SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
Get Homework Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL
Nama Mahasiswa : Sodiqa Aksiani Dokter Pembimbing : dr. Hery Susanto, Sp.A
NIM : 030.08.228 Tanda tangan :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi Ny. E
Umur : 3 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Agama : -
Suku : Jawa
Alamat : Jalan Bawal Barat RT 04 RW 03 Kel. Tegal Sari
Nama Ayah : Tn. I
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. E
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Ruang : Dahlia
Masuk RS : 08 Mei 2013
DATA DASAR
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien, dan perawat pada
tanggal 11 Mei 2013 pukul 11.30 WIB di ruang Dahlia RSU Kardinah Tegal
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu G1P0A0 20 tahun, hamil 38 minggu dibawa ke rumah sakit pada 7 Mei 2013,
tidak terdapat rasa mules, perut juga tidak terasa kencang, dan tidak ada air maupun darah
yang keluar dari kemaluan. Kemudian dilakukan induksi pada ibu sampai tiga kali, namun
sampai keesokan hari rasa mules tetap tidak timbul. Selain itu ibu mempunyai riwayat asma
sehingga tidak kuat untuk mengejan. Akhirnya diputuskan untuk dilakukan operasi sectio
caesarea pada ibu. Operasi dilakukan oleh dokter spesialis kandungan pada tanggal 8 Mei
2013, lahir bayi laki-laki secara sectio caesarea, bayi menangis kuat, tidak biru, dengan AS 8,
BBL 2900 gram, PB 45 cm. Air ketuban jernih. Placenta dikeluarkan (ekspulsi) dengan
kotiledon lengkap, tidak terdapat infark dan hematom.
Pasien kemudian langsung dibawa ke ruang mawar, tidak tampak sesak nafas dan
merintih. Pasien dirawat gabung bersama ibunya di ruang mawar, asi ibu keluar banyak,
pasien menyusu kuat, tangisan kuat, gerak aktif, sudah BAK maupun BAB, tidak terdapat
muntah, kejang, kuning, serta demam, tidak ada keluhan yang timbul. Pada sore harinya, ibu
pasien mengatakan bayinya tampak sesak napas dan tangisannya merintih. Selain itu pada
paha kanan pasien terdapat edema dengan hematom yang cukup besar. Pasien kemudian
dibawa ke ruang dahlia dan dipasang O2 sungkup 5L/m. Pada perawatan hari pertama,
gerakan pasien masih kurang aktif dan tangis masih kurang kuat (merintih). O2 sungkup
masih terpasang dengan ETT no. 2,5 serta NGT, sedangkan edema pada paha kanan
diberikan trombopop gel. Pada perawatan hari kedua, tampak sesak berkurang, tangis kuat
dan gerak aktif, ETT dan O2 sungkup diganti dengan headbox, diet dicoba dengan ASI per
sonde. Pada perawatan hari ketiga dan keempat terapi masih diteruskan, sedangkan pada
perawatan hari kelima, O2 diberikan jika perlu, diet ASI/PASI. Perawatan hari keenam
pasien di acc pulang.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Ibu belum pernah mengalami hal serupa
• Ini merupakan kehamilan pertama bagi ibu
• Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan trauma, namun ibu
mempunyai riwayat asma.
• Tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami hal serupa
• Tidak ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, sesak nafas, alergi, asma,
penyakit jantung
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien menanggung 1 orang istri dan 1 orang anak yaitu pasien. Ayahnya
bekerja sebagai buruh dengan penghasilan sekitar Rp. 1.000.000 sebulan dan merasa cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Kesan : riwayat ekonomi baik
Riwayat Lingkungan
Kepemilikan rumah : Rumah Pribadi
Keadaan rumah :
Pasien tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Tempat tinggal pasien berukuran
8 x 10 m, beratap genteng, lantai dikeramik dengan 2 kamar tidur yang berjendela, 1
ruang tamu, 1 kamar mandi, ruang makan dan dapur yang bersatu. Terdapat 2 buah
jendela di masing-masing ruangan, selalu dibuka setiap pagi sehingga ventilasi udara dan
cahaya matahari dapat masuk. Jarak septic tank ± 10 meter ke sumber air. Sumber air
berasal dari sumur pompa air sendiri, penerangan dengan listrik. Sistem pembuangan air
limbah disalurkan melalui selokan di depan rumah.
Kesan : rumah dan sanitasi lingkungan baik
RIWAYAT PASIEN
Pasien adalah anak pertama dan ini merupakan kehamilan pertama bagi ibu pasien.
A. Riwayat Antenatal Care
Ibu ibu G1P0A0 20 tahun, hamil 38 minggu, HPHT tidak didapatkan data. Ibu
mengatakan berat badan naik selama hamil tapi tidak tahu berapa. Rutin minum susu
kehamilan dan makan 3x sehari, tidak ada konsumsi jamu ataupun obat-obatan. Riwayat haid
teratur, siklus haid ± 28 hari, lama haid ± 5-6 hari, tidak pernah merasa nyeri selama haid.
Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan dan ke dokter menjelang
persalinan. Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 4 kali yaitu 1 kali di trimester awal, 1 kali
di trimester kedua dan 2 kali menjelang kelahiran. Ibu menkonsumsi vitamin penambah
darah, mendapat suntik TT 2x. Ibu mengatakan sempat sakit sewaktu hamil selama seminggu
berupa batuk tidak berdahak dan tidak ada demam. Selain itu ibu juga mempunyai asma.
Tidak ada riwayat trauma dan tidak ada perdarahan sebelum persalinan.
B. Riwayat Persalinan
• Kelahiran
Tempat kelahiran : RSU Kardinah
Penolong persalinan : Dokter spesialis kandungan
Cara persalinan : Sectio Caesarea
Masa gestasi : 38 minggu
HPHT : tidak didapatkan data
Taksiran partus : 12 Mei 2013
Tanggal kelahiran : 08 Mei 2013
Air ketuban : jernih
Keadaan bayi :
• Berat badan lahir : 2900 gram
• Panjang badan lahir : 45 cm
• Lingkar kepala : 33 cm
• Langsung menangis : kuat
• Nilai APGAR : 8
• Kelainan bawaan : -
Kesan : riwayat kelahiran dan kehamilan baik
C. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien belum mengikuti program KB
D. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
 Pertumbuhan
o Pertumbuhan anak sesuai masa kehamilan menurut kurva
Lubchenko
 Perkembangan
- Perkembangan anak belum dapat dievaluasi
E. Riwayat Makanan
Selama kehamilan, ibu pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk,
sayur dan buah. Rutin minum susu kehamilan.
F. Riwayat Imunisasi
VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur)
BCG - - - - - -
DPT/ DT - - - - - -
POLIO - - - - - -
CAMPAK - - - - - -
HEPATITIS B 08/05/13 - - - - -
Kesan : Imunisasi Hepatitis B pertama sudah diberikan
G. Riwayat Keluarga
 Corak Reproduksi
No usia Jenis
Kelamin
Hidup Lahir
Mati
Abortus Mati Keterangan
1 3 hari Laki-laki Hidup - - - sakit
G. Silsilah Keluarga
Silsilah atau Ikhtisar Keturunan
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
Kesan : tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Mei 2013, pukul 12.30 WIB di ruang Dahlia.
Bayi laki-laki, usia 3 hari, berat badan sekarang 2900 gram, panjang badan 45 cm,
lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 31 cm.
Kesan umum :
Gerak kurang aktif, tangis kurang kuat, tampak sesak napas (+), sianosis (-), anemis (-),
kejang (-), ikterik (-).
Tanda vital
• Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
• Laju jantung : 120x/menit, reguler
• Pernapasan : 45x/menit
• Suhu : 35,1°C (Axilla)
• Sp02 : 98%
• Terpasang sungkup O2
Status Generalis
• Kepala
Mesocephal, ukuran lingkar kepala 33 cm, ubun-ubun besar masih terbuka, teraba
datar, tidak tegang, caput succadaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
• Mata
Mata cekung (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis
(-/-), katarak kongenital (-/-), glaukoma kongenital (-/-)
• Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)
• Telinga
Normotia, discharge (-/-)
• Mulut
Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), bercak-bercak putih pada lidah dan mukosa
(-), bibir kering (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
• Leher
Pendek, pergerakan baik, tumor(-), tanda trauma (-)
Thorax
Paru
Inspeksi :simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi suprasternal
(-), subcostal (+), intercostalis (-)
Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan, aerola mammae tidak teraba, papilla
mammae (+/+).
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : suara nafas dasar bronkovesikuler, suara nafas tambahan (-/-), ronkhi
(-/-), wheezing (-/-), hantaran (-/-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi :datar, tali pusat terawat
Auskultasi :bising usus (+)
Palpasi :supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi :timpani
Tulang Belakang
Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele
Genitalia
Laki-laki , rugae (+), scrotum sudah terisi sepasang testis
Anorektal
Anus (+), diaper rash (-)
Anggota gerak
Keempat anggota gerak lengkap sempurna
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- -/-
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik - /- - /-
CRT < 2 detik < 2 detik
Tonus Normotoni Normotoni
Tampak adanya edema dan hematom pada paha kanan
Kulit
Lanugo tidak merata, sianotik (-), ikterik (-), anemis (-), turgor kulit abdomen kembali <
2 detik.
Refleks Primitif
 Refleks Oral :
• Refleks Hisap : ↓
• Refleks Rooting : ↓
 Refleks Moro : ↓
 Refleks Palmar Grasp : ↓
 Refleks Plantar Grasp : ↓
IV. PEMERIKSAAN KHUSUS
A. Maturitas bayi menurut Lubchenko
KURVA LUBCHENKO
Berat badan lahir : 2900 gr
Usia kehamilan : 38 minggu
Hasil : Sesuai Masa Kehamilan
B. Downe Score
Hasil : 2 termasuk gangguan pernapasan ringan
C. Ballad Score
New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik
= 19+17 = 36 poin = 38 minggu
Kesan : maturitas bayi aterm 38 minggu
D. Bell Squash Score
1. Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)
2. Ketuban jernih
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin
Sikap tubuh 3 Kulit 3
Jendela siku-siku 3 Lanugo 3
Rekoil lengan 4 Lipatan telapak kaki 3
Sudut popliteal 3 Payudara 2
Tanda Selempang 3 Bentuk telinga 2
Tumit ke kuping 3 Genitalia (laki-laki) 4
Total 19 Total 17
6. BBLR
7. Infus tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Kriteria : < 4 observasi neonatal infeksi
≥ 4 Neonatal infeksi
Hasil : 3 termasuk observasi neonatal infeksi
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 8 Mei 2013
Hematologi Hasil Rujukan
Lekosit 14.4 /ul
4.8 – 10.8/ul
Eritrosit 5.3/ul
4.2-5.4/ul
Hemoglobin 17.9 g/dL
12.0-16.0 g/dL
Hematokrit 52.1 %
37-47 %
MCV 97.9 U
76-96 U
MCH 33.6 pcg
27-31 pcg
MCHC 34.4 g/dL
33.0-37.0 g/dL
Trombosit 220.000 /ul
150.000-400.000/ul
GDS 90 mg/dl
70 - 160 mg/dl
10 Mei 2013
Kimia klinik
Na 124.4
135-148 mmol/L
K 5.00
3,6-5,5 mmol/L
Cl 96.4
95-108 mmol/L
VI. PERJALANAN PENYAKIT
10 Mei 2013
S: Sesak napas (+), merintih (-), demam (-), kejang (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB
(-)
O: KU: gerak kurang aktif, menangis lemah jika dirangsang, sesak nafas (+), sianosis (-),
kejang (-), ikterik (-), anemis (-)
S : 36.60
C
HR: 124 x/menit reguler
RR : 55x/ menit
Menggunakan sungkup, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, terpasang ETT no 2.5 dan NGT no.5
Mata : Ca-/-, SI-/-
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-
Retraksi suprasternal dan subcostal (-)
Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm
P: 02 5L/m masker; infus D10% 13 tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi
dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo
K 1x1 mg; tunda diit; topikal trombopop gel pagi sore.
11 Mei 2013
S: Sesak napas (-), kejang (+), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-)
O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik
(-), anemis (-)
S : 36.30
C
HR: 140 x/menit reguler
RR : 48x/ menit
Menggunakan sungkup, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, NGT no.5
Mata : Ca-/-, SI-/-
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-
Retraksi suprasternal dan subcostal (-)
Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm, HIE gr.II
P: 02 5L/m; infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi
dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo
K 1x1, diet: dicoba ASI saja 8x2.5 – 5ml (sonde), KCL 4ml.
12 Mei 2013
S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-)
O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik
(-), anemis (-)
S : 36.30
C
HR: 120 x/menit reguler
RR : 44x/ menit
Menggunakan sungkup, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, NGT no.5
Mata : Ca-/-, SI-/-
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-
Retraksi suprasternal dan subcostal (-)
Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm, HIE gr.II
P: 02 5L/m; infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi
dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo
K 1x1, diet: dicoba ASI saja 8x2.5 – 5ml (sonde), KCL 4ml.
13 Mei 2013
S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-)
O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik
(-), anemis (-)
S : 36.30
C
HR: 110 x/menit reguler
RR : 40x/ menit
Menggunakan O2 headbox, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, NGT no.5
Mata : Ca-/-, SI-/-
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-
Retraksi suprasternal dan subcostal (-)
Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat -/-, oedem -/-, CRT <2detik
A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm, HIE gr.II
P: 02 5L/m; infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi
dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo
K 1x1, diet: diteruskan
14 Mei 2013
S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (+), BAB (-)
O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik
(-), anemis (-)
S : 36.30
C
HR: 110 x/menit reguler
RR : 40x/ menit
O23-5 L/m (k/p)
Mata : Ca-/-, SI-/-
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-
Retraksi suprasternal dan subcostal (-)
Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik
A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm, HIE gr.II
P: 02 5L/m (k/p); infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi Neo K
1x1, diet: ASI/PASI, acc pulang
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Distress Respirasi
- Faktor Ibu (partus lama)
Partus lama
- Faktor Janin
Fetal distress, aspirasi mekonium
- Faktor Placenta
2. Observasi infeksi neonatal
- Durante partum
- Post partum
- Antepartum
3. Observasi kejang
- Hipoksik Iskemik Ensefalopati
- Perdarahan intrakranial
- Gangguan metabolik
- Gangguan elektrolit
4. Neonatus aterm
- SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
- BMK (Besar Masa Kehamilan)
- KMK (Kecil Masa Kehamilan)
VIII. DIAGNOSIS KERJA
1. Distress Respirasi
2. Hipoksik Iskemik Ensefalopati gr.II
3. Observasi neonatal infeksi
4. Neonatus aterm sesuai masa kehamilan
IX. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Awal
• Medikamentosa
 O2 sungkup 5 l/menit
 Infus D 10 % 13 tpm
 injeksi cefotaxim 2x125 mg (iv)
 Injeksi dexamethasone 3x1
/4 ampul (iv)
 Injeksi Ca Gluconas 1 x 0,6 ml (iv)
 Injeksi Neo K 1x1 mg
 Trombopop gel pagi sore
• Diet
Tunda diet
X. PROGRAM
• Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
• Awasi tanda-tanda gangguan pernafasan
• Jaga kehangatan
• Rawat tali pusat
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
XII. SARAN
• Pemeriksaan darah rutin ulang
• Pemeriksaan bilirubin ulang
• Pemeriksaan GDS
• Pemeriksaan elektrolit
• Pemeriksaan AGD
• Pemeriksaan Denver Developmental Scoring Test secara berkala
XIII. NASEHAT
• Jaga kehangatan bayi, pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
• Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah menyusui. Jika
ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan harus
selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
• Setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak lurus di
pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai mengeluarkan suara.
• Menjelaskan kepada ibu pasien untuk selalu mencuci tangan sehabis membersihkan
tinja anak.
• Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara kontrol untuk tahu gejala
sisa
• Ibu harus memeriksakan ke dokter secepat mungkin jika bayinya :
 Mempunyai masalah bernafas
 Menangis (lebih sering atau berbeda dari biasanya), merintih, atau mengerang
kesakitan, tampak berwarna kebiruan (sianotik), suhu tubuh ≥38°C
 Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)
Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun beraknya
 Mengalami gemetar pada kaki dan tangan, kejang
• Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat untuk memeriksa perkembangan dan pertumbuhan badan serta pemberian
imunisasi dasar pada bayi
• Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan terhadap
infeksi pernapasan
ANALISA KASUS
Diagnosa pada pasien ini adalah Hipoksik Iskemik Ensefalopati, Distress respirasi,
Observasi Neonatal Infeksi, Neonatus aterm Sesuai masa kehamilan. Diagnosa ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien, dan perawat di Ruang
Dari anamnesis didapatkan bahwa ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan antenatal, dan
terdapat riwayat pwnyakit asma. Ibu juga mengatakan sempat sakit batuk selama seminggu
namun tidak ada demam.
Namun, saat proses persalinan, dapat dianalisa bahwa terdapat kegagalan induksi pada
ibu, kemudian dilakukan operasi sectio caesarea pada ibu. Tidak terdapat rasa mules, perut
kencang, dan tidak ada air maupun darah yang keluar dari kemaluan sebelumnya. lahir bayi
laki-laki secara sectio caesarea, bayi menangis kuat, tidak biru, dengan AS 8, BBL 2900
gram, PB 45 cm. Air ketuban jernih. Placenta dikeluarkan (ekspulsi) dengan kotiledon
lengkap, tidak terdapat infark dan hematom.
Pasien kemudian langsung dibawa ke ruang mawar, tidak tampak sesak nafas dan
pasien dipindahkan ke ruang dahlia. Dipasang O2 sungkup 5 L/m pada pasien. Pada
perawatan hari ke-3 pasien kejang.
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami distress respirasi sesuai
dengan Downe skor dan HIE.
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik, KU : gerak kurang aktif, tangisan kurang kuat, tampak sesak
nafas (+), tidak terdapat napas cuping hidung dan retraksi pada suprasternal dan subcostal.
Tanda vital, status generalis kepala, mata, jantung, abdomen, genitalia, ekstremitas, dan kulit
dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan khusus pada pasien ini antara lain pemeriksaan dengan
menggunakan kurva Lubchenko, Downe score, Ballard score dan Bell Squash Score.
Didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Neonatus aterm sesuai masa kehamilan. Pada kurva Lubchenko, pasien ini termasuk
kategori sesuai masa kehamilan dengan berat badan lahir 2900 gram dan masa kehamilan
38 minggu.
2. Didapatkan Downe score pada pasien ini adalah 2 termasuk gangguan pernapasan ringan
3. Observasi Neonatal infeksi. Karena pada pasien ini terdapat keluhan malas minum,
gangguan pernapasan, kurang aktif, tangisan kurang kuat dan dilakukan tindakan seperti
pemasangan infus.
HIPOKSIK ISKEMIK ENSEFALOPATI
Definisi
Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya
kelainan klinis dan laboratorium yang timbul karena adanya cedera pada otak yang akut yang
disebabkan karena asfiksia.1
Definisi HIE menurut The Neonatology Clinical Care Unit
(NCCU) adalah berkurangnya suplai oksigen ke otak dan berkurangnya aliran darah ke otak
sehingga menyebabkan supresi aktivitas listrik dan depresi kortikal.4
Hipoksia merupakan istilah yang menggambarkan turunnya konsentrasi oksigen
dalam darah arteri, sedangkan iskemia menggambarkan penurunan aliran darah ke sel atau
organ yang menyebabkan insufisiensi fungsi pemeliharaan organ tersebut.2
Ensefalopati
adalah istilah klinis dimana bayi mengalami gangguan tingkat kesadaran pada waktu
dilakukan pemeriksaan.1,5
Etiologi
Asfiksia perinatal adalah akibat berbagai kejadian selama periode perinatal yang
menyebabkan penurunan bermakna aliran oksigen, menyebabkan asidosis dan kegagalan
fungsi minimal 2 organ (paru, jantung, hati, otak, ginjal dan hematologi) yang konsisten.2
American Academy of Pediatrics (AAP) dan American College of Obstetricians and
Gynaecologist (ACOG), membuat definisi asfiksia perinatal sebagai berikut: (1) Adanya
asidosis metabolik atau mixed academia (Ph<7) pada darah umbilikal atau analisis gas darah
arteri, (2) Adanya persisten nilai apgar 0-3 selama >5 menit, (3) Manifestasi neurologis
segera pada waktu perinatal dengan gejala kejang, hipotonia, koma, HIE, dan (4) Adanya
gangguan fungsi multiorgan segera pada waktu perinatal.1,6
Sedangkan menurut WHO,
asfiksia perinatal adalah kegagalan bernafas saat lahir. Menurut The National Neonatal
Perinatal Database (NNDP), dikatakan asfiksia sedang bila bernafas lambat atau apgar score
4-6 pada 1 menit pertama dan asfiksia berat bila bayi lahir tidak bernafas atau apgar score 0-3
pada 1 menit pertama.6
Asfiksia perinatal merupakan penyebab utama kejang. Kejang
biasanya terjadi pada 24 jam pertama pada sebagian besar kasus dan berprogresi menjadi
status epileptikus.7
Berbagai macam penyebab yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu:1,8,9
a. Gangguan oksigenasi pada ibu hamil
b. Penurunan aliran darah ibu ke plasenta atau dari plasenta ke fetus
c. Gangguan pertukaran gas yang melalui plasenta atau fetus.
d. Peningkatan kebutuhan fetal oksigen.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu faktor maternal, plasenta & tali
pusat dan fetus/neonatus:1,5,8
- Kelainan maternal: hipertensi, penyakit vaskuler, diabetes, drug abuse, penyakit
jantung, paru dan susunan saraf pusat, hipotensi, infeksi, ruptur uteri, tetani uteri dan
panggul sempit.
- Kelainan plasenta dan tali pusat: infark dan fibrosis plasenta, solusio plasenta, prolaps
atau kompresi tali pusat, kelainan pembuluh darah umbilikus, insufisiensi plasenta,
plasentitis, tali pusat yang sangat panjang.
- Kelainan fetus atau neonatus: anemia, perdarahan, hidrops, infeksi, pertumbuhan
janin terhambat (intrauterine growth retardation), serotinus.
- Faktor intrapartum: distosia, inersia uteri, induksi oksitosin, sectio caesaria (anestesi
umum, efek obat anestesi terhadap janin, berkurangnya aliran darah umbilikal), kala II
yang memanjang.
Patofisiologi
Fetus dan neonatus lebih tahan terhadap asfiksia dibandingkan dengan dewasa. Hal ini
dibuktikan bahwa pada saat terjadi hipoksik iskemik, fetus berusaha mempertahankan
hidupnya dengan mengalihkan darah (redistribusi) dari paru-paru, gastrointestinal, hepar,
ginjal, limpa, tulang, otot dan kulit, menuju ke otak, jantung dan adrenal (diving reflex). Pada
fetal distress, peristaltik usus meningkat, spinter ani terbuka, mekonium akan keluar
bercampur dengan air ketuban, skuama, lanugo, akan masuk ke trakea dan paru-paru,
sehingga tubuhnya berwarna hijau dan atau kekuningan. Kombinasi antara hipoksia fetal
yang kronis dengan cedera hipoksik iskemik akut setelah lahir akan mengakibatkan kelainan
neuropatologi yang sesuai dengan umur kehamilannya.1,10
Pada hipoksia yang ringan, timbul detak jantung yang menurun, meningkatkan
tekanan darah yang ringan untuk memelihara perfusi pada otak, meningkatkan tekanan vena
sentral, dan curah jantung. Bila asfiksianya berlanjut dengan hipoksia yang berat dan
asidosis, timbul detak jantung yang menurun, dan menurunnya tekanan darah sebagai akibat
gagalnya fosforilasi oksidasi dan menurunnya cadangan energi. Selama asfiksia timbul
produksi metabolik anaerob yaitu asam laktat. Selama perfusinya jelek, maka asam laktat
tertimbun dalam jaringan lokal. Hipoksia akan mengganggu metabolisme oksidatif serebral
sehingga asam laktat meningkat dan pH menurun. Jaringan otak yang mengalami hipoksia
akan meningkatkan penggunaan glukosa. Cadangan glukosa menjadi berkurang, cadangan
energi berkurang, timbunan asam laktat meningkat. Selama hipoksia berkepanjangan, curah
jantung menurun, aliran darah otak menurun dan adanya kombinasi proses hipoksik-iskemik
menyebabkan kegagalan sekunder dari oksidasi fosforilasi dan produksi ATP menurun.
Karena kekurangan energi, maka ion pump terganggu sehingga timbul penimbunan Na+
, Cl-,
H2O, Ca2+
intraseluler, K+
, glutamat dan aspartat ekstraseluler.1,10
Berkurangnya pasokan glukosa ke otak akan memicu terjadinya influx Ca2+
ke dalam
sel dan ekspresi glutamat yang meningkat. Hal ini didukung oleh hilangnya keseimbangan
potensial membran dan terbukanya saluran ion yang voltage-dependent (VDCC = Voltage
Dependent Calsium Channels). Metabolisme glukosa beralih ke proses yang anaerobik. ATP
terkuras dan terjadinya asidosis laktat. Glutamat memicu reseptor N-Methyl-D-Aspartate
(NMDA) dengan efek membuka reseptor tersebut untuk Ca2+
masuk. Ion kalsium yang masuk
di dalam neuron mengaktifkan enzim-enzim seperti protease, lipase, endonuklease dan
berakibat pada fosfolipid sebagai konstituen sel membran. Terjadi mobilisasi asam
arakhidonat yang diproses oleh lipoksigenase dan siklo-oksigenase dalam sitosol menjadi
leukotriens, prostaglandin dan tromboksan. Proses ini disertai pelepasan radikal oksigen
bebas yang berakibat terjadinya peroksidasi membran sel yang kemudian pecah dan isi sel
mengalir keluar. Neuron mengalami kematian akibat nekrosis. Proses peroksidasi diperberat
dengan terbentuknya nitric oxide (NO) sebagai akibat enzim NO Syntase diaktifkan oleh
kadar ion Ca2+
intraseluler yang meningkat tajam. NO dengan radikal oksigen bebas
membentuk leukosit polimorfonuklear dan timbulnya intercellular adhesion molecules
(ICAM), leukosit beragregasi di dinding kapiler dan efek menyumbat ini berakibat no-reflow
phenomena yang menyebabkan secondary ischemia. Proses reperfusi yang terjadi spontan
maupun karena upaya teurapetik membuat pembentukan radikal oksigen bebas reactive
oxygen species (ROS) meningkat karena pengaliran kembali darah ke jaringan dimana taraf
ekstraksi oksigen sudah meningkat tajam. Kedua hal ini menyebabkan meningkatnya
kerusakan jaringan yang dikenal sebagai reperfusion injury.1,10,11
Gambar 1. Mekanisme Hipoksik Iskemik Ensefalopati10
Manifestasi Klinis
Pada asfiksia perinatal dapat timbul gangguan fungsi pada beberapa organ yaitu otak,
jantung, paru, ginjal, hepar, saluran cerna dan sumsum tulang. Didapatkan satu atau lebih
organ yang mengalami kelainan pada 82% kasus asfiksia perinatal. Susunan saraf pusat
merupakan organ yang paling sering terkena (72%), ginjal 42%, jantung 29%, gastrointestinal
29%, paru-paru 26%.
Pucat, sianosis, apnea, bradikardia dan tidak adanya respon terhadap stimulasi juga
merupakan tanda-tanda HIE. Edema serebral dapat berkembang dalam 24 jam kemudian dan
menyebabkan depresi batang otak. Selama fase tersebut, sering timbul kejang yang dapat
memberat dan bersifat refrakter dengan pemberian dosis standar obat anti konvulsan.2,12
HIE
merupakan penyebab tersering kejang pada bayi baru lahir (60-65%), biasanya terjadi dalam
24 jam pertama dan sering dimulai 12 jam pertama. Dapat terjadi pada bayi cukup bulan
maupun bayi kurang bulan dengan asfiksia. Bentuk kejang bersifat subtle atau multifokal
klinik serta fokal klonik.13,14
Walaupun kejang sering merupakan akibat HIE, kejang pada bayi
juga dapat disebabkan oleh hipokalsemia dan hipoglikemia.2,12
Ensefalopati klinis puncaknya timbul pada hari ke 3-4 setelah lahir dan sekuele
neurologis yang timbul secara langsung berhubungan dengan keparahan ensefalopati.11
Ensefalopati atau kejang tanpa adanya kelainan kongenital atau sindrom, biasanya
berhubungan dengan kejadian prenatal atau perinatal.5
Manifestasi klinis pada organ lainnya tersebut adalah:1,3
a. Ginjal  Oliguria-anuria, hematuria, proteinuria. Bisa timbul gagal ginjal akut dan
acute tubular necrosis.
b. Sistem kardiovaskuler  Hipotensi, nekrosis, iskemik miokardial, syok, disfungsi
ventrikel.
c. Paru  Edema paru, perdarahan paru, respiratory distress syndrome, meconeal
aspiration syndrome.
d. Sistem saluran cerna  Fungsional intestinal obstruction, ileus paralitik, ulkus,
perforasi, necrotizing enterocolitis.
e. Metabolik  Asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia.
f. Hepar  Gangguan fungsi hati, pembekuan darah, metabolism bilirubin, dan
albumin.
g. Hematologi  Perdarahan, DIC (disseminated intravascular coagulation)
h. Kematian Otak  Berdasarkan kriteria AAP.
Tabel 1. Pembagian Gejala Klinis HIE pada Bayi Aterm (Kriteria Sarnat & Sarnat) 2,15
Terdapat empat besar kelainan neuropatologi:15
Tanda klinis Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3
Tingkat kesadaran
Tonus otot
Postur
Refleks
tendon/klonus
Myoclonus
Refleks Moro
Pupil
Kejang
EEG
Durasi
Hasil akhir
Iritabel
Normal
Normal
Hiperaktif
Tampak
Kuat
Midriasis
Tidak ada/jarang
Normal
<24 jam
Baik
Letargik
Hipotonus
Fleksi
Hiperaktif
Tampak
Lemah
Miosis
Sering terjadi
Voltage rendah
yang berubah
dengan kejang
24 jam – 14 hari
bervariasi
Stupor, coma
Flaksid
Decerebrate
Tidak ada
Tidak tampak
Tidak ada
Tidak beraturan,
refleks cahaya
lemah
Decerebrate
Burst suppression
to isoelektrik
Beberapa hari
hingga minggu
Kematian,
kecacatan berat
1. Selective neuronal necrosis
Biasanya terjadi sebagai tanda deep sulcal pattern
2. Status marmoratus
Setelah neuronal loss, terjadi perkembangan gliosis dan hipermielinisasi di basal
ganglia.
3. Parasagital cerebral injury
Watershed infarcts berhubungan dengan iskemik di area overlapping supply, lateral
dari arteri serebral media dan medial dari arteri serebral anterior dan posterior.
4. Focal and multifocal ischaemic brain necrosis. Infark berhubungan dengan iskemik
dengan area nekrosis dan luas dalam distribusi pembuluh darah besar.
Diagnosis
Diagnosis HIE memerlukan bukti apa yang menyebabkan iskemik dan hipoksia pada
saat sebelum, selama dan setelah lahir. Data yang teliti tentang riwayat, pemeriksaan
neurologis, laboratorium penting untuk menentukan hipoksik iskemik sebagai penyebab
ensefalopati. Semua aspek riwayat maternal harus digali, mencakup kehamilan, persalinan,
kelahiran dan masa postnatal. Analisis patologi plasenta juga diperlukan tapi tidak sering
dilakukan.9
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk menyingkirkan atau menegakkan
diagnosis HIE. Pemeriksaan penunjang dikerjakan untuk memonitor fungsi maupun kelainan
organ sistemik dan cedera otak.1
a. Pemeriksaan antara lain darah lengkap, gula darah, urin, serum elektrolit, BUN dan
serum kreatinin, faal pembekuan darah, faal hati, analisis gas darah,
b. Foto thorak
c. Punksi lumbal dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan
intrakranial atau untuk menyingkirkan adanya meningitis.
d. Pemeriksaan EEG dapat membantu untuk menentukan pengobatan dan prognosis
penderita.
e. Ultrasonografi kepala. Pemeriksaan USG kepala sangat membantu pada bayi yang
prematur. Dianjurkan pada bayi yang umur kehamilannya <30 minggu, minimal 1
kali, diulang pada umur 7-14 hari dan diperiksa kembali pada umur kronologisnya 36-
40 minggu. Cara ini dapat mengidentifikasi perdarahan intraventrikular dan nekrosis
basal ganglia dan thalamus.1
f. CT Scan kepala. Pada bayi yang aterm yang mengalami cedera hipoksik iskemik
biasanya dilakukan pemeriksan CT Scan kepala pada usia 2-5 hari, dimana pada
waktu tersebut timbul edema serebri yang maksimal. Proses perdarahan akut dan
kalsifikasi intrakranial akan lebih baik divisualisasi dengan pemeriksan CT Scan
dibandingkan dengan pemeriksaan MRI. Pada bayi prematur yang mengalami
hipoksik iskemik injury, pemeriksaan dengan CT Scan kepala kurang memberikan
hasil yang memuaskan karena pada bayi prematur struktur jaringan otaknya masih
imatur dan lebih banyak mengandung cairan.1,5
g. Near-infra red spectroscopy (NIRS). Untuk memonitor oxyhemoglobin serebral dan
oksigenasi vena serebral.16
h. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS). Berkurangnya rasio N-acetylaspartat
(NAA) terhadap kolin dan berkurangnya rasio laktat-NAA merupakan bukti
terjadinya iskemik.
Meningkatnya rasio laktat-kolin di ganglia basal dan thalamus merupakan prediksi
outcome neurologi yang jelek. Meningkatnya inorganic phosphorus (31P). terjadi
pada 24-72 jam, normal dalam beberapa hari kemudian.16
Penatalaksanaan
Bayi baru lahir dengan HIE juga mengalami gangguan sistem pernafasan,
kardiovaskular, hepar, fungsi ginjal, sehingga penanggulannya memerlukan pendekatan
multisistem.14
A. Upaya yang optimal adalah pencegahan. Tujuan utama yaitu mengidentifikasi dan
mencegah fetus dan neonatus yang mempunyai risiko mengalami asfiksia sejak
dalam kandungan hingga persalinannya.
B. Resusitasi. Segera lakukan resusitasi bayi yang mengalami apnea dan atau
hypoxic ischemic encephalopathy. Tujuan resusitasi adalah untuk memperbaiki
fungsi pernafasan dan jantung bayi yang tidak bernafas.1,14
1. Ventilasi yang adekuat. Usahakan memberikan ventilasi sehingga PCO2
dalam kadar yang fisiologis. Hiperkarbia akan menyebabkan asidosis serebral
dan vasodilatasi pembuluh darah serebral.
2. Oksigenasi yang adekuat. Hipoksia akan menyebabkan pressure-passive
circulation dan neuronal injury.
3. Perfusi yang adekuat.
4. Koreksi asidosis metabolik. Tujuan utama untuk memelihara keseimbangan
asam basa dalam jaringan tetap normal.
5. Pertahankan kadar glukosa dalam darah antara 75 sampai 100 mg/dl untuk
menyediakan bahan yang adekuat bagi metabolisme otak.1
6. Kadar kalsium harus dipertahankan dalam kadar yang normal. Hipokalsemia
adalah suatu kelainan elektrolit yang sering dijumpai pada sindrom post
asfiksia neonatal dengan gejala kejang. Diberikan Ca glukonas 10% 200
mg/kgBB intravena atau 2 ml/kgBB diencerkan dalam aquades sama banyak
diberikan secara intravena dalam waktu 5 menit.1
7. Mencegah timbulnya edema serebri. Tujuan utama untuk mecegah timbulnya
edema serebri dengan cara mencegah overload dari cairan. Restriksi cairan
dengan pemberian 60 ml/kgBB per hari.
8. Atasi kejang. Bila ada kejang maka Phenobarbital adalah obat pilihan.
Penanggulangan kejang dengan Phenobarbital terutama dengan dosis tinggi
memberikan beberapa keuntungan :14
• Menurunkan kecepatan metabolisme otak
• Memperbaiki perfusi darah ke dalam jaringan yang terkena kerusakan
• Mencegah dan mengurangi edema otak
Dosis 20 mg/kg diberikan iv dalam 10-15 menit. Jika kejang hilang
diberikan dosis rumatan 3-4 mg/kgBB/hari dengan selisih waktu 12 jam
kemudian secara intravena/oral. Bila penderita masih kejang boleh diberikan
Phenobarbital dengan dosis 5 mg/kg setiap 5 menit sampai kejang berhenti
atau sampai dosis 40 mg/kg sudah tercapai.1,14
Tetapi kenyataannya pada
neonatus yang mengalami asfiksia dan telah mendapatkan Phenobarbital 20
mg/kg akan menyebabkan ngantuk dan sulit menganalisa neurologisnya. Oleh
karena itu bila neonatus yang mengalami asfiksia dan kejang yang telah
diberikan Phenobarbital dengan dosis 20 mg/kg tidak memberikan respon,
maka diberikan Fenitoin dengan dosis 20 mg/kg intravena dalam waktu 30
menit atau 1 mg/kgBB/menit, dilanjutkan dengan dosis rumatan 5-10
mg/kg/hari diberikan setiap 12 jam.1,17,18
Gambar 2. Penatalaksanaan kejang pada neonatus17
C. Pengobatan potensial untuk mencegah kematian saraf secara lambat. Beberapa
cara yang bisa dilakukan:
1. Mencegah pembentukan radikal bebas yang berlebihan dengan memberikan
allupurinol, vitamin E.1
2. Hipotermi. Dengan cara selective head cooling atau mild systemic
hypothermia atau selective head cooling dan mild systemic hypothermia dapat
mencegah kerusakan otak.1
Shankaran dkk19
melaporkan adanya perbaikan
hasil neurologis dan berkurangnya kematian pada bayi baru lahir dengan
asfiksia perinatal yang diterapi dengan hipotermi. Terapi cooling pada
neonatus dengan HIE sedang sampai berat bersifat aman dan menurunkan
kematian serta disabilitas pada umur 18-22 bulan.4
Systemic cooling bisa dilakukan berupa cooling blanket atau cooling
cap, selama 3 hari dimulai tidak boleh lebih dari 6 jam setelah lahir. Ini efektif
untuk mengurangi morbiditas neurologis pada 2 tahun, efektif pada HIE
stadium I dan II tapi tidak bisa dipakai untuk HIE stasium III.15
Terapi hipotermi dapat mencegah kerusakan otak dengan cara
mengurangi proses metabolisme dan energi yang hilang, mengurangi
pelepasan glutamat, mengurangi ion kalsium yang masuk ke dalam sel serta
menghambat produksi radikal bebas dan sintesis NO.1
Terdapat bukti dari 3 publikasi dengan penelitian randomized clinical
trial bahwa hipotermi merupakan neuroprotektif pada bayi aterm dengan HIE,
pada usia kurang dari 6 jam. Tapi belum ada data apakah hipotermi jangka
lama aman dan memberi harapan hidup yang bagus.20
3. Pemberian Phenobarbital sebelum kejang dosis 40 mg/kg iv dalam waktu 1
jam.
4. Ca2+
channel blockers
5. Magnesium sulfat
D. Pengobatan suportif untuk organ-organ lainnya yang mengalami kelainan. Pada
asfiksia perinatal pada umumnya terjadi kelainan dari berbagai organ. Pengobatan
HIE perinatal secara holistik menyeluruh dan utuh, karena kelainan satu organ
akan mempengaruhi organ lainnya.1
Oleh karena asfiksia, terjadi vasokonstriksi pembuluh darah mesentrium
sehingga terjadi iskemia intestinal. Oleh karena adanya hubungan antara iskemia
dan insiden NEC, maka feeding harus segera diberikan paling lambat 2-3 hari
(sesuai dengan perbaikan mukosa usus).15
Diagnosis Banding
Perlu dipikirkan penyakit atau keadaan lain yang manifestasi klinisnya berupa ensefalopati
neonatal, yaitu;
1. Pengaruh sedasi, pemberian anesthesia dan analgesia lainnya pada ibu waktu
persalinan
2. Infeksi virus, sepsis atau meningitis
3. Kelainan kongenital susunan saraf pusat, jantung dan paru
4. Penyakit neuromuskular
5. Trauma persalinan
6. Kelainan metabolisme bawaan
7. Tumor Otak
Gambar 3. Berbagai Penyebab Kejang Pada Neonatus17
Prognosis
Penderita yang mengalami HIE prognosisnya bervariasi, ada yang sembuh total, cacat
atau meninggal dunia. Pada stadium ringan pada umumnya sembuh total dan pada stadium
sedang 80% normal, sisanya timbul kelainan bila gejalanya tetap ada lebih dari 5-7 hari.1
Insiden dan komplikasi jangka panjang tergantung dari keparahan HIE. Sebanyak 80% bayi
HIE yang hidup mendapat komplikasi serius, 10-20% dengan disabilitas berat dan 10%
sehat.5
Prognosis juga tergantung dari adanya komplikasi metabolik dan kardiopulmonal
(hipoksia, hipoglikemia, syok), keparahan ensefalopati dan usia kehamilan (buruk jika
prematur).5,21
Berdasarkan NCCU Guidelines, prognosis HIE sebagai berikut:
a. Ringan (stadium 1) : Semua hidup normal
b. Sedang (stadium 2) : 5% meninggal, 20% dengan sekuele neurologi
c. Berat (stadium 3): 75% meninggal, 90-100% dengan sekuele
neurologi.
Ada beberapa faktor atau keadaan yang dapat dipakai untuk menilai prognosis.
Prognosisnya jelek apabila:1,17
1. Asfiksia berat yang berkepanjangan (apgar score = 3 pada umur 20 menit)
2. HIE stadium berat menurut Sarnat dan Sarnat, 50% meninggal dunia dan sisanya
dengan gejala berat.
3. Kejang yang sulit diatasi muncul sebelum 12 jam yang disertai dengan kelainan
multi organ.
4. Adanya kelainan neurologi yang persisten pada 1-2 minggu saat dipulangkan,
50% akan timbul epilepsi.
5. Adanya oliguria persisten (produksi urin <1 ml/kgBB per jam selama 36 jam
pertama).
6. Mikrosefali pada 3 bulan pertama setelah lahir. Menurunnya rasio lingkaran
kepala yang didapatkan waktu lahir dibandingkan dengan usia 4 bulan dibagi
rerata lingkaran kepala pada usianya x 100% > 3,1%, merupakan cara untuk
memprediksi timbulnya mikrosefali sebelum usia 18 bulan.
7. Adanya kelainan EEG yang sedang sampai berat. Adanya EEG yang normal atau
ringan yang terjadi pada hari pertama setelah lahir merupakan tanda outcome yang
normal.
8. Adanya kelainan CT Scan yang berupa perdarahan hebat, periventrikular
leukomalasia atau nekrosis.
9. Kelainan MRI yang timbul pada 24-72 jam pertama setelah lahir. Pemeriksaan
MRI yang normal pada 24-72 jam setelah lahir hampir selalu menghasilkan
prediksi outcome yang baik walaupun pada neonatus yang mengalami asfiksia
berat.
Secara umum dilaporkan angka kematian sebesar 25%. Paling banyak kematian
terjadi pada minggu pertama kehidupan yang berhubungan dengan multiple oragn failure.
Beberapa bayi dengan kelainan neurologik berat meninggal karena aspirasi pneumonia atau
penyakit sistemik lainnya.5
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Definisi
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-
tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik
sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah
melalui PDA (Stark 1986).
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak
nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap
dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat
alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan,
edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi.
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress
syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang terjadi terutama
akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan
tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease
(HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005).
Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan
dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan surfaktan yang
memadai. (Dot Stables, 2005).
Etiologi
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia
kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab
defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksual
sesaria. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk
menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru
kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah
bayi lahir dan akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi
karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan
penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah
pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH),
Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna
kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang
tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara
bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi
alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan
keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan
pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir.
Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang
berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
Pencegahan RDS
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi
resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio
sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat
terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.
Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:
 Mencegah kelahiran < bulan (premature).
 Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
 Management yang tepat.
 Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
 Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
 Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.
 Obat-obat tocolysis (β-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus
Contoh : Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5 mg/ml)
Untuk relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus 500 ml dekstrose/NaCl
diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 – 50 μg/menit dgn monitoring cardial effect. Jika detak
jantung ibu > 140/menit kecepatan diturunkan atau obat dihentikan
 „ Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian,
deksametason 5 mg setiap 12 jam untuk 4 x pemberian)
 „ Cek kematangan paru (lewat cairan amniotik pengukuran
rasio lesitin/spingomielin : > 2 dinyatakan mature lung function)
Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala
klinis yang ditujukan.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel
dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada
bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan
cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96
jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium
RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,
kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan
jantung dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua
lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram
udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak
dapat dilihat.
Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe :
0 1 2
Frekuensi
Nafas
<
60x/menit
60-80 x/menit >80x/menit
Retraksi Tidak ada
retraksi
Retraksi ringan Retraksi
berat
Sianosis Tidak
sianosis
Sianosis hilang dengan
O2
Sianosis
menetap
walaupun
diberi O2
Air Entry Udara
masuk
Penurunan ringan udara
masuk
Merintih Tidak
merintih
Dapat didengar dengan
stetoskop
Dapat
didengar
tanpa alat
bantu
Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe
Skor < 4 gangguan pernafasan ringan
Skor 4 – 5 gangguan pernafasan sedang
Skor > 6 gangguan pernafasan ringan (pemeriksaan gas darah harus
dilakukan)
Penunjang / Diagnostik
Laboratory Evaluation for Respiratory Distress in the Newborn
Test Indication
Blood culture May indicate bacteremia Not helpful initially because results may
take 48 hours
Blood gas Used to assess degree of hypoxemia if arterial sampling, or
acid/base status if capillary sampling (capillary sample usually used
unless high oxygen requirement)
Blood glucose Hypoglycemia can cause or aggravate tachypnea
Chest radiography Used to differentiate various types of respiratory distress
Complete blood
count with
differential
Leukocytosis or bandemia indicates stress or infection
Neutropenia correlates with bacterial infection
Low hemoglobin level shows anemia
High hemoglobin level occurs in polycythemia
Low platelet level occurs in sepsis
Lumbar puncture If meningitis is suspected
Pulse oximetry Used to detect hypoxia and need for oxygen supplementation
Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk mengatasi
masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3) Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5) Mencegah hipotermia.
6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum :
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi
tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
 Pantau selalu tanda vital
 Jaga kepatenan jalan nafas
 Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
b. Jika bayi mengalami apneu
Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
Lakukan penilaian lanjut
c. Bila terjadi kejang potong kejang
d. Segera periksa kadar gula darah
e. Pemberian nutrisi adekuat
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan
kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau
menajemen lanjut:
Gangguan nafas ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir
tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama
terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri
tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan
merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
Gangguan nafas sedang
Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat
diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup. Bayi jangan diberi minum.
Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi
kemungkinan besar sepsis.
o Suhu aksiler <> 39˚C
o Air ketuban bercampur mekonium
o Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam)
Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C. tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai
ulang setelah 2 jam:
Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan antibiotika
untuk terapi kemungkinan besar seposis
Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan
tersebut diatas.
Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi
untuk kemungkinan besar sepsis
Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara bertahap .
Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI
peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum
Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak
kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap
tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.
Gangguan nafas berat
Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya. Terapi
untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk
di rumah sakit rujukan.
Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan menggunakan
salah satu cara alternatif pemberian minuman.
Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan
pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.
Penatalaksanaan medis:
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
 Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
 Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
 Fenobarbital
 Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
 Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari
pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS
adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat
dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan ).
NEONATAL INFEKSI
Definisi
infeksi neonates adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early
infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi
diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah infeksi
yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain
Patofisiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3
golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melalui batas plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk
ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
a. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic
inclusion
b. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues )
c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria
monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi
plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin
mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2. Infeksi Perinatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan
lahirnya bayi lebih dari 12 jam), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih
utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.
Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal
dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina
misalnya blenorea dan ” oral trush ”.
3. Infeksi Postnatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi
silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini
sangat tinggi.
Penegakkan Diagnosis
Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan
dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya
dengan pemeriksaan fisik dan laboratarium.
Infeksi lokal pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga
gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat
ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang
seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang
dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau
kelainan kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus
selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting, terutama
pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka
kematian yang tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi pada bayi tidak khas. Adapun
gejala yang perlu mendapat perhatian yaitu :
- Malas minum
- Bayi tertidur
- Tampak gelisah
- Pernapasan cepat
- Berat badan turun drasti
- Terjadi muntah dan diare
- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas normal
- Pergerakan aktivitas bayi makin menurun
- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran hepar,
purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-kejang
- Terjadi edema
- Sklerema
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal infeksi :
a. Bell Squash score
- Partus tindakan (SC, forcep, vacum, sungsang)
- Ketuban tidak normal
- Kelainan bawaan
- Asfiksia
- Preterm
Hasil
< 4 observasi NI
≥ 4 NI
- BBLR
- Infeksi tali pusat
- Riwayat penyakit ibu
- Riwayat penyakit kehamilan
b. Gupte score
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Klasifikasi
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
a. Infeksi berat ( major infections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare
epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
b. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi
umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatus dengan gejala-gejala
sistemik.
Faktor risiko :
- Persalinan (partus) lama
- Persalinan dengan tindakan
Hasil
3-5Screening NI
≥ 5 NI
- Infeksi/febris pd ibu
- Air ketuban bau, warna hijau
- KPD lebih dr 18 jam
- Prematuritas & BBLR
- Fetal distres
Tanda & gejala :
- Reflek hisap lemah
- Bayi tampak sakit, tidak aktif, dantampaklemah
- Hipotermia atau hipertermia
- Merintih
- Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
- Pengobatan antibiotika secara empiris dan terapeutik
- Pemeriksaan laboratorium rutin
- Biakan darah dan uji resistensi
- Pemeriksaan lain dapat dilakukan atas indikasi
2. Meningitis pada Neonatus
Tanda dan gejala :
- Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis
- Kejang
- UUB menonjol
- Kaku kuduk
Pengobatan :
- Gunakan antibiotic yang dapat menembus sawar otak dan diberikan dalam
minimal 3 minggu
- Pungsi lumbal (atas indikasi)
3. Sindrom Aspirasi Mekonium
SAMterjadi pada intrauterin karena inhalasi mekonium dan sering
menyebabkan kematian terutama bayi dengan BBLR karena reflex menelan dan batuk
yang belum sempurna.
Gejala :
- Pada waktu lahir ditemukan meconium staining
- Letargia
- Malas minum
- Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal)
- Dicurigai bila ketuban keruhdan bau
- Rhonki (+)
Pengobatan :
- Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining
dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan napas
- Bila setelah di suction rhonki masih (+), pasang ET
- Bila setelah di suction rhonki (-) dilakan resusitasi
- Terapi antibiotika secara empiris dan terapeutik
- Cek darah rutin, BGA, GDS dan foto baby gram
4. Tetanus neonatorum
Etiologi
- Perawatan tali pusat yang tidak steril
- Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala
- Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot
rahang dan faring (tenggorok)
- Mulut mencucu seperti mulut ikan (trismus)
- Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus
- Tangan mengepal (boxer hand)
- Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan
- Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru
Tindakan
- Segera berikan antikonvulsan dan bawa ke Rumah Sakit (hindari pemberian
IM karena dapat merangsang muscular spasm)
- Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
- Pasang IV line dan OGT
- Pemberian ATS 3000 – 6000 unit IM
- Beri penisilin prokain G 200.000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari
- Rawat tali pusat
- Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya
rangsangan
5. Oftalmia Neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseriagonorrhoeae
saat bayi lewat jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium
- Stadium infiltrative
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkit
terdapat pseudomembran
- Stadium supuratif
Berlangsung 2 – 3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat secret
bercampur darah, yang khas secret akan keluar dengan mendadak (muncrat)
saat palpebra dibuka
- Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Secret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu
hebat lagi.
Penatalaksanaan
- Bayi harus diisolasi
- Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap ¼ jam disusul
dengan pemberian salep mata penisilin
- Berikan salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari
- Penisilin prokain 50.000 unit/kgbb IM
Pencegahan
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
o Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
o Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan
infeksi.
o Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
o Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.
o Gunakan teknik aseptik.
o Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan
atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
o Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
o Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dubowitz LMS Dubowitz V Goldberg C. Clinical assessment of gestational age in the
newborn infant. J Pediatri. 1970; 77: 1-10
2. Mupanemunda R and Watkinson M. Key Topics in Neonatology. 2nd
Ed. New York:
Taylor & Francis Group; 2005.
3. Behrman, Kliegman : Nelson Textbook Of Pediatrics Edisi 15, halaman 543-572, 589-
599. W.B Saunders Company 2000.
4. Volpe JJ. Hypoxic Ischemic Encephalopathy. In: Volpe J.J. eds. Neurology of the
newborn 4th
ed. Philadelphia:WB. Saunders Co, 2001.
5. New Ballard Score & nbspMaturational Assessment of Gestational Age [Online]. 2007
Dec [cited 2009 Dec 21]; Available from: URL:
/www.ballardscore.com/Pages/mono_neuro_posture.aspx.
6. Sanders M, Allen M, Alexander G R, Yankowitz J, Graeber J, Johnson T R B, and
Repka M X. Gestational Age Assessment in Preterm Neonates Weighing Less than 1500
Grams. PEDIATRICS 1991; 88: 542-45.
7. Bernbaum J C, Umbach D M, Ragan N B, Ballard J L., Archer J I, Schmidt-Davis H, and
Rogan W J. Pilot Studies of Estrogen-Related Physical Findings in Infants.
Environmental Health Perspectives 2008; 116: 416-19.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisikpemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik
 
3 Pemeriksaan TTV
3 Pemeriksaan TTV3 Pemeriksaan TTV
3 Pemeriksaan TTV
 
Distosia Bahu final
Distosia Bahu finalDistosia Bahu final
Distosia Bahu final
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan
 
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
Klasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasiKlasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasi
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
Laporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsyLaporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsy
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
Ikterus Neonatorum
Ikterus NeonatorumIkterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 

Viewers also liked

Manajemen kasus pjb dan kep
Manajemen kasus pjb dan kepManajemen kasus pjb dan kep
Manajemen kasus pjb dan kepTri Utami
 
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)Sulistia Rini
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)Sulistia Rini
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukJoni Iswanto
 
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu LansiaKB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu LansiaUwes Chaeruman
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...Warnet Raha
 
Materi i deteksi gizi buruk
Materi i deteksi gizi burukMateri i deteksi gizi buruk
Materi i deteksi gizi burukJoni Iswanto
 
Materi ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukMateri ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukJoni Iswanto
 
Ppt bu tumbuh kembang anak
Ppt bu tumbuh kembang anakPpt bu tumbuh kembang anak
Ppt bu tumbuh kembang anakresiy
 
Deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Deteksi dini gangguan tumbuh kembangDeteksi dini gangguan tumbuh kembang
Deteksi dini gangguan tumbuh kembangJoni Iswanto
 
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembangPpt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembangSiti Nurhayati
 
Gizi buruk
Gizi burukGizi buruk
Gizi burukdwiarini
 
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahKonsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahGita Kostania
 

Viewers also liked (18)

Manajemen kasus pjb dan kep
Manajemen kasus pjb dan kepManajemen kasus pjb dan kep
Manajemen kasus pjb dan kep
 
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
ASKEP ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
 
Gizi Buruk
Gizi BurukGizi Buruk
Gizi Buruk
 
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu LansiaKB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
 
Materi iii jan-2013
Materi iii jan-2013Materi iii jan-2013
Materi iii jan-2013
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
Materi inti iv jan-2013
Materi inti iv  jan-2013Materi inti iv  jan-2013
Materi inti iv jan-2013
 
Materi i deteksi gizi buruk
Materi i deteksi gizi burukMateri i deteksi gizi buruk
Materi i deteksi gizi buruk
 
Materi ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukMateri ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi buruk
 
Materi inti i jan 2013
Materi inti i jan 2013Materi inti i jan 2013
Materi inti i jan 2013
 
Gizi buruk
Gizi burukGizi buruk
Gizi buruk
 
Ppt bu tumbuh kembang anak
Ppt bu tumbuh kembang anakPpt bu tumbuh kembang anak
Ppt bu tumbuh kembang anak
 
Deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Deteksi dini gangguan tumbuh kembangDeteksi dini gangguan tumbuh kembang
Deteksi dini gangguan tumbuh kembang
 
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembangPpt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
 
Gizi buruk
Gizi burukGizi buruk
Gizi buruk
 
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahKonsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
 

Similar to 151297729 case-rds-hie (20)

225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik225902788 case-sindroma-nefrotik
225902788 case-sindroma-nefrotik
 
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
161092743 case-sindroma-nefrotik-anak
 
Anc hasriani
Anc  hasrianiAnc  hasriani
Anc hasriani
 
Anc hasriani
Anc  hasrianiAnc  hasriani
Anc hasriani
 
Anc hasmirawati tona
Anc hasmirawati tonaAnc hasmirawati tona
Anc hasmirawati tona
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normalAsuhan kebidanan pada ibu hamil normal
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal
 
Manajemen asuhan kebidanan intranatal care patologi
Manajemen asuhan kebidanan intranatal care patologiManajemen asuhan kebidanan intranatal care patologi
Manajemen asuhan kebidanan intranatal care patologi
 
Anc linda charlie
Anc linda charlieAnc linda charlie
Anc linda charlie
 
Anc linda charlie
Anc linda charlieAnc linda charlie
Anc linda charlie
 
Cbd kd dr.sri
Cbd kd dr.sriCbd kd dr.sri
Cbd kd dr.sri
 
Anc linda hikmat
Anc linda hikmatAnc linda hikmat
Anc linda hikmat
 
Soap b yun
Soap b yunSoap b yun
Soap b yun
 
Aaaaaaaaaaasssssssskb
AaaaaaaaaaasssssssskbAaaaaaaaaaasssssssskb
Aaaaaaaaaaasssssssskb
 
Aaaaaaaaaaasssssssskb
AaaaaaaaaaasssssssskbAaaaaaaaaaasssssssskb
Aaaaaaaaaaasssssssskb
 
Anc kompre sari AKBID PARAMATA RAHA
Anc kompre sari AKBID PARAMATA RAHA Anc kompre sari AKBID PARAMATA RAHA
Anc kompre sari AKBID PARAMATA RAHA
 
laporan persalinan Laporan persalinan
laporan persalinan Laporan persalinanlaporan persalinan Laporan persalinan
laporan persalinan Laporan persalinan
 
Pnc aty AKBID PARAMATA RAHA
Pnc aty AKBID PARAMATA RAHAPnc aty AKBID PARAMATA RAHA
Pnc aty AKBID PARAMATA RAHA
 
Asbid anemia berat
Asbid anemia beratAsbid anemia berat
Asbid anemia berat
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi
Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologiAsuhan kebidanan pada ibu nifas patologi
Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi
 
Anc sitti farina saputri
Anc sitti farina saputriAnc sitti farina saputri
Anc sitti farina saputri
 

More from homeworkping4

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-studyhomeworkping4
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guilhomeworkping4
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-caseshomeworkping4
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtivahomeworkping4
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-studyhomeworkping4
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocdhomeworkping4
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statconhomeworkping4
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergencyhomeworkping4
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-reporthomeworkping4
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-caseshomeworkping4
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-caseshomeworkping4
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-finalhomeworkping4
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-caseshomeworkping4
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-studyhomeworkping4
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-caseshomeworkping4
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2homeworkping4
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesishomeworkping4
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digestshomeworkping4
 

More from homeworkping4 (20)

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final
 
241585426 cases-vii
241585426 cases-vii241585426 cases-vii
241585426 cases-vii
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-cases
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases
 
241356684 citibank
241356684 citibank241356684 citibank
241356684 citibank
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

151297729 case-rds-hie

  • 1. Get Homework Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL Nama Mahasiswa : Sodiqa Aksiani Dokter Pembimbing : dr. Hery Susanto, Sp.A NIM : 030.08.228 Tanda tangan : I. IDENTITAS PASIEN Nama : Bayi Ny. E Umur : 3 hari
  • 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : - Agama : - Suku : Jawa Alamat : Jalan Bawal Barat RT 04 RW 03 Kel. Tegal Sari Nama Ayah : Tn. I Umur : 30 tahun Pekerjaan : Buruh Pendidikan : SMA Nama Ibu : Ny. E Umur : 20 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMA Ruang : Dahlia Masuk RS : 08 Mei 2013 DATA DASAR II. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien, dan perawat pada tanggal 11 Mei 2013 pukul 11.30 WIB di ruang Dahlia RSU Kardinah Tegal
  • 3. Keluhan Utama : Sesak Nafas Riwayat Penyakit Sekarang Ibu G1P0A0 20 tahun, hamil 38 minggu dibawa ke rumah sakit pada 7 Mei 2013, tidak terdapat rasa mules, perut juga tidak terasa kencang, dan tidak ada air maupun darah yang keluar dari kemaluan. Kemudian dilakukan induksi pada ibu sampai tiga kali, namun sampai keesokan hari rasa mules tetap tidak timbul. Selain itu ibu mempunyai riwayat asma sehingga tidak kuat untuk mengejan. Akhirnya diputuskan untuk dilakukan operasi sectio caesarea pada ibu. Operasi dilakukan oleh dokter spesialis kandungan pada tanggal 8 Mei 2013, lahir bayi laki-laki secara sectio caesarea, bayi menangis kuat, tidak biru, dengan AS 8, BBL 2900 gram, PB 45 cm. Air ketuban jernih. Placenta dikeluarkan (ekspulsi) dengan kotiledon lengkap, tidak terdapat infark dan hematom. Pasien kemudian langsung dibawa ke ruang mawar, tidak tampak sesak nafas dan merintih. Pasien dirawat gabung bersama ibunya di ruang mawar, asi ibu keluar banyak, pasien menyusu kuat, tangisan kuat, gerak aktif, sudah BAK maupun BAB, tidak terdapat muntah, kejang, kuning, serta demam, tidak ada keluhan yang timbul. Pada sore harinya, ibu pasien mengatakan bayinya tampak sesak napas dan tangisannya merintih. Selain itu pada paha kanan pasien terdapat edema dengan hematom yang cukup besar. Pasien kemudian dibawa ke ruang dahlia dan dipasang O2 sungkup 5L/m. Pada perawatan hari pertama, gerakan pasien masih kurang aktif dan tangis masih kurang kuat (merintih). O2 sungkup masih terpasang dengan ETT no. 2,5 serta NGT, sedangkan edema pada paha kanan diberikan trombopop gel. Pada perawatan hari kedua, tampak sesak berkurang, tangis kuat dan gerak aktif, ETT dan O2 sungkup diganti dengan headbox, diet dicoba dengan ASI per sonde. Pada perawatan hari ketiga dan keempat terapi masih diteruskan, sedangkan pada perawatan hari kelima, O2 diberikan jika perlu, diet ASI/PASI. Perawatan hari keenam pasien di acc pulang. Riwayat Penyakit Dahulu • Ibu belum pernah mengalami hal serupa • Ini merupakan kehamilan pertama bagi ibu • Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan trauma, namun ibu mempunyai riwayat asma.
  • 4. • Tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya Riwayat Penyakit Keluarga • Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami hal serupa • Tidak ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, sesak nafas, alergi, asma, penyakit jantung Riwayat Sosial Ekonomi Ayah pasien menanggung 1 orang istri dan 1 orang anak yaitu pasien. Ayahnya bekerja sebagai buruh dengan penghasilan sekitar Rp. 1.000.000 sebulan dan merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Kesan : riwayat ekonomi baik Riwayat Lingkungan Kepemilikan rumah : Rumah Pribadi Keadaan rumah : Pasien tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Tempat tinggal pasien berukuran 8 x 10 m, beratap genteng, lantai dikeramik dengan 2 kamar tidur yang berjendela, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, ruang makan dan dapur yang bersatu. Terdapat 2 buah jendela di masing-masing ruangan, selalu dibuka setiap pagi sehingga ventilasi udara dan cahaya matahari dapat masuk. Jarak septic tank ± 10 meter ke sumber air. Sumber air berasal dari sumur pompa air sendiri, penerangan dengan listrik. Sistem pembuangan air limbah disalurkan melalui selokan di depan rumah. Kesan : rumah dan sanitasi lingkungan baik RIWAYAT PASIEN Pasien adalah anak pertama dan ini merupakan kehamilan pertama bagi ibu pasien. A. Riwayat Antenatal Care Ibu ibu G1P0A0 20 tahun, hamil 38 minggu, HPHT tidak didapatkan data. Ibu mengatakan berat badan naik selama hamil tapi tidak tahu berapa. Rutin minum susu
  • 5. kehamilan dan makan 3x sehari, tidak ada konsumsi jamu ataupun obat-obatan. Riwayat haid teratur, siklus haid ± 28 hari, lama haid ± 5-6 hari, tidak pernah merasa nyeri selama haid. Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan dan ke dokter menjelang persalinan. Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 4 kali yaitu 1 kali di trimester awal, 1 kali di trimester kedua dan 2 kali menjelang kelahiran. Ibu menkonsumsi vitamin penambah darah, mendapat suntik TT 2x. Ibu mengatakan sempat sakit sewaktu hamil selama seminggu berupa batuk tidak berdahak dan tidak ada demam. Selain itu ibu juga mempunyai asma. Tidak ada riwayat trauma dan tidak ada perdarahan sebelum persalinan. B. Riwayat Persalinan • Kelahiran Tempat kelahiran : RSU Kardinah Penolong persalinan : Dokter spesialis kandungan Cara persalinan : Sectio Caesarea Masa gestasi : 38 minggu HPHT : tidak didapatkan data Taksiran partus : 12 Mei 2013 Tanggal kelahiran : 08 Mei 2013 Air ketuban : jernih Keadaan bayi : • Berat badan lahir : 2900 gram • Panjang badan lahir : 45 cm • Lingkar kepala : 33 cm • Langsung menangis : kuat • Nilai APGAR : 8 • Kelainan bawaan : - Kesan : riwayat kelahiran dan kehamilan baik
  • 6. C. Riwayat Keluarga Berencana Ibu pasien belum mengikuti program KB D. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak  Pertumbuhan o Pertumbuhan anak sesuai masa kehamilan menurut kurva Lubchenko  Perkembangan - Perkembangan anak belum dapat dievaluasi E. Riwayat Makanan Selama kehamilan, ibu pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk, sayur dan buah. Rutin minum susu kehamilan. F. Riwayat Imunisasi VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur) BCG - - - - - - DPT/ DT - - - - - - POLIO - - - - - - CAMPAK - - - - - - HEPATITIS B 08/05/13 - - - - - Kesan : Imunisasi Hepatitis B pertama sudah diberikan
  • 7. G. Riwayat Keluarga  Corak Reproduksi No usia Jenis Kelamin Hidup Lahir Mati Abortus Mati Keterangan 1 3 hari Laki-laki Hidup - - - sakit G. Silsilah Keluarga Silsilah atau Ikhtisar Keturunan Keterangan : : laki-laki : perempuan : meninggal : pasien Kesan : tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.
  • 8. III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Mei 2013, pukul 12.30 WIB di ruang Dahlia. Bayi laki-laki, usia 3 hari, berat badan sekarang 2900 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 31 cm. Kesan umum : Gerak kurang aktif, tangis kurang kuat, tampak sesak napas (+), sianosis (-), anemis (-), kejang (-), ikterik (-). Tanda vital • Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan • Laju jantung : 120x/menit, reguler • Pernapasan : 45x/menit • Suhu : 35,1°C (Axilla) • Sp02 : 98% • Terpasang sungkup O2 Status Generalis • Kepala Mesocephal, ukuran lingkar kepala 33 cm, ubun-ubun besar masih terbuka, teraba datar, tidak tegang, caput succadaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan. • Mata Mata cekung (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), katarak kongenital (-/-), glaukoma kongenital (-/-) • Hidung Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)
  • 9. • Telinga Normotia, discharge (-/-) • Mulut Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), bercak-bercak putih pada lidah dan mukosa (-), bibir kering (-), labioschizis (-), palatoschizis (-) • Leher Pendek, pergerakan baik, tumor(-), tanda trauma (-)
  • 10. Thorax Paru Inspeksi :simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi suprasternal (-), subcostal (+), intercostalis (-) Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan, aerola mammae tidak teraba, papilla mammae (+/+). Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan Auskultasi : suara nafas dasar bronkovesikuler, suara nafas tambahan (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), hantaran (-/-) Jantung Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis tidak teraba Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi :datar, tali pusat terawat Auskultasi :bising usus (+) Palpasi :supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba. Perkusi :timpani Tulang Belakang Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele Genitalia
  • 11. Laki-laki , rugae (+), scrotum sudah terisi sepasang testis Anorektal Anus (+), diaper rash (-) Anggota gerak Keempat anggota gerak lengkap sempurna Ekstremitas Superior Inferior Deformitas - /- - /- Akral dingin - /- -/- Akral sianosis - /- - /- Ikterik - /- - /- CRT < 2 detik < 2 detik Tonus Normotoni Normotoni Tampak adanya edema dan hematom pada paha kanan Kulit Lanugo tidak merata, sianotik (-), ikterik (-), anemis (-), turgor kulit abdomen kembali < 2 detik. Refleks Primitif  Refleks Oral : • Refleks Hisap : ↓ • Refleks Rooting : ↓  Refleks Moro : ↓  Refleks Palmar Grasp : ↓  Refleks Plantar Grasp : ↓
  • 12. IV. PEMERIKSAAN KHUSUS A. Maturitas bayi menurut Lubchenko KURVA LUBCHENKO
  • 13. Berat badan lahir : 2900 gr Usia kehamilan : 38 minggu Hasil : Sesuai Masa Kehamilan B. Downe Score
  • 14. Hasil : 2 termasuk gangguan pernapasan ringan C. Ballad Score
  • 15. New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik = 19+17 = 36 poin = 38 minggu Kesan : maturitas bayi aterm 38 minggu D. Bell Squash Score 1. Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang) 2. Ketuban jernih 3. Kelainan bawaan 4. Asfiksia 5. Preterm Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin Sikap tubuh 3 Kulit 3 Jendela siku-siku 3 Lanugo 3 Rekoil lengan 4 Lipatan telapak kaki 3 Sudut popliteal 3 Payudara 2 Tanda Selempang 3 Bentuk telinga 2 Tumit ke kuping 3 Genitalia (laki-laki) 4 Total 19 Total 17
  • 16. 6. BBLR 7. Infus tali pusat 8. Riwayat penyakit ibu 9. Riwayat penyakit kehamilan Kriteria : < 4 observasi neonatal infeksi ≥ 4 Neonatal infeksi Hasil : 3 termasuk observasi neonatal infeksi V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 8 Mei 2013 Hematologi Hasil Rujukan Lekosit 14.4 /ul 4.8 – 10.8/ul Eritrosit 5.3/ul 4.2-5.4/ul Hemoglobin 17.9 g/dL 12.0-16.0 g/dL Hematokrit 52.1 % 37-47 % MCV 97.9 U 76-96 U MCH 33.6 pcg 27-31 pcg MCHC 34.4 g/dL 33.0-37.0 g/dL Trombosit 220.000 /ul 150.000-400.000/ul GDS 90 mg/dl 70 - 160 mg/dl 10 Mei 2013
  • 17. Kimia klinik Na 124.4 135-148 mmol/L K 5.00 3,6-5,5 mmol/L Cl 96.4 95-108 mmol/L VI. PERJALANAN PENYAKIT 10 Mei 2013 S: Sesak napas (+), merintih (-), demam (-), kejang (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-) O: KU: gerak kurang aktif, menangis lemah jika dirangsang, sesak nafas (+), sianosis (-), kejang (-), ikterik (-), anemis (-) S : 36.60 C HR: 124 x/menit reguler RR : 55x/ menit Menggunakan sungkup, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, terpasang ETT no 2.5 dan NGT no.5 Mata : Ca-/-, SI-/- Hidung : nafas cuping hidung (-/-) Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/- Retraksi suprasternal dan subcostal (-) Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm
  • 18. P: 02 5L/m masker; infus D10% 13 tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo K 1x1 mg; tunda diit; topikal trombopop gel pagi sore. 11 Mei 2013 S: Sesak napas (-), kejang (+), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-) O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik (-), anemis (-) S : 36.30 C HR: 140 x/menit reguler RR : 48x/ menit Menggunakan sungkup, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, NGT no.5 Mata : Ca-/-, SI-/- Hidung : nafas cuping hidung (-/-) Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/- Retraksi suprasternal dan subcostal (-) Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm, HIE gr.II P: 02 5L/m; infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo K 1x1, diet: dicoba ASI saja 8x2.5 – 5ml (sonde), KCL 4ml. 12 Mei 2013
  • 19. S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-) O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik (-), anemis (-) S : 36.30 C HR: 120 x/menit reguler RR : 44x/ menit Menggunakan sungkup, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, NGT no.5 Mata : Ca-/-, SI-/- Hidung : nafas cuping hidung (-/-) Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/- Retraksi suprasternal dan subcostal (-) Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm, HIE gr.II P: 02 5L/m; infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo K 1x1, diet: dicoba ASI saja 8x2.5 – 5ml (sonde), KCL 4ml. 13 Mei 2013 S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (-), BAB (-) O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik (-), anemis (-) S : 36.30 C
  • 20. HR: 110 x/menit reguler RR : 40x/ menit Menggunakan O2 headbox, 02 3-5 L/m, Sp02 99%, NGT no.5 Mata : Ca-/-, SI-/- Hidung : nafas cuping hidung (-/-) Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/- Retraksi suprasternal dan subcostal (-) Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik Ekstremitas inferior : akral hangat -/-, oedem -/-, CRT <2detik A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm, HIE gr.II P: 02 5L/m; infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi kalsium glukonas 1 x 0,5 ml IV; injeksi Neo K 1x1, diet: diteruskan 14 Mei 2013 S: Sesak napas (-), kejang (-), demam (-), ikterik (-), minum (-), BAK (+), BAB (-) O: KU: gerak aktif, menangis kuat, iritabel (-), sesak nafas (-), sianosis (-), kejang (-), ikterik (-), anemis (-) S : 36.30 C HR: 110 x/menit reguler RR : 40x/ menit O23-5 L/m (k/p)
  • 21. Mata : Ca-/-, SI-/- Hidung : nafas cuping hidung (-/-) Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/- Retraksi suprasternal dan subcostal (-) Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani, turgor kulit baik Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik A: distress respirasi, observasi neonatal infeksi, neonatus aterm, HIE gr.II P: 02 5L/m (k/p); infus D5% NS 13tpm; injeksi cefotaxim 2 x 125 mg IV; injeksi Neo K 1x1, diet: ASI/PASI, acc pulang VII. DIAGNOSIS BANDING 1. Distress Respirasi - Faktor Ibu (partus lama) Partus lama - Faktor Janin Fetal distress, aspirasi mekonium - Faktor Placenta 2. Observasi infeksi neonatal - Durante partum - Post partum - Antepartum
  • 22. 3. Observasi kejang - Hipoksik Iskemik Ensefalopati - Perdarahan intrakranial - Gangguan metabolik - Gangguan elektrolit 4. Neonatus aterm - SMK (Sesuai Masa Kehamilan) - BMK (Besar Masa Kehamilan) - KMK (Kecil Masa Kehamilan) VIII. DIAGNOSIS KERJA 1. Distress Respirasi 2. Hipoksik Iskemik Ensefalopati gr.II 3. Observasi neonatal infeksi 4. Neonatus aterm sesuai masa kehamilan IX. PENATALAKSANAAN A. Terapi Awal • Medikamentosa  O2 sungkup 5 l/menit  Infus D 10 % 13 tpm  injeksi cefotaxim 2x125 mg (iv)  Injeksi dexamethasone 3x1 /4 ampul (iv)
  • 23.  Injeksi Ca Gluconas 1 x 0,6 ml (iv)  Injeksi Neo K 1x1 mg  Trombopop gel pagi sore • Diet Tunda diet X. PROGRAM • Evaluasi keadaan umum dan tanda vital • Awasi tanda-tanda gangguan pernafasan • Jaga kehangatan • Rawat tali pusat XI. PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanationam : dubia ad bonam XII. SARAN • Pemeriksaan darah rutin ulang • Pemeriksaan bilirubin ulang • Pemeriksaan GDS • Pemeriksaan elektrolit • Pemeriksaan AGD • Pemeriksaan Denver Developmental Scoring Test secara berkala XIII. NASEHAT • Jaga kehangatan bayi, pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
  • 24. • Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan. • Setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak lurus di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai mengeluarkan suara. • Menjelaskan kepada ibu pasien untuk selalu mencuci tangan sehabis membersihkan tinja anak. • Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara kontrol untuk tahu gejala sisa • Ibu harus memeriksakan ke dokter secepat mungkin jika bayinya :  Mempunyai masalah bernafas  Menangis (lebih sering atau berbeda dari biasanya), merintih, atau mengerang kesakitan, tampak berwarna kebiruan (sianotik), suhu tubuh ≥38°C  Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari) Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun beraknya  Mengalami gemetar pada kaki dan tangan, kejang • Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk memeriksa perkembangan dan pertumbuhan badan serta pemberian imunisasi dasar pada bayi • Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan terhadap infeksi pernapasan
  • 25. ANALISA KASUS Diagnosa pada pasien ini adalah Hipoksik Iskemik Ensefalopati, Distress respirasi, Observasi Neonatal Infeksi, Neonatus aterm Sesuai masa kehamilan. Diagnosa ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien, dan perawat di Ruang Dari anamnesis didapatkan bahwa ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan antenatal, dan terdapat riwayat pwnyakit asma. Ibu juga mengatakan sempat sakit batuk selama seminggu namun tidak ada demam. Namun, saat proses persalinan, dapat dianalisa bahwa terdapat kegagalan induksi pada ibu, kemudian dilakukan operasi sectio caesarea pada ibu. Tidak terdapat rasa mules, perut kencang, dan tidak ada air maupun darah yang keluar dari kemaluan sebelumnya. lahir bayi laki-laki secara sectio caesarea, bayi menangis kuat, tidak biru, dengan AS 8, BBL 2900 gram, PB 45 cm. Air ketuban jernih. Placenta dikeluarkan (ekspulsi) dengan kotiledon lengkap, tidak terdapat infark dan hematom. Pasien kemudian langsung dibawa ke ruang mawar, tidak tampak sesak nafas dan pasien dipindahkan ke ruang dahlia. Dipasang O2 sungkup 5 L/m pada pasien. Pada perawatan hari ke-3 pasien kejang. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami distress respirasi sesuai dengan Downe skor dan HIE. Pemeriksaan Fisis Pada pemeriksaan fisik, KU : gerak kurang aktif, tangisan kurang kuat, tampak sesak nafas (+), tidak terdapat napas cuping hidung dan retraksi pada suprasternal dan subcostal. Tanda vital, status generalis kepala, mata, jantung, abdomen, genitalia, ekstremitas, dan kulit dalam batas normal. Pemeriksaan Penunjang Dilakukan pemeriksaan khusus pada pasien ini antara lain pemeriksaan dengan menggunakan kurva Lubchenko, Downe score, Ballard score dan Bell Squash Score. Didapatkan hasil sebagai berikut :
  • 26. 1. Neonatus aterm sesuai masa kehamilan. Pada kurva Lubchenko, pasien ini termasuk kategori sesuai masa kehamilan dengan berat badan lahir 2900 gram dan masa kehamilan 38 minggu. 2. Didapatkan Downe score pada pasien ini adalah 2 termasuk gangguan pernapasan ringan 3. Observasi Neonatal infeksi. Karena pada pasien ini terdapat keluhan malas minum, gangguan pernapasan, kurang aktif, tangisan kurang kuat dan dilakukan tindakan seperti pemasangan infus. HIPOKSIK ISKEMIK ENSEFALOPATI Definisi Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya kelainan klinis dan laboratorium yang timbul karena adanya cedera pada otak yang akut yang disebabkan karena asfiksia.1 Definisi HIE menurut The Neonatology Clinical Care Unit (NCCU) adalah berkurangnya suplai oksigen ke otak dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga menyebabkan supresi aktivitas listrik dan depresi kortikal.4 Hipoksia merupakan istilah yang menggambarkan turunnya konsentrasi oksigen dalam darah arteri, sedangkan iskemia menggambarkan penurunan aliran darah ke sel atau organ yang menyebabkan insufisiensi fungsi pemeliharaan organ tersebut.2 Ensefalopati adalah istilah klinis dimana bayi mengalami gangguan tingkat kesadaran pada waktu dilakukan pemeriksaan.1,5 Etiologi Asfiksia perinatal adalah akibat berbagai kejadian selama periode perinatal yang menyebabkan penurunan bermakna aliran oksigen, menyebabkan asidosis dan kegagalan fungsi minimal 2 organ (paru, jantung, hati, otak, ginjal dan hematologi) yang konsisten.2 American Academy of Pediatrics (AAP) dan American College of Obstetricians and Gynaecologist (ACOG), membuat definisi asfiksia perinatal sebagai berikut: (1) Adanya asidosis metabolik atau mixed academia (Ph<7) pada darah umbilikal atau analisis gas darah arteri, (2) Adanya persisten nilai apgar 0-3 selama >5 menit, (3) Manifestasi neurologis segera pada waktu perinatal dengan gejala kejang, hipotonia, koma, HIE, dan (4) Adanya gangguan fungsi multiorgan segera pada waktu perinatal.1,6 Sedangkan menurut WHO, asfiksia perinatal adalah kegagalan bernafas saat lahir. Menurut The National Neonatal
  • 27. Perinatal Database (NNDP), dikatakan asfiksia sedang bila bernafas lambat atau apgar score 4-6 pada 1 menit pertama dan asfiksia berat bila bayi lahir tidak bernafas atau apgar score 0-3 pada 1 menit pertama.6 Asfiksia perinatal merupakan penyebab utama kejang. Kejang biasanya terjadi pada 24 jam pertama pada sebagian besar kasus dan berprogresi menjadi status epileptikus.7 Berbagai macam penyebab yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu:1,8,9 a. Gangguan oksigenasi pada ibu hamil b. Penurunan aliran darah ibu ke plasenta atau dari plasenta ke fetus c. Gangguan pertukaran gas yang melalui plasenta atau fetus. d. Peningkatan kebutuhan fetal oksigen. Faktor risiko yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu faktor maternal, plasenta & tali pusat dan fetus/neonatus:1,5,8 - Kelainan maternal: hipertensi, penyakit vaskuler, diabetes, drug abuse, penyakit jantung, paru dan susunan saraf pusat, hipotensi, infeksi, ruptur uteri, tetani uteri dan panggul sempit. - Kelainan plasenta dan tali pusat: infark dan fibrosis plasenta, solusio plasenta, prolaps atau kompresi tali pusat, kelainan pembuluh darah umbilikus, insufisiensi plasenta, plasentitis, tali pusat yang sangat panjang. - Kelainan fetus atau neonatus: anemia, perdarahan, hidrops, infeksi, pertumbuhan janin terhambat (intrauterine growth retardation), serotinus. - Faktor intrapartum: distosia, inersia uteri, induksi oksitosin, sectio caesaria (anestesi umum, efek obat anestesi terhadap janin, berkurangnya aliran darah umbilikal), kala II yang memanjang. Patofisiologi Fetus dan neonatus lebih tahan terhadap asfiksia dibandingkan dengan dewasa. Hal ini dibuktikan bahwa pada saat terjadi hipoksik iskemik, fetus berusaha mempertahankan hidupnya dengan mengalihkan darah (redistribusi) dari paru-paru, gastrointestinal, hepar, ginjal, limpa, tulang, otot dan kulit, menuju ke otak, jantung dan adrenal (diving reflex). Pada fetal distress, peristaltik usus meningkat, spinter ani terbuka, mekonium akan keluar bercampur dengan air ketuban, skuama, lanugo, akan masuk ke trakea dan paru-paru, sehingga tubuhnya berwarna hijau dan atau kekuningan. Kombinasi antara hipoksia fetal
  • 28. yang kronis dengan cedera hipoksik iskemik akut setelah lahir akan mengakibatkan kelainan neuropatologi yang sesuai dengan umur kehamilannya.1,10 Pada hipoksia yang ringan, timbul detak jantung yang menurun, meningkatkan tekanan darah yang ringan untuk memelihara perfusi pada otak, meningkatkan tekanan vena sentral, dan curah jantung. Bila asfiksianya berlanjut dengan hipoksia yang berat dan asidosis, timbul detak jantung yang menurun, dan menurunnya tekanan darah sebagai akibat gagalnya fosforilasi oksidasi dan menurunnya cadangan energi. Selama asfiksia timbul produksi metabolik anaerob yaitu asam laktat. Selama perfusinya jelek, maka asam laktat tertimbun dalam jaringan lokal. Hipoksia akan mengganggu metabolisme oksidatif serebral sehingga asam laktat meningkat dan pH menurun. Jaringan otak yang mengalami hipoksia akan meningkatkan penggunaan glukosa. Cadangan glukosa menjadi berkurang, cadangan energi berkurang, timbunan asam laktat meningkat. Selama hipoksia berkepanjangan, curah jantung menurun, aliran darah otak menurun dan adanya kombinasi proses hipoksik-iskemik menyebabkan kegagalan sekunder dari oksidasi fosforilasi dan produksi ATP menurun. Karena kekurangan energi, maka ion pump terganggu sehingga timbul penimbunan Na+ , Cl-, H2O, Ca2+ intraseluler, K+ , glutamat dan aspartat ekstraseluler.1,10 Berkurangnya pasokan glukosa ke otak akan memicu terjadinya influx Ca2+ ke dalam sel dan ekspresi glutamat yang meningkat. Hal ini didukung oleh hilangnya keseimbangan potensial membran dan terbukanya saluran ion yang voltage-dependent (VDCC = Voltage Dependent Calsium Channels). Metabolisme glukosa beralih ke proses yang anaerobik. ATP terkuras dan terjadinya asidosis laktat. Glutamat memicu reseptor N-Methyl-D-Aspartate (NMDA) dengan efek membuka reseptor tersebut untuk Ca2+ masuk. Ion kalsium yang masuk di dalam neuron mengaktifkan enzim-enzim seperti protease, lipase, endonuklease dan berakibat pada fosfolipid sebagai konstituen sel membran. Terjadi mobilisasi asam arakhidonat yang diproses oleh lipoksigenase dan siklo-oksigenase dalam sitosol menjadi leukotriens, prostaglandin dan tromboksan. Proses ini disertai pelepasan radikal oksigen bebas yang berakibat terjadinya peroksidasi membran sel yang kemudian pecah dan isi sel mengalir keluar. Neuron mengalami kematian akibat nekrosis. Proses peroksidasi diperberat dengan terbentuknya nitric oxide (NO) sebagai akibat enzim NO Syntase diaktifkan oleh kadar ion Ca2+ intraseluler yang meningkat tajam. NO dengan radikal oksigen bebas membentuk leukosit polimorfonuklear dan timbulnya intercellular adhesion molecules (ICAM), leukosit beragregasi di dinding kapiler dan efek menyumbat ini berakibat no-reflow phenomena yang menyebabkan secondary ischemia. Proses reperfusi yang terjadi spontan
  • 29. maupun karena upaya teurapetik membuat pembentukan radikal oksigen bebas reactive oxygen species (ROS) meningkat karena pengaliran kembali darah ke jaringan dimana taraf ekstraksi oksigen sudah meningkat tajam. Kedua hal ini menyebabkan meningkatnya kerusakan jaringan yang dikenal sebagai reperfusion injury.1,10,11 Gambar 1. Mekanisme Hipoksik Iskemik Ensefalopati10 Manifestasi Klinis Pada asfiksia perinatal dapat timbul gangguan fungsi pada beberapa organ yaitu otak, jantung, paru, ginjal, hepar, saluran cerna dan sumsum tulang. Didapatkan satu atau lebih organ yang mengalami kelainan pada 82% kasus asfiksia perinatal. Susunan saraf pusat merupakan organ yang paling sering terkena (72%), ginjal 42%, jantung 29%, gastrointestinal 29%, paru-paru 26%. Pucat, sianosis, apnea, bradikardia dan tidak adanya respon terhadap stimulasi juga merupakan tanda-tanda HIE. Edema serebral dapat berkembang dalam 24 jam kemudian dan menyebabkan depresi batang otak. Selama fase tersebut, sering timbul kejang yang dapat memberat dan bersifat refrakter dengan pemberian dosis standar obat anti konvulsan.2,12 HIE merupakan penyebab tersering kejang pada bayi baru lahir (60-65%), biasanya terjadi dalam
  • 30. 24 jam pertama dan sering dimulai 12 jam pertama. Dapat terjadi pada bayi cukup bulan maupun bayi kurang bulan dengan asfiksia. Bentuk kejang bersifat subtle atau multifokal klinik serta fokal klonik.13,14 Walaupun kejang sering merupakan akibat HIE, kejang pada bayi juga dapat disebabkan oleh hipokalsemia dan hipoglikemia.2,12 Ensefalopati klinis puncaknya timbul pada hari ke 3-4 setelah lahir dan sekuele neurologis yang timbul secara langsung berhubungan dengan keparahan ensefalopati.11 Ensefalopati atau kejang tanpa adanya kelainan kongenital atau sindrom, biasanya berhubungan dengan kejadian prenatal atau perinatal.5 Manifestasi klinis pada organ lainnya tersebut adalah:1,3 a. Ginjal  Oliguria-anuria, hematuria, proteinuria. Bisa timbul gagal ginjal akut dan acute tubular necrosis. b. Sistem kardiovaskuler  Hipotensi, nekrosis, iskemik miokardial, syok, disfungsi ventrikel. c. Paru  Edema paru, perdarahan paru, respiratory distress syndrome, meconeal aspiration syndrome. d. Sistem saluran cerna  Fungsional intestinal obstruction, ileus paralitik, ulkus, perforasi, necrotizing enterocolitis. e. Metabolik  Asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia. f. Hepar  Gangguan fungsi hati, pembekuan darah, metabolism bilirubin, dan albumin. g. Hematologi  Perdarahan, DIC (disseminated intravascular coagulation) h. Kematian Otak  Berdasarkan kriteria AAP. Tabel 1. Pembagian Gejala Klinis HIE pada Bayi Aterm (Kriteria Sarnat & Sarnat) 2,15
  • 31. Terdapat empat besar kelainan neuropatologi:15 Tanda klinis Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Tingkat kesadaran Tonus otot Postur Refleks tendon/klonus Myoclonus Refleks Moro Pupil Kejang EEG Durasi Hasil akhir Iritabel Normal Normal Hiperaktif Tampak Kuat Midriasis Tidak ada/jarang Normal <24 jam Baik Letargik Hipotonus Fleksi Hiperaktif Tampak Lemah Miosis Sering terjadi Voltage rendah yang berubah dengan kejang 24 jam – 14 hari bervariasi Stupor, coma Flaksid Decerebrate Tidak ada Tidak tampak Tidak ada Tidak beraturan, refleks cahaya lemah Decerebrate Burst suppression to isoelektrik Beberapa hari hingga minggu Kematian, kecacatan berat
  • 32. 1. Selective neuronal necrosis Biasanya terjadi sebagai tanda deep sulcal pattern 2. Status marmoratus Setelah neuronal loss, terjadi perkembangan gliosis dan hipermielinisasi di basal ganglia. 3. Parasagital cerebral injury Watershed infarcts berhubungan dengan iskemik di area overlapping supply, lateral dari arteri serebral media dan medial dari arteri serebral anterior dan posterior. 4. Focal and multifocal ischaemic brain necrosis. Infark berhubungan dengan iskemik dengan area nekrosis dan luas dalam distribusi pembuluh darah besar. Diagnosis Diagnosis HIE memerlukan bukti apa yang menyebabkan iskemik dan hipoksia pada saat sebelum, selama dan setelah lahir. Data yang teliti tentang riwayat, pemeriksaan neurologis, laboratorium penting untuk menentukan hipoksik iskemik sebagai penyebab ensefalopati. Semua aspek riwayat maternal harus digali, mencakup kehamilan, persalinan, kelahiran dan masa postnatal. Analisis patologi plasenta juga diperlukan tapi tidak sering dilakukan.9 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis HIE. Pemeriksaan penunjang dikerjakan untuk memonitor fungsi maupun kelainan organ sistemik dan cedera otak.1 a. Pemeriksaan antara lain darah lengkap, gula darah, urin, serum elektrolit, BUN dan serum kreatinin, faal pembekuan darah, faal hati, analisis gas darah, b. Foto thorak c. Punksi lumbal dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan intrakranial atau untuk menyingkirkan adanya meningitis. d. Pemeriksaan EEG dapat membantu untuk menentukan pengobatan dan prognosis penderita.
  • 33. e. Ultrasonografi kepala. Pemeriksaan USG kepala sangat membantu pada bayi yang prematur. Dianjurkan pada bayi yang umur kehamilannya <30 minggu, minimal 1 kali, diulang pada umur 7-14 hari dan diperiksa kembali pada umur kronologisnya 36- 40 minggu. Cara ini dapat mengidentifikasi perdarahan intraventrikular dan nekrosis basal ganglia dan thalamus.1 f. CT Scan kepala. Pada bayi yang aterm yang mengalami cedera hipoksik iskemik biasanya dilakukan pemeriksan CT Scan kepala pada usia 2-5 hari, dimana pada waktu tersebut timbul edema serebri yang maksimal. Proses perdarahan akut dan kalsifikasi intrakranial akan lebih baik divisualisasi dengan pemeriksan CT Scan dibandingkan dengan pemeriksaan MRI. Pada bayi prematur yang mengalami hipoksik iskemik injury, pemeriksaan dengan CT Scan kepala kurang memberikan hasil yang memuaskan karena pada bayi prematur struktur jaringan otaknya masih imatur dan lebih banyak mengandung cairan.1,5 g. Near-infra red spectroscopy (NIRS). Untuk memonitor oxyhemoglobin serebral dan oksigenasi vena serebral.16 h. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS). Berkurangnya rasio N-acetylaspartat (NAA) terhadap kolin dan berkurangnya rasio laktat-NAA merupakan bukti terjadinya iskemik. Meningkatnya rasio laktat-kolin di ganglia basal dan thalamus merupakan prediksi outcome neurologi yang jelek. Meningkatnya inorganic phosphorus (31P). terjadi pada 24-72 jam, normal dalam beberapa hari kemudian.16 Penatalaksanaan Bayi baru lahir dengan HIE juga mengalami gangguan sistem pernafasan, kardiovaskular, hepar, fungsi ginjal, sehingga penanggulannya memerlukan pendekatan multisistem.14 A. Upaya yang optimal adalah pencegahan. Tujuan utama yaitu mengidentifikasi dan mencegah fetus dan neonatus yang mempunyai risiko mengalami asfiksia sejak dalam kandungan hingga persalinannya. B. Resusitasi. Segera lakukan resusitasi bayi yang mengalami apnea dan atau hypoxic ischemic encephalopathy. Tujuan resusitasi adalah untuk memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi yang tidak bernafas.1,14
  • 34. 1. Ventilasi yang adekuat. Usahakan memberikan ventilasi sehingga PCO2 dalam kadar yang fisiologis. Hiperkarbia akan menyebabkan asidosis serebral dan vasodilatasi pembuluh darah serebral. 2. Oksigenasi yang adekuat. Hipoksia akan menyebabkan pressure-passive circulation dan neuronal injury. 3. Perfusi yang adekuat. 4. Koreksi asidosis metabolik. Tujuan utama untuk memelihara keseimbangan asam basa dalam jaringan tetap normal. 5. Pertahankan kadar glukosa dalam darah antara 75 sampai 100 mg/dl untuk menyediakan bahan yang adekuat bagi metabolisme otak.1 6. Kadar kalsium harus dipertahankan dalam kadar yang normal. Hipokalsemia adalah suatu kelainan elektrolit yang sering dijumpai pada sindrom post asfiksia neonatal dengan gejala kejang. Diberikan Ca glukonas 10% 200 mg/kgBB intravena atau 2 ml/kgBB diencerkan dalam aquades sama banyak diberikan secara intravena dalam waktu 5 menit.1 7. Mencegah timbulnya edema serebri. Tujuan utama untuk mecegah timbulnya edema serebri dengan cara mencegah overload dari cairan. Restriksi cairan dengan pemberian 60 ml/kgBB per hari. 8. Atasi kejang. Bila ada kejang maka Phenobarbital adalah obat pilihan. Penanggulangan kejang dengan Phenobarbital terutama dengan dosis tinggi memberikan beberapa keuntungan :14 • Menurunkan kecepatan metabolisme otak • Memperbaiki perfusi darah ke dalam jaringan yang terkena kerusakan • Mencegah dan mengurangi edema otak Dosis 20 mg/kg diberikan iv dalam 10-15 menit. Jika kejang hilang diberikan dosis rumatan 3-4 mg/kgBB/hari dengan selisih waktu 12 jam kemudian secara intravena/oral. Bila penderita masih kejang boleh diberikan Phenobarbital dengan dosis 5 mg/kg setiap 5 menit sampai kejang berhenti atau sampai dosis 40 mg/kg sudah tercapai.1,14 Tetapi kenyataannya pada neonatus yang mengalami asfiksia dan telah mendapatkan Phenobarbital 20 mg/kg akan menyebabkan ngantuk dan sulit menganalisa neurologisnya. Oleh karena itu bila neonatus yang mengalami asfiksia dan kejang yang telah diberikan Phenobarbital dengan dosis 20 mg/kg tidak memberikan respon,
  • 35. maka diberikan Fenitoin dengan dosis 20 mg/kg intravena dalam waktu 30 menit atau 1 mg/kgBB/menit, dilanjutkan dengan dosis rumatan 5-10 mg/kg/hari diberikan setiap 12 jam.1,17,18 Gambar 2. Penatalaksanaan kejang pada neonatus17 C. Pengobatan potensial untuk mencegah kematian saraf secara lambat. Beberapa cara yang bisa dilakukan: 1. Mencegah pembentukan radikal bebas yang berlebihan dengan memberikan allupurinol, vitamin E.1 2. Hipotermi. Dengan cara selective head cooling atau mild systemic hypothermia atau selective head cooling dan mild systemic hypothermia dapat mencegah kerusakan otak.1 Shankaran dkk19 melaporkan adanya perbaikan hasil neurologis dan berkurangnya kematian pada bayi baru lahir dengan asfiksia perinatal yang diterapi dengan hipotermi. Terapi cooling pada neonatus dengan HIE sedang sampai berat bersifat aman dan menurunkan kematian serta disabilitas pada umur 18-22 bulan.4 Systemic cooling bisa dilakukan berupa cooling blanket atau cooling cap, selama 3 hari dimulai tidak boleh lebih dari 6 jam setelah lahir. Ini efektif
  • 36. untuk mengurangi morbiditas neurologis pada 2 tahun, efektif pada HIE stadium I dan II tapi tidak bisa dipakai untuk HIE stasium III.15 Terapi hipotermi dapat mencegah kerusakan otak dengan cara mengurangi proses metabolisme dan energi yang hilang, mengurangi pelepasan glutamat, mengurangi ion kalsium yang masuk ke dalam sel serta menghambat produksi radikal bebas dan sintesis NO.1 Terdapat bukti dari 3 publikasi dengan penelitian randomized clinical trial bahwa hipotermi merupakan neuroprotektif pada bayi aterm dengan HIE, pada usia kurang dari 6 jam. Tapi belum ada data apakah hipotermi jangka lama aman dan memberi harapan hidup yang bagus.20 3. Pemberian Phenobarbital sebelum kejang dosis 40 mg/kg iv dalam waktu 1 jam. 4. Ca2+ channel blockers 5. Magnesium sulfat D. Pengobatan suportif untuk organ-organ lainnya yang mengalami kelainan. Pada asfiksia perinatal pada umumnya terjadi kelainan dari berbagai organ. Pengobatan HIE perinatal secara holistik menyeluruh dan utuh, karena kelainan satu organ akan mempengaruhi organ lainnya.1 Oleh karena asfiksia, terjadi vasokonstriksi pembuluh darah mesentrium sehingga terjadi iskemia intestinal. Oleh karena adanya hubungan antara iskemia dan insiden NEC, maka feeding harus segera diberikan paling lambat 2-3 hari (sesuai dengan perbaikan mukosa usus).15 Diagnosis Banding Perlu dipikirkan penyakit atau keadaan lain yang manifestasi klinisnya berupa ensefalopati neonatal, yaitu; 1. Pengaruh sedasi, pemberian anesthesia dan analgesia lainnya pada ibu waktu persalinan 2. Infeksi virus, sepsis atau meningitis 3. Kelainan kongenital susunan saraf pusat, jantung dan paru
  • 37. 4. Penyakit neuromuskular 5. Trauma persalinan 6. Kelainan metabolisme bawaan 7. Tumor Otak Gambar 3. Berbagai Penyebab Kejang Pada Neonatus17 Prognosis Penderita yang mengalami HIE prognosisnya bervariasi, ada yang sembuh total, cacat atau meninggal dunia. Pada stadium ringan pada umumnya sembuh total dan pada stadium sedang 80% normal, sisanya timbul kelainan bila gejalanya tetap ada lebih dari 5-7 hari.1 Insiden dan komplikasi jangka panjang tergantung dari keparahan HIE. Sebanyak 80% bayi HIE yang hidup mendapat komplikasi serius, 10-20% dengan disabilitas berat dan 10% sehat.5 Prognosis juga tergantung dari adanya komplikasi metabolik dan kardiopulmonal (hipoksia, hipoglikemia, syok), keparahan ensefalopati dan usia kehamilan (buruk jika prematur).5,21 Berdasarkan NCCU Guidelines, prognosis HIE sebagai berikut:
  • 38. a. Ringan (stadium 1) : Semua hidup normal b. Sedang (stadium 2) : 5% meninggal, 20% dengan sekuele neurologi c. Berat (stadium 3): 75% meninggal, 90-100% dengan sekuele neurologi. Ada beberapa faktor atau keadaan yang dapat dipakai untuk menilai prognosis. Prognosisnya jelek apabila:1,17 1. Asfiksia berat yang berkepanjangan (apgar score = 3 pada umur 20 menit) 2. HIE stadium berat menurut Sarnat dan Sarnat, 50% meninggal dunia dan sisanya dengan gejala berat. 3. Kejang yang sulit diatasi muncul sebelum 12 jam yang disertai dengan kelainan multi organ. 4. Adanya kelainan neurologi yang persisten pada 1-2 minggu saat dipulangkan, 50% akan timbul epilepsi. 5. Adanya oliguria persisten (produksi urin <1 ml/kgBB per jam selama 36 jam pertama). 6. Mikrosefali pada 3 bulan pertama setelah lahir. Menurunnya rasio lingkaran kepala yang didapatkan waktu lahir dibandingkan dengan usia 4 bulan dibagi rerata lingkaran kepala pada usianya x 100% > 3,1%, merupakan cara untuk memprediksi timbulnya mikrosefali sebelum usia 18 bulan. 7. Adanya kelainan EEG yang sedang sampai berat. Adanya EEG yang normal atau ringan yang terjadi pada hari pertama setelah lahir merupakan tanda outcome yang normal. 8. Adanya kelainan CT Scan yang berupa perdarahan hebat, periventrikular leukomalasia atau nekrosis. 9. Kelainan MRI yang timbul pada 24-72 jam pertama setelah lahir. Pemeriksaan MRI yang normal pada 24-72 jam setelah lahir hampir selalu menghasilkan prediksi outcome yang baik walaupun pada neonatus yang mengalami asfiksia berat. Secara umum dilaporkan angka kematian sebesar 25%. Paling banyak kematian terjadi pada minggu pertama kehidupan yang berhubungan dengan multiple oragn failure. Beberapa bayi dengan kelainan neurologik berat meninggal karena aspirasi pneumonia atau penyakit sistemik lainnya.5
  • 39. RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME Definisi Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda- tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986). Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi. Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005). Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan surfaktan yang memadai. (Dot Stables, 2005). Etiologi RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksual sesaria. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH),
  • 40. Patofisiologi Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD). Pencegahan RDS Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi. Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:  Mencegah kelahiran < bulan (premature).
  • 41.  Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.  Management yang tepat.  Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.  Optimalisasi kesehatan ibu hamil.  Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.  Obat-obat tocolysis (β-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus Contoh : Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5 mg/ml) Untuk relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus 500 ml dekstrose/NaCl diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 – 50 μg/menit dgn monitoring cardial effect. Jika detak jantung ibu > 140/menit kecepatan diturunkan atau obat dihentikan  „ Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian, deksametason 5 mg setiap 12 jam untuk 4 x pemberian)  „ Cek kematangan paru (lewat cairan amniotik pengukuran rasio lesitin/spingomielin : > 2 dinyatakan mature lung function) Manifestasi Klinis Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat. Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe :
  • 42. 0 1 2 Frekuensi Nafas < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang dengan O2 Sianosis menetap walaupun diberi O2 Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan stetoskop Dapat didengar tanpa alat bantu Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe Skor < 4 gangguan pernafasan ringan Skor 4 – 5 gangguan pernafasan sedang Skor > 6 gangguan pernafasan ringan (pemeriksaan gas darah harus dilakukan) Penunjang / Diagnostik Laboratory Evaluation for Respiratory Distress in the Newborn Test Indication Blood culture May indicate bacteremia Not helpful initially because results may take 48 hours Blood gas Used to assess degree of hypoxemia if arterial sampling, or acid/base status if capillary sampling (capillary sample usually used unless high oxygen requirement) Blood glucose Hypoglycemia can cause or aggravate tachypnea Chest radiography Used to differentiate various types of respiratory distress Complete blood count with differential Leukocytosis or bandemia indicates stress or infection Neutropenia correlates with bacterial infection
  • 43. Low hemoglobin level shows anemia High hemoglobin level occurs in polycythemia Low platelet level occurs in sepsis Lumbar puncture If meningitis is suspected Pulse oximetry Used to detect hypoxia and need for oxygen supplementation Penatalaksanaan Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi : 1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat. 2) Mempertahankan keseimbangan asam basa. 3) Mempertahankan suhu lingkungan netral. 4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat. 5) Mencegah hipotermia. 6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat. Penatalaksanaan secara umum : a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %  Pantau selalu tanda vital  Jaga kepatenan jalan nafas  Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal) b. Jika bayi mengalami apneu Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan Lakukan penilaian lanjut c. Bila terjadi kejang potong kejang d. Segera periksa kadar gula darah e. Pemberian nutrisi adekuat Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut: Gangguan nafas ringan Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri
  • 44. tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik. Gangguan nafas sedang Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup. Bayi jangan diberi minum. Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis. o Suhu aksiler <> 39˚C o Air ketuban bercampur mekonium o Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam) Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C. tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam: Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan tersebut diatas. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan. Gangguan nafas berat Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya. Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
  • 45. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit. Penatalaksanaan medis: Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:  Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder  Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru  Fenobarbital  Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen  Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992) Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan ). NEONATAL INFEKSI Definisi infeksi neonates adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain Patofisiologi Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan, yaitu : 1. Infeksi Antenatal
  • 46. Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah : a. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion b. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut. 2. Infeksi Perinatal Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”. 3. Infeksi Postnatal Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Penegakkan Diagnosis Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisik dan laboratarium.
  • 47. Infeksi lokal pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting, terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi pada bayi tidak khas. Adapun gejala yang perlu mendapat perhatian yaitu : - Malas minum - Bayi tertidur - Tampak gelisah - Pernapasan cepat - Berat badan turun drasti - Terjadi muntah dan diare - Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas normal - Pergerakan aktivitas bayi makin menurun - Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran hepar, purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-kejang - Terjadi edema - Sklerema Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal infeksi : a. Bell Squash score - Partus tindakan (SC, forcep, vacum, sungsang) - Ketuban tidak normal - Kelainan bawaan - Asfiksia - Preterm Hasil < 4 observasi NI ≥ 4 NI
  • 48. - BBLR - Infeksi tali pusat - Riwayat penyakit ibu - Riwayat penyakit kehamilan b. Gupte score Prematuritas 3 Cairan amnion berbau busuk 2 Ibu demam 2 Asfiksia 2 Partus lama 1 Vagina tidak bersih 2 KPD 1 Klasifikasi Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan. a. Infeksi berat ( major infections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum. b. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus ( omfalitis ), moniliasis. 1. Sepsis Neonatorum Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatus dengan gejala-gejala sistemik. Faktor risiko : - Persalinan (partus) lama - Persalinan dengan tindakan Hasil 3-5Screening NI ≥ 5 NI
  • 49. - Infeksi/febris pd ibu - Air ketuban bau, warna hijau - KPD lebih dr 18 jam - Prematuritas & BBLR - Fetal distres Tanda & gejala : - Reflek hisap lemah - Bayi tampak sakit, tidak aktif, dantampaklemah - Hipotermia atau hipertermia - Merintih - Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus Prinsip pengobatan: - Pengobatan antibiotika secara empiris dan terapeutik - Pemeriksaan laboratorium rutin - Biakan darah dan uji resistensi - Pemeriksaan lain dapat dilakukan atas indikasi 2. Meningitis pada Neonatus Tanda dan gejala : - Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis - Kejang - UUB menonjol - Kaku kuduk Pengobatan : - Gunakan antibiotic yang dapat menembus sawar otak dan diberikan dalam minimal 3 minggu - Pungsi lumbal (atas indikasi) 3. Sindrom Aspirasi Mekonium SAMterjadi pada intrauterin karena inhalasi mekonium dan sering menyebabkan kematian terutama bayi dengan BBLR karena reflex menelan dan batuk yang belum sempurna.
  • 50. Gejala : - Pada waktu lahir ditemukan meconium staining - Letargia - Malas minum - Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal) - Dicurigai bila ketuban keruhdan bau - Rhonki (+) Pengobatan : - Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan napas - Bila setelah di suction rhonki masih (+), pasang ET - Bila setelah di suction rhonki (-) dilakan resusitasi - Terapi antibiotika secara empiris dan terapeutik - Cek darah rutin, BGA, GDS dan foto baby gram 4. Tetanus neonatorum Etiologi - Perawatan tali pusat yang tidak steril - Pembantu persalinan yang tidak steril Gejala - Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot rahang dan faring (tenggorok) - Mulut mencucu seperti mulut ikan (trismus) - Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus - Tangan mengepal (boxer hand) - Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan - Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru Tindakan - Segera berikan antikonvulsan dan bawa ke Rumah Sakit (hindari pemberian IM karena dapat merangsang muscular spasm) - Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
  • 51. - Pasang IV line dan OGT - Pemberian ATS 3000 – 6000 unit IM - Beri penisilin prokain G 200.000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari - Rawat tali pusat - Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya rangsangan 5. Oftalmia Neonatorum Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseriagonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir Dibagi menjadi 3 stadium - Stadium infiltrative Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkit terdapat pseudomembran - Stadium supuratif Berlangsung 2 – 3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat secret bercampur darah, yang khas secret akan keluar dengan mendadak (muncrat) saat palpebra dibuka - Stadium konvalesen Berlangsung 2-3 minggu. Secret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat lagi. Penatalaksanaan - Bayi harus diisolasi - Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap ¼ jam disusul dengan pemberian salep mata penisilin - Berikan salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari - Penisilin prokain 50.000 unit/kgbb IM Pencegahan Prinsip pencegahan infeksi antara lain: o Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
  • 52. o Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi. o Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol. o Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan. o Gunakan teknik aseptik. o Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan. o Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah. o Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.
  • 53. DAFTAR PUSTAKA 1. Dubowitz LMS Dubowitz V Goldberg C. Clinical assessment of gestational age in the newborn infant. J Pediatri. 1970; 77: 1-10 2. Mupanemunda R and Watkinson M. Key Topics in Neonatology. 2nd Ed. New York: Taylor & Francis Group; 2005. 3. Behrman, Kliegman : Nelson Textbook Of Pediatrics Edisi 15, halaman 543-572, 589- 599. W.B Saunders Company 2000. 4. Volpe JJ. Hypoxic Ischemic Encephalopathy. In: Volpe J.J. eds. Neurology of the newborn 4th ed. Philadelphia:WB. Saunders Co, 2001. 5. New Ballard Score & nbspMaturational Assessment of Gestational Age [Online]. 2007 Dec [cited 2009 Dec 21]; Available from: URL: /www.ballardscore.com/Pages/mono_neuro_posture.aspx. 6. Sanders M, Allen M, Alexander G R, Yankowitz J, Graeber J, Johnson T R B, and Repka M X. Gestational Age Assessment in Preterm Neonates Weighing Less than 1500 Grams. PEDIATRICS 1991; 88: 542-45. 7. Bernbaum J C, Umbach D M, Ragan N B, Ballard J L., Archer J I, Schmidt-Davis H, and Rogan W J. Pilot Studies of Estrogen-Related Physical Findings in Infants. Environmental Health Perspectives 2008; 116: 416-19.