Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang perilaku produsen dalam Islam, termasuk motivasi dan tujuan produksi, nilai-nilai yang harus diterapkan, dan pola produksi yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
2. Tujuan produksi dalam Islam adalah memaksimalkan manfaat bagi masyarakat dengan cara yang adil, bukan hanya mencari keuntungan semata.
3. Nilai-nilai se
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan
antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema dasar dari Ekonomi adalah
bagaimana menggunakan semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Permasalahan itu kemudian
menyebabkan kelangkaan, juga menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari
produsen dan konsumen.
Adapun perilaku produsen adalah menghasilkan produksi berupa barang dan jasa.
Tanpa kegiatan produksi, maka konsumen tidak dapat mengonsumsi barang dan jasa yang
dibutuhkannya. Kegiatan produksi dan konsumsi adalah sebuah mata rantai yang saling
berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang berlaku
dalam kegiatan konsumsi pada dasarnya juga akan menjadi prinsip dalam kegiatan
produksi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mencoba menguraikan materi
mengenai perilaku produsen, yang meliputi motivasi dan tujuannya dalam berproduksi,
perilaku yang berkaitan dengan upaya meraih mashalahah, hingga prinsip dan nilai yang
harus dipegang produsen itu sendiri. Maka dari itu, makalah ini diberi judul “Perilaku
Produsen Dalam Islam”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perilaku Produsen dalam berproduksi menurut pandangan islam ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perilaku Produsen dalam berproduksi menurut
pandangan islam.
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Produksi Menurut Islam
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak
manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga
peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya
manusia dengan alam.
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa
Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin
(mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami
muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa
yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang
terbingkai dalam waktu yang terbatas). Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari
konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa,
kemudian dikonsumsi oleh para konsumen.
Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda mengenai
pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut pengertian produksi menurut
para ekonomi muslim kontemporer.
1. Kahf (1992)
Kegiatan produksi dalam perspektif Islam adalah usaha manusia untuk memperbaiki
tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk
mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu kebahagiaan dunia
dan akhirat (falah).
2. Mannan (1992)
Menekankan pentingnya motif Altruisme bagi produsen yang Islami, sehingga ia
menyikapi dengan hati-hati konsep Pareto Optimality dan Given Demand Hypothesis
yang banyak dijadikan sebagai konsep dasar produksi dalam ekonomi konvensional.
3. Rahman (1995)
Menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi output
produksi secara merata ke seluruh lapisan masyarakat).
4. Ul Haq (1996)
Tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan yang bersifat fardhu kifayah, yaitu
kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya menjadi keharusan.
5. Siddiqi (1992)
Produksi sebagai proses penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan
keadilan dan mashlahahnya bagi masyarakat. Sepanjang produsen telah berlaku
adil dan membawa kebaikan bagi masyarakat, ia telah bertindak secara Islami.
3. 3
Manusia dengan akalnya yang sempurna telah diperintahkan oleh Allah untuk dapat
terus mengoleh alam ini bagi kesinambungan alam itu sendiri, dalam hal ini nampaklah
segala macam kegiatan produksi amat bergantung kepada siapa yang memproduksi
(subyek) yang diharapkan dapat menjadi pengolah alam ini menuju kepada kebahagiaan
dunia dan akhirat. Ayat yang berkaitan dengan produksi terdapat dalam Surat Al-
Baqarah: 272
“bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi
Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa
saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk
kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari
keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan
diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya
(dirugikan)”.
Kegiatan produksi merupakan respon terhadap kegiatan konsumsi, atau sebaliknya.
Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan
kegiatan konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi
tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam konsep ekonomi konvensional, produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba
sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam islam yang bertujuan untuk
memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen. Walaupun dalam ekonomi
islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah
dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Secara lebih spesifik,
tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan
dalam berbagai bentuk diantaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan manusai pada tingkat moderat.
2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya.
3. Menyiapkan persediaan barang/jasa dimasa depan.
4. Pemenuhan sarana bagi kegaitan social dan ibadah kepada Allah.
Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan sarana kebutuhan
manusia pada takaran moderat. Hal ini akan menimbulkan setidaknya dua implikasi.
Pertama, produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan
meskipun belum tentu merupakan keinginan konsumen. Barang dan jasa yang dihasilkan
harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang islami. Kedua, kuantitas produksi tidak
akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi barang dan jasa
secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan
kemubadziran, tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini secara
cepat.
Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada
Allah. Sebenarnya ini merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dari ajaran islam.
4. 4
Dengan kata lain, tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik belum
tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri.
B. Perilaku Dalam Produksi Dalam Ekonomi Islam
Akhlak akan mendasari bagi seluruh aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas ekonomi
produksi.
Menurut Yusuf Qardhawi dikatakan, bahwa “akhlak merupakan hal yang utama
dalam produksi yang wajib diperhatikan kaum muslimin, baik secara individu maupun
bersama-sama, yaitu bekerja pada bidang yang dihalalkan oleh Allah SWT, dan tidak
melampaui apa yang di haramkan oleh Allah SWT.” Dalam usaha bidang ekonomi tujuan
utama adalah mencari keuntungan maksimum dengan mengatur penggunaan factor
produksi seefisien mungkin, sehingga usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai
dengan cara yang paling efisien.dalam usaha seorang muslim belum tentu seperti itu.
Beberapa aspek dalam melakukan produksi oleh seorang muslim adalah :
1. Berproduksi adalah ibadah, sama saja seorang muslim mengaktualisasikan Ibadah
bersama dengan bisnis yang dijalankan.
2. Factor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan produksi sifatnya tidak
terbatas, untuk menggunakan manusia perlu berusaha mengoptimalkan segala
kemampuan yang telah Allah berikan. Seorang muslim tidak akan kecil hati bahwa
sesungguhnya rizki adalah dari Allah.
3. Seorang muslim yakin bahwa Sesuatu yang dikerjakan dengan ajaran islam tidak
membuat hidupnya menjadi sulit.
4. Berproduksi bukan hanya mencari keuntungan belaka. Dalam islam harta adalah
titipan Allah sebagai amanah untuk dikelola mencapai kemaslahatan.
5. Seorang muslim menghindari praktek produksi yang mengandung unsur haram atau
riba, pasar gelap dan spekulasi.
C. Motif Berproduksi Dalam Islam
Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang
menciptakan manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa mendatang (M.Frank,
2003). Dengan pengertian yang luas tersebut, kita memahami kegitan produksi tidak
terlepas dari keseharian manusia.
Motif maksimalisasi kepuasan dan maksimalisasi keuntungan yang menjadi
pendorong utama sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi dalam pandangan ekonomi
konvensional bukannya salah ataupun dilarang dalam Islam. Islam ingin
mendudukkannya pada posisi yang benar, yakni semua itu dalam rangka maksimalisasi
kepuasan dan keuntungan di akhirat. Perlu diingat sejarah pemikiran ekonomi dan ilmu
pengetahuan pada umumnya yang bangkit sejak jaman Renaisans, suatu jaman dimana
5. 5
terjadi perubahan ukuran kebenaran dari yang semula bersandar kepada wahyu dan
dogma gereja menjadi bersandar kepada logika, bukti-bukti empiris, positivisme.
Perubahan ukuran kebenaran tersebut membuat ilmu pengetahuan maju pesat, akan tetapi
ia menjadi sangat sekuler.
Dalam pandangan konvensional, motivasi utama produsen adalah mencapai
keuntungan maksimal, yaitu sebagai profit seeker sekaligus profit maximizer, baik untuk
jangka panjang (long run) maupun jangka pendek (short run). Sedangkan tugas sosial
merupakan kewajiban pemerintah.
Sebagai akibatnya, fokus dari kegiatan produksi adalah mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya sehingga seringkali merugikan pihak lain. Sebagai contoh, praktik
illegal logging.
Dalam perspektif Islam, tujuan produksi adalah mashlahah maximizer sebagaimana
konsumsi. Mencari keuntungan dalam Islam tidak pernah dilarang sepanjang berada
dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.
D. Nilai – Nilai Islam Dalam Berproduksi
Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud
apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan
produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang islami. Metwally mengatakan,
“perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim tak hanya pada tujuannya, tetapi juga
pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya.
Nilai-nilai islam yng relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama
dalam ekonomi islam, yaitu: khilafah, adil, dan takaful secara lebih rinci nilai-nilai islam
dalam produksi meliputi:
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;
3. Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;
5. Memuliakan prestasi/produktifitas;
6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi;
7. Menghormati hak milik individu;
8. Mengikuti syarta sah dan rukun akad/transaksi;
9. Adil dalam bertransaksi;
10. Memiliki wawasan social;
11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;
12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalm islam.
Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan
keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan
6. 6
dan berkah yang diproleh oleh produsen merupakan satu mashlahah yang akan member
kontribusi bagi tercapinya falah. Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh
kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.
E. Pola Produksi
Berdasarkan pertimbangan kemashlahatan (altruistic considerations) itulah, menurut
Muhammad Abdul Mannan, pertimbangan perilaku produksi tidak semata-mata
didasarkan pada permintaan pasar (given demand conditions). Kurva permintaan pasar
tidak dapat memberikan data sebagai landasan bagi suatu perusahaan dalam mengambil
keputusan tentang kuantitas produksi. Sebaliknya dalam sistem konvensional, perusahaan
diberikan kebebasan untuk berproduksi, namun cenderung terkonsentrasi pada output
yang menjadi permintaan pasar (effective demand), sehingga dapat menjadikan
kebutuhan riil masyarakat terabaikan.
Dari sudut pandang fungsional, produksi atau proses pabrikasi (manufacturing)
merupakan suatu aktivitas fungsional yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk
menciptakan suatu barang atau jasa sehingga dapat mencapai nilai tambah (value added).
Dari fungsinya demikian, produksi meliputi aktivitas produksi sebagai berikut; apa yang
diproduksi, berapa kuantitas produksi, kapan produksi dilakukan, mengapa suatu produk
diproduksi, bagaimana proses produksi dilakukan dan siapa yang memproduksi?
Berikut akan dijelaskan sekilas mengenai ketujuh aktivitas produksi.
1. Apa yang diproduksi
Terdapat dua pertimbangan yang mendasari pilihan jenis dan macam suatu produk
yang akan diproduksi; ada kebutuhan yang harus dipenuhi masyarakat (primer,
sekunder, tertier) dan ada manfaat positif bagi perusahan dan masyarakat (harus
memenuhi kategori etis dan ekonomi)
2. Berapa kuantitas yang diproduksi; bergantung kepada motif dan resiko
Jumlah produksi di pengaruhi dua faktor; intern dan ekstern; faktor intern meliputi
sarana dan prasarana yang dimiliki perusahan, faktor modal, faktor SDM, faktor
sumber daya lainnya. Adapun faktor ekstern meliputi adanya jumlah kebutuhan
masyarakat, kebutuhan ekonomi, market share yang dimasuki dan dikuasai,
pembatasan hukum dan regulasi.
3. Kapan produksi dilakukan Penetapan waktu produksi, apakah akan mengatasi
kebutuhan eksternal atau menunggu tingkat kesiapan perusahaan.
7. 7
4. Mengapa suatu produk diproduksi
a. Alasan ekonomi
b. Alasan kemanusiaan
c. Alasan politik
5. Dimana produksi itu dilakukan
a. Kemudahan memperoleh suplier bahan dan alat-alat produksi
b. Murahnya sumber-sumber ekonomi
c. Akses pasar yang efektif dan efisien
d. Biaya-biaya lainnya yang efisien
6. Bagaimana proses produksi dilakukan: input- proses – out put - out come
7. Siapa yang memproduksi; negara, kelompok masyarakat, individu
Dengan demikian masalah barang apa yang harus diproduksi (what), berapa
jumlahnya (how much), bagaimana memproduksi (how), untuk siapa produksi tersebut
(for whom), yang merupakan pertanyaan umum dalam teori produksi tentu saja merujuk
pada motifasi-motifasi Islam dalam produksi.
F. Etika Produksi
Etika sebagai praktis berarti : nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikan
atau justru tidak dipraktikan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai refleksi
adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berfikir tentang apa yang
dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Secara filosofi etika memiliki arti yang luas sebagai pengkajian moralitas. Terdapat tiga
bidang dengan fungsi dan perwujudannya yaitu etika deskriptif (descriptive ethics), dalam
konteks ini secara normatif menjelaskan pengalaman moral secara deskriptif berusaha
untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan sesuatu tindakan dalam tingkah laku
manusia. Kedua, etika normatif (normative ethics), yang berusaha menjelaskan mengapa
manusia bertindak seperti yang mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari
kehidupan manusia. Ketiga, metaetika (metaethics), yang berusaha untuk memberikan arti
istilah dan bahasa yang dipakai dalam pembicaraan etika, serta cara berfikir yang dipakai
untuk membenarkan pernyataan-pernyataan etika. Metaetika mempertanyakan makna
yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat tanggapan-
tanggapan kesusilaan.
Apa yang mendasari para pengambil keputusan yang berperan untuk pengambilan
keputusan yang tak pantas dalam bekerja? Para manajer menunjuk pada tingkah laku dari
atasan-atasan mereka dan sifat alami kebijakan organisasi mengenai pelanggaran etika
atau moral. Karenanya kita berasumsi bahwa suatu organisasi etis, merasa terikat dan
dapat mendirikan beberapa struktur yang memeriksa prosedur untuk mendorong
8. 8
organisasi ke arah etika dan moral bisnis. Organisasi memiliki kode-kode sebagai alat
etika perusahaan secara umum. Tetapi timbul pertanyaan: dapatkah suatu organisasi
mendorong tingkah laku etis pada pihak manajerial-manajerial pembuat keputusan.
Jika kita berbicara tentang nilai dan akhlak dalam ekonomi dan mu’amalah Islam,
maka tampak secara jelas di hadapan kita empat nilai utama,yaitu: Rabbaniyah
(Ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan dan Pertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan
kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya
merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu
yang berlandaskan ajaran Islam. Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki
cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang
harta berupa produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi.
Raafik Isaa Beekun dalam bukunya yang berjudul Islamic Bussines Ethics
menyebutkan paling tidak ada sejumlah parameter kunci system etika Islam yang dapat
dirangkum sbb:
a. Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung pada niat individu yang
melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahui apapun niat kita sepenuhnya secara
sempurna.
b. Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat yang
halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
c. Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak
berdasarkan apapun keinginannya, namun tidak dalam hal tanggung jawab keadilan.
d. Percaya kepada Allah SWT memberi individu kebebasan sepenuhnya dari hal apapun
atau siapapun kecuali Allah.
e. Keputusan yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas secara
langsung bersifat etis dalam dirinya. etis bukanlah permainan mengenai jumlah.
f. Islam mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai system yang
tertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoisme tidak mendapat tempat dalam ajaran
Islam.
g. Keputusan etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama-sama antara Al-
Qur’an dan alam semesta.
h. Tidak seperti system etika yang diyakini banyak agama lain, Islam mendorong umat
manusia untuk melaksanakan tazkiyah melalui partisipasi aktif dalam kehidupan ini.
Dengan berprilaku secara etis di tengah godaan ujian dunia, kaum Muslim harus
mampu membuktikan ketaatannya kepada Allah SWT.
9. 9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya
adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya,
sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam
“memproduksi” tidak sampai pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia
berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau
mengeksploitasi (ekstraktif).
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk
memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam ekonomi
konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum
bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamanya adalah memaksimalkan mashlahah,
memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam.
Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan berkah.
10. 10
MAKALAH
PERILAKU PRODUSEN DALAM ISLAM
(MK. Etika Bisnis)
Disusun Oleh :
U S W A N A
SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
STEBI
KAMPUS GISTING – TANGGAMUS
TAHUN 2020
11. 11
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Mata
Kuliah Etika Bisnis di Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam (STEBI) yang berjudul
“Prilaku Produsen Dalam Islam”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu mata
kuliah Etika Bisnis dengan tujuan agar para Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang mata kuliah Etika Bisnis.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada :
1. Bapak ............. selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Etika Bisnis
2. Suami dan anak-anakku tercinta yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Sahabat dan rekan-rekan mahasiswa STEBI yang selalu memberikan suport dan spiritnya
kepada penulis.
4. Seluruh pembaca yang budiman
Penyusunan tugas makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun agar penyusunan tugas
makalah yang akan datang dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang sederhana ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
USWANA
ii
12. 12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ..................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
3. Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Produksi Menurut Islam ............................................................. 2
B. Perilaku Dalam Produksi Dalam Ekonomi Islam ............................................................ 4
C. Motif Berproduksi Dalam Islam ...................................................................................... 4
D. Nilai – Nilai Islam Dalam Berproduksi ........................................................................... 5
E. Pola Produksi ................................................................................................................... 6
F. Etika Produksi .................................................................................................................. 7
BAB III. PENUTUP
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
13. 13
DAFTAR PUSTAKA
Hendra : http://membuatblogbaru13.blogspot.com/2015/12/makalah-teori-prilaku-produsen-
dalam.html : Gisting: 5 Oktober 2020: 14.00 WIB