Dokumen tersebut membahas tentang organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mencakup hama tanaman, patogen, dan gulma. Secara khusus, dibahas tentang beberapa jenis serangga hama tanaman seperti wereng, kutu daun, penggerek, dan lalat buah beserta gejala dan cara pengendaliannya."
2. HAMA TANAMAN
Istilah Hama lebih merujuk pada binatang
penyebab kerusakan tanaman
Selama binatang tersebut mendatangkan
kerugian disebut Hama Tanaman
Hama Herbivora (pemakan tumbuhan)
Istilah Hama merupakan istilah yang
ANTROPOSENTRIS berpusat pada
kepentingan manusia
5. Dari semua jenis binatang yang ada (957.000
jenis), terdapat 72% (686.000) jenis termasuk
serangga. Sebagian besar hama tanaman adalah
serangga.
Hampir semua tanaman dimana saja tumbuh
maupun hasil tanaman dimana saja disimpan
tidak luput dari serangan serangga hama. Oleh
karena itu, serangga hama mendapat perhatian
khusus.
Tidak semua serangga adalah hama, beberapa
jenis merupakan serangga berguna: serangga
penyerbuk, parasitoid, predator.
5
7. ORDO ORTHOPTERA
Sexava sp
Gejala serangan:Gejala serangan:
• Hama memakan daun kelapaHama memakan daun kelapa
dari pinggirdari pinggir
• Meninggalkan bekas yangMeninggalkan bekas yang
tidak ratatidak rata
• Serangan berat hanyaSerangan berat hanya
meninggalkan pelepah pucukmeninggalkan pelepah pucuk
dan lididan lidi
Pengelolaan:Pengelolaan:
• Pengolahan tanah, bercocokPengolahan tanah, bercocok
tanamtanam
• Musuh alami:Musuh alami: LeefmansiaLeefmansia
bicolorbicolor
• Insektisida tanahInsektisida tanah
• Insektisida secara injeksiInsektisida secara injeksi
batangbatang
8. ORDO ISOPTERA
Hama Rayap (Macrotermes sp.)Menyerang tanaman
keras / berkayu
(Cengkeh,Albasia dsb)
Pengendalian bersifat
preventif
9. Ordo Thysanoptera
Thrips sp pada Bawang Merah
Gejala serangan:
• Permukaan daun tampak warna
• Putih perak
• Daun mengering
Pengendalian:
• Secara fisik mekanik dengan
• Mematikan langsung
• Rotasi tanaman
10. Ordo Homoptera
Wereng Coklat
Nilaparvata lugens
Tanaman mengering
Serangan berat
mengakibatkan
gejala Hopperburn
Kelompok telur
dan nimfa wereng
PengendalianPengendalian::
• Sistem tanam serempakSistem tanam serempak
• Penanaman VUTWPenanaman VUTW
• Menghindari pemupukan NMenghindari pemupukan N
secara berlebihansecara berlebihan
• Eradikasi dan sanitasiEradikasi dan sanitasi
tanamantanaman
• Memanfaatkan musuh alami:Memanfaatkan musuh alami:
AnagrusAnagrus sp,sp, TetrastichusTetrastichus sp,sp,
OphioneaOphionea sp,sp, PaederusPaederus sp.sp.
• Penggunaan insektisida saatPenggunaan insektisida saat
populasi dominan nimfapopulasi dominan nimfa
11. Ordo Homoptera
Helopeltis sp pada Kakao
Buah muda mengering
dan rontok,
Kulit permukaan retak
Pengelolaan:
• PemangkasanPemangkasan
• Musuh alami:Musuh alami: TelenomusTelenomus spsp
12. Ordo Homoptera
Walang Sangit
(Leptocorisa sp)
Bulir padi ada
bintik hitam,
Kualitas bulir
padi turun,
beras pecah
PengendalianPengendalian::
• Tanam serempak untuk membatasiTanam serempak untuk membatasi
ketersediaan makanan yang sesuaiketersediaan makanan yang sesuai
• Pemanfaatan tanaman perangkapPemanfaatan tanaman perangkap
• Penanaman tanaman resistenPenanaman tanaman resisten
• Pemanfaatan musuh alami sepertiPemanfaatan musuh alami seperti
Conocephalus longipenisConocephalus longipenis,, Gryon nixoniGryon nixoni,,
Beauveria bassianaBeauveria bassiana
13. Ordo Homoptera
Kutu Daun (Toxoptera
sp)
Kutu daun
menyerang pucuk jeruk
Gejala:
Daun berkerut dan keriting
Pengendalian:
• Penggunaan mulsa jerami di
pembibitan
• Pemanfaatan musuh alami
Coccinelidae
14. Ordo Homoptera
Hama cabai
Kutu Daun,
Myzus persicae
Vektor Virus kerupuk
Gejala:
Daun keriting sehingga
Menghambat pertumbuhan
Pengendalian:
• Secara fisik mekanik
• Mengatur kelembaban
• Pergiliran tanaman
• Tanam serempak
• Penanaman dengan mulsa
15. Ordo Lepidoptera
Penggerek Batang Padi
Pucuk Daun
menguning,
Daun Tanaman
mudah dicabut
dari anakan
Kelompok
telur
Larva
sedang
menggere
k
Batang
padi
Bulir
Hampa
Pengendalian:Pengendalian:
• Tanam serempak,Tanam serempak,
• Pergiliran tanaman,Pergiliran tanaman,
• Penanaman varietas tahanPenanaman varietas tahan
• Mengumpulkan telur sejak diMengumpulkan telur sejak di
persemaian kemudian dibunuhpersemaian kemudian dibunuh
• Pembabatan dan pengumpulanPembabatan dan pengumpulan
jerami lalu dibakarjerami lalu dibakar
• Memanfaatkan musuh alami:Memanfaatkan musuh alami:
AnaxiphaAnaxipha sp,sp, MetiocheMetioche sp,sp,
TrichogrammaTrichogramma spsp
• Insektisida yang selektif, efektifInsektisida yang selektif, efektif
17. Ulat Penggulung Daun (Lamprosema sp)
Daun tergulung sehingga pertumbuhan terhambat
Pengendalian:
• Pemantauan dini
• Secara fisik dan
mekanik
• Tanam serempak
• Sanitasi
• Pergiliran tanaman
18. TEBU
Chilo sacchariphagusChilo sacchariphagus
Gejala serangan:Gejala serangan:
• Ulat memakan jaringan daunUlat memakan jaringan daun
• Pada daun terdapat lukaPada daun terdapat luka
memanjang dan tidak teraturmemanjang dan tidak teratur
• Bagian luar ruas muda yangBagian luar ruas muda yang
digerek akan didapati tepungdigerek akan didapati tepung
gerekgerek
Pengelolaan:Pengelolaan:
• Musuh alami:Musuh alami: TelenomusTelenomus sp,sp,
XanthopimplaXanthopimpla spsp
19. Scirphophaga nivella
Gejala serangan:Gejala serangan:
• Daun muda yang masihDaun muda yang masih
menggulung mengeringmenggulung mengering
• Pada ibu tulang daunPada ibu tulang daun
tampak lorong gerekantampak lorong gerekan
berwarna kecoklatanberwarna kecoklatan
Pengelolaan:Pengelolaan:
• Musuh alami:Musuh alami:TelenomusTelenomus
spsp
20. Ordo Coleoptera:
Hama Kelapa
Oryctes
rhinoceros
Gejala serangan:Gejala serangan:
• Terlihat potongan berbentukTerlihat potongan berbentuk
segitiga pada daunsegitiga pada daun
• Bila titik tumbuh terserang,Bila titik tumbuh terserang,
pohon akan matipohon akan mati
Pengelolaan:Pengelolaan:
• SanitasiSanitasi
• Membakar tanaman yangMembakar tanaman yang
mati terserangmati terserang
• Musuh alami: jamurMusuh alami: jamur
MetarhiziumMetarhizium spsp
21. KOPI
Penggerek Buah KopiPenggerek Buah Kopi
((Hypothenemus hampeiHypothenemus hampei))
Gejala serangan:Gejala serangan:
• Hama menggerek buah kopiHama menggerek buah kopi
sehingga menimbulkan lubangsehingga menimbulkan lubang
• Buah akan busuk kemudian gugurBuah akan busuk kemudian gugur
Pengelolaan:Pengelolaan:
• Modifikasi lingkunganModifikasi lingkungan
• Musuh alami, misal: jamurMusuh alami, misal: jamur SpicariaSpicaria
javanicajavanica
22. Penggerek Ranting Kopi
(Xylosandrus sp)
Gejala serangan:Gejala serangan:
• Hama menyerangHama menyerang
ranting sehingga daunranting sehingga daun
mengering lalu matimengering lalu mati
Pengelolaan:Pengelolaan:
• Sanitasi kebunSanitasi kebun
• PemangkasanPemangkasan
• Musuh alami, misal:Musuh alami, misal:
TetrastichusTetrastichus spsp
23. Ordo Diptera
Kedelai
Tanaman kedelai terserang
Lalat Kacang
(Agromyza phaseoli)
Pengendalian:
• Penggunaan mulsa jerami
• Tanam serempak
• Pergiliran tanaman
• Penggunaan pestisida selektif
24. Hama Ganjur (Orsealia oryzae)
Gejala seranganGejala serangan::
terbentuk puruterbentuk puru
Cara pengendalian:Cara pengendalian:
• Pengamatan rutinPengamatan rutin
• Penanaman secara serentakPenanaman secara serentak
• penggunaan varietas tahan,penggunaan varietas tahan,
perlakuan benih denganperlakuan benih dengan
insektisidainsektisida
terbatas menyerangterbatas menyerang
dalam luasan sawahdalam luasan sawah
sempit dan terpencar-sempit dan terpencar-
pencar terutama dipencar terutama di
Jawa, Bali, LombokJawa, Bali, Lombok
dan Sumatera Selatandan Sumatera Selatan
25. Pengorok Daun Kentang (Liriomyza sp)
Larva Imago
Daun
mengering
Pengendalian:
• Penanaman varietas tahan
• Pergiliran tanaman
• Sanitasi
• Pengumpulan larva kemudian memusnahkannya
26. Lalat Buah (Batrocera dorsalis)
pada Mangga
Pengendalian:
• Pembrongsongan buah
• Perangkap
27.
28. Organisme berukuran kecil (max.0,8 mm), banyak
jenis, hidup di tropis & subtropis, hidup di darat, air,
dalam tanah, bagian tanaman dan hewan
Hidup sebagai dekomposer, parasit hewan, parasit
pada tanaman dengan mengisap cairan sel dan
menimbulkan kerusakan pada daun, batang, bunga,
buah, pucuk tanaman
Terdapat 427 famili & sekitar 1.000.000 spesies,
35.000 spesies yg telah diberi nama
Siklus hidup: telur, larva, protonimfa, deutonymfa,
tritonimfa, dewasa
Kaki dewasa 4 pasang, bentuk gnatosoma sesuai jenis
makanan
29. FAMILI TUNGAU YANG PENTING
a. FAMILI TETRANYCHIDAE :
Sebagian besar anggotanya bersifat hama tanaman,
menyerang daun
Ciri khas mampu menghasilkan benang sutera yg
digunakan untuk tempat sembunyi & meletakkan
telur
Contoh : Oligonychus coffeae, Tetranychus
bimaculatus, Brevipalpus poenicis
32. b. FAMILI TARSONEMIDAE
Sebagian besar anggotanya merupakan hama
tanaman kapas, the, karet, kopi, jeruk, dan tanaman
hias
Contoh : tungau teh kuning Polyphagotarsonemus
latus
34. CARA PENGENDALIAN TUNGAU
1. Sanitasi
Membersihkan gulma & tanaman inang alternatif
tungau
Mengusahakan jalan dekat tanaman tdk terlalu
berdebu (menyiram air, menanan rumput)
2. Cara bercocok tanam
Pergiliran tanam
Mengatur waktu tanam (serangan tungau tinggi pd
musim kemarau)
35. 3. Cara biologi
Pemanfaatan predator tungau: tungau predator
Phytoseilus persimilis, Amblysius deleoni,
Typlodromus medieli
Penggunaan pestisida yg selektif dan bijaksana
4. Cara kimia
Penggunaan akarisida yg bijaksana
41. E. Pengendalian
sanitasi, membersihkan rumput dan semak disekitar
petak sawah
Sawah bera
Mekanik (gropyokan), membongkar sarang ,
memasukkan air kedalam lubang, kemudian tikus
diburu (siang hari), menggunakan obor/lampu, tikus
yg keluar dr sarang diburu (malam hari)
Kultur teknik, tanam serentak dalam areal yg luas
(50-100 ha)
Hayati, memanipulasi musuh alami
42. stadia vegetatif
sanitasi
kimia, menggunakan rodentisida dalam umpan,
pengumpanan dilakukan 15 & 45 hr setelah tanam
(tergantung populasi), rodentisida yg digunakan:
racun akut (Zinkfosfid Zn3P02)( racun:umpan = 1:100),
racun antikoagulan (racumin, warfarin, tomorin,
klerat) (racun:umpan=1:20), Dosis 2,5 kg umpan
racun/ha, umpan diletakkan disawah disawah
dengan atau tanpa pelindung sepanjang pematang
sawah 25 g tiap tumpuk dengan jarak 4 m (mudah
rusak bila hujan), pelindung terbuat dari bambu atau
tempurung kelapa, disebar 50 bh/ha dengan 50 g
umpan, diletakkan di dekat sarang atau jalan tikus
dengan jarak antar umpan 15 m
43. Stadia generatif
Mekanik, gropyokan
Pengemposan dengan asap belerang, sebuk
belerang (100 g) dicampur merang (100-150 g)
dimasukkan kedalam alat, dibakar, asap yg
keluar dihembuskan kedalam liang yg
sebelumnya lubang keluar ditutup terlebih
dahulu
46. B. BABI HUTAN (Sus scrofa)
Berat dapat mencapai 200 kg untuk jantan
dewasa, serta panjangnya dapat mencapai 1,8 m
Indera penglihat jelek, indra pencium tajam
Habitat yang disukai: tempat yang berlereng,
bersemak rendah, tertutup, tidak rapat, dan
dekat sumber air
Potensi reproduksi 2-10 ekor/kelahiran/ thn
47. PENGENDALIAN BABI HUTAN
1. PENGENDALIAN LANGSUNG
a. Jerat
- Jerat dibuat dari bahan nilon maupun kawat.
- Sebelum pemasangan jerat dilakukan peletakan umpan selama
beberapa waktu pada jalur yang sering dilalui oleh babi hutan.
Umpan dapat berupa umbi-umbian, kacang tanah
- Jerat dipasang di pinggir areal pertanaman pada jalur yang
sering dilalui, seperti pada daerah kubangan & pinggiran
hutan.
- Jerat dipasang sepanjang tahun, namun lebih digiatkan pada
saat babi hutan mulai berhenti menyusui.
- Jumlah jerat disarankan 2-5 buah per hektar dengan jarak 500
meter.
- Untuk menghilangkan bau manusia, pada saat pemasangan
jerat, tangan dan jerat dilumuri lumpur
- Pemasangan jerat disertai dengan peletakan umpan.
Sebaiknya, pemasangan jerat dilakukan secara berkelompok
48.
49. b. Perangkap
Pemasangan perangkap sangat dianjurkan menangkap
induk dan anakan babi hutan. Pemasangan perangkap
sebaiknya dilakukan pada bulan Januari, Pebruari, Maret,
April, Mei, Juni, Juli, Nopember, dan Desember. Pada
bulan-bulan tersebut kelahiran babi hutan cukup tinggi
dan jumlah anakan yang menyusui cukup banyak.
Perangkap yang digunakan dapat berupa kurungan
maupun lubang. Pemasangan perangkap sebaiknya
dilakukan pada daerah kubangan, tempat makan, dan
pinggiran hutan. Jumlah perangkap kurungan disarankan 1
buah per ha atau 2-3 buah di sekitar kubangan. Perangkap
lubang dapat dibuat dengan jumlah tak terbatas,
tergantung luas areal pertanaman yang dilindungi dan
kemampuan yang ada.
50.
51. c. Perburuan
Perburuan sebaiknya dilakukan secara berkelompok.
Sebaiknya dilakukan pada saat dimana diperkirakan
banyak babi hutan betina yang hamil atau sedang
menyusukan anaknya, atau pada saat jumlah babi hutan
muda sedang banyak (pada bulan Januari, Pebruari, Maret,
April, Mei, Juni, Juli, Nopember, dan Desember). Sebelum
melakukan perburuan, perlu dilakukan pemilihan lokasi
berburu berdasarkan tanda-tanda kehidupan babi hutan
seperti adanya congkelan-congkelan tanah, jejak kaki,
kubangan, maupun sisa-sisa tanaman yang dirusak.
Perburuan dapat dilakukan menggunakan sejata api,
senjata tajam ataupun menggunakan anjing berburu.
Hambatan alam seperti tebing dan jurang dapat
dimanfaatkan untuk membantu perburuan. Strategi
pengepungan dan penghalauan dapat mengikuti Gambar
10 a dan b.
52.
53. d. Jaring lapon
Lapon (Gambar 11a) adalah sejenis jaring yang terbuat
dari nilon atau kawat baja yang dapat digunakan
untuk menangkap babi hutan hidup-hidup. Lapon
dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan
dengan perburuan. Penempatan jaring lapon dapat
mengikuti Gambar 11 b, c, d, dan e.
54.
55.
56. e. Peracunan
Saat ini tidak ada pestisida berijin untuk pengendalian babi
hutan, sehingga peracunan tidak disarankan. Jika suatu
saat ada pestisida berijin untuk pengendalian babi hutan,
maka peracunan dapat dilakukan dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
- Sebelum pemasangan umpan beracun, terlebih dahulu
dipasang umpan bebas (tanpa racun) selama beberapa hati
sehingga babi hutan tidak curiga.
- Umpan dipasang letakkan pada jalan babi hutan,
pinggiran hutan, pinggir areal pertanaman, dan daerah
jelajah babi hutan yang sulit dimasuki kelompok berburu.
Area tempat pemasangan umpan dipastikan aman dari
hewan non target dan manusia.
- Peracunan sebaiknya dilakukan pada bulan Januari-
Pebruari dan Juli – Agustus, atau seusai panen.
- Peracunan sebaiknya dilakukan secara massal.
- Jika umpan beracun sudang dipasang, berikan tanda-
tanda peringatan.
57. 2. Metode pengendalian tidak langsung
Pengendalian secara tidak langsung dapat dilakukan
melalui:
• Penjagaan kebun pada penjagaan malam hari
secara berkelompok.
• Pemagaran menggunakan tanaman/pagar hidup
(misalnya: Gliricidia/junjung merica, Gambar 13),
tanaman berduri (misal:salak), kawat, kawat berduri,
kawat berlistrik (electric double fence), dan lain-lain.
59. 3. Pelestarian musuh alami
Hewan liar seperti harimau, harimau akar, ular
python, dan elang (Gambar 14) merupakan predator
yang dapat memangsa anakan babi hutan. Oleh
karena itu, pelestarian hutan dan satwa liar
merupakan isu yang sangat penting.
62. Ciri umum :
C. notatus merupakan bajing berukuran sedang.
Ukuran tubuh bervariasi menurut subspesies. Berat
badan berkisar 150–280 g, panjang badan
keseluruhan 298–435 mm, HB (head to body length)
152–224 mm, T (tail length) 146–211 mm, dan HF (hind
foot length): 38–47 mm.
Badan bagian atas dan ekor berwarna abu-abu lusuh
(olive-brown). Tubuh bagian bawah berwarna merah
kecoklatan (solid red-brown). Terdapat garis (strip)
berwarna hitam dan putih sepanjang bagian samping
badan. Bajing betina memiliki 2–3 puting susu.
Susunan gigi terdiri dari 2 gigi seri, masing-masing
pada rahang atas dan rahang bawah; 2 geraham kecil
(premolar) atas dan 1 premolar bawah pada tiap sisi
rahang; dan 3 geraham besar (molar) atas serta 3
geraham besar bawah. C. notatus tidak memiliki gigi
taring.
64. Pengendalian
Perlindungan fisik
Perlindungan fisik yang dapat dilakukan
adalah pada tanaman kelapa yang diserang
bajing. Batang kelapa dilapisi seng sehingga
tidak dipanjat bajing dari bawah. Cara ini
kurang berhasil jika tidak ada barier fisik
dengan pertanaman atau lingkungan di
sekitarnya. Hal ini karena bajing dapat
melompat dari satu pohon ke pohon lain.
Perlindungan fisik seperti ini juga sulit
dilakukan jika yang menyerang adalah
bajing terbang.
74. Nematoda
Radopholus similis pada Pisang
Tanaman terserang mudah rebah
Akar Sehat
Akar TerserangPengendalian:
• Perendaman batang bibit pisang
• Penanaman tanaman repelent
• Sanitasi
• Pengolahan tanah
75. Nematoda Meloidogyne sp
Terdapat puru pada akar
Betina
Gejala: Tanaman kerdil,
Jumlah batang sedikit, khlorosis
Pengendalian:
• Pergiliran tanaman
• Penggenangan
• Pembersihan gulma sebagai inang alternatif
• Pengolahan Tanah
76. Nematoda Batang
(Ditylenchus angustus)
Gejala serangan:
• Daun tidak dapat
membuka.
• Pucuk daun seperti
terkilir
Pengendalian:
• Pengaturan pola tanam
• Rotasi tanaman
• Penanaman varietas
resisten
77. Burung secara bergerombol mendatangani
hamparan petakan tanaman.
Pada padi satu burung bisa makan ratusan
bulir gabah dalam satu harinya.
Kerugian dari kehilangan bulir gabah yang
menjelang panen sangat tinggi
80. Pengendalian Hama
Burung
Pengendalian hama burung bisa dilakukan
dengan cara pengusiran dengan membuat
ajir berwarna merah disekitar sawah atau
dengan menggunakan tali-tali yang diberi
kaleng/ plastik atau dengan menggunakan
jaring.
82. CIRI UMUM :
Tubuh lunak, tidak bersegmen, berlendir, ukuran
variatif, punya cangkang/tidak
Tubuh terdiri dari: kepala, badan, kaki
Siput darat: kepala mempunyai 2 ps tentakel,
depan lebih kecil & pendek, stigma pd ujung
tentakel panjang, mulut pd anterior, gigi kitin dan
lidah parut (radula)
Siput air: kepala punya 1 ps tentakel, stigma pd
pangkal, mulut, gigi kitin, radula
Badan dlm cangkang, sis. saraf, peredaran darah,
pencennaan, reproduksi
Kaki, ventral badan tdr otot yg bergerak secara
gelombang dan ekskresi lendir
84. 1. Acatina fulica Bowd. (bekicot, giant snail)
Uk. Besar 13 Cm, cangkang besar, coklat bergaris
Afrika Selatan endemis, 1920-30 masuk ke Indonesia
Telur diameter 5 mm, cluster 3 Cm, tanah gembur,
bebatuan. Tetas, bertahan dlm tanah (1 bln), 2-3 bln
uk. 4 Cm (visible). Telur 10-14 hr, 6-9 bln uk. 7,5-9
Cm. Kondisi kering operculum menutup tahan 6 bln,
aktif dlm bbrp jam setelah lembab. Bersifat nocturnal.
90. 2. Pomacea canaliculata (golden snail, apple
snail, golden kumol, miracle snalis, keong mas)
P. canaliculata oranye cerah
P. insularum pink
P. lineata pink
P. doliodes pink
P. haustrum hijau
P. gigas/maculata hijau
Warna telur: spesies, komposisi makanan, umur telur,
kelembaban relatif
91. Keong mas berasal dari Amerika Selatan (Brasil,
Argentina) menyebar ke Indonesia, Tailand, kamboja,
Hongkong, China, Jepang, Filipina, USA (Texas, Ohio,
Florida)
Alasan impor: estetika, sumber protein murah,
pengatur ekologi akuarium
Uk. 40-60 mm lebar, 45-75 mm (tinggi), bentuk bulat,
cangkang coklat keras, daging lunak kuning/oranye
Penutup cangkang (operkulum) tebal coklat tua
(keong tua) coklat terang (keong muda), dpt
digerakkan menutup lubang cangkang (aperture)
93. Dewasa bertelur 1000-1200 telur/bln, umur sampai 2-
6 thn
Telur ukuran 2,2-3,5 mm diameter, berkelompok,
200-600/kelompok, diletakkan diatas garis air, 7-14
menetas, telur merah terang & lebih pucat ketika
akan menetas
Dewasa matang seksual ukuran 2,5 Cm
Stadia paling merusak mulai ukuran 10 mm (biji
jagung) sampai 40 mm (bola pingpong)
Amfibi, sembunyi ketika terik, nokturnal, 180
C lambat
gerak, 250
C aktif, dpt diapause (6 bln)
95. Habitat : sawah, kolam, rawa, lahan beririgasi,
saluran irigasi
Mampu survive pd. lingkungan terpolusi dan O2
rendah
Gejala serangan: tanaman habis, rumpun hilang,
daun sisa berserak di permukaan air
Tanaman padi muda (transplanting, 1-15 hst),
(langsung 4-30 hst)
Tanaman padi muda 4m2
(inokulasi 10 keong habis 5
hr, inokulasi 2 keong habis 10 hr)
96. PENGENDALIAN
Persiapan lahan: pemasangan saringan pd. inlet dan
outlet, monitoring, handpicking (uk. besar), traping
(selokan lebar 25 Cm, dalam 5 Cm), tanaman penarik,
tanaman toksik, itik.
Transplanting: jarak tanam standar, daerah endemis
tanam bibit tua (25-39 hr var. genjah), pasang ajir,
handpicking, drainase
Setelah panen: itik
Kimia (moluskisida)
METALDEHID dan NICLOSAMIN
97. METALDEHID
Metabait 6% pellets 4-8 kg/ha
Porsnail 10 sendok/16 l
Snailkil 6% P 4-8 kg/ha
Bayonet 6% P 4-8 kg/ha
NICLOSAMIN
Trap 70 WP 35 g/16 l
Hit 250 EC 7-14 sendok/16 l
Moluxide 250 EC 7-14 sendok/16 l
Bayluscide 250 EC 7-14 sendok/16 l