SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
OSTEOPOROSIS
Pembimbing : dr. Tanjung Arfaksad S., Sp.OT
Oleh : Firda Rani F./2008.04.0028
PENDAHULUAN
Bab 1
• Osteoporosis adalah gangguan skeletal yang ditandai
dengan rendahnya massa tulang diikuti dengan
peningkatan kerapuhan tulang dan kerentanan terhadap
fraktur →resiko fraktur pada orang dengan usia, jenis
kelamin, dan ras tertentu.
• Berkaitan dengan proses penuaan→ancaman
osteoporosis terjadi tidak hanya di negara berkembang
tetapi juga di negara maju.
• Hingga saat ini, belum ada data
epidemiologis tentang osteoporosis di
Indonesia.
• Informasi tentang besar masalah
osteoporosis dan faktor risiko osteoporosis
→ penting dalam pengembangan program
untuk mencegah atau mengurangi
kejadian osteoporosis di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2
Fisiologi Tulang
• Fungsi utama: support, protection dan
leverage.
• Sebagai suatu jaringan : reservoir mineral →
regulasi komposisi ion kalsium ekstraseluler.
• Struktur & komposisi tulang dipengaruhi oleh
hormon dan faktor lokal yang dikontrol pula
oleh kosentrasi ion mineral → gangguan
interaksi → perubahan sistemik pada
metabolisme mineral dan abnormalitas
skeletal
Komposisi Tulang
• Tulang terdiri dari:
– Matriks kolagen → terutama sabut kolagen
tipe I
– Mineral → hampir setengah dari volume
tulang adalah mineral – terutama kalsium dan
fosfat dalam bentuk crystalline hydroxyapatite
– Sel-sel (osteoblast, osteosit, osteoklast)
• Osteoblast
– Menghasilkan: osteocalcin, growth factor,
matriks tulang
– Berhubungan dengan pembentukan tulang
dan aktivasi osteoklast
– Osteoblast → hasilkan osteoid →tetap berada
pada permukaan tulang atau terjebak dalam
matriksnya sendiri → osteosit
– Penuaan : jumlah osteoblast 
• Osteosit
– Berada dalam lakuna, saling berhubungan
satu dengan yang lain melalui juluran
sitoplasmik
– Pengaruh PTH → osteosit berpartisipasi
dalam resorpsi tulang dan transpor ion
kalsium.
• Osteoklast
–Mediator utama resorpsi tulang →
membentuk suatu lubang galian dangkal
– Lakuna Howship
Struktur Tulang
• Tulang imatur = woven bone : sabut kolagen
tidak teratur, sel tidak memiliki orientasi tertentu.
• Tulang matur = lamellar bone : sabut kolagen
tersusun paralel satu sama lain. Terdiri dari:
– Tulang kompakta / kortikal
– Tulang berongga/cancellous/trabekular
• Tulang dilapisi membran periosteal di bagian
luar (kec. Permukaan sendi), bagian dalam
dilapisi endosteal.
Tulang Kompakta
• Bagian terluar dari semua
tulang, terutama diafisis tulang
panjang dan lempeng
subkondral yang menyangga
kartilago sendi.
• Tdd : sist. Havers/osteon, (kanal
havers, yang berisi pembuluh
darah, limfatik, saraf yang
dilapisi lamellae konsentrik dari
tulang)
Tulang Cancellous
• Spt sarang lebah  pada bag
inferior semua tulang, terutama
ujung tulang panjang dan
corpus vertebra.
• Ruang di antara trabekula
berisi sumsum tulang dan
sinusoid  memberi nutrisi.
• Tulang ini lebih berpori
daripada tulang kortikal &
merupakan 2/3 bgn
permukaan tulang  efek ggg.
Metabolik terlihat awalnya
pada tulang trabekular.
Struktur Keterangan
Jenis struktur tulang
Kortikal (kompakta)  Kuat, padat, menyusun 80% skeleton
 Terdiri dari banyak osteon (sistem havers)
 Osteon tersusun dari lamella konsentrik
dengan kanal havers yang mengandung
osteoblast (formasi tulang baru) dan
arteriole yang menyuplasi osteon.
Lamellae dihubungkan oleh kanalikuli
 Kanal Volkmann: arahnya radial, memiliki
arteriol dan menghubungkan osteon yang
berdekatan
 Tulang kortikal tebal ditemukan pada
daerah diafisis tulang panjang
Cancellous (berrongga/trabekular)  Crossed lattice structure, menyusun 20%
skeleton
 Kecepatan pergantian tulang tinggi.
Tulang diresorpsi oleh osteoklast dalam
lakuna Howship dan dibentuk di sisi lain
trabekula oleh osteoblast
 Osteoporosis sering terjadi pada tulang
trabekular, sehingga rawan fraktur
 Biasanya ditemukan pada metafisis dan
epifisis tulang panjang
Perkembangan & Pertumbuhan
Tulang
• Berkembang dgn 2 cara :
1. Osifikasi endokondral : saat lahir, model
kartilago telah lengkap & osifikasi dimulai
dari bgn tengah diafisis  osifikasi sekunder
di epifisis, mengakibatkan pertumbuhan
panjang lebih jauh terjadi di antara area
diafisis yang meluas dan epifisis.
 Akibatnya, zona di antara diafisis yang
mengalami osifikasi dan juga epifisis  sempit,
tapi tidak hilang sampai akhir dewasa muda.
Lempeng kartilago yang tumbuh aktif itu disebut
fisis.
Fisis, tdd 4 zona:
 zona istirahat (Reserve zone)= sama besar dgn epifisis, susunan
kondrosit tidak teratur. Zona tersebut bergabung dengan..
 zona proliferatif (Proliferative zone)= kondrosit tersusun
longitudinal.
 zona hipertrofik (Hypertrophic zone)= Sel-sel lebih tua, secara
bertahap membesar dan menyusun zona ini.
 zona kartilago terkalsifikasi= Bagian dekat kartilago yang
menghubungkan dengan tulang mengalami kalsifikasi 
resorpsi osteoklastik dan osifikasi dengan masuknya pembuluh
darah metafisis.
 Woven bone terbentuk pada sisa-sisa kartilago yang mengalami
kalsifikasi dan digantikan dengan lamellar bone yang
membentuk bagian paling baru dari tulang, metafisis. Proses ini
terjadi pada fase akhir penyembuhan fraktur.
2. Osifikasi intramembranosa : tulang
memanjang dan menebal  ukuran ruang
medulla bertambah mengikuti tulang. Tulang
baru ditambahkan pada bagian luar melalui
osifikasi secara langsung pada bagian
dalam periosteum, dimana sel mesenkimal
berdiferensiasi menjadi osteoblast dan
tulang yang lama akan mengalami resorpsi
endosteal.
Resorpsi Tulang
• Oleh osteoklast
• Dipengaruhi aktivator lokal dan sistemik:
PTH, glukokortikoid atau sitokin pro-
inflamasi → osteoblast → RANKL →
prekursor Osteoklast → Osteoklast →
resorpsi tulang
• Proses : osteoblast mempersiapkan tempat
resorpsi (menghilangkan osteoid dari
permukaan tulang), matrix lain berperan sbg
osteoclast attractor  setiap osteoklast
membentuk perlekatan tertutup dgn
permukaan tulang dan enzim proteolitik dan
asam hidroklorat disekresi.
– pH rendah, mineral dalam matrix dilarutkan dan
komponen organik dihancurkan oleh enzim
lisosomal. Ion Ca & P diabsorbsi ke dalam
osteoklast vesikel  ke cairan ekstraseluler  ke
aliran darah
• Tulang trabekular : proses ini
menghasilkan penipisan (dan terkadang
perforasi) dari trabekular yang ada.
• Tulang kompakta, sel osteoklast
membesarkan kanal havers atau membuat
saluran ke dalam tulang kompakta.
• Resorpsi berlebih ditandai adanya
hydroxyproline dalam urin dan
peningkatan serum Ca dan P.
Bone modelling & remodelling
• Susunan bagian dalam tulang mengalami
remodelling seumur hidup  agar tulang yang
tua terus diganti tulang baru dan tulang
terlindung dari paparan beban kumulatif.
• Proses : osteoklast berkumpul dalam
permukaan tulang bebas  menggali lubang 
2-4mgg berakhirnya resorpsi  osteoklast
mengalami apoptosis dan difagosit  fase
dorman sebentar  permukaan tadi ditutupi
osteoblast dan 3 bln ke depan, terdapat osteoid
dan memberi mineral untuk membentuk osteon.
• Secara keseluruhan butuh 4-6 bulan &
akhirnya hubungan antara tulang lama
dan baru ditandai dengan cement line
(secara histologi).
• Osteoblast dan osteoklast terlibat dalam
pergantian tulang, bekerja bersama-sama
= Bone Remodelling Unit.
• Hormon sistemik dan faktor pertumbuhan
lokal yang terlibat : PTH dan 1,25-
dihydroxycholecalciferol.
Regulasi lokal dari bone
remodelling
• sitokin lain – osteoprotegrin (OPG) – juga
berperan dalam mekanisme regulasi.
• OPG: diekspresikan oleh osteoblast, dapat
menghambat diferensiasi prekursor
osteoklast
Pertukaran mineral &
Pergantian tulang
• Kalsium :
– [Ca2+] ] ekstrasel dipenuhi dg meningkatkan resorpsi
tulang
– kebutuhan harian dewasa 800-1000mg/hari & anak-
anak 200-400mg/hari.
– Absorpsi di usus halus ditingkatkan oleh 1,25-
dihidroksikolekalsiferol; dihambat oleh intake fosfat
>>, oksalat, lemak, obat (seperti kortikosteroid) dan
malabsorpsi usus halus
– [Ca2+] plasma, PTH keluar  peningkatan
reabsorpsi kalsium di renal tubul, peningkatan 1,25-
dihidroksikolekalsiferol dan peningkatan absorpsi
kalsium usus.
– konsentrasi tetap rendah  kalsium diambil
dari tulang  ↑ resorpsi tulang
• Fosfat : kelarutannya dan kalsium
konstan, jika salah satu meningkat, yang
lain turun.
– Regulator utama : PTH & 1,25-
dihydroxycholecalciferol.
– Jika Pi (fosfat inorganik) meningkat abnormal,
penurunan konsentrasi kalsium  stimulasi
sekresi PTH yang dapat menekan reabsorpsi
Pi di tubulus proksimal  eksresi Pi
meningkat dan Pi plasma turun.
– Tingginya Pi menyebabkan berkurangnya
1,25-dihydroxycalciferol  menyebabkan
berkurangnya absorpsi fosfat di usus halus.
• Vitamin D : berhubungan dengan absorpsi
kalsium, transport, dan bersama dengan
PTH untuk bone remodeling. Vit D alami
(cholecalciferol) didapat dari 2 sumber :
langsung dari makanan & tidak langsung
dari sinar UV yang bekerja pada prekursor
7-dehydrocholesterol di kulit.
• PTH : regulator pertukaran kalsium.
– di tubulus ginjal : ↑ eksresi fosfat dengan
menghambat reabsorpsinya, menghemat kalsium
dengan ↑ absorbsinya.
– Ginjal : peningkatan PTH menstimulasi konversi
metabolit aktif 1,25-(OH2)D; penurunannya
mengubahnya jadi metabolit inaktif 24,25-(OH2)D.
– Usus : menstimulasi absorbsi kalsium  ↑ konversi
25-OHD menjadi 1,25-(OH2)D di ginjal.
– Tulang : ↑ resorpsi osteoklastik dan melepas kalsium
dan fosfat ke dalam darah.
• Hormon Gonad:
– Estrogen bekerja pada osteoblast, osteoklast
dan sistem RANKL/RANK/OPG (produksi dan
aktivitas OPG ↑)
– Estrogen meningkatkan absorbsi kalsium di
usus.
– Androgen juga menghambat resorpsi tulang
Patofisiologi Osteoporosis
• Deplesi tulang mungkin terjadi karena resorpsi tulang
yang predominan, penurunan pembentukan tulang, atau
kombinasi keduanya. Kemungkinan alasan
berkurangnya kekuatan tulang karena penurunan massa
tulang; tetapi tulang trabekular yang tersisa mungkin
juga kehilangan konektivitas strukutral antara lempeng
tulang. Sebagai konsekuensinya, tulang – terutama yang
berada di sekitar diaphyseo-metaphyseal junction pada
tulang panjang dan pada corpus vertebra yang
berrongga – akhirnya mencapai keadaan dimana
tekanan yang sedang atau strain bisa menyebabkan
fraktur.
• Tulang-tulang yang sebagian besar tersusun atas
cancellous bone memiliki area permukaan sel tulang
terbesar untuk remodelling, termasuk: corpus
vertebra, collum femoris, tulang iga, pergelangan
tangan, dan tumit. Karena besarnya permukaan,
tulang-tulang tersebut diresorpsi lima kali lebih cepat
daripada tulang kortikal pada tulang panjang.
Klasifikasi Osteoporosis
1. Osteoporosis Primer
 Postmenopausal osteoporosis
 Involutional osteoporosis
 Postmenopausal osteoporosis
• osteoporosis yang paling banyak
• wanita berusia 51-75 → fungsi ovarium
• Penurunan sekresi estrogen menyebabkan penurunan
IL-6 dan sitokin lainnya yang kemudian menyebabkan
peningkatan aktivasi osteoklast. Selain itu, tulang
menjadi lebih sensitif terhadap resorpsi dibawah
stimulasi PTHakibatnya, terjadi peningkatan resorpsi
tulang berrongga pada tulang belakang dan panggul
disertai peningkatan resiko terjadinya fraktur.
• Selain pengaruh genetik, beberapa faktor resiko yang
telah diidentifikasi:
– Kaukasoid (kulit putih) atau etnis Asia
– Riwayat osteoporosis dalam keluarga
– Riwayat anoreksia nervosa dan/atau amenorrhoea
– Low peak bone mass pada dekade ketiga
– Menopause dengan onset cepat
– Kurus
– Oophorektomi
– Histerektomi
– Kurang nutrisi
– Kurang latihan
– Merokok
– Penyalahgunaan alkohol
• Gejala klinis:
– thoracic kyphosis  tinggi tampak berkurang.
– Fraktur energi-rendah pada bagian distal radius
(Colles’ fracture), panggul, atau pergelangan
kaki.
 Involutional osteoporosis
• bentuk osteoporosis yang berkaitan dengan usia
bagian proses penuaan  menyebabkan kelemahan
• studi : jumlah osteoklast dan osteoblast meningkat dari
usia 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa tulang,
pada kelompok usia tua, mengalami peningkatan proses
remodeling.
2. Osteoporosis Sekunder
 Hiperkortisonisme
 Insufisiensi hormon gonad
 Hipertiroidisme
 Penyalahgunaan alkohol
 Imobilisasi
 Kondisi lain
Diagnosis Osteoporosis
• Anamnesa
• Tanyakan
– Jenis kelamin
– Umur
– Ras
– Onset menopause
– Nutrisi
– Tingkat aktivitas fisik
– Penyakit sebelumnya
– Gangguan pertumbuhan
– Diet
– Penyalahgunaan alkohol dan merokok
– Riwayat keluarga yang mungkin berhubungan dengan osteoporosis dan
kerentanan terhadap fraktur.
• Tanyakan adanya keluhan seperti nyeri punggung, nyeri yang tiba-
tiba pada tulang di sekitar sendi besar atau gejala yang
menandakan fraktur yang jelas karena cedera sedang
• Pemeriksaan fisik
Penampilan pasien yang mungkin
berhubungan dengan gangguan metabolik
atau endokrin : moon face, cushingoid
build pada hiperkortisonisme; kulit yang
halus dan rambutnya jarang karena atrofi
testis.
• Penunjang
– X-Ray
• hilangnya trabekula horizontal pada corpus
vertebra; sisa trabekula vertical justru tampak lebih
jelas dan korteksnya tampak jelas dibandingkan
dengan interiornya
– Pengukuran massa tulang
• Prinsip: melemahkan arah sinar melalui tulang, dan derajat
kelemahan berhubungan dengan konten mineral tulang.
Kepadatan mineral tulang (bone mineral density - BMD)
dinyatakan dalam satuan gram per unit area (atau unit dalam
volume pada quantitative computed tomography) dan
direkam untuk perbandingan distribusi spesifik jenis kelamin
dan umur pada populasi umum.
• Pengukuran tersebut bersifat spesifik untuk tiap lokasi
(vertebra lumbalis, bagian distal radius, dll). Pengukuran
densitas tulang bisa dilakukan dengan beberapa metode
deperti: radiographic absorptiometry, single-energy x-ray
absorptiometry, dual-energy x-ray absorptiometry (DXA),
quantitative computed tomography (QCT).
– Tes biokimia
• Konsentrasi kalsium dan fosfat serum
• Alkalin fosfatase tulang
• Osteokalsin
• Aktivitas hormon paratiroid
• Aktivitas vitamin D
– Biopsi tulang
Sampel tulang terstandarisasi dapat diambil dari crista
iliaca dan dapat diperiksa untuk volume tulang secara
histologis, pembentukan osteoid dan distribusi relatif dari
pembentukan dan resorpsi.
Manajemen Osteoporosis
• Adaptasi gaya hidup untuk kesehatan tulang
• Penanganan nyeri
• Nutrisi tulang
• Vitamin D dan kalsium
• Terapi pengganti hormonal jangka pendek
• Terapi anti-resorptif (biphosphonate, raloxifene,
kalsitonin)
• Terapi osteoanabolik (strontium ranelate, PTH)
• Medikasi lainnya
• Manajemen komplikasi
• Gaya Hidup
– Aktivitas fisik dan latihan
– Diet, nutrisi, dan berat badan
– Merokok
– Alkohol
• Nyeri
Sebelum memberikan penghilang nyeri pada pasien,
perlu dievaluasi apakah nyeri timbul karena induksi obat.
Biphosphonate mnyebabkan nyeri pada 26%
osteoporosis, tapi tidak diperlukan penghentian
pemakaian. Terapi nyeri segera untuk nyeri akut adalah
analgetik perifer, karena mengurangi nyeri lebih cepat
daripada yang bekerja di sentral, seperti asam
asetilsalisilat, parasetamol, metamizol dan NSAID, yang
bekerja dengan cara menghambat prostaglandin.
Terapi tambahan lain termasuk fisioterapi, deep
breathing excercise, yoga, akupuntur, dan
anestesi lokal. Beberapa kasus dapat
menggunakan orthopaedic supports untuk
mengurangi nyeri.
• Vitamin dan mineral
– Kalsium 500-1000 mg tergantung
asupan diet untuk mencapai total di atas
1000 mg/hari.
– Vitamin D 400-800 IU/hari.
• Terapi pengganti hormonal (hormone
replacement therapy)
– Terapi estrogen (atau kombinasi dengan
progesteron) dalam 5-10 tahun dapat
menurunkan resiko fraktur osteoporotik
– Dosis harian efektif:
 Estradiol oral 2 mg
 Patch 50 g
 Gel 1 mg
 Conjugated equine estrogen 625 mg
 Estradiol valerate 2 mg
• SERM (selective estrogen receptor
modulator)
– Subtipe reseptor estrogen dalam tubuh yang dominan
pada jaringan reproduksi adalah ER-alfa dan ER-beta
pada jaringan non-reproduksi.
– Sebagai contoh, raloxifene bekerja sebagai agonis
estrogen pada tulang tapi sebagai antagonis pada
uterus.
– SERM menghambat resorpsi tulang dengan cara
menghambat produksi sitokin yang meningkatkan
diferensiasi osteoklast dan menstimulasi TGF-beta3
yang menekan aktivasi osteoklast, sementara
resorpsi osteoklastik dihambat oleh modulasi sistem
OPG-RANKL.
• PTH
Pemberian PTH secara intermiten melalui
injeksi akan merangsang proliferasi dan
diferensiasi osteoblastik serta
pembentukan tulang baru pada seluruh
permukaan tulang, sehingga ukuran tulang
bertambah sementara jumlah osteoklast
dan resorpsi tetap. Tetapi, fisiologi
molekular yang mendasari efek anabolik
PTH tidak diketahui pasti.
• Teriparatide [rhPTH(1-34)] 20 mcg/hari
melalui injeksi subkutan
• PTH (1-84) diberikan 100mcg/hari melalui
injeksi subkutan.
• Biphosphonate
– berasal dari pirofosfat
– Biphosphonate bekerja dengan cara berikatan
dengan hidroksiapatit.
– Aktivitas osteoklast dikurangi dengan cara
mengurangi ruffled broder, produksi asam,
dan enzim lisosomal serta prostaglandin.
– Jumlah osteoklast diturunkan dengan
peningkatan apoptosis dan inhibisi rekrutmen
osteoklast.
• Strontium
– Atom-atom strontium diserap ke permukaan kristal
hidroksiapatit bertukar dengan kalsium dalam mineral tulang
dan bertahan lama dalam tulang.
– Deposisi pada tulang yang baru terbentuk meningkatkan
densitas tulang karena strontium memiliki jumlah atom lebih
banyak daripada kalsium.
– Strontium meningkatkan replikasi preosteoblast, diferensiasi
osteoblast, dan mineralisasi matriks tulang. Strontium juga
menghambat diferensiasi osteoklast dan aktivitasnya.
– Dengan kata lain, strontium menyebabkan uncoupling antara
aktivitas osteoblast dan osteoklast.
– Dosis efektif strontium adalah 1 g/hari untuk pencegahan, dan 2
g/hari untuk terapi osteoporosis
• Kalsitonin
– hormon endogen yang terlibat dalam
homeostasis kalsium. Kalsitonin bekerja
sebagai inhibitor endogen resorpsi tulang
dengan menekan osteoklast
– diberikan dalam bentuk injeksi subkutan atau
nasal spray
• Manajemen Komplikasi
Fraktur pada osteoporosis dapat
memerlukan terapi operatif
OSTEOPOROSIS PENGANTAR

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Pioderma - Infeksi Kulit
Pioderma - Infeksi KulitPioderma - Infeksi Kulit
Pioderma - Infeksi Kulit
 
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIVdiagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
 
Presentasi referat geriatri
Presentasi referat geriatriPresentasi referat geriatri
Presentasi referat geriatri
 
Osteoporosis penyuluhan
Osteoporosis penyuluhanOsteoporosis penyuluhan
Osteoporosis penyuluhan
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
 
Pengantar Fisioterapi
Pengantar FisioterapiPengantar Fisioterapi
Pengantar Fisioterapi
 
Acute limb ischemia
Acute limb ischemiaAcute limb ischemia
Acute limb ischemia
 
Radiologi - kelainan vertebrae
Radiologi - kelainan vertebraeRadiologi - kelainan vertebrae
Radiologi - kelainan vertebrae
 
Ppt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidismePpt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidisme
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
 
P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
 
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
 

Similar to OSTEOPOROSIS PENGANTAR

Bone Tissue (Jaringan Tulang)
Bone Tissue (Jaringan Tulang)Bone Tissue (Jaringan Tulang)
Bone Tissue (Jaringan Tulang)Nur Aini
 
Anfis muskuloskeletas
Anfis muskuloskeletasAnfis muskuloskeletas
Anfis muskuloskeletasCahya
 
Sistem Gerak Biologi XI IPA (Kurikulum 2013)
Sistem Gerak Biologi XI IPA (Kurikulum 2013)Sistem Gerak Biologi XI IPA (Kurikulum 2013)
Sistem Gerak Biologi XI IPA (Kurikulum 2013)Henky Yoga
 
Jaringan Ikat Penyokong
Jaringan Ikat Penyokong Jaringan Ikat Penyokong
Jaringan Ikat Penyokong Nur Aini
 
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan ototMusculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan ototsiakadurban
 
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Dimas Erda Widyamarta
 
Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusiaSistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusiaSupriadi_usm
 
Pengantar Anatomi Veterinary 2
Pengantar Anatomi Veterinary 2Pengantar Anatomi Veterinary 2
Pengantar Anatomi Veterinary 2Dirga Januar
 
Organisasi sistem rangka
Organisasi sistem rangkaOrganisasi sistem rangka
Organisasi sistem rangkaSulistia Rini
 

Similar to OSTEOPOROSIS PENGANTAR (20)

Bone Tissue (Jaringan Tulang)
Bone Tissue (Jaringan Tulang)Bone Tissue (Jaringan Tulang)
Bone Tissue (Jaringan Tulang)
 
Anfis muskuloskeletas
Anfis muskuloskeletasAnfis muskuloskeletas
Anfis muskuloskeletas
 
SISTEM GERAK-1.ppt
SISTEM GERAK-1.pptSISTEM GERAK-1.ppt
SISTEM GERAK-1.ppt
 
Sistem Gerak Biologi XI IPA (Kurikulum 2013)
Sistem Gerak Biologi XI IPA (Kurikulum 2013)Sistem Gerak Biologi XI IPA (Kurikulum 2013)
Sistem Gerak Biologi XI IPA (Kurikulum 2013)
 
Jaringan Ikat Penyokong
Jaringan Ikat Penyokong Jaringan Ikat Penyokong
Jaringan Ikat Penyokong
 
Calcimagd
CalcimagdCalcimagd
Calcimagd
 
Biologi sistem gerak dwika
Biologi sistem gerak dwikaBiologi sistem gerak dwika
Biologi sistem gerak dwika
 
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan ototMusculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
Musculoskeletal - sistem gerak tulang sendi dan otot
 
Sistem gerak
Sistem gerakSistem gerak
Sistem gerak
 
Sistem muskuloskeletal 2
Sistem muskuloskeletal 2Sistem muskuloskeletal 2
Sistem muskuloskeletal 2
 
SISTEM GERAK MANUSIA
SISTEM GERAK MANUSIASISTEM GERAK MANUSIA
SISTEM GERAK MANUSIA
 
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
 
TULANG.pptx
TULANG.pptxTULANG.pptx
TULANG.pptx
 
Jenis tulang
Jenis tulangJenis tulang
Jenis tulang
 
Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusiaSistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusia
 
Sistem Skeletal
Sistem  Skeletal Sistem  Skeletal
Sistem Skeletal
 
Pengantar Anatomi Veterinary 2
Pengantar Anatomi Veterinary 2Pengantar Anatomi Veterinary 2
Pengantar Anatomi Veterinary 2
 
sistem gerak manusia
 sistem gerak manusia sistem gerak manusia
sistem gerak manusia
 
Organisasi sistem rangka
Organisasi sistem rangkaOrganisasi sistem rangka
Organisasi sistem rangka
 
Konsep dasar mobilisasi
Konsep dasar mobilisasiKonsep dasar mobilisasi
Konsep dasar mobilisasi
 

Recently uploaded

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 

Recently uploaded (18)

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 

OSTEOPOROSIS PENGANTAR

  • 1. OSTEOPOROSIS Pembimbing : dr. Tanjung Arfaksad S., Sp.OT Oleh : Firda Rani F./2008.04.0028
  • 3. • Osteoporosis adalah gangguan skeletal yang ditandai dengan rendahnya massa tulang diikuti dengan peningkatan kerapuhan tulang dan kerentanan terhadap fraktur →resiko fraktur pada orang dengan usia, jenis kelamin, dan ras tertentu. • Berkaitan dengan proses penuaan→ancaman osteoporosis terjadi tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
  • 4. • Hingga saat ini, belum ada data epidemiologis tentang osteoporosis di Indonesia. • Informasi tentang besar masalah osteoporosis dan faktor risiko osteoporosis → penting dalam pengembangan program untuk mencegah atau mengurangi kejadian osteoporosis di Indonesia
  • 6. Fisiologi Tulang • Fungsi utama: support, protection dan leverage. • Sebagai suatu jaringan : reservoir mineral → regulasi komposisi ion kalsium ekstraseluler. • Struktur & komposisi tulang dipengaruhi oleh hormon dan faktor lokal yang dikontrol pula oleh kosentrasi ion mineral → gangguan interaksi → perubahan sistemik pada metabolisme mineral dan abnormalitas skeletal
  • 7. Komposisi Tulang • Tulang terdiri dari: – Matriks kolagen → terutama sabut kolagen tipe I – Mineral → hampir setengah dari volume tulang adalah mineral – terutama kalsium dan fosfat dalam bentuk crystalline hydroxyapatite – Sel-sel (osteoblast, osteosit, osteoklast)
  • 8. • Osteoblast – Menghasilkan: osteocalcin, growth factor, matriks tulang – Berhubungan dengan pembentukan tulang dan aktivasi osteoklast – Osteoblast → hasilkan osteoid →tetap berada pada permukaan tulang atau terjebak dalam matriksnya sendiri → osteosit – Penuaan : jumlah osteoblast 
  • 9. • Osteosit – Berada dalam lakuna, saling berhubungan satu dengan yang lain melalui juluran sitoplasmik – Pengaruh PTH → osteosit berpartisipasi dalam resorpsi tulang dan transpor ion kalsium.
  • 10. • Osteoklast –Mediator utama resorpsi tulang → membentuk suatu lubang galian dangkal – Lakuna Howship
  • 11.
  • 12. Struktur Tulang • Tulang imatur = woven bone : sabut kolagen tidak teratur, sel tidak memiliki orientasi tertentu. • Tulang matur = lamellar bone : sabut kolagen tersusun paralel satu sama lain. Terdiri dari: – Tulang kompakta / kortikal – Tulang berongga/cancellous/trabekular • Tulang dilapisi membran periosteal di bagian luar (kec. Permukaan sendi), bagian dalam dilapisi endosteal.
  • 13. Tulang Kompakta • Bagian terluar dari semua tulang, terutama diafisis tulang panjang dan lempeng subkondral yang menyangga kartilago sendi. • Tdd : sist. Havers/osteon, (kanal havers, yang berisi pembuluh darah, limfatik, saraf yang dilapisi lamellae konsentrik dari tulang)
  • 14. Tulang Cancellous • Spt sarang lebah  pada bag inferior semua tulang, terutama ujung tulang panjang dan corpus vertebra. • Ruang di antara trabekula berisi sumsum tulang dan sinusoid  memberi nutrisi. • Tulang ini lebih berpori daripada tulang kortikal & merupakan 2/3 bgn permukaan tulang  efek ggg. Metabolik terlihat awalnya pada tulang trabekular.
  • 15. Struktur Keterangan Jenis struktur tulang Kortikal (kompakta)  Kuat, padat, menyusun 80% skeleton  Terdiri dari banyak osteon (sistem havers)  Osteon tersusun dari lamella konsentrik dengan kanal havers yang mengandung osteoblast (formasi tulang baru) dan arteriole yang menyuplasi osteon. Lamellae dihubungkan oleh kanalikuli  Kanal Volkmann: arahnya radial, memiliki arteriol dan menghubungkan osteon yang berdekatan  Tulang kortikal tebal ditemukan pada daerah diafisis tulang panjang Cancellous (berrongga/trabekular)  Crossed lattice structure, menyusun 20% skeleton  Kecepatan pergantian tulang tinggi. Tulang diresorpsi oleh osteoklast dalam lakuna Howship dan dibentuk di sisi lain trabekula oleh osteoblast  Osteoporosis sering terjadi pada tulang trabekular, sehingga rawan fraktur  Biasanya ditemukan pada metafisis dan epifisis tulang panjang
  • 16. Perkembangan & Pertumbuhan Tulang • Berkembang dgn 2 cara : 1. Osifikasi endokondral : saat lahir, model kartilago telah lengkap & osifikasi dimulai dari bgn tengah diafisis  osifikasi sekunder di epifisis, mengakibatkan pertumbuhan panjang lebih jauh terjadi di antara area diafisis yang meluas dan epifisis.  Akibatnya, zona di antara diafisis yang mengalami osifikasi dan juga epifisis  sempit, tapi tidak hilang sampai akhir dewasa muda. Lempeng kartilago yang tumbuh aktif itu disebut fisis.
  • 17. Fisis, tdd 4 zona:  zona istirahat (Reserve zone)= sama besar dgn epifisis, susunan kondrosit tidak teratur. Zona tersebut bergabung dengan..  zona proliferatif (Proliferative zone)= kondrosit tersusun longitudinal.  zona hipertrofik (Hypertrophic zone)= Sel-sel lebih tua, secara bertahap membesar dan menyusun zona ini.  zona kartilago terkalsifikasi= Bagian dekat kartilago yang menghubungkan dengan tulang mengalami kalsifikasi  resorpsi osteoklastik dan osifikasi dengan masuknya pembuluh darah metafisis.  Woven bone terbentuk pada sisa-sisa kartilago yang mengalami kalsifikasi dan digantikan dengan lamellar bone yang membentuk bagian paling baru dari tulang, metafisis. Proses ini terjadi pada fase akhir penyembuhan fraktur.
  • 18.
  • 19. 2. Osifikasi intramembranosa : tulang memanjang dan menebal  ukuran ruang medulla bertambah mengikuti tulang. Tulang baru ditambahkan pada bagian luar melalui osifikasi secara langsung pada bagian dalam periosteum, dimana sel mesenkimal berdiferensiasi menjadi osteoblast dan tulang yang lama akan mengalami resorpsi endosteal.
  • 20. Resorpsi Tulang • Oleh osteoklast • Dipengaruhi aktivator lokal dan sistemik: PTH, glukokortikoid atau sitokin pro- inflamasi → osteoblast → RANKL → prekursor Osteoklast → Osteoklast → resorpsi tulang
  • 21. • Proses : osteoblast mempersiapkan tempat resorpsi (menghilangkan osteoid dari permukaan tulang), matrix lain berperan sbg osteoclast attractor  setiap osteoklast membentuk perlekatan tertutup dgn permukaan tulang dan enzim proteolitik dan asam hidroklorat disekresi. – pH rendah, mineral dalam matrix dilarutkan dan komponen organik dihancurkan oleh enzim lisosomal. Ion Ca & P diabsorbsi ke dalam osteoklast vesikel  ke cairan ekstraseluler  ke aliran darah
  • 22. • Tulang trabekular : proses ini menghasilkan penipisan (dan terkadang perforasi) dari trabekular yang ada. • Tulang kompakta, sel osteoklast membesarkan kanal havers atau membuat saluran ke dalam tulang kompakta. • Resorpsi berlebih ditandai adanya hydroxyproline dalam urin dan peningkatan serum Ca dan P.
  • 23.
  • 24. Bone modelling & remodelling • Susunan bagian dalam tulang mengalami remodelling seumur hidup  agar tulang yang tua terus diganti tulang baru dan tulang terlindung dari paparan beban kumulatif. • Proses : osteoklast berkumpul dalam permukaan tulang bebas  menggali lubang  2-4mgg berakhirnya resorpsi  osteoklast mengalami apoptosis dan difagosit  fase dorman sebentar  permukaan tadi ditutupi osteoblast dan 3 bln ke depan, terdapat osteoid dan memberi mineral untuk membentuk osteon.
  • 25. • Secara keseluruhan butuh 4-6 bulan & akhirnya hubungan antara tulang lama dan baru ditandai dengan cement line (secara histologi). • Osteoblast dan osteoklast terlibat dalam pergantian tulang, bekerja bersama-sama = Bone Remodelling Unit. • Hormon sistemik dan faktor pertumbuhan lokal yang terlibat : PTH dan 1,25- dihydroxycholecalciferol.
  • 26. Regulasi lokal dari bone remodelling • sitokin lain – osteoprotegrin (OPG) – juga berperan dalam mekanisme regulasi. • OPG: diekspresikan oleh osteoblast, dapat menghambat diferensiasi prekursor osteoklast
  • 27. Pertukaran mineral & Pergantian tulang • Kalsium : – [Ca2+] ] ekstrasel dipenuhi dg meningkatkan resorpsi tulang – kebutuhan harian dewasa 800-1000mg/hari & anak- anak 200-400mg/hari. – Absorpsi di usus halus ditingkatkan oleh 1,25- dihidroksikolekalsiferol; dihambat oleh intake fosfat >>, oksalat, lemak, obat (seperti kortikosteroid) dan malabsorpsi usus halus – [Ca2+] plasma, PTH keluar  peningkatan reabsorpsi kalsium di renal tubul, peningkatan 1,25- dihidroksikolekalsiferol dan peningkatan absorpsi kalsium usus.
  • 28. – konsentrasi tetap rendah  kalsium diambil dari tulang  ↑ resorpsi tulang • Fosfat : kelarutannya dan kalsium konstan, jika salah satu meningkat, yang lain turun. – Regulator utama : PTH & 1,25- dihydroxycholecalciferol. – Jika Pi (fosfat inorganik) meningkat abnormal, penurunan konsentrasi kalsium  stimulasi sekresi PTH yang dapat menekan reabsorpsi Pi di tubulus proksimal  eksresi Pi meningkat dan Pi plasma turun.
  • 29. – Tingginya Pi menyebabkan berkurangnya 1,25-dihydroxycalciferol  menyebabkan berkurangnya absorpsi fosfat di usus halus. • Vitamin D : berhubungan dengan absorpsi kalsium, transport, dan bersama dengan PTH untuk bone remodeling. Vit D alami (cholecalciferol) didapat dari 2 sumber : langsung dari makanan & tidak langsung dari sinar UV yang bekerja pada prekursor 7-dehydrocholesterol di kulit.
  • 30.
  • 31. • PTH : regulator pertukaran kalsium. – di tubulus ginjal : ↑ eksresi fosfat dengan menghambat reabsorpsinya, menghemat kalsium dengan ↑ absorbsinya. – Ginjal : peningkatan PTH menstimulasi konversi metabolit aktif 1,25-(OH2)D; penurunannya mengubahnya jadi metabolit inaktif 24,25-(OH2)D. – Usus : menstimulasi absorbsi kalsium  ↑ konversi 25-OHD menjadi 1,25-(OH2)D di ginjal. – Tulang : ↑ resorpsi osteoklastik dan melepas kalsium dan fosfat ke dalam darah.
  • 32. • Hormon Gonad: – Estrogen bekerja pada osteoblast, osteoklast dan sistem RANKL/RANK/OPG (produksi dan aktivitas OPG ↑) – Estrogen meningkatkan absorbsi kalsium di usus. – Androgen juga menghambat resorpsi tulang
  • 33. Patofisiologi Osteoporosis • Deplesi tulang mungkin terjadi karena resorpsi tulang yang predominan, penurunan pembentukan tulang, atau kombinasi keduanya. Kemungkinan alasan berkurangnya kekuatan tulang karena penurunan massa tulang; tetapi tulang trabekular yang tersisa mungkin juga kehilangan konektivitas strukutral antara lempeng tulang. Sebagai konsekuensinya, tulang – terutama yang berada di sekitar diaphyseo-metaphyseal junction pada tulang panjang dan pada corpus vertebra yang berrongga – akhirnya mencapai keadaan dimana tekanan yang sedang atau strain bisa menyebabkan fraktur.
  • 34. • Tulang-tulang yang sebagian besar tersusun atas cancellous bone memiliki area permukaan sel tulang terbesar untuk remodelling, termasuk: corpus vertebra, collum femoris, tulang iga, pergelangan tangan, dan tumit. Karena besarnya permukaan, tulang-tulang tersebut diresorpsi lima kali lebih cepat daripada tulang kortikal pada tulang panjang.
  • 35. Klasifikasi Osteoporosis 1. Osteoporosis Primer  Postmenopausal osteoporosis  Involutional osteoporosis
  • 36.  Postmenopausal osteoporosis • osteoporosis yang paling banyak • wanita berusia 51-75 → fungsi ovarium • Penurunan sekresi estrogen menyebabkan penurunan IL-6 dan sitokin lainnya yang kemudian menyebabkan peningkatan aktivasi osteoklast. Selain itu, tulang menjadi lebih sensitif terhadap resorpsi dibawah stimulasi PTHakibatnya, terjadi peningkatan resorpsi tulang berrongga pada tulang belakang dan panggul disertai peningkatan resiko terjadinya fraktur.
  • 37. • Selain pengaruh genetik, beberapa faktor resiko yang telah diidentifikasi: – Kaukasoid (kulit putih) atau etnis Asia – Riwayat osteoporosis dalam keluarga – Riwayat anoreksia nervosa dan/atau amenorrhoea – Low peak bone mass pada dekade ketiga – Menopause dengan onset cepat – Kurus – Oophorektomi – Histerektomi – Kurang nutrisi – Kurang latihan – Merokok – Penyalahgunaan alkohol
  • 38. • Gejala klinis: – thoracic kyphosis  tinggi tampak berkurang. – Fraktur energi-rendah pada bagian distal radius (Colles’ fracture), panggul, atau pergelangan kaki.
  • 39.  Involutional osteoporosis • bentuk osteoporosis yang berkaitan dengan usia bagian proses penuaan  menyebabkan kelemahan • studi : jumlah osteoklast dan osteoblast meningkat dari usia 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa tulang, pada kelompok usia tua, mengalami peningkatan proses remodeling.
  • 40. 2. Osteoporosis Sekunder  Hiperkortisonisme  Insufisiensi hormon gonad  Hipertiroidisme  Penyalahgunaan alkohol  Imobilisasi  Kondisi lain
  • 41. Diagnosis Osteoporosis • Anamnesa • Tanyakan – Jenis kelamin – Umur – Ras – Onset menopause – Nutrisi – Tingkat aktivitas fisik – Penyakit sebelumnya – Gangguan pertumbuhan – Diet – Penyalahgunaan alkohol dan merokok – Riwayat keluarga yang mungkin berhubungan dengan osteoporosis dan kerentanan terhadap fraktur. • Tanyakan adanya keluhan seperti nyeri punggung, nyeri yang tiba- tiba pada tulang di sekitar sendi besar atau gejala yang menandakan fraktur yang jelas karena cedera sedang
  • 42. • Pemeriksaan fisik Penampilan pasien yang mungkin berhubungan dengan gangguan metabolik atau endokrin : moon face, cushingoid build pada hiperkortisonisme; kulit yang halus dan rambutnya jarang karena atrofi testis.
  • 43. • Penunjang – X-Ray • hilangnya trabekula horizontal pada corpus vertebra; sisa trabekula vertical justru tampak lebih jelas dan korteksnya tampak jelas dibandingkan dengan interiornya
  • 44. – Pengukuran massa tulang • Prinsip: melemahkan arah sinar melalui tulang, dan derajat kelemahan berhubungan dengan konten mineral tulang. Kepadatan mineral tulang (bone mineral density - BMD) dinyatakan dalam satuan gram per unit area (atau unit dalam volume pada quantitative computed tomography) dan direkam untuk perbandingan distribusi spesifik jenis kelamin dan umur pada populasi umum. • Pengukuran tersebut bersifat spesifik untuk tiap lokasi (vertebra lumbalis, bagian distal radius, dll). Pengukuran densitas tulang bisa dilakukan dengan beberapa metode deperti: radiographic absorptiometry, single-energy x-ray absorptiometry, dual-energy x-ray absorptiometry (DXA), quantitative computed tomography (QCT).
  • 45. – Tes biokimia • Konsentrasi kalsium dan fosfat serum • Alkalin fosfatase tulang • Osteokalsin • Aktivitas hormon paratiroid • Aktivitas vitamin D – Biopsi tulang Sampel tulang terstandarisasi dapat diambil dari crista iliaca dan dapat diperiksa untuk volume tulang secara histologis, pembentukan osteoid dan distribusi relatif dari pembentukan dan resorpsi.
  • 46. Manajemen Osteoporosis • Adaptasi gaya hidup untuk kesehatan tulang • Penanganan nyeri • Nutrisi tulang • Vitamin D dan kalsium • Terapi pengganti hormonal jangka pendek • Terapi anti-resorptif (biphosphonate, raloxifene, kalsitonin) • Terapi osteoanabolik (strontium ranelate, PTH) • Medikasi lainnya • Manajemen komplikasi
  • 47. • Gaya Hidup – Aktivitas fisik dan latihan – Diet, nutrisi, dan berat badan – Merokok – Alkohol
  • 48. • Nyeri Sebelum memberikan penghilang nyeri pada pasien, perlu dievaluasi apakah nyeri timbul karena induksi obat. Biphosphonate mnyebabkan nyeri pada 26% osteoporosis, tapi tidak diperlukan penghentian pemakaian. Terapi nyeri segera untuk nyeri akut adalah analgetik perifer, karena mengurangi nyeri lebih cepat daripada yang bekerja di sentral, seperti asam asetilsalisilat, parasetamol, metamizol dan NSAID, yang bekerja dengan cara menghambat prostaglandin.
  • 49. Terapi tambahan lain termasuk fisioterapi, deep breathing excercise, yoga, akupuntur, dan anestesi lokal. Beberapa kasus dapat menggunakan orthopaedic supports untuk mengurangi nyeri.
  • 50. • Vitamin dan mineral – Kalsium 500-1000 mg tergantung asupan diet untuk mencapai total di atas 1000 mg/hari. – Vitamin D 400-800 IU/hari.
  • 51. • Terapi pengganti hormonal (hormone replacement therapy) – Terapi estrogen (atau kombinasi dengan progesteron) dalam 5-10 tahun dapat menurunkan resiko fraktur osteoporotik – Dosis harian efektif:  Estradiol oral 2 mg  Patch 50 g  Gel 1 mg  Conjugated equine estrogen 625 mg  Estradiol valerate 2 mg
  • 52. • SERM (selective estrogen receptor modulator) – Subtipe reseptor estrogen dalam tubuh yang dominan pada jaringan reproduksi adalah ER-alfa dan ER-beta pada jaringan non-reproduksi. – Sebagai contoh, raloxifene bekerja sebagai agonis estrogen pada tulang tapi sebagai antagonis pada uterus. – SERM menghambat resorpsi tulang dengan cara menghambat produksi sitokin yang meningkatkan diferensiasi osteoklast dan menstimulasi TGF-beta3 yang menekan aktivasi osteoklast, sementara resorpsi osteoklastik dihambat oleh modulasi sistem OPG-RANKL.
  • 53.
  • 54. • PTH Pemberian PTH secara intermiten melalui injeksi akan merangsang proliferasi dan diferensiasi osteoblastik serta pembentukan tulang baru pada seluruh permukaan tulang, sehingga ukuran tulang bertambah sementara jumlah osteoklast dan resorpsi tetap. Tetapi, fisiologi molekular yang mendasari efek anabolik PTH tidak diketahui pasti.
  • 55. • Teriparatide [rhPTH(1-34)] 20 mcg/hari melalui injeksi subkutan • PTH (1-84) diberikan 100mcg/hari melalui injeksi subkutan.
  • 56. • Biphosphonate – berasal dari pirofosfat – Biphosphonate bekerja dengan cara berikatan dengan hidroksiapatit. – Aktivitas osteoklast dikurangi dengan cara mengurangi ruffled broder, produksi asam, dan enzim lisosomal serta prostaglandin. – Jumlah osteoklast diturunkan dengan peningkatan apoptosis dan inhibisi rekrutmen osteoklast.
  • 57.
  • 58. • Strontium – Atom-atom strontium diserap ke permukaan kristal hidroksiapatit bertukar dengan kalsium dalam mineral tulang dan bertahan lama dalam tulang. – Deposisi pada tulang yang baru terbentuk meningkatkan densitas tulang karena strontium memiliki jumlah atom lebih banyak daripada kalsium. – Strontium meningkatkan replikasi preosteoblast, diferensiasi osteoblast, dan mineralisasi matriks tulang. Strontium juga menghambat diferensiasi osteoklast dan aktivitasnya. – Dengan kata lain, strontium menyebabkan uncoupling antara aktivitas osteoblast dan osteoklast. – Dosis efektif strontium adalah 1 g/hari untuk pencegahan, dan 2 g/hari untuk terapi osteoporosis
  • 59. • Kalsitonin – hormon endogen yang terlibat dalam homeostasis kalsium. Kalsitonin bekerja sebagai inhibitor endogen resorpsi tulang dengan menekan osteoklast – diberikan dalam bentuk injeksi subkutan atau nasal spray
  • 60. • Manajemen Komplikasi Fraktur pada osteoporosis dapat memerlukan terapi operatif