Al-Farabi adalah seorang cendekiawan Muslim yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang ilmu, terutama filsafat dan logika. Fokus pemikiran pendidikan Al-Farabi adalah pada pengembangan moralitas atau akhlak. Menurutnya, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kesempurnaan individu. Kesempurnaan ini diukur dari pengetahuan yang dimiliki seseorang dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dengan dasar moralitas atau akhlak.Al-Farabi menawarkan kurikulum pendidikan yang meliputi ilmu-ilmu umum, yang tidak terbatas pada ilmu-ilmu agama, karena menurut nya Klasifikasi ilmu yang Al-Farabi berikan, dapat diterapkan dalam kurikulum pendidikan Islam.
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Paper UTS MK filsafat pendidikan ikram Ishadila (202127050).docx
1. PEMIKIRAN AL-FARABI TENTANG PENDIDIKAN DAN RELEVANSINYA DENGAN
DUNIA KONTEMPORER
Ikram Ishadila(202127050)
A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha untuk memanfaatkan segala potensi yang dimiliki oleh manusia.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan kehidupan manusia yang lebih mulia. Melalui pendidikan yang
optimal, potensi setiap peserta didik dapat dikembangkan sehingga melahirkan sumber daya manusia
yang unggul dan kompeten untuk kemajuan bangsa dan negara.
Untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, filsafat menjadi
kunci utama. Konsep filsafat sendiri selaras dengan subjek dan objek pendidikan, yakni individu
manusia.
Di era modern saat ini, kita menghadapi arus globalisasi yang semakin berkembang. Ilmu
pengetahuan, teknologi, dan komunikasi terus maju dengan pesat. Walaupun terdapat dampak positif,
arus globalisasi juga membawa dampak negatif. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus menjadi
benteng untuk melindungi dari dampak-dampak negatif arus globalisasi.
Filsafat pendidikan Islam merupakan sebuah konsep filsafat yang mendalam yang berasal dari
aliran-aliran filsafat, pemikir, atau filosof, baik dari kalangan muslim maupun non muslim. Konsep ini
dihasilkan sebagai respons terhadap permasalahan dalam pendidikan dan dijadikan sebagai pedoman
dasar dalam proses pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Islam (Siregar, 2020).
B. PEMBAHASAN
Biografi Al-Farabi
Al-Farabi dikenal dengan nama lengkap Abu Muhammad ibn Muhammad Tarkhan ibn
Auzalagh. Lahir di Wasij, distrik Farab (sekarang dikenal sebagai kota Atrar) Turkistan pada tahun 257
H (870M), Al-Farabi adalah putra seorang jenderal Persia dan ibunya berkebangsaan Turki. Dengan
demikian Al-Farabi biasa disebut orang Persia atau orang Turki. Al-Farabi wafat di Kota Damaskus
pada tahun 339 H (950M) Dalam usia 80 tahun (Waris, 2004).
Pendidikan Al-Farabi
Pendidikan mendasar Al-Farabi terdiri dari pelajaran agama dan bahasa. Ia belajar tentang fiqh,
hadis, dan tafsir Al-Qur’an. Bahasa Turki dan Parsi juga dipelajarinya (Ruswantoro,2015). Selain itu,
ia mahir dalam Bahasa Iran, Turkestan, dan Kurdistan. Menurut pendapat lain, Al-Farabi memiliki
kemampuan berbicara dalam tujuh puluh bahasa, tetapi ia hanya benar-benar menguasai empat Bahasa,
yaitu: Arab, Persia, Turki, dan Kurdi.
2. Selain mempelajari Bahasa Arab, Tafsir, Fiqh, dan bidang-bidang lain dalam rangka
meningkatkan pemahaman Islam, Al-farabi juga menekuni ilmu filsafat dan logika. Al-Farabi adalah
juga seorang ahli filsafat, dan Kemudian dalam capaiannya beliau juga Membuat ulasan terhadap buku-
buku Filsafat Yunani.
Kehidupan Al-Farabi
Pada tahun 330 H (954M), Al-Farabi yang berusia 75 tahun, bermigrasi ke Damaskus dan
bertemu dengan Saif Ad-Daulah Al-Hamdani, seorang Sultan Dinasti Hamdan di Aleppo. Di istana Saif
Ad-Daulah, Al-Farabi berinteraksi dengan para penyair, ahli bahasa, filsuf, dan cendekiawan terkenal
lainnya. Di sana, Al-Farabi tinggal dan menjadi tokoh terkemuka sebagai seorang sarjana atau pencari
ilmu. Ia banyak menulis buku dan artikel di istana tersebut (Ruswantoro, 2015). Kepintaran Al-Farabi
dalam bidang filsafat memberikan dampak positif terhadap kemajuan pemerintahan Sultan Saif Ad-
Daulah.
Al-farabi sangat menggemari ilmu pengetahuan. Ia merupakan seorang cendekiawan
terkemuka di lingkungan Istana. Meskipun menduduki posisi yang tinggi sebagai ulama Istana dengan
segala fasilitas dan penghasilan yang besar yang diberikan oleh Sultan, Al-farabi tidak hidup mewah.
Ia lebih memilih hidup sederhana dan meninggalkan semua kemewahan yang diberikan kepadanya.
Al-Farabi dalam menjalani kehidupannya menyibukkan diri akan dunia pengetahuan, hingga ia
menjaga jarak dengan penguasa-penguasa Abbasiyah pada masa itu. Pada abad pertengahan, Al-Farabi
sangat terkenal, sehingga banyak orang Yahudi yang mempelajari tulisannya dan kemudian
menggandakan ke dalam bahasa Ibrani. Al-Farabi hidup pada masa ketika situasi politik dan
pemerintahan Abbasiyah dihadapkan pada berbagai konflik dan pemberontakan.
Walaupun Al-Farabi tidak berhubungan erat dengan penguasa-penguasa Abbasiyah pada masa
itu, tetapi dia sudah sangat terkenal karena keahlian yang dimilikinya. Keadaan politik yang tidak
mendukung pada saat itu menjadi latar belakang bagi Al-Farabi untuk mengembangkan pemikirannya
mengenai politik dan negara.
Al-Farabi sangat tertarik pada bidang Filsafat dan menghindari terlibat dalam dunia politik,
meskipun beliau telah menulis karya-karya politik yang sangat bersejarah. Pemikiran Filsafat Al-Farabi
menjadi referensi utama dalam dunia ilmiah baik di Barat maupun Timur (Gunawan, 2014).
Karya-Karya Al-Farabi
Al-Farabi ialah seorang cendekiawan Islam yang mempunyai kepakaran dalam berbagai bidang
ilmu, seperti Linguistik(ilmu bahasa), Matematika, Kimia, Astronomi, militer, musik, Sains, Agama,
Fiqh, dan mantiq.
3. Karena itulah, banyak karya yang telah ditinggalkan oleh Al-Farabi. Karya-karya Al-Farabi
tidak terlalu terkenal karena sebagian besar merupakan risalah atau tulisan pendek, sedangkan yg sedikit
itu berupa buku.
Banyak karangan Al Farabi yang telah lenyap, dan hanya tersisa beberapa yang masih ada di
antaranya: Al-Jam’u baina ra’yay Al-Hakimain Aflatun dan Aristhur, Tahqiq Ghardh Aristhu fi Kitab
ma Ba’da Ath-Thabi’ah, Syarah Risalah Zainun Al-Kabir Al-Yunani, At-Ta’liqat,Risalah fima Yajibu
Ma’rifat Qabla ta’ allum Al-Falsafah, , Kitab Tahsil As-Sa’dah, Risalah fi Itsbat Al-Mufaraqah, tentang
pengakuan perbedaan, Uyun Al-Masa’il, Ara’ Ah; Al-Madinah Al-Fadhilah, Ihsa Al Ulum wa At-Ta’rif
bi Aghradita, Maqalat fi Ma ’ani Al-Aql, Fushul Al-Hukm, Risalat Al-Aql, As-Siyasah Al-Madaniyah,
Al Masa’il Al-Falsafiyyah wa Al-Ajwibah Anha.(Supriyadi, 2019).
Dari berbagai karya yang telah ditulis oleh Al-Farabi, menunjukkan bahwa dia adalah seorang
filsuf Islam, ilmuwan, dan cendekiawan yang memiliki pengetahuan yang sangat luas dan mendalam.
Pemikiran Pendidikan Al-Farabi
1. Tujuan Pendidikan
Menurut Al-Farabi, pendidikan ialah alat untuk memperoleh rangkaian nilai-nilai,
pengetahuan, dan keterampilan dalam waktu dan konteks budaya yang spesifik. Maksud utama
pendidikan ialah membimbing individu menuju kesempurnaan. Al-Farabi berpendapat bahwa
kesempurnaan manusia diukur dari pemahamannya secara teoritis tentang kebajikan yang kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.Artinya, seseorang dianggap sempurna jika ia menerapkan
ilmu yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan bertujuan untuk menyatukan
kecerdasan pengetahuan intelektual dengan perilaku yang positif (Setiyawan, 2016).
2. Kurikulum Pendidikan
Dalam pandangan Al Farabi, Pendidikan Islam seharusnya fokus pada pengembangan akhlak
dan akal. Al-Farabi menekankan pentingnya moralitas dalam tindakan dan pemikiran, dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan memelihara sopan santun serta martabat manusia. Penggunaan
akal dalam memperoleh pengetahuan harus disertai dengan pembinaan moralitas atau karakter yang
baik.(Nurmuhyi, 2016).
Landasan utama dalam kurikulum Pendidikan Islam didasarkan kepada pembentukan akhlak
yang mulia. Kurikulum pendidikan tidak hanya terpaku kepada ilmu-ilmu agama Islam, namun juga
memasukkan mata pelajaran yang bersifat umum seperti matematika, ilmu-ilmu alam dan sebagainya.
Dengan demikian pendidikan Islam mampu mencetak masyarakat muslim yang berilmu serta berakhlak
mulia.
3. Pendidik dan Peserta didik
4. Dalam proses pengajaran, penting untuk memperhatikan potensi individu setiap peserta didik.
Dengan memperhatikan perbedaan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta, pendidik harus
memberikan perlakuan yang berbeda. Meskipun begitu, ada persamaan mendasar dalam proses
pembelajaran dan pendidikan, yaitu membentuk karakter yang baik sebagai langkah pertama dalam
edukasi. Perbedaan dalam potensi, sifat bawaan, atau tingkat kecerdasan peserta harus dipertimbangkan
dalam penyampaian materi pembelajaran. Sangat penting bagi pendidik untuk memahami perbedaan
potensi dan tingkat kecerdasan dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik . Pemahaman ini
akan berdampak pada penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang efektif bagi peserta didik.
Pendidikan Era Global/Modern
Zaman global telah menimbulkan transformasi penting pada banyak bidang kehidupan,
termasuk dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, teknologi, dan pendidikan. Kemajuan
signifikan dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mempercepat proses globalisasi. Di era
globalisasi, pendidikan juga mengalami perubahan penting(Azra, 2014)baik dalam hal kelembagaan
maupun kurikulum, sehingga pendidikan dapat menghasilkan peserta didik yang kompeten dan relevan
dengan tuntutan zaman.
Seiring dengan perkembangan gagasan-gagasan modern, terutama yang mendasarkan diri pada
pengaruh kemajuan teknologi modern, maka lembaga-lembaga pendidikan tidak dapat menghindari
tantangan-tantangan yang mungkin bertentangan dengan prinsip-prinsip agama. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan harus berhati-hati dalam menerima gagasan-gagasan modern. Apakah gagasan
inovatif tersebut sejalan dengan nilai-nilai dasar agama, sehingga dapat diterima dan dikembangkan.
Dalam era kemajuan ilmu dan teknologi yang menjadi ciri dari perkembangan peradaban,
tentunya selain memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, juga memiliki aspek negatif yang perlu
dikendalikan. Perkembangan ilmu dan teknologi mempermudah aktivitas manusia, namun juga bisa
mengalihkan individu dari kehidupan beragama. Dengan kata lain, kemajuan teknologi memudahkan
penyebaran informasi yang dapat mempengaruhi nilai dan prinsip ajaran agama yang dianut seseorang.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengendalikan dampak negatif dari kemajuan ilmu dan
teknologi pada kehidupan manusia dan keberlangsungan agama.
Kemajuan peradaban suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan,
termasuk di bidang ekonomi, politik, sains, teknologi, dan lain-lain. Pendidikan Islam memainkan peran
penting dalam menahan pengaruh negatif yang muncul akibat globalisasi. Pendidikan Islam harus
menjadi filter terhadap budaya asing yang tidak selaras dengan ajaran Islam dan dampak buruk dari
globalisasi. Selain itu, pendidikan Islam juga harus memberikan perhatian pada ilmu pengetahuan
umum dan teknologi. Masyarakat Islam harus memiliki pengetahuan yang luas di berbagai bidang ilmu
5. pengetahuan, karena kemajuan suatu bangsa ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Relevansi pemikiran Pendidikan Al-Farabi di Era Modern
Adapun Relevansi pemikiran pendidikan Al-Farabi di era modern dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Pertama, menurut pemikiran Al-Farabi, pendidikan adalah cara bagi individu untuk
memperoleh nilai-nilai, pengetahuan, serta keterampilan. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan
di era modern, yaitu bahwa pendidikan bukan hanya untuk mentransformasi ilmu pengetahuan, tetapi
juga untuk mengembangkan potensi yg ada serta membentuk karakter yang baik pada individu.
Kedua, zaman modern mengalami perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi yang
sangat Cepat. Itulah yang mempercepat Aliran globalisasi. Penyebaran informasi dari Manapun di dunia
menjadi sangat mudah Menyebar dan mudah diakses. Kebudayaan asing juga sangat Mudah masuk di
zaman modern ini. Arus Globalisasi tidak hanya membawa dampak positif, Tetapi juga membawa
dampak negatif yang perlu diperhatikan.
Ketiga, kemajuan bangsa dapat dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di
era globalisasi yang penuh kompetisi, sebuah negara yang ingin maju harus mengikuti perkembangan
global dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan Islam sangat penting bagi masyarakat Muslim untuk meningkatkan kemampuan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Memahami pentingnya ilmu pengetahuan sangatlah penting agar tidak
terjadi pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama yang dapat menyebabkan kemunduran bagi umat
Islam. Hal ini sejalan dengan pengklasifikasian ilmu oleh Al-Farabi, dimana ilmu tidak hanya terbatas
pada teks keagamaan, tetapi juga mencakup ilmu yang dapat membantu kemajuan peradaban suatu
bangsa atau masyarakat.
C. PENUTUP
Kesimpulan
Al-Farabi adalah seorang cendekiawan Muslim yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang
ilmu, terutama filsafat dan logika. Fokus pemikiran pendidikan Al-Farabi adalah pada pengembangan
moralitas atau akhlak. Menurutnya, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kesempurnaan individu.
Kesempurnaan ini diukur dari pengetahuan yang dimiliki seseorang dan diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, dengan dasar moralitas atau akhlak.
Al-Farabi menawarkan kurikulum pendidikan yang meliputi ilmu-ilmu umum, yang tidak
terbatas pada ilmu-ilmu agama, karena menurut nya Klasifikasi ilmu yang Al-Farabi berikan, dapat
diterapkan dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi umat
6. Muslim untuk menguasai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dasar dari semua ilmu yang
dipelajari atau dikuasai adalah akhlak atau moralitas. Pemikiran tentang pendidikan Al-Farabi terkait
pembentukan akhlak atau budi pekerti yang menjadi dasar pendidikan Islam sangat sesuai diterapkan
pada zaman modern, guna melindungi atau menjadi penyaring dampak-dampak negatif dari arus
globalisasi.
Keterkaitan antara pemikiran pendidikan Al-Farabi dengan pendidikan modern terletak pada
konsep pendidikan yang dijelaskan oleh Al-Farabi yang sesuai dengan definisi pendidikan modern.
Pendidikan tidak hanya memindahkan pengetahuan, tetapi juga membentuk individu yang memiliki
spiritualitas yang kuat, etika yang baik, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat tertentu.
Daftar pustaka
Azra, A. (2014). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III.
Kencana.
Waris, W. (2004). Pemikiran Pendidikan Al Farabi. Cendekia. 2(2), 13–20.
Gunawan, H. (2014). Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh. Remaja Rosdakarya.
Nurmuhyi, M. A. (2016). Pendidikan Akal Budi Perspektif Al-Farabi (Telaah Filosofis Atas Pemikiran
Pendidikan Al-Farabi). Tarbawy : Indonesian Journal of Islamic Education, 3(2), 185–192.
https://doi.org/10.17509/t.v3i2.4522
Siregar, M. (2010, June 15). Tantangan Pendidikan Islam Menghadapi Era Globalisasi Oleh: Prof. Dr.
H. Maragustam Siregar, MA. https://maragustamsiregar.wordpress.com/2010/06/15/tantangan-
pendidikan-isalammenghadapi-era-globalisasi-oleh-prof-dr-hmaragustam-siregar-ma/
Ruswantoro, A. (2015). Filsafat Islam Trajectori, Pemikiran dan Intepretasi. FA Press.
Setiyawan, A. (2016). Konsep Pendidikan Menurut Al- Ghazali dan Al-Farabi (Studi Komparasi
Pemikiran). Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 13(01), 51–71.
Supriyadi, D. (2019). Pengantar Filsafat Islam. Pustaka Setia.