif serta tanda-tanda mengenai lingkungan geografis (Roger Downs dan Davi Sea, 1973). Pada
dasarnya peta mental yang baik adalah yang informatif. Peta mental dikatakaninformatif jika mudah dibaca
dan memiliki detail baik.
Gambar.3.2 Citra Googele Map