SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
29
Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT LAMALERA:
Sebuah Ekspresi Hubungan Manusia Dengan Laut
Nendah Kurniasari dan Elly Reswati
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260
Telp. (021) 53650162, Fax. (021)53650159
Diterima 11 Mei 2011- Disetujui 29 November 2011
ABSTRAK
Makalah ini bertujuan melihat kearifan lokal yang dibentuk oleh sebuah masyarakat nelayan dilihat dari perspektif psikologi
lingkungan. Makalah ini merupakan studi literatur, dimana informasi diperoleh dengan cara mengkaji literatur yang terkait dengan
teori-teori adaptasi lingkungan, kearifan lokal serta kehidupan masyarakat Lamalera. Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat
Lamalera mengenai norma berburu paus telah berusia ratusan tahun. Kearifan itu merupakan perbauran yang kental antara tradisi
dan ajaran Katolik. Kearifan yang muncul tidak hanya menjaga kelestarian dan kesimbangan ekosistem laut namun juga menjaga
keseimbangan dalam berhubungan dengan sesama warga masyarakat. Keseimbangan alam tersebut terancam ketika Pemerintah
Daerah mengeluarkan ijin untuk penambangan emas. Kearifan lokal yang muncul sabagai reaksi dari adanya stimulus ini adalah
penolakan terhadap penambangan emas di Lamalera dengan alasan akan merusak keseimbangan ekosistem yang mengakibatkan
terputusnya ikatan mereka dengan para leluhur yang selama ini telah menjaganya.
Kata kunci: kearifan lokal, Lamalera, paus, masyarakat pesisir
PENDAHULUAN
Kearifan lokal dalam beberapa dasawarsa terakhir
ini mendapatkan perhatian besar dari berbagai kalangan
terutama lembaga-lembaga swadaya masyarakat
dan pemerhati lingkungan. Beberapa pemerintah
daerah pun mulai menggali kearifan lokal yang dimiliki
daerahnya. Ketertarikan ini disebabkan karena semakin
dominannya dampak dari modernisasi yang melahirkan
konsekuensi-konsekuensi yang merugikan. Konsekuensi
dari eksploitasi sumber daya alam yang tak terkendali
akan mengakibatkan degradasi lingkungan hidup, tidak
terkecuali lingkungan laut.
Arus modernisasi dan globalisasi yang melanda
setiap daerah sampai ke pelosok-pelosok negeri,
menjadikan pembuat kebijakan dan para pemerhati
lingkungan mencoba berbagai cara meminimalisasi
kemungkinan dampak yang muncul. Salah satu harapan
tertumpu pada kearifan-kearifan terhadap lingkungan
yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Kearifan lokal diharapkan dapat mengatasi
ancaman degradasi lingkungan karena kearifan lokal
merupakan dimensi budaya dan sosial yang lahir dalam
kehidupan bermasyarakat yang telah berlangsung secara
turun temurun. Kearifan lokal dapat menjelma dalam
berbagai bentuk seperti ide, gagasan, nilai, norma dan
peraturan dalam ranah kebudayaan, sedangkan dalam
kehidupan sosial dapat berupa sistem religius, sistem
dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan,
sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi
dan peralatan (Koentjaraningrat, 1964).
Identifikasi kearifan lokal masyarakat nelayan
harus lebih difokuskan kepada permasalahan yang
menyangkut isu global dan sekaligus mempunyai
pengaruh yang cukup besar bagi keberlangsungan hidup
masyarakat local (Coremap, 2005). Salah satu contoh
kearifan lokal yang berkaitan dengan dua hal tersebut
adalah prosesi penangkapan paus yang dilakukan oleh
masyarakat Lamalera. Di satu sisi paus merupakan
mamalia yang termasuk dalam daftar hewan yang
dilindungi karena jumlahnya yang semakin menyusut.
Namun di lain pihak, paus bagi masyarakat Lamalera
merupakan sumber kehidupan utama. Hans (2008)
mengatakan bahwa masyarakat Lamalera menyadari
bahwa tanpa ikan paus mereka tidak bisa hidup. Karena
merupakan sumber kehidupan inilah, maka dengan
kerifan lokal yang telah ada sejak ratusan tahun,
mereka berusaha melestarikan paus dengan menjaga
keseimbangan ekosistem laut dan peisisir.
Penggambaran kehidupan nelayan Lamalera yang
sarat akan sejumlah kearifan lokal membawa pesan
bagi masyarakat lain dalam rangka menyelesaikan
permasalahan-permasalahan lingkungan di daerahnya,
sehingga generasi mendatang akan menerima warisan
alam dengan kondisi yang semestinya mereka terima.
PERILAKU MANUSIA DAN KEARIFAN LOKAL
Psikologi lingkungan merupakan bagian bari ilmu
psikologi yang mempelajari hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Lebih jelas Veitch dan Arkkelin
(1995) mendefinisikan Psikologi Lingkungan sebagai
a behavioral science that investigates, with an eye
toward enhancing, the interrelationships between the
physical environment and human behavior. Pengertian
senada disampaikan oleh Holahan (1982), bahwa
psikologi lingkungan adalah bidang psikologi yang
meneliti hubungan timbal balik antara lingkungan fisik
dengan tingkah laku dan pengalaman manusia. Kedua
30
Nendah Kurniasari dan Elly Reswati
pengertian tersebut memposisikan prilaku manusia dan
kondisi lingkungan sebagai sentral dalam pembahasan
permasalahan lingkungan.
Perilaku manusia sebagaimana dikemukakan
dalam Gestalt disebabkan oleh proses-proses
persepsi, sehingga mempelajari proses persepsi dan
kognisi manusia menurutnya lebih penting daripada
mempelajari prilaku yang tampak (overt behaviour).
Sementara itu teori medan dari Kurt Lewin merupakan
teori yang menerangkan hubungan manusia dengan
alam. Lewin mengemukakan formula B = f(E,O),
bahwa perilaku manusia merupakan fungsi dari
lingkungan dan organisme. Teori ekologi ini mempunyai
asumsi dasar yaitu a) prilaku manuisa terkait dengan
koteks lingkungan, b) interaksi timbal balik yang
menguntungkan antara manusia dengan lingkungan, c)
interaksi manusia-lingkungan bersifat dinamis, dan d)
interaksi manusia – lingkungan terjadi dalam beberapa
level dan tergantung pada fungsi. Salah satu teori yang
didasarkan pada pandangan ekologis adalah behaviour
setting (seting perilaku).
Teori behaviour setting mengandung premis
utama yaitu kesesuaian antara rancangan lingkungan
dengan perilaku yang diakomodasikan dalam lingkungan
tersebut. Sehingga, dimungkinkan adanya pola-pola
perilaku yang telah tersusun yang dikaitkan dengan
setting tempat. Pada dasarnya pola-pola ini merupakan
bagian dari proses adaptasi terhadap setting yang
ada. Teori ini lebih menekankan pada uniformitas atau
perilaku kolektif. Hubungan antara manusia-lingkungan
lebih dijelaskan dari sisi sifat atau karakteristik
sosial seperti kebiasaan, aturan, aktifitas tipikal, dan
karakteristik fisik.
	 Dalam konteks kehidupan sosial, maka
teori ekologis ini merupakan pendekatan yang dapat
menerangkan munculnya kearifan lokal dari sudut
pandang psikologi lingkungan. Namun, teori-teori yang
lain bermanfaat untuk menerangkan dinamika psikis
sosial masyarakat dalam menghadapi perubahan-
perubahan lingkungan. Menurut Barker (dalam
Sarwono, 1992) tingkah laku tidak hanya ditentukan
oleh lingkungan, tetapi kedua hal tersebut saling
menentukan dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan
tingkah laku dan lingkungan ini seperti dua jalan
atau interdependensi ekologi. Pola adaptasi yang
mengandung karakteristik sosial di atas, akan
membentuk kepribadian yang khas dari nelayan
tersebut. Ketika pola adaptasi ini dilakukan secara
kolektif maka akan mencerminkan kepribadian
kolektif atau kepribadian masyarakat. Kepribadian
ini kemudian disepakati dalam bentuk norma-norma
yang harus ditaati secara turun temurun membentuk
sebuah kearifan lokal. Dengan demikian, kearifan lokal
merupakan produk dari hubungan perilaku masyarakat
terhadap alam dan sebaliknya hubungan alam terhadap
perilaku masyarakatnya. Berrdasarkan uraian tersebut,
kearifan lokal terhadap lingkungan memunculkan
prilaku kolektif dari suatu komunitas dalam berinteraksi
dengan ekosistemnya agar keseimbangan ekosistem
selalu terjaga.
Kearifan lokal terhadap lingkungan merupakan
norma-norma yang terkait dengan pengetahuan,
teknologi, kepercayaan dan kelembagaan yang
dipraktekan oleh suatu komunitas/masyarakat selama
bertahun-tahundalammengelolasumberdayaalamyang
ada. Bentuk kearifan lokal yang dimiliki suatu daerah
akan berbeda dengan daerah lainnya sesuai dengan
setting lingkungan yang mereka hadapi. Veitch dan
Arkkelin (1995) mengatakan bahwa dengan mengetahui
setting tempat maka dapat diprediksi perilaku atau
aktivitas yang terjadi. Setting lingkungan yang spesifik
akan menyebabkan perbedaan pengetahuan seseorang
dalam memaknai pengaruh lingkungan terhadap
kehidupannya.
Kearifan lokal merupakan proses pemaknaan
suatu komunitas terhadap lingkungannya. Kearifan
Lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai
kebijaksanaansetempat(localwisdom)ataupengetahuan
setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat
(local genious), merupakan pandangan hidup, ilmu
pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
setempat dalam menjawab berbagai masalah dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Kearifan lokal di berbagai
wilayah di Nusantara merupakan kekayaan budaya yang
perlu diangkat ke permukaan sebagai bentuk jati diri
bangsa.
Pemaknaan terhadap lingkungan ini erat kaitannya
dengan perkembangan kognisi mereka tentang
lingkungan. Dengan kata lain, sejauhmana kearifan lokal
ini dapat bertahan sangat tergantung kepada sajauh
mana mereka bisa mempertahankan persepsi terhadap
lingkungan yang sekarang ada dari terpaan arus
modernisasi dan globalisasi yang sering tidak berpihak
terhadap lingkungan. Pembahasan kearifan lingkungan
yang terjadi di Lamalera memberikan pelajaran
bagaimana seharusnya kita menyikapi lingkungan dan
bagaimana seharusnya menghadapi tantangan yang
mengancam keseserasian alam.
KONDISI GEOGRAFIS LAMALERA
Pembahasan mengenai kondisi geografis perlu
dilakukan dalam psikologi lingkungan. Sebagaimana
yang dikatakan Tonybee dalam Veitch dan Arkkelin, 1995
bahwa lingkungan (atau secara labih spesifik topografi,
iklim, vegetasi, ketersediaan air, dan sebagainya)
adalah tantangan bagi penduduk yang tinggal di daerah
tersebut. Tantangan lingkungan yang ekstrim akan
merusak peradaban, sementara tantangan yang terlalu
kecil akan mengakibatan stagnsi kebudayaan. Jadi
setting geografis lingkungan akan memberi kesempatan
mayarakat penghuninya untuk membuat perdaban guna
memenuhi kebutuhan dan upaya mempertahankan diri.
31
Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011
Lamalera merupakan sebuah kampung yang
terletak di Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur
(NTT). Secara terminologi kata ”Lamalera” menurut
bahasa Lamaholot yaitu bahasa daerah di kawasan
Flores Timur, berasal dari kata lama berarti piringan atau
cakram dan lera berarti matahari, sehingga Lamalera
berarti pinggiran/cakram matahari (Haryadi, 2007).
Haryadi pun mengungkapkan bahwa dari tiga puluh
jenis cetacean (nama kolektif paus dan lumba-lumba
di Indonesia, empat belas diantaranya bermigrasi
melewati Sawu. Penduduk Lamalera terkenal di seluruh
dunia sebagai pemburu paus (koteklema) yang unik,
karena berburu hanya dengan menggunakan peralatan
yang serba tradisional. Tidak hanya peralatannya saja
yang spesifik, namun norma-norma yang dilakukan
menjelang perburuan, pada saat perburuan dan
setelah memperoleh hasil buruan sangat unik. Berikut
ini merupakan gambaran kearifan lokal masyarakat
Lamalera terhadap lingkungan serta pemaknaannya
dalam kacamata psikologi lingkungan.
KEARIFAN LOKAL: Ekspresi Nelayan terhadapEkosistem
Laut
Masyarakat Lamalera merupakan masyarakat
yang memandang laut dan darat mempunyai hubungan
pengaruh mempengaruhi secara timbal balik. Hal ini
senada dengan yang dikatakan Barker dalam Sarwono
(2005) bahwa perilaku dan lingkungan merupakan
dua hal yang saling menentukan dan tidak dapat
dipisahkan. Apa yang dilakukan seseorang di darat
akan mempengaruhi apa yang akan terjadi di laut,
begitu pun sebaliknya. Pengetahuan mereka terhadap
hubungan laut dan alam memunculkan persepsi
bahwa prilaku yang sesuai dengan norma yang dianut
harus selalu dilakukan agar ekosistem selalu stabil dan
dapat dimanfatkan secara berkelanjutan. Keyakinan
ini pula yang menjadikan prosesi penangkapan paus
yang merupakan mata pencaharian utama di Lamalera
mengandung nilai dan norma yang khas.
Masyarakat Lamalera merupakan masyarakat
dengan tradisi yang dipengaruhi oleh ajaran Katolik.
Hal ini dimungkinkan karena daerah Lamalera termasuk
salahsatu daerah penyebaran Katolik pertama di
Indonesia yang dibawa oleh bangsa Portugis pada abad
ke 16 Masehi. Haryadi (2007) mengungkapkan bahwa
masyarakat melakukan berbagai ritual yang berkaitan
dengan penangkapan paus, diantaranya adalah
perayaan misa arwah yang dilaksanakan di pantai depan
Kapel Santo Petrus yang dipimpin oleh seorang Pastor.
Misa dilanjutkan keesokan harinya dengan misa lefa
dan pemercikan air suci ke perahu-perahu. Sedangkan
upacara ceremoti dihadiri oleh seluruh komponen
kampung Lamalera untuk membicarakan seluruh
persoalan kampung terutama persoalan perburuan
dengan berbagai tahapan yang mesti dilaksanakan
dalam perburuan itu.
	 Dalam perspektif psikologi, agama mempunyai
pengaruh yang besar dalam setiap perilaku yang
muncul. Seperti yang dikatakan oleh Sarlito (2005)
bahwa agama hampir selalu merupakan acuan utama
dalam hampir setiap perilaku, baik individual maupun
kelompok dalam setiap satuan etnik, budaya, kelompok,
keluarga dan sebagainya. Dasar pengetahuan agama
merupakan spirit yang cukup besar dalam menjaga
keberlangsungan karifan-kearifan lokal, dan sering
kali pengetahuan agama pula yang memungkinkan
munculnya kearifan. Pemaknaan lingkungan yang kaya
akan nilai-nilai keterikatan dengan alam ditunjukkan
dalam prosesi penangkapan paus. Penangkapan paus
oleh nelayan Lamalera dilakukan dengan menggunakan
peralatan yang sederhana yaitu layar, tali (yang terbuat
dari benang kapas, daun gebang dan serat kulit waru),
pancing, tempuling atau harpun, peledang (perahu)
dari kayu, sampan, galah tempat menamcapkan
harpun untuk menombak, alat untuk menggayung
air, gentong air, dan faje (alat untuk mendayung) (JPIC
OFM, 2008; Hardianto, 2008: Hans, 2008). Hal ini sangat
berbeda sekali dengan yang dilakukan oleh Jepang,
dimana mereka menggunakan peralatan yang merusak
lingkungan. Penangkapan paus ini pun bertujuan hanya
untuk konsumsi bukan untuk keperluan niaga yang
bertujuan mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya.
Selain teknik penangkapan, masyarakat pun
mengatur jenis dan kondisi paus yang dapat ditangkap
yaitu paus sperm yang dalam kondisi tidak hamil.
Paus biru yang dilindungi bukan menjadi sasaran mereka.
Berdasarkan mitologi yang mereka yakini secara turun
temurun, paus biru pernah berjasa menolong orang
Lamalera yang mengalami kecelakaan di laut. Oleh
karenanya, paus biru harus dihormati dan tidak boleh
ditangkap.
Kasus diatas menunjukkan bahwa persepsi
masyarakatterhadaplingkungansangatdipengaruhioleh
setting di masa lalu. Seberapa lama persepsi itu dapat
bertahan dalam sebuah komunitas sangat tergantung
pada bagaimana upaya menurunkan pengetahuan
lingkungan tersebut kepada generasi selanjutnya, selain
itu sangat tergantung pada sejauhmana persepsi itu
dapat mengelaborasi novel environment sebagai akibat
dari intervensi modernisasi.
Masyarakat Lamalera tidak hanya mempunyai
kearifan terhadap sumber daya alam, namun mereka
juga mempunyai kearifan yang sangat mulia terhadap
sesamanya. Mereka menempatkan para janda, fakir
miskin dan anak yatim piatu pada posisi utama dalam
pembagian hasil laut. Hal ini menunjukkan tingginya
naluri prososial yang dimiliki oleh masyarakat Lamalera.
Haryadi (2007) mengatakan bahwa tubuh koteklema
itu sudah mempunyai peta khusus untuk pembagian,
misalnya selain daging dan lemaknya, para pemilik
kapal berhak mendapatkan bagian dari jantung, sayatan
bagian ekor juga diberikan kepada matros yang ikut
membunuh paus. Semua warga mengetahui bagian
32
Nendah Kurniasari dan Elly Reswati
mana yang sudah menjadi haknya, dan hak itu diatur
berdasarkan perannya dalam perburuan paus tersebut
serta perannya dalam hubungan sosial.
Kesahajaan sangat tercermin dalam mekanisme
pasar yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera.
Mereka masih mempertahankan sistem barter dalam
memperoleh barang kebutuhan. Brotoseno (2010)
mengatakan bahwa di atas pegunungan ada desa yang
dinamakan (Wulandoni), yang setiap hari Sabtu sering
dilakukan pasar barter. Banyak pendatang membawa
barang seperti jagung, pisang sampai bahan bahan
kebutuhan rumah tangga yang ditukarkan dengan
daging paus. Beberapa nelayan mungkin menjalani
sistem ini secara implisit, artinya barter hanyalah bagian
dari aktivitas yang telah dilakukan secara turun temurun,
namun jika dicermati lebih eksplisit terlihat bahwa
melalui sistem barter masyarakat Lamalera terjaga
dari dampak negatif pertarungan ekonomi global yang
sangat ditentukan oleh naik turunnya nilai tukar mata
uang. Sistem barter mengandung nilai-nilai yang sangat
arif yang ingin di jaga oleh masyarakat Lamalera.
ANCAMAN TERHADAP KEARIFAN LOKAL: Persepsi dan
Stress Lingkungan
Psikologi lingkungan mendefinisikan persepsi
sebagai proses pengamatan individu terhadap
lingkungannya yang diolah secara kognitif. Dalam
kasus ini, persepsi masyarakat Lamalera adalah proses
pengamatan yang dilakukan masyarakat terhadap
lingkungannya. Veitch dan Arkkelin (1995) mengatakan
bahwa persepsi merupakan basis rujukan sikap dan
tingkah laku. Sementara itu Bell dalam Sarwono (1992)
menggambarkan proses terbentuknya persepsi yaitu
dimulai dengan proses mempresepsikan objek fisik
sebagai sumber stimulus oleh individu. Pada batas
optimal maka persepsi tersebut akan berakhir pada
kondisi homeostatis. Sebaliknya, pada kondisi diluar
batas yang terjadi adalah stress yang memerlukan
koping untuk mengatasinya, jika berhasil akan terbentuk
adaptasi dan menghasilkan efek lanjutan. Sementara itu
koping yang tidak berhasil akan berdampak pada stress
yang terus berlanjut dan menimbulkan efek lanjutan
yang lain. Koping yang berhasil akan menghasilkan dua
bentuk penyesuaian, yaitu penyesuaian individu dengan
lingkungannya (adaptasi) atau penyesuaian lingkungan
pada diri indivisu (adjustment).
Daerah Lembata merupakan daerah yang
banyak menyimpan emas. Potensi ini sudah disadari
oleh masyarakat setempat sejak ratusan tahun yang
lalu, namun bagi mereka emas yang ada di perut bumi
merupakan warisan dari leluhur yang harus dijaga dan
dipertahankan. Keseimbangan ekosistem Lamalera
kemudian diintervensi oleh munculnya ijin dari
Pemerintahan Kabupaten Lembata kepada PT Merukh
untuk melakukan tambang emas di daerah Lembata
pada tahun 2005. Setiap proses penambangan tentu
akan menguras lahan dan sumber air. Hal ini sangat
merugikan Lembata, karena Lembata tergolong daerah
kering dan gersang dan air merupakan pembatas utama
keselamatan warga lembata. Sehingga izin ini sangat
mengancam keselamatan masyarakat lembata (Jatam,
2008).
Pemerintah Kabupaten Lembata tetap
pada pendiriannya untuk meneruskan rencana
penambangan dengan mengadakan sosialisasi yang
lebih mendalam tentang keuntungan yang akan didapat
dari penambangan emas ini. Hal ini menimbulkan
berbagai macam tekanan baik tekanan terhadap
ancaman terganggunya keseimbangan ekosistem
juga tekanan terhadap psikis masyarakat Lamalera.
Tekanan-tekanan ini dalam istilah psikologi disebut
stress. Stress terdiri dari tiga komponen yaitu
stressor, proses dan respon (Veitch dan Arkelin,
1995). 	 Dalam kasus Lembata, izin penambangan
emas merupakan stressor, ia merupakan stimulus
yang mengancam kesejahteraan masyarakat
Lamakera. Adanya stimulus ini mendorong masyarakat
Lamalera untuk memikirkan dan mempertimbangkan
konsekuensi-konsekuensi yang akan diterima jika
menolak atau sepakat dengan perijinan tersebut.
Penolakan terhadap ijin penambangan tersebut,
bukan karena alasan tidak pahamnya mereka terhadap
nilai yang terkandung dalam emas tersebut yang
dapat meningkatkan kesejahteraan, namun persepsi
”kesejahteraan” antara pemerintah dengan masyarakat
Lamalera sangat berbeda. Kesejahteaan bagi masyarakat
Lamalera bukanlah dinilai dari tingginya penghasilan,
bagi mereka ’sejahtera’ adalah hidup selaras dengan
alam dan dapat memberikan alam sebagai warisan
kepada generasi mendatang dalam bentuk yang
seharusnya mereka terima.
Intervensi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
dengan memberikan izin kepada PT Merukh terhadap
lingkunganLamalerasudahmengakibatkanstressmental
yang luar biasa bagi masyarakat Lamalera. Agar tidak
terjadi proses penambangan maka masyarakat Lamalera
mengadakan koping dengan mengadakan penolakan
melalui surat penyataan bersama yang disampaikan
kepada Pemda setempat, aksi-aksi yang melibatkan
massa, ritual dan sumpah adat serta penyampaian
alternatif cara pemberdayaan yang dapat dilakukan
pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat
Lamalera.
Ditinjau dari perspektif psikologi lingkungan,
penolakan terhadap penambangan emas yang dilakukan
oleh masyarakat Lamalera lebih didasari oleh persepsi
mereka terhadap bumi dan laut serta kandungan di
dalamnya. Bumi dan laut bagi mereka merupakan
pengikat antara mereka dengan leluhur. Penjagaan ini
merupakan wujud penghormatan mereka terhadap
leluhur. Pengrusakan terhadap bumi dan laut akan
menyebabkankemarahanleluhurdanterputusnyaikatan
dengan leluhur (Jatam, 2008). Selain itu, tercemarnya
33
Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011
laut akibat penambangan akan menyebabkan hilangnya
paus dari perairan Lamalera. Paus merupakan hewan
yang sensitif, mereka akan meninggalkan laut yang
tercemar untuk bermigrasi mencari tempat yang baru.
Persepsi inilah kemudian melahirkan berbagai kearifan
lokal diantaranya adalah penolakan terhadap rencana
tambang emas tersebut. Karena dengan tindakan
itu, masyarakat Lamalera berusaha menjaga ikatan
yang serasi antara manusia dengan alam agar terjadi
kelestarian dan keserasian yang akan mendatangkan
kedamaian dan kecukupan pangan.
KESIMPULAN
Mayoritas penduduk Lamalera menggantungkan
hidupnya dari hasil laut terutama paus, sehingga
pengetahuan mereka tentang lingkungan selalu
berhubungan dengan laut dan paus. Pengetahuan
tersebut memunculkan persepsi tersendiri terhadap
alam, yang kemudian membuat perilaku yang khas dari
masyarakat Lamalera dalam berinteraksi dengan alam.
Pola perilaku yang bersifat lokalitas ini menumbuhkan
kearifan tradisional yang spesifik. Kearifan masyarakat
Lamalera memberikan kontribusi yang besar
dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam.
Penolakan masyarakat terhadap aktifitas
penambangan merupakan bentuk kearifan dalam
mempertahankan keseimbangan ekosistem demi
keberlanjutan kehidupan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Brotoseno, I. 2010. Lamalera. http://dunialaut.
com/?p=574. Diakses pada tanggal 11 Juli 2011.
COREMAP II. 2005. Kajian Kearifan Lokal masyarakat di
Desa Sabang Mawang, Sededap dan Pulau Tiga
Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna,
Propinsi Kepulauan Riau. Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.
Hans. 2008. Penangkapan Paus di Lamalera Perhatikan
Aspek Konservasi. http://www.nttonlinenews.
com/ Diakses pada tanggal 6 Februari 2009.
Haryadi, R. 2007. Cakram Matahari Memburu
Kotekelema. Gatra Nomor 28. Jakarta.
Holahan C.J. 1982. Environmental Psychology. New
York: Random House.
JATAM. 2008. Membangun Lembata Tanpa Tambang
Emas. http://www.jatam.org/content/
view/393/1/. Diakses pada tanggal 6 Februari
2009.
______________. 2008. Membaca Penolakan Warga
Atas Rencana Penambangan Emas di Kabupaten
Lembata NTT Sebagai Wujud Akal Sehat Rakyat
dalam Membela Kehidupan dan Pembangunan
Berkelanjutan di Kabupaten Lembata Oleh:
Justice, Peace, and Integrity of CreationOrdo
Fratrum Minorum (JPIC-OFM) Indonesia.
http://www.scribd.com/doc/52753119/Alasan-
Merusak-Lingkungan. Diakses Pada tanggal 11
Juli 2011.
Koentjaraningrat. 1964. Masyarakat Desa Masa Kini.
Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Prasetio, B. 2008. Perburuan Paus di Lamalera: Simbol
Keseimbangan Masyarakat Tradisional dengan
alam.http://www.nttonlinenews.com/ntt/
index.php?view=article&id. Diakses pada
tanggal 11 Juli 2011.
Sarwono, S.W. 1992. Psikologi Lingkungan. P.T. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.

More Related Content

What's hot

Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklimMitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklimRizki Yuniartanti
 
Sejarah ekologi
Sejarah ekologiSejarah ekologi
Sejarah ekologichandsu
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANEnvaPya
 
Ekologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkunganEkologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkungandeviluluita
 
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)Apep Wahyudin
 
Ppt manusia dan lingkungannya
Ppt manusia dan lingkungannyaPpt manusia dan lingkungannya
Ppt manusia dan lingkungannyarizka_pratiwi
 
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...JanuriaSafitri
 
Pengetahuan Ilmu lingkungan
Pengetahuan Ilmu lingkunganPengetahuan Ilmu lingkungan
Pengetahuan Ilmu lingkunganfirst last
 
ekologi pemerintahan
ekologi pemerintahanekologi pemerintahan
ekologi pemerintahanhrmndo
 
manusia dan lingkungan
manusia dan lingkunganmanusia dan lingkungan
manusia dan lingkunganarini25
 
Pengelolaan sumberdaya lahan dan etika lingkungan paper etika e2
Pengelolaan sumberdaya lahan dan etika lingkungan paper etika e2Pengelolaan sumberdaya lahan dan etika lingkungan paper etika e2
Pengelolaan sumberdaya lahan dan etika lingkungan paper etika e2Anto King
 
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Nurul Afdal Haris
 
Korelasi antara manusia dan lingkungan
Korelasi antara manusia dan lingkunganKorelasi antara manusia dan lingkungan
Korelasi antara manusia dan lingkunganAndiNurinayatulaini
 
Manusia dan lingkungan
Manusia dan lingkunganManusia dan lingkungan
Manusia dan lingkunganLae Simbolon
 

What's hot (20)

Soft skill persentasi 1
Soft skill persentasi 1Soft skill persentasi 1
Soft skill persentasi 1
 
Manusia dan lingkungan
Manusia dan lingkunganManusia dan lingkungan
Manusia dan lingkungan
 
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklimMitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
 
Pengantar Ilmu Lingkungan
Pengantar Ilmu LingkunganPengantar Ilmu Lingkungan
Pengantar Ilmu Lingkungan
 
Ekologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganEkologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkungan
 
Sejarah ekologi
Sejarah ekologiSejarah ekologi
Sejarah ekologi
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
 
Ekologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkunganEkologi dan lingkungan
Ekologi dan lingkungan
 
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
Makalah ISBD(manusia dan lingkungan)
 
Ppt manusia dan lingkungannya
Ppt manusia dan lingkungannyaPpt manusia dan lingkungannya
Ppt manusia dan lingkungannya
 
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...
 
Pengetahuan Ilmu lingkungan
Pengetahuan Ilmu lingkunganPengetahuan Ilmu lingkungan
Pengetahuan Ilmu lingkungan
 
ekologi pemerintahan
ekologi pemerintahanekologi pemerintahan
ekologi pemerintahan
 
manusia dan lingkungan
manusia dan lingkunganmanusia dan lingkungan
manusia dan lingkungan
 
Ekoteologi dalam pemikiran badiuzzaman said nursi
Ekoteologi dalam pemikiran badiuzzaman said nursiEkoteologi dalam pemikiran badiuzzaman said nursi
Ekoteologi dalam pemikiran badiuzzaman said nursi
 
Putri ekologi
Putri ekologiPutri ekologi
Putri ekologi
 
Pengelolaan sumberdaya lahan dan etika lingkungan paper etika e2
Pengelolaan sumberdaya lahan dan etika lingkungan paper etika e2Pengelolaan sumberdaya lahan dan etika lingkungan paper etika e2
Pengelolaan sumberdaya lahan dan etika lingkungan paper etika e2
 
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
 
Korelasi antara manusia dan lingkungan
Korelasi antara manusia dan lingkunganKorelasi antara manusia dan lingkungan
Korelasi antara manusia dan lingkungan
 
Manusia dan lingkungan
Manusia dan lingkunganManusia dan lingkungan
Manusia dan lingkungan
 

Similar to Kearifan lokal lamalera

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber...
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber...Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber...
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber...pasarmandalika
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanFirlita Nurul Kharisma
 
dokumen.tips_kearifan-lokal-spadaunsacid.pdf
dokumen.tips_kearifan-lokal-spadaunsacid.pdfdokumen.tips_kearifan-lokal-spadaunsacid.pdf
dokumen.tips_kearifan-lokal-spadaunsacid.pdfBastenMHSilitonga
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropologyOktari Aneliya
 
Konsep Perlindungan Kawasan Budaya
Konsep Perlindungan Kawasan BudayaKonsep Perlindungan Kawasan Budaya
Konsep Perlindungan Kawasan Budayadkarhita
 
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasarMakalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasarErvina Cranberry's
 
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptxTUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptxRaihanGhalib
 
Antropologi : Pengaruh Kebudayaan (Prototype)
Antropologi : Pengaruh Kebudayaan (Prototype)Antropologi : Pengaruh Kebudayaan (Prototype)
Antropologi : Pengaruh Kebudayaan (Prototype)Ida Bagus Anom Sanjaya
 
EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK.pptxEKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK.pptxDesti93
 
Pendampingan Di Sekolah Citra Alam: Persoalan Lingkungan Hidup
Pendampingan Di Sekolah Citra Alam: Persoalan Lingkungan HidupPendampingan Di Sekolah Citra Alam: Persoalan Lingkungan Hidup
Pendampingan Di Sekolah Citra Alam: Persoalan Lingkungan HidupSekretariat Jpl Jpl
 
PPT KELOMPOK 2 etika moral.pptx
PPT KELOMPOK 2 etika moral.pptxPPT KELOMPOK 2 etika moral.pptx
PPT KELOMPOK 2 etika moral.pptxKhafifahIndira
 
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxMAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxelsaraihana210
 

Similar to Kearifan lokal lamalera (20)

Laot.pdf
Laot.pdfLaot.pdf
Laot.pdf
 
156899052 shtn-semnas-mipa-09-kearifan-lokal
156899052 shtn-semnas-mipa-09-kearifan-lokal156899052 shtn-semnas-mipa-09-kearifan-lokal
156899052 shtn-semnas-mipa-09-kearifan-lokal
 
Latar belakang ksda
Latar belakang ksdaLatar belakang ksda
Latar belakang ksda
 
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber...
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber...Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber...
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber...
 
Budaya_Maritim_Klp.pptx
Budaya_Maritim_Klp.pptxBudaya_Maritim_Klp.pptx
Budaya_Maritim_Klp.pptx
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
 
dokumen.tips_kearifan-lokal-spadaunsacid.pdf
dokumen.tips_kearifan-lokal-spadaunsacid.pdfdokumen.tips_kearifan-lokal-spadaunsacid.pdf
dokumen.tips_kearifan-lokal-spadaunsacid.pdf
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropology
 
Etika lingkungan
Etika lingkungan Etika lingkungan
Etika lingkungan
 
Hubungan Budaya dengan Psikologi
Hubungan Budaya dengan Psikologi Hubungan Budaya dengan Psikologi
Hubungan Budaya dengan Psikologi
 
ekologi
ekologiekologi
ekologi
 
Konsep Perlindungan Kawasan Budaya
Konsep Perlindungan Kawasan BudayaKonsep Perlindungan Kawasan Budaya
Konsep Perlindungan Kawasan Budaya
 
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasarMakalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
 
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptxTUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
TUGAS 1 PERTBERK KELAS G MUHAMMAD RAIHAN GHALIB D1B019181.pptx
 
Pklh presentation
Pklh presentationPklh presentation
Pklh presentation
 
Antropologi : Pengaruh Kebudayaan (Prototype)
Antropologi : Pengaruh Kebudayaan (Prototype)Antropologi : Pengaruh Kebudayaan (Prototype)
Antropologi : Pengaruh Kebudayaan (Prototype)
 
EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK.pptxEKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
 
Pendampingan Di Sekolah Citra Alam: Persoalan Lingkungan Hidup
Pendampingan Di Sekolah Citra Alam: Persoalan Lingkungan HidupPendampingan Di Sekolah Citra Alam: Persoalan Lingkungan Hidup
Pendampingan Di Sekolah Citra Alam: Persoalan Lingkungan Hidup
 
PPT KELOMPOK 2 etika moral.pptx
PPT KELOMPOK 2 etika moral.pptxPPT KELOMPOK 2 etika moral.pptx
PPT KELOMPOK 2 etika moral.pptx
 
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxMAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
 

More from ridwantobukublogspot

More from ridwantobukublogspot (6)

Kearifan lokan sasi ambon
Kearifan lokan sasi ambonKearifan lokan sasi ambon
Kearifan lokan sasi ambon
 
Pembangunan perikanan berkelanjutan
Pembangunan perikanan berkelanjutan Pembangunan perikanan berkelanjutan
Pembangunan perikanan berkelanjutan
 
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisirPeluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
 
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
Budaya lahan kering (pengelolaan ekosistem)
 
Sosiologi masyarakat pesisir
Sosiologi masyarakat pesisirSosiologi masyarakat pesisir
Sosiologi masyarakat pesisir
 
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisirPeluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
 

Recently uploaded

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 

Recently uploaded (20)

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 

Kearifan lokal lamalera

  • 1. 29 Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011 KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT LAMALERA: Sebuah Ekspresi Hubungan Manusia Dengan Laut Nendah Kurniasari dan Elly Reswati Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260 Telp. (021) 53650162, Fax. (021)53650159 Diterima 11 Mei 2011- Disetujui 29 November 2011 ABSTRAK Makalah ini bertujuan melihat kearifan lokal yang dibentuk oleh sebuah masyarakat nelayan dilihat dari perspektif psikologi lingkungan. Makalah ini merupakan studi literatur, dimana informasi diperoleh dengan cara mengkaji literatur yang terkait dengan teori-teori adaptasi lingkungan, kearifan lokal serta kehidupan masyarakat Lamalera. Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Lamalera mengenai norma berburu paus telah berusia ratusan tahun. Kearifan itu merupakan perbauran yang kental antara tradisi dan ajaran Katolik. Kearifan yang muncul tidak hanya menjaga kelestarian dan kesimbangan ekosistem laut namun juga menjaga keseimbangan dalam berhubungan dengan sesama warga masyarakat. Keseimbangan alam tersebut terancam ketika Pemerintah Daerah mengeluarkan ijin untuk penambangan emas. Kearifan lokal yang muncul sabagai reaksi dari adanya stimulus ini adalah penolakan terhadap penambangan emas di Lamalera dengan alasan akan merusak keseimbangan ekosistem yang mengakibatkan terputusnya ikatan mereka dengan para leluhur yang selama ini telah menjaganya. Kata kunci: kearifan lokal, Lamalera, paus, masyarakat pesisir PENDAHULUAN Kearifan lokal dalam beberapa dasawarsa terakhir ini mendapatkan perhatian besar dari berbagai kalangan terutama lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan pemerhati lingkungan. Beberapa pemerintah daerah pun mulai menggali kearifan lokal yang dimiliki daerahnya. Ketertarikan ini disebabkan karena semakin dominannya dampak dari modernisasi yang melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang merugikan. Konsekuensi dari eksploitasi sumber daya alam yang tak terkendali akan mengakibatkan degradasi lingkungan hidup, tidak terkecuali lingkungan laut. Arus modernisasi dan globalisasi yang melanda setiap daerah sampai ke pelosok-pelosok negeri, menjadikan pembuat kebijakan dan para pemerhati lingkungan mencoba berbagai cara meminimalisasi kemungkinan dampak yang muncul. Salah satu harapan tertumpu pada kearifan-kearifan terhadap lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Kearifan lokal diharapkan dapat mengatasi ancaman degradasi lingkungan karena kearifan lokal merupakan dimensi budaya dan sosial yang lahir dalam kehidupan bermasyarakat yang telah berlangsung secara turun temurun. Kearifan lokal dapat menjelma dalam berbagai bentuk seperti ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan dalam ranah kebudayaan, sedangkan dalam kehidupan sosial dapat berupa sistem religius, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat, 1964). Identifikasi kearifan lokal masyarakat nelayan harus lebih difokuskan kepada permasalahan yang menyangkut isu global dan sekaligus mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi keberlangsungan hidup masyarakat local (Coremap, 2005). Salah satu contoh kearifan lokal yang berkaitan dengan dua hal tersebut adalah prosesi penangkapan paus yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera. Di satu sisi paus merupakan mamalia yang termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi karena jumlahnya yang semakin menyusut. Namun di lain pihak, paus bagi masyarakat Lamalera merupakan sumber kehidupan utama. Hans (2008) mengatakan bahwa masyarakat Lamalera menyadari bahwa tanpa ikan paus mereka tidak bisa hidup. Karena merupakan sumber kehidupan inilah, maka dengan kerifan lokal yang telah ada sejak ratusan tahun, mereka berusaha melestarikan paus dengan menjaga keseimbangan ekosistem laut dan peisisir. Penggambaran kehidupan nelayan Lamalera yang sarat akan sejumlah kearifan lokal membawa pesan bagi masyarakat lain dalam rangka menyelesaikan permasalahan-permasalahan lingkungan di daerahnya, sehingga generasi mendatang akan menerima warisan alam dengan kondisi yang semestinya mereka terima. PERILAKU MANUSIA DAN KEARIFAN LOKAL Psikologi lingkungan merupakan bagian bari ilmu psikologi yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lebih jelas Veitch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan Psikologi Lingkungan sebagai a behavioral science that investigates, with an eye toward enhancing, the interrelationships between the physical environment and human behavior. Pengertian senada disampaikan oleh Holahan (1982), bahwa psikologi lingkungan adalah bidang psikologi yang meneliti hubungan timbal balik antara lingkungan fisik dengan tingkah laku dan pengalaman manusia. Kedua
  • 2. 30 Nendah Kurniasari dan Elly Reswati pengertian tersebut memposisikan prilaku manusia dan kondisi lingkungan sebagai sentral dalam pembahasan permasalahan lingkungan. Perilaku manusia sebagaimana dikemukakan dalam Gestalt disebabkan oleh proses-proses persepsi, sehingga mempelajari proses persepsi dan kognisi manusia menurutnya lebih penting daripada mempelajari prilaku yang tampak (overt behaviour). Sementara itu teori medan dari Kurt Lewin merupakan teori yang menerangkan hubungan manusia dengan alam. Lewin mengemukakan formula B = f(E,O), bahwa perilaku manusia merupakan fungsi dari lingkungan dan organisme. Teori ekologi ini mempunyai asumsi dasar yaitu a) prilaku manuisa terkait dengan koteks lingkungan, b) interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia dengan lingkungan, c) interaksi manusia-lingkungan bersifat dinamis, dan d) interaksi manusia – lingkungan terjadi dalam beberapa level dan tergantung pada fungsi. Salah satu teori yang didasarkan pada pandangan ekologis adalah behaviour setting (seting perilaku). Teori behaviour setting mengandung premis utama yaitu kesesuaian antara rancangan lingkungan dengan perilaku yang diakomodasikan dalam lingkungan tersebut. Sehingga, dimungkinkan adanya pola-pola perilaku yang telah tersusun yang dikaitkan dengan setting tempat. Pada dasarnya pola-pola ini merupakan bagian dari proses adaptasi terhadap setting yang ada. Teori ini lebih menekankan pada uniformitas atau perilaku kolektif. Hubungan antara manusia-lingkungan lebih dijelaskan dari sisi sifat atau karakteristik sosial seperti kebiasaan, aturan, aktifitas tipikal, dan karakteristik fisik. Dalam konteks kehidupan sosial, maka teori ekologis ini merupakan pendekatan yang dapat menerangkan munculnya kearifan lokal dari sudut pandang psikologi lingkungan. Namun, teori-teori yang lain bermanfaat untuk menerangkan dinamika psikis sosial masyarakat dalam menghadapi perubahan- perubahan lingkungan. Menurut Barker (dalam Sarwono, 1992) tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan, tetapi kedua hal tersebut saling menentukan dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan tingkah laku dan lingkungan ini seperti dua jalan atau interdependensi ekologi. Pola adaptasi yang mengandung karakteristik sosial di atas, akan membentuk kepribadian yang khas dari nelayan tersebut. Ketika pola adaptasi ini dilakukan secara kolektif maka akan mencerminkan kepribadian kolektif atau kepribadian masyarakat. Kepribadian ini kemudian disepakati dalam bentuk norma-norma yang harus ditaati secara turun temurun membentuk sebuah kearifan lokal. Dengan demikian, kearifan lokal merupakan produk dari hubungan perilaku masyarakat terhadap alam dan sebaliknya hubungan alam terhadap perilaku masyarakatnya. Berrdasarkan uraian tersebut, kearifan lokal terhadap lingkungan memunculkan prilaku kolektif dari suatu komunitas dalam berinteraksi dengan ekosistemnya agar keseimbangan ekosistem selalu terjaga. Kearifan lokal terhadap lingkungan merupakan norma-norma yang terkait dengan pengetahuan, teknologi, kepercayaan dan kelembagaan yang dipraktekan oleh suatu komunitas/masyarakat selama bertahun-tahundalammengelolasumberdayaalamyang ada. Bentuk kearifan lokal yang dimiliki suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya sesuai dengan setting lingkungan yang mereka hadapi. Veitch dan Arkkelin (1995) mengatakan bahwa dengan mengetahui setting tempat maka dapat diprediksi perilaku atau aktivitas yang terjadi. Setting lingkungan yang spesifik akan menyebabkan perbedaan pengetahuan seseorang dalam memaknai pengaruh lingkungan terhadap kehidupannya. Kearifan lokal merupakan proses pemaknaan suatu komunitas terhadap lingkungannya. Kearifan Lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijaksanaansetempat(localwisdom)ataupengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious), merupakan pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam menjawab berbagai masalah dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kearifan lokal di berbagai wilayah di Nusantara merupakan kekayaan budaya yang perlu diangkat ke permukaan sebagai bentuk jati diri bangsa. Pemaknaan terhadap lingkungan ini erat kaitannya dengan perkembangan kognisi mereka tentang lingkungan. Dengan kata lain, sejauhmana kearifan lokal ini dapat bertahan sangat tergantung kepada sajauh mana mereka bisa mempertahankan persepsi terhadap lingkungan yang sekarang ada dari terpaan arus modernisasi dan globalisasi yang sering tidak berpihak terhadap lingkungan. Pembahasan kearifan lingkungan yang terjadi di Lamalera memberikan pelajaran bagaimana seharusnya kita menyikapi lingkungan dan bagaimana seharusnya menghadapi tantangan yang mengancam keseserasian alam. KONDISI GEOGRAFIS LAMALERA Pembahasan mengenai kondisi geografis perlu dilakukan dalam psikologi lingkungan. Sebagaimana yang dikatakan Tonybee dalam Veitch dan Arkkelin, 1995 bahwa lingkungan (atau secara labih spesifik topografi, iklim, vegetasi, ketersediaan air, dan sebagainya) adalah tantangan bagi penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Tantangan lingkungan yang ekstrim akan merusak peradaban, sementara tantangan yang terlalu kecil akan mengakibatan stagnsi kebudayaan. Jadi setting geografis lingkungan akan memberi kesempatan mayarakat penghuninya untuk membuat perdaban guna memenuhi kebutuhan dan upaya mempertahankan diri.
  • 3. 31 Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011 Lamalera merupakan sebuah kampung yang terletak di Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara terminologi kata ”Lamalera” menurut bahasa Lamaholot yaitu bahasa daerah di kawasan Flores Timur, berasal dari kata lama berarti piringan atau cakram dan lera berarti matahari, sehingga Lamalera berarti pinggiran/cakram matahari (Haryadi, 2007). Haryadi pun mengungkapkan bahwa dari tiga puluh jenis cetacean (nama kolektif paus dan lumba-lumba di Indonesia, empat belas diantaranya bermigrasi melewati Sawu. Penduduk Lamalera terkenal di seluruh dunia sebagai pemburu paus (koteklema) yang unik, karena berburu hanya dengan menggunakan peralatan yang serba tradisional. Tidak hanya peralatannya saja yang spesifik, namun norma-norma yang dilakukan menjelang perburuan, pada saat perburuan dan setelah memperoleh hasil buruan sangat unik. Berikut ini merupakan gambaran kearifan lokal masyarakat Lamalera terhadap lingkungan serta pemaknaannya dalam kacamata psikologi lingkungan. KEARIFAN LOKAL: Ekspresi Nelayan terhadapEkosistem Laut Masyarakat Lamalera merupakan masyarakat yang memandang laut dan darat mempunyai hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik. Hal ini senada dengan yang dikatakan Barker dalam Sarwono (2005) bahwa perilaku dan lingkungan merupakan dua hal yang saling menentukan dan tidak dapat dipisahkan. Apa yang dilakukan seseorang di darat akan mempengaruhi apa yang akan terjadi di laut, begitu pun sebaliknya. Pengetahuan mereka terhadap hubungan laut dan alam memunculkan persepsi bahwa prilaku yang sesuai dengan norma yang dianut harus selalu dilakukan agar ekosistem selalu stabil dan dapat dimanfatkan secara berkelanjutan. Keyakinan ini pula yang menjadikan prosesi penangkapan paus yang merupakan mata pencaharian utama di Lamalera mengandung nilai dan norma yang khas. Masyarakat Lamalera merupakan masyarakat dengan tradisi yang dipengaruhi oleh ajaran Katolik. Hal ini dimungkinkan karena daerah Lamalera termasuk salahsatu daerah penyebaran Katolik pertama di Indonesia yang dibawa oleh bangsa Portugis pada abad ke 16 Masehi. Haryadi (2007) mengungkapkan bahwa masyarakat melakukan berbagai ritual yang berkaitan dengan penangkapan paus, diantaranya adalah perayaan misa arwah yang dilaksanakan di pantai depan Kapel Santo Petrus yang dipimpin oleh seorang Pastor. Misa dilanjutkan keesokan harinya dengan misa lefa dan pemercikan air suci ke perahu-perahu. Sedangkan upacara ceremoti dihadiri oleh seluruh komponen kampung Lamalera untuk membicarakan seluruh persoalan kampung terutama persoalan perburuan dengan berbagai tahapan yang mesti dilaksanakan dalam perburuan itu. Dalam perspektif psikologi, agama mempunyai pengaruh yang besar dalam setiap perilaku yang muncul. Seperti yang dikatakan oleh Sarlito (2005) bahwa agama hampir selalu merupakan acuan utama dalam hampir setiap perilaku, baik individual maupun kelompok dalam setiap satuan etnik, budaya, kelompok, keluarga dan sebagainya. Dasar pengetahuan agama merupakan spirit yang cukup besar dalam menjaga keberlangsungan karifan-kearifan lokal, dan sering kali pengetahuan agama pula yang memungkinkan munculnya kearifan. Pemaknaan lingkungan yang kaya akan nilai-nilai keterikatan dengan alam ditunjukkan dalam prosesi penangkapan paus. Penangkapan paus oleh nelayan Lamalera dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana yaitu layar, tali (yang terbuat dari benang kapas, daun gebang dan serat kulit waru), pancing, tempuling atau harpun, peledang (perahu) dari kayu, sampan, galah tempat menamcapkan harpun untuk menombak, alat untuk menggayung air, gentong air, dan faje (alat untuk mendayung) (JPIC OFM, 2008; Hardianto, 2008: Hans, 2008). Hal ini sangat berbeda sekali dengan yang dilakukan oleh Jepang, dimana mereka menggunakan peralatan yang merusak lingkungan. Penangkapan paus ini pun bertujuan hanya untuk konsumsi bukan untuk keperluan niaga yang bertujuan mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Selain teknik penangkapan, masyarakat pun mengatur jenis dan kondisi paus yang dapat ditangkap yaitu paus sperm yang dalam kondisi tidak hamil. Paus biru yang dilindungi bukan menjadi sasaran mereka. Berdasarkan mitologi yang mereka yakini secara turun temurun, paus biru pernah berjasa menolong orang Lamalera yang mengalami kecelakaan di laut. Oleh karenanya, paus biru harus dihormati dan tidak boleh ditangkap. Kasus diatas menunjukkan bahwa persepsi masyarakatterhadaplingkungansangatdipengaruhioleh setting di masa lalu. Seberapa lama persepsi itu dapat bertahan dalam sebuah komunitas sangat tergantung pada bagaimana upaya menurunkan pengetahuan lingkungan tersebut kepada generasi selanjutnya, selain itu sangat tergantung pada sejauhmana persepsi itu dapat mengelaborasi novel environment sebagai akibat dari intervensi modernisasi. Masyarakat Lamalera tidak hanya mempunyai kearifan terhadap sumber daya alam, namun mereka juga mempunyai kearifan yang sangat mulia terhadap sesamanya. Mereka menempatkan para janda, fakir miskin dan anak yatim piatu pada posisi utama dalam pembagian hasil laut. Hal ini menunjukkan tingginya naluri prososial yang dimiliki oleh masyarakat Lamalera. Haryadi (2007) mengatakan bahwa tubuh koteklema itu sudah mempunyai peta khusus untuk pembagian, misalnya selain daging dan lemaknya, para pemilik kapal berhak mendapatkan bagian dari jantung, sayatan bagian ekor juga diberikan kepada matros yang ikut membunuh paus. Semua warga mengetahui bagian
  • 4. 32 Nendah Kurniasari dan Elly Reswati mana yang sudah menjadi haknya, dan hak itu diatur berdasarkan perannya dalam perburuan paus tersebut serta perannya dalam hubungan sosial. Kesahajaan sangat tercermin dalam mekanisme pasar yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera. Mereka masih mempertahankan sistem barter dalam memperoleh barang kebutuhan. Brotoseno (2010) mengatakan bahwa di atas pegunungan ada desa yang dinamakan (Wulandoni), yang setiap hari Sabtu sering dilakukan pasar barter. Banyak pendatang membawa barang seperti jagung, pisang sampai bahan bahan kebutuhan rumah tangga yang ditukarkan dengan daging paus. Beberapa nelayan mungkin menjalani sistem ini secara implisit, artinya barter hanyalah bagian dari aktivitas yang telah dilakukan secara turun temurun, namun jika dicermati lebih eksplisit terlihat bahwa melalui sistem barter masyarakat Lamalera terjaga dari dampak negatif pertarungan ekonomi global yang sangat ditentukan oleh naik turunnya nilai tukar mata uang. Sistem barter mengandung nilai-nilai yang sangat arif yang ingin di jaga oleh masyarakat Lamalera. ANCAMAN TERHADAP KEARIFAN LOKAL: Persepsi dan Stress Lingkungan Psikologi lingkungan mendefinisikan persepsi sebagai proses pengamatan individu terhadap lingkungannya yang diolah secara kognitif. Dalam kasus ini, persepsi masyarakat Lamalera adalah proses pengamatan yang dilakukan masyarakat terhadap lingkungannya. Veitch dan Arkkelin (1995) mengatakan bahwa persepsi merupakan basis rujukan sikap dan tingkah laku. Sementara itu Bell dalam Sarwono (1992) menggambarkan proses terbentuknya persepsi yaitu dimulai dengan proses mempresepsikan objek fisik sebagai sumber stimulus oleh individu. Pada batas optimal maka persepsi tersebut akan berakhir pada kondisi homeostatis. Sebaliknya, pada kondisi diluar batas yang terjadi adalah stress yang memerlukan koping untuk mengatasinya, jika berhasil akan terbentuk adaptasi dan menghasilkan efek lanjutan. Sementara itu koping yang tidak berhasil akan berdampak pada stress yang terus berlanjut dan menimbulkan efek lanjutan yang lain. Koping yang berhasil akan menghasilkan dua bentuk penyesuaian, yaitu penyesuaian individu dengan lingkungannya (adaptasi) atau penyesuaian lingkungan pada diri indivisu (adjustment). Daerah Lembata merupakan daerah yang banyak menyimpan emas. Potensi ini sudah disadari oleh masyarakat setempat sejak ratusan tahun yang lalu, namun bagi mereka emas yang ada di perut bumi merupakan warisan dari leluhur yang harus dijaga dan dipertahankan. Keseimbangan ekosistem Lamalera kemudian diintervensi oleh munculnya ijin dari Pemerintahan Kabupaten Lembata kepada PT Merukh untuk melakukan tambang emas di daerah Lembata pada tahun 2005. Setiap proses penambangan tentu akan menguras lahan dan sumber air. Hal ini sangat merugikan Lembata, karena Lembata tergolong daerah kering dan gersang dan air merupakan pembatas utama keselamatan warga lembata. Sehingga izin ini sangat mengancam keselamatan masyarakat lembata (Jatam, 2008). Pemerintah Kabupaten Lembata tetap pada pendiriannya untuk meneruskan rencana penambangan dengan mengadakan sosialisasi yang lebih mendalam tentang keuntungan yang akan didapat dari penambangan emas ini. Hal ini menimbulkan berbagai macam tekanan baik tekanan terhadap ancaman terganggunya keseimbangan ekosistem juga tekanan terhadap psikis masyarakat Lamalera. Tekanan-tekanan ini dalam istilah psikologi disebut stress. Stress terdiri dari tiga komponen yaitu stressor, proses dan respon (Veitch dan Arkelin, 1995). Dalam kasus Lembata, izin penambangan emas merupakan stressor, ia merupakan stimulus yang mengancam kesejahteraan masyarakat Lamakera. Adanya stimulus ini mendorong masyarakat Lamalera untuk memikirkan dan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan diterima jika menolak atau sepakat dengan perijinan tersebut. Penolakan terhadap ijin penambangan tersebut, bukan karena alasan tidak pahamnya mereka terhadap nilai yang terkandung dalam emas tersebut yang dapat meningkatkan kesejahteraan, namun persepsi ”kesejahteraan” antara pemerintah dengan masyarakat Lamalera sangat berbeda. Kesejahteaan bagi masyarakat Lamalera bukanlah dinilai dari tingginya penghasilan, bagi mereka ’sejahtera’ adalah hidup selaras dengan alam dan dapat memberikan alam sebagai warisan kepada generasi mendatang dalam bentuk yang seharusnya mereka terima. Intervensi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten dengan memberikan izin kepada PT Merukh terhadap lingkunganLamalerasudahmengakibatkanstressmental yang luar biasa bagi masyarakat Lamalera. Agar tidak terjadi proses penambangan maka masyarakat Lamalera mengadakan koping dengan mengadakan penolakan melalui surat penyataan bersama yang disampaikan kepada Pemda setempat, aksi-aksi yang melibatkan massa, ritual dan sumpah adat serta penyampaian alternatif cara pemberdayaan yang dapat dilakukan pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat Lamalera. Ditinjau dari perspektif psikologi lingkungan, penolakan terhadap penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera lebih didasari oleh persepsi mereka terhadap bumi dan laut serta kandungan di dalamnya. Bumi dan laut bagi mereka merupakan pengikat antara mereka dengan leluhur. Penjagaan ini merupakan wujud penghormatan mereka terhadap leluhur. Pengrusakan terhadap bumi dan laut akan menyebabkankemarahanleluhurdanterputusnyaikatan dengan leluhur (Jatam, 2008). Selain itu, tercemarnya
  • 5. 33 Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011 laut akibat penambangan akan menyebabkan hilangnya paus dari perairan Lamalera. Paus merupakan hewan yang sensitif, mereka akan meninggalkan laut yang tercemar untuk bermigrasi mencari tempat yang baru. Persepsi inilah kemudian melahirkan berbagai kearifan lokal diantaranya adalah penolakan terhadap rencana tambang emas tersebut. Karena dengan tindakan itu, masyarakat Lamalera berusaha menjaga ikatan yang serasi antara manusia dengan alam agar terjadi kelestarian dan keserasian yang akan mendatangkan kedamaian dan kecukupan pangan. KESIMPULAN Mayoritas penduduk Lamalera menggantungkan hidupnya dari hasil laut terutama paus, sehingga pengetahuan mereka tentang lingkungan selalu berhubungan dengan laut dan paus. Pengetahuan tersebut memunculkan persepsi tersendiri terhadap alam, yang kemudian membuat perilaku yang khas dari masyarakat Lamalera dalam berinteraksi dengan alam. Pola perilaku yang bersifat lokalitas ini menumbuhkan kearifan tradisional yang spesifik. Kearifan masyarakat Lamalera memberikan kontribusi yang besar dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Penolakan masyarakat terhadap aktifitas penambangan merupakan bentuk kearifan dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem demi keberlanjutan kehidupan dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Brotoseno, I. 2010. Lamalera. http://dunialaut. com/?p=574. Diakses pada tanggal 11 Juli 2011. COREMAP II. 2005. Kajian Kearifan Lokal masyarakat di Desa Sabang Mawang, Sededap dan Pulau Tiga Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hans. 2008. Penangkapan Paus di Lamalera Perhatikan Aspek Konservasi. http://www.nttonlinenews. com/ Diakses pada tanggal 6 Februari 2009. Haryadi, R. 2007. Cakram Matahari Memburu Kotekelema. Gatra Nomor 28. Jakarta. Holahan C.J. 1982. Environmental Psychology. New York: Random House. JATAM. 2008. Membangun Lembata Tanpa Tambang Emas. http://www.jatam.org/content/ view/393/1/. Diakses pada tanggal 6 Februari 2009. ______________. 2008. Membaca Penolakan Warga Atas Rencana Penambangan Emas di Kabupaten Lembata NTT Sebagai Wujud Akal Sehat Rakyat dalam Membela Kehidupan dan Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Lembata Oleh: Justice, Peace, and Integrity of CreationOrdo Fratrum Minorum (JPIC-OFM) Indonesia. http://www.scribd.com/doc/52753119/Alasan- Merusak-Lingkungan. Diakses Pada tanggal 11 Juli 2011. Koentjaraningrat. 1964. Masyarakat Desa Masa Kini. Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Prasetio, B. 2008. Perburuan Paus di Lamalera: Simbol Keseimbangan Masyarakat Tradisional dengan alam.http://www.nttonlinenews.com/ntt/ index.php?view=article&id. Diakses pada tanggal 11 Juli 2011. Sarwono, S.W. 1992. Psikologi Lingkungan. P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.