Dokumen tersebut membahas pendekatan Balanced Scorecard untuk sektor publik dengan menjelaskan pengertian, komponen, dan proses penerapannya pada organisasi pemerintahan daerah di Indonesia dengan contoh Pemprov Kalimantan Timur."
1. Pendekatan Balanced Scorecard
Untuk Sektor Publik
KELOMPOK 5 ( BAB 6)
ANGELINA NOVITA RENCY AURERA (1903010109)
APRILIA JUBRINA BENGU BIRE (1903010095)
ANGELINA THERESIA PARERA BABA (1903010110)
YULIA PUTRI C. S DAGA (1903010119)
2. Pengertian Balanced Scorecard
Penerapanbalancescorecard pada pengukuran kinerja organisasi pu
blik bertujuan untuk menyatakan adanya keseimbangan
antara berbagai ukuran internaldan eksternal (Sari, 2013).
Oskar (2007) dalam Sari (2013) menjelaskan bahwa
tujuan penerapan balanced scorecard pada organisasi sektor publik
adalah untuk pemberdayaan institusi, penganggaran yanglebih
rasional, peningkatan kinerja,meningkatkan komunikasi kepada
stakeholders, dan penyediaan data untuk acuan.
2
3. 3
Balanced scorecard meninjau peningkatan kinerja sebuah
organisasi dari empat perspektif yaitu financial, costumer,
internal bisnis dan pertumbuhan dan pembelajaran. Dan
organisasi sektor publik dapat menggunakan pengukuran
kinerja ini karena memang dalam pengukuran aspek
financialnya mengalami kendala. Dalam prakteknya
penerapan konsep Balance Scorecard ini tidaklah semudah
yang diperkirakan karean penerpan konsep ini membutuhkan
suatu komitmen dari manajemen pusat maupun karyawan
yang terlibat dalam organisasi
4. Balanced Scorecard Model ini pada awalnya
memang ditujukan untuk memperluas area
pengukuran kinerja organisasi swasta yang profit-
oriented. Pendekatan ini mengukur kinerja
berdasarkan aspek finansial dan non finansial yang
dibagi dalam empat perspektif, yaitu perspektif
finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses
internal, dan perspektif inovasi & pembelajaran
(Quinlivan, 2000).
4
5. Perspektif Finansial
Pemahaman perspektif finansial dalam manajemen BSC
sangat penting karena keberlangsungan suatu unit bisnis
strategis sangat tergantung pada posisi dan kekuatan
finansial. Berkaitan dengan hal ini, berbagai rasio finansial
dapat diterapkan dalam pengukuran strategis untuk
perspektif finansial. Manajemen bisnis harus memperhatikan
agar semua analisis rasio finansial menunjukkan hasil yang
baik. Hal itu penting karena manajemen harus mampu
membayar utang, baik kepada kreditor jangka pendek
maupun kreditor jangka panjang, termasuk kemampuan
menghasilkan keuntungan untuk pemegang saham.
5
6. ”
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan harus
mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar
di mana mereka akan berkompetisi. Elemen yang
paling penting dalam suatu bisnis adalah
kebutuhan pelanggan, sehingga kebutuhan
pelanggan harus diidentifikasi secara tepat.
Misalnya demografi, aktivitas umum pembeli,
posisi atau tanggung jawab pembeli, dan
karakteristik pribadi pembeli
6
Prespektif
Pelanggan
7. Perspektif Proses Internal
7
Dalam perspektif proses bisnis internal, manajer harus mengidentifikasi
proses-proses yang paling kritis untuk mencapai tujuan peningkatan
nilai bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan tujuan peningkatan
nilai bagi pemegang saham (perspektif finansial). Banyak organisasi
memfokuskan untuk melakukan peningkatan proses - proses
operasional. Yang bisa digunakan untuk BSC adalah model rantai nilai
proses bisnis internal yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :
1. Proses Inovasi
2. Proses Operasional
3. Proses Pelayanan
8. 8
Pespektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Pespektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Perspektif keempat
dalam BSC adalah mengembangkan tujuan dan ukuran-ukuran
yang mengendalikan pembelajaran dan pertumbuhan
organisasi. Tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam perspektif
finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal mengidentifikasi
yang mana organisasi harus unggul untuk mencapai terobosan
kinerja, sementara itu tujuan dalam perspektif ini memberikan
infrastruktur yang memungkinkan tujuan-tujuan ambisius
dalam ketiga perspektif itu tercapai. Tujuan-tujuan dalam
perspektif ini merupakan pengendali untuk mencapai
keunggulan outcome ketiga perspektif (finansial, pelanggan, dan
proses bisnis internal)
9. Fungsi Balanced ScoreCard
9
1. Sebagai alat ukur perusahaan apakah visi dan misi yang dianut telah tercapai.
2. Sebagai alat ukur keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan Anda.
3. Sebagai panduan strategis untuk menjalankan bisnis Anda.
4. Alat analisis efektifitas strategi yang telah digunakan.
5. Memberikan gambaran kepada perusahaan terkait SWOT yang dimiliki.
6. Sebagai alat key performance indicator perusahaan.
7. Sebagai feedback terhadap shareholder perusahaan.
8. Sebagai alat komunikasi, informasi, dan sistem analisis pembelajaran perusahaan
10. 1. Mendefinisikan Tujuan, sasaran,
stategi, dan program organisasi
Kriteria ini adalah indikator
pencapaian tujuan, sasaran,
strategi, dan program. Dengan
demikian langkah pertama
pengukuran kinerja dengan BSC
adalah pendefinisian tujuan,
sasaran, strategi, dan program
sebagai dasar menentukan
indikator pengukuran.
Proses Balanced Scorecard
2. Merumuskan Framework
pengukuran setiap jenjang manajerial.
Dalam tahap ini dirumuskan area
pengukuran kinerja secara bertingkat
dengan berpedoman pada struktur
organisasi yang ada untuk diarahkan
pada pencapaian tujuan dengan
tingkat kedalaman yang berbeda-beda.
Selain itu juga dirumuskan
pengukuran kinerja untuk setiap
individu, team, dan kelompok
organisasi.
10
11. 3. Mengintegrasikan Pengukuran
ke dalam sistem manajemen
Sistem pengukuran kinerja yang
telah dirumuskan merupakan sub
sistem manajemen organisasi.
Oleh karena itu, sistem
pengukuran kinerja harus
diitegrasikan ke dalam sistem
manajemen baik formal maupun
non formal organisasi. Sistem
pengukuran kinerja merupakan
bagian dari perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinasian, motivasi dan
pengendalian yang ditetapkan
organisasi.
4. Monitoring sistem pengukuran kinerja
Implementasi sistem pengukuran kinerja harus selalu di
monitor karena organisasi selalu menghadapi lingkungan yang
dinamis. Kondisi pada saat sistem didesaian sangat mungkin
tidak relevan lagi akibat perubahan lingkungan. Oleh karena
itu, perlu dilakukan monitoring terhadap ukuran yang telah
ditetapkan dan hasilnya secara terus menerus secara konsisten,
dan mengevaluasinya untuk memperbaiki sistem pengukuran
pada periode berikutnya.
Monitoring dilakukan dengan mengidentifikasi permasalahan
berkaitan dengan (1) Bagaimana organisasi berjalan sampai
saat ini?, (2) Bagaimana efektivitas strategi organisasi dalam
pencapaian tujuan?, (3) Bagaimana strategi berubah sejak awal
hingga akhir? (3) Bagaimana sistem pengukuran bisa mencapai
strategi yang berubah-ubah? (4) Bagaimana organisasi bisa
memperbaiki sistem pengukuran?.
11
12. PENERAPAN BSC PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
12
Penerapan BSC pada pemerintahan daerah di Indonesia konsisten dan sejalan dengan
kebijakan pengembangan Rencana Strategik (Renstra) yang mengarahkan organisasi
pemerintah untuk merumuskan renstra pada organisasi nya masing-masing.
Penyusunan Renstra merupakan langkah perencanaan strategik yang dilakukan
untuk merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi organisasi pemerintahan.
Komponen strategik tersebut merupakan penjabaran dari visi, misi, tujuan dan
sasaran yang disusun sebelumnya di dalam renstra dan Laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintah (LAKIP) yang kemudian disesuaikan dengan kondisi saat ini
dan keterkaitannya dengan tugas pokok dan fungsi lembaga pemerintah.
13. Salah satu pemerintah daerah yang sudah mengimplementasikan
BSC adalah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Dengan
mengambil prinsip-prinsip utama BSC, Pemprov Kaltim
menerjemahkan misi dan strateginya ke dalam tindakan nyata
berupa program dan indikator untuk mencapai kinerja pada empat
perspektif BSC. Berikut ini diberikan contoh implementasi BSC ke
dalam strategi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang
dituangkan dalam LAKIP.