MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
Jenis-jenis penilaian kinerja yang berkembang saat ini
1. JENIS JENIS PENGUKURAN KINERJA YANG BERKEMBANG SAAT INI
Adapun jenis-jenis pengukuran kinerja yang berkembang saat inni adalah :
1. Balance Scorecard
Perkembangan Balance Scorecard
BSC pertama kali dikembangkan dan digunakan pada perusahaan Analog
Devices pada tahun 1987. Dengan tidak hanya berfokus pada hasil finansial melainkan
juga masalah manusia, BSC membantu memberikan pandangan yang lebih menyeluruh
pada suatu perusahaan yang pada gilirannya akan membantu organisasi untuk bertindak
sesuai tujuan jangka panjangnya. Sistem manajemen strategis membantu manajer untuk
berfokus pada ukuran kinerja sambil menyeimbangkan sasaran finansial dengan
perspektif pelanggan, proses, dan karyawan.
Sejak diperkenalkannya konsep aslinya, BSC telah menjadi lahan subur untuk
pengembangan teori dan penelitian, dan banyak praktisi yang telah menyimpang dari
artikel asli Kaplan dan Norton. Kaplan dan Norton sendiri melakukan tinjauan ulang
terhadap konsep ini satu dasawarsa kemudian berdasarkan pengalaman penerapan yang
mereka lakukan.
Konsep dan Aplikasi Balanced Scorecard
Robert S. Kaplan dan David Norton menjelaskan bahwa esensi penerapan BSC
bukanlah adanya pengendalian terhadap devisi, akan tetapi setiap devisi satu korporasi
sedemikian rupa akan berinisiasi, menentukan ukuran kinerja dan mengkaitkannya
dengan visi, misi dan strategi korporasi. Dalam hal ini keunggulan BSC adalah
teridentifikasinya struktur ataupun kerangka yang ada di korporasi guna mencapai –
merealisasikan visi dan misi korporasi.
Hal ini mudah dipahami karena 4 perspektif: keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal serta pembelajaran dan pertumbuhan yang oleh Kaplan digambarkan sebagai
perspektif yang berkaitan satu dengan lainnya. Bahkan dirangkum dalam satu
hubungan “cause and effect relationship”.
2. Adapun kaitan masing-masing perspektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perspektif pelanggan
Perspektif ini menunjukkan seperti apa perusahaan di mata pelanggan. Pelanggan
mempunyai kemampuan teknis melihat korporasi dari berbagai sisi: waktu,
kualitas, kinerja dan jasa, dan biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk
memperoleh pelayanan. Dimensi kebutuhan pelanggan demikian pada akhirnya
akan menentukan bagaimana perusahaan dilihat oleh pelanggan. Semakin baik
persepsi pelanggan, semakin baik pula nilai korporasi dimata pelanggan.
2. Perspektif keuangan
Pertanyaan yang harus dijawab korporasi di sini adalah bagaimana kita dilihat oleh
pemegang saham baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Korporasi bisa
rugi pada waktu tertentu, akan tetapi pemegang saham menyadari bahwa setelah
itu korporasi akan mendapat keuntungan, sehingga dividen akan
diperoleh. Semakin baik korporasi dimata pemegang saham, semakin
aman korporasi memperoleh sumber modal.
3. Perspektif proses bisnis internal.
Ukuran ini menunjukkan dalam proses produksi seperti apa korporasi lebih baik.
Orientasi kepada pelanggan memang mutlak, akan tetapi permasalahan bagi
manajemen adalah bagaimana caranya menyiapkan kompetensi yang dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan
4. Perspektif pembelajar dan pertumbuhan
Perspektif ini menunjukkan bagaimana korporasi dapat bertahan dan kmampu
berubah sesuai dengan tuntutan eksternal.
Keunggulan dan Kelemahan Balanced Scorecard
Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan untuk
sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki
sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur
kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada
hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah
pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi. BSC
menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang
terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
3. Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis menurut
Mulyadi adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakter yaitu:
Komprehensif, Koheren, Seimbang, dan Terukur.
Sistem manajemen strategik
dalam manajemen tradisional
Sistem manajemen strategik dalam manajemen
kontemporer
Hanya berfokus pada perspektif
keuangan. Sistem perencanaan
yang mengandalkan pada
anggaran tahunan Sistem
perencanaan menyeluruh yang
tidak koheren.
Perencanaan jangka panjang
yang tidak bersistem.
Komprehensif: Memperluas perspektif sebelumnya
yang terbatas hanya pada perspektif keuangan,
menjadi tiga perspektif yaitu, costumer, proses bisnis
internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Koheren: Membangun hubungan sebab akibat
diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan
dalam perencanaan strategis.
Terukur: Semua sasaran strategis ditentukan
ukurannya baik untuk sasaran strategis perspektif
keuangan maupun perspektif non keuangan.
Seimbang: Keseimbangan sasaran strategis yang
dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis penting
untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.
KELEMAHAN BALANCED SCORECARD
1. Balanced Scorecard belum dapat menetapkan secara tepat sistem kompensasi yang
biasanya merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.
2. Bentuk organisasi yang cocok untuk perkembangan proses dalam organisasi.
Empat perspektif dalam Balanced Scorecard merupakan indikator yang saling
berpengaruh (hubungan sebab akibat), sehingga diperlukan suatu wadah struktur
yang dapat memberikan umpan balik kepada semua ini.
3. Belum adanya standart ukuran yang baku terhadap hasil penilaian kinerja
perusahaan dengan metode Balanced Scorecard.
4. Penerapan balancce scorecard membutuhkan biaya yang tinggi dan tenaga ahli yang
profesional dimasing-masing prespektif.
`
4. Beberapa Perusahaan yang menggunakan balance scorecard
1. PT KOJO > bergerak dibidang propety migas
2. Bank syariah > bergerka dibidang perbankan
3. PT. Adhi Karya
4. PT. Garuda Indonesia > bergerak pada bidang jasa penerbangan
5. Unilever Indonesia > bergerak pada bidang kosmestik barang dan keperluan rumah
tangga
6. PT. Jansen Indonesia > bergerak pada bidang mebel
7. PT. Etica Industri > bergerak pada bidang farmasi
2. Performance Prism
Performance Prism merupakan salah satu pengukuran kinerja yang
mempunyai lima sisi (facets) yang membentuk framework tiga dimensi berupa
prisma segitiga. Sisi atas dan bawah merupakan stakeholder satisfaction dan
stakeholder contribution. Sedangkan tiga sisi yang lain adalah strategies,
processes, dan capabilities.
Performance Prism memberikan pengukuran yang komprehensif dan sudut
pandang yang luas, sehingga memberikan gambaran yang realistis mengenai penentu
kesuksesan bisnis. Selain itu, Performance Prism tidak hanya mengukur hasil akhir,
tetapi juga aktivitas-aktivitas penentu hasil akhir. Dengan demikian, pengukuran
kinerja dapat memberikan gambaran yang jelas dan nyata tentang kondisi perusahaan
yang sebenarnya.
Kelebihan dan Kelemahan Performance Prism
Kelebihan Performance Prism
Jika dibandingkan dengan balanced scorecard misalnya terletak pada
pertimbangan stakeholder perusahaan yang diturunkan secara sistematis
dimulai dari faktor yang mendasari kepuasan konsumen sampai dengan
kontribusi yang diberikan oleh stakeholder, perfomance prism lebih rinci.
Performance Prism bila dibandingkan dengan Integrated Performance
Measurement System (IPMS) adalah Key Performance Indicator (KPI) yang
diidentifikasikan terdiri dari KPI strategi, KPI proses, dan KPI kapabilitas
yang merupakan hasil dari identifikasi terhadap stakeholder requirements
5. serta tujuan perusahaan, sedangkan IPMS langsung mengidentifikasikan KPI-
nya berdasarkan stakeholder requirements serta tujuan perusahaan, tanpa
memandang mana yang merupakan strategi, proses, dan kapabilitas
perusahaan.
Perfomance prism menjadi framework lebih dinamis dibandingkan dengan
framework performance measurement yang lain sehingga masih bisa
digunakan jika perusahaan tersebut melakukan merger maupun akuisi.
Kelemahan Performancce Prism
Perfomance prism tidak memiliki sistem pengukuran yang standar, oleh karena
itu untuk membantu memfasilitasi strategi, proses, kapabilitas untuk mencapai
kepuasan stakeholder dan mengetahui kontribusi yang diberikan oleh
stakeholder, digunakan succesmap.
Banyaknya keinginan dan harapan yang berbeda-beda dari masing-masing
stakeholder yang mengakibatkan implementasinya cukup merepotkan.
Karena merupakan framework yang masih baru, sehingga belum banyak
laporan yang menyatakan kesuksesan implementasi framework ini.
Beberapa Perusahaan yang menggunakan metode Performance Prism
1. PT. Jaya Celcon
2. PT. Kangsen Kenko Indonesia
3. Integrated Performance Measurement System
Integrated Performance Measurement System, yang selanjutnya disebut IPMS
merupakan sistem baru pengukuran kinerja yang dibuat di Centre for Strategic
Manufacturing, University of Strathclyde, Glasgow, dengan tujuan mendeskripsikan
dalam arti yang tepat bentuk dari integrasi, efektif dan efisien sistem pengukuran
kinerja perusahaan. Model IPMS membagi level bisnis suatu organisasi ke dalam
bagian yang terdiri dari 4 (empat) level atau tingkatan,yakni sebagai berikut:
6. 1.Business corporate atau bisnis induk
2.Business unit atau unit bisnis
3.Business process atau proses bisnis
4.Activity atau aktivitas
Pada perancangan kinerja dengan model ipms, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan yaitu :
1. Dentifikasi dan buat daftar stakeholder dan requirement masing-masing stakeholder.
2. Bandingkan kemampuan organisasi dalam memenuhi keinginan stakeholder dengan
organisasi yang lain yang sejenis dalam pemenuhan keinginan stakeholder mereka
(benchmarking).
3. Tetapkan objectives atau tujuan organisasi.
4. Definisikan measures atau ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian
objectives.
5. Periksa apakah ada ukuran yang konflik.
6. Validasikan ukuran atau measures yang sudah diperiksan.
7. Spesifikasikan masing-masing measure.
KELEBIHAN IPMS
IPMS berbeda dengan metode lain yang menurunkan pengukuran berdasarkan strategi
perusahaan, IPMS memandang bahwa tidak semua organisasi memiliki strategi. Kalaupun
memiliki strategi, tidak semua organisasi menjalankan organisasinya berdasarkan strategi.
Visi, misi dan strategi organisasi cenderung bersifat formal. Umumnya organisasi non profit
cenderung tidak mempunyai strategi dan tujuannya tidak hanya terfokus pada aspek finansial
sebagai puncak tujuannya. Oleh karena itu, model IPMS ini lebih representatif digunakan
pada organisasi atau perusahaan yang tidak memiliki strategi atau stakeholder requirement
merupakan titik tolak yang penting bagi organisasi.
Metode IPMS menjadikan keinginan stakeholder menjadi titik awal didalam
melakukan perancangan sistem pengukuran kinerja. Stakeholder disini tidak hanya berarti
para pemegang saham (shareholder) melainkan beberapa pihak yang memiliki kepentingan
atau dipentingkan oleh organisasi seperti konsumen dan karyawan. Dari keinginan atau
kebutuhan masing-masing stakeholder maka dapat diidentifikasi Performance Indicators (PI).
7. Selanjutnya dari indikator-indikator kinerja ini, dapat dipilih Key Performance Indicators
(KPI) yang diperlukan dan digunakan dalam pengukuran.
Beberapa perusahaan yang menggunakan metode IPMS
1. PT Semarang autocomp manufacturing indonesia
2. PT. Media Nusantara Press Palembang
3. PT. Ometrace Arya Smanta
4. PT. Trimitra Sejati Pratama
5. PT. Campina Ice Cream