SlideShare a Scribd company logo
1 of 89
COST ACCOUNTING
MATERI-7
BIAYA OVERHEAD PABRIK
PENGGOLONGAN BIAYA
OVERHEAD PABRIK
Biaya Overhead Pabrik digolongkan dalam tiga
cara:
1. Menurut sifatnya
2. Menurut perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan.
3. Menurut hubungannya dengan Departemen
Penggolongan BOP menurut
sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan, BOP adalah biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya produksi yang termasuk BOP dikelompokkan
menjadi beberapa golongan:
a. Biaya Bahan Penolong
 tidak menjadi bagian produk jadi atau meskipun
menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif
kecil bila dibandingkan dengan harga pokok
produk tersebut.
Contoh : di percetakan: bahan perekat, tinta koreksi.
di perusahaan kertas: soda, kaporit, bahan warna,
dll.
b. Biaya reparasi & pemeliharaan
 berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya
bahan habis pakai (factorysupplies), harga perolehan
jasa dari pihak luar perusahaan untuk perbaikan &
pemeliharaan bangunan pabrik, mesin dan equipment &
aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan
pabrik.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
 tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja
pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara
langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
terdiri dari :
1. karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu,
seperti gudang, dept.pembangkit listrik, bengkel.
2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen
produksi seperti kepala dept.produksi, kary.administrasi
pabrik, mandor
 Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah,
tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian
terhadap aktiva tetap.
 antara lain terdiri dari biaya-biaya depresiasi
mesin dan equipment, perkakas laboratorium,
alat kerja dan aset tetap lain yang digunakan di
pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya
waktu.
 antara lain terdiri dari biaya asuransi gedung,
asuransi mesin dan equipment, asuransi
kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan dan
lain-lain.
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara
langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
 contoh: biaya listrik PLN
Penggolongan BOP menurut perilakunya
dalam hubungan dengan perubahan volume
produksi
Dibagi menjadi tiga golongan:
1. Biaya overhead pabrik tetap  BOP yang
tidak berubah dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu.
2. Biaya overhead pabrik variabel  BOP yang
berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
3. Biaya overhead pabrik semivariabel  BOP
yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
menurut hubungannya dengan Departemen
Digolongkan menjadi dua kelompok:
1. BOP langsung departemen  BOP yang terjadi
dalam departemen tertentu dan manfaatnya
hanya dinikmati oleh departemen tersebut.
Contoh: gaji mandor departemen produksi, biaya
depresiasi mesin dan biaya bahan penolong.
2. BOP tidak langsung departemen  BOP yang
manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Contoh: biaya depresiasi,
pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik
(apabila gedung pabrik digunakan oleh beberapa
departemen produksi).
ALASAN PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK
KEPADA PRODUK ATAS DASAR TARIF YANG
DITENTUKAN DI MUKA (PADA JOB ORDER COSTING)
1. Pembebanan BOP atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan
berubah-ubahnya harga pokok per satuan
produk yang dihasilkan dari bulan yang satu ke
bulan yang lain.
Fluktuasi dapat terjadi karena:
 Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan
ke bulan  produk yang dihasilkan pada bulan
yang volume produksinya rendah akan dibebani
BOP tetap per satuan yang tinggi, demikian pula
sebaliknya.
 Perubahan tingkat efisiensi produksi
 Adanya BOP yang terjadi secara sporadik,
menyebar tidak merata salama jangka waktu
setahun., contoh reparasi mesin besar-besaran
pada satu bulan tertentu.
 BOP tertentu sering terjadi secara teratur pada
waktu-waktu tertentu.. Contoh: pembayaran PBB
setiap Mei setiap tahun, THR, dll.
2. Pada job order costing, manajemen memerlukan
informasi harga pokok produksi per satuan pada
saat pesanan selesai dikerjakan, sementara
terdapat elemen BOP yang baru dapat diketahui
jumlahnya pada akhir setiap bulan atau akhir
tahun.
LANGKAH-LANGKAH
PENENTUAN TARIF BOP
Tiga langkah penentuan tarif BOP:
1. Menyusun anggaran Biaya Overhead Pabrik
2. Memilih dasar pembebanan Biaya Overhead
Pabrik kepada produk
3. Menghitung tarif Biaya Overhead Pabrik
Menyusun Anggaran Biaya Overhead
Pabrik
 Harus memperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas)
yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran
biaya overhead pabrik.
 Kapasitas teoritis  kapasitas pabrik atau
departemen untuk menghasilkan produk pada
kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka
waktu tertentu.
 Tiga macam kapasitas yang dapat dipakai
sebagai dasar pembuatan anggaran BOP:
1. Kapasitas Praktis
2. Kapasitas Normal
3. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan
KAPASITAS PRAKTIS
Adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-
kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena
hambatan-hambatan intern perusahaan.
Contoh hambatan intern perusahaan: penghentian
pabrik yang tidak dapat dihindari karena adanya
reparasi mesin, tertundanya kedatangan bahan
baku dan suku cadang, hari-hari libur,
ketidakefisienan, dll.
Merupakan pendekatan jangka panjang, titik berat
pada kapasitas fisik pabrik.
KAPASITAS NORMAL
 Adalah kemampuan perusahaan untuk
memproduksi dan menjual produknya dalam
jangka panjang
 Merupakan kapasitas teoritis dikurangi dengan
kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat
dihindari karena hambatan-hambatan intern
perusahaan dan trend penjualan di masa yang
akan datang.
 Merupakan pendekatan jangka panjang, titik
berat pada kapasitas fisik pabrik.
KAPASITAS SESUNGGUHNYA
YANG DIHARAPKAN
 Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan
akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.
 Menggunakan ramalan penjualan tahun yang akan
datang sebagai dasar penentuan kapasitas.
 Merupakan pendekatan jangka pendek
 Kelemahan penggunaan kapasitas sesungguhnya
yang diharapkan sebagai dasar penentuan tarif BOP:
1. Berakibat terjadinya perbedaan yang besar pada
tarif BOP dari tahun ke tahun.
2. Akibat perbedaan yang besar pada tarif BOP, maka
biaya-biaya akibat adanya fasilitas yang
menganggur dikapitalisasikan dan diperhitungkan
dalam harga pokok produksi.
Memilih Dasar Pembebanan BOP
kepada Produk
 Beberapa macam dasar yang dapat digunakan untuk
membebankan BOP kepada produk:
1. Satuan Produk
2. Biaya Bahan Baku
3. Biaya Tenaga Kerja Langsung
4. Jam Tenaga Kerja Langsung
5. Jam Mesin
 Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih dasar pembebanan BOP:
1. Harus diperhatikan jenis BOP yang dominan
jumlahnya dalam Departemen Produksi.
2. Harus diperhatikan sifat BOP yang dominan tersebut
dan eratnya hubungan sifat tersebut dengan dasar
pembebanan yang akan dipakai
SATUAN PRODUK
 Contoh:
Taksiran BOP 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000
Taksiran jumlah produk yg akan dihasilkan selama tahun anggaran
tersebut = 4.000 unit.
Tarif BOP per satuan = (Rp 2.000.000 : 4.000 unit) = Rp 500 per
unit produk.
 Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya
memproduksi satu macam produk.
Taksiran BOP
Taksiran jumlah
satuan produk
yang dihasilkan
= Tarif BOP per
satuan
BIAYA BAHAN BAKU
 Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp 2.000.000
Taksiran Biaya Bahan Baku 1 tahun anggaran Rp 4.000.000
Taksiran BOP = (Rp 2.000.000 : Rp 4.000.000) x 100% = 50%
dari biaya bahan baku yang dipakai.
 Metode ini terbatas pemakaiannya, karena semakin besar
biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk
semakin besar pula BOP yang dibebankan kepadanya.
Taksiran BOP
Taksiran Biaya
Bahan Baku
yang dipakai
=
Persentase
BOP dari
Biaya Bahan
Baku yang
dipakai
X 100%
BIAYA TENAGA KERJA
 Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000
Taksiran biaya Tenaga Kerja Langsung 1 tahun anggaran = Rp
5.000.000
Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000 : Rp 5.000.000) x 100% = 40%
dari biaya tenaga kerja langsung yang dipakai.
 Kelemahan metode ini:
1. BOP harus dipandang sebagai tambahan nilai produk.
2. Jumlah biaya tenaga kerja langsung merupakan jumlah total upah
dengan tarif tinggi dan rendah
Taksiran BOP
Taksiran
Biaya Tenaga
Kerja
Langsung
X 100% =
Persentase
BOP dari
Biaya Tenaga
Kerja
Langsung
JAM TENAGA KERJA
LANGSUNG
 Apabila BOP mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk
membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan
adalah jam tenaga kerja langsung.
 Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000
Taksiran jam tenaga kerja langsung selama tahun anggaran
tersebut = 2.000 jam
Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000: 2.000) = Rp 1.000 per jam
tenaga kerja langsung
Taksiran BOP
Taksiran jam
tenaga kerja
=
Tarif biaya
overhead per jam
tenaga kerja
langsung
JAM MESIN
 Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin,
maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam
mesin.
 Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000
Taksiran jam mesin selama tahun anggaran tersebut =
10.000 jam mesin
Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000 : 10.000) = Rp 200 per
jam mesin
Taksiran BOP
Taksiran jam
kerja mesin
= Tarif BOP per
jam mesin
MENGHITUNG TARIF BIAYA
OVERHEAD PABRIK
 Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai
dalam periode anggaran ditentukan, anggaran
Biaya Overhead Pabrik telah disusun, serta dasar
pembebanan telah dipilih dan diperkirakan, maka
langkah terakhir adalah menghitung tarif BOP
dengan rumus sebagai berikut:
BOP dianggarkan = Tarif BOP
Taksiran dasar pembebanan
 Utk keperluan analisis selisih, tarif BOP harus
dipecah menjadi tarif BOP Tetap & Tarif BOP
Variabel
Contoh Perhitungan tarif BOP
PT Eliona Sari memproduksi produknya
berdasarkan pesanan. Dalam penentuan tarif
BOPnya, telah disusun anggaran BOP seperti
data di bawah. BOP dibebankan kepada
produk berdasarkan jam mesin. Anggaran
BOP tersebut disusun pada kapasitas normal
sebanyak 80.000 jam mesin. Perhitungannya
adalah sbb:
PT ELIONA SARI
ANGGARAN BOP UNTUK TAHUN 19X1
ATAS DASAR KAPASITAS NORMAL 80.000 JAM MESIN
No.Rekening Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah
5101
5102
5103
5104
5105
5106
5107
5108
B. Bahan Penolong
B. Listrik
B. Bahan Bakar
B. Tenaga Kerja Tidak
Langsung
B. Kesejahteraan kary.
B. Reparasi & Pmlhrn.
Biaya Asuransi gedung
Biaya Depresiasi
V
V
V
V
T
T
V
T
T
T
Rp 1.050.000
1.500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
750.000
500.000
600.000
800.000
Jumlah V
T
Rp 5.800.000
5.400.000
Jumlah Total Rp 11.200.000
Tarif BOP Variabel = Rp 5.800.000 : 80.000 =
Tarif BOP Tetap = Rp 5.400.000 : 80.000 =
Tarif BOP Total =
Rp 72,50 per jam mesin
Rp 67,50 per jam mesin
Rp 140,00 per jam mesin
PEMBEBANAN BOP KEPADA
PRODUK ATAS DASAR TARIF
 Tarif BOP yang telah ditentukan di muka, digunakan
untuk membebankan BOP kepada produk yang
diproduksi.
 Jika perusahaan menggunakan metode Full Costing:
 Produk akan dibebani BOP dengan tarif BOP variabel &
tarif BOP tetap. Contoh : jam mesin tahun 19X1 = 75.000,
maka BOP dibebankan = (Rp 140 x 75.000) = Rp 10.500.000
 Jurnal : Barang Dalam Proses-BOP 10.500.000
BOP yg dibebankan 10.500.000
 Jika perusahaan menggunakan metode Variable
Costing:
 Produk akan dibebani BOP dengan tarif BOP variabel saja
Contoh : BOP dibebankan = (Rp 72,50 x 75.000)=Rp
5.437.500
PENGUMPULAN BOP
SESUNGGUHNYA
 BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan
untuk dibandingkan dengan BOP yang
dibebankan kepada produk atas dasar tarif
yang ditentukan di muka.
 Selisih yang terjadi antara BOP yang
dibebankan dengan BOP yang sesungguhnya
terjadi merupakan BOP yang lebih atau kurang
dibebankan (over or underapplied factory
overhead cost)
PT ELIONA SARI
BOP YANG SESUNGGUHNYA TERJADI TAHUN 19X1
PADA KAPASITAS SESUNGGUHNYA YANG DICAPAI : 75.000 JAM
MESIN
No.Rekening Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah
5101
5102
5103
5104
5105
5106
5107
5108
B. Bahan Penolong
B. Listrik
B. Bahan Bakar
B. Tenaga Kerja Tidak
Langsung
B. Kesejahteraan kary.
B. Reparasi & Pmlhrn.
Biaya Asuransi gedung
Biaya Depresiasi
V
V
V
V
T
T
V
T
T
T
Rp 1.100.000
1.450.000
750.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
500.000
500.000
600.000
800.000
Jumlah V
T
Rp 5.300.000
5.400.000
Jumlah Total Rp 10.700.000
PENGUMPULAN BOP SESUNGGUHNYA
DALAM METODE FULL COSTING
 Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 10.700.000
Persediaan Bahan Penolong 1.100.000
Persediaan Bahan Bakar 750.000
Gaji & Upah 3.500.000
Persediaan Suku Cadang 500.000
Asuransi dibayar di muka 600.000
Akumulasi Depresiasi Mesin 800.000
Kas 3.450.000
 Catatan :
Kas terdiri dari : Biaya listrik, biaya kesejahteraan karyawan
dan biaya reparasi & pemeliharaan.
PENGUMPULAN BOP SESUNGGUHNYA
DALAM METODE VARIABLE COSTING
 Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 10.700.000
Persediaan Bahan Penolong
1.100.000
Persediaan Bahan Bakar 750.000
Gaji & Upah 3.500.000
Persediaan Suku Cadang 500.000
Asuransi dibayar di muka 600.000
Akumulasi Depresiasi Mesin
800.000
Kas 3.450.000
 Jurnal untuk mencatat pemisahan BOP sesungguhnya terjadi
menurut perilakunya:
BOP Variabel sesungguhnya 5.300.000
BOP Tetap sesungguhnya 5.400.000
Perhitungan & Analisis Selisih BOP dengan
metode Full Costing
 Pada akhir periode akuntansi dilakukan penghitungan selisih BOP
yang dibebankan kepada produk sbb:
BOP dibebankan kpd produk:
75.000 jam mesin x Rp 140 Rp 10.500.000
BOP sesungguhnya 10.700.000
Selisih Biaya Overhead Pabrik (slsh kurang)
200.000
 Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan:
BOP yang dibebankan 10.500.000
BOP Sesungguhnya 10.500.000
 Jurnal untuk selisih BOP:
Selisih BOP 200.000
BOP Sesungguhnya 200.000
 Selisih BOP sebesar Rp 200.000 tsb dapat
dipecah dalam 2 macam selisih:
1. Selisih Anggaran (Budget Variance)
 menunjukkan perbedaan antara biaya yang
sesungguhnya terjadi dengan taksiran biaya
yang seharusnya dikeluarkan menurut
anggaran.
2. Selisih Kapasitas (Idle Capacity Variance)
 merupakan perbedaan antara BOP tetap
yang dianggarkan dengan BOP tetap yang
dibebankan kepada produk.
PERHITUNGAN & ANALISIS SELISIH BOP
DENGAN METODE VARIABLE COSTING
 Pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan BOP yang lebih
atau kurang dibebankan kepada produk sbb:
BOP variabel yang dibebankan kepada produk:
75.000 jam mesin x Rp 72,50 Rp 5.437.500
BOP variabel yang sesungguhnya
5.300.000
Selisih BOP Variabel (selisih lebih) Rp
137.500
 Jurnal untuk menutup rekening BOP yg dibebankan:
BOP Variabel yang dibebankan 5.437.500
BOP Variabel sesungguhnya 5.437.500
 Jurnal untuk mencatat selisih BOP:
PERLAKUAN TERHADAP
SELISIH BOP
 Perlakuan terhadap selisih BOP:
1. Jika karena kesalahan dalam penghitungan tarif
BOP, atau keadaan yang tidak berhubungan
dengan efisiensi operasi  selisih dibagi rata ke
dalam rekening Persediaan Barang Dalam
Proses, Persediaan Barang Jadi dan Harga
Pokok Penjualan.
2. Jika disebabkan karena ketidakefisienan pabrik
atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah
kapasitas normal  selisih diperlakukan sebagai
pengurang atau penambah rekening Harga
Pokok Penjualan.
 Namun demikian perlakuan selisih sebagai
pengurang atau penambah HPP seringkali
digunakan oleh perusahaan tanpa
memperhatikan penyebab terjadinya selisih
karena:
1. Manajemen tidak pernah mencoba menentukan
penyebab terjadinya selisih BOP
2. Jumlah selisih relatif kecil bila dibandingkan
dengan saldo rekening-rekening yang akan
dibebani dengan pembagian selisih tersebut.
3. Saldo rekening BDP dan Barang Jadi biasanya
relatif kecil bila dibandingkan dengan HPP.
COST ACCOUNTING
MATERI-8
DEPARTEMENTALISASI
BOP
KONSEP
DEPARTEMENTALISASI
 Departementalisasi BOP : membagi pabrik ke
dalam segmen-segmen yang disebut departemen,
yang menjadi tujuan pembebanan biaya
overhead.
 Tujuan Departementalisasi BOP :
1. Menghasilkan biaya produksi yang lebih baik 
departemen yang berbeda memiliki tarif overhead
yang berbeda, sehingga pesanan yang melewati
suatu departemen produksi akan dibebani dengan
BOP sesuai dengan tarif departemen yang
bersangkutan.
2. Meningkatkan pengendalian BOP  setiap manajer
departemen bertanggungjawab atas biaya yang
terjadi di departemen tersebut.
DEPT. PRODUKSI & DEPT. JASA
Klasifikasi Departemen:
1. Departemen Produksi  menghasilkan produk
dengan mengubah bentuk atau sifat dari bahan
baku atau dengan merakit komponen.
Contoh : dept.pemotongan, dept. penyerutan,
dept. Perakitan.
2. Departemen Jasa  memberikan pelayanan
yang berkontribusi secara tidak langsung
terhadap produksi produk tetapi tidak mengubah
bentuk, rakitan, maupun sifat dari bahan baku.
Contoh: dept. penyimpanan, dept. pembelian,
dept. pemeliharaan.
BIAYA LANGSUNG
DEPARTEMENTAL
 Adalah Biaya Overhead Pabrik yang dapat
ditelusuri secara langsung ke departemen
tertentu.
 Umumnya terdiri atas :
1. Biaya supervisi, biaya tenaga kerja tidak
langsung dan biaya lembur.
2. Tunjangan-tunjangan tenaga kerja
3. Bahan baku tidak langsung dan perlengkapan
pabrik
4. Biaya perbaikan dan pemeliharaan
BIAYA TIDAK LANGSUNG
DEPARTEMENTAL
 Adalah biaya yang memberikan manfaat bagi semua
departemen, sehingga biaya tersebut tidak
dibebankan langsung ke suatu departemen tertentu
tetapi dialokasikan ke semua departemen.
 Umumnya terdiri dari :
1. Biaya sewa gedung
2. Pajak Properti
3. Biaya penyusutan bangunan
4. Asuransi kebakaran
5. Perbaikan gedung
6. Biaya listrik.
7. Biaya Air
8. Dll.
MENENTUKAN TARIF BOP
DEPARTEMENTAL
 Penggunaan tarif departemental seringkali
menghasilkan dasar yang berbeda untuk
departemen yang berbeda, contoh : tarif per
jam tenaga kerja langsung untuk departemen
A, tarif jam mesin untuk departemen B.
Langkah-langkah penetapan tarif BOP
Departemental
1. Estimasi total overhead departemental dari
departemen produksi dan departemen jasa pada
tingkat aktivitas yang diperkirakan. Tentukan jika
mungkin sifat tetap dan variabel untuk setiap
kategori biaya.
2. Survey pabrik untuk menentukan dasar alokasi &
dasar distribusi. Contoh: estimasi konsumsi kwh,
jumlah meter persegi, jumlah karyawan di setiap
departemen.
3. Estimasi total overhead tidak langsung
departemental pada tingkat aktivitas yang dipilih dan
alokasikan biaya-biaya tersebut ke departemen-
departemen. Contoh: biaya utilitas seperti listrik,
bahan bakar, air.
4. Distribusikan biaya departemen jasa ke departemen
yang memperoleh manfaat dari jasa tersebut.
Dua metode akuntansi untuk biaya
utilitas
1. Membebankan semua biaya tenaga dan bahan
bakar ke departemen utilitas tersendiri,
kemudian mengalokasikannya ke departemen
yang menerima manfaatnya.
2. Membebankan departemen-departemen tertentu
dengan biaya tenaga dan bahan bakar jika ada
meteran terpisah, dan membebankan sisanya ke
departemen utilitas tersendiri. Sisa ini kemudian
akan dialokasikan ke departemen yang
menerima manfaatnya.
Distribusi Biaya Departemen
Jasa
Distribusi didasarkan pada unit pengukuran umum yang
berkorelasi dengan penyebab dari biaya departemen
jasa.
Contoh: jumlah karyawan, konsumsi kwh, konsumsi
tenaga kuda per jam, luas lantai, nilai aset, atau
biaya dari bahan baku yang akan diminta.
Tiga metode umum distribusi overhead departemen jasa
ke departemen yang memperoleh manfaatnya:
1. Metode Langsung (Direct Method)
2. Metode Bertingkat (Step Method)/Sequential Method
3. Metode Simultan (Simultaneous Method)/Metode
Aljabar (Algebraic Method)
Contoh untuk perhitungan ketiga
metode
Data yang ada pada Nicleby Company:
Biaya Overhead
Pabrik
Departemen
Jasa sebelum
distribusi
Departemen Jasa
Departemen Departemen Y Departemen Z
Dept.Produksi
A
$ 60.000 40% 20%
Dept.Produksi
B
$ 80.000 40% 50%
Dept. Jasa Y $ 36.300 - 30%
Dept. Jasa Z $ 20.000 20% -
Total Overhead
Pabrik
$196.300 100% 100%
METODE LANGSUNG (DIRECT
METHOD)
Pada metode langsung:
 Biaya departemen jasa didistribusikan hanya ke
departemen produksi saja.
 Metode ini mengabaikan dan tidak membebankan
biaya apapun ke jasa yang diberikan oleh suatu
departemen jasa ke departemen jasa lain.
 Metode langsung dapat dibenarkan untuk
perhitungan biaya produk jika hasil akhirnya tidak
jauh berbeda dengan hasil dari metode distribusi
lainnya.
Nicleby Company
Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode
Langsung
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total A B Y Z
BOP
sebelum
distribusi
$ 196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $
20.000
Distribusi
dari:
Dept. Y 18.150
(40/80 x 36.300)
18.150
(40/80 x 36.300)
(36.300)
Dept. Z 5.714
(20/70 x 20.000)
14.286
(50/70 x 20.000)
(20.000)
Total
Overhead
$ 196.300 $ 83.864 $ 112.436 0 0
METODE BERTINGKAT (STEP
METHOD)
Pada metode bertingkat:
 Mendistribusikan biaya dari departemen jasa
berdasarkan urutan tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya.
 Sekali biaya telah didistribusikan dari suatu
departemen jasa, tidak ada biaya departemen
jasa lain yang dibebankan kembali ke departemen
tersebut dalam langkah berikutnya.
 Urutan yang berbeda memberikan hasil yang
berbeda.
 Urutan dapat dimulai dari departemen yang paling
banyak melayani departemen lain dan paling
sedikit menggunakan jasa departemen lain atau
dimulai dari departemen jasa yang menyediakan
jasa ke departemen jasa lain dengan jumlah biaya
Nicleby Company
Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode
Bertingkat
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total A B Y Z
BOP sebelum
distribusi
Dept.Jasa
$ 196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $ 20.000
Distribusi dari:
Dept.Y 14.520
(40/100 x 36.300)
14.520
(40/100 x 36.300)
(36.300) 7.260
(20/100 x 36.300)
Dept.Z 7.789
(20/70 x 27.260)
19.471
(50/70 x 27.260)
(27.260)
Total
Overhead
$196.300 $ 82.309 $ 113.991 0 0
METODE SIMULTAN
 Mempertimbangkan secara lengkap hubungan
timbal balik antar semua departemen jasa.
 Biaya dari departemen jasa didistribusikan secara
simultan, pertama-tama dengan menggunakan
aljabar untuk menyelesaikan dua persamaan linier
dengan dua variabel yang tidak diketahui,
tujuannya untuk menentukan berapa besar
alokasi terlalu tinggi yang diperlukan dan untuk
menentukannya secara simultan bagi kedua
departemen jasa.
Nicleby Company
Jika : Y = $ 36.300 + 0,3Z
Z = $ 20.000 + 0,20Y
Substitusi: Y = $ 36.300 + 0,3 ($ 20.000 + 0,20Y)
Penyelesaian:
Y = $ 36.300 + $ 6.000 + 0,06Y
Y = $ 42.300 + 0,06Y
0,94Y= $ 42.300
Y = $ 45.000
Substitusi: Z = $ 20.000 + (0,20 x $ 45.000)
Penyelesaian:
Z = $ 20.000 + $ 9.000
Z = $ 29.000
Nicleby Company
 Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode
Simultan
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total A B Y Z
BOP
sebelum
distribusi
dept.jasa
$196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $ 20.000
Distribusi
Dari:
Dept.Y 18.000
(40/100 x 45.000)
18.000
(40/100 x 45.000)
(45.000) 9.000
(20/100 x 45.000)
Dept.Z 5.800
(20/100 x 29.000)
14.500
(50/100 x 29.000)
8.700
(30/100 x 29.000)
(29.000)
Total
Overhead
$196.300 $ 83.800 $ 112.500 0 0
Menggunakan Tarif BOP
Departemen
 Setelah biaya departemen jasa didistribusikan,
tarif overhead departemen produksi dapat
dihitung dengan cara membagi total overhead
pabrik final dari setiap departemen produksi
dengan dasar alokasi yang dipilih.
 Pada akhir periode overhead pabrik dibebankan
dengan jurnal sbb:
Barang Dalam Proses XX
Overhead Pabrik dibebankan Dept.A
XX
Overhead Pabrik dibebankan Dept.B
XX
Overhead Pabrik dibebankan Dept.C
BIAYA OVERHEAD AKTUAL
TERDEPARTEMENTALISASI
 Overhead Pabrik Aktual diikhtisarkan dalam
akun Pengendali Overhead di buku besar.
Rinciannya dimasukkan dalam buku pembantu
overhead pabrik.
 Pada akhir periode, biaya overhead aktual
dikumpulkan dengan cara yang sama seperti
estimasi biaya di awal periode.
LANGKAH-LANGKAH DI AKHIR PERIODE
UNTUK OVERHEAD PABRIK AKTUAL
TERDEPARTEMENTALISASI
1. Biaya aktual dari overhead langsung departemental
di departemen produksi dan departemen jasa, serta
overhead tidak langsung departemental
diikhtisarkan.
2. Survey kedua untuk tingkat aktual dari dasar alokasi
yang dialami selama tahun tersebut.
3. Biaya aktual dari overhead tidak langsung
departemental dialokasikan berdasarkan hasil dari
survey akhir tahun.
4. Biaya aktual dari departemen jasa didistribusikan ke
departemen yang menerima manfaat berdasarkan
hasil survey akhir tahun.
5. Overhead pabrik aktual dibandingkan dengan
overhead pabrik dibebankan , baik untuk fasilitas
tersebut secara keseluruhan maupun untuk setiap
departemen produksi. Hitung jumlah overhead
COST ACCOUNTING
MATERI-9
BIAYA BAHAN BAKU
PENGERTIAN BAHAN BAKU
Adalah bahan
yang membentuk
bagian
menyeluruh dari
produk jadi.
Bahan baku dapat
diperoleh dari
pembelian lokal,
impor atau dari
pengolahan sendiri
LANGKAH-LANGKAH & DOKUMEN
PEMBELIAN DAN PENGGUNAAN BAHAN
BAKU
1. Menentukan rute atau urutan operasi untuk
setiap produk dan menetapkan daftar bahan
baku yang diperlukan (bill of materials).
2. Anggaran produksi (production budget)
rencana utama dimana rincian kebutuhan
bahan baku dikembangkan.
3. Bukti permintaan pembelian (Purchase
Requisition)  informasi jumlah dan jenis
bahan baku yang dibutuhkan.
4. Pesanan pembelian (Purchase Order)
kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.
5. Laporan Penerimaan (Receiving Report)
mengesahkan jumlah yang diterima dan
mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan
dan pengujian mutu.
6. Bukti permintaan bahan baku (material
requisition) memberikan wewenang bagi
gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah
tertentu dari bahan baku ke departemen
tertentu pada waktu tertentu.
7. Kartu catatan bahan baku (material record
card) mencatat setiap penerimaan dan
pengeluaran dari setiap jenis bahan baku dan
berguna sebagai catatan persediaan
perpetual.
PEMBELIAN BAHAN BAKU
Kegiatan yang dilakukan di Departemen Pembelian:
1. Menerima Purchase Requisition atas bahan
baku, perlengkapan dan peralatan.
2. Menyimpan informasi sumber pasokan, harga,
jadwal pengapalan serta pengantaran.
3. Membuat dan menempatkan Purchase Order
4. Mengatur pelaporan di antara departemen
pembelian, departemen penerimaan dan
departemen akuntansi.
Biasanya dilakukan oleh Departemen
Pembelian
PENERIMAAN BAHAN BAKU
Kegiatan yang dilakukan:
1. Membongkar bahan baku yang masuk
2. Membandingkan jumlah yang diterima dengan
daftar perusahaan perkapalan (shipper’s packing
list)
3. Mecocokkan bahan baku yang diterima dengan
deskripsi dalam Purchase Order
4. Membuat Receiving Report
Dilakukan oleh Departemen Penerimaan
5. Memberitahukan ke departemen pembelian
jika menemukan perbedaan
6. Mengatur pemeriksaan apabila diperlukan
7. Memberitahukan jika terjadi kerusakan bahan
baku selama dalam perjalanan.
8. Mengirimkan bahan baku yang diterima ke
lokasi yang sesuai.
PERSETUJUAN FAKTUR &
PEMROSESAN DATA
Persetujuan faktur penting dalam
pengendalian bahan baku, karena
proses tersebut memverifikasi
bahwa barang telah diterima
sesuai dengan pesanan dan
pembayaran dapat dilakukan.
Sesuai
Laporan Penerimaan (receiving report),
pesanan pembelian (Purchase Order)
dan Faktur dibandingkan dalam hal: jenis
bahan baku, jumlah, harga, discount,
persyaratan kredit, instruksi pengiriman
dan persyaratan lainnya
Data voucher di jurnal, diposting
ke buku pembantu dan
dimasukkan ke jurnal
pembayaran kas sesuai dengan
tanggal jatuh tempo pembayaran
Dibuat
voucher
Dibuat cek dan di kirim
ke pemasok
BIAYA PEROLEHAN BAHAN
BAKU
 Harga yang tercantum dalam faktur pemasok
dan beban transportasi adalah biaya
pembelian barang yang paling jelas terlihat.
 Biaya yang tidak terlalu jelas terlihat dapat
disebut biaya akuisisi.
Biaya Akuisisi adalah biaya untuk
melakukan fungsi pembelian,
penerimaan, pembongkaran,
pemeriksaan, asuransi, penyimpanan
dan akuntansi
 Bahan Baku biasanya dibukukan sesuai dengan
harga faktur yang dibayarkan ke pemasok.
 Biaya akuisisi dan penyesuaian harga
diperlakukan sebagai overhead pabrik.
 Diskon pembelian  diperlakukan sebagai
pengurang harga.
 Beban angkut pembelian :
 Alternatif 1: Beban angkut pembelian dimasukkan ke
akun Bahan Baku di buku besar  ditambahkan
secara proporsional ke setiap catatan pembantu
bahan baku dari setiap item. Alokasi dapat didasarkan
pada:
1. Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang
dibeli.
2. Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang
dibeli.
3. Beban angkut diperhitungkan dalam harga pokok
bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka.
 Alternatif 2 : Membebankan semua beban angkut
pembelian ke Akun Beban Angkut Pembelian dan
mencatat hanya harga faktur sebagai biaya bahan
baku.
 Alternatif 3 : Memasukkan semua beban angkut
pembelian di periode tersebut dalam menghitung tarif
overhead pabrik untuk periode itu  menjadi akun
buku pembantu dari pengendali overhead pabrik.
 Biaya akuisisi yang dibebankan  jika dalam
biaya bahan baku akan dimasukkan biaya
akuisisi, maka suatu tarif pembebanan tertentu
dapat dikenakan ke setiap faktur dan setiap item.
Untuk itu dapat digunakan tarif tunggal atau tarif
yang terpisah untuk setiap kelas biaya.
PENYIMPANAN BAHAN BAKU
 Bahan baku dan satu salinan laporan
penerimaan (receiving report) dikirimkan ke
bagian gudang dari departemen penerimaan
atau departemen pemeriksaan.
 Petugas gudang bertanggung jawab untuk
mengamankan dan menyimpan bahan baku
serta memastikan bahwa semua bahan baku
yang dikeluarkan dari gudang sesuai dengan
bukti permintaan bahan baku yang
bersangkutan.
PENGELUARAN BAHAN
BAKU
 Bukti Permintaan Bahan Baku  memberikan
otorisasi bagi petugas gudang untuk
mengeluarkan bahan baku.
 Semua penarikan bahan baku menghasilkan
jurnal ikhtisar yang mengkredit Bahan Baku dan
mendebit Barang Dalam Proses, Pengendali
Overhead Pabrik, Beban Pemasaran atau Beban
Administratif.
 Daftar bahan baku yang diperlukan (Bill of
Materials-BOM):
 memuat daftar dari semua bahan baku yang
diperlukan untuk suatu pesanan atau production run
tertentu.
 Berfungsi sebagai salinan induk dari bukti permintaan
bahan baku untuk produk tersebut.
METODE PENCATATAN BIAYA BAHAN
BAKU
Sistem persediaan
perpetual :
memasukkan setiap
penambahan dan
setiap pengurangan
persediaan ke
dalam buku
pembantu bahan
baku agar catatan
tersebut selalu
terkini.
Cocok untuk job
order costing.
Sistem persediaan
periodik: pembelian
ditambahkan ke
persediaan awal,
kemudian persediaan
akhir dihitung secara
fisik dan biayanya
dikurangkan dari jumlah
tersebut. Selisih yang
terjadi dianggap
sebagai biaya bahan
baku yang dikeluarkan.
Cocok untuk process
costing.
KUANTITAS PEMESANAN EKONOMIS
(ECONOMIC ORDER QUANTITY-EOQ)
 Adalah jumlah persediaan yang dipesan pada
suatu waktu yang meminimalkan biaya
persediaan tahunan..
 Jumlah optimum yang dipesan pada suatu
waktu tertentu ditentukan dengan cara
menyeimbangkan dua faktor:
 Biaya pemilikan (penyimpanan bahan baku)
 Biaya perolehan (pemesanan bahan baku)
 Rumus EOQ:
EOQ =
Contoh:
Asumsi kebutuhan pertahun = 2.400 unit, biaya per unit $
0,75, biaya pemesanan =$20 per pesanan, persentase
biaya penyimpanan adalah 20%, maka EOQ adalah:
EOQ =
2 x jumlah yang diperlukan per tahun x biaya
perpesanan
Biaya perunit bahan baku x persentase biaya
penyimpanan
2 x 2.400 x $20
$0,75 x 20%
= 800 unit
MENENTUKAN WAKTU
PEMESANAN
 Waktu pemesanan dikendalikan oleh tiga faktor:
 Waktu yang diperlukan untuk pengiriman
 Tingkat penggunaan persediaan
 Jumlah persediaan pengaman
 Menentukan titik pemesanan akan relatif lebih
sederhana apabila tersedia prediksi yang tepat
untuk tingkat penggunaan dan waktu tunggu (lead
time).
 Lead time  interval waktu antara saat
pemesanan dilakukan dengan saat bahan baku
tersedia di pabrik untuk produksi.
 Tiga kondisi akibat variasi dari kedua faktor
tersebut:
 Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan
selama periode pemesanan di bawah perkiraan,
maka bahan baku yang baru tiba sebelum
persediaan yang ada habis digunakan, sehingga
menambah biaya penyimpanan bahan baku.
 Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan di
atas perkiraan, maka akan terjadi kehabisan
persediaan beserta biaya-biayanya, termasuk
kehilangan pelanggan.
 Jika waktu tunggu dan tingkat penggunaan rata-
rata atau normal digunakan untuk menentukan
titik pemesanan, kehabisan persediaan bisa
diperkirakan akan terjadi pada setiap pesanan.
 Persediaan pengaman merupakan proteksi
dengan tingkat biaya yang paling rendah guna
mengatasi kehabisan persediaan.
 Jumlah persediaan pengaman yang optimum
adalah jumlah yang menghasilkan total biaya
akibat kehabisan persediaan plus biaya
penyimpanan persediaan pengaman yang
paling kecil.
 Biaya penyimpanan dihitung dengan cara
yang sama seperti EOQ.
 Total biaya kehabisan persediaan bergantung
pada frekuensi terjadinya dan biaya dari setiap
kehabisan persediaan.
 Contoh:
asumsikan suatu perusahaan menggunakan satu item
yang dipesan 10 kali per tahun. Biaya dari satu kali
kehabisan persediaan adalah sebesar $30, biaya
penyimpanan sebesar $0,50 per tahun per unit, dan
probabilitas terjadinya kehabisan persediaan
diestimasikan untuk berbagai tingkat persediaan
pengaman:
Persediaan pengaman (dalam
unit)
Probabilitas kehabisan
persediaan
0 40%
50 20%
100 10%
200 5%
 Total biaya penyimpanan dan total biaya kehabisan
persediaan pada setiap tingkat persediaan pengaman
adalah sbb:
 Pada contoh tersebut, tingkat persediaan
pengaman yang optimum adalah 100 unit,
karena pada tingkat ini total biaya kehabisan
persediaan dan biaya penyimpanan
diminimalkan.
TITIK PEMESANAN
 Titik pemesanan (order print) dicapai bila
jumlah yang tersedia sama dengan kebutuhan
yang diperkirakan, yaitu:
saat jumlah persediaan yang tersedia dan
jumlah persediaan yang akan diterima =
jumlah persediaan yang akan digunakan
selama waktu tunggu dan jumlah
persediaan pengaman.
PENGENDALIAN BAHAN
BAKU
 Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua
kebutuhan yang saling berlawanan yaitu:
 Menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang
memadai guna beroperasi secara efisien.
 Menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan
secara finansial.
 Tujuan dasar pengendalian bahan baku:
kemampuan untuk melakukan pemesanan pada
waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk
memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan
kualitas yang tepat.
Metode pengendalian bahan baku :
1. Metode siklus pesanan (order cycling method) 
memeriksa secara periodik status jumlah bahan
baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas.
2. Metode minimum-maksimum (min-max method) 
didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari
sebagian besar item persediaan berada pada
kisaran batas tertentu. Jumlah maksimum untuk
setiap item ditetapkan. Tingkat minimum sudah
memasukkan margin pengaman yang diperlukan
untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan
selama siklus pemesanan kembali. Tingkat minimum
menentukan titik pemesanan kembali, dan jumlah
pesanan sama dengan selisih antara tingkat
maksimum dengan tingkat minimum.
3. Metode just in time  filosofi yang dipusatkan pada
pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan.
METODE PERHITUNGAN BIAYA
PERSEDIAAN
 Metode yang paling umum digunakan untuk
menghitung biaya persediaan adalah:
1. Metode masuk pertama keluar pertama ( First
in, first out/ FIFO).
2. Metode rata-Rata Tertimbang.
3. Metode masuk pertama, keluar terakhir (Last in ,
first out/ LIFO).
METODE FIRST IN FIRST OUT
(FIFO)
 Metode FIFO membebankan biaya bahan
baku sesuai dengan harga persediaan tertua
yang ada di gudang.
 Metode FIFO mudah diterapkan jika hanya
ada beberapa penerimaan bahan baku yang
berbeda di catatan bahan baku pada suatu
saat
METODE BIAYA RATA-RATA
TERTIMBANG
 Metode rata-rata tertimbang mengasumsikan
bahwa biaya dari setiap pengeluaran bahan
baku merupakan bauran dari semua biaya
pengiriman yang ada di gudang pada saat
pengeluaran tersebut terjadi.
 Metode biaya rata-rata tertimbang membagi
total biaya dari semua bahan baku dari kelas
tertentu dengan jumlah unit yang tersedia
untuk menemukan biaya rata-ratanya.
 Bahan baku dikeluarkan sesuai dengan harga
rata-rata sampai pembelian berikutnya dicatat,
pada waktu tersebut biaya rata-rata baru akan
dihitung.
 Beberapa perusahaan menentukan rata-rata
biaya untuk setiap jenis bahan baku di akhir
setiap bulan dan menggunakan biaya rata-rata
ini untuk seluruh pengeluaran di bulan
berikutnya.
METODE LAST IN FIRST OUT
(LIFO)
 Metode LIFO membebankan biaya dari
pembelian yang paling terakhir dalam
persediaan ke setiap batch bahan baku yang
dikeluarkan ke produksi.
 Tujuannya adalah untuk membebankan biaya
dari pembelian terakhir dan membiarkan biaya
yang paling tua di akun persediaan.
PERBANDINGAN ANTAR METODE
PERHITUNGAN BIAYA
Dalam periode dimana harga-harga
naik, metode FIFO menghasilkan
biaya yang terendah untuk
pengeluaran bahan baku, metode
LIFO menghasilkan biaya yang
paling tinggi dan metode biaya rata-
rata tertimbang menghasilkan biaya
yang besarnya berada di antara
biaya yang dihasilkan oleh kedua
metode tersebut.
Dalam periode dimana harga-harga
turun, FIFO membebankan biaya
tertinggi, LIFO membebankan biaya
terendah dan biaya yang dibebankan
oleh metode biaya rata-rata
tertimbang berada di antara
keduanya.

More Related Content

What's hot

Bab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biayaBab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biaya
Nugroho Adi
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
Fransisco Laben
 
Analisis leverage
Analisis leverageAnalisis leverage
Analisis leverage
titikefnita
 
Metode Harga Pokok Proses Costing
Metode Harga Pokok Proses CostingMetode Harga Pokok Proses Costing
Metode Harga Pokok Proses Costing
Ayi Suwandi
 
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problemTugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Meri Dwi
 
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 20133 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
Cep Fathurrahman
 

What's hot (20)

Akuntansi Biaya Metode Harga Pokok Pesanan Full Costing.pptx
Akuntansi Biaya Metode Harga Pokok Pesanan Full Costing.pptxAkuntansi Biaya Metode Harga Pokok Pesanan Full Costing.pptx
Akuntansi Biaya Metode Harga Pokok Pesanan Full Costing.pptx
 
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiJawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
 
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATASAKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
 
Bab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biayaBab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biaya
 
METODA HARGA POKOK PESANAN
METODA HARGA POKOK PESANANMETODA HARGA POKOK PESANAN
METODA HARGA POKOK PESANAN
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
Analisis leverage
Analisis leverageAnalisis leverage
Analisis leverage
 
Contoh soal dan penyelesaian departementalisasi bop
Contoh soal dan penyelesaian departementalisasi bopContoh soal dan penyelesaian departementalisasi bop
Contoh soal dan penyelesaian departementalisasi bop
 
Metode Harga Pokok Proses Costing
Metode Harga Pokok Proses CostingMetode Harga Pokok Proses Costing
Metode Harga Pokok Proses Costing
 
Ekuitas modal disetor
Ekuitas modal disetorEkuitas modal disetor
Ekuitas modal disetor
 
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problemTugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
Tugas manajemen keuangan madya, chapter review problem
 
Materi kuliah Saham
Materi kuliah SahamMateri kuliah Saham
Materi kuliah Saham
 
Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3
 
Capital Budgeting
Capital Budgeting Capital Budgeting
Capital Budgeting
 
5 manajemen-persediaan
5 manajemen-persediaan5 manajemen-persediaan
5 manajemen-persediaan
 
Akt bop 2
Akt bop 2Akt bop 2
Akt bop 2
 
Absorption and Variable Cost
Absorption and Variable CostAbsorption and Variable Cost
Absorption and Variable Cost
 
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensiPenerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
Penerapan activity based management (abm) system untuk meningkatkan efisiensi
 
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 20133 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
 

Similar to Akuntansi Biaya 3#5

PPT KELOMPOK 5_BIAYA PABRIK TAK LANGSUNG[1].pdf
PPT KELOMPOK 5_BIAYA PABRIK TAK LANGSUNG[1].pdfPPT KELOMPOK 5_BIAYA PABRIK TAK LANGSUNG[1].pdf
PPT KELOMPOK 5_BIAYA PABRIK TAK LANGSUNG[1].pdf
MUHAMMADDANISHPAMBUD
 
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead PabrikBiaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik
Ayi Suwandi
 
Biaya overhead pabrik departemen
Biaya overhead pabrik departemenBiaya overhead pabrik departemen
Biaya overhead pabrik departemen
Fika Ratnasari
 
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdfBAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
DimasTubagusRI1
 
Biaya overhead-pabrik
Biaya overhead-pabrikBiaya overhead-pabrik
Biaya overhead-pabrik
liishaque
 
Bab 7 budget_biaya_overhead_baprik
Bab 7 budget_biaya_overhead_baprikBab 7 budget_biaya_overhead_baprik
Bab 7 budget_biaya_overhead_baprik
Mohamad Bastomii
 

Similar to Akuntansi Biaya 3#5 (20)

PPT KELOMPOK 5_BIAYA PABRIK TAK LANGSUNG[1].pdf
PPT KELOMPOK 5_BIAYA PABRIK TAK LANGSUNG[1].pdfPPT KELOMPOK 5_BIAYA PABRIK TAK LANGSUNG[1].pdf
PPT KELOMPOK 5_BIAYA PABRIK TAK LANGSUNG[1].pdf
 
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead PabrikBiaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik
 
Materi bop
Materi bopMateri bop
Materi bop
 
Akuntansi Biaya (Cost Accounting) - Anggaran dan Penentuan Tarif Biaya Overhe...
Akuntansi Biaya (Cost Accounting) - Anggaran dan Penentuan Tarif Biaya Overhe...Akuntansi Biaya (Cost Accounting) - Anggaran dan Penentuan Tarif Biaya Overhe...
Akuntansi Biaya (Cost Accounting) - Anggaran dan Penentuan Tarif Biaya Overhe...
 
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead PabrikBiaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik
 
Bab ii pengertian bop
Bab ii pengertian bopBab ii pengertian bop
Bab ii pengertian bop
 
Biaya overhead pabrik departemen
Biaya overhead pabrik departemenBiaya overhead pabrik departemen
Biaya overhead pabrik departemen
 
Departementalisasi bop 13 des 2011
Departementalisasi bop  13 des 2011Departementalisasi bop  13 des 2011
Departementalisasi bop 13 des 2011
 
Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrikBiaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik
 
Metode harga pokok pesanan modul
Metode harga pokok pesanan modulMetode harga pokok pesanan modul
Metode harga pokok pesanan modul
 
Metode harga pokok pesanan student-dikonversi (1)
Metode harga pokok pesanan student-dikonversi (1)Metode harga pokok pesanan student-dikonversi (1)
Metode harga pokok pesanan student-dikonversi (1)
 
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdfBAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
BAB 7 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PROTOTIPE PRODUK BARANG DAN JASA.pdf
 
Akuntansi Biaya 4#5
Akuntansi Biaya 4#5Akuntansi Biaya 4#5
Akuntansi Biaya 4#5
 
MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docxMATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
MATERI TAMBAHAN 770 PERTEMUAN 2.docx
 
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran Biaya Overhead PabrikAnggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
 
anggaran boppppppppppppppppppp. pptx.pdf
anggaran boppppppppppppppppppp. pptx.pdfanggaran boppppppppppppppppppp. pptx.pdf
anggaran boppppppppppppppppppp. pptx.pdf
 
4.BOPlanjutan.ppt
4.BOPlanjutan.ppt4.BOPlanjutan.ppt
4.BOPlanjutan.ppt
 
Biaya overhead-pabrik
Biaya overhead-pabrikBiaya overhead-pabrik
Biaya overhead-pabrik
 
TM 1 Praktisi Mengajar - Full Absorption Costing and Variable Costing_Final.pdf
TM 1 Praktisi Mengajar - Full Absorption Costing and Variable Costing_Final.pdfTM 1 Praktisi Mengajar - Full Absorption Costing and Variable Costing_Final.pdf
TM 1 Praktisi Mengajar - Full Absorption Costing and Variable Costing_Final.pdf
 
Bab 7 budget_biaya_overhead_baprik
Bab 7 budget_biaya_overhead_baprikBab 7 budget_biaya_overhead_baprik
Bab 7 budget_biaya_overhead_baprik
 

More from Judianto Nugroho

More from Judianto Nugroho (20)

Chap14 en-id
Chap14 en-idChap14 en-id
Chap14 en-id
 
Chap19 en-id
Chap19 en-idChap19 en-id
Chap19 en-id
 
Chap18 en-id
Chap18 en-idChap18 en-id
Chap18 en-id
 
Chap16 en-id
Chap16 en-idChap16 en-id
Chap16 en-id
 
Chap15 en-id
Chap15 en-idChap15 en-id
Chap15 en-id
 
Chap17 en-id
Chap17 en-idChap17 en-id
Chap17 en-id
 
Chap13 en-id
Chap13 en-idChap13 en-id
Chap13 en-id
 
Chap12 en-id
Chap12 en-idChap12 en-id
Chap12 en-id
 
Chap11 en-id
Chap11 en-idChap11 en-id
Chap11 en-id
 
Chap10 en-id
Chap10 en-idChap10 en-id
Chap10 en-id
 
Chap09 en-id
Chap09 en-idChap09 en-id
Chap09 en-id
 
Chap08 en-id
Chap08 en-idChap08 en-id
Chap08 en-id
 
Chap05 en-id
Chap05 en-idChap05 en-id
Chap05 en-id
 
Chap07 en-id
Chap07 en-idChap07 en-id
Chap07 en-id
 
Chap06 en-id
Chap06 en-idChap06 en-id
Chap06 en-id
 
Chap04 en-id
Chap04 en-idChap04 en-id
Chap04 en-id
 
Chap03 en-id
Chap03 en-idChap03 en-id
Chap03 en-id
 
Chap02 en-id
Chap02 en-idChap02 en-id
Chap02 en-id
 
Chap01 en-id
Chap01 en-idChap01 en-id
Chap01 en-id
 
Spss session 1 and 2
Spss session 1 and 2Spss session 1 and 2
Spss session 1 and 2
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 

Akuntansi Biaya 3#5

  • 2. PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Biaya Overhead Pabrik digolongkan dalam tiga cara: 1. Menurut sifatnya 2. Menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 3. Menurut hubungannya dengan Departemen
  • 3. Penggolongan BOP menurut sifatnya Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, BOP adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya produksi yang termasuk BOP dikelompokkan menjadi beberapa golongan: a. Biaya Bahan Penolong  tidak menjadi bagian produk jadi atau meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produk tersebut. Contoh : di percetakan: bahan perekat, tinta koreksi. di perusahaan kertas: soda, kaporit, bahan warna, dll.
  • 4. b. Biaya reparasi & pemeliharaan  berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factorysupplies), harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk perbaikan & pemeliharaan bangunan pabrik, mesin dan equipment & aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik. c. Biaya tenaga kerja tidak langsung  tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. terdiri dari : 1. karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti gudang, dept.pembangkit listrik, bengkel. 2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi seperti kepala dept.produksi, kary.administrasi pabrik, mandor  Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
  • 5. d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.  antara lain terdiri dari biaya-biaya depresiasi mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja dan aset tetap lain yang digunakan di pabrik. e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.  antara lain terdiri dari biaya asuransi gedung, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan dan lain-lain. f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.  contoh: biaya listrik PLN
  • 6. Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi Dibagi menjadi tiga golongan: 1. Biaya overhead pabrik tetap  BOP yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. 2. Biaya overhead pabrik variabel  BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 3. Biaya overhead pabrik semivariabel  BOP yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
  • 7. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik menurut hubungannya dengan Departemen Digolongkan menjadi dua kelompok: 1. BOP langsung departemen  BOP yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh: gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya bahan penolong. 2. BOP tidak langsung departemen  BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh: biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik (apabila gedung pabrik digunakan oleh beberapa departemen produksi).
  • 8. ALASAN PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK KEPADA PRODUK ATAS DASAR TARIF YANG DITENTUKAN DI MUKA (PADA JOB ORDER COSTING) 1. Pembebanan BOP atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu ke bulan yang lain. Fluktuasi dapat terjadi karena:  Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan  produk yang dihasilkan pada bulan yang volume produksinya rendah akan dibebani BOP tetap per satuan yang tinggi, demikian pula sebaliknya.  Perubahan tingkat efisiensi produksi
  • 9.  Adanya BOP yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak merata salama jangka waktu setahun., contoh reparasi mesin besar-besaran pada satu bulan tertentu.  BOP tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu.. Contoh: pembayaran PBB setiap Mei setiap tahun, THR, dll. 2. Pada job order costing, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan selesai dikerjakan, sementara terdapat elemen BOP yang baru dapat diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan atau akhir tahun.
  • 10. LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN TARIF BOP Tiga langkah penentuan tarif BOP: 1. Menyusun anggaran Biaya Overhead Pabrik 2. Memilih dasar pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada produk 3. Menghitung tarif Biaya Overhead Pabrik
  • 11. Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik  Harus memperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik.  Kapasitas teoritis  kapasitas pabrik atau departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.  Tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran BOP: 1. Kapasitas Praktis 2. Kapasitas Normal 3. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan
  • 12. KAPASITAS PRAKTIS Adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian- kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan. Contoh hambatan intern perusahaan: penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari karena adanya reparasi mesin, tertundanya kedatangan bahan baku dan suku cadang, hari-hari libur, ketidakefisienan, dll. Merupakan pendekatan jangka panjang, titik berat pada kapasitas fisik pabrik.
  • 13. KAPASITAS NORMAL  Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang  Merupakan kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan dan trend penjualan di masa yang akan datang.  Merupakan pendekatan jangka panjang, titik berat pada kapasitas fisik pabrik.
  • 14. KAPASITAS SESUNGGUHNYA YANG DIHARAPKAN  Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.  Menggunakan ramalan penjualan tahun yang akan datang sebagai dasar penentuan kapasitas.  Merupakan pendekatan jangka pendek  Kelemahan penggunaan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan sebagai dasar penentuan tarif BOP: 1. Berakibat terjadinya perbedaan yang besar pada tarif BOP dari tahun ke tahun. 2. Akibat perbedaan yang besar pada tarif BOP, maka biaya-biaya akibat adanya fasilitas yang menganggur dikapitalisasikan dan diperhitungkan dalam harga pokok produksi.
  • 15. Memilih Dasar Pembebanan BOP kepada Produk  Beberapa macam dasar yang dapat digunakan untuk membebankan BOP kepada produk: 1. Satuan Produk 2. Biaya Bahan Baku 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung 4. Jam Tenaga Kerja Langsung 5. Jam Mesin  Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan BOP: 1. Harus diperhatikan jenis BOP yang dominan jumlahnya dalam Departemen Produksi. 2. Harus diperhatikan sifat BOP yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai
  • 16. SATUAN PRODUK  Contoh: Taksiran BOP 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000 Taksiran jumlah produk yg akan dihasilkan selama tahun anggaran tersebut = 4.000 unit. Tarif BOP per satuan = (Rp 2.000.000 : 4.000 unit) = Rp 500 per unit produk.  Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu macam produk. Taksiran BOP Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan = Tarif BOP per satuan
  • 17. BIAYA BAHAN BAKU  Contoh: Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp 2.000.000 Taksiran Biaya Bahan Baku 1 tahun anggaran Rp 4.000.000 Taksiran BOP = (Rp 2.000.000 : Rp 4.000.000) x 100% = 50% dari biaya bahan baku yang dipakai.  Metode ini terbatas pemakaiannya, karena semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk semakin besar pula BOP yang dibebankan kepadanya. Taksiran BOP Taksiran Biaya Bahan Baku yang dipakai = Persentase BOP dari Biaya Bahan Baku yang dipakai X 100%
  • 18. BIAYA TENAGA KERJA  Contoh: Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000 Taksiran biaya Tenaga Kerja Langsung 1 tahun anggaran = Rp 5.000.000 Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000 : Rp 5.000.000) x 100% = 40% dari biaya tenaga kerja langsung yang dipakai.  Kelemahan metode ini: 1. BOP harus dipandang sebagai tambahan nilai produk. 2. Jumlah biaya tenaga kerja langsung merupakan jumlah total upah dengan tarif tinggi dan rendah Taksiran BOP Taksiran Biaya Tenaga Kerja Langsung X 100% = Persentase BOP dari Biaya Tenaga Kerja Langsung
  • 19. JAM TENAGA KERJA LANGSUNG  Apabila BOP mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.  Contoh: Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000 Taksiran jam tenaga kerja langsung selama tahun anggaran tersebut = 2.000 jam Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000: 2.000) = Rp 1.000 per jam tenaga kerja langsung Taksiran BOP Taksiran jam tenaga kerja = Tarif biaya overhead per jam tenaga kerja langsung
  • 20. JAM MESIN  Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam mesin.  Contoh: Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp 2.000.000 Taksiran jam mesin selama tahun anggaran tersebut = 10.000 jam mesin Tarif BOP sebesar : (Rp 2.000.000 : 10.000) = Rp 200 per jam mesin Taksiran BOP Taksiran jam kerja mesin = Tarif BOP per jam mesin
  • 21. MENGHITUNG TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK  Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, anggaran Biaya Overhead Pabrik telah disusun, serta dasar pembebanan telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif BOP dengan rumus sebagai berikut: BOP dianggarkan = Tarif BOP Taksiran dasar pembebanan  Utk keperluan analisis selisih, tarif BOP harus dipecah menjadi tarif BOP Tetap & Tarif BOP Variabel
  • 22. Contoh Perhitungan tarif BOP PT Eliona Sari memproduksi produknya berdasarkan pesanan. Dalam penentuan tarif BOPnya, telah disusun anggaran BOP seperti data di bawah. BOP dibebankan kepada produk berdasarkan jam mesin. Anggaran BOP tersebut disusun pada kapasitas normal sebanyak 80.000 jam mesin. Perhitungannya adalah sbb:
  • 23. PT ELIONA SARI ANGGARAN BOP UNTUK TAHUN 19X1 ATAS DASAR KAPASITAS NORMAL 80.000 JAM MESIN No.Rekening Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah 5101 5102 5103 5104 5105 5106 5107 5108 B. Bahan Penolong B. Listrik B. Bahan Bakar B. Tenaga Kerja Tidak Langsung B. Kesejahteraan kary. B. Reparasi & Pmlhrn. Biaya Asuransi gedung Biaya Depresiasi V V V V T T V T T T Rp 1.050.000 1.500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 1.500.000 750.000 500.000 600.000 800.000 Jumlah V T Rp 5.800.000 5.400.000 Jumlah Total Rp 11.200.000 Tarif BOP Variabel = Rp 5.800.000 : 80.000 = Tarif BOP Tetap = Rp 5.400.000 : 80.000 = Tarif BOP Total = Rp 72,50 per jam mesin Rp 67,50 per jam mesin Rp 140,00 per jam mesin
  • 24. PEMBEBANAN BOP KEPADA PRODUK ATAS DASAR TARIF  Tarif BOP yang telah ditentukan di muka, digunakan untuk membebankan BOP kepada produk yang diproduksi.  Jika perusahaan menggunakan metode Full Costing:  Produk akan dibebani BOP dengan tarif BOP variabel & tarif BOP tetap. Contoh : jam mesin tahun 19X1 = 75.000, maka BOP dibebankan = (Rp 140 x 75.000) = Rp 10.500.000  Jurnal : Barang Dalam Proses-BOP 10.500.000 BOP yg dibebankan 10.500.000  Jika perusahaan menggunakan metode Variable Costing:  Produk akan dibebani BOP dengan tarif BOP variabel saja Contoh : BOP dibebankan = (Rp 72,50 x 75.000)=Rp 5.437.500
  • 25. PENGUMPULAN BOP SESUNGGUHNYA  BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan untuk dibandingkan dengan BOP yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka.  Selisih yang terjadi antara BOP yang dibebankan dengan BOP yang sesungguhnya terjadi merupakan BOP yang lebih atau kurang dibebankan (over or underapplied factory overhead cost)
  • 26. PT ELIONA SARI BOP YANG SESUNGGUHNYA TERJADI TAHUN 19X1 PADA KAPASITAS SESUNGGUHNYA YANG DICAPAI : 75.000 JAM MESIN No.Rekening Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah 5101 5102 5103 5104 5105 5106 5107 5108 B. Bahan Penolong B. Listrik B. Bahan Bakar B. Tenaga Kerja Tidak Langsung B. Kesejahteraan kary. B. Reparasi & Pmlhrn. Biaya Asuransi gedung Biaya Depresiasi V V V V T T V T T T Rp 1.100.000 1.450.000 750.000 1.500.000 2.000.000 1.500.000 500.000 500.000 600.000 800.000 Jumlah V T Rp 5.300.000 5.400.000 Jumlah Total Rp 10.700.000
  • 27. PENGUMPULAN BOP SESUNGGUHNYA DALAM METODE FULL COSTING  Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi: Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 10.700.000 Persediaan Bahan Penolong 1.100.000 Persediaan Bahan Bakar 750.000 Gaji & Upah 3.500.000 Persediaan Suku Cadang 500.000 Asuransi dibayar di muka 600.000 Akumulasi Depresiasi Mesin 800.000 Kas 3.450.000  Catatan : Kas terdiri dari : Biaya listrik, biaya kesejahteraan karyawan dan biaya reparasi & pemeliharaan.
  • 28. PENGUMPULAN BOP SESUNGGUHNYA DALAM METODE VARIABLE COSTING  Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi : Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 10.700.000 Persediaan Bahan Penolong 1.100.000 Persediaan Bahan Bakar 750.000 Gaji & Upah 3.500.000 Persediaan Suku Cadang 500.000 Asuransi dibayar di muka 600.000 Akumulasi Depresiasi Mesin 800.000 Kas 3.450.000  Jurnal untuk mencatat pemisahan BOP sesungguhnya terjadi menurut perilakunya: BOP Variabel sesungguhnya 5.300.000 BOP Tetap sesungguhnya 5.400.000
  • 29. Perhitungan & Analisis Selisih BOP dengan metode Full Costing  Pada akhir periode akuntansi dilakukan penghitungan selisih BOP yang dibebankan kepada produk sbb: BOP dibebankan kpd produk: 75.000 jam mesin x Rp 140 Rp 10.500.000 BOP sesungguhnya 10.700.000 Selisih Biaya Overhead Pabrik (slsh kurang) 200.000  Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan: BOP yang dibebankan 10.500.000 BOP Sesungguhnya 10.500.000  Jurnal untuk selisih BOP: Selisih BOP 200.000 BOP Sesungguhnya 200.000
  • 30.  Selisih BOP sebesar Rp 200.000 tsb dapat dipecah dalam 2 macam selisih: 1. Selisih Anggaran (Budget Variance)  menunjukkan perbedaan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran. 2. Selisih Kapasitas (Idle Capacity Variance)  merupakan perbedaan antara BOP tetap yang dianggarkan dengan BOP tetap yang dibebankan kepada produk.
  • 31. PERHITUNGAN & ANALISIS SELISIH BOP DENGAN METODE VARIABLE COSTING  Pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan BOP yang lebih atau kurang dibebankan kepada produk sbb: BOP variabel yang dibebankan kepada produk: 75.000 jam mesin x Rp 72,50 Rp 5.437.500 BOP variabel yang sesungguhnya 5.300.000 Selisih BOP Variabel (selisih lebih) Rp 137.500  Jurnal untuk menutup rekening BOP yg dibebankan: BOP Variabel yang dibebankan 5.437.500 BOP Variabel sesungguhnya 5.437.500  Jurnal untuk mencatat selisih BOP:
  • 32. PERLAKUAN TERHADAP SELISIH BOP  Perlakuan terhadap selisih BOP: 1. Jika karena kesalahan dalam penghitungan tarif BOP, atau keadaan yang tidak berhubungan dengan efisiensi operasi  selisih dibagi rata ke dalam rekening Persediaan Barang Dalam Proses, Persediaan Barang Jadi dan Harga Pokok Penjualan. 2. Jika disebabkan karena ketidakefisienan pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal  selisih diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening Harga Pokok Penjualan.
  • 33.  Namun demikian perlakuan selisih sebagai pengurang atau penambah HPP seringkali digunakan oleh perusahaan tanpa memperhatikan penyebab terjadinya selisih karena: 1. Manajemen tidak pernah mencoba menentukan penyebab terjadinya selisih BOP 2. Jumlah selisih relatif kecil bila dibandingkan dengan saldo rekening-rekening yang akan dibebani dengan pembagian selisih tersebut. 3. Saldo rekening BDP dan Barang Jadi biasanya relatif kecil bila dibandingkan dengan HPP.
  • 35. KONSEP DEPARTEMENTALISASI  Departementalisasi BOP : membagi pabrik ke dalam segmen-segmen yang disebut departemen, yang menjadi tujuan pembebanan biaya overhead.  Tujuan Departementalisasi BOP : 1. Menghasilkan biaya produksi yang lebih baik  departemen yang berbeda memiliki tarif overhead yang berbeda, sehingga pesanan yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani dengan BOP sesuai dengan tarif departemen yang bersangkutan. 2. Meningkatkan pengendalian BOP  setiap manajer departemen bertanggungjawab atas biaya yang terjadi di departemen tersebut.
  • 36. DEPT. PRODUKSI & DEPT. JASA Klasifikasi Departemen: 1. Departemen Produksi  menghasilkan produk dengan mengubah bentuk atau sifat dari bahan baku atau dengan merakit komponen. Contoh : dept.pemotongan, dept. penyerutan, dept. Perakitan. 2. Departemen Jasa  memberikan pelayanan yang berkontribusi secara tidak langsung terhadap produksi produk tetapi tidak mengubah bentuk, rakitan, maupun sifat dari bahan baku. Contoh: dept. penyimpanan, dept. pembelian, dept. pemeliharaan.
  • 37. BIAYA LANGSUNG DEPARTEMENTAL  Adalah Biaya Overhead Pabrik yang dapat ditelusuri secara langsung ke departemen tertentu.  Umumnya terdiri atas : 1. Biaya supervisi, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya lembur. 2. Tunjangan-tunjangan tenaga kerja 3. Bahan baku tidak langsung dan perlengkapan pabrik 4. Biaya perbaikan dan pemeliharaan
  • 38. BIAYA TIDAK LANGSUNG DEPARTEMENTAL  Adalah biaya yang memberikan manfaat bagi semua departemen, sehingga biaya tersebut tidak dibebankan langsung ke suatu departemen tertentu tetapi dialokasikan ke semua departemen.  Umumnya terdiri dari : 1. Biaya sewa gedung 2. Pajak Properti 3. Biaya penyusutan bangunan 4. Asuransi kebakaran 5. Perbaikan gedung 6. Biaya listrik. 7. Biaya Air 8. Dll.
  • 39. MENENTUKAN TARIF BOP DEPARTEMENTAL  Penggunaan tarif departemental seringkali menghasilkan dasar yang berbeda untuk departemen yang berbeda, contoh : tarif per jam tenaga kerja langsung untuk departemen A, tarif jam mesin untuk departemen B.
  • 40. Langkah-langkah penetapan tarif BOP Departemental 1. Estimasi total overhead departemental dari departemen produksi dan departemen jasa pada tingkat aktivitas yang diperkirakan. Tentukan jika mungkin sifat tetap dan variabel untuk setiap kategori biaya. 2. Survey pabrik untuk menentukan dasar alokasi & dasar distribusi. Contoh: estimasi konsumsi kwh, jumlah meter persegi, jumlah karyawan di setiap departemen. 3. Estimasi total overhead tidak langsung departemental pada tingkat aktivitas yang dipilih dan alokasikan biaya-biaya tersebut ke departemen- departemen. Contoh: biaya utilitas seperti listrik, bahan bakar, air. 4. Distribusikan biaya departemen jasa ke departemen yang memperoleh manfaat dari jasa tersebut.
  • 41. Dua metode akuntansi untuk biaya utilitas 1. Membebankan semua biaya tenaga dan bahan bakar ke departemen utilitas tersendiri, kemudian mengalokasikannya ke departemen yang menerima manfaatnya. 2. Membebankan departemen-departemen tertentu dengan biaya tenaga dan bahan bakar jika ada meteran terpisah, dan membebankan sisanya ke departemen utilitas tersendiri. Sisa ini kemudian akan dialokasikan ke departemen yang menerima manfaatnya.
  • 42. Distribusi Biaya Departemen Jasa Distribusi didasarkan pada unit pengukuran umum yang berkorelasi dengan penyebab dari biaya departemen jasa. Contoh: jumlah karyawan, konsumsi kwh, konsumsi tenaga kuda per jam, luas lantai, nilai aset, atau biaya dari bahan baku yang akan diminta. Tiga metode umum distribusi overhead departemen jasa ke departemen yang memperoleh manfaatnya: 1. Metode Langsung (Direct Method) 2. Metode Bertingkat (Step Method)/Sequential Method 3. Metode Simultan (Simultaneous Method)/Metode Aljabar (Algebraic Method)
  • 43. Contoh untuk perhitungan ketiga metode Data yang ada pada Nicleby Company: Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa sebelum distribusi Departemen Jasa Departemen Departemen Y Departemen Z Dept.Produksi A $ 60.000 40% 20% Dept.Produksi B $ 80.000 40% 50% Dept. Jasa Y $ 36.300 - 30% Dept. Jasa Z $ 20.000 20% - Total Overhead Pabrik $196.300 100% 100%
  • 44. METODE LANGSUNG (DIRECT METHOD) Pada metode langsung:  Biaya departemen jasa didistribusikan hanya ke departemen produksi saja.  Metode ini mengabaikan dan tidak membebankan biaya apapun ke jasa yang diberikan oleh suatu departemen jasa ke departemen jasa lain.  Metode langsung dapat dibenarkan untuk perhitungan biaya produk jika hasil akhirnya tidak jauh berbeda dengan hasil dari metode distribusi lainnya.
  • 45. Nicleby Company Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode Langsung Departemen Produksi Departemen Jasa Total A B Y Z BOP sebelum distribusi $ 196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $ 20.000 Distribusi dari: Dept. Y 18.150 (40/80 x 36.300) 18.150 (40/80 x 36.300) (36.300) Dept. Z 5.714 (20/70 x 20.000) 14.286 (50/70 x 20.000) (20.000) Total Overhead $ 196.300 $ 83.864 $ 112.436 0 0
  • 46. METODE BERTINGKAT (STEP METHOD) Pada metode bertingkat:  Mendistribusikan biaya dari departemen jasa berdasarkan urutan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.  Sekali biaya telah didistribusikan dari suatu departemen jasa, tidak ada biaya departemen jasa lain yang dibebankan kembali ke departemen tersebut dalam langkah berikutnya.  Urutan yang berbeda memberikan hasil yang berbeda.  Urutan dapat dimulai dari departemen yang paling banyak melayani departemen lain dan paling sedikit menggunakan jasa departemen lain atau dimulai dari departemen jasa yang menyediakan jasa ke departemen jasa lain dengan jumlah biaya
  • 47. Nicleby Company Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode Bertingkat Departemen Produksi Departemen Jasa Total A B Y Z BOP sebelum distribusi Dept.Jasa $ 196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $ 20.000 Distribusi dari: Dept.Y 14.520 (40/100 x 36.300) 14.520 (40/100 x 36.300) (36.300) 7.260 (20/100 x 36.300) Dept.Z 7.789 (20/70 x 27.260) 19.471 (50/70 x 27.260) (27.260) Total Overhead $196.300 $ 82.309 $ 113.991 0 0
  • 48. METODE SIMULTAN  Mempertimbangkan secara lengkap hubungan timbal balik antar semua departemen jasa.  Biaya dari departemen jasa didistribusikan secara simultan, pertama-tama dengan menggunakan aljabar untuk menyelesaikan dua persamaan linier dengan dua variabel yang tidak diketahui, tujuannya untuk menentukan berapa besar alokasi terlalu tinggi yang diperlukan dan untuk menentukannya secara simultan bagi kedua departemen jasa.
  • 49. Nicleby Company Jika : Y = $ 36.300 + 0,3Z Z = $ 20.000 + 0,20Y Substitusi: Y = $ 36.300 + 0,3 ($ 20.000 + 0,20Y) Penyelesaian: Y = $ 36.300 + $ 6.000 + 0,06Y Y = $ 42.300 + 0,06Y 0,94Y= $ 42.300 Y = $ 45.000 Substitusi: Z = $ 20.000 + (0,20 x $ 45.000) Penyelesaian: Z = $ 20.000 + $ 9.000 Z = $ 29.000
  • 50. Nicleby Company  Distribusi Overhead Dept.Jasa Menggunakan Metode Simultan Departemen Produksi Departemen Jasa Total A B Y Z BOP sebelum distribusi dept.jasa $196.300 $ 60.000 $ 80.000 $ 36.300 $ 20.000 Distribusi Dari: Dept.Y 18.000 (40/100 x 45.000) 18.000 (40/100 x 45.000) (45.000) 9.000 (20/100 x 45.000) Dept.Z 5.800 (20/100 x 29.000) 14.500 (50/100 x 29.000) 8.700 (30/100 x 29.000) (29.000) Total Overhead $196.300 $ 83.800 $ 112.500 0 0
  • 51. Menggunakan Tarif BOP Departemen  Setelah biaya departemen jasa didistribusikan, tarif overhead departemen produksi dapat dihitung dengan cara membagi total overhead pabrik final dari setiap departemen produksi dengan dasar alokasi yang dipilih.  Pada akhir periode overhead pabrik dibebankan dengan jurnal sbb: Barang Dalam Proses XX Overhead Pabrik dibebankan Dept.A XX Overhead Pabrik dibebankan Dept.B XX Overhead Pabrik dibebankan Dept.C
  • 52. BIAYA OVERHEAD AKTUAL TERDEPARTEMENTALISASI  Overhead Pabrik Aktual diikhtisarkan dalam akun Pengendali Overhead di buku besar. Rinciannya dimasukkan dalam buku pembantu overhead pabrik.  Pada akhir periode, biaya overhead aktual dikumpulkan dengan cara yang sama seperti estimasi biaya di awal periode.
  • 53. LANGKAH-LANGKAH DI AKHIR PERIODE UNTUK OVERHEAD PABRIK AKTUAL TERDEPARTEMENTALISASI 1. Biaya aktual dari overhead langsung departemental di departemen produksi dan departemen jasa, serta overhead tidak langsung departemental diikhtisarkan. 2. Survey kedua untuk tingkat aktual dari dasar alokasi yang dialami selama tahun tersebut. 3. Biaya aktual dari overhead tidak langsung departemental dialokasikan berdasarkan hasil dari survey akhir tahun. 4. Biaya aktual dari departemen jasa didistribusikan ke departemen yang menerima manfaat berdasarkan hasil survey akhir tahun. 5. Overhead pabrik aktual dibandingkan dengan overhead pabrik dibebankan , baik untuk fasilitas tersebut secara keseluruhan maupun untuk setiap departemen produksi. Hitung jumlah overhead
  • 55. PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri
  • 56. LANGKAH-LANGKAH & DOKUMEN PEMBELIAN DAN PENGGUNAAN BAHAN BAKU 1. Menentukan rute atau urutan operasi untuk setiap produk dan menetapkan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of materials). 2. Anggaran produksi (production budget) rencana utama dimana rincian kebutuhan bahan baku dikembangkan. 3. Bukti permintaan pembelian (Purchase Requisition)  informasi jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan. 4. Pesanan pembelian (Purchase Order) kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.
  • 57. 5. Laporan Penerimaan (Receiving Report) mengesahkan jumlah yang diterima dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu. 6. Bukti permintaan bahan baku (material requisition) memberikan wewenang bagi gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke departemen tertentu pada waktu tertentu. 7. Kartu catatan bahan baku (material record card) mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dari setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai catatan persediaan perpetual.
  • 58. PEMBELIAN BAHAN BAKU Kegiatan yang dilakukan di Departemen Pembelian: 1. Menerima Purchase Requisition atas bahan baku, perlengkapan dan peralatan. 2. Menyimpan informasi sumber pasokan, harga, jadwal pengapalan serta pengantaran. 3. Membuat dan menempatkan Purchase Order 4. Mengatur pelaporan di antara departemen pembelian, departemen penerimaan dan departemen akuntansi. Biasanya dilakukan oleh Departemen Pembelian
  • 59. PENERIMAAN BAHAN BAKU Kegiatan yang dilakukan: 1. Membongkar bahan baku yang masuk 2. Membandingkan jumlah yang diterima dengan daftar perusahaan perkapalan (shipper’s packing list) 3. Mecocokkan bahan baku yang diterima dengan deskripsi dalam Purchase Order 4. Membuat Receiving Report Dilakukan oleh Departemen Penerimaan
  • 60. 5. Memberitahukan ke departemen pembelian jika menemukan perbedaan 6. Mengatur pemeriksaan apabila diperlukan 7. Memberitahukan jika terjadi kerusakan bahan baku selama dalam perjalanan. 8. Mengirimkan bahan baku yang diterima ke lokasi yang sesuai.
  • 61. PERSETUJUAN FAKTUR & PEMROSESAN DATA Persetujuan faktur penting dalam pengendalian bahan baku, karena proses tersebut memverifikasi bahwa barang telah diterima sesuai dengan pesanan dan pembayaran dapat dilakukan.
  • 62. Sesuai Laporan Penerimaan (receiving report), pesanan pembelian (Purchase Order) dan Faktur dibandingkan dalam hal: jenis bahan baku, jumlah, harga, discount, persyaratan kredit, instruksi pengiriman dan persyaratan lainnya Data voucher di jurnal, diposting ke buku pembantu dan dimasukkan ke jurnal pembayaran kas sesuai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran Dibuat voucher Dibuat cek dan di kirim ke pemasok
  • 63. BIAYA PEROLEHAN BAHAN BAKU  Harga yang tercantum dalam faktur pemasok dan beban transportasi adalah biaya pembelian barang yang paling jelas terlihat.  Biaya yang tidak terlalu jelas terlihat dapat disebut biaya akuisisi. Biaya Akuisisi adalah biaya untuk melakukan fungsi pembelian, penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, penyimpanan dan akuntansi
  • 64.  Bahan Baku biasanya dibukukan sesuai dengan harga faktur yang dibayarkan ke pemasok.  Biaya akuisisi dan penyesuaian harga diperlakukan sebagai overhead pabrik.  Diskon pembelian  diperlakukan sebagai pengurang harga.  Beban angkut pembelian :  Alternatif 1: Beban angkut pembelian dimasukkan ke akun Bahan Baku di buku besar  ditambahkan secara proporsional ke setiap catatan pembantu bahan baku dari setiap item. Alokasi dapat didasarkan pada: 1. Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli. 2. Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli. 3. Beban angkut diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
  • 65.  Alternatif 2 : Membebankan semua beban angkut pembelian ke Akun Beban Angkut Pembelian dan mencatat hanya harga faktur sebagai biaya bahan baku.  Alternatif 3 : Memasukkan semua beban angkut pembelian di periode tersebut dalam menghitung tarif overhead pabrik untuk periode itu  menjadi akun buku pembantu dari pengendali overhead pabrik.  Biaya akuisisi yang dibebankan  jika dalam biaya bahan baku akan dimasukkan biaya akuisisi, maka suatu tarif pembebanan tertentu dapat dikenakan ke setiap faktur dan setiap item. Untuk itu dapat digunakan tarif tunggal atau tarif yang terpisah untuk setiap kelas biaya.
  • 66. PENYIMPANAN BAHAN BAKU  Bahan baku dan satu salinan laporan penerimaan (receiving report) dikirimkan ke bagian gudang dari departemen penerimaan atau departemen pemeriksaan.  Petugas gudang bertanggung jawab untuk mengamankan dan menyimpan bahan baku serta memastikan bahwa semua bahan baku yang dikeluarkan dari gudang sesuai dengan bukti permintaan bahan baku yang bersangkutan.
  • 67. PENGELUARAN BAHAN BAKU  Bukti Permintaan Bahan Baku  memberikan otorisasi bagi petugas gudang untuk mengeluarkan bahan baku.  Semua penarikan bahan baku menghasilkan jurnal ikhtisar yang mengkredit Bahan Baku dan mendebit Barang Dalam Proses, Pengendali Overhead Pabrik, Beban Pemasaran atau Beban Administratif.  Daftar bahan baku yang diperlukan (Bill of Materials-BOM):  memuat daftar dari semua bahan baku yang diperlukan untuk suatu pesanan atau production run tertentu.  Berfungsi sebagai salinan induk dari bukti permintaan bahan baku untuk produk tersebut.
  • 68. METODE PENCATATAN BIAYA BAHAN BAKU Sistem persediaan perpetual : memasukkan setiap penambahan dan setiap pengurangan persediaan ke dalam buku pembantu bahan baku agar catatan tersebut selalu terkini. Cocok untuk job order costing. Sistem persediaan periodik: pembelian ditambahkan ke persediaan awal, kemudian persediaan akhir dihitung secara fisik dan biayanya dikurangkan dari jumlah tersebut. Selisih yang terjadi dianggap sebagai biaya bahan baku yang dikeluarkan. Cocok untuk process costing.
  • 69. KUANTITAS PEMESANAN EKONOMIS (ECONOMIC ORDER QUANTITY-EOQ)  Adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan..  Jumlah optimum yang dipesan pada suatu waktu tertentu ditentukan dengan cara menyeimbangkan dua faktor:  Biaya pemilikan (penyimpanan bahan baku)  Biaya perolehan (pemesanan bahan baku)
  • 70.  Rumus EOQ: EOQ = Contoh: Asumsi kebutuhan pertahun = 2.400 unit, biaya per unit $ 0,75, biaya pemesanan =$20 per pesanan, persentase biaya penyimpanan adalah 20%, maka EOQ adalah: EOQ = 2 x jumlah yang diperlukan per tahun x biaya perpesanan Biaya perunit bahan baku x persentase biaya penyimpanan 2 x 2.400 x $20 $0,75 x 20% = 800 unit
  • 71. MENENTUKAN WAKTU PEMESANAN  Waktu pemesanan dikendalikan oleh tiga faktor:  Waktu yang diperlukan untuk pengiriman  Tingkat penggunaan persediaan  Jumlah persediaan pengaman  Menentukan titik pemesanan akan relatif lebih sederhana apabila tersedia prediksi yang tepat untuk tingkat penggunaan dan waktu tunggu (lead time).  Lead time  interval waktu antara saat pemesanan dilakukan dengan saat bahan baku tersedia di pabrik untuk produksi.
  • 72.  Tiga kondisi akibat variasi dari kedua faktor tersebut:  Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan selama periode pemesanan di bawah perkiraan, maka bahan baku yang baru tiba sebelum persediaan yang ada habis digunakan, sehingga menambah biaya penyimpanan bahan baku.  Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan di atas perkiraan, maka akan terjadi kehabisan persediaan beserta biaya-biayanya, termasuk kehilangan pelanggan.  Jika waktu tunggu dan tingkat penggunaan rata- rata atau normal digunakan untuk menentukan titik pemesanan, kehabisan persediaan bisa diperkirakan akan terjadi pada setiap pesanan.
  • 73.  Persediaan pengaman merupakan proteksi dengan tingkat biaya yang paling rendah guna mengatasi kehabisan persediaan.  Jumlah persediaan pengaman yang optimum adalah jumlah yang menghasilkan total biaya akibat kehabisan persediaan plus biaya penyimpanan persediaan pengaman yang paling kecil.  Biaya penyimpanan dihitung dengan cara yang sama seperti EOQ.  Total biaya kehabisan persediaan bergantung pada frekuensi terjadinya dan biaya dari setiap kehabisan persediaan.
  • 74.  Contoh: asumsikan suatu perusahaan menggunakan satu item yang dipesan 10 kali per tahun. Biaya dari satu kali kehabisan persediaan adalah sebesar $30, biaya penyimpanan sebesar $0,50 per tahun per unit, dan probabilitas terjadinya kehabisan persediaan diestimasikan untuk berbagai tingkat persediaan pengaman: Persediaan pengaman (dalam unit) Probabilitas kehabisan persediaan 0 40% 50 20% 100 10% 200 5%
  • 75.  Total biaya penyimpanan dan total biaya kehabisan persediaan pada setiap tingkat persediaan pengaman adalah sbb:
  • 76.  Pada contoh tersebut, tingkat persediaan pengaman yang optimum adalah 100 unit, karena pada tingkat ini total biaya kehabisan persediaan dan biaya penyimpanan diminimalkan.
  • 77. TITIK PEMESANAN  Titik pemesanan (order print) dicapai bila jumlah yang tersedia sama dengan kebutuhan yang diperkirakan, yaitu: saat jumlah persediaan yang tersedia dan jumlah persediaan yang akan diterima = jumlah persediaan yang akan digunakan selama waktu tunggu dan jumlah persediaan pengaman.
  • 78. PENGENDALIAN BAHAN BAKU  Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan yaitu:  Menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang memadai guna beroperasi secara efisien.  Menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara finansial.  Tujuan dasar pengendalian bahan baku: kemampuan untuk melakukan pemesanan pada waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan kualitas yang tepat.
  • 79. Metode pengendalian bahan baku : 1. Metode siklus pesanan (order cycling method)  memeriksa secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas. 2. Metode minimum-maksimum (min-max method)  didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada pada kisaran batas tertentu. Jumlah maksimum untuk setiap item ditetapkan. Tingkat minimum sudah memasukkan margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali. Tingkat minimum menentukan titik pemesanan kembali, dan jumlah pesanan sama dengan selisih antara tingkat maksimum dengan tingkat minimum. 3. Metode just in time  filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan.
  • 80. METODE PERHITUNGAN BIAYA PERSEDIAAN  Metode yang paling umum digunakan untuk menghitung biaya persediaan adalah: 1. Metode masuk pertama keluar pertama ( First in, first out/ FIFO). 2. Metode rata-Rata Tertimbang. 3. Metode masuk pertama, keluar terakhir (Last in , first out/ LIFO).
  • 81. METODE FIRST IN FIRST OUT (FIFO)  Metode FIFO membebankan biaya bahan baku sesuai dengan harga persediaan tertua yang ada di gudang.  Metode FIFO mudah diterapkan jika hanya ada beberapa penerimaan bahan baku yang berbeda di catatan bahan baku pada suatu saat
  • 82.
  • 83. METODE BIAYA RATA-RATA TERTIMBANG  Metode rata-rata tertimbang mengasumsikan bahwa biaya dari setiap pengeluaran bahan baku merupakan bauran dari semua biaya pengiriman yang ada di gudang pada saat pengeluaran tersebut terjadi.  Metode biaya rata-rata tertimbang membagi total biaya dari semua bahan baku dari kelas tertentu dengan jumlah unit yang tersedia untuk menemukan biaya rata-ratanya.
  • 84.
  • 85.  Bahan baku dikeluarkan sesuai dengan harga rata-rata sampai pembelian berikutnya dicatat, pada waktu tersebut biaya rata-rata baru akan dihitung.  Beberapa perusahaan menentukan rata-rata biaya untuk setiap jenis bahan baku di akhir setiap bulan dan menggunakan biaya rata-rata ini untuk seluruh pengeluaran di bulan berikutnya.
  • 86. METODE LAST IN FIRST OUT (LIFO)  Metode LIFO membebankan biaya dari pembelian yang paling terakhir dalam persediaan ke setiap batch bahan baku yang dikeluarkan ke produksi.  Tujuannya adalah untuk membebankan biaya dari pembelian terakhir dan membiarkan biaya yang paling tua di akun persediaan.
  • 87.
  • 88. PERBANDINGAN ANTAR METODE PERHITUNGAN BIAYA Dalam periode dimana harga-harga naik, metode FIFO menghasilkan biaya yang terendah untuk pengeluaran bahan baku, metode LIFO menghasilkan biaya yang paling tinggi dan metode biaya rata- rata tertimbang menghasilkan biaya yang besarnya berada di antara biaya yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut.
  • 89. Dalam periode dimana harga-harga turun, FIFO membebankan biaya tertinggi, LIFO membebankan biaya terendah dan biaya yang dibebankan oleh metode biaya rata-rata tertimbang berada di antara keduanya.