SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
MAKALAH CASE I BLOK EMS
Tutorial B4
1
Anggota : Nurul Amalia 1010211113
Melinda Veronica 1010211035
Reza angga 1010211050
Hudza Rabbani 1010211066
Faraida Jilzani 1010211094
Galuh Ajeng Firsty 1010211170
Muliany Pratiwi 1010211168
Niken faradilla 1010211074
Mentari 1010211018
Restoe Fajar F. 1010211193
Delvi Aprinelda 1010211184
Pandit Adwitya 1010211165
Tutor :
Universitas Pembangunan Nasional
“VETERAN” Jakarta
Program Studi Sarjana Kedokteran
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
2
TUTOR
Maman Subarman, S.Si, M.Biomed
Ketua
Reza Angga
Sekretaris I sekretaris II
Faraida Jilzani Galuh Ajeng Firsty
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………… 1
Lembar pengesahan………………………………………………. 2
Daftar isi…………………………………………………………….. 3
3
Daftar gambar………………………………………………………. 4
Daftar tabel………………………………………………………….. 5
Kata pengantar……………………………………………………… 6
Bab I Pendahuluan
1.1 latar belakang dan tujuan…………………………………. 7
1.2 Case…………………………………………………………. 8
1.3 learning progress report…………………………………… 9
Bab II Pembahasan
2.1 sistem endokrin
2.1.1 definisi………………………………………………..
2.1.2 klasifikasi…………………………………………….
2.1.3 transport hormon……………………………………
2.1.4 penilaian fungsi endokrin…………………………..
2.1.5 kelainan endokrin…………………………………...
2.1.6 mekanisme kerja hormon secara molekuler……..
2.1.7 struktur hormon secara biokimia………………….
2.1.8 regulasi produksi hormon………………………….
2.1.9 organ penghasil hormon…………………………..
2.1.10 degradasi hormonal………………………………..
2.1.11 interaksi hormone dan reseptor…………………..
2.2 hipotalamus dan hipofisis
2.2.3 anatomi……..……………………………………….. 6
2.2.4 histologi….……………………..……………………. 12
2.2.4 embriologi…….…………………..…………………. 12
2.2.5 fisiologi : mekanisme kerja…………………………. 13
2.2.6 gangguan fungsi hipofisis.…………………………. 16
2.2.7 gangguan fungsi hipotalamus……………………... 20
2.2.8 hipersekresi dan hiposekresi…..………………….. 21
2.3 gigantisme, defisiensi GH dan akromegali
2.3.1 gigantisme dan akromegali.….………………….. 31
2.3.2 kretinisme……….…………………………………… 32
2.4 penatalaksanaan terhadap
penyakit endokrin secara umum……………………….
4
2.5 hubungan system endokrin
dan system saraf………………………………………….
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………… 93
BAB IV
3.2 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Autokrin…………………………………………………………….
5
Gambar 2 : arakrin…………………………………………………………….
Gambar 3 : mekanisme kerja hormone peptide…………………………………..
Gambar 4 : mekanisme molekuler hormone steroid…………………………….
Gambar 5 : mekanisme molekuler hormone steroid…………………………….
Gambar 6 : struktur hormone tiroid dan epinefrin……………………………….
Gambar 7 : struktur kimiawi hormone amin………………………………..
Gambar 8 : sintesis epinefrin dan norepinefrin…………………………….
Gambar 9 : lokasi anatomis kelenjar endokrin utama tubuh…………….
Gambar 10 : degradasi hormonal………………………………………….
Gambar 11 : interaksi hormone reseptor…………………………………
Gambar 12 : diencephalon………………………………………………….
Gambar 13 : diencephalon potongan sagital…………………………….
Gambar 14 : hipotalamus…………………………………………………..
Gambar 15 : anatomi hipofisis…………………………………………….
Gambar 16 : anatomi hipotalamus dan pituitary ………………………..
Gambar 17 : akromegali……………………………………………………
Gambar 18 : sindrom cushing…………………………………………….
Gambar 19 : mikro transpheniodal…………………………………………….
Gambar 20 : bromokriptin………………………………………………………
Gambar 21 : pergolid…………………………………………………………...
Gambar 22 : gigantisme (kiri) dan akromegali (kanan)……………………..
Gambar 23 : jari tangan penderita akromegali………………………….
Gambar 24 : kretinisme……………………………………………………
6
DAFTAR TABEL
7
Tabel 1 : klasifikasi hormone berdasarkan senyawa kimia pembentuknya……………
Tabel 2 : klasifikasi hormon berdasarkan lokasi reseptor …………………………….
Tabel 3 : hormone berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon...…….
Tabel 4 : kisaran normal endokrin………………………………………………………….
Tabel 5 : cara timbulnya gangguan endokrin……………………………………………..
Tabel 6 : klasifikasi hormon secara kimiawi………………………………………..
Tabel 7 : kelenjar endokrin, hormon, fungsi dan strukturnya……………………..
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya
maka makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai
8
kasus pertama yaitu tentang system endokrin secara umum dan fisiologi yang
didiskusikan sejak tanggal 8 Juni 2011 sampai 10 Juni 2010.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Maman Subarman,
S.Si., M.Biomed atas segala pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah
dicurahkan selama proses tutorial. Terima kasih juga kepada kelompok tutorial B-4
atas kerjasamanya mulai dari proses pembahasan hingga pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan
dari diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus ketiga ini serta untuk
menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
9
Latar Belakang
Tuhan menciptakan manusia dengan sangat sempurnanya baik laki-laki
maupun perempuan. Lengkap dengan segala sesuatunya seperti mata, hidung,
tangan, mulut, kepala hingga kaki. Tidak luput juga, Tuhan menciptakan alat kelamin
bagi laki-laki dan perempuan. Tuhan menciptakan segala sesuatunya dengan baik
agar manusia bisa selalu beribadah dan bersyukur kepadanya. Bahkan semua
system endokrin juga diciptakan agar bisa mengatur tubuh kita yang semata-mata
untuk beribadah kepada-Nya. Dalam makalah ini, akan dibahas segala hal tentang
system endokrin secara umum dan fisiologi.
Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi serangkaian tugas
dari case "explanary case”. Selain itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan, dan
sebagai media untuk belajar bagi yang membacanya.
Case I
10
Edo, mahasiswa kedokteran semester II, mendapat tugas untuk membuat
artikel ilmiah tentang system hormone manusia dan mekanisme pengaturannya. Edo
mencari bahan tugasnya tersebut dengan searching tersebut Edo memperoleh
informasi bahwa hormone berhubungan dengan system endokrin dan susunan saraf
dimana keduanya merupakan alat utama untuk mengkomunikasikan informasi
antara berbagai jaringan dan sel dengan pusatnya di hipotalamus sebagai pengatur
fungsi hipofisis dan sel sel neuroendokrin di tempat - tempat lain. Hormone manusia
sangat kompleks, melibatkan organ sentral pengatur dan organ target. Masing –
masing memiliki mekanisme aksi, dan mekanisme molekuler yang cukup rumit
seperti mulai dari pengikatan hormone ke reseptor untuk memperantarai responnya
lalu mekanisme menggerakkan, mengendalikan sintesis dan pelepasan hormone
kemudian transport dalam sirkulasi dan metabolism serta pengiriman ke sel yang
menjadi target.
Selain informasi tersebut, edo juga membaca di beberapa situs bahwa
gangguan pada organ sentral pengatur hormone akan berefek pada gangguan
fisiologi tubuh. Seperti yang dia baca bahwa ada seorang laki-laki berumur 14 tahun
dimana tubuhnya sangat tinggi (tidak seperti teman seusianya). Ternyata dia
menderita tumir hipofisis yang mensekresi growth hormone berlebihan, akibatnya
lempeng pada ujung-ujung tulang panjangnya yang masih belum tertutup terus
tumbuh dengan cepat. Pemeriksaan CT scan dan MRI pada sela tursika
memperlihatkan mikroadenoma hipofisis, serta makroadenoma yang meluas ke luar
sel mencakup juga sisterna di atas sela, dan sinus sphenoid. Sedangkan hasil
laboratorium didapatkan glukosuria, hiperkalsemia dan hiperprolaktemia.
Instruksi :
1. Buatlah dan jelaskan secara sistematis tugas artikel ilmiah mengenai
system endokrin !
2. Buatlah hipotesis dari artikel yang dibaca Edo !
3. Informasi penting apa yang ada pada artikel yang dibaca Edo?
11
LEARNING PROGRESS REPORT
1. TERMINOLOGY
• Hormone : substansi kimia yang dihasilkan dalam tubuh yang memiliki
efek regulator spesifik pada aktivitas sel tertentu atau organ atau organ-
organ tertentu.
• Neuroendokrin : berhubungan dengan pengaruh neural dan endokrin,
serta khususnya interaksi antara system saraf dan system endokrin.
• Sinus sphenoid : resesus, rongga, atau kanal berbentuk baji
• Sella tursika : cekungan pada permukaan superior tulang sphenoid, berisi
kelenjar hipofisis
• Mikroadenoma : tumor epitel jinak yang kecil dimana sel-selnya
membentuk struktur kelenjar yang dapat dikenal atau selnya jelas berasal
dari epitel kelenjar.
• Makroadenoma : tumor epitel jinak yang besar dimana sel-selnya
membentuk struktur kelenjar yang dapat dikenal atau selnya jelas berasal
dari epitel kelenjar
• Glukosuria : urin yang mengandung glukosa.
• Hiperkalsemia : kelebihan kalsium dalam darah
• Hiperprolaktinemia :
• Sisterna :
• Sella : cekungan mirip sadel
2. PROBLEMS
1. Apa yang dimaksud dengan system hormone ?
2. Apa yang dimaksud dengan system endokrin ??
3. Bagaimana mekanisme pengaturan system hormone manusia ?
12
4. Bagaimana hubungan hormone dengan system endokrin dan susunan
saraf ?
5. Mengapa gangguan pada system hormone bisa menimbulkan efek pada
fisiologi pada tubuh ?
6. Bagaimana mekanisme sintesis, pelepasan dan transport hormone ?
7. Bagaimana interaksi antara hormone dengan reseptor ?
8. Apa yang dimaksud dengan gigantisme ?
9. Mengapa bisa terjadi gigantisme ?
10.Bagaimana tumor hipofisis bisa berpengaruh terhadap sekresi hormone ?
11.Apakah tumr hipofisis berhubungan dengan glukosuria, hiperkalsemia,
dan hiperprolaktemia ?
3. HIPOTESIS
1. Hormon merupakan zat yang disekresikan oleh kelenjar endokrin dan
dikendalikan oleh system saraf.
2. Kelainan system hormon bisa menimbulkan gangguan fisiologis pada
tubuh, salah satunya gigantisme
13
4. MEKANISME
Edo, mahasiswa semester 2
Searching di internet
Hormon
System endokrin susunan saraf
14
Hipotalamus
Hipofisis
Mekanisme molekuler mekanisme aksi
Sel target
fisiologi
tumor hipofisis
Kelebihan sekresi GH
Cakra epifisis tumbuh terus
Pemeriksaan
CT scan MRI LAB
15
5. MORE INFO
1. Kadar hormon
2. RPK (riwayat penyakit keluarga)
3. Gaya hidup
6. LEARNING ISSUE & I DON’T KNOW
1. Sistem endokrin
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Transport hormon : autokrin, parakrin, neurotransmitter, endokrin,
eksokrin
d. Penilaian fungsi endokrin
e. Kelainan endokrin
f. Mekanisme kerja hormon secara molekuler
g. Struktur hormon secara biokimia
h. Regulasi produksi hormon
i. Organ penghasil hormon
j. Degradasi hormonal
k. Interaksi hormon dan reseptior
l. Sifat-sifat reseptor
16
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SISTEM ENDOKRIN
2.1.1 DEFINISI
Endokrin : menyekresikan secara internal (berlawanan dengan eksokrin)
dipakai untuk organ dan struktur yang mengeluarkan zat yang dihasilkan kedalam
darah atau cairan limfe dan untuk zat hormone yang mempunyai efek spesifik
terhadap organ lain ( Dorland, .)
2.1.2 KLASIFIKASI
(sumber: Sherwood hal:613-615)
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi
kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja
hormon di dalam sel
1. Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya
Sifat Peptide Amin Steroid
Katekolamin Hormone tiroid
Kelarutan Hidrofilik Hidrofilik Lipofilik Lipofilik
Sintesis Dire kasar,di kemas di
kompleks golgi
Di sitosol Di koloid suatu
tempat
Modifikasi
bertahap
17
ekstrasel
dalam
molekul
kolesterol
diberbagai
kompartemen
intrasel
Penyimpanan Di granula
sekretorik(sbagian
dalam jumlah besar)
Di granula
kromafin
Di koloid Tidak
disimpan
perkursor
kolesterol
disimpan
dibutiran
lemak
Sekresi Eksositosis granula Eksositosis
granula
Endositosis
koloid
Difusi
sederhana
Transportasi
dalam darah
Sebagai hormone
bebas
Sebagian
terikat
dengan
protein
plasma
Sebagian
besar terikat
dengan protein
plasma
Sebagian
besar terikat
dengan
protein
plasma
Tempat
reseptor
Di permukaan sel
sasaran
Di
permukaan
sel sasaran
Di dlm sel
sasaran
Di dlm sel
sasaran
Mekanisme
kerja
Perubahan saluran atau
pengaktifan sistem
perantara kedua untuk
mengubah aktifitas
protein yang sudah ada
yang menghasikan efek
Pengaktifan
sistem
perantara
kedua untuk
mengubah
aktifitas
protein yang
sudah ada
yang
menghasilka
n efek
Pengaktifan
gen spesifik
untuk
menghasilkan
protein baru
yang
menghasilkan
efek
Pengaktifan
gen spesifik
untuk
menghasilkan
protein baru
yang
menghasilkan
efek
Hormone jenis
ini
Semua hormone dari
hipotalamus,hipofise
anterior,hipofise
posterior,pancreas,kele
njar paratiroid,saluran
Hanya
hormone dari
medulla
adrenal
Hanya
hormone dari
sel folikel tiroid
Hormone dari
korteks
adrenal dan
gonad
ditambah
18
pencernaan,ginjal,hati,s
el c tiroid,jantung
sebagian
besar
hormone
plasenta
(vit D mirip
dengan
hormone
steroid)
Tabel 1 : klasifikasi hormone berdasarkan senyawa kimia pembentuknya
(Sumber : Sherwood hal 614)
2. Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormone
a. Semua peptide dan katekolamin bersifat hidrofilik dan lipofobik (takut
lemak) jadi mereka sangat larut dalam air sedangkan kelarutannya
dalam lemak rendah
b. Semua hormone steroid dan tiroid bersifat lipofilik (senang lemak) dan
hidrofobik (takut air ) jadi memliki kelarutan lemak yang tinggi dan sulit
larut dalam air
3. Berdasarkan lokasi reseptor hormone
a. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
Golongan 1 Golongan 2
Reseptor Intraseluler Membran plasma
Tipe Steroid,Yodotironin,Kalsitriol,
Retinoid
Polipeptida, Protein,
Glikoprotein
Solubilitas Lipofilik/Hidrofobik Hidrofilik/Lipofobik
Protein
pengangkut
Ada Tidak ada
Usia paruh Panjang (Berjam-jam/berhari-
hari)
Pendek (menit)
Usia paruh Kompleks hormon Reseptor Second messenger
berupa :
cAMP,cGMP,Ca2+,
19
Tabel 2 : klasifikasi hormon berdasarkan lokasi reseptor
(sumber : Sherwood )
b. Kelompok Hormon yang Berikatan dengan Reseptor Permukaan Sel.
Kelompok hormon ini terdiri dari hormon-hormon yang bersifat larut
dalam air dan terikat pada membran plasma sel sasaran. Hormon-
hormon ini akan berkomunikasi dengan proses meabolisme
intraselluler melalui senyawa yang disebut sebagai second messenger.
Konsep second messenger timbul dari pengamatan Earl Sutherland
dan rekan-rekan,bahwa Epineprin terikat pada membran plasma
eritrosit burung merpati dan meningkatkan cAMP.Diikuti oleh berbagai
macam percobaan ditemukan bahwa cAMP ternyata mengantarai efek
metabolik banyak hormon.Senyawa second messenger yang
diaktivasi oleh pengikatan antara hormon dengan reseptor spesifiknya
di membran plasma didata dalam tabel di atas.
4. Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormone di dalam sel.
kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second messenger
senyawa cAMP,cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai
mediator intraseluler
Sistem Camp Perangsangan: adrenergik β, GRH,
Prostaglandin(E,Ddan
I),Glukagon, Vasopresin, LH,FSH, TSH, CG,
ACTH, PTH
Penghambatan: adrenergik α2, Opiod,
Somatostatin,
Asetilkolin(muskarinik),Dopamin
Fosfotidilinositol,
Endoperokside,
Ca2+
adrenergik α1,GnRH, TRH, Dopamin,
PGF2α, TXA2, Leukotrien, Vasopresin,
Bradikinin, Asetilkolin,Endotelin,
PTH
Tirosin kinase
derived
Insulin, Makrofage-coloni stimulating
faktor(M-CSF), platelet growth faktor(PDGF)
20
Cgm
Endothelium-derived releasing factor
(EDRF),ANF, Asetilkolin
`rTabel 3 : hormone berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon
(sumber : )
2.1.3 TRANSPORT HORMON
(sumber: Sherwood edisi 2 hal 611)
(sumber : guyton and hall edisi 11 bab 74 hal: 951 )
1. Autokrin:
hormone yang dapat dilepaskan oleh sel dan kemudian bertindak padanya atau
dapat bertidak didalam sel yang pernah dilepaskannya. Co: insulin yang
dilepaskan oleh sel B pulau nlangerhans dapat menghambat pelepasan insulin
oleh sel yang sama dan somatostatin dapat menghambat pelepasan dari sel D
pancreas.
Gambar 1 : autokrin
(sumber : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.unifr.ch/anatomy/elearningfree )
2. Parakrin :
zat perantara kimiawi local yang efeknya hanya bekerja pada sel-sel disekitar
yang dekat dengan tempat pengeluarannya. Karena parakrin tersebar melalui
proses difusi sederhana kerja zat ini terbatas dalam jarak dekat. Zat ini tidak
masuk kedarah dalam jumlah yang bermakna karena cepat diinaktifkan oleh
enzim-enzim local.contoh : kerja steroid seks dalam ovarium,angiotensin II
dalam ginjal, factor pertumbuhan derivate trombosit.
21
Gambar 2 : parakrin
(Sumber : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.edyounet.de/l)
3. Neurotransmitter :
Sel saraf (neuron) berkomunikasi secara langsung dengan sel-sel yang mereka
persarafi ( sel sasaran ) dengan mengeluarkan zat perantara kimiawi yang jarak
jangkauan kerjanya sangat pendek yang dikenal sebagai neurotransmitter
sebagai respon terhadap potensial aksi, seperti parakrin neurotransmitter
berdifusi dari dari tempat pengeluaran melintasi ruang ekstrasel yang sempit
untuk bekerja secara local pada sel-sel sasaran disekitarnya baik berupa neuron
otot atau kelenjar. (dengan demikian neurotransmitter yg memperantarai
tranmisis sinaptik antara dua neuron dan berjalan ke axon di mana ia disimpan
dalam besikel sinaptik dan dilepaskan selama depolarisasi. Interaksi neuron ke
neuron terjadi pada sinaps dimana neurotransmitter dilepaskan dan tirikat pada
reseptor spesifik pada neuron postsinaptik.
4. Hormone-hormon endokrin :
Bekerja pada sel atau organ yang menjadi tujuannya saat dibawa melalui darah
atau melalui sistem saluran cairan lainnyamisalnya saluran limfe contohnya
adalah insulin,estradiol,kortisol.
5. Hormone neuroendokrin :
sebetulnya merupakan parakrin atau endokrin. Kecuali bahwa hormone ini
disintesis dalam sel saraf (neuron) yang melepaskan hormone ini dekat dengan
sel target (parakrin), atau melepaskannya ke dalam aliran darah yang kemudian
22
akan membawanya ke sel target contohnya dari hipotalamus ke kelenjar
hipofisis anterior melalui sistem portal.
6. Sitokin :
peptide yang disekresikan sel kedalam cairan ekstrasel dan dapat bertindak
sebagai autokrin,parakrin dan hormone endokrin
2.1.4 PENILAIAN FUNGSI HORMON
(sumber: guyton and hall edisi:11 hal: 962-963) Radio immunoassay)
RADIO IMMUNOASSAY
Metodenya sebagai berikut:
1. suatu antibody yang sangat spesifik terhadap hormone yang akan diukur
dihasilkan.
2. sejumlah kecil antibody ini dicampur dengan sejumlah cairan dari hewan yang
mengandung hormone yang akan diukur dan dicampur bersamaan dengan
sejumlah hormone setandar murni yang sesuai yang telah dilabel dengan
suatu isotop radioaktif. Akan tetapi ada suatu keadaan yang harus dipenuhi
jumlah antibody harus terlallu kecil untuk terikat penuh pada hormone
berlabel radioaktif dan hormone yang akan diukur dalam cairan . oleh karena
itu hormone alami dalam larutan assay dan hormone radioaktif standar akan
berkompetsi untuk menempati tempat pengikatan pada antibody tersebut.
Sewaktu proses kompetisis berlangsung jumlah masing-masing hormone
yaitu hormone alami dan hormone radioaktif yang terikat sebanding dengan
konsentrasinya dalam larutan assay.
3. setelah pengikatan mencapai tiitik eqkuilibrium , kopleks hormone-hormin
dipisahkan dari sisa larutan dan jumlah hormone radioaktif yang terikat pada
kompleks ini dukur dengan teknik pengukuran radiokatif , jika sejumlah besar
hormone radioaktif berikatan dengan antibody , jelas bahwa hanya ada
sejumlah kecil hormone alami yang berkompetisi dengan hormone radioaktif
dan karenannya konsentrasi hormone alami dalam larutan assay kecil.
Sebaliknya jika hanya dejumlah kecil hormone radioaktif yang berikatan , jelas
23
bahwa ada sejumlah besar hormone alami yang bersaing untuk
memperebutkan tempat pengikatan antibody.
4. agar agar larutan assay memiliki kuantitas yang tinggi prosedur
radioimmunoassay juga dilakukan pada larutan standard an hormone tidak
berlabel dengan berbagai konsentrasi.kemudian sebuah kurva standar
diletakkan .dengan membandingkan hitungan radioaktif yang terkam dari
larutan assay “yang tidak diketahui” pada kurva standar,seseornh dapat
menentukan kadar hormone dalam larutan assay yang tak diketahui dengan
standar deviasi 10-15%. Sebanyak sepermilyar atau sepertrilyun gram
hormone sering kali dapat dideteksi dengan metode ini.
ELISA (Enzyme –linked immunosorbent assay)
ELISA dapat digunakan hamper semua protein termasuk hormone. Tes ini
menggabungkan spesifitas antibody dengan sensitifitas assay enzim
sederhana.gambar 7.4 10 memperlihatkan elemen dasar metode ini yang sering kali
dilakukan pada lempeng plastic dengan 96 lubang kecil disetiap lempengnya. Setiap
lubang dilapisi suatu antibody (AB1) yang spesifik terhadap hormone yang akan
dideteksi. Sampel atau larutan standar ditambahkan kesetiap lubang yang diikuti
dengan antibody kdua (AB2) yg juga spesifik terhadap hormone , namun terikat
pada sisi lain dari molekul hormone tersebut. Antibody ketiga (AB3) Ditambahkan
yang mengenali AB2 daan dipasangkan dengan suatu enzim yang mengubah
substrat yang sesuai terhadap produk yang dapat dideteksi dengan mudah oleh
metode optic fluoresen,atau klorimetri
Karena setiap enzim mengkatalis pembentukan beribu-ribu molekul produk bahakan
sejumlah kecil molekul hormone dapat dideteksi. Metode elisa menggunakan
antibody dalam jumlah berlebih sehingga semua molekul hormone ditangkap
dikompleks antibody hormone . oleh karenanya numlah hormone yang terdapat
dalam sel atau larutan standar sebanding dengan jumlah produk yang dibentuk.
24
KISARAN NORMAL ENDOKRIN
ACTH 09:00 10-80ng/L
Aldosteron (berbaring) 100-500pmol/L
AFP <10Ku/L
Kortisol 09:00
24:00
140-680 nmol/L
<100 nmol/L
FSH Pria
Wanita folikuler
Wanita pasca menopause
2-10U/L
2-8U/L
>15U/L
GH Setelh diberi glukosa
Stress
<2Mu/l
>20mU/L
Insulin Puasa
Hipoglikemia
3-15mU/L
<3Mu/L
LH Pria
Wanita folikuler
Wanita pasca menopause
2-10 U/L
2-10 U/L
>20mU/L
PTH 10-65ng/L
Prolaktin 50-400 mU/L
Renin 13-114 mU/L
Testosteron Pria
Wanita
9-30 nmol/L
<2,5 nmol/L
TSH 0,3-4,0 mU/L
T4
bebas 9-26 pmol/L
T3
bebas 3,0-8,8 pmol/L
Tabel 4 : kisaran normal endokrin
(sumber : at a glance sistem endokrin edisi 2 hal :1)
UJI ENDOKRIN FUNGSI HIPOTALAMUS HIPOFISIS
(sumber : francis s. greenspan edisi 4 hal:70-76)
25
Uji stimulasi ACTH :
Cara: diberikan ACTH sintetik (korsintropin) 250µg secara intravena atau
intramuscular. Dapat dilakukan siang ataupun malam dan tidak perlu untuk
berpuasa.
Pengambilan sampel: ambil contoh plasma untuk kortisol plasma pada menit 0 dan
30 atau menit 0 dan 60.
Interpretasi : respon normal ialah kadar kortisol plasma puncak >20 µg/Dl (552
nmol/L)
GH test :
Cara : Pasien harus berpuasa setelah tengah malam , berikan glukosa 75-100 gram
per oral
Pengambilan sampel : kadar GH dan glukosa harus ditentukan pada menit 0,30,60.
Setelah pemberian glukosa.
Interpretasi: pada orang normal supresi kdar GHkurang dari 2ng/mL (93 pmol/L) .
kegagalan mensupresi atau peningkatan parakdosal dapat ditemukan pada
akromegali,kelapran,malnutrisi,protein kalori, dan anoreksia nervosa.
Uji GnRH :
Cara: pasien harus dalam keadaan istirahat tapi tidak perlu untuk berpuasa.
Diberikan GnRH (gonadorelin) ,100µg intravena,selama 15 detik.
Pengambilan sampel: sampel darah untuk penentuan LH dan FSH diambil pada
menit 0,30,dan 60.karena respon FSH agak lambat contoh menit ke 90 mungkin
diperlukan.
Interpretasi : respon tergantung pada jenis kelamin dan waktu siklus menstruasi.
Peningkatan LH 1,3-2,6 µg/L dapat dianggap normal respon FSH biasanya lebih
lambat dan kurang nyata. FSH bahkan tidak akan meningkat pada orang normal.
Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan.:
Uji laboratorium lazimnya mengukur kadar hormondalam cairan tubuh ,gejala
sisadari proses yang menyebabkan kelainan hormone.
Pengukuran kadar hormone : kadar basal
26
Sebagian besar pengukuran dilakukan pada sampel darah atau urin.hormon diukur
secara langsung dari sampel atau setelah ekstraksi dan pemurnian.
Assay dalam plasma dan urin :
Untuk hormone dengan waktu paruh yang panjang yang kadar tidak berubah
dengan cepat (co: tiroksin)
Untuk hormone yang waktu paruhnya lebih pendek seperti epinefrin dan kortisol
assay ini hanya akan memberikan informasi untuk saat pengambilan sampel.co:
epinefrin, kadr epinefrin plasma akan ditemukan hanya selama periode pelepasan
dan tidak diantaranya.
Assay urin mengukur kadar hormone atau metabolitnya dan periode penggumpalan
dapat berupa suatu sampel acak atau lebih sering suatu pengumpulan berkala
(biasanya 24 jam).
Uji urin sering digunakan untuk mendokumentasikan kelebihan aldosteron pada
aldosteronisme primer dan kelebihan epinefrin pada feokromositoma.
Kadar hormone bebas
Assay ini dapat menggunakan dialysis,keseimbangan,ultrafiltrasi,pengikatan
kompetisi,dan cara lain. Namun cara ini tidak lazim digunakan .salah satu daru uji
yang sering digunakan adalah indeks tiroksin bebas yang digunakan untuk
mengukur hormone bebas secara tak langsung dengan menilai kemampuan dari
plasma untuk mengambil T4
Assay non imunologik
Assay non imunologik termasuk assay kimiawi yang mengambil manfaat dari
gugusan yang secara kimiawi reaktif dalam molekul ;bioassay yang menilai aktifitas
dari hormone yang diinkubasi dengan sel atau jaringan in vitro atau disuntikkan
kedalam seekor hewan dan assay pengikatan reseptor dan assay lain yang
memanfaatkan afinitas tinggi hormone untuk reseptor atau molekul lain seperti
protein pengikat plasma.uji ini jarang digunakan.
Pengukuran tak langsung status hormone
27
Kadar glukosa darah lazimnya lebih berguna ketimbang kadar insulin plasma dalam
mendiagnosis dan mengobati diabetes melitus.
Pemeriksaan pencitraan
Magnetic resonance imaging (MRI) dan computed temography (CT) khususnya
penting dalam bab ini . prosedur-prosedur ini memungkinkan visualisasi dari kelenjar
endokrin pada suatu resolusi yang lebih besar ketimbang dimasa yang lalu. Hal ini
khusus untuk hipofisis adrenal.
2.1.5 KELAINAN ENDOKRIN
(sumber: buku fisiologi sheerwood halaman 624 dan 625)
Cara-cara timbulnya gangguan endokrin :
AKTIVITAS HORMON YANG TERLALU
RENDAH
AKTIVITAS HORMON YANG BERLEBIHAN
SEKRESI HORMON TERLALU SEDIKIT
(HIPOSEKRESI)
HIPERSEKRESI
PENINGKATAN PEMBERSIHAN HORMON
DARI DARAH
BERKURANGNNYA PENGIKATAN HORMON
OLEH PROTEIN PLASMA
KELAINAN KETANGGAPAN JARINGAN
TERHADAP HORMON
PENURUNAN PEMBERSIHAN HORMON DARI
DARAH
TIDAK ADANYA RESEPTOR DI SEL SASARAN PENURUNAN INAKTIVASI
TIDAK ADANYA ENZIM YANG PENTING
UNTUK MENGHASILKAN RESPONS SEL
SASARAN
PENURUNAN EKSKRESI
Tabel 5 : cara timbulnya gangguan endokrin
(sumber: buku fisiologi sheerwood halaman 624)
Gangguan endokrin paling sering disebabkan oleh kelainan jonsentrasi
hormon dalam plasma akibat kecepatan sekresi yang tidak sesuai, jadi sekresi
terlalu sedikit (hiposekresi) atau terlalu banyak (hipersekresi). Kadang-kadang
disfungsi endokrein terjadi akibat kelainan ketanggapan sel sasaran terhadap
hormon, walaupun konsentrasi dalam hormon normal.
28
1. Hiposekresi
Hiposekresi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu :
• Apabila suatu organ endokrin mengeluarkan terlalu sedikit hormon
akibat kelainan di dalam organ tersebut disebut hiposekresi primer.
• Apabila organ endokrin normal tetapi mengeluarkan terlalu sedikit
hormon karena defisiensi hormon tropiknya disebut hiposekresi
sekunder.
Berikut ini adalah sebagian faktor yang mungkin penyebab dari defisiensinya
hormon:
 Genetik (ketiadaan suatu enzim bawaan yang mengkatalisasi sintesis
hormon)
 Makanan (ketiadaan iodium, untuk sintesis hormon tiroid)
 Kimia atau toksik (residu insektisida dapat merusak korteks adrenal)
 Imunologis (antibodi autoimun dapat menyebabkan perusakan kelenjar
tiroid )
 Proses penyakit lain (kanker atau tuberkolosis dapat merusak kelenjar
endokrin)
 Iatrogenik (disebabkan oleh dokter karena pengangkatan tiroid secara
bedah)
 Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
Metode tersering untuk mengobati hiposekresi adalah pemberian hormon
yang sama seperti hormon yang kurang atau hilang, tetapi penggantian ini
secara teoritis bersifat tepat langsung pada sasaran, tetapi cara dan sumber
pemberiannya sering menimbulkan masalah.
2. Hipersekresi
Hipersekresi sendiri dibagi menjadi 2 :
• Apabila suatu organ endokrin mengeluarkan berlebihan hormon akibat
kelainan di dalam organ tersebut disebut hipersekresi primer.
• Apabila organ endokrin normal tetapi mengeluarkan berlebihan hormon
karena berlebihannya hormon tropiknya disebut hipersekresi sekunder.
Hipersekresi sendiri dapat disebabkan oleh :
29
 Tumor yang mengabaikan masukan regulatorik normal dan secara
terus menerus mengeluarkan hormon
 Faktor imunologik, misalnya stimulasi berlebihan terhadap kelenjar
tiroid oleh antibodi abnormal yang mempunyai efek TSH, hormon tropik
tiroid.
 Penyalahgunaan obat, biasa dilakukan atlet untuk meningkatkan
massa otot dengan pemakaian steroid
Terdapat beberapa cara untuk mengobati hipersekresi hormon. Apabila tumor
penyebabnya, tumor dapat diangkat secara bedah atau dihancurkan dengan
terapi radiasi. Pada beberapa keadaan, hipersekresi dapat dibatasi oleh
obaat-obatan yang menghambat sintesis atau sekresi hormon. Kadang-
kadang keaadaan tersebut dapat diterapi dengan memberikan obat yang
menghambat kerja hormon tanpa sebenarnya mengurangi sekresi hormon
yang berlebihan itu.
3. Kelainan responsivitas sel sasaran
Disfungsi endokrin juga bisa disebabkan oleh akibat gangguan ketanggapan
sel sasaran terhadap hormon, walaupun konsentrasi hormon dalam plasma
normal. Gangguan ketanggapan ini dapat disebabkan sebagai contoh, oleh
ketiadaan bawaan sejak lahir reseptor untuk hormon yang bersangkutan,
seperti yang terjadi pada sindrom feminisasi testis. Pada keadaan tersebut,
reseptor untuk testosteron, suatu hormon maskulinisasi yang dihasilkan oleh
testis, tidak dibentuk oleh defek gen tertentu. Walaupun testosteron yang
tersedia cukup, maskulinisasi tidak terjadi, seolah-olah testosteron tidak ada.
Kelainan ketanggapan juga terjadi apabila sel sasaran untuk hormon tertentu
tidak memiliki enzim penting untuk melaksanakan respons.
30
2.1.6 MEKANISME KERJA HORMON SECARA MOLEKULER
(sumber: buku fisiologi sheerwood edisi 2, hal 613 sampai 617)
Secara kimiawi , hormon digolongkan ke dalam 3 kelas :
1. Peptida dan polipeptida
hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior, posterior, pankreas,
kelenjar paratiroid, saluran pencernaan, ginjal, hati, sel C tiroid, dan jantung
2. Steroid
hormon-hormon yang disekresikan dari korteks adrenal, ovarium, testis, dan
plasenta
3. Amin (turunan dari asam amino tirosin)
hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar tiroid dan medula adrenal
(katekolamin)
Perbedaan dalam kelarutan berbagai jenis hormon :
1. Semua peptida dan ketokelamin bersifat hidrofilik (senang air) dan lipofobik
(takut lemak)
2. Semua hormon tiroid dan steroid bersifat lipofilik (senang lemak) dan
hidrofobik (takut air)
Mekanisme sintesis, penyimpanan, dan sekresi hormon-hormon
1. Hormon peptida
Hormon peptida disintesis dengan cara yang sama seperti yang digunakan
untuk mensintesis protein yang dikeluarkan. Karena ditunjukkan untuk
dikeluarkan dari sel endokrin, hormon-hormon ini dipisahkan dari protein
intrasel melalui sekuestrasi dalam kompartemen yang terbungkus membran
sampai saat disekresi.
Langkah-langkahnya :
a) Protein prekursor besar (praprohormon) disintesin oleh ribosom
diretikulum endoplasma kasar. Lalu protein tersebut akan bermigrasi
ke kompleks golgi di vesikel terbungkus membran yang terlepas dari
retikulum endoplasma halus.
31
b) Selama perjalanan melalui RE dan kompleks golgi, molekul
praprohormon mula-mula dipangkas menjadi prohormon dan akhirnya
menjadi hormon aktif. “Potongan” peptida yang tertinggal sewaktu
praprohormon dipangkas untuk menghasilkan hormon klasik sering
disimpan dan disekresikan bersama dengan hormonnya. Kemudian
keadaan tersebut memunculkan kemungkinan bahwa peptida lain ini
juga dapat menimbulkan efek biologis yang berbeda dari produk
hormon traditional yaitu, sel mungkin mensekresikan banyak hormon,
tetapi fungsi produk peptida lainnya sebagian besar tidak diketahui.
c) Kompleks golgi memekatkan hormon yang sudah selesai, kemudian
mengemasnya ke dalam vesikel sekretorik yang dilepas dan disimpan
disitoplasma sampai muncul rangsangan yang sesuai yang memicu
pelepasan hormon tersebut. Dengan menyimpan, hormon peptida
dalam bentuk yang sudah siap dikeluarkan, kelenjar dapat berespon
secara cepat terhadap setiap peningkatan kebutuhan akan sekresi
tanpa harus pertama kali mensintesis hormon tersebut.
d) Pada rangsangan yang sesuai, vesikel sekretorik menyatu dengan
membran plasma dan mengeluarkan isi mereka keluar dengan melalui
proses eksositosis. Sekresi tersebut tidak terus-menerus, sekresi
tersebut hanya dipicu oleh rangsangan spesifik. Hormon yang
disekresikan kemudian diserap oleh darah untuk disebarkan.
32
Gambar 3 : mekanisme kerja hormone peptida
(sumber: http://www.colorado.edu/intphys/Class/IPHY3430-200/image/07-3.jpg )
2. Hormon steroid
Langkah-langkah ini dilakukan oleh semua sel steroidogenik (penghasil
steroid) untuk memproduksi dan mengeluarkan produk hormon mereka.
Langkah-langkahnya :
a) Kolesterol merupakan prekursor umum bagi semua hormon steroid.
Walaupun sel steroidogenik mensintesis sendiri sebagai kolesterol,
sebagian besar bahan mentah ini berasal dari lipoprotein berdensitas
rendah (LDL) yang telah dimasukan kedalam sel dan diuraikan oleh
enzim lisosom untuk membebaskan kolesterolnya. Penyerapan dan
penguraian LDL diatur sedemikian rupa, sehingga lebih banyak
kolesterol tersedia pada saat kebutuhan sel-sel steroidogenik terhadap
zat ini meningkat. Selain itu, kolesterol yang tidak digunakan dapat
mengalami modifikasi secara kimiawi dan disimpan dalam jumlah
33
besar sebagai butiran lemak didalam sel-sel steroidogenik. Perubahan
bentuk kolesterol simpanan menjadi kolesterol bebas untuk digunakan
mensintesis hormon steroid juga dikontrol. Dengan demikian
perbekalan kolesterol bebas untuk digunakan oleh sel steroidogenik
dapat dikoordinasikan erat dengan kebutuhan tubuh secara
kesuluruhan akan produk hormon bersangkutan.
b) Sintesis berbagai hormon steroid dari kolesterol memerlukan
serangkaian reaksi enzimatik yang memodifikasi molekul kolesterol.
Enzim tersebut terbatas pada organ-organ steroidogenik tertentu.
Dengan demikian, setiap organ steroidogenik hanya mampu
menghasilkan hormon-hormon steroid yang enzim-enzimnya dimiliki
oleh organ tersebut. Setiap enzim yang diperlukan untuk mengubah
kolesterol menjadi hormon steroid tersebut terdapat di kompartemen
intrasel spesifik (mitokondria dan RE).
c) Hormon steroid tidak disimpan seperti hormon peptida setelah
terbentuk, melainkan setelah terbentuk, segera berdifusi menembus
lemak membran plasma sel steroidogenik untuk masuk kedalam darah.
Hanya prekursor hormon kolesterol yang disimpan dalam jumlah
bermakna didalam sel steroidogenik. Dengan demikian, kecepatan
sekresi hormon steroid seluruhnya dikontrol oleh kecepatan sintesin
hormon. Sebaliknya sekresi hormon, peptida terutama dikontrol
dengan mengatur pengeluaran simpanan hormon yang sudah
terbentuk.
d) Setelah disekresi dalam darah, lalu hormon tersebut akan mengalami
perubahan lebih lanjut didalam darah atau organ lain, tempat mereka
diubah menjadi hormon yang lebih poten atau hormon lain.
(sumber: buku fisiologi sheerwood edisi 2, hal 613 sampai 617)
34
Gambar 4 : mekanisme molekuler hormone steroid
(sumber: http://herkules.oulu.fi/isbn951426844X/html/graphic99.png)
Gambar 5 : mekanisme molekuler hormone steroid
(sumber: http://www.medicalinsider.com/images/hormones.jpg )
35
3. Amin
Merupakan turunan asam amino tirosin. Terdapat dua kelompok yaitu hormon
medula adrenal dan tiroid. disekresikan oleh kelenjar tiroid (tiroksin dan
triiodotironin) dan medula adrenal (epinefrin dan norepinefrin)
a) hormon tiroid
sintesis : hormon tiroid disintesis dan disimpan di kelenjar tiroid dan terikat
pada makromolekul protein tiroglobulin, yang tersimpan di dalam folikel –
folikel pada kelenjar tiroid.
sekresi :terjadi ketika hormon amin lepas dari tiroglobulin dan dilepaskan
ke dalam aliran darah.
transportasi : di dalam darah, sebagian besar hormon tiroid bergabung
dengan protein plasma, terutama globulin. Selanjutnya hormon tiroid akan
dilepas perlahan –lahan dan munuju sel target.
b) epinefrin dan noreppinefrin
sintesis : dibentuk di medula adrenal. Hormon tersebut setelah disintesis
ditangkap oleh vesikel prabentuk dan disimpan sampai hormon tersebut
disekresikan. Mirip dengan hormon protein dan peptida.
Sekskresi : dengan eksositosis
transportasi : masuk ke dalam darah dalam bentuk bebas atau terikat
dengan zat lain menuju sel target.
Golongan amin (hormon tiroid-tiroksin dan katekolamin-medula adrenal)
memiliki jalur sintesis yang khas . Namun golongan amin memiliki ciri-ciri :
 Berasal dari asam amino tirosin
 Enzim-enzim yang terlibat tidak ada di kompartemen organel didalam
sel sekretorik
 Kedua jenis amin disimpan sampai waktunya untuk disekresikan
(sumber: buku fisiologi sheerwood edisi 2, hal 613 sampai 617)
36
Gambar 6 : hormon tiroid dan epinefrin
(Sumber: www.google.com )
Gambar 7 : struktur kimiawi hormon amin
(sumber: www.google.com )
37
Gambar 8 : sintesis epinefrin dan norepinefrin
(sumber: www.google.com )
38
2.1.7 STRUKTUR HORMON SECARA BIOKIMIA
Klasifikasi hormone secara kimia :
Sifat Peptida Amin Steroid
Katekolamin Hormon Tiroid
Struktur Rantai asam
amino spesifik
Turunan tirosin Turunan tirosin
beriodium
Turunan
koloesterol,
Kelarutan Hidrofilik
(lipofobik)
Hidrofilik
(lipofobik)
Lipofilik
(hidrofobik)
Lipofilik
(hidrofobik)
Sintesis Di REK,
dikemas di
kompleks golgi
Di sitosol Di koloid, suatu
tempat ekstrasel
“dalam”
Modifikasi
bertahap
molekul
kolesterol di
berbagai
kompartemen
intrasel
Penyimpanan Sejumlah besar
dalam granula
sekretorik
Di granula
kromatin
Di koloid Tidak disimpan;
prekursor
kolesterol
disimpan di
butiran lemak
Sekresi Eksositosis
granula
Eksositosis
granula
Endositosis
koloid
Difusi
sederhana
Transport dalam
darah
Sebagai hormon
bebas
Sebagian terikat
ke protein
plasma
Sebagian besar
terikat ke protein
plasma
Sebagian besar
terikat ke protein
plasma
Tempat reseptor Permukaan sel
sasaran
Permukaan sel
sasaran
Di dalam sel
sasaran
Di dalam sel
sasaran
Mekanisme
kerja
Perubahan
saluran atau
pengaktifan
system
perantara kedua
untuk
mengubah
aktivitas protein
yang sudah ada
yang
menghasilkan
Pengaktifan
system
perantara kedua
untuk
mengubah
aktivitas protein
yang sudah ada
yang
menghasilkan
efek
Pengaktifan gen
spesifik untuk
menghasilkan
protein baru
yang
menghasilkan
efek
Pengaktifan gen
spesifik untuk
menghasilkan
protein baru
yang
menghasilkan
efek
39
efek
Hormone jenis
ini
Semua hormone
dari
hipotalamus,
hipofisis
anterior,
hipofisis
posterior,
pancreas,
kelenjar
paratiroid,
saluran
pencernaan,
ginjal hati, sel C
tiroid, jantung
Hanya hormone
– hormone dari
medulla adrenal
Hanya hormone
– hormone dari
sel folikel tiroid
Hormone –
hormone dari
korteks adrenal
dan gonad
ditambah
sebagian besar
hormone
plasenta
(vitamin D mirip
dengan steroid)
Tabel 6 : klasifikasi hormon secara kimiawi
(sumber : Sherwood hal )
2.1.8 REGULASI PRODUKSI HORMON
Meskipun konsentrasi hormon berfluktuasi sebagai respon terhadap stimulus,
semua hormon dikontrol dengan ketat melalui mekanisme umpan balik negatif.
setelah suatu rangsangan menimbulkan pelepasan hormon, keadaan yang
dihasilkan dari kerja hormon tersebut akan menyebabkan umpan balik negatif untuk
mencegah sekresi berlebih.
Sinyal umpan balik ke kelenjar endokrin akan menjadi cukup kuat untuk
memperlambat sekresi hormon hanya jika aktivitas jaringan target meningkat ke
level yang sesuai.
Pengaturan umpan balik terjadi di semua tingkat melibatkan tahap translasi
dan transkripsi gen yang terlibat dalam sintesis hormon.
Pada beberapa keadaan, umpan balik positif dapat terjadi ketika kerja biologis
hormon menimbulkan sekresi tambahan dari hormon tersebut. misalnya lonjakan LH
terjadi akibat stimulasi estrogen pada hipofisis anterior sebelum ovulasi, LH
40
kemudian menstimulasi ovarium untuk meningkatkan sekresi estrogen tambahan
yang selanjutnya menimbulkan sekresi LH lebih banyak lagi.
Pergantian pengaturan umpan balik negatif dan positif terhadap sekresi
hormon merupakan variasi periodik dalam pelepasan hormon. Dipengaruhi oleh
perubahan musim, perkembangan dan penuaan, siklus diurnal (harian), dan tidur.
misalnya sekresi hormon pertumbuhan sangat meningkat pada periode awal tidur
namun berkurang pada tahap tidur selanjutnya.
Variasi siklis sekresi hormon tersebut disebabkan oleh perubahan aktivitas
saraf yang terlibat dalam pengaturan pelepasan hormon
2.1.9 ORGAN PENGHASIL HORMON
Gambar 9 : lokasi anatomis kelenjar endokrin utama tubuh
(Sumber : guyton and hall edisi 11 hal 952)
Kelenjar endokrin, hormone, fungsi, dan strukturnya
Kelenjar / Hormone Fungsi utama Struktur kimia
41
jaringan
Hipotalamus TRH Menstimulasi sekresi TSH
dan prolaktin
Peptide
CRH Menimbulkan pelepasan
ACTH
Peptide
GHRH Menimbulkan pelepasan
hormon pertumbuhan
Peptide
GHIH Menghambat elepasan
hormone pertumbuhan
Peptide
GnRH Menimbulkan pelepasan LH
dan FSH
PIF Menghambat pelepasan
prolaktin
Amin
Hipofisis
anterior
Hormone
pertumbuhan
Menstimulasi sintesis protein
dan pertumbuhan sebagian
besar sel dan jaringan
Peptide
TSH Menstimulasi sintesis dan
sekresi hormone tiroid
(tiroksin dan triiodotironin)
Peptide
ACTH Menstimulasi sintesis dan
sekresi hormone
adrenokortikal (kortisol,
androgen, dan aldosteron)
Peptide
Prolaktin Meningkatkan pembentukan
payudara wanita dan sekresi
susu
Peptide
FSH Menimblkan pertumbuhan
folikel di ovarium dan
pematangan sperma di sel
sertoli testis
Peptide
LH Menstimulasi sintesis
testostron di sel leydig testis;
merangsang ovulasi,
pembentukan korpus luteum,
dan sintesis estrogen dan
progesterone di overium
Peptide
Hipofisis
posterior
ADH Meningkatkan reabsorpsi air
oleh ginjal dan menimbulkan
vasokonstriksi dan
peningkatan tekana darah
Peptide
Oksitosin Merangsang ejeksi air susu Peptide
42
dari payudara dan kontraksi
rahim
Kelenjar tiroid Tiroksin dan
triiodotironin
Meningkatkan kecepatan
reaksi kimia di sebagian
besar sel sehngga
meningkatkan kecepatan
metabolism tubuh
Amin
Kalsitonin Menambah deposit kelsium di
tulang dan mengurangi
konsentrasi ion kalsium di
cairan eksternal
Peptide
Korteks
adrenal
Kortisol Memilik berbagai fungsi
metabolic untuk mengatur
metabolism protein,
karbohidrat, dan lemak; juga
memiliki efek antiinflamasi
Steroid
Aldosteron Meningkatkan reabsorpsi
natrium ginjal, sekresi kalium,
dan sekresi ion hydrogen
Steroid
Medulla
adrenal
Norepinefrin, epinefrin Memiliki efek yang sama
seperti efek pengerasan
simpatis
Amin
Pancreas Insulin Miningktatkan ambilan
glukosa di banyak sel, dan
dengan cara ini juga
mengatur metabolism
karbohidrat
Peptide
Glucagon Meningkatkan sintesis dan
pelepasan glukosa dari hati
ke dalam cairan tubuh
Peptide
Kelenjar para-
tiroid
Hormon paratiroid Mengatur konsentrasi ion
kalsium serum dengan cara
meningkatkan absorbs
kalsium oleh usus dan ginjal
serta melepas kalsium dari
tulang
Peptide
Testis Testosterone Memacu perkembangan
system reproduksi pria dan
ciri seksual sekunder pria
Steroid
Ovarium Estrogen Memacu pertumbuhan dan Steroid
43
perkembangan sistem
reproduksi wanita, payudara
wanita, dan cirri seksual
sekunder wanita
Progesterone Menstimulasi sekresi “getah
uterus” oleh kelenjar
endometrium uterus dan
perkembangan alat
pensekresi di payudara
Steroid
Plasenta HCG Meningkatkan pertumbuhan
korpus luteum dan sekresi
estrogen dan progesterone
oleh korpus luteum
Peptide
Human
somatomammotropin
Kemungkinan membantu
meningkatkan pertumbuhan
jaringan janin dan payudara
ibu
Peptide
Estrogen Lihat kerja estrogen dari
ovarium
Steroid
Progesterone Lihat kerja progesterone dari
ovarium
Steroid
Ginjal Rennin Mengatalisis perubahan
angioten sinogen menjadi
angiotensin I (bertindak
sebagai enzim)
Peptide
1,25-
Dihidroksikolekalsiferol
Meningkatkan absorbs
kalsium dan mineralisasi
tulang
Steroid
Eritropoietin Meningkatkan produksi
eritosit
Peptide
Jantung ANP Meningkatkan ekskresi
natrium oleh ginjal,
menurunkan tekanan darah
Peptide
Lambung Gastrin Menstimulasi sekresi HCL
oleh sel parietal
Peptide
Usus halus Sekretin
CCK
Menstimulasi sel asinar
pancreas untuk melepaskan
bikarbonat dan air.
Merangsang kontraksi
kandung empedu dan
Peptide
Peptida
44
melepaskan enzim pankreas
Adiposit Leptin Menghambat nafsu makan,
merangsang termogenesis
Peptide
Tabel 7 : kelenjar endokrin, hormon, fungsi dan strukturnya
(sumber : guyton and hall hal 953 – 954)
2.1.10 DEGRADASI HORMONAL
Pengikatan oleh reseptor permukaan sel untuk hormon atau melalui tempat
pengikatan hormon permukaan sel non reseptor, selanjutnya dengan ambilan ke
dalam sel (internalisasi)dan degradasi oleh enzim spesifik memperantarai membran
sel atau ke dalam sel, proses ini berbeda-beda untuk masing-masing hormon,
langkah pertama terlihat dapaty menginaktifkan hormon (disebabkan) contohnya
pada kasus insulin.
Gambar 10 : degradasi hormonal
(sumber : www.google.com)
2.1.12 INTERAKSI HORMON DAN RESEPTOR
(sumber : greenspan, Sherwood)
45
Bila ada hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta
disosiasi mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan
permukaan sel kemudian sel kemudian tersedia untuk berikatan dengan reseptor.
Pada umumnya hormon berikatan secara reversible dan non kovalen dengan
reseptornya ikatan ini di sebabkan tiga jenis kekuatan:.
Pertama: Adanya pengaruh hidrofobik pada hormon dan reseptor saling berinteraksi
satu sama lain.
Kedua : Gugusan bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor sehingga
mempermudah interaksi.
Ketiga: Daya van der waals yang sangat tergantung pada jarak yang didapat
menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan, untuk interaksi hormon dan reseptor
yaitu pada konsentrasi dimana perubahan kadarnya dapat mempunyai pengaruh
yang bermakna terhadap respons hormon.
Gambar 11 : interaksi hormone - reseptor
( sumber : www.google.com )
2.2 HIPOTALAMUS DAN HIPOFISIS
2.2.1 ANATOMI
46
(sumber : Sobotta, edisi 21)
Hypothalamus merupakan bagian dari diencephalon. Sedangkan diencephalon
sendiri menghubungkan mesencephalon dengan hemisphere cerebri. Yang
termasuk diencephalon adalah :
1. Thalamus
2. Metathalamus, terdiri dari corpus geniculatum laterale dan mediale
3. Epithalamus , terdiri dari habenular nucleus dan pineal gland
4. Subthalamus
5. Hypothalamus*
47
Gambar 12 : diencephalon
(sumber : sobbota edisi 21 hal 285 gambar no 485)
Gambar 13 : diencephalon potongan sagital
(sumber : www.google.com )
HIPOTALAMUS
Hypothalamus membentuk bagian ventral dan rostral dari dinding ventricle tertius.
Dengan thalamus, hypothalamus dibatasi dengan sulcus hypothalamicus.
Bagian-bagian yang dapat dilihat dari hypothalamus adalah :
a. Corpus mamilare merupakan 2 massa yg bulat dengan penampang kurang lebih
5 mm, terletak di tengah-tengah, dekat dengan pedunculus cerebri.
b. Tuber Cinerium merupakan suatu lapisan dari substansia grisea yg terletak
antara corpus mamilare & chiasma opticus.
48
c. Infundibulum merupakan suatu tonjolan yang berjalan pada permukaan bawah
tuber cinerium dan berakhir pada lobus posterior hypofisis.
d. Hypofisis cerebri* (diterangkan dalam bab sendiri)
e. Chiasma opticus merupakan terletak pada pertemuan antara dasar dan dinding
anterior ventriculus tertius. Ke arah anterior, n. Opticus berjalan dari chiasma
opticus menuju sisi lateral hypofisis untuk masuk ke dalam cavum orbita melalui
foramen opticus. Ke arah posterior, tractus opticus berjalan dari chiasma opticus
menyilang pedunculus cerebri antara substansia perforate posterior dan tuber
cinerium menuju corpus geniculatum lateralis.
STRUKTUR HIPOTALAMUS
Bagian-bagian dari hypothalamus terdiri dari nucleus-nucleus antara lain :
1. Nucleus paraventriculus : menghubungkan thalamus dengan substansia grisea.
2. Nucleus supraopticus : di sekitar nucleus ini banyak mengandung kapiler.
Nucleus bagian afferens menerima serat-serat dari nucleus para ventricularis
sedangkan efferens menuju ke tractus supraopticushypophysealis.
3. Nucleus hypothalamus posterior : mempunyai hubungan dengan medial fore brain
hundle. area ini merupakan asal dari descending afferen hypothalamus yang
berjalan secara difus menyebar melalui pars lateralis tegmentum pons dan medulla.
4. Nucleus ventromedial hypothalamus : mempunyai hubungan dengan medial fore
brain. Efferentnya menuju nucleus dorsimedialis dan dorsal (posterior) hypothalamic
area.
5. Mamillary region : terdiri dari nucleus mamillary medialis yg menyebabkan
tonjolan pada corpus mamilary lateralis yang ukurannya lebih kecil dan letaknya
pada sudut antara nucleus memilaris medialis dan basis cerebri.
6. Nucleus intercales : kelompok nuclei yang terdiri dari nucleus medialis dan
nucleus lateralis dimana ia akan menerima serat-serat dari medial fore brain.
Efferennya akan ikut tractus mamilothalamus dan tractus mamille tegmentalis.
7. Lateral hypothalamic area : area ini letaknya lateral dari preoptic area & serat-
seratnya menuju tegmentum mesenccephali.
8. Preoptic area : berasal dari telencephalon rostral dari hypothalamus. Dibagian
medial, preoptic area berhubungan dengan hypothalamus sedangkan di bagian
rostral ia berhubungan dengan stria terminalis, commisura anterior dan area
parolfactoria. Di sebelah lateral preoptic area berjalan media forebrain.
49
Gambar 14 : hipotalamus
(sumber : sobbota edisi 21 hal 294 gambar no 504 )
FUNGSI HIPOTALAMUS :
– Regulasi sekresi hormon hypofisis
– Mengontrol fungsi sistem saraf otonom
– Mengontrol regulasi temperatur tubuh, jika rusak maka akan
meningkatkan suhu tubuh (chiasma opticus yg menyebabkan suhu tubuh
naik) dan tidak akan turun dengan obat antipiretik
– Mengatur food and water intake, rangsangan melalui fornix dan truncus
mamilothalamicus akan menyebabkan polydipsia. Lateral hypothalamus area
merupakan pusat lapar, sedangkan medial hypothalamus area merupakan
pusat kenyang
– Mengatur saat tidur (istirahat)
– Berpengaruh pada tingkah laku serta emosional
Ventriculus tertius
merupakan celah di antara dua thalamus dan diliputi oleh ependym dan cairan
liquor cerebri spinalis. Akhiran rostralnya terbuka pada foramen interventrikuler
50
monroe dan berhubungan dengan ventrikel lateralis. Adapun akhiran posteriornya
akan kontinyu dengan aquaductus cerebri sylvii.
dinding lateralnya terbagi oleh sulcus hypothalamic menjadi pars superior dan
inferior. Pars superiornya berisi collum fornicis dan thalamus. Pars inferiornya berisi
subthalamus dan hypothalamus. Di bagian rostral ventriculus tertius di batasi oleh
lamina terminalis dan commissural anterior. Atapnya, sebagian dibentuk oleh
septum pelucidium ke arah posterior, atap sepanjang fornix cerebri dan splenium
corporis callosi.
HIPOFISIS
(Source, Dorland dictionary dan Sobotta edisi 21)
Terletak di dasar tengkorak, kelenjar ini dilindungi struktur tulang yang disebut
bagian sela tursica yang merupakan bagian dari os sphenoid.
Hypofisis merupakan kelenjar endokrin seukuran kacang polong dan beratnya 0,5
gram. Bentuknya menyerupai tonjolan dari bawah hypothalamus di dasar otak,
terletak dalam tulang rongga kecil (sela tursika) ditutupi oleh dural flip (diaphragma
sela fossa hypofisis).
Hypofisis merupakan kelenjar terbesar dan terhubung dengan hypothalamus
oleh eminensia median. Secara fungsional, Hypothalamus melepaskan faktor
pemicu yg merangsang sekresi daripada hypofisis. Jika ada masalah dengan
kelenjar ini dapat menyebabkan kelainan (contoh, gigantisme). Sintesis bagian
anterior hypofisis (adenohypofisis) mengeluarkan hormon endokrin penting seperti
ACTH, TSH, PRL, GH, endorfin, FSH & LH, MSH. Pengendalian hypothalamus
51
dengan dikeluarkannya hormon hypothalamus ke lobus anterior hypofisis dengan
cara khusus kapiler sistem, yang di sebut sistem portal hypophyseal hypothalamus.
Hypofisis anterior dibagi menjadi wilayah anatomi yang di kenal sebagai pars
tuberalis, pars intermedia dan pars distalis. Ini berkembang dari depresi dinding
dorsal faring (bagian stomodial) dikenal sebagai kantong rathke.
Gambar 15 : anatomi hipofisis
(sumber : www.google.com)
Oksitosin merupakan salah satu dari hormon untuk membuat hormon loop
umpan balik positif. Sebagai contoh, kontraksi uterus merangsang pelepasan
oksitosin dari hypofisis posterior yang akan meningkatkan kontraksi rahim.
Topografi :
di sebelah lateral hypofisis berjalan a. Carotis interna dan sinus cavernosus. Di
sebelah atas dari hypofisis di dapatkan sinus intercavernosus dan diaphragma
selae. Antara hypofisis dan hemisphere cerebri didapatkan N. Opticus, Chiasma
opticus dan tractus opticus.
52
Arterialisasi :
Adenohypofisis mendapatkan darah dari a hypophysealis superior. Sedangkan
neurohypofisis mendapatkan darah dari a hypophysealis inferior. Vena-venanya
membentuk sinusoid-sinusoid.
Inervasi :
Adenohypofisis mendapatkan inervasi dari serat-serat simpatis yang berasal dari
ganglion cervicalis superior.
Neurohypofisis mendapatkan inervasi dari serat-serat yang berasal dari nucleus
supraopticus dan nucleus paraventricularis yang berjalan menuju hypofisis melalui
tractus hypothalamus hypophysealis.
2.2.2 HISTOLOGI
(sumber : (1) greenspan baxter (2) histology junqueira )
Hipofisis adalah organ yang menempel pada Hipotalamus dengan
penghubung yang disebut sebagai infundibulum. Kelenjar Hipofisis ini terdapat pada
Fossa Hipofisial di dalam Sella Turcica dari tulang Shenoid. (2)
Hipofifis diperdarahi oleh dua arteri utama yaitu, Arteri Hipofiseal Superior
yang berasal dari Jaringan Kapiler Utama/Primer. Yang memperdarahiMedian
Eminense dan Infundibular. Dan Arteri Hipofiseal Inferior yang berasal dari Jaringan
Kapiler Sekunder yang akan memperdarahi Neurohipofisis. (2)
Kemudian Hipofisis dibagi menjadi dua bagian yaitu, Lobus Anterior dan
Lobus Posterior. Adenohipofisis dibagi dalam beberapa bagian, yang terdiri dari.(1)
• Pars Distal merupakan bagian yang dilapisi jaringan ikat yang tipis, dan terdiri
dari Chromofil yang mengandung basofil dan asidofil. Basofil adalah bagian
yang akan menghasilkan Gonadotropic,Corticotropic,dan Thyroitropic.
Sedangkan bagian Asidofil menghasilkan Somatotropic dan Mammotropic
Yang lainnya yaitu Chromofob yang mengandung penghasil hormone yang
serupa namun cenderung heterogen.
• Pars Tubelaris
Pada bagian ini diproduksi hormon FSH dan LH
• Pars intermediana
Pada bagian ini menghasilkan hormone MSH, theta-LPH, bheta-ENDORPHIN
53
Gambar 16 : anatomi hipotalamus dan pituitary
(sumber : histology junqueira)
Neurohipopfisis terdiri dari Pars Nervosa dan infundibulum. Dan hanya
mensekresikan Vasopresin dan Oksitosin.
Hipofisis juga dapat diklasifikasikan menurut hasil yang disekresikan, yaitu
• Somatotrof yang akan mensekresikan GH dan berjumlah 50% dari total
kelenjar
• Laktotrof yang akan mensekresikan PRL dan berjumlah 10-15%
• Tirotrof yang akan mensekresikan TSH dan berjumlah 10-25%
• Kortikotrof yang akan mensekresikan ACTH dan berjumlah 10-25%
• Gonadotrof yang akan mensekresikan FSH dan LH dan berjumlah 10-15%
2.2.3 EMBRIOLOGI
Sistem Saraf Pusat
(sumber : www.medscape.com)
Perkembangan SSP dimulai pada awal minggu ke-3. The cephalic end dari
tuba neural memperlihatkan 3 bagian yang menggelembung, yang disebut sebagai
vesikel otak primer:
(a) The Prosencephalon, or forebrain;
(b) The Mesencephalon, or midbrain;
(c) The Rhombencephalon, or hindbrain
54
Pada saat embrio berusia 5 minggu, prosencephalon terbagi menjadi dua bagian
1) Telencephalon, yang kelak akan berkembang menjadi hemisfer cerebral, dan
2) Diencephalon, yang akan membentuk mangkuk dan rangkai optic, hipofisis,
thalamus, hypothalamus, dan epiphysis.
Embriologi Hipothalamus
(sumber : embriologi langman)
Lamina alaris membentuk dinding lateral diensefalon. Sebuah alur, sulcus
hipothalamicus, membagi lamina alaris menjadi daerah dorsal dan ventral, yaitu
masing-masing thalamus dan hipothalamus.
Sebagai akibat kegiatan proliferasi yang tinggi, thalamus berangsur-angsur
menjorok ke dalam rongga diensefalon. Kerapkali, tonjolan ini sedemikian besarnya
sehingga daerah thalamus dari sisi kanan dan kiri bersatu di garis tengah, sambil
membentuk massa intermedia atau connexus interthalamicus.
Hipothalamus yang membentuk bagian bawah lamina alaris, berdiferensiasi
menjadi sejumlah daerah inti, yang berperan sebagai pusat pengatur fungsi-fungsi
viseral, termasuk tidur, pencernaan, suhu tubuh, dan prilaku emosional. Salah satu
di antara kelompok ini, corpus mammillare, membentuk sebuah tonjolan tersendiri
pada permukaan ventral hipothalamus di sisi kanan dan kiri garis tengah.
Prinsip kuncinya hypothalamus menerima input sensori dari lingkungan
eksternal dan menerima informasi dari lingkungan interna. Sebagai tambahan juga
berhubungan dengan kontrol neuroendokrin, hormon (glukokortikoid, estrogen,
testosteron, hormon tiroid yang akan memberikan feedback negatif maupun positif
secara langsung pada hypothalamus.
Dalam hypothalamus terdapat sel-sel neural peptidergik yang akan
melepaskan dan menghambat hormon-hormon. Sel-sel ini mempunyai karakteristik
neuron-neuron dan sel-sel kelenjar endokrin. Dan akan memberikan respon atas
sinyal-sinyal yang dialirkan melalui aliran darah, sebagai neurotransmitter diotak,
proses ini dikenal sebagai neurosekresi.
Embriologi Hipofisis
(sumber : Embriologi Langman)
Hipofisis atau kelenjar pituitari berkembang dari dua bagian yaitu dari sebuah
kantong ektoderm dari stomodeum tepat di depan membrana bukofaringealis, yang
55
dikenal sebagai kantong rathke, dan dari perluasan diensefalon ke bawah, yaitu
infundibulum.
Ketika mudigah berumur kurang lebih 3 minggu, kantong Rathke terlihat
sebagai evaginasi dari kavum oral, dan selanjutnya tumbuh ke dorsal ke arah
infundibulum. Pada akhir bulan ke-2, kantong ini kehilangan hubungannya dengan
kavum oral dan kemudian berhubungan erat dengan infundibulum.
Selama perkembangan selanjutnya, sel-sel pada dinding anterior dari kantong
Ratkhe bertambah banyak jumlahnya dan membentuk lobus anterior hipofisis atau
adenohipofisis. Sebuar perluasan kecil dari lobus ini,pars tuberalis, tumbuh di
sepanjang tangkai infundibulum dan akhirnya mengelilingi infundibulum. Dinding
posterior kantong Ratkhe berkembang menjadi pars intermedia, yang pada manusia
tampaknya tidak begitu penting.
Infundibulum menghasilkan tangkai dan pars nervosa atau lobus pusterior
hipofisis (neurohipofisis). Bagian ini tersusun dari sel-sel neuroglia. Di samping itu
bagian ini juga mengandung sejumlah serat saraf yang datang dari daerah
hipothalamus.
Pada manusia, hipofisis terbagi menjadi 2 bagian besar, adenohypophysis
dan neurohypophysis. Adenohipofisis terbagi lagi menjadi 3 lobus, pars distalis
(lobus anterior), pars intermedia (lobus intermedia), dan pars tuberalis. Lobus
intermedia berkembang dengan sangat baik pada hampir semua mamalia, hanya
pada manusia dewasa menjadi vestige rudimenter, dengan bagian terbesar dari sel-
sel lobus intermedia yang terdispersi pada lobus anterior dan posterior
Neurohypophysis terdiri dari pars nervosa (dikenal sebagai lobus posterior
atau neural), tangkai infundibulum, dan median eminence. Batang atau tangkai
infundibular dikelilingi oleh pars tuberalis, dan bersama membentuk tangkai
hipofiseal. Kelenjar hipofisis ini terletak pada sella turcica (the Turkish saddle) dari
tulang sphenoid dan berada di dasar hypothalamus.
Lobus anterior dan lobus intermedia dari hipofisis berasal dari invaginasi
dorsal epithelium the pharyngeal , yang disebut kantong Rathke, sebagai respon dari
penekanan neuroepithelium diencephalon ventral.
2.2.4 FISIOLOGI : MEKANISME KERJA
56
FISIOLOGI HIPOTALAMUS DAN HIPOFISIS
Hipotalamus merupakan bagian kecil otak yang menerima input baik
langsung maupun tidak dari semua bagian otak. Hipofisis adalah kelenjar endokrin
kecil yang terletak dirongga bertulang didasar otak, dibawah hipotalamus.
Hipofisis dan hipotalamus dihubungkan oleh sebuah tangkai kecil,
infundibulum, yang mengandung serat saraf dan pembuluh darah. Hipofisis memiliki
dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, hipofisis anterior dan
hipofisis posterior. Hipofisis posterior, secara embriologis berasal dari pertumbuhan
berlebihan otak, terdiri dari jaringan saraf dan disebut juga neurohipofisis.
Sedangkan hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang secara
embriologis berasal dari penonjolan dari atap mulut. Hipofisis anterior juga disebut
dengan adenohipofisis.
Pada adenohipofisis beberapa spesies, lobus intermedius (lobus ketiga) juga
ditemukan, pada vetebra rendah lobus ini mengeluarkan beberapa melanocyte-
stimulating hormones atau MSH yang mengatur warna kulit dengan mengontrol
penyebaran granula berpigmen melanin. Sedangkan pada manusia MSH sendiri di
sekresi oleh hipotalamus anterior. Fungsi MSH ini kalaupun ada, masih belum jelas.
Perbedaan antara hipofisis anterior dan posterior juga terdapat pada hormon
yang mereka hasilkan. Hipofisis anterior mensintesis sendiri hormonnya, sedangkan
hipofisis posterior tidak menghasilkan hormon apa-apa, tetapi hanya menyimpan
dan mengeluarkan hormon yang telah disintesis oleh hipotalamus, yaitu hormon
antidiuretik (ADH) atau vasopresin dan oksitosin yang disintesis oleh badan sel
neuron kedalam darah.
Vasopresin berfungsi untuk meningkatkan retensi H2O oleh ginjal dan untuk
kontraksi otot polos arteriol yang berperan dalam sistem kardiovaskular. Sedangkan
oksitosin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dan mendorong
pengeluaran susu dari kelenjar mamaria (payudara).
(Sumber : Fisiologi manusia, Lauralee Sherwood)
Dengan adanya masukan stimulatorik ke hipotalamus, vasopresin dan
oksitosin dilepaskan kedalam darah dari hipofisis posterior lewat proses eksositosis
granula sekretorik yang bersangkutan.
Hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon releasing dan inhibiting
kedalam darah.
57
1. Hormon pertumbuhan (growth hormone, GH), hormon utama yang
bertanggung jawab mengatur pertumbuhan secara keseluruhan dan
sebagai metabolisme perantara.
2. Thyroid-stimulating hormone, TSH, merangsang sekresi hormon tiroid dan
pertumbuhan kelenjar tiroid.
3. Adrenokortikotropik, ACTH, merangsang sekresi kortisol oleh korteks
adrenal dan meningkatkan pertumbuhan korteks adrenal.
4. Follicle-stimulating hormone, FSH, pada wanita hormon ini berfungsi untuk
menstimulasi folikel ovarium dan pada pria untuk produksi sperma.
5. Luteinizing hormone, LH, pada wanita hormon ini berfungsi untuk ovulasi,
pembentukan korpus luteum, dan pengaturan sekresi hormon wanita.
6. Prolaktin, PRL, meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukan
susu pada wanita.
Hipotalamus dengan sel kelenjar hipofisis dihubungkan oleh pembuluh darah
yang berakhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya, sehingga disebut sistem porta
hipotalamus-hipofisis. Sistem porta ini merupakan saluran vaskular yang penting
karena sebagai penghubung antara otak dan sistem endokrin. Hampir semua aliran
darah ke hipofisis anterior mula-mula harus melalui hipotalamus. Karena pertukaran
bahan-bahan antara darah dan jaringan sekitarnya hanya dapat terjadi pada tingkat
kapiler, sistem porta hipotalamus-hipofisis menyediakan suatu rute tempat hormon
pelepas dan penghambat dapat diserap dihipotalamus serta dengan segera
langsung disampaikan ke hipofisis anterior dalam konsentrasi yang tinggi.
(sumber : Fisiologi manusia, Lauralee Sherwood)
Sekresi hormon hipofisis anterior di kontrol oleh hormon pelepas dan
penghambat hipotalamus. Hormon selain menimbulkan efek fisiologisnya, juga
bekerja menekan sekresinya. Penekanan ini yang disebut umpan balik negatif
lengkung panjang (long-loop negative feedback), dilaksanakan oleh hormon organ
sasaran dengan bekerja secara langsung pada hipofisis itu sendiri atau pada
pengeluaran hormon hipotalamus, yang kemudian mengatur fungsi hipofisis anterior.
Sebagai contaoh, pada sistem CRH-ACTH-kortisol.
CRH hipotalamus merangsang hipofisis anterior untuk mengeluarkan ACTH,
setelah itu ACTH merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol. Hormon
akhir pada sistem ini, kortisol, menghambat sekresi CRH oleh hipotalamus serta
menurunkan kepekaan sel-sel penghasil ACTH terhadap CRH dengan bekerja
58
langsung pada hipofisis anterior. Itu dilakukan untuk menstabilkan konsentrasi dalam
plasma, agar kadar hormon organ susunannya konstan.
Sebaliknya jika kadar kortisol menurun, efek inhibisi pada hipotalamus
berkurang. Terdapat juga umpan balik negatif lengkung pendek, contohnya prolaktin,
bekerja langsung ke hipotalamus untuk mengontrol sekresi prolaktin. Sedangkan
untuk umpan balik positif, contohnya estrogen pada sekresi LH, mengakibatkan
lonjakan LH untuk ovulasi.
(sumber : Fisiologi manusia, Lauralee Sherwood)
2.2.5 GANGGUAN FUNGSI HIPOFISIS
Gangguan pada Hypothalamus-Pituitary dapat memunculkan beragam
manifestasi, termasuk hipersekresi hormon pituitary dan hiposekresi, pembesaran
sella tursica dan kehilangan penglihatan. Evaluasi yang tepat dapat menegakan
diagnosis awal hingga dapat diberikan terapi.
Etiologi dan manifestasi awal (dewasa)
Dapat menimbulkan manifestasi lanjut yaitu sakit kepala dan hilang
pengelihatan.
59
Etiologi dan manifestasi (anak)
Biasanya manifestasi ini menjadi gangguan pada endokrin (rendahnya
Growth Hormone, masa pubertas terlambat, diabetes insipidus) dan mengarah ke
manifestasi lanjut seperti sakit kepala, hilang pengelihatan dan gangguan pada
sistem saraf pusat (SSP).
(sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132)
Manifestasi lanjut
a) Hipersekresi hypofisis
PRL yang meningkat merupakan penunjuk utama pada penderita adenoma
hypofisis. Biasanya penderita akan mengalami gejala-gejala seperti
galactorrhea, disfungsi gonadal, defisiensi gonadotropin dan pembesaran sella
tursika. peningkatan GH & ACTH merupakan karateristik pada akromegali dan
Gambar 17 : akromegali
(sumber : )
60
sindrom Cushing.
Gambar 18 : sindrom cushing
(sumber : )
b) Insufficiency Hypofisis (Hyposekresi)
Hyposekresi dapat menjadi gambaran pada penderita adenoma hypofisis,
namun hanya sekitar 20% dari kasus dan biasanya menimbulkan kelainan
hypogonadisme pada orang dewasa yang berhubungan dengan penurunan
sekresi PRL, GH, ACTH dan kortisol. Hypogonadisme juga dapat di deteksi
dengan sekresi GnRH (dapat juga melihat kadar FSH dan LH), lalu memeriksa
kadar hormon lain seperti PRL, GH, ACTH dan kortisol. Pada anak-anak,
gambaran paling sering adalah postur tubuh yang pendek yang menunjukan
adanya defisiensi GH.
(sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132)
c) Pembesaran sella tursika
Pasien yang mengalami pembesaran sella tursika dapat di deteksi dengan
radiograph. Pembesaran sella tursika ini dapat menjadi penyebab adenoma
hypofisis (jarang), empty sella syndrome, craniopharyngioma, lymphocytic
hypophysitis dan carotid artery aneurysm. Evaluasi harus termasuk
pemeriksaan hypofisis (disfungsi hypofisis) dan kadar PRL, thyroid dan fungsi
adrenal. Diagnosa dapat ditegakan dengan MRI.
61
(sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132)
d) Gangguan pengelihatan
merupakan manifestasi lanjutan dan dapat di diagnosis dengan evaluasi neuro-
opthalmologic dan neuro-cardiologic dengan MRI, yang dapat menunjukan
adanya tumor. Kadar PRL perlu diperiksa, insufisiensi hypofisis dan adenoma
hypofisis (ada/tidak).
keadaan di atas dapat menyebabkan gangguan pengelihatan dengan cara
kelainan pada hypofisis menyebar hingga ke sinus cavernosus, mengganggu
fungsi pada nervus ke 3, 4 atau 6 dan menyebabkan diplopia (2 bayangan
dalam satu objek).
(sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132)
e) Diabetes insipidus
(kelainan metabolik yang disebabkan defisiensi hormon antidiuretik hingga
menyebabkan kegagalan reabsorpsi air pada tubulus ginjal dan mengakibatkan
poliuria dan sering haus.)
Manifestasi tersering pada gangguan hypothalamus dan jarang pada
gangguan hypofisis. Diagnosisnya adalah dengan evaluasi radiologi dan fungsi
hypofisis anteriornya.
(sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132)
f) Empty Sella Syndrome
keadaan dimana diaphragma sella tursika tidak berfungsi sehingga
membiarkan cairan cerebrospinal masuk ke dalam sella tursika dan mendesak
dinding sekitar yang menyebabkan pembesaran sella tursika.
kebanyakan terjadi pada wanita dewasa (middle aged) yang obesitas,
hipertensi dan 48% mengeluhkan sakit kepala yang dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan X-ray atau MRI. Pada pemeriksaan menunjukan fungsi normal
pada hypofisis anterior, tapi terkadang dapat dengan prolaktinemia. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui penyebab jelasnya apakah karena hyposekresi
atau hypersekresi.
(sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132)
62
2.2.6 GANGGUAN FUNGSI HIPOTALAMUS
Disfungsi hipotalamus paling sering disebabkan oleh tumor, dimana
kraniofaringioma adalah tumor yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan
dewasa muda.
a. KRANIOFARINGIOMA
Definisi :
Kraniofaringioma merupakan neoplasma yang berasal dari sela tursica, intrasellar,
ataupun suprasellar. 80% dari pasien karena defisiensi endokrin dari hipotalamus
dan hipofisis.
Manifestasi klinis :
• Sakit kepala
• Mual dan muntah
• Obesitas
• Pertumbuhan terhambat
• Polyuria
Gejala yang mengarahkan pada diagnosis sering berupa timbulnya kelainan-
kelainan neurologis dan disebabkan oleh efek massa tumor yang mengadakan
ekspansi.
Patogenesis :
• Secara congenital berasal dari sisa kantung rathke yang bertransformasi
dalam periode waktu yang nyata.
• Merupakan derivate sel-sel embrionik yang tidak di absorbsi sehingga
mengalami pertumbuhan yang abnormal.
(sumber : Patofisiologi Sylvia A. Price)
Tipe :
1. Adamantinomatous Form
Terdapat kista multilokular yang berisi kolestrol
2. Papillary Form
Mengandung deposisi keratin, banyak lapisan solid, dan di lapisi oleh squamos.
63
Patofisiologi :
Perkembangan abnormal sisa sel embrionik kantung rathke
Adenoma sela tursica
Massa menekan aliran saluran cairan Csf Gangguan hipofisis
Tekanan intracranial Sel gonadotropin dan somatototropin terganggu
Mual dan muntah Kontrol FSH, LH, dan GH terganggu
Perkembangan pertumbuhan terganggu
Delayed pubertas
Diagnosis:
Pasien dengan persangkaan tumor hipotalamus harus dilakukan pemeriksaan
MRI untuk menentukan adanya penyebaran dan jenis tumor. Penentuan fungsi
hipofisis anterior lengkap sangat mutlak harus dilakukan pada pasien ini, karena
kelainan defisiensi ditemukan pada kebanyakan kasus dan hasil pemeriksaan akan
menentukan kebutuhan terapi. Kadar PRL juga harus ditentukan, karena
kebanyakan lesi hipotalamus menyebabkan hiperprolaktinemia baik di sebabkan
oleh kerusakan hipotalamus atau karena kerusakan pada tangkai hipofisis.
Terapi :
Terapi tergantung dari jenis tumor. Reseksi komplit dari kraniofaringioma
biasanya tidak mungkin dikerjaka, tumor ini dapat di atasi dengan pembedahan
64
neurologis yang terbatas, angkat tumor yang dapat dicapai dan dilakukan
dekomperasi dari kista, di ikuti dengan radioterapi konvensional.
b. LESI HIPOTALAMUS
Lesi hipotalamus bisa terjadi karena tumor, inflamasi, dan trauma. Lesi
hipotalamus pada bagian anterior mengakibatkan gangguan pengaturan suhu pada
tubuh. Lesi hipotalamus pada bagian medial mengakibatkan kehilangan rasa haus,
nafsu makan meningkat (hiperfagia), asupan kalori meningkat sehingga
menyebabkan obesitas. Lesi hipotalamus pada bagian lateral menyebabkan
gangguan asupan makanan, menghentikan rasa lapar, keinginan makan tidak ada
(afagia), anoreksia. Lesi hipotalamus pada bagian posterior mengakibatkan
kekosongan memori dan gangguan emosi.
Lesi yang terjadi pada hipotalamus berefek terhadap pelepasan hormon hipofisis.
Contohnya ADH, jika tidak dilepaskan, akan terjadi diabetes insipidus dimana ginjal
tidak mampu memekatkan urin, sehingga pengeluaran urin mencapai 20 liter/hari.
Sebaliknya jika kelebihan ADH menyebabkan penurunan ekskresi air (oliguria) dan
terjadi batu urin (urolitiasis).
(sumber : Patofisiologi Florian Lang)
c. HIPOPITUITARISME
Hipopituitarisme biasanya terjadi karena akibat dari tumor, kraniofaringioma, dan
lesi hipotalamus.
Gejala penyakitnya berbeda pada anak dan dewasa. Pada anak, terjadi
gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi pelepasan GH, sehingga
menyebabkan tubuh menjadi kerdil. Sedangkan pada orang dewasa juga terdapat
defisiensi GH, walaupun tubuhnya tetap normal karena defisiensinya baru terjadi
saat dewasa, defisiensi yang di maksud adalah timbulnya kepekaan yang luar biasa
terhadap insulin dan hipoglikemia puasa, juga mengakibatkan hilangnya rambut
tubuh, penurunan libido, amenorea, atrofi payudara, dan genetalia.
Pada penderita biasanya tidak merespon terhadap pemberian hormon
perangsang sekresi seperti insulin, CRH, TRH, dan GnRH.
Pengobatannya biasanya dengan cara melakukan penggantian hormon yang
kurang, contohnya GH, dengan teknik rekombinasi asam deoksiribonukleat. Di
injeksi tiap hari.
65
(sumber : system endokrinologi greenspan)
2.2.7 HIPERSEKRESI DAN HIPOSEKRESI
Gangguan endokrin paling sering disebabkan oleh kelainan konsentrasi
hormon dalam plasma akibat kecepatan sekresi yang tidak sesuai, jadi sekresi
terlalu sedikit (hiposekresi) atau terlalu banyak (hipersekresi). Kadang-kadang
disfungsi endokrin terjadi akibat kelainan ketanggapan sel sasaran terhadap
hormon, walaupun konsentrasi hormon dalam plasma normal.
HIPERSEKRESI (1)
Penyebab tersering dari gejala hipersekresi ini adalah Adenoma Hipofisis, yang akan
menimbulkan gejala klinis awal yang timbul PRL yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan Hipogonadisme sekunder. Terdapat dua jenis Adenoma, yaitu
• Mikroadenoma hipofisis : Ukurannya yaitu <1cm dengan manifestasi hormone
yang berlebihan tanpa terjadi penekanan Sellar atau Ekstrasellar. Dan
kemungkinan besar dapat diobati.
• Makroadenoma hipofisis : Ukuran yaitu >1cm dengan pembesaran Sellar
yang nyata dan bisa terjadi kehilangan penglihatan, namun kemungkinan
untuk sembuh besar,
Terapi yang diberikan pada penderita yaitu:
• Pembedahan
• Mikro transphenoidal kea rah Sella turcica. Cara ini sering digunakan
• Kraniotomi transfrontal hanya dilakukan saat sudah terjadi massif.
• Radiologi
• Sinar Rontgen : dosis yaand diberikan 4000-5000 rad, dan perharinya
180-200rad. Pengobatan ini menyita waktu karena memerlukan waktu 5-
10th
. Selain itu dapat terjadi gejala lain seperti Malaise,Nausea,Otitis
Media Serosa, kerusakan Kiasmata, dan kejang kejang
• Partikel Berat : Diberikan partikel alpha atau proton. Pengobatan ini
singkat karena waktu yang diperlukan 2th. Proses ini memiliki kelebihan
66
yaitu bisa mencakup daerah kecil dengan dosis 8000-12000rad. Dan
kerugiannya adalah tidak bisa mengbati tumor dengan diameter >1,5 cm.
• Medis
Diberikan antagonis Dopamin, yaitu Bromokriptin, dan cara ini berhasil pada
hiperprolakteinemia dan akromegali
PROLACTINOMA (1)
Definisi :
hipersekresi prolaktin karena Adenoma Hipofisi. Hal ini bisa menyebabkan
Galaktorrea, Disfungsi Gonad, Pembesaran Sellar, Amenorrea, Libido menurun, dan
Impotensi
Patologi :
Terjadi jika PRL yang mengisi Sella turcica dan mengadakan penekanan Lobus
Anterior dan Posterior karena adanya adenoma.
Gejala klinis :
• Galaktorrea
• Disfungsi gonad
• Wanita : amenorrea, oligoamnorea dengan siklus anovulatirok, infertilitas,
berkurangnya lubrikasi krn defisiensi estrogen.
• Pria : libido menurun, pembesrn sellar, sakit kepala, gangguan
penglihatan, berkurangnya jumlah sperma.
Diagnosis banding :
• Kehamilan
• Hipertiroidsme primer
• Kelainan hipotalamus-hipofisis
Diagnosis :
• Evaluasi umum
• Riwayat menstruasi pada wanita
67
• Kehamilan
• Kesuburan
• Fungsi seksual
• Diagnosis spesifik
• Tes PRL Basal dan Neuroradiologi [200ng/mL (1,91 nmol/L)]
• MRI / CT-scan
Terapi :
• Mikro transpheniodal
Gambar 19 : mikro transpheniodal
(sumber : www.virginia.edu )
• Kranio transfrontal
• Bromokriptin
Gambar 20 : bromokriptin
68
(sumber : www.videoklinika.edu )
• Pergolid
Gambar 21 : pergolid
(sumber www.vetdispense.co.uk )
• Radiologi
HIPOSEKRESI
(sumber : fisiologi Sherwood)
Apabila suatu organ endokrin mengeluarkan terlalu sedikit hormon akibat
kelainan di dalam organ tersebut, keadaan yang terjadi disebut hiposekresi primer.
Apabila di pihak lain, organ endokrin normal, tetapi mengeluarkan sedikit hormon
karena defisiensi hormon tropikny, keadaan yang terjadi disebut hiposekresi
sekunder.
Faktor –faktor yang menyebebkan defisiensi hormon :
1. Genetik (ketiadaan suatu enzim bawaan yang mengkatalisasi sintesis
hormon)
2. Makanan ( ketiadaan iodium, yang penting untung sintesis hormon tiroid)
3. Kimia atau toksik (residu insektisida tertentu dapat merusak korteks adrenal)
4. Imunologis (antibodi autoimun dapat menyebabkan perusakan diri kelenjar
tiroid seseorang)
5. Proses penyakit lain (kanker atau tuberkulosis dapat merusak kelenjar
endokrin)
6. Iatrogenik (disebabkan oleh dokter, misalnya pengangkatan tumor tiroid
secara bedah)
7. Idiopatik (yang berarti penyebabnya tidak diketahui)
69
Metode tersering untuk mengobati hiposekresi hormon adalah pemberian
hormon yang sama seperti (atau serupa dengan, misalnya dari spesies lain) hormon
yang kurang atau hilang. Terapi penggantian ini secara teoritis bersifat langsung
pada sasaran, tetapi sumber dan cara pemberian hormon sering menimbulkan
masalah. Sumber-sumber preparat hormon untuk digunakan secara klinis antara lain
adalah :
1. Jaringan endokrin dari hewan ternak,
2. Jaringan plasenta dan urin wanita hamil
3. Sintesis hormon di labolratorium
“pabrik hormon” yaitu bakteri yang dimasukkan gen-gen yang mengkode
pembentukan hormon manusia.
2.3 GIGANTISME, DEFISIENSI GH, DAN AKROMEGALI
2.3.1 GIGANTISME DAN AKROMEGALI
70
Gambar 22 : gigantisme (kiri) dan akromegali (kanan)
(sumber : www.google.com)
PENDAHULUAN
Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh
kelebihan GH (growth hormone) / IGF-1 (insulin like growth factor-1) yang dapat
mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka morbiditas
dan mortalitas. Penyebab kematian tersering pada akromegali adalah penyakit
kardiovaskuler.
71
Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis (epiphyseal
plate) pada ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan berakibat
timbulnya tubuh raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan GH terjadi setelah dewasa,
dimana lempeng efisisnya sudah menutup maka yang terjadi adalah akromegali.
Pada umumnya pasien gigantisme juga menunjukkan gambaran akromegali.
Penyakit ini jarang sekali. Insiden pasien baru adalah 3 – 4 / 1 juta penduduk /
tahun. Usia rata-rata pada saat ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40 – 45
tahun.
Peningkatan GH / IGF-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan
GH (somatotroph tumor). Penyebab lain yang sangat jarang adalah peningkatan
GHRH (growth hormone releasing hormone) yang dihasilkan oleh tumor-tumor
hipotalamus dan GHRH / GH ektopik dari tumor-tumor non endokrin.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu rata-
rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun. Gambaran
klinis akromegali / gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH / IGF-1 dan akibat
massa tumor sendiri.
Pengobatan pada kasus dini dengan pembedahan tumor, obat-obatan dan
penyinaran dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
ETIO PATOFISIOLOGI
Sekresi GH oleh sel-sel somatotroph hipofisis anterior di kendalikan oleh 2
faktor dari hipotalamus, yaitu :
1. GHRH, yang merangsang sekresi GH
2. Somatostatin yang menghambat sekresi GH.
GH merangsang produksi IGF-1 (= somatomedin C = SM-C) di hati (terutama)
dan jaringan lain. IGF merupakan mediator utama bagi efek GH dalam merangsang
pertumbuhan.
Lebih dari 95% kasus akromegali disebabkan oleh adenoma hipofisis yang
menghasilkan GH secara berlebihan. Pada saat diagnosis ditegakkan, 75% pasien
akromegali menunjukkan adanya makroadenoma (diameter tumor > 1 cm) dan
sebagiannya telah meluas ke daerah paraselar dan supraselar. Amat jarang
akromegali disebabkan oleh GH/GHRH ektopik yang diproduksi oleh tumor-tumor
ganas. Peningkatan kadar GH dalam darah pada penderita akromegali semata-mata
72
akibat produksi GH yang berlebihan, bukan akibat gangguan distribusi atau klirens
GH.
Efek patologis dari kelebihan GH antara lain pertumbuhan berlebihan di
daerah acral (macrognathia, pembesaran struktur tulang muka, pembesaran tangan
dan kaki, pertumbuhan berlebihan alat-alat viseral, (seperti makroglosia,
pembesaran otot jantung, thyroid, hati, ginjal), antagonisme insulin, retensi nitrogen
dan peningkatan risiko polip / tumor kolon.
EPIDEMIOLOGI
Kekerapan akromegali di Amerika Serikat adalah 3 – 4 kasus baru per juta
penduduk pertahun dengan umur rata-rata 40 – 45 tahun.
Tidak terdapat perbedaan kekerapan ditinjau dari segi jenis kelamin dan ras.
Umur (median) saat ditegakkannya diagnosis adalah 40 tahun pada laki-laki dan 45
tahun pada wanita.
Mortalitas (oleh semua penyebab) pada akromegali paling kurang 2 kali orang
normal. Studi Bates dkk ( 1 ) mendapatkan angka kematian menjadi 2 kali pada
kadar GH > 10 mg/ml sedangkan pada kadar < 5 mg/ml angka kematian sama
dengan orang normal.
GAMBARAN KLINIS.
Akromegali berlangsung pelan, keluhan-keluhan dapat bertahun-tahun.
Sebaliknya pertumbuhan linear yang amat cepat pada anak-anak yang menjurus ke
gigantisme, menyebabkan pasien memeriksakan diri ke dokter.
Keluhan-keluhan terbagi dalam 2 kelompok yaitu :
1. akibat massa tumor : sakit kepala, defek lapangan pandangan, hemianopsia
bitemporal, keluhan-keluhan akibat hiperprolaktinemia, defisiensi
gonadotropin, glukokortikoid dan hormon tiroid. Suatu studi multisenter
mencakup 363 pasien akromegali, mendapatkan hipogonadisme pada 53%
pasien.
2. akibat kelebihan GH / IGF-1 : amat cepat pertambahan tinggi badan
(gigantisme), pembengkakan jaringan lunak dan pembesaran ekstremitas
(peningkatan ukuran cincin dan sepatu), hiperhidrosis, wajah besar,
prognatisme, makroglosia, artritis, apneu obstruktif sewaktu tidur, intoleransi
73
glukosa / DM, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler, hiperfosfatemia,
hiperkalsiuria, hipertrigliseridemia, payah jantung, polip / Ca colon. Renehan
dkk (2000), dari studi pada 122 pasien akromegali mendapatkan prevalensi
adenoma / Ca kolon tidak lebih besar dari pada di populasi umum.
Penyakit kardiovaskuler mencakup hipertensi, LVH dan kardiomiopati.
Kardiomiopati ditandai oleh disfungsi diastolik dan aritmia.
Secara fisis, terdapat fasies akromegali (dahi menonjol, hidung besar,
makroglosia, prognathism), hirsutisme ringan pada wanita, struma multinoduler,
pebesaran ekstremitas, jari-jari berbentuk sosis, kulit berlemak. Studi Kasagi dkk.,
pada 39 dari 45 pasien akromegali (87%) teraba struma difus atau multinoduler.
gambar 23 : jari tangan penderita akromegali
(sumber : www.google.com)
LABORATORIUM
Pemeriksaan kadar GH sewaktu, tidak bernilai diagnostik oleh karena sekresi
GH yang episodik, waktu paroh yang pendek dan terdapat tumpang tindih nilai GH
akromegali dan sehat.
Yang bernilai diagnostik adalah test supresi GH untuk melihat kemampuan
pembebanan glukosa oral dalam menekan kadar GH. Diperiksa kadar GH pada
sebelum, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit setelah pemberian 75 – 100gr
glukosa oral. Pada pasien dengan akromegali, glukosa tidak dapat menekan kadar
GH sampai < 2 ng/ml (atau < 1 mcg/l dengan metoda IRMA).
Pemeriksaan IGF-1 (waktu paruh lebih panjang) lebih berguna untuk menilai
sekresi GH secara terintegrasi, untuk skrining akromegali dan memantau hasil
74
pengobatan. Perlu dicatat bahwa IGF-1 menurun pada kelaparan, obesitas dan DM,
serta meningkat pada kehamilan.
Pemeriksaan IGFBP-3 (IGF-binding protein-3) bernilai diagnostik bagi
akromegali, disamping berguna untuk menilai aktifitas penyakit selama pengobatan.
Pemeriksaan kadar PRL (prolaktin) perlu dilakukan oleh karena sekitar 20%
adenoma hipofisis menghasilkan PRL bersamaan dengan GH. Prolaktin biasanya
meningkat pada anak-anak dengan kelebihan GH.
Pemeriksaan lain yang jarang dilakukan adalah kadar GHRH. Peninggian
GHRH menunjukkan adanya GHRH ektopik. Pada penyakit hipofisis (GHRH
independen), kadar GHRH normal atau menurun.
Apabila diperlukan, dilakukan pemeriksaan hormon hipofisis lainnya, seperti
TRH (thyrotropic hormone), ACTH (adrenocorticotrophic hormone) dan
gonadotropin. Disamping itu perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah,
trigliserida, kalsium urine dan fosfat darah.
RADIOLOGI
Pemeriksaan pencitraan dilakukan apabila diagnosis biokimiawi telah pasti.
Pertama kali dilakukan pemeriksaan x-ray sella tursica. Pemeriksaan MRI lebih
sensitif dan dapat memberikan gambaran kelainan struktur didaerah hipotalamus-
hipofisis, kiasma optikum dan sinus kavernosus. Apabila pemeriksaan MRI tidak
menunjukkan kelainan dicari adanya tumor-tumor yang mensekresi GH / GHRH
ektopik. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan CT-scan abdomen / pelvis (pankreas,
adrenal, ovarium) dan dada (karsinoma bronkogenik).
Pada gigantisme, pemeriksaan umur tulang (bone age) akan memperlihatkan
umur tulang tertinggal jauh dibelakang umur kronologis (chronological age).
KOMPLIKASI.
Komplikasi akromegali / gigantisme dapat berupa hipopituitarisme, hipertensi,
intoleransi glukosa / DM, kardiomegali dan gagal jantung.
Carpal tunnel syndrome dapat menyebabkan kelemahan ibu jari dan atrofi thenar.
Pasien dapat sangat terganggu oleh artritis panggul, lutut dan tulang belakang.
Gangguan lapangan pandangan dapat menjadi berat dan progresif.
DIAGNOSIS
75
Diagnosis akromegali / gigantisme ditegakkan atas dasar gambaran klinis
yang cukup jelas dan dipastikan oleh ditemukannya :
1. Kadar GH tidak bisa ditekan sampai < 2 ng/ml dalam 2 jam setelah
pembebanan dengan glukosa sebanyak 75 – 100 gr.
2. Peningkatan kadar IGF-1 berdasarkan nilai normal untuk usianya.
3. Peningkatan kadar IGFBP-3.
4. Tumor hipofisis atau tumor-tumor lain (hipotalamus, paru, pankreas, dll) pada
pemeriksaan CT-Scan atau lebih baik MRI.
PENGOBATAN
Sasaran pengobatan akromegali /gigantisme adalah mengendalikan
pertumbuhan / menormalkan sekresi GH dan mengangkat massa tumor. Sasaran
biokimiawi : IGF-1 normal dan kadar GH < 1 ng/ml setelah beban glukosa ( 13 ).
Terdapat 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan
radiasi.
1. Pengobatan medis.
Pengobatan medis / farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan
pengobatan medis adalah menghilangkan keluhan / gejala efek lokal dari
tumor dan / atau kelebihan GH / IGF-1. Untuk itu sasaran pengobatan adalah
kadar GH < 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan glukosa
( < 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal.
Pengobatan medis utama adalah dengan analog somatostatin dan
analog dopamin. Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi GH,
mempunyai waktu paruh pendek maka yang digunakan adalah analog kerja
panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan. Yang banyak …
Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja pada reseptor
somatostatin sub tipe II dan V dan menghambat sekresi GH. Pengobatan
dengan octreotide dapat menurunkan kadar GH sampai < 5 ng/ml pada 50%
pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien akromegali.
Lanreotide, suatu analog somatostatin “sustained-release” yang dapat
diberikan satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan
akromegali.
Bromokriptin merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak
digunakan dalam menekan kadar GH / IGF-1, akan tetapi kurang efektif
76
dibandingkan dengan oktreotid. Suatu agonist dopamin yang baru, yaitu
cabergoline ternyata lebih efektif dan lebih dapat ditolerir dalam menekan GH
terutama apabila terdapat kombinasi dengan hiperprolatinemia.
Akhir-akhir ini pegvisomant, suatu antagonist reseptor GH terbukti dapat
menormalkan kadar IGF-1 dan memperbaiki gejala klinis.
2. Pembedahan
Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan
pilihan dan dapat menyembuhkan, hasil terapi pembedahan transsphenoid
pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%, kadar GH
dapat disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%. Walaupun
pembedahan tidak dapat menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun
terapi perbedahan disepakati sebagai terapi lini pertama. Pada pasien-pasien
dengan gejala sisa setelah pembedahan dapat diberikan pengobatan
penunjang (medis dan radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera
menghilangkan keluhan-keluhan akibat efek lokal massa tumor sekaligus
menekan / menormalkan kadar GH / IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya
tumor, kadar GH dan keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 80
– 85% pada mikroadenoma dan 50 – 65% pada makroadenomia.
Pembedahan hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien dengan
tumor < 2 cm dan kadar GH < 50 ng/ml.
3. Radiasi.
Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi
diperlukan waktu bertahun-tahun. Terapi radiasi konvensional saja
menghasilkan remisi sekitar 40% setelah 2 tahun dan 75% setelah 5 tahun
terapi, namun disertai efek negatif berupa panhipopituitarisme. Di samping itu
pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi tidak dapat
menormalkan kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol. Oleh
karena kekurangannya tersebut, terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi
penunjang untuk tumor besar dan invasif dan apabila terdapat kontraindikasi
operasi. Apabila mungkin, terapi radiasi harus dihindari untuk pengobatan
gigantisme.
PROGNOSIS
77
Tanpa diobati, akromegali / gigantisme akan berakibat penyakit
kardiovaskuler prematur dengan gejala-gejala yang progresif. Apabila pengobatan
dapat menurunkan kadar GH sampai normal (< 2 – 2,5 ng/ml), angka kematian akan
kembali normal. Pembedahan transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien dengan
tumor berdiameter < 2 cm dan kadar GH < 50 ng / ml. Pasca pembedahan, biasanya
faal hipofisis tetap baik, pembengkakan jaringan lunak menyusut, namun
pembesaran tulang menetap.
Kadar GH > 5 ng / ml yang makin meningkat setelah pengobatan menunjukkan
rekurensi.
RINGKASAN
1. Akromegali / gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang
merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi
klinis. Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa
sedangkan pada anak-anak / remaja akan muncul sebagai gigantisme.
2. Penyebab terbanyak (95%) dari akromegali / gigantisme adalah adenoma
hipofisis yang mensekresi GH ; jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH
ektopik.
3. Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH/IGF-1 dan efek massa tumor.
Konsekuensi akromegali / gigantisme : meningkatkan angka morbiditas dan
motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan.
4. Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir
ini pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis. Oleh karena
pengobatan radiasi masih banyak kelemahannya, penggunaannya hanya
sebagai penunjang pada kasus-kasus tertentu.
2.3.2 KRETINISME
(sumber : greenspan hal 245, http://chapurple.wordpree.com/2009/03/31/kretinisme)
78
Gambar 24 : kretinisme
(sumber : http://media.tanyadokteranda.com/images)
DEFINISI
Hipotiroid merupakan suatu keadaan klinik yang ditandai dengan menurunnya
sekresi dari salah satu atau kedua hormontiroid yang terjadi akibat berbagai kelainan
struktur dan fungsional. Keadaan ini merupakan suatu gangguan kelenjar endokrin
yang biasanya terjadi sejak janin maupun pada masa kanak-kanak. Salah satu
akibat dari kurangnya hormone tiroid dalam tubuh dapat mengakibatkan
pertumbuhan yang lambat dengan perawakan pendek (cebol) atau disebut
kretinisme.
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
a). Bawaan
1). Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
2). Kelainan hormogenesis :
a. Kelainan bawaan enzim
b. Defisiensi iodium (kreatinisme endemic)
c. Pemakaian obat-obatan anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
b). Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi
kelenjar yang sebelumnya normal. Penyebabnya ialah:
79
1) Idiopatik (autoimunisasi)
2) Tiroidektomi
3) Tiroiditis
4) Pemakaian obat anti tiroid
5) Kelainan hipofisis
6) Defisiensi spesifik TSH
Penyebab paling sering dari kekurangan hormone tiroid adalah akibat
kurangnya bahan baku pembuat. Bahan baku terpenting untuk produksi hormone
tiroid adalah yodium. Kretinisme dapat terjadi bila kekurangan berat unsur yodium
terjadi selama masa kehamilan hingga tiga tahun pertama kehidupan bayi.hormon
tiroid bekerja sebagai penentu utama laju metabolic tubuh keseluruhan,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi saraf.
Sebenarnya gangguan pertumbuhan timbul karena kadar tiroid yang rendah
mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan, hanya saja ditambah gangguan lain
terutama pada susunan saraf pusat dan saraf perifer. Bila kekurangan hormone
tiroid terjadi sejak janin, maka gejalanya adalah retardasi mental (IQ rendah) disertai
salah satu atau kedua gejala dibawah ini :
1) gangguan pendengaran (kedua telinga dan nada tinggi) dan gangguan
wicara, gangguan cara berjalan (seperti orang kelimpungan) ,mata juling, cara
berjalan yang khas, kurangnya massa tulang, terlambatnya perkembangan masa
pubertas dll.
2) cebol dan hipotiroidisme
PATOFISIOLOGI
Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara continue selama masa
pertumbuhan, demikian juga faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan.
Pertumbuhan janin, tampaknya sebagian besar tidak bergantung pada control
hormon, ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor hormon mulai berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir.
Faktor genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.
Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat
diproduksinya hormon tireotropik. Hormone ini mengatur produksi hormone tiroid,
yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormone tersebut dibentuk dari
80
monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam proses metabolic
didalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang
sintesis protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin.
Hormon ini juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A.
Hormone tiroid esensial juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia
sendiri tidak secara langsung bertanggung jawab menimbulkan efek hormone
pertumbuhan. Hormone ini berperan permisif dalam mendorong pertumbuhan
tulang, efek hormone pertumbuhna akan maksimum hanya apabila terdapat
hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat. Akibatnya, pada anak hipotiroid
pertumbuhan akan terganggu, tetapi hipersekresi hormone tiroid tidak menyebabkan
pertumbuhan berlebihan.
Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan
dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar
ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan
kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun.
Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme.
MANIFESTASI KLINIS
Hipotiroidisme merupakan suatu keadaan klinik ditandai dengan :
1) Gangguan perkembangan fisik dan mental
2) Sukar berkonsentrasi
3) Letargi
4) Anoreksia
5) Kulit kasar, kering dan pucat
6) Rambut kepala kasar dan rapuh
7) Konstipasi
8) Suara serak atau parau
9) Wajah lembam
10) Sensitif terhadap dingin
DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi dan percobaan dengan pulvus tiroid. Kalau diagnosis
81
meragukan maka dapat dicoba dengan jalan memberikan pulvus tiroid. Dalam kasus
hipotiroid akan terlihat suatu hasil pengobatan.
PENATALAKSANAAN
1). Terapi yang paling baik untuk kretinisme adalah pencegahan. Pencegahan dapat
dilakukan dengan :
a). Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein
b). Mengkonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian
suplemen yodium untuk merangsang produksi hormon.
c). Kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral
2). Pemberian obat khusus, yaitu hormon tiroid (tiroid desikatus). Diberikan mulai
dari dosis kecil, lalu dinaikan sampai kita mendekati dosis toksik (gejala
hipertiroidisme), lalu diturunkan lagi. Penilaian dosis yang tepat ialah dengan menilai
gejala klinis dan hasil laboratorium.
PROGNOSIS
Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, maka makin baik prognosisnya.
Jika terapi dimulai sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak akan tercapai IQ yang
normal. Pertumbuhan badan dapat menjadi baik. Pada kretinisme didapat dengan
pengobatan yang baik, prognosisnya akan lebih baik.
2.4 PENATALAKSANAAN TERHADAP PENYAKIT ENDOKRIN
SECARA UMUM
Pada penyakit hormonal, dilakukan terapi pembedahan, penyinaran, obat-
obatan untuk menekan pertumbuhannya. Tujuannya untuk memperbaiki atau
menjaga sekresi normal hormon-hormon.
1. Pembedahan ( sebagai awal pada sebagian pusat terapi )
a. Transspenoidal
• Ahli bedah mencapai hipofisis melalui rongga hidung melalui
sinus sfenoid membuka keatas sella turcica anterior inferior dan
mengadakan insisi dura. Adenoma dipilih secara selektif
diangkat, yang normal disimpan dan 90% berhasil.
• Resiko / komplikasi utama
82
Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas
Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas
Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas
Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas
Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas
Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

380314071-Geriatri-ppt.pptx
380314071-Geriatri-ppt.pptx380314071-Geriatri-ppt.pptx
380314071-Geriatri-ppt.pptx
 
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - TatalaksanaPPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
 
Makalah respirasi
Makalah respirasiMakalah respirasi
Makalah respirasi
 
Woc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragikWoc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragik
 
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urine
 
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMADefinisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
 
Slide jantung
Slide jantungSlide jantung
Slide jantung
 
Migrain
MigrainMigrain
Migrain
 
Cedera dan kematian sel
Cedera dan kematian selCedera dan kematian sel
Cedera dan kematian sel
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Trematoda usus
Trematoda ususTrematoda usus
Trematoda usus
 
Gangguan sistem indra
Gangguan sistem indraGangguan sistem indra
Gangguan sistem indra
 
Sindrom Nefrotik
Sindrom NefrotikSindrom Nefrotik
Sindrom Nefrotik
 
PPT histology sistem limfatik.ppt
PPT histology sistem limfatik.pptPPT histology sistem limfatik.ppt
PPT histology sistem limfatik.ppt
 
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASIPBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
 
Woc dermatitis
Woc dermatitisWoc dermatitis
Woc dermatitis
 
Pemeriksaan gangguan penghidu.pptx
Pemeriksaan gangguan penghidu.pptxPemeriksaan gangguan penghidu.pptx
Pemeriksaan gangguan penghidu.pptx
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
 
Gangguan penghidu
Gangguan penghiduGangguan penghidu
Gangguan penghidu
 

Viewers also liked

Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitaldr. Bobby Ahmad
 
Becker ga penting
Becker ga pentingBecker ga penting
Becker ga pentingArdi Guyton
 
Ketentuan hukum islam tentang mencuri, menyamun dan merampok
Ketentuan hukum islam tentang mencuri, menyamun dan merampokKetentuan hukum islam tentang mencuri, menyamun dan merampok
Ketentuan hukum islam tentang mencuri, menyamun dan merampokNizar ⎝⓿⏝⓿⎠
 
Hati, empedu dan pankreas
Hati, empedu dan pankreasHati, empedu dan pankreas
Hati, empedu dan pankreasBudi Supriyono
 
Jurnal pijat bayi
Jurnal pijat bayiJurnal pijat bayi
Jurnal pijat bayiUcantik
 

Viewers also liked (7)

Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
 
Pencurian (fiqih)
Pencurian (fiqih)Pencurian (fiqih)
Pencurian (fiqih)
 
Becker ga penting
Becker ga pentingBecker ga penting
Becker ga penting
 
Insulin+and+Oral
Insulin+and+OralInsulin+and+Oral
Insulin+and+Oral
 
Ketentuan hukum islam tentang mencuri, menyamun dan merampok
Ketentuan hukum islam tentang mencuri, menyamun dan merampokKetentuan hukum islam tentang mencuri, menyamun dan merampok
Ketentuan hukum islam tentang mencuri, menyamun dan merampok
 
Hati, empedu dan pankreas
Hati, empedu dan pankreasHati, empedu dan pankreas
Hati, empedu dan pankreas
 
Jurnal pijat bayi
Jurnal pijat bayiJurnal pijat bayi
Jurnal pijat bayi
 

Similar to Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas

TUGAS MAKALAH SISTEM REPRODUKSI.docx
TUGAS MAKALAH SISTEM REPRODUKSI.docxTUGAS MAKALAH SISTEM REPRODUKSI.docx
TUGAS MAKALAH SISTEM REPRODUKSI.docxLaAyun1
 
DIAS ASTARI PPT ANALSIS MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA .pptx
DIAS ASTARI PPT ANALSIS MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA .pptxDIAS ASTARI PPT ANALSIS MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA .pptx
DIAS ASTARI PPT ANALSIS MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA .pptxDiasastari
 
Ppt sistem hormon pada manusia
Ppt sistem hormon pada manusia Ppt sistem hormon pada manusia
Ppt sistem hormon pada manusia MargaretSurbakti
 
Tugas 5 TIK (Anis Fitriyah) SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA
Tugas 5 TIK (Anis Fitriyah) SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIATugas 5 TIK (Anis Fitriyah) SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA
Tugas 5 TIK (Anis Fitriyah) SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIAanisfitriyah13
 
PUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
PUM1 - 5DasarBiologisPerilakuPUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
PUM1 - 5DasarBiologisPerilakumfrids
 
PPT 23 FEB 24 patofisiologi penyakit.pptx
PPT 23 FEB 24 patofisiologi penyakit.pptxPPT 23 FEB 24 patofisiologi penyakit.pptx
PPT 23 FEB 24 patofisiologi penyakit.pptxranibenawa1
 
kasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsykasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsycutrahil
 
Sistem Reproduksi Pada manusia
Sistem Reproduksi Pada manusiaSistem Reproduksi Pada manusia
Sistem Reproduksi Pada manusiayuanitaandriani
 
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifD4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifRosida Marasabessy
 
Buku stem cell epigenetik prof lim 2016
Buku stem cell epigenetik prof lim 2016 Buku stem cell epigenetik prof lim 2016
Buku stem cell epigenetik prof lim 2016 LinnaYunita
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Fhyter DrifacHy DrimeTana
 
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSDTugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSDnadsapp
 

Similar to Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas (20)

Makalah tentang endrokinologi janin
Makalah tentang endrokinologi janinMakalah tentang endrokinologi janin
Makalah tentang endrokinologi janin
 
Makalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologiMakalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologi
 
Diktat kuliah
Diktat kuliahDiktat kuliah
Diktat kuliah
 
TUGAS MAKALAH SISTEM REPRODUKSI.docx
TUGAS MAKALAH SISTEM REPRODUKSI.docxTUGAS MAKALAH SISTEM REPRODUKSI.docx
TUGAS MAKALAH SISTEM REPRODUKSI.docx
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
 
DIAS ASTARI PPT ANALSIS MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA .pptx
DIAS ASTARI PPT ANALSIS MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA .pptxDIAS ASTARI PPT ANALSIS MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA .pptx
DIAS ASTARI PPT ANALSIS MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA .pptx
 
Makalah tentang sel
Makalah tentang selMakalah tentang sel
Makalah tentang sel
 
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologiMakalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
Makalah kebidanan dasar i sistem endokrinologi
 
Ppt sistem hormon pada manusia
Ppt sistem hormon pada manusia Ppt sistem hormon pada manusia
Ppt sistem hormon pada manusia
 
MAKALAH ANNELIDA
MAKALAH ANNELIDAMAKALAH ANNELIDA
MAKALAH ANNELIDA
 
Tugas 5 TIK (Anis Fitriyah) SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA
Tugas 5 TIK (Anis Fitriyah) SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIATugas 5 TIK (Anis Fitriyah) SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA
Tugas 5 TIK (Anis Fitriyah) SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA
 
PUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
PUM1 - 5DasarBiologisPerilakuPUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
PUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
 
PPT 23 FEB 24 patofisiologi penyakit.pptx
PPT 23 FEB 24 patofisiologi penyakit.pptxPPT 23 FEB 24 patofisiologi penyakit.pptx
PPT 23 FEB 24 patofisiologi penyakit.pptx
 
Fisiologi baru
Fisiologi baruFisiologi baru
Fisiologi baru
 
kasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsykasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsy
 
Sistem Reproduksi Pada manusia
Sistem Reproduksi Pada manusiaSistem Reproduksi Pada manusia
Sistem Reproduksi Pada manusia
 
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifD4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
 
Buku stem cell epigenetik prof lim 2016
Buku stem cell epigenetik prof lim 2016 Buku stem cell epigenetik prof lim 2016
Buku stem cell epigenetik prof lim 2016
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
 
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSDTugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
 

More from homeworkping3

238304497 case-digest
238304497 case-digest238304497 case-digest
238304497 case-digesthomeworkping3
 
238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2homeworkping3
 
238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeedinghomeworkping3
 
238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elxhomeworkping3
 
238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-sethomeworkping3
 
238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-fullhomeworkping3
 
238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-waterhomeworkping3
 
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadingshomeworkping3
 
237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7homeworkping3
 
237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-casehomeworkping3
 
237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studieshomeworkping3
 
237754196 case-study
237754196 case-study237754196 case-study
237754196 case-studyhomeworkping3
 
237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnoverhomeworkping3
 
237712710 case-study
237712710 case-study237712710 case-study
237712710 case-studyhomeworkping3
 
237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6homeworkping3
 

More from homeworkping3 (20)

238304497 case-digest
238304497 case-digest238304497 case-digest
238304497 case-digest
 
238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2
 
238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding
 
238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx
 
238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set
 
238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full
 
238057402 forestry
238057402 forestry238057402 forestry
238057402 forestry
 
238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water
 
238056086 t6-g6
238056086 t6-g6238056086 t6-g6
238056086 t6-g6
 
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
 
237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7
 
237968686 evs-1
237968686 evs-1237968686 evs-1
237968686 evs-1
 
237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case
 
237922817 city-cell
237922817 city-cell237922817 city-cell
237922817 city-cell
 
237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies
 
237768769 case
237768769 case237768769 case
237768769 case
 
237754196 case-study
237754196 case-study237754196 case-study
237754196 case-study
 
237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover
 
237712710 case-study
237712710 case-study237712710 case-study
237712710 case-study
 
237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6
 

Recently uploaded

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 

Recently uploaded (20)

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 

Sistem Endokrin Manusia dan Mekanisme Pengaturannya Pendahuluan:- Pengertian sistem endokrin dan hormon- Organ-organ penghasil hormon utama- Fungsi masing-masing hormonPembahasan:- Mekanisme kerja hormon secara umum (sintesis, pelepas

  • 1. Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites MAKALAH CASE I BLOK EMS Tutorial B4 1
  • 2. Anggota : Nurul Amalia 1010211113 Melinda Veronica 1010211035 Reza angga 1010211050 Hudza Rabbani 1010211066 Faraida Jilzani 1010211094 Galuh Ajeng Firsty 1010211170 Muliany Pratiwi 1010211168 Niken faradilla 1010211074 Mentari 1010211018 Restoe Fajar F. 1010211193 Delvi Aprinelda 1010211184 Pandit Adwitya 1010211165 Tutor : Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jakarta Program Studi Sarjana Kedokteran LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH 2
  • 3. TUTOR Maman Subarman, S.Si, M.Biomed Ketua Reza Angga Sekretaris I sekretaris II Faraida Jilzani Galuh Ajeng Firsty DAFTAR ISI Cover………………………………………………………………… 1 Lembar pengesahan………………………………………………. 2 Daftar isi…………………………………………………………….. 3 3
  • 4. Daftar gambar………………………………………………………. 4 Daftar tabel………………………………………………………….. 5 Kata pengantar……………………………………………………… 6 Bab I Pendahuluan 1.1 latar belakang dan tujuan…………………………………. 7 1.2 Case…………………………………………………………. 8 1.3 learning progress report…………………………………… 9 Bab II Pembahasan 2.1 sistem endokrin 2.1.1 definisi……………………………………………….. 2.1.2 klasifikasi……………………………………………. 2.1.3 transport hormon…………………………………… 2.1.4 penilaian fungsi endokrin………………………….. 2.1.5 kelainan endokrin…………………………………... 2.1.6 mekanisme kerja hormon secara molekuler…….. 2.1.7 struktur hormon secara biokimia…………………. 2.1.8 regulasi produksi hormon…………………………. 2.1.9 organ penghasil hormon………………………….. 2.1.10 degradasi hormonal……………………………….. 2.1.11 interaksi hormone dan reseptor………………….. 2.2 hipotalamus dan hipofisis 2.2.3 anatomi……..……………………………………….. 6 2.2.4 histologi….……………………..……………………. 12 2.2.4 embriologi…….…………………..…………………. 12 2.2.5 fisiologi : mekanisme kerja…………………………. 13 2.2.6 gangguan fungsi hipofisis.…………………………. 16 2.2.7 gangguan fungsi hipotalamus……………………... 20 2.2.8 hipersekresi dan hiposekresi…..………………….. 21 2.3 gigantisme, defisiensi GH dan akromegali 2.3.1 gigantisme dan akromegali.….………………….. 31 2.3.2 kretinisme……….…………………………………… 32 2.4 penatalaksanaan terhadap penyakit endokrin secara umum………………………. 4
  • 5. 2.5 hubungan system endokrin dan system saraf…………………………………………. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan………………………………………………… 93 BAB IV 3.2 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 94 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Autokrin……………………………………………………………. 5
  • 6. Gambar 2 : arakrin……………………………………………………………. Gambar 3 : mekanisme kerja hormone peptide………………………………….. Gambar 4 : mekanisme molekuler hormone steroid……………………………. Gambar 5 : mekanisme molekuler hormone steroid……………………………. Gambar 6 : struktur hormone tiroid dan epinefrin………………………………. Gambar 7 : struktur kimiawi hormone amin……………………………….. Gambar 8 : sintesis epinefrin dan norepinefrin……………………………. Gambar 9 : lokasi anatomis kelenjar endokrin utama tubuh……………. Gambar 10 : degradasi hormonal…………………………………………. Gambar 11 : interaksi hormone reseptor………………………………… Gambar 12 : diencephalon…………………………………………………. Gambar 13 : diencephalon potongan sagital……………………………. Gambar 14 : hipotalamus………………………………………………….. Gambar 15 : anatomi hipofisis……………………………………………. Gambar 16 : anatomi hipotalamus dan pituitary ……………………….. Gambar 17 : akromegali…………………………………………………… Gambar 18 : sindrom cushing……………………………………………. Gambar 19 : mikro transpheniodal……………………………………………. Gambar 20 : bromokriptin……………………………………………………… Gambar 21 : pergolid…………………………………………………………... Gambar 22 : gigantisme (kiri) dan akromegali (kanan)…………………….. Gambar 23 : jari tangan penderita akromegali…………………………. Gambar 24 : kretinisme…………………………………………………… 6
  • 8. Tabel 1 : klasifikasi hormone berdasarkan senyawa kimia pembentuknya…………… Tabel 2 : klasifikasi hormon berdasarkan lokasi reseptor ……………………………. Tabel 3 : hormone berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon...……. Tabel 4 : kisaran normal endokrin…………………………………………………………. Tabel 5 : cara timbulnya gangguan endokrin…………………………………………….. Tabel 6 : klasifikasi hormon secara kimiawi……………………………………….. Tabel 7 : kelenjar endokrin, hormon, fungsi dan strukturnya…………………….. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai 8
  • 9. kasus pertama yaitu tentang system endokrin secara umum dan fisiologi yang didiskusikan sejak tanggal 8 Juni 2011 sampai 10 Juni 2010. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Maman Subarman, S.Si., M.Biomed atas segala pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial. Terima kasih juga kepada kelompok tutorial B-4 atas kerjasamanya mulai dari proses pembahasan hingga pembuatan makalah ini. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus ketiga ini serta untuk menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk ke depannya. Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat. Jakarta, Juni 2011 Penulis BAB I PENDAHULUAN 9
  • 10. Latar Belakang Tuhan menciptakan manusia dengan sangat sempurnanya baik laki-laki maupun perempuan. Lengkap dengan segala sesuatunya seperti mata, hidung, tangan, mulut, kepala hingga kaki. Tidak luput juga, Tuhan menciptakan alat kelamin bagi laki-laki dan perempuan. Tuhan menciptakan segala sesuatunya dengan baik agar manusia bisa selalu beribadah dan bersyukur kepadanya. Bahkan semua system endokrin juga diciptakan agar bisa mengatur tubuh kita yang semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Dalam makalah ini, akan dibahas segala hal tentang system endokrin secara umum dan fisiologi. Tujuan Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi serangkaian tugas dari case "explanary case”. Selain itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan, dan sebagai media untuk belajar bagi yang membacanya. Case I 10
  • 11. Edo, mahasiswa kedokteran semester II, mendapat tugas untuk membuat artikel ilmiah tentang system hormone manusia dan mekanisme pengaturannya. Edo mencari bahan tugasnya tersebut dengan searching tersebut Edo memperoleh informasi bahwa hormone berhubungan dengan system endokrin dan susunan saraf dimana keduanya merupakan alat utama untuk mengkomunikasikan informasi antara berbagai jaringan dan sel dengan pusatnya di hipotalamus sebagai pengatur fungsi hipofisis dan sel sel neuroendokrin di tempat - tempat lain. Hormone manusia sangat kompleks, melibatkan organ sentral pengatur dan organ target. Masing – masing memiliki mekanisme aksi, dan mekanisme molekuler yang cukup rumit seperti mulai dari pengikatan hormone ke reseptor untuk memperantarai responnya lalu mekanisme menggerakkan, mengendalikan sintesis dan pelepasan hormone kemudian transport dalam sirkulasi dan metabolism serta pengiriman ke sel yang menjadi target. Selain informasi tersebut, edo juga membaca di beberapa situs bahwa gangguan pada organ sentral pengatur hormone akan berefek pada gangguan fisiologi tubuh. Seperti yang dia baca bahwa ada seorang laki-laki berumur 14 tahun dimana tubuhnya sangat tinggi (tidak seperti teman seusianya). Ternyata dia menderita tumir hipofisis yang mensekresi growth hormone berlebihan, akibatnya lempeng pada ujung-ujung tulang panjangnya yang masih belum tertutup terus tumbuh dengan cepat. Pemeriksaan CT scan dan MRI pada sela tursika memperlihatkan mikroadenoma hipofisis, serta makroadenoma yang meluas ke luar sel mencakup juga sisterna di atas sela, dan sinus sphenoid. Sedangkan hasil laboratorium didapatkan glukosuria, hiperkalsemia dan hiperprolaktemia. Instruksi : 1. Buatlah dan jelaskan secara sistematis tugas artikel ilmiah mengenai system endokrin ! 2. Buatlah hipotesis dari artikel yang dibaca Edo ! 3. Informasi penting apa yang ada pada artikel yang dibaca Edo? 11
  • 12. LEARNING PROGRESS REPORT 1. TERMINOLOGY • Hormone : substansi kimia yang dihasilkan dalam tubuh yang memiliki efek regulator spesifik pada aktivitas sel tertentu atau organ atau organ- organ tertentu. • Neuroendokrin : berhubungan dengan pengaruh neural dan endokrin, serta khususnya interaksi antara system saraf dan system endokrin. • Sinus sphenoid : resesus, rongga, atau kanal berbentuk baji • Sella tursika : cekungan pada permukaan superior tulang sphenoid, berisi kelenjar hipofisis • Mikroadenoma : tumor epitel jinak yang kecil dimana sel-selnya membentuk struktur kelenjar yang dapat dikenal atau selnya jelas berasal dari epitel kelenjar. • Makroadenoma : tumor epitel jinak yang besar dimana sel-selnya membentuk struktur kelenjar yang dapat dikenal atau selnya jelas berasal dari epitel kelenjar • Glukosuria : urin yang mengandung glukosa. • Hiperkalsemia : kelebihan kalsium dalam darah • Hiperprolaktinemia : • Sisterna : • Sella : cekungan mirip sadel 2. PROBLEMS 1. Apa yang dimaksud dengan system hormone ? 2. Apa yang dimaksud dengan system endokrin ?? 3. Bagaimana mekanisme pengaturan system hormone manusia ? 12
  • 13. 4. Bagaimana hubungan hormone dengan system endokrin dan susunan saraf ? 5. Mengapa gangguan pada system hormone bisa menimbulkan efek pada fisiologi pada tubuh ? 6. Bagaimana mekanisme sintesis, pelepasan dan transport hormone ? 7. Bagaimana interaksi antara hormone dengan reseptor ? 8. Apa yang dimaksud dengan gigantisme ? 9. Mengapa bisa terjadi gigantisme ? 10.Bagaimana tumor hipofisis bisa berpengaruh terhadap sekresi hormone ? 11.Apakah tumr hipofisis berhubungan dengan glukosuria, hiperkalsemia, dan hiperprolaktemia ? 3. HIPOTESIS 1. Hormon merupakan zat yang disekresikan oleh kelenjar endokrin dan dikendalikan oleh system saraf. 2. Kelainan system hormon bisa menimbulkan gangguan fisiologis pada tubuh, salah satunya gigantisme 13
  • 14. 4. MEKANISME Edo, mahasiswa semester 2 Searching di internet Hormon System endokrin susunan saraf 14
  • 15. Hipotalamus Hipofisis Mekanisme molekuler mekanisme aksi Sel target fisiologi tumor hipofisis Kelebihan sekresi GH Cakra epifisis tumbuh terus Pemeriksaan CT scan MRI LAB 15
  • 16. 5. MORE INFO 1. Kadar hormon 2. RPK (riwayat penyakit keluarga) 3. Gaya hidup 6. LEARNING ISSUE & I DON’T KNOW 1. Sistem endokrin a. Definisi b. Klasifikasi c. Transport hormon : autokrin, parakrin, neurotransmitter, endokrin, eksokrin d. Penilaian fungsi endokrin e. Kelainan endokrin f. Mekanisme kerja hormon secara molekuler g. Struktur hormon secara biokimia h. Regulasi produksi hormon i. Organ penghasil hormon j. Degradasi hormonal k. Interaksi hormon dan reseptior l. Sifat-sifat reseptor 16
  • 17. BAB II PEMBAHASAN 2.1 SISTEM ENDOKRIN 2.1.1 DEFINISI Endokrin : menyekresikan secara internal (berlawanan dengan eksokrin) dipakai untuk organ dan struktur yang mengeluarkan zat yang dihasilkan kedalam darah atau cairan limfe dan untuk zat hormone yang mempunyai efek spesifik terhadap organ lain ( Dorland, .) 2.1.2 KLASIFIKASI (sumber: Sherwood hal:613-615) Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel 1. Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya Sifat Peptide Amin Steroid Katekolamin Hormone tiroid Kelarutan Hidrofilik Hidrofilik Lipofilik Lipofilik Sintesis Dire kasar,di kemas di kompleks golgi Di sitosol Di koloid suatu tempat Modifikasi bertahap 17
  • 18. ekstrasel dalam molekul kolesterol diberbagai kompartemen intrasel Penyimpanan Di granula sekretorik(sbagian dalam jumlah besar) Di granula kromafin Di koloid Tidak disimpan perkursor kolesterol disimpan dibutiran lemak Sekresi Eksositosis granula Eksositosis granula Endositosis koloid Difusi sederhana Transportasi dalam darah Sebagai hormone bebas Sebagian terikat dengan protein plasma Sebagian besar terikat dengan protein plasma Sebagian besar terikat dengan protein plasma Tempat reseptor Di permukaan sel sasaran Di permukaan sel sasaran Di dlm sel sasaran Di dlm sel sasaran Mekanisme kerja Perubahan saluran atau pengaktifan sistem perantara kedua untuk mengubah aktifitas protein yang sudah ada yang menghasikan efek Pengaktifan sistem perantara kedua untuk mengubah aktifitas protein yang sudah ada yang menghasilka n efek Pengaktifan gen spesifik untuk menghasilkan protein baru yang menghasilkan efek Pengaktifan gen spesifik untuk menghasilkan protein baru yang menghasilkan efek Hormone jenis ini Semua hormone dari hipotalamus,hipofise anterior,hipofise posterior,pancreas,kele njar paratiroid,saluran Hanya hormone dari medulla adrenal Hanya hormone dari sel folikel tiroid Hormone dari korteks adrenal dan gonad ditambah 18
  • 19. pencernaan,ginjal,hati,s el c tiroid,jantung sebagian besar hormone plasenta (vit D mirip dengan hormone steroid) Tabel 1 : klasifikasi hormone berdasarkan senyawa kimia pembentuknya (Sumber : Sherwood hal 614) 2. Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormone a. Semua peptide dan katekolamin bersifat hidrofilik dan lipofobik (takut lemak) jadi mereka sangat larut dalam air sedangkan kelarutannya dalam lemak rendah b. Semua hormone steroid dan tiroid bersifat lipofilik (senang lemak) dan hidrofobik (takut air ) jadi memliki kelarutan lemak yang tinggi dan sulit larut dalam air 3. Berdasarkan lokasi reseptor hormone a. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler Golongan 1 Golongan 2 Reseptor Intraseluler Membran plasma Tipe Steroid,Yodotironin,Kalsitriol, Retinoid Polipeptida, Protein, Glikoprotein Solubilitas Lipofilik/Hidrofobik Hidrofilik/Lipofobik Protein pengangkut Ada Tidak ada Usia paruh Panjang (Berjam-jam/berhari- hari) Pendek (menit) Usia paruh Kompleks hormon Reseptor Second messenger berupa : cAMP,cGMP,Ca2+, 19
  • 20. Tabel 2 : klasifikasi hormon berdasarkan lokasi reseptor (sumber : Sherwood ) b. Kelompok Hormon yang Berikatan dengan Reseptor Permukaan Sel. Kelompok hormon ini terdiri dari hormon-hormon yang bersifat larut dalam air dan terikat pada membran plasma sel sasaran. Hormon- hormon ini akan berkomunikasi dengan proses meabolisme intraselluler melalui senyawa yang disebut sebagai second messenger. Konsep second messenger timbul dari pengamatan Earl Sutherland dan rekan-rekan,bahwa Epineprin terikat pada membran plasma eritrosit burung merpati dan meningkatkan cAMP.Diikuti oleh berbagai macam percobaan ditemukan bahwa cAMP ternyata mengantarai efek metabolik banyak hormon.Senyawa second messenger yang diaktivasi oleh pengikatan antara hormon dengan reseptor spesifiknya di membran plasma didata dalam tabel di atas. 4. Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormone di dalam sel. kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP,cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler Sistem Camp Perangsangan: adrenergik β, GRH, Prostaglandin(E,Ddan I),Glukagon, Vasopresin, LH,FSH, TSH, CG, ACTH, PTH Penghambatan: adrenergik α2, Opiod, Somatostatin, Asetilkolin(muskarinik),Dopamin Fosfotidilinositol, Endoperokside, Ca2+ adrenergik α1,GnRH, TRH, Dopamin, PGF2α, TXA2, Leukotrien, Vasopresin, Bradikinin, Asetilkolin,Endotelin, PTH Tirosin kinase derived Insulin, Makrofage-coloni stimulating faktor(M-CSF), platelet growth faktor(PDGF) 20
  • 21. Cgm Endothelium-derived releasing factor (EDRF),ANF, Asetilkolin `rTabel 3 : hormone berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon (sumber : ) 2.1.3 TRANSPORT HORMON (sumber: Sherwood edisi 2 hal 611) (sumber : guyton and hall edisi 11 bab 74 hal: 951 ) 1. Autokrin: hormone yang dapat dilepaskan oleh sel dan kemudian bertindak padanya atau dapat bertidak didalam sel yang pernah dilepaskannya. Co: insulin yang dilepaskan oleh sel B pulau nlangerhans dapat menghambat pelepasan insulin oleh sel yang sama dan somatostatin dapat menghambat pelepasan dari sel D pancreas. Gambar 1 : autokrin (sumber : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.unifr.ch/anatomy/elearningfree ) 2. Parakrin : zat perantara kimiawi local yang efeknya hanya bekerja pada sel-sel disekitar yang dekat dengan tempat pengeluarannya. Karena parakrin tersebar melalui proses difusi sederhana kerja zat ini terbatas dalam jarak dekat. Zat ini tidak masuk kedarah dalam jumlah yang bermakna karena cepat diinaktifkan oleh enzim-enzim local.contoh : kerja steroid seks dalam ovarium,angiotensin II dalam ginjal, factor pertumbuhan derivate trombosit. 21
  • 22. Gambar 2 : parakrin (Sumber : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.edyounet.de/l) 3. Neurotransmitter : Sel saraf (neuron) berkomunikasi secara langsung dengan sel-sel yang mereka persarafi ( sel sasaran ) dengan mengeluarkan zat perantara kimiawi yang jarak jangkauan kerjanya sangat pendek yang dikenal sebagai neurotransmitter sebagai respon terhadap potensial aksi, seperti parakrin neurotransmitter berdifusi dari dari tempat pengeluaran melintasi ruang ekstrasel yang sempit untuk bekerja secara local pada sel-sel sasaran disekitarnya baik berupa neuron otot atau kelenjar. (dengan demikian neurotransmitter yg memperantarai tranmisis sinaptik antara dua neuron dan berjalan ke axon di mana ia disimpan dalam besikel sinaptik dan dilepaskan selama depolarisasi. Interaksi neuron ke neuron terjadi pada sinaps dimana neurotransmitter dilepaskan dan tirikat pada reseptor spesifik pada neuron postsinaptik. 4. Hormone-hormon endokrin : Bekerja pada sel atau organ yang menjadi tujuannya saat dibawa melalui darah atau melalui sistem saluran cairan lainnyamisalnya saluran limfe contohnya adalah insulin,estradiol,kortisol. 5. Hormone neuroendokrin : sebetulnya merupakan parakrin atau endokrin. Kecuali bahwa hormone ini disintesis dalam sel saraf (neuron) yang melepaskan hormone ini dekat dengan sel target (parakrin), atau melepaskannya ke dalam aliran darah yang kemudian 22
  • 23. akan membawanya ke sel target contohnya dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui sistem portal. 6. Sitokin : peptide yang disekresikan sel kedalam cairan ekstrasel dan dapat bertindak sebagai autokrin,parakrin dan hormone endokrin 2.1.4 PENILAIAN FUNGSI HORMON (sumber: guyton and hall edisi:11 hal: 962-963) Radio immunoassay) RADIO IMMUNOASSAY Metodenya sebagai berikut: 1. suatu antibody yang sangat spesifik terhadap hormone yang akan diukur dihasilkan. 2. sejumlah kecil antibody ini dicampur dengan sejumlah cairan dari hewan yang mengandung hormone yang akan diukur dan dicampur bersamaan dengan sejumlah hormone setandar murni yang sesuai yang telah dilabel dengan suatu isotop radioaktif. Akan tetapi ada suatu keadaan yang harus dipenuhi jumlah antibody harus terlallu kecil untuk terikat penuh pada hormone berlabel radioaktif dan hormone yang akan diukur dalam cairan . oleh karena itu hormone alami dalam larutan assay dan hormone radioaktif standar akan berkompetsi untuk menempati tempat pengikatan pada antibody tersebut. Sewaktu proses kompetisis berlangsung jumlah masing-masing hormone yaitu hormone alami dan hormone radioaktif yang terikat sebanding dengan konsentrasinya dalam larutan assay. 3. setelah pengikatan mencapai tiitik eqkuilibrium , kopleks hormone-hormin dipisahkan dari sisa larutan dan jumlah hormone radioaktif yang terikat pada kompleks ini dukur dengan teknik pengukuran radiokatif , jika sejumlah besar hormone radioaktif berikatan dengan antibody , jelas bahwa hanya ada sejumlah kecil hormone alami yang berkompetisi dengan hormone radioaktif dan karenannya konsentrasi hormone alami dalam larutan assay kecil. Sebaliknya jika hanya dejumlah kecil hormone radioaktif yang berikatan , jelas 23
  • 24. bahwa ada sejumlah besar hormone alami yang bersaing untuk memperebutkan tempat pengikatan antibody. 4. agar agar larutan assay memiliki kuantitas yang tinggi prosedur radioimmunoassay juga dilakukan pada larutan standard an hormone tidak berlabel dengan berbagai konsentrasi.kemudian sebuah kurva standar diletakkan .dengan membandingkan hitungan radioaktif yang terkam dari larutan assay “yang tidak diketahui” pada kurva standar,seseornh dapat menentukan kadar hormone dalam larutan assay yang tak diketahui dengan standar deviasi 10-15%. Sebanyak sepermilyar atau sepertrilyun gram hormone sering kali dapat dideteksi dengan metode ini. ELISA (Enzyme –linked immunosorbent assay) ELISA dapat digunakan hamper semua protein termasuk hormone. Tes ini menggabungkan spesifitas antibody dengan sensitifitas assay enzim sederhana.gambar 7.4 10 memperlihatkan elemen dasar metode ini yang sering kali dilakukan pada lempeng plastic dengan 96 lubang kecil disetiap lempengnya. Setiap lubang dilapisi suatu antibody (AB1) yang spesifik terhadap hormone yang akan dideteksi. Sampel atau larutan standar ditambahkan kesetiap lubang yang diikuti dengan antibody kdua (AB2) yg juga spesifik terhadap hormone , namun terikat pada sisi lain dari molekul hormone tersebut. Antibody ketiga (AB3) Ditambahkan yang mengenali AB2 daan dipasangkan dengan suatu enzim yang mengubah substrat yang sesuai terhadap produk yang dapat dideteksi dengan mudah oleh metode optic fluoresen,atau klorimetri Karena setiap enzim mengkatalis pembentukan beribu-ribu molekul produk bahakan sejumlah kecil molekul hormone dapat dideteksi. Metode elisa menggunakan antibody dalam jumlah berlebih sehingga semua molekul hormone ditangkap dikompleks antibody hormone . oleh karenanya numlah hormone yang terdapat dalam sel atau larutan standar sebanding dengan jumlah produk yang dibentuk. 24
  • 25. KISARAN NORMAL ENDOKRIN ACTH 09:00 10-80ng/L Aldosteron (berbaring) 100-500pmol/L AFP <10Ku/L Kortisol 09:00 24:00 140-680 nmol/L <100 nmol/L FSH Pria Wanita folikuler Wanita pasca menopause 2-10U/L 2-8U/L >15U/L GH Setelh diberi glukosa Stress <2Mu/l >20mU/L Insulin Puasa Hipoglikemia 3-15mU/L <3Mu/L LH Pria Wanita folikuler Wanita pasca menopause 2-10 U/L 2-10 U/L >20mU/L PTH 10-65ng/L Prolaktin 50-400 mU/L Renin 13-114 mU/L Testosteron Pria Wanita 9-30 nmol/L <2,5 nmol/L TSH 0,3-4,0 mU/L T4 bebas 9-26 pmol/L T3 bebas 3,0-8,8 pmol/L Tabel 4 : kisaran normal endokrin (sumber : at a glance sistem endokrin edisi 2 hal :1) UJI ENDOKRIN FUNGSI HIPOTALAMUS HIPOFISIS (sumber : francis s. greenspan edisi 4 hal:70-76) 25
  • 26. Uji stimulasi ACTH : Cara: diberikan ACTH sintetik (korsintropin) 250µg secara intravena atau intramuscular. Dapat dilakukan siang ataupun malam dan tidak perlu untuk berpuasa. Pengambilan sampel: ambil contoh plasma untuk kortisol plasma pada menit 0 dan 30 atau menit 0 dan 60. Interpretasi : respon normal ialah kadar kortisol plasma puncak >20 µg/Dl (552 nmol/L) GH test : Cara : Pasien harus berpuasa setelah tengah malam , berikan glukosa 75-100 gram per oral Pengambilan sampel : kadar GH dan glukosa harus ditentukan pada menit 0,30,60. Setelah pemberian glukosa. Interpretasi: pada orang normal supresi kdar GHkurang dari 2ng/mL (93 pmol/L) . kegagalan mensupresi atau peningkatan parakdosal dapat ditemukan pada akromegali,kelapran,malnutrisi,protein kalori, dan anoreksia nervosa. Uji GnRH : Cara: pasien harus dalam keadaan istirahat tapi tidak perlu untuk berpuasa. Diberikan GnRH (gonadorelin) ,100µg intravena,selama 15 detik. Pengambilan sampel: sampel darah untuk penentuan LH dan FSH diambil pada menit 0,30,dan 60.karena respon FSH agak lambat contoh menit ke 90 mungkin diperlukan. Interpretasi : respon tergantung pada jenis kelamin dan waktu siklus menstruasi. Peningkatan LH 1,3-2,6 µg/L dapat dianggap normal respon FSH biasanya lebih lambat dan kurang nyata. FSH bahkan tidak akan meningkat pada orang normal. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan.: Uji laboratorium lazimnya mengukur kadar hormondalam cairan tubuh ,gejala sisadari proses yang menyebabkan kelainan hormone. Pengukuran kadar hormone : kadar basal 26
  • 27. Sebagian besar pengukuran dilakukan pada sampel darah atau urin.hormon diukur secara langsung dari sampel atau setelah ekstraksi dan pemurnian. Assay dalam plasma dan urin : Untuk hormone dengan waktu paruh yang panjang yang kadar tidak berubah dengan cepat (co: tiroksin) Untuk hormone yang waktu paruhnya lebih pendek seperti epinefrin dan kortisol assay ini hanya akan memberikan informasi untuk saat pengambilan sampel.co: epinefrin, kadr epinefrin plasma akan ditemukan hanya selama periode pelepasan dan tidak diantaranya. Assay urin mengukur kadar hormone atau metabolitnya dan periode penggumpalan dapat berupa suatu sampel acak atau lebih sering suatu pengumpulan berkala (biasanya 24 jam). Uji urin sering digunakan untuk mendokumentasikan kelebihan aldosteron pada aldosteronisme primer dan kelebihan epinefrin pada feokromositoma. Kadar hormone bebas Assay ini dapat menggunakan dialysis,keseimbangan,ultrafiltrasi,pengikatan kompetisi,dan cara lain. Namun cara ini tidak lazim digunakan .salah satu daru uji yang sering digunakan adalah indeks tiroksin bebas yang digunakan untuk mengukur hormone bebas secara tak langsung dengan menilai kemampuan dari plasma untuk mengambil T4 Assay non imunologik Assay non imunologik termasuk assay kimiawi yang mengambil manfaat dari gugusan yang secara kimiawi reaktif dalam molekul ;bioassay yang menilai aktifitas dari hormone yang diinkubasi dengan sel atau jaringan in vitro atau disuntikkan kedalam seekor hewan dan assay pengikatan reseptor dan assay lain yang memanfaatkan afinitas tinggi hormone untuk reseptor atau molekul lain seperti protein pengikat plasma.uji ini jarang digunakan. Pengukuran tak langsung status hormone 27
  • 28. Kadar glukosa darah lazimnya lebih berguna ketimbang kadar insulin plasma dalam mendiagnosis dan mengobati diabetes melitus. Pemeriksaan pencitraan Magnetic resonance imaging (MRI) dan computed temography (CT) khususnya penting dalam bab ini . prosedur-prosedur ini memungkinkan visualisasi dari kelenjar endokrin pada suatu resolusi yang lebih besar ketimbang dimasa yang lalu. Hal ini khusus untuk hipofisis adrenal. 2.1.5 KELAINAN ENDOKRIN (sumber: buku fisiologi sheerwood halaman 624 dan 625) Cara-cara timbulnya gangguan endokrin : AKTIVITAS HORMON YANG TERLALU RENDAH AKTIVITAS HORMON YANG BERLEBIHAN SEKRESI HORMON TERLALU SEDIKIT (HIPOSEKRESI) HIPERSEKRESI PENINGKATAN PEMBERSIHAN HORMON DARI DARAH BERKURANGNNYA PENGIKATAN HORMON OLEH PROTEIN PLASMA KELAINAN KETANGGAPAN JARINGAN TERHADAP HORMON PENURUNAN PEMBERSIHAN HORMON DARI DARAH TIDAK ADANYA RESEPTOR DI SEL SASARAN PENURUNAN INAKTIVASI TIDAK ADANYA ENZIM YANG PENTING UNTUK MENGHASILKAN RESPONS SEL SASARAN PENURUNAN EKSKRESI Tabel 5 : cara timbulnya gangguan endokrin (sumber: buku fisiologi sheerwood halaman 624) Gangguan endokrin paling sering disebabkan oleh kelainan jonsentrasi hormon dalam plasma akibat kecepatan sekresi yang tidak sesuai, jadi sekresi terlalu sedikit (hiposekresi) atau terlalu banyak (hipersekresi). Kadang-kadang disfungsi endokrein terjadi akibat kelainan ketanggapan sel sasaran terhadap hormon, walaupun konsentrasi dalam hormon normal. 28
  • 29. 1. Hiposekresi Hiposekresi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu : • Apabila suatu organ endokrin mengeluarkan terlalu sedikit hormon akibat kelainan di dalam organ tersebut disebut hiposekresi primer. • Apabila organ endokrin normal tetapi mengeluarkan terlalu sedikit hormon karena defisiensi hormon tropiknya disebut hiposekresi sekunder. Berikut ini adalah sebagian faktor yang mungkin penyebab dari defisiensinya hormon:  Genetik (ketiadaan suatu enzim bawaan yang mengkatalisasi sintesis hormon)  Makanan (ketiadaan iodium, untuk sintesis hormon tiroid)  Kimia atau toksik (residu insektisida dapat merusak korteks adrenal)  Imunologis (antibodi autoimun dapat menyebabkan perusakan kelenjar tiroid )  Proses penyakit lain (kanker atau tuberkolosis dapat merusak kelenjar endokrin)  Iatrogenik (disebabkan oleh dokter karena pengangkatan tiroid secara bedah)  Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) Metode tersering untuk mengobati hiposekresi adalah pemberian hormon yang sama seperti hormon yang kurang atau hilang, tetapi penggantian ini secara teoritis bersifat tepat langsung pada sasaran, tetapi cara dan sumber pemberiannya sering menimbulkan masalah. 2. Hipersekresi Hipersekresi sendiri dibagi menjadi 2 : • Apabila suatu organ endokrin mengeluarkan berlebihan hormon akibat kelainan di dalam organ tersebut disebut hipersekresi primer. • Apabila organ endokrin normal tetapi mengeluarkan berlebihan hormon karena berlebihannya hormon tropiknya disebut hipersekresi sekunder. Hipersekresi sendiri dapat disebabkan oleh : 29
  • 30.  Tumor yang mengabaikan masukan regulatorik normal dan secara terus menerus mengeluarkan hormon  Faktor imunologik, misalnya stimulasi berlebihan terhadap kelenjar tiroid oleh antibodi abnormal yang mempunyai efek TSH, hormon tropik tiroid.  Penyalahgunaan obat, biasa dilakukan atlet untuk meningkatkan massa otot dengan pemakaian steroid Terdapat beberapa cara untuk mengobati hipersekresi hormon. Apabila tumor penyebabnya, tumor dapat diangkat secara bedah atau dihancurkan dengan terapi radiasi. Pada beberapa keadaan, hipersekresi dapat dibatasi oleh obaat-obatan yang menghambat sintesis atau sekresi hormon. Kadang- kadang keaadaan tersebut dapat diterapi dengan memberikan obat yang menghambat kerja hormon tanpa sebenarnya mengurangi sekresi hormon yang berlebihan itu. 3. Kelainan responsivitas sel sasaran Disfungsi endokrin juga bisa disebabkan oleh akibat gangguan ketanggapan sel sasaran terhadap hormon, walaupun konsentrasi hormon dalam plasma normal. Gangguan ketanggapan ini dapat disebabkan sebagai contoh, oleh ketiadaan bawaan sejak lahir reseptor untuk hormon yang bersangkutan, seperti yang terjadi pada sindrom feminisasi testis. Pada keadaan tersebut, reseptor untuk testosteron, suatu hormon maskulinisasi yang dihasilkan oleh testis, tidak dibentuk oleh defek gen tertentu. Walaupun testosteron yang tersedia cukup, maskulinisasi tidak terjadi, seolah-olah testosteron tidak ada. Kelainan ketanggapan juga terjadi apabila sel sasaran untuk hormon tertentu tidak memiliki enzim penting untuk melaksanakan respons. 30
  • 31. 2.1.6 MEKANISME KERJA HORMON SECARA MOLEKULER (sumber: buku fisiologi sheerwood edisi 2, hal 613 sampai 617) Secara kimiawi , hormon digolongkan ke dalam 3 kelas : 1. Peptida dan polipeptida hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior, posterior, pankreas, kelenjar paratiroid, saluran pencernaan, ginjal, hati, sel C tiroid, dan jantung 2. Steroid hormon-hormon yang disekresikan dari korteks adrenal, ovarium, testis, dan plasenta 3. Amin (turunan dari asam amino tirosin) hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar tiroid dan medula adrenal (katekolamin) Perbedaan dalam kelarutan berbagai jenis hormon : 1. Semua peptida dan ketokelamin bersifat hidrofilik (senang air) dan lipofobik (takut lemak) 2. Semua hormon tiroid dan steroid bersifat lipofilik (senang lemak) dan hidrofobik (takut air) Mekanisme sintesis, penyimpanan, dan sekresi hormon-hormon 1. Hormon peptida Hormon peptida disintesis dengan cara yang sama seperti yang digunakan untuk mensintesis protein yang dikeluarkan. Karena ditunjukkan untuk dikeluarkan dari sel endokrin, hormon-hormon ini dipisahkan dari protein intrasel melalui sekuestrasi dalam kompartemen yang terbungkus membran sampai saat disekresi. Langkah-langkahnya : a) Protein prekursor besar (praprohormon) disintesin oleh ribosom diretikulum endoplasma kasar. Lalu protein tersebut akan bermigrasi ke kompleks golgi di vesikel terbungkus membran yang terlepas dari retikulum endoplasma halus. 31
  • 32. b) Selama perjalanan melalui RE dan kompleks golgi, molekul praprohormon mula-mula dipangkas menjadi prohormon dan akhirnya menjadi hormon aktif. “Potongan” peptida yang tertinggal sewaktu praprohormon dipangkas untuk menghasilkan hormon klasik sering disimpan dan disekresikan bersama dengan hormonnya. Kemudian keadaan tersebut memunculkan kemungkinan bahwa peptida lain ini juga dapat menimbulkan efek biologis yang berbeda dari produk hormon traditional yaitu, sel mungkin mensekresikan banyak hormon, tetapi fungsi produk peptida lainnya sebagian besar tidak diketahui. c) Kompleks golgi memekatkan hormon yang sudah selesai, kemudian mengemasnya ke dalam vesikel sekretorik yang dilepas dan disimpan disitoplasma sampai muncul rangsangan yang sesuai yang memicu pelepasan hormon tersebut. Dengan menyimpan, hormon peptida dalam bentuk yang sudah siap dikeluarkan, kelenjar dapat berespon secara cepat terhadap setiap peningkatan kebutuhan akan sekresi tanpa harus pertama kali mensintesis hormon tersebut. d) Pada rangsangan yang sesuai, vesikel sekretorik menyatu dengan membran plasma dan mengeluarkan isi mereka keluar dengan melalui proses eksositosis. Sekresi tersebut tidak terus-menerus, sekresi tersebut hanya dipicu oleh rangsangan spesifik. Hormon yang disekresikan kemudian diserap oleh darah untuk disebarkan. 32
  • 33. Gambar 3 : mekanisme kerja hormone peptida (sumber: http://www.colorado.edu/intphys/Class/IPHY3430-200/image/07-3.jpg ) 2. Hormon steroid Langkah-langkah ini dilakukan oleh semua sel steroidogenik (penghasil steroid) untuk memproduksi dan mengeluarkan produk hormon mereka. Langkah-langkahnya : a) Kolesterol merupakan prekursor umum bagi semua hormon steroid. Walaupun sel steroidogenik mensintesis sendiri sebagai kolesterol, sebagian besar bahan mentah ini berasal dari lipoprotein berdensitas rendah (LDL) yang telah dimasukan kedalam sel dan diuraikan oleh enzim lisosom untuk membebaskan kolesterolnya. Penyerapan dan penguraian LDL diatur sedemikian rupa, sehingga lebih banyak kolesterol tersedia pada saat kebutuhan sel-sel steroidogenik terhadap zat ini meningkat. Selain itu, kolesterol yang tidak digunakan dapat mengalami modifikasi secara kimiawi dan disimpan dalam jumlah 33
  • 34. besar sebagai butiran lemak didalam sel-sel steroidogenik. Perubahan bentuk kolesterol simpanan menjadi kolesterol bebas untuk digunakan mensintesis hormon steroid juga dikontrol. Dengan demikian perbekalan kolesterol bebas untuk digunakan oleh sel steroidogenik dapat dikoordinasikan erat dengan kebutuhan tubuh secara kesuluruhan akan produk hormon bersangkutan. b) Sintesis berbagai hormon steroid dari kolesterol memerlukan serangkaian reaksi enzimatik yang memodifikasi molekul kolesterol. Enzim tersebut terbatas pada organ-organ steroidogenik tertentu. Dengan demikian, setiap organ steroidogenik hanya mampu menghasilkan hormon-hormon steroid yang enzim-enzimnya dimiliki oleh organ tersebut. Setiap enzim yang diperlukan untuk mengubah kolesterol menjadi hormon steroid tersebut terdapat di kompartemen intrasel spesifik (mitokondria dan RE). c) Hormon steroid tidak disimpan seperti hormon peptida setelah terbentuk, melainkan setelah terbentuk, segera berdifusi menembus lemak membran plasma sel steroidogenik untuk masuk kedalam darah. Hanya prekursor hormon kolesterol yang disimpan dalam jumlah bermakna didalam sel steroidogenik. Dengan demikian, kecepatan sekresi hormon steroid seluruhnya dikontrol oleh kecepatan sintesin hormon. Sebaliknya sekresi hormon, peptida terutama dikontrol dengan mengatur pengeluaran simpanan hormon yang sudah terbentuk. d) Setelah disekresi dalam darah, lalu hormon tersebut akan mengalami perubahan lebih lanjut didalam darah atau organ lain, tempat mereka diubah menjadi hormon yang lebih poten atau hormon lain. (sumber: buku fisiologi sheerwood edisi 2, hal 613 sampai 617) 34
  • 35. Gambar 4 : mekanisme molekuler hormone steroid (sumber: http://herkules.oulu.fi/isbn951426844X/html/graphic99.png) Gambar 5 : mekanisme molekuler hormone steroid (sumber: http://www.medicalinsider.com/images/hormones.jpg ) 35
  • 36. 3. Amin Merupakan turunan asam amino tirosin. Terdapat dua kelompok yaitu hormon medula adrenal dan tiroid. disekresikan oleh kelenjar tiroid (tiroksin dan triiodotironin) dan medula adrenal (epinefrin dan norepinefrin) a) hormon tiroid sintesis : hormon tiroid disintesis dan disimpan di kelenjar tiroid dan terikat pada makromolekul protein tiroglobulin, yang tersimpan di dalam folikel – folikel pada kelenjar tiroid. sekresi :terjadi ketika hormon amin lepas dari tiroglobulin dan dilepaskan ke dalam aliran darah. transportasi : di dalam darah, sebagian besar hormon tiroid bergabung dengan protein plasma, terutama globulin. Selanjutnya hormon tiroid akan dilepas perlahan –lahan dan munuju sel target. b) epinefrin dan noreppinefrin sintesis : dibentuk di medula adrenal. Hormon tersebut setelah disintesis ditangkap oleh vesikel prabentuk dan disimpan sampai hormon tersebut disekresikan. Mirip dengan hormon protein dan peptida. Sekskresi : dengan eksositosis transportasi : masuk ke dalam darah dalam bentuk bebas atau terikat dengan zat lain menuju sel target. Golongan amin (hormon tiroid-tiroksin dan katekolamin-medula adrenal) memiliki jalur sintesis yang khas . Namun golongan amin memiliki ciri-ciri :  Berasal dari asam amino tirosin  Enzim-enzim yang terlibat tidak ada di kompartemen organel didalam sel sekretorik  Kedua jenis amin disimpan sampai waktunya untuk disekresikan (sumber: buku fisiologi sheerwood edisi 2, hal 613 sampai 617) 36
  • 37. Gambar 6 : hormon tiroid dan epinefrin (Sumber: www.google.com ) Gambar 7 : struktur kimiawi hormon amin (sumber: www.google.com ) 37
  • 38. Gambar 8 : sintesis epinefrin dan norepinefrin (sumber: www.google.com ) 38
  • 39. 2.1.7 STRUKTUR HORMON SECARA BIOKIMIA Klasifikasi hormone secara kimia : Sifat Peptida Amin Steroid Katekolamin Hormon Tiroid Struktur Rantai asam amino spesifik Turunan tirosin Turunan tirosin beriodium Turunan koloesterol, Kelarutan Hidrofilik (lipofobik) Hidrofilik (lipofobik) Lipofilik (hidrofobik) Lipofilik (hidrofobik) Sintesis Di REK, dikemas di kompleks golgi Di sitosol Di koloid, suatu tempat ekstrasel “dalam” Modifikasi bertahap molekul kolesterol di berbagai kompartemen intrasel Penyimpanan Sejumlah besar dalam granula sekretorik Di granula kromatin Di koloid Tidak disimpan; prekursor kolesterol disimpan di butiran lemak Sekresi Eksositosis granula Eksositosis granula Endositosis koloid Difusi sederhana Transport dalam darah Sebagai hormon bebas Sebagian terikat ke protein plasma Sebagian besar terikat ke protein plasma Sebagian besar terikat ke protein plasma Tempat reseptor Permukaan sel sasaran Permukaan sel sasaran Di dalam sel sasaran Di dalam sel sasaran Mekanisme kerja Perubahan saluran atau pengaktifan system perantara kedua untuk mengubah aktivitas protein yang sudah ada yang menghasilkan Pengaktifan system perantara kedua untuk mengubah aktivitas protein yang sudah ada yang menghasilkan efek Pengaktifan gen spesifik untuk menghasilkan protein baru yang menghasilkan efek Pengaktifan gen spesifik untuk menghasilkan protein baru yang menghasilkan efek 39
  • 40. efek Hormone jenis ini Semua hormone dari hipotalamus, hipofisis anterior, hipofisis posterior, pancreas, kelenjar paratiroid, saluran pencernaan, ginjal hati, sel C tiroid, jantung Hanya hormone – hormone dari medulla adrenal Hanya hormone – hormone dari sel folikel tiroid Hormone – hormone dari korteks adrenal dan gonad ditambah sebagian besar hormone plasenta (vitamin D mirip dengan steroid) Tabel 6 : klasifikasi hormon secara kimiawi (sumber : Sherwood hal ) 2.1.8 REGULASI PRODUKSI HORMON Meskipun konsentrasi hormon berfluktuasi sebagai respon terhadap stimulus, semua hormon dikontrol dengan ketat melalui mekanisme umpan balik negatif. setelah suatu rangsangan menimbulkan pelepasan hormon, keadaan yang dihasilkan dari kerja hormon tersebut akan menyebabkan umpan balik negatif untuk mencegah sekresi berlebih. Sinyal umpan balik ke kelenjar endokrin akan menjadi cukup kuat untuk memperlambat sekresi hormon hanya jika aktivitas jaringan target meningkat ke level yang sesuai. Pengaturan umpan balik terjadi di semua tingkat melibatkan tahap translasi dan transkripsi gen yang terlibat dalam sintesis hormon. Pada beberapa keadaan, umpan balik positif dapat terjadi ketika kerja biologis hormon menimbulkan sekresi tambahan dari hormon tersebut. misalnya lonjakan LH terjadi akibat stimulasi estrogen pada hipofisis anterior sebelum ovulasi, LH 40
  • 41. kemudian menstimulasi ovarium untuk meningkatkan sekresi estrogen tambahan yang selanjutnya menimbulkan sekresi LH lebih banyak lagi. Pergantian pengaturan umpan balik negatif dan positif terhadap sekresi hormon merupakan variasi periodik dalam pelepasan hormon. Dipengaruhi oleh perubahan musim, perkembangan dan penuaan, siklus diurnal (harian), dan tidur. misalnya sekresi hormon pertumbuhan sangat meningkat pada periode awal tidur namun berkurang pada tahap tidur selanjutnya. Variasi siklis sekresi hormon tersebut disebabkan oleh perubahan aktivitas saraf yang terlibat dalam pengaturan pelepasan hormon 2.1.9 ORGAN PENGHASIL HORMON Gambar 9 : lokasi anatomis kelenjar endokrin utama tubuh (Sumber : guyton and hall edisi 11 hal 952) Kelenjar endokrin, hormone, fungsi, dan strukturnya Kelenjar / Hormone Fungsi utama Struktur kimia 41
  • 42. jaringan Hipotalamus TRH Menstimulasi sekresi TSH dan prolaktin Peptide CRH Menimbulkan pelepasan ACTH Peptide GHRH Menimbulkan pelepasan hormon pertumbuhan Peptide GHIH Menghambat elepasan hormone pertumbuhan Peptide GnRH Menimbulkan pelepasan LH dan FSH PIF Menghambat pelepasan prolaktin Amin Hipofisis anterior Hormone pertumbuhan Menstimulasi sintesis protein dan pertumbuhan sebagian besar sel dan jaringan Peptide TSH Menstimulasi sintesis dan sekresi hormone tiroid (tiroksin dan triiodotironin) Peptide ACTH Menstimulasi sintesis dan sekresi hormone adrenokortikal (kortisol, androgen, dan aldosteron) Peptide Prolaktin Meningkatkan pembentukan payudara wanita dan sekresi susu Peptide FSH Menimblkan pertumbuhan folikel di ovarium dan pematangan sperma di sel sertoli testis Peptide LH Menstimulasi sintesis testostron di sel leydig testis; merangsang ovulasi, pembentukan korpus luteum, dan sintesis estrogen dan progesterone di overium Peptide Hipofisis posterior ADH Meningkatkan reabsorpsi air oleh ginjal dan menimbulkan vasokonstriksi dan peningkatan tekana darah Peptide Oksitosin Merangsang ejeksi air susu Peptide 42
  • 43. dari payudara dan kontraksi rahim Kelenjar tiroid Tiroksin dan triiodotironin Meningkatkan kecepatan reaksi kimia di sebagian besar sel sehngga meningkatkan kecepatan metabolism tubuh Amin Kalsitonin Menambah deposit kelsium di tulang dan mengurangi konsentrasi ion kalsium di cairan eksternal Peptide Korteks adrenal Kortisol Memilik berbagai fungsi metabolic untuk mengatur metabolism protein, karbohidrat, dan lemak; juga memiliki efek antiinflamasi Steroid Aldosteron Meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal, sekresi kalium, dan sekresi ion hydrogen Steroid Medulla adrenal Norepinefrin, epinefrin Memiliki efek yang sama seperti efek pengerasan simpatis Amin Pancreas Insulin Miningktatkan ambilan glukosa di banyak sel, dan dengan cara ini juga mengatur metabolism karbohidrat Peptide Glucagon Meningkatkan sintesis dan pelepasan glukosa dari hati ke dalam cairan tubuh Peptide Kelenjar para- tiroid Hormon paratiroid Mengatur konsentrasi ion kalsium serum dengan cara meningkatkan absorbs kalsium oleh usus dan ginjal serta melepas kalsium dari tulang Peptide Testis Testosterone Memacu perkembangan system reproduksi pria dan ciri seksual sekunder pria Steroid Ovarium Estrogen Memacu pertumbuhan dan Steroid 43
  • 44. perkembangan sistem reproduksi wanita, payudara wanita, dan cirri seksual sekunder wanita Progesterone Menstimulasi sekresi “getah uterus” oleh kelenjar endometrium uterus dan perkembangan alat pensekresi di payudara Steroid Plasenta HCG Meningkatkan pertumbuhan korpus luteum dan sekresi estrogen dan progesterone oleh korpus luteum Peptide Human somatomammotropin Kemungkinan membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan janin dan payudara ibu Peptide Estrogen Lihat kerja estrogen dari ovarium Steroid Progesterone Lihat kerja progesterone dari ovarium Steroid Ginjal Rennin Mengatalisis perubahan angioten sinogen menjadi angiotensin I (bertindak sebagai enzim) Peptide 1,25- Dihidroksikolekalsiferol Meningkatkan absorbs kalsium dan mineralisasi tulang Steroid Eritropoietin Meningkatkan produksi eritosit Peptide Jantung ANP Meningkatkan ekskresi natrium oleh ginjal, menurunkan tekanan darah Peptide Lambung Gastrin Menstimulasi sekresi HCL oleh sel parietal Peptide Usus halus Sekretin CCK Menstimulasi sel asinar pancreas untuk melepaskan bikarbonat dan air. Merangsang kontraksi kandung empedu dan Peptide Peptida 44
  • 45. melepaskan enzim pankreas Adiposit Leptin Menghambat nafsu makan, merangsang termogenesis Peptide Tabel 7 : kelenjar endokrin, hormon, fungsi dan strukturnya (sumber : guyton and hall hal 953 – 954) 2.1.10 DEGRADASI HORMONAL Pengikatan oleh reseptor permukaan sel untuk hormon atau melalui tempat pengikatan hormon permukaan sel non reseptor, selanjutnya dengan ambilan ke dalam sel (internalisasi)dan degradasi oleh enzim spesifik memperantarai membran sel atau ke dalam sel, proses ini berbeda-beda untuk masing-masing hormon, langkah pertama terlihat dapaty menginaktifkan hormon (disebabkan) contohnya pada kasus insulin. Gambar 10 : degradasi hormonal (sumber : www.google.com) 2.1.12 INTERAKSI HORMON DAN RESEPTOR (sumber : greenspan, Sherwood) 45
  • 46. Bila ada hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta disosiasi mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan permukaan sel kemudian sel kemudian tersedia untuk berikatan dengan reseptor. Pada umumnya hormon berikatan secara reversible dan non kovalen dengan reseptornya ikatan ini di sebabkan tiga jenis kekuatan:. Pertama: Adanya pengaruh hidrofobik pada hormon dan reseptor saling berinteraksi satu sama lain. Kedua : Gugusan bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor sehingga mempermudah interaksi. Ketiga: Daya van der waals yang sangat tergantung pada jarak yang didapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan, untuk interaksi hormon dan reseptor yaitu pada konsentrasi dimana perubahan kadarnya dapat mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap respons hormon. Gambar 11 : interaksi hormone - reseptor ( sumber : www.google.com ) 2.2 HIPOTALAMUS DAN HIPOFISIS 2.2.1 ANATOMI 46
  • 47. (sumber : Sobotta, edisi 21) Hypothalamus merupakan bagian dari diencephalon. Sedangkan diencephalon sendiri menghubungkan mesencephalon dengan hemisphere cerebri. Yang termasuk diencephalon adalah : 1. Thalamus 2. Metathalamus, terdiri dari corpus geniculatum laterale dan mediale 3. Epithalamus , terdiri dari habenular nucleus dan pineal gland 4. Subthalamus 5. Hypothalamus* 47
  • 48. Gambar 12 : diencephalon (sumber : sobbota edisi 21 hal 285 gambar no 485) Gambar 13 : diencephalon potongan sagital (sumber : www.google.com ) HIPOTALAMUS Hypothalamus membentuk bagian ventral dan rostral dari dinding ventricle tertius. Dengan thalamus, hypothalamus dibatasi dengan sulcus hypothalamicus. Bagian-bagian yang dapat dilihat dari hypothalamus adalah : a. Corpus mamilare merupakan 2 massa yg bulat dengan penampang kurang lebih 5 mm, terletak di tengah-tengah, dekat dengan pedunculus cerebri. b. Tuber Cinerium merupakan suatu lapisan dari substansia grisea yg terletak antara corpus mamilare & chiasma opticus. 48
  • 49. c. Infundibulum merupakan suatu tonjolan yang berjalan pada permukaan bawah tuber cinerium dan berakhir pada lobus posterior hypofisis. d. Hypofisis cerebri* (diterangkan dalam bab sendiri) e. Chiasma opticus merupakan terletak pada pertemuan antara dasar dan dinding anterior ventriculus tertius. Ke arah anterior, n. Opticus berjalan dari chiasma opticus menuju sisi lateral hypofisis untuk masuk ke dalam cavum orbita melalui foramen opticus. Ke arah posterior, tractus opticus berjalan dari chiasma opticus menyilang pedunculus cerebri antara substansia perforate posterior dan tuber cinerium menuju corpus geniculatum lateralis. STRUKTUR HIPOTALAMUS Bagian-bagian dari hypothalamus terdiri dari nucleus-nucleus antara lain : 1. Nucleus paraventriculus : menghubungkan thalamus dengan substansia grisea. 2. Nucleus supraopticus : di sekitar nucleus ini banyak mengandung kapiler. Nucleus bagian afferens menerima serat-serat dari nucleus para ventricularis sedangkan efferens menuju ke tractus supraopticushypophysealis. 3. Nucleus hypothalamus posterior : mempunyai hubungan dengan medial fore brain hundle. area ini merupakan asal dari descending afferen hypothalamus yang berjalan secara difus menyebar melalui pars lateralis tegmentum pons dan medulla. 4. Nucleus ventromedial hypothalamus : mempunyai hubungan dengan medial fore brain. Efferentnya menuju nucleus dorsimedialis dan dorsal (posterior) hypothalamic area. 5. Mamillary region : terdiri dari nucleus mamillary medialis yg menyebabkan tonjolan pada corpus mamilary lateralis yang ukurannya lebih kecil dan letaknya pada sudut antara nucleus memilaris medialis dan basis cerebri. 6. Nucleus intercales : kelompok nuclei yang terdiri dari nucleus medialis dan nucleus lateralis dimana ia akan menerima serat-serat dari medial fore brain. Efferennya akan ikut tractus mamilothalamus dan tractus mamille tegmentalis. 7. Lateral hypothalamic area : area ini letaknya lateral dari preoptic area & serat- seratnya menuju tegmentum mesenccephali. 8. Preoptic area : berasal dari telencephalon rostral dari hypothalamus. Dibagian medial, preoptic area berhubungan dengan hypothalamus sedangkan di bagian rostral ia berhubungan dengan stria terminalis, commisura anterior dan area parolfactoria. Di sebelah lateral preoptic area berjalan media forebrain. 49
  • 50. Gambar 14 : hipotalamus (sumber : sobbota edisi 21 hal 294 gambar no 504 ) FUNGSI HIPOTALAMUS : – Regulasi sekresi hormon hypofisis – Mengontrol fungsi sistem saraf otonom – Mengontrol regulasi temperatur tubuh, jika rusak maka akan meningkatkan suhu tubuh (chiasma opticus yg menyebabkan suhu tubuh naik) dan tidak akan turun dengan obat antipiretik – Mengatur food and water intake, rangsangan melalui fornix dan truncus mamilothalamicus akan menyebabkan polydipsia. Lateral hypothalamus area merupakan pusat lapar, sedangkan medial hypothalamus area merupakan pusat kenyang – Mengatur saat tidur (istirahat) – Berpengaruh pada tingkah laku serta emosional Ventriculus tertius merupakan celah di antara dua thalamus dan diliputi oleh ependym dan cairan liquor cerebri spinalis. Akhiran rostralnya terbuka pada foramen interventrikuler 50
  • 51. monroe dan berhubungan dengan ventrikel lateralis. Adapun akhiran posteriornya akan kontinyu dengan aquaductus cerebri sylvii. dinding lateralnya terbagi oleh sulcus hypothalamic menjadi pars superior dan inferior. Pars superiornya berisi collum fornicis dan thalamus. Pars inferiornya berisi subthalamus dan hypothalamus. Di bagian rostral ventriculus tertius di batasi oleh lamina terminalis dan commissural anterior. Atapnya, sebagian dibentuk oleh septum pelucidium ke arah posterior, atap sepanjang fornix cerebri dan splenium corporis callosi. HIPOFISIS (Source, Dorland dictionary dan Sobotta edisi 21) Terletak di dasar tengkorak, kelenjar ini dilindungi struktur tulang yang disebut bagian sela tursica yang merupakan bagian dari os sphenoid. Hypofisis merupakan kelenjar endokrin seukuran kacang polong dan beratnya 0,5 gram. Bentuknya menyerupai tonjolan dari bawah hypothalamus di dasar otak, terletak dalam tulang rongga kecil (sela tursika) ditutupi oleh dural flip (diaphragma sela fossa hypofisis). Hypofisis merupakan kelenjar terbesar dan terhubung dengan hypothalamus oleh eminensia median. Secara fungsional, Hypothalamus melepaskan faktor pemicu yg merangsang sekresi daripada hypofisis. Jika ada masalah dengan kelenjar ini dapat menyebabkan kelainan (contoh, gigantisme). Sintesis bagian anterior hypofisis (adenohypofisis) mengeluarkan hormon endokrin penting seperti ACTH, TSH, PRL, GH, endorfin, FSH & LH, MSH. Pengendalian hypothalamus 51
  • 52. dengan dikeluarkannya hormon hypothalamus ke lobus anterior hypofisis dengan cara khusus kapiler sistem, yang di sebut sistem portal hypophyseal hypothalamus. Hypofisis anterior dibagi menjadi wilayah anatomi yang di kenal sebagai pars tuberalis, pars intermedia dan pars distalis. Ini berkembang dari depresi dinding dorsal faring (bagian stomodial) dikenal sebagai kantong rathke. Gambar 15 : anatomi hipofisis (sumber : www.google.com) Oksitosin merupakan salah satu dari hormon untuk membuat hormon loop umpan balik positif. Sebagai contoh, kontraksi uterus merangsang pelepasan oksitosin dari hypofisis posterior yang akan meningkatkan kontraksi rahim. Topografi : di sebelah lateral hypofisis berjalan a. Carotis interna dan sinus cavernosus. Di sebelah atas dari hypofisis di dapatkan sinus intercavernosus dan diaphragma selae. Antara hypofisis dan hemisphere cerebri didapatkan N. Opticus, Chiasma opticus dan tractus opticus. 52
  • 53. Arterialisasi : Adenohypofisis mendapatkan darah dari a hypophysealis superior. Sedangkan neurohypofisis mendapatkan darah dari a hypophysealis inferior. Vena-venanya membentuk sinusoid-sinusoid. Inervasi : Adenohypofisis mendapatkan inervasi dari serat-serat simpatis yang berasal dari ganglion cervicalis superior. Neurohypofisis mendapatkan inervasi dari serat-serat yang berasal dari nucleus supraopticus dan nucleus paraventricularis yang berjalan menuju hypofisis melalui tractus hypothalamus hypophysealis. 2.2.2 HISTOLOGI (sumber : (1) greenspan baxter (2) histology junqueira ) Hipofisis adalah organ yang menempel pada Hipotalamus dengan penghubung yang disebut sebagai infundibulum. Kelenjar Hipofisis ini terdapat pada Fossa Hipofisial di dalam Sella Turcica dari tulang Shenoid. (2) Hipofifis diperdarahi oleh dua arteri utama yaitu, Arteri Hipofiseal Superior yang berasal dari Jaringan Kapiler Utama/Primer. Yang memperdarahiMedian Eminense dan Infundibular. Dan Arteri Hipofiseal Inferior yang berasal dari Jaringan Kapiler Sekunder yang akan memperdarahi Neurohipofisis. (2) Kemudian Hipofisis dibagi menjadi dua bagian yaitu, Lobus Anterior dan Lobus Posterior. Adenohipofisis dibagi dalam beberapa bagian, yang terdiri dari.(1) • Pars Distal merupakan bagian yang dilapisi jaringan ikat yang tipis, dan terdiri dari Chromofil yang mengandung basofil dan asidofil. Basofil adalah bagian yang akan menghasilkan Gonadotropic,Corticotropic,dan Thyroitropic. Sedangkan bagian Asidofil menghasilkan Somatotropic dan Mammotropic Yang lainnya yaitu Chromofob yang mengandung penghasil hormone yang serupa namun cenderung heterogen. • Pars Tubelaris Pada bagian ini diproduksi hormon FSH dan LH • Pars intermediana Pada bagian ini menghasilkan hormone MSH, theta-LPH, bheta-ENDORPHIN 53
  • 54. Gambar 16 : anatomi hipotalamus dan pituitary (sumber : histology junqueira) Neurohipopfisis terdiri dari Pars Nervosa dan infundibulum. Dan hanya mensekresikan Vasopresin dan Oksitosin. Hipofisis juga dapat diklasifikasikan menurut hasil yang disekresikan, yaitu • Somatotrof yang akan mensekresikan GH dan berjumlah 50% dari total kelenjar • Laktotrof yang akan mensekresikan PRL dan berjumlah 10-15% • Tirotrof yang akan mensekresikan TSH dan berjumlah 10-25% • Kortikotrof yang akan mensekresikan ACTH dan berjumlah 10-25% • Gonadotrof yang akan mensekresikan FSH dan LH dan berjumlah 10-15% 2.2.3 EMBRIOLOGI Sistem Saraf Pusat (sumber : www.medscape.com) Perkembangan SSP dimulai pada awal minggu ke-3. The cephalic end dari tuba neural memperlihatkan 3 bagian yang menggelembung, yang disebut sebagai vesikel otak primer: (a) The Prosencephalon, or forebrain; (b) The Mesencephalon, or midbrain; (c) The Rhombencephalon, or hindbrain 54
  • 55. Pada saat embrio berusia 5 minggu, prosencephalon terbagi menjadi dua bagian 1) Telencephalon, yang kelak akan berkembang menjadi hemisfer cerebral, dan 2) Diencephalon, yang akan membentuk mangkuk dan rangkai optic, hipofisis, thalamus, hypothalamus, dan epiphysis. Embriologi Hipothalamus (sumber : embriologi langman) Lamina alaris membentuk dinding lateral diensefalon. Sebuah alur, sulcus hipothalamicus, membagi lamina alaris menjadi daerah dorsal dan ventral, yaitu masing-masing thalamus dan hipothalamus. Sebagai akibat kegiatan proliferasi yang tinggi, thalamus berangsur-angsur menjorok ke dalam rongga diensefalon. Kerapkali, tonjolan ini sedemikian besarnya sehingga daerah thalamus dari sisi kanan dan kiri bersatu di garis tengah, sambil membentuk massa intermedia atau connexus interthalamicus. Hipothalamus yang membentuk bagian bawah lamina alaris, berdiferensiasi menjadi sejumlah daerah inti, yang berperan sebagai pusat pengatur fungsi-fungsi viseral, termasuk tidur, pencernaan, suhu tubuh, dan prilaku emosional. Salah satu di antara kelompok ini, corpus mammillare, membentuk sebuah tonjolan tersendiri pada permukaan ventral hipothalamus di sisi kanan dan kiri garis tengah. Prinsip kuncinya hypothalamus menerima input sensori dari lingkungan eksternal dan menerima informasi dari lingkungan interna. Sebagai tambahan juga berhubungan dengan kontrol neuroendokrin, hormon (glukokortikoid, estrogen, testosteron, hormon tiroid yang akan memberikan feedback negatif maupun positif secara langsung pada hypothalamus. Dalam hypothalamus terdapat sel-sel neural peptidergik yang akan melepaskan dan menghambat hormon-hormon. Sel-sel ini mempunyai karakteristik neuron-neuron dan sel-sel kelenjar endokrin. Dan akan memberikan respon atas sinyal-sinyal yang dialirkan melalui aliran darah, sebagai neurotransmitter diotak, proses ini dikenal sebagai neurosekresi. Embriologi Hipofisis (sumber : Embriologi Langman) Hipofisis atau kelenjar pituitari berkembang dari dua bagian yaitu dari sebuah kantong ektoderm dari stomodeum tepat di depan membrana bukofaringealis, yang 55
  • 56. dikenal sebagai kantong rathke, dan dari perluasan diensefalon ke bawah, yaitu infundibulum. Ketika mudigah berumur kurang lebih 3 minggu, kantong Rathke terlihat sebagai evaginasi dari kavum oral, dan selanjutnya tumbuh ke dorsal ke arah infundibulum. Pada akhir bulan ke-2, kantong ini kehilangan hubungannya dengan kavum oral dan kemudian berhubungan erat dengan infundibulum. Selama perkembangan selanjutnya, sel-sel pada dinding anterior dari kantong Ratkhe bertambah banyak jumlahnya dan membentuk lobus anterior hipofisis atau adenohipofisis. Sebuar perluasan kecil dari lobus ini,pars tuberalis, tumbuh di sepanjang tangkai infundibulum dan akhirnya mengelilingi infundibulum. Dinding posterior kantong Ratkhe berkembang menjadi pars intermedia, yang pada manusia tampaknya tidak begitu penting. Infundibulum menghasilkan tangkai dan pars nervosa atau lobus pusterior hipofisis (neurohipofisis). Bagian ini tersusun dari sel-sel neuroglia. Di samping itu bagian ini juga mengandung sejumlah serat saraf yang datang dari daerah hipothalamus. Pada manusia, hipofisis terbagi menjadi 2 bagian besar, adenohypophysis dan neurohypophysis. Adenohipofisis terbagi lagi menjadi 3 lobus, pars distalis (lobus anterior), pars intermedia (lobus intermedia), dan pars tuberalis. Lobus intermedia berkembang dengan sangat baik pada hampir semua mamalia, hanya pada manusia dewasa menjadi vestige rudimenter, dengan bagian terbesar dari sel- sel lobus intermedia yang terdispersi pada lobus anterior dan posterior Neurohypophysis terdiri dari pars nervosa (dikenal sebagai lobus posterior atau neural), tangkai infundibulum, dan median eminence. Batang atau tangkai infundibular dikelilingi oleh pars tuberalis, dan bersama membentuk tangkai hipofiseal. Kelenjar hipofisis ini terletak pada sella turcica (the Turkish saddle) dari tulang sphenoid dan berada di dasar hypothalamus. Lobus anterior dan lobus intermedia dari hipofisis berasal dari invaginasi dorsal epithelium the pharyngeal , yang disebut kantong Rathke, sebagai respon dari penekanan neuroepithelium diencephalon ventral. 2.2.4 FISIOLOGI : MEKANISME KERJA 56
  • 57. FISIOLOGI HIPOTALAMUS DAN HIPOFISIS Hipotalamus merupakan bagian kecil otak yang menerima input baik langsung maupun tidak dari semua bagian otak. Hipofisis adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak dirongga bertulang didasar otak, dibawah hipotalamus. Hipofisis dan hipotalamus dihubungkan oleh sebuah tangkai kecil, infundibulum, yang mengandung serat saraf dan pembuluh darah. Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, hipofisis anterior dan hipofisis posterior. Hipofisis posterior, secara embriologis berasal dari pertumbuhan berlebihan otak, terdiri dari jaringan saraf dan disebut juga neurohipofisis. Sedangkan hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang secara embriologis berasal dari penonjolan dari atap mulut. Hipofisis anterior juga disebut dengan adenohipofisis. Pada adenohipofisis beberapa spesies, lobus intermedius (lobus ketiga) juga ditemukan, pada vetebra rendah lobus ini mengeluarkan beberapa melanocyte- stimulating hormones atau MSH yang mengatur warna kulit dengan mengontrol penyebaran granula berpigmen melanin. Sedangkan pada manusia MSH sendiri di sekresi oleh hipotalamus anterior. Fungsi MSH ini kalaupun ada, masih belum jelas. Perbedaan antara hipofisis anterior dan posterior juga terdapat pada hormon yang mereka hasilkan. Hipofisis anterior mensintesis sendiri hormonnya, sedangkan hipofisis posterior tidak menghasilkan hormon apa-apa, tetapi hanya menyimpan dan mengeluarkan hormon yang telah disintesis oleh hipotalamus, yaitu hormon antidiuretik (ADH) atau vasopresin dan oksitosin yang disintesis oleh badan sel neuron kedalam darah. Vasopresin berfungsi untuk meningkatkan retensi H2O oleh ginjal dan untuk kontraksi otot polos arteriol yang berperan dalam sistem kardiovaskular. Sedangkan oksitosin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dan mendorong pengeluaran susu dari kelenjar mamaria (payudara). (Sumber : Fisiologi manusia, Lauralee Sherwood) Dengan adanya masukan stimulatorik ke hipotalamus, vasopresin dan oksitosin dilepaskan kedalam darah dari hipofisis posterior lewat proses eksositosis granula sekretorik yang bersangkutan. Hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon releasing dan inhibiting kedalam darah. 57
  • 58. 1. Hormon pertumbuhan (growth hormone, GH), hormon utama yang bertanggung jawab mengatur pertumbuhan secara keseluruhan dan sebagai metabolisme perantara. 2. Thyroid-stimulating hormone, TSH, merangsang sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tiroid. 3. Adrenokortikotropik, ACTH, merangsang sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan meningkatkan pertumbuhan korteks adrenal. 4. Follicle-stimulating hormone, FSH, pada wanita hormon ini berfungsi untuk menstimulasi folikel ovarium dan pada pria untuk produksi sperma. 5. Luteinizing hormone, LH, pada wanita hormon ini berfungsi untuk ovulasi, pembentukan korpus luteum, dan pengaturan sekresi hormon wanita. 6. Prolaktin, PRL, meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukan susu pada wanita. Hipotalamus dengan sel kelenjar hipofisis dihubungkan oleh pembuluh darah yang berakhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya, sehingga disebut sistem porta hipotalamus-hipofisis. Sistem porta ini merupakan saluran vaskular yang penting karena sebagai penghubung antara otak dan sistem endokrin. Hampir semua aliran darah ke hipofisis anterior mula-mula harus melalui hipotalamus. Karena pertukaran bahan-bahan antara darah dan jaringan sekitarnya hanya dapat terjadi pada tingkat kapiler, sistem porta hipotalamus-hipofisis menyediakan suatu rute tempat hormon pelepas dan penghambat dapat diserap dihipotalamus serta dengan segera langsung disampaikan ke hipofisis anterior dalam konsentrasi yang tinggi. (sumber : Fisiologi manusia, Lauralee Sherwood) Sekresi hormon hipofisis anterior di kontrol oleh hormon pelepas dan penghambat hipotalamus. Hormon selain menimbulkan efek fisiologisnya, juga bekerja menekan sekresinya. Penekanan ini yang disebut umpan balik negatif lengkung panjang (long-loop negative feedback), dilaksanakan oleh hormon organ sasaran dengan bekerja secara langsung pada hipofisis itu sendiri atau pada pengeluaran hormon hipotalamus, yang kemudian mengatur fungsi hipofisis anterior. Sebagai contaoh, pada sistem CRH-ACTH-kortisol. CRH hipotalamus merangsang hipofisis anterior untuk mengeluarkan ACTH, setelah itu ACTH merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol. Hormon akhir pada sistem ini, kortisol, menghambat sekresi CRH oleh hipotalamus serta menurunkan kepekaan sel-sel penghasil ACTH terhadap CRH dengan bekerja 58
  • 59. langsung pada hipofisis anterior. Itu dilakukan untuk menstabilkan konsentrasi dalam plasma, agar kadar hormon organ susunannya konstan. Sebaliknya jika kadar kortisol menurun, efek inhibisi pada hipotalamus berkurang. Terdapat juga umpan balik negatif lengkung pendek, contohnya prolaktin, bekerja langsung ke hipotalamus untuk mengontrol sekresi prolaktin. Sedangkan untuk umpan balik positif, contohnya estrogen pada sekresi LH, mengakibatkan lonjakan LH untuk ovulasi. (sumber : Fisiologi manusia, Lauralee Sherwood) 2.2.5 GANGGUAN FUNGSI HIPOFISIS Gangguan pada Hypothalamus-Pituitary dapat memunculkan beragam manifestasi, termasuk hipersekresi hormon pituitary dan hiposekresi, pembesaran sella tursica dan kehilangan penglihatan. Evaluasi yang tepat dapat menegakan diagnosis awal hingga dapat diberikan terapi. Etiologi dan manifestasi awal (dewasa) Dapat menimbulkan manifestasi lanjut yaitu sakit kepala dan hilang pengelihatan. 59
  • 60. Etiologi dan manifestasi (anak) Biasanya manifestasi ini menjadi gangguan pada endokrin (rendahnya Growth Hormone, masa pubertas terlambat, diabetes insipidus) dan mengarah ke manifestasi lanjut seperti sakit kepala, hilang pengelihatan dan gangguan pada sistem saraf pusat (SSP). (sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132) Manifestasi lanjut a) Hipersekresi hypofisis PRL yang meningkat merupakan penunjuk utama pada penderita adenoma hypofisis. Biasanya penderita akan mengalami gejala-gejala seperti galactorrhea, disfungsi gonadal, defisiensi gonadotropin dan pembesaran sella tursika. peningkatan GH & ACTH merupakan karateristik pada akromegali dan Gambar 17 : akromegali (sumber : ) 60
  • 61. sindrom Cushing. Gambar 18 : sindrom cushing (sumber : ) b) Insufficiency Hypofisis (Hyposekresi) Hyposekresi dapat menjadi gambaran pada penderita adenoma hypofisis, namun hanya sekitar 20% dari kasus dan biasanya menimbulkan kelainan hypogonadisme pada orang dewasa yang berhubungan dengan penurunan sekresi PRL, GH, ACTH dan kortisol. Hypogonadisme juga dapat di deteksi dengan sekresi GnRH (dapat juga melihat kadar FSH dan LH), lalu memeriksa kadar hormon lain seperti PRL, GH, ACTH dan kortisol. Pada anak-anak, gambaran paling sering adalah postur tubuh yang pendek yang menunjukan adanya defisiensi GH. (sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132) c) Pembesaran sella tursika Pasien yang mengalami pembesaran sella tursika dapat di deteksi dengan radiograph. Pembesaran sella tursika ini dapat menjadi penyebab adenoma hypofisis (jarang), empty sella syndrome, craniopharyngioma, lymphocytic hypophysitis dan carotid artery aneurysm. Evaluasi harus termasuk pemeriksaan hypofisis (disfungsi hypofisis) dan kadar PRL, thyroid dan fungsi adrenal. Diagnosa dapat ditegakan dengan MRI. 61
  • 62. (sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132) d) Gangguan pengelihatan merupakan manifestasi lanjutan dan dapat di diagnosis dengan evaluasi neuro- opthalmologic dan neuro-cardiologic dengan MRI, yang dapat menunjukan adanya tumor. Kadar PRL perlu diperiksa, insufisiensi hypofisis dan adenoma hypofisis (ada/tidak). keadaan di atas dapat menyebabkan gangguan pengelihatan dengan cara kelainan pada hypofisis menyebar hingga ke sinus cavernosus, mengganggu fungsi pada nervus ke 3, 4 atau 6 dan menyebabkan diplopia (2 bayangan dalam satu objek). (sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132) e) Diabetes insipidus (kelainan metabolik yang disebabkan defisiensi hormon antidiuretik hingga menyebabkan kegagalan reabsorpsi air pada tubulus ginjal dan mengakibatkan poliuria dan sering haus.) Manifestasi tersering pada gangguan hypothalamus dan jarang pada gangguan hypofisis. Diagnosisnya adalah dengan evaluasi radiologi dan fungsi hypofisis anteriornya. (sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132) f) Empty Sella Syndrome keadaan dimana diaphragma sella tursika tidak berfungsi sehingga membiarkan cairan cerebrospinal masuk ke dalam sella tursika dan mendesak dinding sekitar yang menyebabkan pembesaran sella tursika. kebanyakan terjadi pada wanita dewasa (middle aged) yang obesitas, hipertensi dan 48% mengeluhkan sakit kepala yang dapat didiagnosis dengan pemeriksaan X-ray atau MRI. Pada pemeriksaan menunjukan fungsi normal pada hypofisis anterior, tapi terkadang dapat dengan prolaktinemia. Hal ini diperlukan untuk mengetahui penyebab jelasnya apakah karena hyposekresi atau hypersekresi. (sumber : Basic and clinical endocrinology, Lange edisi 8, page 131-132) 62
  • 63. 2.2.6 GANGGUAN FUNGSI HIPOTALAMUS Disfungsi hipotalamus paling sering disebabkan oleh tumor, dimana kraniofaringioma adalah tumor yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. a. KRANIOFARINGIOMA Definisi : Kraniofaringioma merupakan neoplasma yang berasal dari sela tursica, intrasellar, ataupun suprasellar. 80% dari pasien karena defisiensi endokrin dari hipotalamus dan hipofisis. Manifestasi klinis : • Sakit kepala • Mual dan muntah • Obesitas • Pertumbuhan terhambat • Polyuria Gejala yang mengarahkan pada diagnosis sering berupa timbulnya kelainan- kelainan neurologis dan disebabkan oleh efek massa tumor yang mengadakan ekspansi. Patogenesis : • Secara congenital berasal dari sisa kantung rathke yang bertransformasi dalam periode waktu yang nyata. • Merupakan derivate sel-sel embrionik yang tidak di absorbsi sehingga mengalami pertumbuhan yang abnormal. (sumber : Patofisiologi Sylvia A. Price) Tipe : 1. Adamantinomatous Form Terdapat kista multilokular yang berisi kolestrol 2. Papillary Form Mengandung deposisi keratin, banyak lapisan solid, dan di lapisi oleh squamos. 63
  • 64. Patofisiologi : Perkembangan abnormal sisa sel embrionik kantung rathke Adenoma sela tursica Massa menekan aliran saluran cairan Csf Gangguan hipofisis Tekanan intracranial Sel gonadotropin dan somatototropin terganggu Mual dan muntah Kontrol FSH, LH, dan GH terganggu Perkembangan pertumbuhan terganggu Delayed pubertas Diagnosis: Pasien dengan persangkaan tumor hipotalamus harus dilakukan pemeriksaan MRI untuk menentukan adanya penyebaran dan jenis tumor. Penentuan fungsi hipofisis anterior lengkap sangat mutlak harus dilakukan pada pasien ini, karena kelainan defisiensi ditemukan pada kebanyakan kasus dan hasil pemeriksaan akan menentukan kebutuhan terapi. Kadar PRL juga harus ditentukan, karena kebanyakan lesi hipotalamus menyebabkan hiperprolaktinemia baik di sebabkan oleh kerusakan hipotalamus atau karena kerusakan pada tangkai hipofisis. Terapi : Terapi tergantung dari jenis tumor. Reseksi komplit dari kraniofaringioma biasanya tidak mungkin dikerjaka, tumor ini dapat di atasi dengan pembedahan 64
  • 65. neurologis yang terbatas, angkat tumor yang dapat dicapai dan dilakukan dekomperasi dari kista, di ikuti dengan radioterapi konvensional. b. LESI HIPOTALAMUS Lesi hipotalamus bisa terjadi karena tumor, inflamasi, dan trauma. Lesi hipotalamus pada bagian anterior mengakibatkan gangguan pengaturan suhu pada tubuh. Lesi hipotalamus pada bagian medial mengakibatkan kehilangan rasa haus, nafsu makan meningkat (hiperfagia), asupan kalori meningkat sehingga menyebabkan obesitas. Lesi hipotalamus pada bagian lateral menyebabkan gangguan asupan makanan, menghentikan rasa lapar, keinginan makan tidak ada (afagia), anoreksia. Lesi hipotalamus pada bagian posterior mengakibatkan kekosongan memori dan gangguan emosi. Lesi yang terjadi pada hipotalamus berefek terhadap pelepasan hormon hipofisis. Contohnya ADH, jika tidak dilepaskan, akan terjadi diabetes insipidus dimana ginjal tidak mampu memekatkan urin, sehingga pengeluaran urin mencapai 20 liter/hari. Sebaliknya jika kelebihan ADH menyebabkan penurunan ekskresi air (oliguria) dan terjadi batu urin (urolitiasis). (sumber : Patofisiologi Florian Lang) c. HIPOPITUITARISME Hipopituitarisme biasanya terjadi karena akibat dari tumor, kraniofaringioma, dan lesi hipotalamus. Gejala penyakitnya berbeda pada anak dan dewasa. Pada anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi pelepasan GH, sehingga menyebabkan tubuh menjadi kerdil. Sedangkan pada orang dewasa juga terdapat defisiensi GH, walaupun tubuhnya tetap normal karena defisiensinya baru terjadi saat dewasa, defisiensi yang di maksud adalah timbulnya kepekaan yang luar biasa terhadap insulin dan hipoglikemia puasa, juga mengakibatkan hilangnya rambut tubuh, penurunan libido, amenorea, atrofi payudara, dan genetalia. Pada penderita biasanya tidak merespon terhadap pemberian hormon perangsang sekresi seperti insulin, CRH, TRH, dan GnRH. Pengobatannya biasanya dengan cara melakukan penggantian hormon yang kurang, contohnya GH, dengan teknik rekombinasi asam deoksiribonukleat. Di injeksi tiap hari. 65
  • 66. (sumber : system endokrinologi greenspan) 2.2.7 HIPERSEKRESI DAN HIPOSEKRESI Gangguan endokrin paling sering disebabkan oleh kelainan konsentrasi hormon dalam plasma akibat kecepatan sekresi yang tidak sesuai, jadi sekresi terlalu sedikit (hiposekresi) atau terlalu banyak (hipersekresi). Kadang-kadang disfungsi endokrin terjadi akibat kelainan ketanggapan sel sasaran terhadap hormon, walaupun konsentrasi hormon dalam plasma normal. HIPERSEKRESI (1) Penyebab tersering dari gejala hipersekresi ini adalah Adenoma Hipofisis, yang akan menimbulkan gejala klinis awal yang timbul PRL yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan Hipogonadisme sekunder. Terdapat dua jenis Adenoma, yaitu • Mikroadenoma hipofisis : Ukurannya yaitu <1cm dengan manifestasi hormone yang berlebihan tanpa terjadi penekanan Sellar atau Ekstrasellar. Dan kemungkinan besar dapat diobati. • Makroadenoma hipofisis : Ukuran yaitu >1cm dengan pembesaran Sellar yang nyata dan bisa terjadi kehilangan penglihatan, namun kemungkinan untuk sembuh besar, Terapi yang diberikan pada penderita yaitu: • Pembedahan • Mikro transphenoidal kea rah Sella turcica. Cara ini sering digunakan • Kraniotomi transfrontal hanya dilakukan saat sudah terjadi massif. • Radiologi • Sinar Rontgen : dosis yaand diberikan 4000-5000 rad, dan perharinya 180-200rad. Pengobatan ini menyita waktu karena memerlukan waktu 5- 10th . Selain itu dapat terjadi gejala lain seperti Malaise,Nausea,Otitis Media Serosa, kerusakan Kiasmata, dan kejang kejang • Partikel Berat : Diberikan partikel alpha atau proton. Pengobatan ini singkat karena waktu yang diperlukan 2th. Proses ini memiliki kelebihan 66
  • 67. yaitu bisa mencakup daerah kecil dengan dosis 8000-12000rad. Dan kerugiannya adalah tidak bisa mengbati tumor dengan diameter >1,5 cm. • Medis Diberikan antagonis Dopamin, yaitu Bromokriptin, dan cara ini berhasil pada hiperprolakteinemia dan akromegali PROLACTINOMA (1) Definisi : hipersekresi prolaktin karena Adenoma Hipofisi. Hal ini bisa menyebabkan Galaktorrea, Disfungsi Gonad, Pembesaran Sellar, Amenorrea, Libido menurun, dan Impotensi Patologi : Terjadi jika PRL yang mengisi Sella turcica dan mengadakan penekanan Lobus Anterior dan Posterior karena adanya adenoma. Gejala klinis : • Galaktorrea • Disfungsi gonad • Wanita : amenorrea, oligoamnorea dengan siklus anovulatirok, infertilitas, berkurangnya lubrikasi krn defisiensi estrogen. • Pria : libido menurun, pembesrn sellar, sakit kepala, gangguan penglihatan, berkurangnya jumlah sperma. Diagnosis banding : • Kehamilan • Hipertiroidsme primer • Kelainan hipotalamus-hipofisis Diagnosis : • Evaluasi umum • Riwayat menstruasi pada wanita 67
  • 68. • Kehamilan • Kesuburan • Fungsi seksual • Diagnosis spesifik • Tes PRL Basal dan Neuroradiologi [200ng/mL (1,91 nmol/L)] • MRI / CT-scan Terapi : • Mikro transpheniodal Gambar 19 : mikro transpheniodal (sumber : www.virginia.edu ) • Kranio transfrontal • Bromokriptin Gambar 20 : bromokriptin 68
  • 69. (sumber : www.videoklinika.edu ) • Pergolid Gambar 21 : pergolid (sumber www.vetdispense.co.uk ) • Radiologi HIPOSEKRESI (sumber : fisiologi Sherwood) Apabila suatu organ endokrin mengeluarkan terlalu sedikit hormon akibat kelainan di dalam organ tersebut, keadaan yang terjadi disebut hiposekresi primer. Apabila di pihak lain, organ endokrin normal, tetapi mengeluarkan sedikit hormon karena defisiensi hormon tropikny, keadaan yang terjadi disebut hiposekresi sekunder. Faktor –faktor yang menyebebkan defisiensi hormon : 1. Genetik (ketiadaan suatu enzim bawaan yang mengkatalisasi sintesis hormon) 2. Makanan ( ketiadaan iodium, yang penting untung sintesis hormon tiroid) 3. Kimia atau toksik (residu insektisida tertentu dapat merusak korteks adrenal) 4. Imunologis (antibodi autoimun dapat menyebabkan perusakan diri kelenjar tiroid seseorang) 5. Proses penyakit lain (kanker atau tuberkulosis dapat merusak kelenjar endokrin) 6. Iatrogenik (disebabkan oleh dokter, misalnya pengangkatan tumor tiroid secara bedah) 7. Idiopatik (yang berarti penyebabnya tidak diketahui) 69
  • 70. Metode tersering untuk mengobati hiposekresi hormon adalah pemberian hormon yang sama seperti (atau serupa dengan, misalnya dari spesies lain) hormon yang kurang atau hilang. Terapi penggantian ini secara teoritis bersifat langsung pada sasaran, tetapi sumber dan cara pemberian hormon sering menimbulkan masalah. Sumber-sumber preparat hormon untuk digunakan secara klinis antara lain adalah : 1. Jaringan endokrin dari hewan ternak, 2. Jaringan plasenta dan urin wanita hamil 3. Sintesis hormon di labolratorium “pabrik hormon” yaitu bakteri yang dimasukkan gen-gen yang mengkode pembentukan hormon manusia. 2.3 GIGANTISME, DEFISIENSI GH, DAN AKROMEGALI 2.3.1 GIGANTISME DAN AKROMEGALI 70
  • 71. Gambar 22 : gigantisme (kiri) dan akromegali (kanan) (sumber : www.google.com) PENDAHULUAN Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelebihan GH (growth hormone) / IGF-1 (insulin like growth factor-1) yang dapat mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Penyebab kematian tersering pada akromegali adalah penyakit kardiovaskuler. 71
  • 72. Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis (epiphyseal plate) pada ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan berakibat timbulnya tubuh raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan GH terjadi setelah dewasa, dimana lempeng efisisnya sudah menutup maka yang terjadi adalah akromegali. Pada umumnya pasien gigantisme juga menunjukkan gambaran akromegali. Penyakit ini jarang sekali. Insiden pasien baru adalah 3 – 4 / 1 juta penduduk / tahun. Usia rata-rata pada saat ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40 – 45 tahun. Peningkatan GH / IGF-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan GH (somatotroph tumor). Penyebab lain yang sangat jarang adalah peningkatan GHRH (growth hormone releasing hormone) yang dihasilkan oleh tumor-tumor hipotalamus dan GHRH / GH ektopik dari tumor-tumor non endokrin. Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu rata- rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun. Gambaran klinis akromegali / gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH / IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri. Pengobatan pada kasus dini dengan pembedahan tumor, obat-obatan dan penyinaran dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. ETIO PATOFISIOLOGI Sekresi GH oleh sel-sel somatotroph hipofisis anterior di kendalikan oleh 2 faktor dari hipotalamus, yaitu : 1. GHRH, yang merangsang sekresi GH 2. Somatostatin yang menghambat sekresi GH. GH merangsang produksi IGF-1 (= somatomedin C = SM-C) di hati (terutama) dan jaringan lain. IGF merupakan mediator utama bagi efek GH dalam merangsang pertumbuhan. Lebih dari 95% kasus akromegali disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan GH secara berlebihan. Pada saat diagnosis ditegakkan, 75% pasien akromegali menunjukkan adanya makroadenoma (diameter tumor > 1 cm) dan sebagiannya telah meluas ke daerah paraselar dan supraselar. Amat jarang akromegali disebabkan oleh GH/GHRH ektopik yang diproduksi oleh tumor-tumor ganas. Peningkatan kadar GH dalam darah pada penderita akromegali semata-mata 72
  • 73. akibat produksi GH yang berlebihan, bukan akibat gangguan distribusi atau klirens GH. Efek patologis dari kelebihan GH antara lain pertumbuhan berlebihan di daerah acral (macrognathia, pembesaran struktur tulang muka, pembesaran tangan dan kaki, pertumbuhan berlebihan alat-alat viseral, (seperti makroglosia, pembesaran otot jantung, thyroid, hati, ginjal), antagonisme insulin, retensi nitrogen dan peningkatan risiko polip / tumor kolon. EPIDEMIOLOGI Kekerapan akromegali di Amerika Serikat adalah 3 – 4 kasus baru per juta penduduk pertahun dengan umur rata-rata 40 – 45 tahun. Tidak terdapat perbedaan kekerapan ditinjau dari segi jenis kelamin dan ras. Umur (median) saat ditegakkannya diagnosis adalah 40 tahun pada laki-laki dan 45 tahun pada wanita. Mortalitas (oleh semua penyebab) pada akromegali paling kurang 2 kali orang normal. Studi Bates dkk ( 1 ) mendapatkan angka kematian menjadi 2 kali pada kadar GH > 10 mg/ml sedangkan pada kadar < 5 mg/ml angka kematian sama dengan orang normal. GAMBARAN KLINIS. Akromegali berlangsung pelan, keluhan-keluhan dapat bertahun-tahun. Sebaliknya pertumbuhan linear yang amat cepat pada anak-anak yang menjurus ke gigantisme, menyebabkan pasien memeriksakan diri ke dokter. Keluhan-keluhan terbagi dalam 2 kelompok yaitu : 1. akibat massa tumor : sakit kepala, defek lapangan pandangan, hemianopsia bitemporal, keluhan-keluhan akibat hiperprolaktinemia, defisiensi gonadotropin, glukokortikoid dan hormon tiroid. Suatu studi multisenter mencakup 363 pasien akromegali, mendapatkan hipogonadisme pada 53% pasien. 2. akibat kelebihan GH / IGF-1 : amat cepat pertambahan tinggi badan (gigantisme), pembengkakan jaringan lunak dan pembesaran ekstremitas (peningkatan ukuran cincin dan sepatu), hiperhidrosis, wajah besar, prognatisme, makroglosia, artritis, apneu obstruktif sewaktu tidur, intoleransi 73
  • 74. glukosa / DM, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler, hiperfosfatemia, hiperkalsiuria, hipertrigliseridemia, payah jantung, polip / Ca colon. Renehan dkk (2000), dari studi pada 122 pasien akromegali mendapatkan prevalensi adenoma / Ca kolon tidak lebih besar dari pada di populasi umum. Penyakit kardiovaskuler mencakup hipertensi, LVH dan kardiomiopati. Kardiomiopati ditandai oleh disfungsi diastolik dan aritmia. Secara fisis, terdapat fasies akromegali (dahi menonjol, hidung besar, makroglosia, prognathism), hirsutisme ringan pada wanita, struma multinoduler, pebesaran ekstremitas, jari-jari berbentuk sosis, kulit berlemak. Studi Kasagi dkk., pada 39 dari 45 pasien akromegali (87%) teraba struma difus atau multinoduler. gambar 23 : jari tangan penderita akromegali (sumber : www.google.com) LABORATORIUM Pemeriksaan kadar GH sewaktu, tidak bernilai diagnostik oleh karena sekresi GH yang episodik, waktu paroh yang pendek dan terdapat tumpang tindih nilai GH akromegali dan sehat. Yang bernilai diagnostik adalah test supresi GH untuk melihat kemampuan pembebanan glukosa oral dalam menekan kadar GH. Diperiksa kadar GH pada sebelum, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit setelah pemberian 75 – 100gr glukosa oral. Pada pasien dengan akromegali, glukosa tidak dapat menekan kadar GH sampai < 2 ng/ml (atau < 1 mcg/l dengan metoda IRMA). Pemeriksaan IGF-1 (waktu paruh lebih panjang) lebih berguna untuk menilai sekresi GH secara terintegrasi, untuk skrining akromegali dan memantau hasil 74
  • 75. pengobatan. Perlu dicatat bahwa IGF-1 menurun pada kelaparan, obesitas dan DM, serta meningkat pada kehamilan. Pemeriksaan IGFBP-3 (IGF-binding protein-3) bernilai diagnostik bagi akromegali, disamping berguna untuk menilai aktifitas penyakit selama pengobatan. Pemeriksaan kadar PRL (prolaktin) perlu dilakukan oleh karena sekitar 20% adenoma hipofisis menghasilkan PRL bersamaan dengan GH. Prolaktin biasanya meningkat pada anak-anak dengan kelebihan GH. Pemeriksaan lain yang jarang dilakukan adalah kadar GHRH. Peninggian GHRH menunjukkan adanya GHRH ektopik. Pada penyakit hipofisis (GHRH independen), kadar GHRH normal atau menurun. Apabila diperlukan, dilakukan pemeriksaan hormon hipofisis lainnya, seperti TRH (thyrotropic hormone), ACTH (adrenocorticotrophic hormone) dan gonadotropin. Disamping itu perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, trigliserida, kalsium urine dan fosfat darah. RADIOLOGI Pemeriksaan pencitraan dilakukan apabila diagnosis biokimiawi telah pasti. Pertama kali dilakukan pemeriksaan x-ray sella tursica. Pemeriksaan MRI lebih sensitif dan dapat memberikan gambaran kelainan struktur didaerah hipotalamus- hipofisis, kiasma optikum dan sinus kavernosus. Apabila pemeriksaan MRI tidak menunjukkan kelainan dicari adanya tumor-tumor yang mensekresi GH / GHRH ektopik. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan CT-scan abdomen / pelvis (pankreas, adrenal, ovarium) dan dada (karsinoma bronkogenik). Pada gigantisme, pemeriksaan umur tulang (bone age) akan memperlihatkan umur tulang tertinggal jauh dibelakang umur kronologis (chronological age). KOMPLIKASI. Komplikasi akromegali / gigantisme dapat berupa hipopituitarisme, hipertensi, intoleransi glukosa / DM, kardiomegali dan gagal jantung. Carpal tunnel syndrome dapat menyebabkan kelemahan ibu jari dan atrofi thenar. Pasien dapat sangat terganggu oleh artritis panggul, lutut dan tulang belakang. Gangguan lapangan pandangan dapat menjadi berat dan progresif. DIAGNOSIS 75
  • 76. Diagnosis akromegali / gigantisme ditegakkan atas dasar gambaran klinis yang cukup jelas dan dipastikan oleh ditemukannya : 1. Kadar GH tidak bisa ditekan sampai < 2 ng/ml dalam 2 jam setelah pembebanan dengan glukosa sebanyak 75 – 100 gr. 2. Peningkatan kadar IGF-1 berdasarkan nilai normal untuk usianya. 3. Peningkatan kadar IGFBP-3. 4. Tumor hipofisis atau tumor-tumor lain (hipotalamus, paru, pankreas, dll) pada pemeriksaan CT-Scan atau lebih baik MRI. PENGOBATAN Sasaran pengobatan akromegali /gigantisme adalah mengendalikan pertumbuhan / menormalkan sekresi GH dan mengangkat massa tumor. Sasaran biokimiawi : IGF-1 normal dan kadar GH < 1 ng/ml setelah beban glukosa ( 13 ). Terdapat 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan radiasi. 1. Pengobatan medis. Pengobatan medis / farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan pengobatan medis adalah menghilangkan keluhan / gejala efek lokal dari tumor dan / atau kelebihan GH / IGF-1. Untuk itu sasaran pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan glukosa ( < 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal. Pengobatan medis utama adalah dengan analog somatostatin dan analog dopamin. Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi GH, mempunyai waktu paruh pendek maka yang digunakan adalah analog kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan. Yang banyak … Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja pada reseptor somatostatin sub tipe II dan V dan menghambat sekresi GH. Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan kadar GH sampai < 5 ng/ml pada 50% pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien akromegali. Lanreotide, suatu analog somatostatin “sustained-release” yang dapat diberikan satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan akromegali. Bromokriptin merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak digunakan dalam menekan kadar GH / IGF-1, akan tetapi kurang efektif 76
  • 77. dibandingkan dengan oktreotid. Suatu agonist dopamin yang baru, yaitu cabergoline ternyata lebih efektif dan lebih dapat ditolerir dalam menekan GH terutama apabila terdapat kombinasi dengan hiperprolatinemia. Akhir-akhir ini pegvisomant, suatu antagonist reseptor GH terbukti dapat menormalkan kadar IGF-1 dan memperbaiki gejala klinis. 2. Pembedahan Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan pilihan dan dapat menyembuhkan, hasil terapi pembedahan transsphenoid pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%, kadar GH dapat disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%. Walaupun pembedahan tidak dapat menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan disepakati sebagai terapi lini pertama. Pada pasien-pasien dengan gejala sisa setelah pembedahan dapat diberikan pengobatan penunjang (medis dan radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera menghilangkan keluhan-keluhan akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan / menormalkan kadar GH / IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 80 – 85% pada mikroadenoma dan 50 – 65% pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien dengan tumor < 2 cm dan kadar GH < 50 ng/ml. 3. Radiasi. Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi diperlukan waktu bertahun-tahun. Terapi radiasi konvensional saja menghasilkan remisi sekitar 40% setelah 2 tahun dan 75% setelah 5 tahun terapi, namun disertai efek negatif berupa panhipopituitarisme. Di samping itu pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi tidak dapat menormalkan kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol. Oleh karena kekurangannya tersebut, terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi penunjang untuk tumor besar dan invasif dan apabila terdapat kontraindikasi operasi. Apabila mungkin, terapi radiasi harus dihindari untuk pengobatan gigantisme. PROGNOSIS 77
  • 78. Tanpa diobati, akromegali / gigantisme akan berakibat penyakit kardiovaskuler prematur dengan gejala-gejala yang progresif. Apabila pengobatan dapat menurunkan kadar GH sampai normal (< 2 – 2,5 ng/ml), angka kematian akan kembali normal. Pembedahan transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien dengan tumor berdiameter < 2 cm dan kadar GH < 50 ng / ml. Pasca pembedahan, biasanya faal hipofisis tetap baik, pembengkakan jaringan lunak menyusut, namun pembesaran tulang menetap. Kadar GH > 5 ng / ml yang makin meningkat setelah pengobatan menunjukkan rekurensi. RINGKASAN 1. Akromegali / gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis. Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada anak-anak / remaja akan muncul sebagai gigantisme. 2. Penyebab terbanyak (95%) dari akromegali / gigantisme adalah adenoma hipofisis yang mensekresi GH ; jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH ektopik. 3. Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH/IGF-1 dan efek massa tumor. Konsekuensi akromegali / gigantisme : meningkatkan angka morbiditas dan motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan. 4. Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir ini pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis. Oleh karena pengobatan radiasi masih banyak kelemahannya, penggunaannya hanya sebagai penunjang pada kasus-kasus tertentu. 2.3.2 KRETINISME (sumber : greenspan hal 245, http://chapurple.wordpree.com/2009/03/31/kretinisme) 78
  • 79. Gambar 24 : kretinisme (sumber : http://media.tanyadokteranda.com/images) DEFINISI Hipotiroid merupakan suatu keadaan klinik yang ditandai dengan menurunnya sekresi dari salah satu atau kedua hormontiroid yang terjadi akibat berbagai kelainan struktur dan fungsional. Keadaan ini merupakan suatu gangguan kelenjar endokrin yang biasanya terjadi sejak janin maupun pada masa kanak-kanak. Salah satu akibat dari kurangnya hormone tiroid dalam tubuh dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat dengan perawakan pendek (cebol) atau disebut kretinisme. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI a). Bawaan 1). Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea. 2). Kelainan hormogenesis : a. Kelainan bawaan enzim b. Defisiensi iodium (kreatinisme endemic) c. Pemakaian obat-obatan anti tiroid oleh ibu hamil (maternal) b). Didapat Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang sebelumnya normal. Penyebabnya ialah: 79
  • 80. 1) Idiopatik (autoimunisasi) 2) Tiroidektomi 3) Tiroiditis 4) Pemakaian obat anti tiroid 5) Kelainan hipofisis 6) Defisiensi spesifik TSH Penyebab paling sering dari kekurangan hormone tiroid adalah akibat kurangnya bahan baku pembuat. Bahan baku terpenting untuk produksi hormone tiroid adalah yodium. Kretinisme dapat terjadi bila kekurangan berat unsur yodium terjadi selama masa kehamilan hingga tiga tahun pertama kehidupan bayi.hormon tiroid bekerja sebagai penentu utama laju metabolic tubuh keseluruhan, pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta fungsi saraf. Sebenarnya gangguan pertumbuhan timbul karena kadar tiroid yang rendah mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan, hanya saja ditambah gangguan lain terutama pada susunan saraf pusat dan saraf perifer. Bila kekurangan hormone tiroid terjadi sejak janin, maka gejalanya adalah retardasi mental (IQ rendah) disertai salah satu atau kedua gejala dibawah ini : 1) gangguan pendengaran (kedua telinga dan nada tinggi) dan gangguan wicara, gangguan cara berjalan (seperti orang kelimpungan) ,mata juling, cara berjalan yang khas, kurangnya massa tulang, terlambatnya perkembangan masa pubertas dll. 2) cebol dan hipotiroidisme PATOFISIOLOGI Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara continue selama masa pertumbuhan, demikian juga faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan. Pertumbuhan janin, tampaknya sebagian besar tidak bergantung pada control hormon, ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor hormon mulai berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir. Faktor genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini. Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat diproduksinya hormon tireotropik. Hormone ini mengatur produksi hormone tiroid, yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormone tersebut dibentuk dari 80
  • 81. monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam proses metabolic didalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang sintesis protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Hormone tiroid esensial juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri tidak secara langsung bertanggung jawab menimbulkan efek hormone pertumbuhan. Hormone ini berperan permisif dalam mendorong pertumbuhan tulang, efek hormone pertumbuhna akan maksimum hanya apabila terdapat hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat. Akibatnya, pada anak hipotiroid pertumbuhan akan terganggu, tetapi hipersekresi hormone tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan. Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme. MANIFESTASI KLINIS Hipotiroidisme merupakan suatu keadaan klinik ditandai dengan : 1) Gangguan perkembangan fisik dan mental 2) Sukar berkonsentrasi 3) Letargi 4) Anoreksia 5) Kulit kasar, kering dan pucat 6) Rambut kepala kasar dan rapuh 7) Konstipasi 8) Suara serak atau parau 9) Wajah lembam 10) Sensitif terhadap dingin DIAGNOSIS Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi dan percobaan dengan pulvus tiroid. Kalau diagnosis 81
  • 82. meragukan maka dapat dicoba dengan jalan memberikan pulvus tiroid. Dalam kasus hipotiroid akan terlihat suatu hasil pengobatan. PENATALAKSANAAN 1). Terapi yang paling baik untuk kretinisme adalah pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan : a). Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein b). Mengkonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian suplemen yodium untuk merangsang produksi hormon. c). Kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral 2). Pemberian obat khusus, yaitu hormon tiroid (tiroid desikatus). Diberikan mulai dari dosis kecil, lalu dinaikan sampai kita mendekati dosis toksik (gejala hipertiroidisme), lalu diturunkan lagi. Penilaian dosis yang tepat ialah dengan menilai gejala klinis dan hasil laboratorium. PROGNOSIS Makin muda dimulai pemberian hormon tiroid, maka makin baik prognosisnya. Jika terapi dimulai sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak akan tercapai IQ yang normal. Pertumbuhan badan dapat menjadi baik. Pada kretinisme didapat dengan pengobatan yang baik, prognosisnya akan lebih baik. 2.4 PENATALAKSANAAN TERHADAP PENYAKIT ENDOKRIN SECARA UMUM Pada penyakit hormonal, dilakukan terapi pembedahan, penyinaran, obat- obatan untuk menekan pertumbuhannya. Tujuannya untuk memperbaiki atau menjaga sekresi normal hormon-hormon. 1. Pembedahan ( sebagai awal pada sebagian pusat terapi ) a. Transspenoidal • Ahli bedah mencapai hipofisis melalui rongga hidung melalui sinus sfenoid membuka keatas sella turcica anterior inferior dan mengadakan insisi dura. Adenoma dipilih secara selektif diangkat, yang normal disimpan dan 90% berhasil. • Resiko / komplikasi utama 82