Dokumen tersebut membahas penggolongan biaya overhead pabrik berdasarkan sifat, perilaku, dan hubungannya dengan departemen. Juga dijelaskan langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik meliputi penyusunan anggaran, pemilihan dasar pembebanan, dan perhitungan tarif."
2. PENGGOLONGAN BIAYA
OVERHEAD PABRIK
Biaya Overhead Pabrik digolongkan dalam tiga
cara:
1. Menurut sifatnya
2. Menurut perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan.
3. Menurut hubungannya dengan Departemen
3. Penggolongan BOP menurut
sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan, BOP adalah biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya produksi yang termasuk BOP dikelompokkan
menjadi beberapa golongan:
a. Biaya Bahan Penolong
tidak menjadi bagian produk jadi atau meskipun
menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif
kecil bila dibandingkan dengan harga pokok
produk tersebut.
Contoh : di percetakan: bahan perekat, tinta koreksi.
di perusahaan kertas: soda, kaporit, bahan warna,
dll.
4. b. Biaya reparasi & pemeliharaan
berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya
bahan habis pakai (factorysupplies), harga perolehan
jasa dari pihak luar perusahaan untuk perbaikan &
pemeliharaan bangunan pabrik, mesin dan equipment &
aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan
pabrik.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja
pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara
langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
terdiri dari :
1. karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu,
seperti gudang, dept.pembangkit listrik, bengkel.
2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen
produksi seperti kepala dept.produksi, kary.administrasi
pabrik, mandor
Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah,
tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
5. d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian
terhadap aktiva tetap.
antara lain terdiri dari biaya-biaya depresiasi
mesin dan equipment, perkakas laboratorium,
alat kerja dan aset tetap lain yang digunakan di
pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya
waktu.
antara lain terdiri dari biaya asuransi gedung,
asuransi mesin dan equipment, asuransi
kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan dan
lain-lain.
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara
langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
contoh: biaya listrik PLN
6. Penggolongan BOP menurut perilakunya
dalam hubungan dengan perubahan volume
produksi
Dibagi menjadi tiga golongan:
1. Biaya overhead pabrik tetap BOP yang
tidak berubah dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu.
2. Biaya overhead pabrik variabel BOP yang
berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
3. Biaya overhead pabrik semivariabel BOP
yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
7. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
menurut hubungannya dengan Departemen
Digolongkan menjadi dua kelompok:
1. BOP langsung departemen BOP yang terjadi
dalam departemen tertentu dan manfaatnya
hanya dinikmati oleh departemen tersebut.
Contoh: gaji mandor departemen produksi, biaya
depresiasi mesin dan biaya bahan penolong.
2. BOP tidak langsung departemen BOP yang
manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Contoh: biaya depresiasi,
pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik
(apabila gedung pabrik digunakan oleh beberapa
departemen produksi).
8. ALASAN PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK
KEPADA PRODUK ATAS DASAR TARIF YANG
DITENTUKAN DI MUKA (PADA JOB ORDER COSTING)
1. Pembebanan BOP atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan
berubah-ubahnya harga pokok per satuan
produk yang dihasilkan dari bulan yang satu ke
bulan yang lain.
Fluktuasi dapat terjadi karena:
Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan
ke bulan produk yang dihasilkan pada bulan
yang volume produksinya rendah akan dibebani
BOP tetap per satuan yang tinggi, demikian pula
sebaliknya.
Perubahan tingkat efisiensi produksi
9. Adanya BOP yang terjadi secara sporadik,
menyebar tidak merata salama jangka waktu
setahun., contoh reparasi mesin besar-besaran
pada satu bulan tertentu.
BOP tertentu sering terjadi secara teratur pada
waktu-waktu tertentu.. Contoh: pembayaran PBB
setiap Mei setiap tahun, THR, dll.
2. Pada job order costing, manajemen memerlukan
informasi harga pokok produksi per satuan pada
saat pesanan selesai dikerjakan, sementara
terdapat elemen BOP yang baru dapat diketahui
jumlahnya pada akhir setiap bulan atau akhir
tahun.
10. LANGKAH-LANGKAH
PENENTUAN TARIF BOP
Tiga langkah penentuan tarif BOP:
1. Menyusun anggaran Biaya Overhead Pabrik
2. Memilih dasar pembebanan Biaya Overhead
Pabrik kepada produk
3. Menghitung tarif Biaya Overhead Pabrik
11. Menyusun Anggaran Biaya Overhead
Pabrik
Harus memperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas)
yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran
biaya overhead pabrik.
Kapasitas teoritis kapasitas pabrik atau
departemen untuk menghasilkan produk pada
kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka
waktu tertentu.
Tiga macam kapasitas yang dapat dipakai
sebagai dasar pembuatan anggaran BOP:
1. Kapasitas Praktis
2. Kapasitas Normal
3. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan
12. KAPASITAS PRAKTIS
Adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-
kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena
hambatan-hambatan intern perusahaan.
Contoh hambatan intern perusahaan: penghentian
pabrik yang tidak dapat dihindari karena adanya
reparasi mesin, tertundanya kedatangan bahan
baku dan suku cadang, hari-hari libur,
ketidakefisienan, dll.
Merupakan pendekatan jangka panjang, titik berat
pada kapasitas fisik pabrik.
13. KAPASITAS NORMAL
Adalah kemampuan perusahaan untuk
memproduksi dan menjual produknya dalam
jangka panjang
Merupakan kapasitas teoritis dikurangi dengan
kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat
dihindari karena hambatan-hambatan intern
perusahaan dan trend penjualan di masa yang
akan datang.
Merupakan pendekatan jangka panjang, titik
berat pada kapasitas fisik pabrik.
14. KAPASITAS SESUNGGUHNYA
YANG DIHARAPKAN
Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan
akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.
Menggunakan ramalan penjualan tahun yang akan
datang sebagai dasar penentuan kapasitas.
Merupakan pendekatan jangka pendek
Kelemahan penggunaan kapasitas sesungguhnya
yang diharapkan sebagai dasar penentuan tarif BOP:
1. Berakibat terjadinya perbedaan yang besar pada
tarif BOP dari tahun ke tahun.
2. Akibat perbedaan yang besar pada tarif BOP, maka
biaya-biaya akibat adanya fasilitas yang
menganggur dikapitalisasikan dan diperhitungkan
dalam harga pokok produksi.
15. Memilih Dasar Pembebanan BOP
kepada Produk
Beberapa macam dasar yang dapat digunakan untuk
membebankan BOP kepada produk:
1. Satuan Produk
2. Biaya Bahan Baku
3. Biaya Tenaga Kerja Langsung
4. Jam Tenaga Kerja Langsung
5. Jam Mesin
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih dasar pembebanan BOP:
1. Harus diperhatikan jenis BOP yang dominan
jumlahnya dalam Departemen Produksi.
2. Harus diperhatikan sifat BOP yang dominan tersebut
dan eratnya hubungan sifat tersebut dengan dasar
pembebanan yang akan dipakai
16. SATUAN PRODUK
Contoh:
Taksiran BOP 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000
Taksiran jumlah produk yg akan dihasilkan selama tahun anggaran
tersebut = 4.000 unit.
Tarif BOP per satuan = (Rp 2.000.000 : 4.000 unit) = Rp 500 per
unit produk.
Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya
memproduksi satu macam produk.
Taksiran BOP
Taksiran jumlah
satuan produk
yang dihasilkan
= Tarif BOP per
satuan
17. BIAYA BAHAN BAKU
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp 2.000.000
Taksiran Biaya Bahan Baku 1 tahun anggaran Rp 4.000.000
Taksiran BOP = (Rp 2.000.000 : Rp 4.000.000) x 100% = 50%
dari biaya bahan baku yang dipakai.
Metode ini terbatas pemakaiannya, karena semakin besar
biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk
semakin besar pula BOP yang dibebankan kepadanya.
Taksiran BOP
Taksiran Biaya
Bahan Baku
yang dipakai
=
Persentase
BOP dari
Biaya Bahan
Baku yang
dipakai
X 100%
18. BIAYA TENAGA KERJA
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000
Taksiran biaya Tenaga Kerja Langsung 1 tahun anggaran = Rp
5.000.000
Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000 : Rp 5.000.000) x 100% = 40%
dari biaya tenaga kerja langsung yang dipakai.
Kelemahan metode ini:
1. BOP harus dipandang sebagai tambahan nilai produk.
2. Jumlah biaya tenaga kerja langsung merupakan jumlah total upah
dengan tarif tinggi dan rendah
Taksiran BOP
Taksiran
Biaya Tenaga
Kerja
Langsung
X 100% =
Persentase
BOP dari
Biaya Tenaga
Kerja
Langsung
19. JAM TENAGA KERJA
LANGSUNG
Apabila BOP mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk
membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan
adalah jam tenaga kerja langsung.
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000
Taksiran jam tenaga kerja langsung selama tahun anggaran
tersebut = 2.000 jam
Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000: 2.000) = Rp 1.000 per jam
tenaga kerja langsung
Taksiran BOP
Taksiran jam
tenaga kerja
=
Tarif biaya
overhead per jam
tenaga kerja
langsung
20. JAM MESIN
Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin,
maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam
mesin.
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000
Taksiran jam mesin selama tahun anggaran tersebut =
10.000 jam mesin
Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000 : 10.000) = Rp 200 per
jam mesin
Taksiran BOP
Taksiran jam
kerja mesin
= Tarif BOP per
jam mesin
21. MENGHITUNG TARIF BIAYA
OVERHEAD PABRIK
Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai
dalam periode anggaran ditentukan, anggaran
Biaya Overhead Pabrik telah disusun, serta dasar
pembebanan telah dipilih dan diperkirakan, maka
langkah terakhir adalah menghitung tarif BOP
dengan rumus sebagai berikut:
BOP dianggarkan = Tarif BOP
Taksiran dasar pembebanan
Utk keperluan analisis selisih, tarif BOP harus
dipecah menjadi tarif BOP Tetap & Tarif BOP
Variabel
22. Contoh Perhitungan tarif BOP
PT Eliona Sari memproduksi produknya
berdasarkan pesanan. Dalam penentuan tarif
BOPnya, telah disusun anggaran BOP seperti
data di bawah. BOP dibebankan kepada
produk berdasarkan jam mesin. Anggaran
BOP tersebut disusun pada kapasitas normal
sebanyak 80.000 jam mesin. Perhitungannya
adalah sbb:
23. PT ELIONA SARI
ANGGARAN BOP UNTUK TAHUN 19X1
ATAS DASAR KAPASITAS NORMAL 80.000 JAM MESIN
No.Rekening Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah
5101
5102
5103
5104
5105
5106
5107
5108
B. Bahan Penolong
B. Listrik
B. Bahan Bakar
B. Tenaga Kerja Tidak
Langsung
B. Kesejahteraan kary.
B. Reparasi & Pmlhrn.
Biaya Asuransi gedung
Biaya Depresiasi
V
V
V
V
T
T
V
T
T
T
Rp 1.050.000
1.500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
750.000
500.000
600.000
800.000
Jumlah V
T
Rp 5.800.000
5.400.000
Jumlah Total Rp 11.200.000
Tarif BOP Variabel = Rp 5.800.000 : 80.000 =
Tarif BOP Tetap = Rp 5.400.000 : 80.000 =
Tarif BOP Total =
Rp 72,50 per jam mesin
Rp 67,50 per jam mesin
Rp 140,00 per jam mesin
24. PEMBEBANAN BOP KEPADA
PRODUK ATAS DASAR TARIF
Tarif BOP yang telah ditentukan di muka, digunakan
untuk membebankan BOP kepada produk yang
diproduksi.
Jika perusahaan menggunakan metode Full Costing:
Produk akan dibebani BOP dengan tarif BOP variabel &
tarif BOP tetap. Contoh : jam mesin tahun 19X1 = 75.000,
maka BOP dibebankan = (Rp 140 x 75.000) = Rp 10.500.000
Jurnal : Barang Dalam Proses-BOP 10.500.000
BOP yg dibebankan 10.500.000
Jika perusahaan menggunakan metode Variable
Costing:
Produk akan dibebani BOP dengan tarif BOP variabel saja
Contoh : BOP dibebankan = (Rp 72,50 x 75.000)=Rp
5.437.500
25. PENGUMPULAN BOP
SESUNGGUHNYA
BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan
untuk dibandingkan dengan BOP yang
dibebankan kepada produk atas dasar tarif
yang ditentukan di muka.
Selisih yang terjadi antara BOP yang
dibebankan dengan BOP yang sesungguhnya
terjadi merupakan BOP yang lebih atau kurang
dibebankan (over or underapplied factory
overhead cost)
26. PT ELIONA SARI
BOP YANG SESUNGGUHNYA TERJADI TAHUN 19X1
PADA KAPASITAS SESUNGGUHNYA YANG DICAPAI : 75.000 JAM
MESIN
No.Rekening Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah
5101
5102
5103
5104
5105
5106
5107
5108
B. Bahan Penolong
B. Listrik
B. Bahan Bakar
B. Tenaga Kerja Tidak
Langsung
B. Kesejahteraan kary.
B. Reparasi & Pmlhrn.
Biaya Asuransi gedung
Biaya Depresiasi
V
V
V
V
T
T
V
T
T
T
Rp 1.100.000
1.450.000
750.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
500.000
500.000
600.000
800.000
Jumlah V
T
Rp 5.300.000
5.400.000
Jumlah Total Rp 10.700.000
27. PENGUMPULAN BOP SESUNGGUHNYA
DALAM METODE FULL COSTING
Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 10.700.000
Persediaan Bahan Penolong 1.100.000
Persediaan Bahan Bakar 750.000
Gaji & Upah 3.500.000
Persediaan Suku Cadang 500.000
Asuransi dibayar di muka 600.000
Akumulasi Depresiasi Mesin 800.000
Kas 3.450.000
Catatan :
Kas terdiri dari : Biaya listrik, biaya kesejahteraan karyawan
dan biaya reparasi & pemeliharaan.
28. PENGUMPULAN BOP SESUNGGUHNYA
DALAM METODE VARIABLE COSTING
Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 10.700.000
Persediaan Bahan Penolong
1.100.000
Persediaan Bahan Bakar 750.000
Gaji & Upah 3.500.000
Persediaan Suku Cadang 500.000
Asuransi dibayar di muka 600.000
Akumulasi Depresiasi Mesin
800.000
Kas 3.450.000
Jurnal untuk mencatat pemisahan BOP sesungguhnya terjadi
menurut perilakunya:
BOP Variabel sesungguhnya 5.300.000
BOP Tetap sesungguhnya 5.400.000
29. Perhitungan & Analisis Selisih BOP dengan
metode Full Costing
Pada akhir periode akuntansi dilakukan penghitungan selisih BOP
yang dibebankan kepada produk sbb:
BOP dibebankan kpd produk:
75.000 jam mesin x Rp 140 Rp 10.500.000
BOP sesungguhnya 10.700.000
Selisih Biaya Overhead Pabrik (slsh kurang)
200.000
Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan:
BOP yang dibebankan 10.500.000
BOP Sesungguhnya 10.500.000
Jurnal untuk selisih BOP:
Selisih BOP 200.000
BOP Sesungguhnya 200.000
30. Selisih BOP sebesar Rp 200.000 tsb dapat
dipecah dalam 2 macam selisih:
1. Selisih Anggaran (Budget Variance)
menunjukkan perbedaan antara biaya yang
sesungguhnya terjadi dengan taksiran biaya
yang seharusnya dikeluarkan menurut
anggaran.
2. Selisih Kapasitas (Idle Capacity Variance)
merupakan perbedaan antara BOP tetap
yang dianggarkan dengan BOP tetap yang
dibebankan kepada produk.
31. PERHITUNGAN & ANALISIS SELISIH BOP
DENGAN METODE VARIABLE COSTING
Pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan BOP yang lebih
atau kurang dibebankan kepada produk sbb:
BOP variabel yang dibebankan kepada produk:
75.000 jam mesin x Rp 72,50 Rp 5.437.500
BOP variabel yang sesungguhnya
5.300.000
Selisih BOP Variabel (selisih lebih) Rp
137.500
Jurnal untuk menutup rekening BOP yg dibebankan:
BOP Variabel yang dibebankan 5.437.500
BOP Variabel sesungguhnya 5.437.500
Jurnal untuk mencatat selisih BOP:
32. PERLAKUAN TERHADAP
SELISIH BOP
Perlakuan terhadap selisih BOP:
1. Jika karena kesalahan dalam penghitungan tarif
BOP, atau keadaan yang tidak berhubungan
dengan efisiensi operasi selisih dibagi rata ke
dalam rekening Persediaan Barang Dalam
Proses, Persediaan Barang Jadi dan Harga
Pokok Penjualan.
2. Jika disebabkan karena ketidakefisienan pabrik
atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah
kapasitas normal selisih diperlakukan sebagai
pengurang atau penambah rekening Harga
Pokok Penjualan.
33. Namun demikian perlakuan selisih sebagai
pengurang atau penambah HPP seringkali
digunakan oleh perusahaan tanpa
memperhatikan penyebab terjadinya selisih
karena:
1. Manajemen tidak pernah mencoba menentukan
penyebab terjadinya selisih BOP
2. Jumlah selisih relatif kecil bila dibandingkan
dengan saldo rekening-rekening yang akan
dibebani dengan pembagian selisih tersebut.
3. Saldo rekening BDP dan Barang Jadi biasanya
relatif kecil bila dibandingkan dengan HPP.
35. KONSEP
DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi BOP : membagi pabrik ke
dalam segmen-segmen yang disebut departemen,
yang menjadi tujuan pembebanan biaya
overhead.
Tujuan Departementalisasi BOP :
1. Menghasilkan biaya produksi yang lebih baik
departemen yang berbeda memiliki tarif overhead
yang berbeda, sehingga pesanan yang melewati
suatu departemen produksi akan dibebani dengan
BOP sesuai dengan tarif departemen yang
bersangkutan.
2. Meningkatkan pengendalian BOP setiap manajer
departemen bertanggungjawab atas biaya yang
terjadi di departemen tersebut.
36. DEPT. PRODUKSI & DEPT. JASA
Klasifikasi Departemen:
1. Departemen Produksi menghasilkan produk
dengan mengubah bentuk atau sifat dari bahan
baku atau dengan merakit komponen.
Contoh : dept.pemotongan, dept. penyerutan,
dept. Perakitan.
2. Departemen Jasa memberikan pelayanan
yang berkontribusi secara tidak langsung
terhadap produksi produk tetapi tidak mengubah
bentuk, rakitan, maupun sifat dari bahan baku.
Contoh: dept. penyimpanan, dept. pembelian,
dept. pemeliharaan.
37. BIAYA LANGSUNG
DEPARTEMENTAL
Adalah Biaya Overhead Pabrik yang dapat
ditelusuri secara langsung ke departemen
tertentu.
Umumnya terdiri atas :
1. Biaya supervisi, biaya tenaga kerja tidak
langsung dan biaya lembur.
2. Tunjangan-tunjangan tenaga kerja
3. Bahan baku tidak langsung dan perlengkapan
pabrik
4. Biaya perbaikan dan pemeliharaan
38. BIAYA TIDAK LANGSUNG
DEPARTEMENTAL
Adalah biaya yang memberikan manfaat bagi semua
departemen, sehingga biaya tersebut tidak
dibebankan langsung ke suatu departemen tertentu
tetapi dialokasikan ke semua departemen.
Umumnya terdiri dari :
1. Biaya sewa gedung
2. Pajak Properti
3. Biaya penyusutan bangunan
4. Asuransi kebakaran
5. Perbaikan gedung
6. Biaya listrik.
7. Biaya Air
8. Dll.
39. MENENTUKAN TARIF BOP
DEPARTEMENTAL
Penggunaan tarif departemental seringkali
menghasilkan dasar yang berbeda untuk
departemen yang berbeda, contoh : tarif per
jam tenaga kerja langsung untuk departemen
A, tarif jam mesin untuk departemen B.
40. Langkah-langkah penetapan tarif BOP
Departemental
1. Estimasi total overhead departemental dari
departemen produksi dan departemen jasa pada
tingkat aktivitas yang diperkirakan. Tentukan jika
mungkin sifat tetap dan variabel untuk setiap
kategori biaya.
2. Survey pabrik untuk menentukan dasar alokasi &
dasar distribusi. Contoh: estimasi konsumsi kwh,
jumlah meter persegi, jumlah karyawan di setiap
departemen.
3. Estimasi total overhead tidak langsung
departemental pada tingkat aktivitas yang dipilih dan
alokasikan biaya-biaya tersebut ke departemen-
departemen. Contoh: biaya utilitas seperti listrik,
bahan bakar, air.
4. Distribusikan biaya departemen jasa ke departemen
yang memperoleh manfaat dari jasa tersebut.
41. Dua metode akuntansi untuk biaya
utilitas
1. Membebankan semua biaya tenaga dan bahan
bakar ke departemen utilitas tersendiri,
kemudian mengalokasikannya ke departemen
yang menerima manfaatnya.
2. Membebankan departemen-departemen tertentu
dengan biaya tenaga dan bahan bakar jika ada
meteran terpisah, dan membebankan sisanya ke
departemen utilitas tersendiri. Sisa ini kemudian
akan dialokasikan ke departemen yang
menerima manfaatnya.
42. Distribusi Biaya Departemen
Jasa
Distribusi didasarkan pada unit pengukuran umum yang
berkorelasi dengan penyebab dari biaya departemen
jasa.
Contoh: jumlah karyawan, konsumsi kwh, konsumsi
tenaga kuda per jam, luas lantai, nilai aset, atau
biaya dari bahan baku yang akan diminta.
Tiga metode umum distribusi overhead departemen jasa
ke departemen yang memperoleh manfaatnya:
1. Metode Langsung (Direct Method)
2. Metode Bertingkat (Step Method)/Sequential Method
3. Metode Simultan (Simultaneous Method)/Metode
Aljabar (Algebraic Method)
43. Contoh untuk perhitungan ketiga
metode
Data yang ada pada Nicleby Company:
Biaya Overhead
Pabrik
Departemen
Jasa sebelum
distribusi
Departemen Jasa
Departemen Departemen Y Departemen Z
Dept.Produksi
A
$ 60.000 40% 20%
Dept.Produksi
B
$ 80.000 40% 50%
Dept. Jasa Y $ 36.300 - 30%
Dept. Jasa Z $ 20.000 20% -
Total Overhead
Pabrik
$196.300 100% 100%
44. METODE LANGSUNG (DIRECT
METHOD)
Pada metode langsung:
Biaya departemen jasa didistribusikan hanya ke
departemen produksi saja.
Metode ini mengabaikan dan tidak membebankan
biaya apapun ke jasa yang diberikan oleh suatu
departemen jasa ke departemen jasa lain.
Metode langsung dapat dibenarkan untuk
perhitungan biaya produk jika hasil akhirnya tidak
jauh berbeda dengan hasil dari metode distribusi
lainnya.
45. Nicleby Company
Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode
Langsung
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total A B Y Z
BOP
sebelum
distribusi
$ 196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $
20.000
Distribusi
dari:
Dept. Y 18.150
(40/80 x 36.300)
18.150
(40/80 x 36.300)
(36.300)
Dept. Z 5.714
(20/70 x 20.000)
14.286
(50/70 x 20.000)
(20.000)
Total
Overhead
$ 196.300 $ 83.864 $ 112.436 0 0
46. METODE BERTINGKAT (STEP
METHOD)
Pada metode bertingkat:
Mendistribusikan biaya dari departemen jasa
berdasarkan urutan tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya.
Sekali biaya telah didistribusikan dari suatu
departemen jasa, tidak ada biaya departemen
jasa lain yang dibebankan kembali ke departemen
tersebut dalam langkah berikutnya.
Urutan yang berbeda memberikan hasil yang
berbeda.
Urutan dapat dimulai dari departemen yang paling
banyak melayani departemen lain dan paling
sedikit menggunakan jasa departemen lain atau
dimulai dari departemen jasa yang menyediakan
jasa ke departemen jasa lain dengan jumlah biaya
47. Nicleby Company
Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode
Bertingkat
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total A B Y Z
BOP sebelum
distribusi
Dept.Jasa
$ 196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $ 20.000
Distribusi dari:
Dept.Y 14.520
(40/100 x 36.300)
14.520
(40/100 x 36.300)
(36.300) 7.260
(20/100 x 36.300)
Dept.Z 7.789
(20/70 x 27.260)
19.471
(50/70 x 27.260)
(27.260)
Total
Overhead
$196.300 $ 82.309 $ 113.991 0 0
48. METODE SIMULTAN
Mempertimbangkan secara lengkap hubungan
timbal balik antar semua departemen jasa.
Biaya dari departemen jasa didistribusikan secara
simultan, pertama-tama dengan menggunakan
aljabar untuk menyelesaikan dua persamaan linier
dengan dua variabel yang tidak diketahui,
tujuannya untuk menentukan berapa besar
alokasi terlalu tinggi yang diperlukan dan untuk
menentukannya secara simultan bagi kedua
departemen jasa.
49. Nicleby Company
Jika : Y = $ 36.300 + 0,3Z
Z = $ 20.000 + 0,20Y
Substitusi: Y = $ 36.300 + 0,3 ($ 20.000 + 0,20Y)
Penyelesaian:
Y = $ 36.300 + $ 6.000 + 0,06Y
Y = $ 42.300 + 0,06Y
0,94Y= $ 42.300
Y = $ 45.000
Substitusi: Z = $ 20.000 + (0,20 x $ 45.000)
Penyelesaian:
Z = $ 20.000 + $ 9.000
Z = $ 29.000
50. Nicleby Company
Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode
Simultan
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total A B Y Z
BOP
sebelum
distribusi
dept.jasa
$196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $ 20.000
Distribusi
Dari:
Dept.Y 18.000
(40/100 x 45.000)
18.000
(40/100 x 45.000)
(45.000) 9.000
(20/100 x 45.000)
Dept.Z 5.800
(20/100 x 29.000)
14.500
(50/100 x 29.000)
8.700
(30/100 x 29.000)
(29.000)
Total
Overhead
$196.300 $ 83.800 $ 112.500 0 0
51. Menggunakan Tarif BOP
Departemen
Setelah biaya departemen jasa didistribusikan,
tarif overhead departemen produksi dapat
dihitung dengan cara membagi total overhead
pabrik final dari setiap departemen produksi
dengan dasar alokasi yang dipilih.
Pada akhir periode overhead pabrik dibebankan
dengan jurnal sbb:
Barang Dalam Proses XX
Overhead Pabrik dibebankan Dept.A
XX
Overhead Pabrik dibebankan Dept.B
XX
Overhead Pabrik dibebankan Dept.C
52. BIAYA OVERHEAD AKTUAL
TERDEPARTEMENTALISASI
Overhead Pabrik Aktual diikhtisarkan dalam
akun Pengendali Overhead di buku besar.
Rinciannya dimasukkan dalam buku pembantu
overhead pabrik.
Pada akhir periode, biaya overhead aktual
dikumpulkan dengan cara yang sama seperti
estimasi biaya di awal periode.
53. LANGKAH-LANGKAH DI AKHIR PERIODE
UNTUK OVERHEAD PABRIK AKTUAL
TERDEPARTEMENTALISASI
1. Biaya aktual dari overhead langsung departemental
di departemen produksi dan departemen jasa, serta
overhead tidak langsung departemental
diikhtisarkan.
2. Survey kedua untuk tingkat aktual dari dasar alokasi
yang dialami selama tahun tersebut.
3. Biaya aktual dari overhead tidak langsung
departemental dialokasikan berdasarkan hasil dari
survey akhir tahun.
4. Biaya aktual dari departemen jasa didistribusikan ke
departemen yang menerima manfaat berdasarkan
hasil survey akhir tahun.
5. Overhead pabrik aktual dibandingkan dengan
overhead pabrik dibebankan , baik untuk fasilitas
tersebut secara keseluruhan maupun untuk setiap
departemen produksi. Hitung jumlah overhead
55. PENGERTIAN BAHAN BAKU
Adalah bahan
yang membentuk
bagian
menyeluruh dari
produk jadi.
Bahan baku dapat
diperoleh dari
pembelian lokal,
impor atau dari
pengolahan sendiri
56. LANGKAH-LANGKAH & DOKUMEN
PEMBELIAN DAN PENGGUNAAN BAHAN
BAKU
1. Menentukan rute atau urutan operasi untuk
setiap produk dan menetapkan daftar bahan
baku yang diperlukan (bill of materials).
2. Anggaran produksi (production budget)
rencana utama dimana rincian kebutuhan
bahan baku dikembangkan.
3. Bukti permintaan pembelian (Purchase
Requisition) informasi jumlah dan jenis
bahan baku yang dibutuhkan.
4. Pesanan pembelian (Purchase Order)
kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.
57. 5. Laporan Penerimaan (Receiving Report)
mengesahkan jumlah yang diterima dan
mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan
dan pengujian mutu.
6. Bukti permintaan bahan baku (material
requisition) memberikan wewenang bagi
gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah
tertentu dari bahan baku ke departemen
tertentu pada waktu tertentu.
7. Kartu catatan bahan baku (material record
card) mencatat setiap penerimaan dan
pengeluaran dari setiap jenis bahan baku dan
berguna sebagai catatan persediaan
perpetual.
58. PEMBELIAN BAHAN BAKU
Kegiatan yang dilakukan di Departemen Pembelian:
1. Menerima Purchase Requisition atas bahan
baku, perlengkapan dan peralatan.
2. Menyimpan informasi sumber pasokan, harga,
jadwal pengapalan serta pengantaran.
3. Membuat dan menempatkan Purchase Order
4. Mengatur pelaporan di antara departemen
pembelian, departemen penerimaan dan
departemen akuntansi.
Biasanya dilakukan oleh Departemen
Pembelian
59. PENERIMAAN BAHAN BAKU
Kegiatan yang dilakukan:
1. Membongkar bahan baku yang masuk
2. Membandingkan jumlah yang diterima dengan
daftar perusahaan perkapalan (shipper’s packing
list)
3. Mecocokkan bahan baku yang diterima dengan
deskripsi dalam Purchase Order
4. Membuat Receiving Report
Dilakukan oleh Departemen Penerimaan
60. 5. Memberitahukan ke departemen pembelian
jika menemukan perbedaan
6. Mengatur pemeriksaan apabila diperlukan
7. Memberitahukan jika terjadi kerusakan bahan
baku selama dalam perjalanan.
8. Mengirimkan bahan baku yang diterima ke
lokasi yang sesuai.
61. PERSETUJUAN FAKTUR &
PEMROSESAN DATA
Persetujuan faktur penting dalam
pengendalian bahan baku, karena
proses tersebut memverifikasi
bahwa barang telah diterima
sesuai dengan pesanan dan
pembayaran dapat dilakukan.
62. Sesuai
Laporan Penerimaan (receiving report),
pesanan pembelian (Purchase Order)
dan Faktur dibandingkan dalam hal: jenis
bahan baku, jumlah, harga, discount,
persyaratan kredit, instruksi pengiriman
dan persyaratan lainnya
Data voucher di jurnal, diposting
ke buku pembantu dan
dimasukkan ke jurnal
pembayaran kas sesuai dengan
tanggal jatuh tempo pembayaran
Dibuat
voucher
Dibuat cek dan di kirim
ke pemasok
63. BIAYA PEROLEHAN BAHAN
BAKU
Harga yang tercantum dalam faktur pemasok
dan beban transportasi adalah biaya
pembelian barang yang paling jelas terlihat.
Biaya yang tidak terlalu jelas terlihat dapat
disebut biaya akuisisi.
Biaya Akuisisi adalah biaya untuk
melakukan fungsi pembelian,
penerimaan, pembongkaran,
pemeriksaan, asuransi, penyimpanan
dan akuntansi
64. Bahan Baku biasanya dibukukan sesuai dengan
harga faktur yang dibayarkan ke pemasok.
Biaya akuisisi dan penyesuaian harga
diperlakukan sebagai overhead pabrik.
Diskon pembelian diperlakukan sebagai
pengurang harga.
Beban angkut pembelian :
Alternatif 1: Beban angkut pembelian dimasukkan ke
akun Bahan Baku di buku besar ditambahkan
secara proporsional ke setiap catatan pembantu
bahan baku dari setiap item. Alokasi dapat didasarkan
pada:
1. Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang
dibeli.
2. Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang
dibeli.
3. Beban angkut diperhitungkan dalam harga pokok
bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka.
65. Alternatif 2 : Membebankan semua beban angkut
pembelian ke Akun Beban Angkut Pembelian dan
mencatat hanya harga faktur sebagai biaya bahan
baku.
Alternatif 3 : Memasukkan semua beban angkut
pembelian di periode tersebut dalam menghitung tarif
overhead pabrik untuk periode itu menjadi akun
buku pembantu dari pengendali overhead pabrik.
Biaya akuisisi yang dibebankan jika dalam
biaya bahan baku akan dimasukkan biaya
akuisisi, maka suatu tarif pembebanan tertentu
dapat dikenakan ke setiap faktur dan setiap item.
Untuk itu dapat digunakan tarif tunggal atau tarif
yang terpisah untuk setiap kelas biaya.
66. PENYIMPANAN BAHAN BAKU
Bahan baku dan satu salinan laporan
penerimaan (receiving report) dikirimkan ke
bagian gudang dari departemen penerimaan
atau departemen pemeriksaan.
Petugas gudang bertanggung jawab untuk
mengamankan dan menyimpan bahan baku
serta memastikan bahwa semua bahan baku
yang dikeluarkan dari gudang sesuai dengan
bukti permintaan bahan baku yang
bersangkutan.
67. PENGELUARAN BAHAN
BAKU
Bukti Permintaan Bahan Baku memberikan
otorisasi bagi petugas gudang untuk
mengeluarkan bahan baku.
Semua penarikan bahan baku menghasilkan
jurnal ikhtisar yang mengkredit Bahan Baku dan
mendebit Barang Dalam Proses, Pengendali
Overhead Pabrik, Beban Pemasaran atau Beban
Administratif.
Daftar bahan baku yang diperlukan (Bill of
Materials-BOM):
memuat daftar dari semua bahan baku yang
diperlukan untuk suatu pesanan atau production run
tertentu.
Berfungsi sebagai salinan induk dari bukti permintaan
bahan baku untuk produk tersebut.
68. METODE PENCATATAN BIAYA BAHAN
BAKU
Sistem persediaan
perpetual :
memasukkan setiap
penambahan dan
setiap pengurangan
persediaan ke
dalam buku
pembantu bahan
baku agar catatan
tersebut selalu
terkini.
Cocok untuk job
order costing.
Sistem persediaan
periodik: pembelian
ditambahkan ke
persediaan awal,
kemudian persediaan
akhir dihitung secara
fisik dan biayanya
dikurangkan dari jumlah
tersebut. Selisih yang
terjadi dianggap
sebagai biaya bahan
baku yang dikeluarkan.
Cocok untuk process
costing.
69. KUANTITAS PEMESANAN EKONOMIS
(ECONOMIC ORDER QUANTITY-EOQ)
Adalah jumlah persediaan yang dipesan pada
suatu waktu yang meminimalkan biaya
persediaan tahunan..
Jumlah optimum yang dipesan pada suatu
waktu tertentu ditentukan dengan cara
menyeimbangkan dua faktor:
Biaya pemilikan (penyimpanan bahan baku)
Biaya perolehan (pemesanan bahan baku)
70. Rumus EOQ:
EOQ =
Contoh:
Asumsi kebutuhan pertahun = 2.400 unit, biaya per unit $
0,75, biaya pemesanan =$20 per pesanan, persentase
biaya penyimpanan adalah 20%, maka EOQ adalah:
EOQ =
2 x jumlah yang diperlukan per tahun x biaya
perpesanan
Biaya perunit bahan baku x persentase biaya
penyimpanan
2 x 2.400 x $20
$0,75 x 20%
= 800 unit
71. MENENTUKAN WAKTU
PEMESANAN
Waktu pemesanan dikendalikan oleh tiga faktor:
Waktu yang diperlukan untuk pengiriman
Tingkat penggunaan persediaan
Jumlah persediaan pengaman
Menentukan titik pemesanan akan relatif lebih
sederhana apabila tersedia prediksi yang tepat
untuk tingkat penggunaan dan waktu tunggu (lead
time).
Lead time interval waktu antara saat
pemesanan dilakukan dengan saat bahan baku
tersedia di pabrik untuk produksi.
72. Tiga kondisi akibat variasi dari kedua faktor
tersebut:
Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan
selama periode pemesanan di bawah perkiraan,
maka bahan baku yang baru tiba sebelum
persediaan yang ada habis digunakan, sehingga
menambah biaya penyimpanan bahan baku.
Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan di
atas perkiraan, maka akan terjadi kehabisan
persediaan beserta biaya-biayanya, termasuk
kehilangan pelanggan.
Jika waktu tunggu dan tingkat penggunaan rata-
rata atau normal digunakan untuk menentukan
titik pemesanan, kehabisan persediaan bisa
diperkirakan akan terjadi pada setiap pesanan.
73. Persediaan pengaman merupakan proteksi
dengan tingkat biaya yang paling rendah guna
mengatasi kehabisan persediaan.
Jumlah persediaan pengaman yang optimum
adalah jumlah yang menghasilkan total biaya
akibat kehabisan persediaan plus biaya
penyimpanan persediaan pengaman yang
paling kecil.
Biaya penyimpanan dihitung dengan cara
yang sama seperti EOQ.
Total biaya kehabisan persediaan bergantung
pada frekuensi terjadinya dan biaya dari setiap
kehabisan persediaan.
74. Contoh:
asumsikan suatu perusahaan menggunakan satu item
yang dipesan 10 kali per tahun. Biaya dari satu kali
kehabisan persediaan adalah sebesar $30, biaya
penyimpanan sebesar $0,50 per tahun per unit, dan
probabilitas terjadinya kehabisan persediaan
diestimasikan untuk berbagai tingkat persediaan
pengaman:
Persediaan pengaman (dalam
unit)
Probabilitas kehabisan
persediaan
0 40%
50 20%
100 10%
200 5%
75. Total biaya penyimpanan dan total biaya kehabisan
persediaan pada setiap tingkat persediaan pengaman
adalah sbb:
76. Pada contoh tersebut, tingkat persediaan
pengaman yang optimum adalah 100 unit,
karena pada tingkat ini total biaya kehabisan
persediaan dan biaya penyimpanan
diminimalkan.
77. TITIK PEMESANAN
Titik pemesanan (order print) dicapai bila
jumlah yang tersedia sama dengan kebutuhan
yang diperkirakan, yaitu:
saat jumlah persediaan yang tersedia dan
jumlah persediaan yang akan diterima =
jumlah persediaan yang akan digunakan
selama waktu tunggu dan jumlah
persediaan pengaman.
78. PENGENDALIAN BAHAN
BAKU
Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua
kebutuhan yang saling berlawanan yaitu:
Menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang
memadai guna beroperasi secara efisien.
Menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan
secara finansial.
Tujuan dasar pengendalian bahan baku:
kemampuan untuk melakukan pemesanan pada
waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk
memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan
kualitas yang tepat.
79. Metode pengendalian bahan baku :
1. Metode siklus pesanan (order cycling method)
memeriksa secara periodik status jumlah bahan
baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas.
2. Metode minimum-maksimum (min-max method)
didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari
sebagian besar item persediaan berada pada
kisaran batas tertentu. Jumlah maksimum untuk
setiap item ditetapkan. Tingkat minimum sudah
memasukkan margin pengaman yang diperlukan
untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan
selama siklus pemesanan kembali. Tingkat minimum
menentukan titik pemesanan kembali, dan jumlah
pesanan sama dengan selisih antara tingkat
maksimum dengan tingkat minimum.
3. Metode just in time filosofi yang dipusatkan pada
pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan.
80. METODE PERHITUNGAN BIAYA
PERSEDIAAN
Metode yang paling umum digunakan untuk
menghitung biaya persediaan adalah:
1. Metode masuk pertama keluar pertama ( First
in, first out/ FIFO).
2. Metode rata-Rata Tertimbang.
3. Metode masuk pertama, keluar terakhir (Last in ,
first out/ LIFO).
81. METODE FIRST IN FIRST OUT
(FIFO)
Metode FIFO membebankan biaya bahan
baku sesuai dengan harga persediaan tertua
yang ada di gudang.
Metode FIFO mudah diterapkan jika hanya
ada beberapa penerimaan bahan baku yang
berbeda di catatan bahan baku pada suatu
saat
82.
83. METODE BIAYA RATA-RATA
TERTIMBANG
Metode rata-rata tertimbang mengasumsikan
bahwa biaya dari setiap pengeluaran bahan
baku merupakan bauran dari semua biaya
pengiriman yang ada di gudang pada saat
pengeluaran tersebut terjadi.
Metode biaya rata-rata tertimbang membagi
total biaya dari semua bahan baku dari kelas
tertentu dengan jumlah unit yang tersedia
untuk menemukan biaya rata-ratanya.
84.
85. Bahan baku dikeluarkan sesuai dengan harga
rata-rata sampai pembelian berikutnya dicatat,
pada waktu tersebut biaya rata-rata baru akan
dihitung.
Beberapa perusahaan menentukan rata-rata
biaya untuk setiap jenis bahan baku di akhir
setiap bulan dan menggunakan biaya rata-rata
ini untuk seluruh pengeluaran di bulan
berikutnya.
86. METODE LAST IN FIRST OUT
(LIFO)
Metode LIFO membebankan biaya dari
pembelian yang paling terakhir dalam
persediaan ke setiap batch bahan baku yang
dikeluarkan ke produksi.
Tujuannya adalah untuk membebankan biaya
dari pembelian terakhir dan membiarkan biaya
yang paling tua di akun persediaan.
87.
88. PERBANDINGAN ANTAR METODE
PERHITUNGAN BIAYA
Dalam periode dimana harga-harga
naik, metode FIFO menghasilkan
biaya yang terendah untuk
pengeluaran bahan baku, metode
LIFO menghasilkan biaya yang
paling tinggi dan metode biaya rata-
rata tertimbang menghasilkan biaya
yang besarnya berada di antara
biaya yang dihasilkan oleh kedua
metode tersebut.
89. Dalam periode dimana harga-harga
turun, FIFO membebankan biaya
tertinggi, LIFO membebankan biaya
terendah dan biaya yang dibebankan
oleh metode biaya rata-rata
tertimbang berada di antara
keduanya.