SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Fitria_hadriyani@yahoo.com
Pengertian Pajak Penghasilan
PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN
Pengertian
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan
terhadap orang pribadi dan badan,
berkenaan dengan penghasilan yang
diterima atau diperoleh selama satu tahun
pajak.
Subjek Pajak Penghasilan
Subjek PPh adalah orang pribadi; warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak; badan; dan
bentuk usaha tetap (BUT).
Subjek Pajak terdiri dari
1. Subjek Pajak Dalam Negeri
2. Subjek Pajak Luar Negeri.
Subjek Pajak Dalam Negeri adalah :
- Orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia atau yang
berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
- Badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia,
meliputi Perseroan Terbatas,
perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara
atau Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik atau
organisasi yang sejenis, lembaga,
bentuk usaha tetap dan bentuk
badan lainnya termasuk reksadana.
- Warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
Subjek Pajak Luar Negeri adalah :
- Orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di Indonesia;
- Orang Pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan
badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia
yang dapat menerima atau
memperoleh panghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau;
- melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
Tidak termasuk Subjek Pajak
1.Badan perwakilan negara asing;
Fitria_hadriyani@yahoo.com
2.Pejabat perwakilan diplomatik, dan
konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama-sama
mereka, dengan syarat:
• bukan warga Negara Indonesia; dan
• di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatan
atau pekerjaannya tersebut; serta
• negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik;
3.Organisasi-organisasi Internasional yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat :
• Indonesia menjadi anggota organisasi
tersebut;
• tidak menjalankan usaha atau kegiatan
lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman
kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota;
4.Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan
syarat :
• bukan warga negara Indonesia; dan
• tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Objek Pajak Penghasilan
Objek Pajak Penghasilan adalah
penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib pajak yang bersangkutan dengan
nama dan dalam bentuk apapun termasuk :
a. penggantian atau imbalan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam
bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang Pajak Penghasilan;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau
karena pengalihan harta termasuk:
-keuntungan karena pengalihan harta
kepada perseroan, persekutuan,dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
-keuntungan yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu atau anggota;
-keuntungan karena likuidasi,
penggabungan, peleburan,
pemekaran,pemecahan atau
pengambilalihan usaha;
-keuntungan karena pengalihan harta
berupa hibah, bantuan atau sumbangan,
kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat,
dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
Fitria_hadriyani@yahoo.com
sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak pihak yang
bersangkutan;
e.penerimaan kembali pembayaran pajak
yang telah dibebankan sebagai biaya;
f. bunga termasuk premium, diskonto dan
imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
g.dividen dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran
berkala;
k.keuntungan karena pembebasan utang,
kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang
asing;
m.selisih lebih karena penilaian kembali
aktiva;
n.premi asuransi;
o.iuran yang diterima atau diperoleh
perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari WP yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
p.tambahan kekayaan neto yang berasal
dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas
penghasilan berupa:
• bunga deposito dan tabungan-tabungan
lainnya;
• penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya di bursa efek;
• penghasilan dari pengalihan harta berupa
tanah dan atau bangunan, serta
• penghasilan tertentu lainnya, pengenaan
pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Tidak Termasuk Objek Pajak
1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk
zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah dan para
penerima zakat yang berhak.
b. Harta hibahan yang diterima oleh
keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan
keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, epanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak ybs;
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang
diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan
atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah;
Fitria_hadriyani@yahoo.com
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi
kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan
asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima
atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau
BUMD dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat :
- dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan; dan
- bagi perseroan terbatas, BUMN dan
BUMD yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah modal yang disetor dan
harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar
oleh pemberi kerja maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan
oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan
kongsi;
10. Bunga obligasi yang diterima atau
diperoleh perusahaan reksa dana selama 5
(lima) tahun pertama sejak pendirian
perusahaan atau pemberian izin usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau
diperoleh perusahaan modal ventura.
Pajak penghasilan adalah pajak yang
dibebankan pada penghasilan perorangan,
perusahaan atau badan hukum lainnya.
Pajak penghasilan bisa diberlakukan
progresif, proporsional, atau regresif.
Pada akhir maret 2010 jumlah wajib pajak di
Indonesia mencapai sekitar 16 juta.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah Pajak Penghasilan
1.1 Pajak Penghasilan di
Indonesia
2 Subyek pajak penghasilan
3 Bukan subyek pajak penghasilan
4 Obyek Pajak Penghasilan
5 Kronologi Perubahan Undang-
undang yang mengatur Pajak
Penghasilan
6 Catatan
[sunting] Sejarah Pajak Penghasilan
Pengenaan pajak langsung sebagai cikal
bakal dari pajak penghasilan sudah terdapat
pada zaman Romawi Kuno, antara lain
dengan adanya pungutan yang bernama
tributum yang berlaku sampai dengan tahun
167 Sebelum Masehi. Pengenaan pajak
pajak penghasilan secara eksplisit yang
diatur dalam suatu Undang-undang sebagai
Income Tax baru dapat ditemukan di Inggris
pada tahun 1799. Di Amerika Serikat, pajak
penghasilan untuk pertama kali dikenal di
New Plymouth pada tahun 1643, dimana
dasar pengenaan pajak adalah " a person's
faculty, personal faculties and abilitites",
Pada tahun 1646 di Massachusett dasar
pengenaan pajak didasarkan pada "returns
and gain". “Tersonal faculty and abilities"
secara implisit adalah pengenaan pajak
Fitria_hadriyani@yahoo.com
pengahasilan atas orang pribadi, sedangkan
"Returns and gain" berkonotasi pada pajak
penghasilan badan. Tonggak-tonggak
penting dalam sejarah pajak di Amerika
Serikat adalah Undang-Undang Pajak
Federal tahun 1861 yang selanjutnya telah
beberapa kali mengalami tax reform,
terakhir dengan Tax Reform Act tahun 1986.
Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
(tax return) yang dibuat pada tahun 1860-an
berdasarkan Undang-Undang Pajak Federal
tersebut telah dipergunakan sampai dengan
tahun 1962.
[sunting] Pajak Penghasilan di Indonesia
Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di
Indonesia dimulai dengan adanya tenement
tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni
sejenis pajak yang dikenakan sebagai sewa
terhadap mereka yang menggunakan bumi
sebagai tempat berdirinya rumah atau
bangunan. Pada periode sampai dengan
tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan
perpajakan antara penduduk pribumi
dengan orang Asia dan Eropa, dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa terdapat banyak
perbedaan dan tidak ada uniformitas dalam
perlakuan perpajakan Tercatat beberapa
jenis pajak yang hanya diperlakukan kepada
orang Eropa seperti "patent duty".
sebaliknya business tax atau
bedrijfsbelasting untuk orang pribumi. Di
samping itu, sejak tahun 1882 hingga 1916
dikenal adanya Poll Tax yang
pengenaannya berdasarkan status pribadi,
pemilikan rumah dan tanah.
Pada 1908 terdapat Ordonansi Pajak
Pendapatan yang diperlakukan untuk orang
Eropa, dan badan-badan yang melakukan
usaha bisnis tanpa memperhatikan
kebangsaan pemegang sahamnya. Dasar
pengenaan pajaknya penghasilan yang
berasal dari barang bergerak maupun
barang tak gerak, penghasilan dari usaha,
penghasilan pejabat pemerintah, pensiun
dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat
proporsional dari 1%, 2% dan 3% atas dasar
kriteria tertentu. Selanjutnya, tahun 1920
dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana
dualistik yang selama ini ada, dihilangkan
dengan diperkenalkannya General Income
Tax yakni Ordonansi Pajak Pendapatan
Yang Dibaharui tahun 1920 (Ordonantie op
de Herziene Inkomstenbelasting 1920,
Staatsblad 1920 1921, No.312) yang
berlaku baik bagi penduduk pribumi, orang
Asia maupun orang Eropa. Dalam
Ordonansi Pajak Pendapatan ini telah
diterapkan asas-asas pajak penghasilan
yakni asas keadilan domisili dan asas
sumber.
Karena desakan kebutuhan dengan makin
banyaknya perusahaan yang didirikan di
Indonesia seperti perkebunan-perkebunan
(ondememing), pada tahun 1925
ditetapkanlah Ordonansi Pajak Perseroan
tahun 1925 (Ordonantie op de
Vennootschapbelasting) yakni pajak yang
dikenakan tethadap laba perseroan, yang
terkenal dengan nama PPs (Pajak
Perseroan). Ordonansi ini telah mengalami
beberapa kali perubahan dan
penyempurnaan antara lain dengan UU No.
8 tahun 1967 tentang Psnibahan dan
Penyempurnaan Tatacara Pcmungiitan
Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan
1932 dan Pajak Perseroan tahun 1925 yang
dalam praktck lebih dikenal dengan UU
MPO dan MPS. Perubahan penting lainnya
adalah dengan UU No. 8 tahun 1970
dimana fungsi pajak mengatur/regulerend
dimasukkan ke dalam Ordonansi PPs 1925.,
khususnya tentang ketentuan "tax holiday".
Ordonasi PPs 1925 berlaku sampai dengan
tanggal 31 Desember 1983, yakni pada saat
diadakannya tax reform, Pada awal tahun
1925-an yakni dengan mulai berlakunya
Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan
dengan perkembangan pajak pendapatan di
Negeri Belanda, maka timbul kebutuhan
untuk merevisi Ordonansi Pajak Pendapatan
1920, yakni dengan ditetapkannnya
Ordonasi Pajak Pendapatan tahun 1932
(Ordonantie op de Incomstenbelasting 1932,
Staatsblad 1932, No.111) yang dikenakan
kepada orang pribadi (Personal Income
Tax). Asas-asas pajak penghasilan telah
diterapkan kepada penduduk Indonesia;
kepada bukan penduduk Indonesia hanya
dikenakan pajak atas penghasilan yang
dihasilkannnya di Indonesia; Ordonansi ini
juga telah mengenal asas sumber dan asas
domisili.
Dengan makin banyak perusahaan-
perusahaan di Indonesia, maka kebutuhan
Fitria_hadriyani@yahoo.com
akan mengenakan pajak terhadap
pendapatan karyawan perusahaan muncul.
Maka pada tahun 1935 ditetapkanlah
Ordonansi Pajak Pajak Upah (loonbelasting)
yang memberi kewajiban kepada majikan
untuk memotong Pajak Upah/gaji pegawai
yang mempunyai tarif progresif dari 0%
sampai dengan 15%. Pada zaman Perang
Dunia II diberlakukan Oorlogsbelasting
(Pajak Perang) menggantikan ordonansi
yang ada dan pada tahun 1946 diganti
dengan nama Overgangsbelasting (Pajak
Peralihan). Dengan UU Nomor 21 tahun
1957 nama Pajak Peralihan diganti dengan
nama Pajak Pendapatan tahun 1944 yang
disingkat dengan Ord. PPd. 1944. Pajak
Pendapatan sendiri disingkat dengan PPd.
Saja.
Ord. PPd. 1944 setelah beberapa kali
mengalami perubahan terutama dengan
perubahan tahun 1968 yakni dengan
adanya UU No. 8 tahun 1968 tentang
Perubahan dan Penyempurnaan Tatacara
Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak
Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925,
yang lebih terkenal dengan "UU MPO dan
MPS". Perubahan lainnya adalah dengan
UU No. 9 tahun 1970 yang berlaku sampai
dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni
dengan diadakannya tax reform di
Indonesia.
[sunting] Subyek pajak penghasilan
Menurut Undang Undang no.36 tahun 2008
tentang pajak penghasilan, subyek pajak
penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Subyek pajak pribadi yaitu orang
pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di
Indonesia.
2. Subyek pajak harta warisan
belum dibagi yaitu warisan dari
seseorang yang sudah meninggal
dan belum dibagi tetapi
menghasilkan pendapatan, maka
pendapatan itu dikenakan pajak.
3. Subyek pajak badan badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
1. pembentukannya
berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-
undangan;
2. pembiayaannya bersumber
dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
3. penerimaannya dimasukkan
dalam anggaran
Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
4. pembukuannya diperiksa
oleh aparat pengawasan
fungsional negara; dan
4. Bentuk usaha tetap yaitu bentuk
usaha yang digunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di
indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu dua belas
bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan berkedudukan di
Indonesia, yang melakukan
kegiatan di Indonesia.
[sunting] Bukan subyek pajak
penghasilan
Undang Undang No. 17 tahun 2000
menjelaskan tentang apa yang tidak
termasuk obyek pajak sebagai berikut:
1. Badan perwakilan negara asing.
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan
konsulat atau pejabat - pejabat lain
dari negara asing dan orang - orang
yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka dengan
syarat bukan warga negara
indonesia dan negara yang
bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik.
3. Organisasi internasional yang
ditetapkan oleh keputusan menteri
keuangan dengan syarat Indonesia
Fitria_hadriyani@yahoo.com
ikut dalam organisasi tersebut dan
organisasi tersebut tidak melakukan
kegiatan usaha di Indonesia.
Contoh: WTO, FAO, UNICEF.
4. Pejabat perwakilan organisasi
internasional yang ditetapkan oleh
keputusan menteri keuangan
dengan syarat bukan warga negara
indonesia dan tidak memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
[sunting] Obyek Pajak Penghasilan
Yang menjadi Objek Pajak adalah
penghasilan yaitu setiap Tambahan
Kemampuan Ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Undang-undang Pajak Penghasilan
Indonesia menganut prinsip pemajakan atas
penghasilan dalam pengertian yang luas,
yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak dari
manapun asalnya yang dapat dipergunakan
untuk konsumsi atau menambah kekayaan
Wajib Pajak tersebut.
Pengertian penghasilan dalam Undang-
undang PPh tidak memperhatikan adanya
penghasilan dari sumber tertentu, tetapi
pada adanya tambahan kemampuan
ekonomis. Tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik
mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut
untuk ikut bersama-sama memikul biaya
yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan
rutin dan pembangunan.
Dilihat dari penggunaannya, penghasilan
dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat
pula ditabung untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak.
Karena Undang-undang PPh menganut
pengertian penghasilan yang luas maka
semua jenis penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam suatu tahun pajak
digabungkan untuk mendapatkan dasar
pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila
dalam satu Tahun Pajak suatu usaha atau
kegiatan menderita kerugian, maka kerugian
tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan lainnya (Kompensasi
Horisontal), kecuali kerugian yang diderita di
luar negeri. Namun demikian, apabila suatu
jenis penghasilan dikenakan pajak dengan
tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari
Objek Pajak, maka penghasilan tersebut
tidak boleh digabungkan dengan
penghasilan lain yang dikenakan tarif umum.
[sunting] Kronologi Perubahan Undang-
undang yang mengatur Pajak
Penghasilan
Pajak Penghasilan (disingkat PPh) di
Indonesia diatur pertama kali dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
dengan penjelasan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50.
Selanjutnya berturut-turut peraturan ini
diamandemen oleh
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1991,
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1994, dan
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004,
pemerintah menerapkan sistem pajak yang
ditanggung pemerintah yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2003 dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 486/KMK.03/2003.
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) telah disesuaikan juga beberapa kali
dalam:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
564/KMK.03/2004, berlaku untuk
tahun pajak 2005 (sekaligus
meniadakan pajak yang ditanggung
pemerintah).
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
137/PMK.03/2005, berlaku untuk
tahun pajak 2006.
Fitria_hadriyani@yahoo.com
Tarif Pajak
Penghasilan Badan
Written by Administrator
Friday, 31 July 2009 08:41
Masalah: Berapakah tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
Badan ?
Solusi: Tarif Pajak yang diterapkan terhadap Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan untuk
tahun 2008 adalah Tarif Pajak Progresif sedangkan untuk tahun 2009 adalah Tarif Pajak
Tunggal, berikut adalah table perbandingan tariff PPh Badan
Perbandingan Tarif PPh Badan
Lapisan Kena Pajak UU No.17/2000 UU No.36/2008
Sampai Dengan rp. 50.000.000,- 10%
28%Di atas Rp.50.000.000 s/d 100.000.000,- 15%
Di atas Rp. 100.000.000,- 30%
Ilustrasi Penghitungan
Tahun Penghasilan kena
Pajak
Dasar Penghitungan Tarif PPh Pajak
Penghasilan
2008 Rp.50.000.000,- Rp.50.000.000,- 10% Rp.5.000.000,-
2009 Rp.50.000.000,- Rp.50.000.000,- 28% Rp.14.000.000,-
2008 Rp.100.000.000,- Rp.50.000.000,- 10% Rp.5.000.000,-
Rp.50.000.000,- 15% Rp.7.500.000,-
Total Rp.12.500.000,-
2009 Rp.100.000.000,- Rp.100.000.000,- 28% Rp.28.000.000,-
2008 Rp.150.000.000,- Rp.50.000.000,- 10% Rp.5.000.000,-
Rp.50.000.000,- 15% Rp.7.500.000,-
Rp.50.000.000,- 30% Rp.15.000.000,-
Fitria_hadriyani@yahoo.com
Total Rp.27.500.000,-
2009 Rp.150.000.000,- Rp.150.000.000,- 28% Rp.42.000.000,-
Pajak penghasilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu dirapikan atau
ditulis ulang karena artikel ini
bersifat umum sedangkan isinya
ditulis dalam konteks yang
terlalu spesifik/sempit.
Pajak penghasilan adalah pajak yang
dibebankan pada penghasilan perorangan,
perusahaan atau badan hukum lainnya.
Pajak penghasilan bisa diberlakukan
progresif, proporsional, atau regresif.
Pada akhir maret 2010 jumlah wajib pajak di
Indonesia mencapai sekitar 16 juta.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah Pajak Penghasilan
1.1 Pajak Penghasilan di
Indonesia
2 Subyek pajak penghasilan
3 Bukan subyek pajak penghasilan
4 Obyek Pajak Penghasilan
5 Kronologi Perubahan Undang-
undang yang mengatur Pajak
Penghasilan
6 Catatan
[sunting] Sejarah Pajak Penghasilan
Pengenaan pajak langsung sebagai cikal
bakal dari pajak penghasilan sudah terdapat
pada zaman Romawi Kuno, antara lain
dengan adanya pungutan yang bernama
tributum yang berlaku sampai dengan tahun
167 Sebelum Masehi. Pengenaan pajak
pajak penghasilan secara eksplisit yang
diatur dalam suatu Undang-undang sebagai
Income Tax baru dapat ditemukan di Inggris
pada tahun 1799. Di Amerika Serikat, pajak
penghasilan untuk pertama kali dikenal di
New Plymouth pada tahun 1643, dimana
dasar pengenaan pajak adalah " a person's
faculty, personal faculties and abilitites",
Pada tahun 1646 di Massachusett dasar
pengenaan pajak didasarkan pada "returns
and gain". “Tersonal faculty and abilities"
secara implisit adalah pengenaan pajak
pengahasilan atas orang pribadi, sedangkan
"Returns and gain" berkonotasi pada pajak
penghasilan badan. Tonggak-tonggak
penting dalam sejarah pajak di Amerika
Serikat adalah Undang-Undang Pajak
Federal tahun 1861 yang selanjutnya telah
beberapa kali mengalami tax reform,
terakhir dengan Tax Reform Act tahun 1986.
Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
(tax return) yang dibuat pada tahun 1860-an
berdasarkan Undang-Undang Pajak Federal
tersebut telah dipergunakan sampai dengan
tahun 1962.
[sunting] Pajak Penghasilan di Indonesia
Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di
Indonesia dimulai dengan adanya tenement
tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni
sejenis pajak yang dikenakan sebagai sewa
terhadap mereka yang menggunakan bumi
sebagai tempat berdirinya rumah atau
bangunan. Pada periode sampai dengan
tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan
perpajakan antara penduduk pribumi
dengan orang Asia dan Eropa, dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa terdapat banyak
perbedaan dan tidak ada uniformitas dalam
perlakuan perpajakan Tercatat beberapa
jenis pajak yang hanya diperlakukan kepada
orang Eropa seperti "patent duty".
sebaliknya business tax atau
bedrijfsbelasting untuk orang pribumi. Di
samping itu, sejak tahun 1882 hingga 1916
dikenal adanya Poll Tax yang
pengenaannya berdasarkan status pribadi,
pemilikan rumah dan tanah.
Fitria_hadriyani@yahoo.com
Pada 1908 terdapat Ordonansi Pajak
Pendapatan yang diperlakukan untuk orang
Eropa, dan badan-badan yang melakukan
usaha bisnis tanpa memperhatikan
kebangsaan pemegang sahamnya. Dasar
pengenaan pajaknya penghasilan yang
berasal dari barang bergerak maupun
barang tak gerak, penghasilan dari usaha,
penghasilan pejabat pemerintah, pensiun
dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat
proporsional dari 1%, 2% dan 3% atas dasar
kriteria tertentu. Selanjutnya, tahun 1920
dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana
dualistik yang selama ini ada, dihilangkan
dengan diperkenalkannya General Income
Tax yakni Ordonansi Pajak Pendapatan
Yang Dibaharui tahun 1920 (Ordonantie op
de Herziene Inkomstenbelasting 1920,
Staatsblad 1920 1921, No.312) yang
berlaku baik bagi penduduk pribumi, orang
Asia maupun orang Eropa. Dalam
Ordonansi Pajak Pendapatan ini telah
diterapkan asas-asas pajak penghasilan
yakni asas keadilan domisili dan asas
sumber.
Karena desakan kebutuhan dengan makin
banyaknya perusahaan yang didirikan di
Indonesia seperti perkebunan-perkebunan
(ondememing), pada tahun 1925
ditetapkanlah Ordonansi Pajak Perseroan
tahun 1925 (Ordonantie op de
Vennootschapbelasting) yakni pajak yang
dikenakan tethadap laba perseroan, yang
terkenal dengan nama PPs (Pajak
Perseroan). Ordonansi ini telah mengalami
beberapa kali perubahan dan
penyempurnaan antara lain dengan UU No.
8 tahun 1967 tentang Psnibahan dan
Penyempurnaan Tatacara Pcmungiitan
Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan
1932 dan Pajak Perseroan tahun 1925 yang
dalam praktck lebih dikenal dengan UU
MPO dan MPS. Perubahan penting lainnya
adalah dengan UU No. 8 tahun 1970
dimana fungsi pajak mengatur/regulerend
dimasukkan ke dalam Ordonansi PPs 1925.,
khususnya tentang ketentuan "tax holiday".
Ordonasi PPs 1925 berlaku sampai dengan
tanggal 31 Desember 1983, yakni pada saat
diadakannya tax reform, Pada awal tahun
1925-an yakni dengan mulai berlakunya
Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan
dengan perkembangan pajak pendapatan di
Negeri Belanda, maka timbul kebutuhan
untuk merevisi Ordonansi Pajak Pendapatan
1920, yakni dengan ditetapkannnya
Ordonasi Pajak Pendapatan tahun 1932
(Ordonantie op de Incomstenbelasting 1932,
Staatsblad 1932, No.111) yang dikenakan
kepada orang pribadi (Personal Income
Tax). Asas-asas pajak penghasilan telah
diterapkan kepada penduduk Indonesia;
kepada bukan penduduk Indonesia hanya
dikenakan pajak atas penghasilan yang
dihasilkannnya di Indonesia; Ordonansi ini
juga telah mengenal asas sumber dan asas
domisili.
Dengan makin banyak perusahaan-
perusahaan di Indonesia, maka kebutuhan
akan mengenakan pajak terhadap
pendapatan karyawan perusahaan muncul.
Maka pada tahun 1935 ditetapkanlah
Ordonansi Pajak Pajak Upah (loonbelasting)
yang memberi kewajiban kepada majikan
untuk memotong Pajak Upah/gaji pegawai
yang mempunyai tarif progresif dari 0%
sampai dengan 15%. Pada zaman Perang
Dunia II diberlakukan Oorlogsbelasting
(Pajak Perang) menggantikan ordonansi
yang ada dan pada tahun 1946 diganti
dengan nama Overgangsbelasting (Pajak
Peralihan). Dengan UU Nomor 21 tahun
1957 nama Pajak Peralihan diganti dengan
nama Pajak Pendapatan tahun 1944 yang
disingkat dengan Ord. PPd. 1944. Pajak
Pendapatan sendiri disingkat dengan PPd.
Saja.
Ord. PPd. 1944 setelah beberapa kali
mengalami perubahan terutama dengan
perubahan tahun 1968 yakni dengan
adanya UU No. 8 tahun 1968 tentang
Perubahan dan Penyempurnaan Tatacara
Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak
Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925,
yang lebih terkenal dengan "UU MPO dan
MPS". Perubahan lainnya adalah dengan
UU No. 9 tahun 1970 yang berlaku sampai
dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni
dengan diadakannya tax reform di
Indonesia.
[sunting] Subyek pajak penghasilan
Menurut Undang Undang no.36 tahun 2008
tentang pajak penghasilan, subyek pajak
penghasilan adalah sebagai berikut:
Fitria_hadriyani@yahoo.com
1. Subyek pajak pribadi yaitu orang
pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di
Indonesia.
2. Subyek pajak harta warisan
belum dibagi yaitu warisan dari
seseorang yang sudah meninggal
dan belum dibagi tetapi
menghasilkan pendapatan, maka
pendapatan itu dikenakan pajak.
3. Subyek pajak badan badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
1. pembentukannya
berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-
undangan;
2. pembiayaannya bersumber
dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
3. penerimaannya dimasukkan
dalam anggaran
Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
4. pembukuannya diperiksa
oleh aparat pengawasan
fungsional negara; dan
4. Bentuk usaha tetap yaitu bentuk
usaha yang digunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di
indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu dua belas
bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan berkedudukan di
Indonesia, yang melakukan
kegiatan di Indonesia.
[sunting] Bukan subyek pajak
penghasilan
Undang Undang No. 17 tahun 2000
menjelaskan tentang apa yang tidak
termasuk obyek pajak sebagai berikut:
1. Badan perwakilan negara asing.
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan
konsulat atau pejabat - pejabat lain
dari negara asing dan orang - orang
yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka dengan
syarat bukan warga negara
indonesia dan negara yang
bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik.
3. Organisasi internasional yang
ditetapkan oleh keputusan menteri
keuangan dengan syarat Indonesia
ikut dalam organisasi tersebut dan
organisasi tersebut tidak melakukan
kegiatan usaha di Indonesia.
Contoh: WTO, FAO, UNICEF.
4. Pejabat perwakilan organisasi
internasional yang ditetapkan oleh
keputusan menteri keuangan
dengan syarat bukan warga negara
indonesia dan tidak memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
[sunting] Obyek Pajak Penghasilan
Yang menjadi Objek Pajak adalah
penghasilan yaitu setiap Tambahan
Kemampuan Ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Undang-undang Pajak Penghasilan
Indonesia menganut prinsip pemajakan atas
penghasilan dalam pengertian yang luas,
yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak dari
manapun asalnya yang dapat dipergunakan
untuk konsumsi atau menambah kekayaan
Wajib Pajak tersebut.
Pengertian penghasilan dalam Undang-
undang PPh tidak memperhatikan adanya
penghasilan dari sumber tertentu, tetapi
pada adanya tambahan kemampuan
ekonomis. Tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik
mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut
Fitria_hadriyani@yahoo.com
untuk ikut bersama-sama memikul biaya
yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan
rutin dan pembangunan.
Dilihat dari penggunaannya, penghasilan
dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat
pula ditabung untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak.
Karena Undang-undang PPh menganut
pengertian penghasilan yang luas maka
semua jenis penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam suatu tahun pajak
digabungkan untuk mendapatkan dasar
pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila
dalam satu Tahun Pajak suatu usaha atau
kegiatan menderita kerugian, maka kerugian
tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan lainnya (Kompensasi
Horisontal), kecuali kerugian yang diderita di
luar negeri. Namun demikian, apabila suatu
jenis penghasilan dikenakan pajak dengan
tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari
Objek Pajak, maka penghasilan tersebut
tidak boleh digabungkan dengan
penghasilan lain yang dikenakan tarif umum.
[sunting] Kronologi Perubahan Undang-
undang yang mengatur Pajak
Penghasilan
Pajak Penghasilan (disingkat PPh) di
Indonesia diatur pertama kali dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
dengan penjelasan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50.
Selanjutnya berturut-turut peraturan ini
diamandemen oleh
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1991,
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1994, dan
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004,
pemerintah menerapkan sistem pajak yang
ditanggung pemerintah yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2003 dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 486/KMK.03/2003.
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) telah disesuaikan juga beberapa kali
dalam:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
564/KMK.03/2004, berlaku untuk
tahun pajak 2005 (sekaligus
meniadakan pajak yang ditanggung
pemerintah).
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
137/PMK.03/2005, berlaku untuk
tahun pajak 2006.
[sunting] Catatan
1. ^ Firdaus, Arie (3 April
2010). "Pengembalian SPT 5,9
Juta". Koran Tempo.
http://www.korantempo.com/korante
mpo/koran/2010/04/03/Ekonomi_da
n_Bisnis/krn.20100403.195785.id.ht
ml. Diakses pada 3 April 2010.

More Related Content

What's hot (20)

pajak: BUT
pajak: BUTpajak: BUT
pajak: BUT
 
Objek Pajak Penghasilan
Objek Pajak PenghasilanObjek Pajak Penghasilan
Objek Pajak Penghasilan
 
PPh
PPhPPh
PPh
 
Pph op
Pph opPph op
Pph op
 
Booklet pph
Booklet pphBooklet pph
Booklet pph
 
Bab ix-expatriate-baru
Bab ix-expatriate-baruBab ix-expatriate-baru
Bab ix-expatriate-baru
 
Dasarhukum pph
Dasarhukum pphDasarhukum pph
Dasarhukum pph
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
Booklet koperasi-oke
Booklet koperasi-okeBooklet koperasi-oke
Booklet koperasi-oke
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
3.1. objek pajak
3.1. objek pajak3.1. objek pajak
3.1. objek pajak
 
3.2. bukan objek pajak
3.2. bukan objek pajak3.2. bukan objek pajak
3.2. bukan objek pajak
 
objek pajak penghasilan
objek pajak penghasilanobjek pajak penghasilan
objek pajak penghasilan
 
iai pph badan sesi I -- ab
iai pph badan sesi I -- abiai pph badan sesi I -- ab
iai pph badan sesi I -- ab
 
Bumn
BumnBumn
Bumn
 
01 biaya fiskal
01 biaya fiskal01 biaya fiskal
01 biaya fiskal
 
PPh umum in Bahasa Indonesia
PPh umum in Bahasa IndonesiaPPh umum in Bahasa Indonesia
PPh umum in Bahasa Indonesia
 
Bumn
BumnBumn
Bumn
 
Go Modern Level 2 - Cara Menentukan Badan Usaha yang Tepat 31 Oktober 2020
Go Modern Level 2 - Cara Menentukan Badan Usaha yang Tepat 31 Oktober 2020Go Modern Level 2 - Cara Menentukan Badan Usaha yang Tepat 31 Oktober 2020
Go Modern Level 2 - Cara Menentukan Badan Usaha yang Tepat 31 Oktober 2020
 

Similar to Pajak penghasilan

IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptxIHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptxMarkLee622262
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfNathaniaAprillya
 
Pertemuan 13.pptx
Pertemuan 13.pptxPertemuan 13.pptx
Pertemuan 13.pptxSaveFile1
 
pajak penghasilan umum
pajak penghasilan umumpajak penghasilan umum
pajak penghasilan umumSeptiana Ulum
 
PPT TAX PLANNING III.pptx
PPT TAX PLANNING III.pptxPPT TAX PLANNING III.pptx
PPT TAX PLANNING III.pptxSifaArsyanda1
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaIkbalAdytiaNst
 
Diskusi 5 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan anak yang mendapatkan uang saku da...
Diskusi 5 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan anak yang mendapatkan uang saku da...Diskusi 5 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan anak yang mendapatkan uang saku da...
Diskusi 5 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan anak yang mendapatkan uang saku da...Indra Sofian
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...BillyReihan
 
INISIASI pajak penghasilan umum.pptx
INISIASI pajak penghasilan umum.pptxINISIASI pajak penghasilan umum.pptx
INISIASI pajak penghasilan umum.pptxYudhiAprianto3
 
Tugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakanTugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakankristina105
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakanisa93
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdfMATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdfMARWANANURDIN
 
Materi PPh Keren.pptx.pdf
Materi PPh Keren.pptx.pdfMateri PPh Keren.pptx.pdf
Materi PPh Keren.pptx.pdfIinIndiana1
 
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang  pphUu no.36 tahun 2008 tentang  pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang pphRoko Subagya
 
Rek onsiliasi lk_komersial_ke_lk_fiskal
Rek onsiliasi lk_komersial_ke_lk_fiskalRek onsiliasi lk_komersial_ke_lk_fiskal
Rek onsiliasi lk_komersial_ke_lk_fiskalMuhammad Madridista
 
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptxAlleAldine
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - PenjelasanChairudin NR
 

Similar to Pajak penghasilan (19)

IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptxIHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
IHT Penyegaran UU PPh 18012022 All Potput OP Badan.pptx
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
 
Pertemuan 13.pptx
Pertemuan 13.pptxPertemuan 13.pptx
Pertemuan 13.pptx
 
pajak penghasilan umum
pajak penghasilan umumpajak penghasilan umum
pajak penghasilan umum
 
PPT TAX PLANNING III.pptx
PPT TAX PLANNING III.pptxPPT TAX PLANNING III.pptx
PPT TAX PLANNING III.pptx
 
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada BundaMateri Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
Materi Pajak Penghasilan_Zul Afdal_Yayasan Pendidikan Persada Bunda
 
Diskusi 5 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan anak yang mendapatkan uang saku da...
Diskusi 5 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan anak yang mendapatkan uang saku da...Diskusi 5 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan anak yang mendapatkan uang saku da...
Diskusi 5 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan anak yang mendapatkan uang saku da...
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
 
INISIASI pajak penghasilan umum.pptx
INISIASI pajak penghasilan umum.pptxINISIASI pajak penghasilan umum.pptx
INISIASI pajak penghasilan umum.pptx
 
Tugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakanTugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakan
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajak
 
Pajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umumPajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umum
 
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdfMATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
MATERI PAJAK PENGHASILAN (PPH).pdf
 
Materi PPh Keren.pptx.pdf
Materi PPh Keren.pptx.pdfMateri PPh Keren.pptx.pdf
Materi PPh Keren.pptx.pdf
 
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang  pphUu no.36 tahun 2008 tentang  pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
 
Rek onsiliasi lk_komersial_ke_lk_fiskal
Rek onsiliasi lk_komersial_ke_lk_fiskalRek onsiliasi lk_komersial_ke_lk_fiskal
Rek onsiliasi lk_komersial_ke_lk_fiskal
 
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
 
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
 

More from Fitria Hadri Yani (18)

Proteksi perdagangan
Proteksi perdaganganProteksi perdagangan
Proteksi perdagangan
 
Produk domestik bruto
Produk domestik brutoProduk domestik bruto
Produk domestik bruto
 
Permasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikanPermasalahan pendidikan
Permasalahan pendidikan
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksi
 
Pengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulumPengertian implementasi kurikulum
Pengertian implementasi kurikulum
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tiebout
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
 
Masalah pendidikan di indonesia
Masalah pendidikan di indonesiaMasalah pendidikan di indonesia
Masalah pendidikan di indonesia
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
 
Perdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksiPerdagangan bebas dan proteksi
Perdagangan bebas dan proteksi
 
Pajak penghasilan
Pajak penghasilanPajak penghasilan
Pajak penghasilan
 
Model basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tieboutModel basis eko menurut tiebout
Model basis eko menurut tiebout
 
Mengenal globalisasi
Mengenal globalisasiMengenal globalisasi
Mengenal globalisasi
 
Analisis proyek
Analisis proyekAnalisis proyek
Analisis proyek
 
Skala bertingkat
Skala bertingkatSkala bertingkat
Skala bertingkat
 
Kelompok 8..
Kelompok 8..Kelompok 8..
Kelompok 8..
 
Bab 6 analisis neraca pembayaran
Bab 6 analisis neraca pembayaranBab 6 analisis neraca pembayaran
Bab 6 analisis neraca pembayaran
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 

Pajak penghasilan

  • 1. Fitria_hadriyani@yahoo.com Pengertian Pajak Penghasilan PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Subjek Pajak Penghasilan Subjek PPh adalah orang pribadi; warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; badan; dan bentuk usaha tetap (BUT). Subjek Pajak terdiri dari 1. Subjek Pajak Dalam Negeri 2. Subjek Pajak Luar Negeri. Subjek Pajak Dalam Negeri adalah : - Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. - Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. - Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. Subjek Pajak Luar Negeri adalah : - Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia; - Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau; - melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia. Tidak termasuk Subjek Pajak 1.Badan perwakilan negara asing;
  • 2. Fitria_hadriyani@yahoo.com 2.Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat: • bukan warga Negara Indonesia; dan • di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut; serta • negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; 3.Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat : • Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; • tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota; 4.Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat : • bukan warga negara Indonesia; dan • tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. Objek Pajak Penghasilan Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk : a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan; b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan; c. laba usaha; d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: -keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; -keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota; -keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan atau pengambilalihan usaha; -keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
  • 3. Fitria_hadriyani@yahoo.com sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan; e.penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya; f. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g.dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; h. royalti; i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k.keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; m.selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n.premi asuransi; o.iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p.tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas penghasilan berupa: • bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya; • penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek; • penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta • penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Tidak Termasuk Objek Pajak 1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak. b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, epanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak ybs; 2. Warisan; 3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; 4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
  • 4. Fitria_hadriyani@yahoo.com 5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa; 6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat : - dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan - bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut; 7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai; 8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; 9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi; 10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha; 11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura. Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif, proporsional, atau regresif. Pada akhir maret 2010 jumlah wajib pajak di Indonesia mencapai sekitar 16 juta.[1] Daftar isi [sembunyikan] 1 Sejarah Pajak Penghasilan 1.1 Pajak Penghasilan di Indonesia 2 Subyek pajak penghasilan 3 Bukan subyek pajak penghasilan 4 Obyek Pajak Penghasilan 5 Kronologi Perubahan Undang- undang yang mengatur Pajak Penghasilan 6 Catatan [sunting] Sejarah Pajak Penghasilan Pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah terdapat pada zaman Romawi Kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 Sebelum Masehi. Pengenaan pajak pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu Undang-undang sebagai Income Tax baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Di Amerika Serikat, pajak penghasilan untuk pertama kali dikenal di New Plymouth pada tahun 1643, dimana dasar pengenaan pajak adalah " a person's faculty, personal faculties and abilitites", Pada tahun 1646 di Massachusett dasar pengenaan pajak didasarkan pada "returns and gain". “Tersonal faculty and abilities" secara implisit adalah pengenaan pajak
  • 5. Fitria_hadriyani@yahoo.com pengahasilan atas orang pribadi, sedangkan "Returns and gain" berkonotasi pada pajak penghasilan badan. Tonggak-tonggak penting dalam sejarah pajak di Amerika Serikat adalah Undang-Undang Pajak Federal tahun 1861 yang selanjutnya telah beberapa kali mengalami tax reform, terakhir dengan Tax Reform Act tahun 1986. Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (tax return) yang dibuat pada tahun 1860-an berdasarkan Undang-Undang Pajak Federal tersebut telah dipergunakan sampai dengan tahun 1962. [sunting] Pajak Penghasilan di Indonesia Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan. Pada periode sampai dengan tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan perpajakan antara penduduk pribumi dengan orang Asia dan Eropa, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa terdapat banyak perbedaan dan tidak ada uniformitas dalam perlakuan perpajakan Tercatat beberapa jenis pajak yang hanya diperlakukan kepada orang Eropa seperti "patent duty". sebaliknya business tax atau bedrijfsbelasting untuk orang pribumi. Di samping itu, sejak tahun 1882 hingga 1916 dikenal adanya Poll Tax yang pengenaannya berdasarkan status pribadi, pemilikan rumah dan tanah. Pada 1908 terdapat Ordonansi Pajak Pendapatan yang diperlakukan untuk orang Eropa, dan badan-badan yang melakukan usaha bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan pemegang sahamnya. Dasar pengenaan pajaknya penghasilan yang berasal dari barang bergerak maupun barang tak gerak, penghasilan dari usaha, penghasilan pejabat pemerintah, pensiun dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat proporsional dari 1%, 2% dan 3% atas dasar kriteria tertentu. Selanjutnya, tahun 1920 dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana dualistik yang selama ini ada, dihilangkan dengan diperkenalkannya General Income Tax yakni Ordonansi Pajak Pendapatan Yang Dibaharui tahun 1920 (Ordonantie op de Herziene Inkomstenbelasting 1920, Staatsblad 1920 1921, No.312) yang berlaku baik bagi penduduk pribumi, orang Asia maupun orang Eropa. Dalam Ordonansi Pajak Pendapatan ini telah diterapkan asas-asas pajak penghasilan yakni asas keadilan domisili dan asas sumber. Karena desakan kebutuhan dengan makin banyaknya perusahaan yang didirikan di Indonesia seperti perkebunan-perkebunan (ondememing), pada tahun 1925 ditetapkanlah Ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925 (Ordonantie op de Vennootschapbelasting) yakni pajak yang dikenakan tethadap laba perseroan, yang terkenal dengan nama PPs (Pajak Perseroan). Ordonansi ini telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan antara lain dengan UU No. 8 tahun 1967 tentang Psnibahan dan Penyempurnaan Tatacara Pcmungiitan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan tahun 1925 yang dalam praktck lebih dikenal dengan UU MPO dan MPS. Perubahan penting lainnya adalah dengan UU No. 8 tahun 1970 dimana fungsi pajak mengatur/regulerend dimasukkan ke dalam Ordonansi PPs 1925., khususnya tentang ketentuan "tax holiday". Ordonasi PPs 1925 berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni pada saat diadakannya tax reform, Pada awal tahun 1925-an yakni dengan mulai berlakunya Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan dengan perkembangan pajak pendapatan di Negeri Belanda, maka timbul kebutuhan untuk merevisi Ordonansi Pajak Pendapatan 1920, yakni dengan ditetapkannnya Ordonasi Pajak Pendapatan tahun 1932 (Ordonantie op de Incomstenbelasting 1932, Staatsblad 1932, No.111) yang dikenakan kepada orang pribadi (Personal Income Tax). Asas-asas pajak penghasilan telah diterapkan kepada penduduk Indonesia; kepada bukan penduduk Indonesia hanya dikenakan pajak atas penghasilan yang dihasilkannnya di Indonesia; Ordonansi ini juga telah mengenal asas sumber dan asas domisili. Dengan makin banyak perusahaan- perusahaan di Indonesia, maka kebutuhan
  • 6. Fitria_hadriyani@yahoo.com akan mengenakan pajak terhadap pendapatan karyawan perusahaan muncul. Maka pada tahun 1935 ditetapkanlah Ordonansi Pajak Pajak Upah (loonbelasting) yang memberi kewajiban kepada majikan untuk memotong Pajak Upah/gaji pegawai yang mempunyai tarif progresif dari 0% sampai dengan 15%. Pada zaman Perang Dunia II diberlakukan Oorlogsbelasting (Pajak Perang) menggantikan ordonansi yang ada dan pada tahun 1946 diganti dengan nama Overgangsbelasting (Pajak Peralihan). Dengan UU Nomor 21 tahun 1957 nama Pajak Peralihan diganti dengan nama Pajak Pendapatan tahun 1944 yang disingkat dengan Ord. PPd. 1944. Pajak Pendapatan sendiri disingkat dengan PPd. Saja. Ord. PPd. 1944 setelah beberapa kali mengalami perubahan terutama dengan perubahan tahun 1968 yakni dengan adanya UU No. 8 tahun 1968 tentang Perubahan dan Penyempurnaan Tatacara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925, yang lebih terkenal dengan "UU MPO dan MPS". Perubahan lainnya adalah dengan UU No. 9 tahun 1970 yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni dengan diadakannya tax reform di Indonesia. [sunting] Subyek pajak penghasilan Menurut Undang Undang no.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut: 1. Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2. Subyek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak. 3. Subyek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: 1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan; 2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan 4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan 4. Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di Indonesia. [sunting] Bukan subyek pajak penghasilan Undang Undang No. 17 tahun 2000 menjelaskan tentang apa yang tidak termasuk obyek pajak sebagai berikut: 1. Badan perwakilan negara asing. 2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat - pejabat lain dari negara asing dan orang - orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara indonesia dan negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. 3. Organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat Indonesia
  • 7. Fitria_hadriyani@yahoo.com ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tersebut tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF. 4. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat bukan warga negara indonesia dan tidak memperoleh penghasilan dari Indonesia. [sunting] Obyek Pajak Penghasilan Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap Tambahan Kemampuan Ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Pengertian penghasilan dalam Undang- undang PPh tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan. Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak. Karena Undang-undang PPh menganut pengertian penghasilan yang luas maka semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila dalam satu Tahun Pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya (Kompensasi Horisontal), kecuali kerugian yang diderita di luar negeri. Namun demikian, apabila suatu jenis penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari Objek Pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum. [sunting] Kronologi Perubahan Undang- undang yang mengatur Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (disingkat PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan sistem pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah disesuaikan juga beberapa kali dalam: 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung pemerintah). 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk tahun pajak 2006.
  • 8. Fitria_hadriyani@yahoo.com Tarif Pajak Penghasilan Badan Written by Administrator Friday, 31 July 2009 08:41 Masalah: Berapakah tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan ? Solusi: Tarif Pajak yang diterapkan terhadap Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan untuk tahun 2008 adalah Tarif Pajak Progresif sedangkan untuk tahun 2009 adalah Tarif Pajak Tunggal, berikut adalah table perbandingan tariff PPh Badan Perbandingan Tarif PPh Badan Lapisan Kena Pajak UU No.17/2000 UU No.36/2008 Sampai Dengan rp. 50.000.000,- 10% 28%Di atas Rp.50.000.000 s/d 100.000.000,- 15% Di atas Rp. 100.000.000,- 30% Ilustrasi Penghitungan Tahun Penghasilan kena Pajak Dasar Penghitungan Tarif PPh Pajak Penghasilan 2008 Rp.50.000.000,- Rp.50.000.000,- 10% Rp.5.000.000,- 2009 Rp.50.000.000,- Rp.50.000.000,- 28% Rp.14.000.000,- 2008 Rp.100.000.000,- Rp.50.000.000,- 10% Rp.5.000.000,- Rp.50.000.000,- 15% Rp.7.500.000,- Total Rp.12.500.000,- 2009 Rp.100.000.000,- Rp.100.000.000,- 28% Rp.28.000.000,- 2008 Rp.150.000.000,- Rp.50.000.000,- 10% Rp.5.000.000,- Rp.50.000.000,- 15% Rp.7.500.000,- Rp.50.000.000,- 30% Rp.15.000.000,-
  • 9. Fitria_hadriyani@yahoo.com Total Rp.27.500.000,- 2009 Rp.150.000.000,- Rp.150.000.000,- 28% Rp.42.000.000,- Pajak penghasilan Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Artikel ini perlu dirapikan atau ditulis ulang karena artikel ini bersifat umum sedangkan isinya ditulis dalam konteks yang terlalu spesifik/sempit. Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif, proporsional, atau regresif. Pada akhir maret 2010 jumlah wajib pajak di Indonesia mencapai sekitar 16 juta.[1] Daftar isi [sembunyikan] 1 Sejarah Pajak Penghasilan 1.1 Pajak Penghasilan di Indonesia 2 Subyek pajak penghasilan 3 Bukan subyek pajak penghasilan 4 Obyek Pajak Penghasilan 5 Kronologi Perubahan Undang- undang yang mengatur Pajak Penghasilan 6 Catatan [sunting] Sejarah Pajak Penghasilan Pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah terdapat pada zaman Romawi Kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 Sebelum Masehi. Pengenaan pajak pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu Undang-undang sebagai Income Tax baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Di Amerika Serikat, pajak penghasilan untuk pertama kali dikenal di New Plymouth pada tahun 1643, dimana dasar pengenaan pajak adalah " a person's faculty, personal faculties and abilitites", Pada tahun 1646 di Massachusett dasar pengenaan pajak didasarkan pada "returns and gain". “Tersonal faculty and abilities" secara implisit adalah pengenaan pajak pengahasilan atas orang pribadi, sedangkan "Returns and gain" berkonotasi pada pajak penghasilan badan. Tonggak-tonggak penting dalam sejarah pajak di Amerika Serikat adalah Undang-Undang Pajak Federal tahun 1861 yang selanjutnya telah beberapa kali mengalami tax reform, terakhir dengan Tax Reform Act tahun 1986. Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (tax return) yang dibuat pada tahun 1860-an berdasarkan Undang-Undang Pajak Federal tersebut telah dipergunakan sampai dengan tahun 1962. [sunting] Pajak Penghasilan di Indonesia Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan. Pada periode sampai dengan tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan perpajakan antara penduduk pribumi dengan orang Asia dan Eropa, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa terdapat banyak perbedaan dan tidak ada uniformitas dalam perlakuan perpajakan Tercatat beberapa jenis pajak yang hanya diperlakukan kepada orang Eropa seperti "patent duty". sebaliknya business tax atau bedrijfsbelasting untuk orang pribumi. Di samping itu, sejak tahun 1882 hingga 1916 dikenal adanya Poll Tax yang pengenaannya berdasarkan status pribadi, pemilikan rumah dan tanah.
  • 10. Fitria_hadriyani@yahoo.com Pada 1908 terdapat Ordonansi Pajak Pendapatan yang diperlakukan untuk orang Eropa, dan badan-badan yang melakukan usaha bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan pemegang sahamnya. Dasar pengenaan pajaknya penghasilan yang berasal dari barang bergerak maupun barang tak gerak, penghasilan dari usaha, penghasilan pejabat pemerintah, pensiun dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat proporsional dari 1%, 2% dan 3% atas dasar kriteria tertentu. Selanjutnya, tahun 1920 dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana dualistik yang selama ini ada, dihilangkan dengan diperkenalkannya General Income Tax yakni Ordonansi Pajak Pendapatan Yang Dibaharui tahun 1920 (Ordonantie op de Herziene Inkomstenbelasting 1920, Staatsblad 1920 1921, No.312) yang berlaku baik bagi penduduk pribumi, orang Asia maupun orang Eropa. Dalam Ordonansi Pajak Pendapatan ini telah diterapkan asas-asas pajak penghasilan yakni asas keadilan domisili dan asas sumber. Karena desakan kebutuhan dengan makin banyaknya perusahaan yang didirikan di Indonesia seperti perkebunan-perkebunan (ondememing), pada tahun 1925 ditetapkanlah Ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925 (Ordonantie op de Vennootschapbelasting) yakni pajak yang dikenakan tethadap laba perseroan, yang terkenal dengan nama PPs (Pajak Perseroan). Ordonansi ini telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan antara lain dengan UU No. 8 tahun 1967 tentang Psnibahan dan Penyempurnaan Tatacara Pcmungiitan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan tahun 1925 yang dalam praktck lebih dikenal dengan UU MPO dan MPS. Perubahan penting lainnya adalah dengan UU No. 8 tahun 1970 dimana fungsi pajak mengatur/regulerend dimasukkan ke dalam Ordonansi PPs 1925., khususnya tentang ketentuan "tax holiday". Ordonasi PPs 1925 berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni pada saat diadakannya tax reform, Pada awal tahun 1925-an yakni dengan mulai berlakunya Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan dengan perkembangan pajak pendapatan di Negeri Belanda, maka timbul kebutuhan untuk merevisi Ordonansi Pajak Pendapatan 1920, yakni dengan ditetapkannnya Ordonasi Pajak Pendapatan tahun 1932 (Ordonantie op de Incomstenbelasting 1932, Staatsblad 1932, No.111) yang dikenakan kepada orang pribadi (Personal Income Tax). Asas-asas pajak penghasilan telah diterapkan kepada penduduk Indonesia; kepada bukan penduduk Indonesia hanya dikenakan pajak atas penghasilan yang dihasilkannnya di Indonesia; Ordonansi ini juga telah mengenal asas sumber dan asas domisili. Dengan makin banyak perusahaan- perusahaan di Indonesia, maka kebutuhan akan mengenakan pajak terhadap pendapatan karyawan perusahaan muncul. Maka pada tahun 1935 ditetapkanlah Ordonansi Pajak Pajak Upah (loonbelasting) yang memberi kewajiban kepada majikan untuk memotong Pajak Upah/gaji pegawai yang mempunyai tarif progresif dari 0% sampai dengan 15%. Pada zaman Perang Dunia II diberlakukan Oorlogsbelasting (Pajak Perang) menggantikan ordonansi yang ada dan pada tahun 1946 diganti dengan nama Overgangsbelasting (Pajak Peralihan). Dengan UU Nomor 21 tahun 1957 nama Pajak Peralihan diganti dengan nama Pajak Pendapatan tahun 1944 yang disingkat dengan Ord. PPd. 1944. Pajak Pendapatan sendiri disingkat dengan PPd. Saja. Ord. PPd. 1944 setelah beberapa kali mengalami perubahan terutama dengan perubahan tahun 1968 yakni dengan adanya UU No. 8 tahun 1968 tentang Perubahan dan Penyempurnaan Tatacara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925, yang lebih terkenal dengan "UU MPO dan MPS". Perubahan lainnya adalah dengan UU No. 9 tahun 1970 yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni dengan diadakannya tax reform di Indonesia. [sunting] Subyek pajak penghasilan Menurut Undang Undang no.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut:
  • 11. Fitria_hadriyani@yahoo.com 1. Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2. Subyek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak. 3. Subyek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: 1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan; 2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan 4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan 4. Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di Indonesia. [sunting] Bukan subyek pajak penghasilan Undang Undang No. 17 tahun 2000 menjelaskan tentang apa yang tidak termasuk obyek pajak sebagai berikut: 1. Badan perwakilan negara asing. 2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat - pejabat lain dari negara asing dan orang - orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara indonesia dan negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. 3. Organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat Indonesia ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tersebut tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF. 4. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat bukan warga negara indonesia dan tidak memperoleh penghasilan dari Indonesia. [sunting] Obyek Pajak Penghasilan Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap Tambahan Kemampuan Ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Pengertian penghasilan dalam Undang- undang PPh tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut
  • 12. Fitria_hadriyani@yahoo.com untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan. Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak. Karena Undang-undang PPh menganut pengertian penghasilan yang luas maka semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila dalam satu Tahun Pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya (Kompensasi Horisontal), kecuali kerugian yang diderita di luar negeri. Namun demikian, apabila suatu jenis penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari Objek Pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum. [sunting] Kronologi Perubahan Undang- undang yang mengatur Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (disingkat PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan sistem pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah disesuaikan juga beberapa kali dalam: 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung pemerintah). 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk tahun pajak 2006. [sunting] Catatan 1. ^ Firdaus, Arie (3 April 2010). "Pengembalian SPT 5,9 Juta". Koran Tempo. http://www.korantempo.com/korante mpo/koran/2010/04/03/Ekonomi_da n_Bisnis/krn.20100403.195785.id.ht ml. Diakses pada 3 April 2010.