5. Insidensi trauma lahir sekitar 2-7 per
1000 kelahiran hidup. Sebanyak 5-8
per 100.000 lahir meninggal akibat
trauma mekanik dan 25 per 100.000
lahir meninggal akibat trauma anoksik.
6. 1. Makrosomia
2. Prematuritas
3. Disproporsi Sefalopelvik
4. Distosia
5. Persalinan Lama
6. Persalinan Yang Diakhiri Dengan Alat
(Ekstraksi Vakum Dan Forceps)
7. Persalinan Dengan Sectio Caesaria
8. Kelahiran Sungsang
9. Presentasi Bokong
10.Presentasi Muka
11. Kelainan Bayi Letak Lintang
7. Kelainan pada Bayi Baru Lahir
Akibat Trauma Lahir
1. Perlukaan jaringan lunak
a.Perlukaan Kulit
Kelainan ini mungkin timbul pada persalinan yang
mempergunakan alat-alat seperti cunam atau vakum.
Infeksi sekunder merupakan bahaya yang dapat timbul
pada kejadian ini. Biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu
untuk penyembuhan.
b. Eritema, petekie, abrasi, ekimosis dan nekrosis
lemak subkutan
Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan
ini yaitu presentasi muka dan persalinan yang diselesaikan
dengan ekstraksi cunam dan ekstraksi vakum. Kelainan ini
memerlukan pengobatan khusus dan menghilang pada
minggu pertama.
8. c. Perdarahan subaponeurotik
Perdarahan ini terjadi di bawah aponeurosis
akibat pecahnya vena-vena yang menghubungkan jaringan
di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak. dapat
terjadi pada persalinan yang diakhiri dengan alat, dan
biasanya tidak mempunyai batas tegas, sehingga kadang-
kadang kepala berbentuk asimetris. Kelainan ini dapat
menimbulkan anemia, syok, atau hiperbilirubinemia.
d. Trauma Musculus Sternokleidomastoideus
Kelainan ini didapat pada persalinan sungsang
karena usaha untuk melahirkan kepala bayi. Kepala serta
leher bayi cenderung miring ke arah otot yang sakit dan
jika keadaan dibiarkan, otot sembuh, tetapi dalam
keadaan lebih pendek dari normal.
9. e. Caput Succedaneum
Caput succedaneum merupakan edema subcutis
akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak
kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah
bayi lahir, tak berbatas tegas dan melewati batas
sutura. Caput Succedaneum tidak memerlukan
pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5
hari.
f. Cephal hematoma
Istilah cephal hematoma mengacu pada pengumpulan
darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan oleh
perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada tulang
yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura
sekitarnya. Kelainan ini dapat menghilang dengan
sendirinya setelah 2-12 minggu.
10. g. Perdarahan subkonjungtiva
Keadaan ini sering ditemukan pada bayi, baik pada
persalinan biasa maupun pada yang sulit. Darah yang
tampak di bawah konjungtiva biasanya diabsorpsi lagi
setelah 1-2 minggu tanpa diperlukan pengobatan apa-
apa.
2. Perdarahan intra kranial
a. Perdarahan subdural
Kelainan terjadi akibat tekanan mekanik pada
tengkorak yang dapat menimbulkan robekan falks cerebri
atau tentorium cerebelli, sehingga terjadi perdarahan. Hal
ini biasanya ditemukan pada persalinan dengan disproporsi
sefalopelvik dengan dipaksakan untuk lahir pervaginam dan
lebih sering ditemukan pada bayi aterm dari pada bayi
prematur.
11. b. Perdarahan subependimal dan intraventrikuler
Kejadian ini lebih sering disebabkan oleh hipoksia
dan biasanya terdapat pada bayi-bayi prematur.
c. Perdarahan subarakhnoidal
Perdarahan ini juga ditemukan pada bayi-bayi
prematur dan mempunyai hubungan erat dengan hipoksia
pada saat lahir.
12. Bayi dengan perdarahan intra kranial menunjukkan
gejala-gejala asfiksia yang sukar diatasi : Bayi
setengah sadar, merintih, pucat, sesak nafas, muntah
dan kadang-kadang kejang.
Tindakan pada perdarahan intra kranial adalah sebagai berikut:
1. Kelainan yang membawa trauma harus dihindari dan jika ada
disproporsi harus dilakukan sectio caesaria
2. Bayi dirawat dalam inkubator
3. Temperatur harus dikontrol
4. Jika perlu diberikan tambahan oksigen
5. Sekret dalam tenggorokan diisap keluar
6. Bayi jangan terlampau banyak digerakkan dan dipegang
7. Jika ada indikasinya, vitamin K dapat diberikan
8. Konvulsi dikendalikan dengan sedatif
9. Kepala jangan direndahkan, karena tindakan ini bisa menambah
perdarahan
10. Jika pengumpulan darah subdural dicurigai, pungsi lumbal harus
dikerjakan untuk mengurangi tekanan
11. Diberikan antibiotik sebagai profilaktik.
13. 3. Patah Tulang
a.Fraktur klavikula
terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada
kelahiran presentasi puncak kepala atau pada lengan yang telentang
pada kelahiran sungsang.
b. Fraktur Humeri
terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan
pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan
membumbung ke atas. biasanya sisi yang terkena tidak dapat
digerakkan dan refleks Moro nya menghilang.
c. Fraktur tulang tengkorak
Fraktur ini jarang terjadi karena tulang tengkorak bayi
masih cukup lentur dan adanya daya molase pada sutura tulang
tengkorak. biasanya ditemukan pada kesukaran melahirkan kepala
bayi, dan pada kelahiran cunam yang disebabkan oleh jepitan keras
14. d. Fraktur femoris
Kelainan ini jarang terjadi, dan bila ditemukan
biasanya disebabkan oleh kesalahan teknik dalam
pertolongan pada presentasi sungsang. Gejala :
pembengkakan paha disertai rasa nyeri bila
dilakukan gerakan pasif pada tungkai
e. Fraktur dan dislokasi tulang belakang
Fraktur atau dislokasi lebih sering pada tulang
belakang servikal bagian bawah dan torakal bagian atas.
15. 4. Perlukaan susunan saraf
a. Paralisis nervus facialis
Terjadi akibat tekanan perifer pada nervus facialis
saat kelahiran. Kalau bayi menangis, hanya
dapat dilihat adanya pergerakan pada sisi wajah yang
tidak mengalami kelumpuhan dan mulut
tertarik ke sisi itu.
b. Paralisis nervus frenikus
Gangguan ini biasanya terjadi di sebelah kanan dan
menyebabkan terjadinya paralisis
diafragma. Kelainan sering ditemukan pada kelahiran
sungsang.
16. c. Paralisis pita suara
Kelainan ini mungkin timbul pada setiap persalinan
dengan traksi kuat di daerah leher. Trauma
tersebut dapat mengenai cabang ke laring dari
nervus vagus, sehingga terjadi gangguan pita suara
(afonia), stridor pada inspirasi, atau sindroma
gangguan pernafasan. Kelainan ini dapat menghilang
dengan sendirinya dalam waktu 4-6 minggu dan
kadang-kadang diperlukan tindakan trakeotomi
pada kasus yang berat.
d. Paralisis plexus brachialis
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah
leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi
kerusakan pada plexus brachialis
17. Lanjutan…
Kelainan ini dibagi atas :
• Paralisis Duchenne – Erb, yaitu kelumpuhan bagian-bagian
tubuh yang disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari
plexus brachialis.
• Paralisis Klumpke, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh
yang disarafi oleh cabang C8-Th 1 dari plexus brachialis.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah
leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan
pada plexus brachialis
e. Kerusakan medulla spinalis.
Kelainan ini ditemukan pada kelahiran letak sungsang,
presentasi muka atau presentasi dahi. Hal ini terjadi akibat
regangan longitudinal tulang belakang karena tarikan,
hiperfleksi, atau hiperekstensi pada kelahiran.
18. Perdarahan intra abdominal
Kelainan ini dapat terjadi akibat teknik yang dalam
memegang bayi pada ekstraksi persalinan sungsang.
Gejala yang dapat dilihat ialah adanya tanda-tanda syok,
pucat, anemia, dan kelainan abdomen tanpa tanda-tanda
perdarahan yang jelas.
5. Perlukaan lain
19. Bayi Ny.Y berjenis kelamin laki-laki lahir pervaginam
dengan letak sungsang pada tanggal 12 Desember
2012 pukul 09.30 WIB, berat badan 3500 gram, dan
panjang badan 50 cm. Ibu mengeluhkan bayinya
rewel, gerakan lengan kanan bayi berkurang dan bayi
menangis saat dipegang, keadaan umum baik.
KASUS
20. I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 12 Desember 2012
Pukul : 12.30 WIB
Oleh : Bidan
DATA SUBYEKTIF
Biodata
Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny.Y
Umur : 3 jam
Jenis Kelamin: Laki-laki
21. Ibu
Nama : Ny. Y
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Raya Tajem 05
Ayah
Nama : Tn. O
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa:Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Raya Tajem 05
22. •Alasan Dirawat
Bayi yang dilahirkan mengalami patah tulang klavikula
•Keluhan Utama
Ibu mengatakan gerakan lengan kanan bayi berkurang
dan bayi menangis saat dipegang
DATA OBYEKTIF
•Keadaan Umum : Baik
•Kesadaran : Composmentis
•Tanda-tanda Vital : Suhu: 36,50C Nadi :
120x/menit R : 60x/menit
PB : 50 cm BB : 3500 gram
23. •Pemeriksaan Fisik
•Kepala : mesochepal, ubun-ubun cembung, tidak ada molase sutura
•Mata : simetris, tidak strabismus, tidak ada secret
•Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada cuping hidung
•Mulut : simetris, tidak ada labioskizis, tidak palatoskizis, tidak
labiopalatoskizis
•Telinga: simetris, ada lubang telinga, ada gendang telinga, tidak
ada secret
•Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar parotis, tidak ada pembesaran kelenjar vena
jugularis, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
•Dada : simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada
wheezing,
•Terdapat dislokasi atau fraktur pada tulang klavikula
•Abdomen : simetris, tidak ada perdarahan pada tali pusat
•Ekstremitas : simetris, lengkap, jumlah jari tangan dan kaki
lengkap
•Genetalia : Terdapat 2 testis pada skrotum, ada lubang pada
ujung penis
•Anus : ada lubang pada anus
24. II.INTERPRETASI DATA
•Diagnosa Kebidanan
Seorang bayi Ny. Y lahir spontan cukup bulan
letak sungsang dengan fraktur klavikula
Data Dasar :
•Bayi Ny.Y lahir pervaginam letak sungsang pada
tanggal 12 Desember 2012 pukul 09.30 WIB
•Pergerakan kurang pada daerah klavikula dextra
•Pada klavikula dextra tampak kemerahan
•Adanya krepitasi
Data Subyektif :
Ibu mengatakan bayinya sangat rewel saat
dipegang
25. •Masalah
Gangguan pola aktivitas
Data dasar :
•Ibu mengatakan tangan kanan bayi tidak bisa
menggenggam tangan ibunya
•Ibu mengatakan bayinya rewel
Data obyektif :
•Adanya fraktur klavikula dextra
•Gerakan tangan kanan bayi terbatas
III. IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA
POTENSIAL
Potensial terjadinya kelainan pertumbuhan tulang
klavikula yang tidak sama antara tangan kanan dan kiri
26. IV. TINDAKAN SEGERA
•Mandiri
Tidak ada
•Kolaborasi
•Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk mendapatkan
penatalaksanaan tentang fracture klavikula
•Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat
ampisilin injeksi 3x125mg, sanmol drop 3x0,3 mL
•Merujuk
Tidak ada
V.PERENCANAAN
Tanggal 12 Desember 2012 pukul 12.40 WIB
•Lakukan fiksasi pada daerah klavikula dextra
•Memasang elastic verban pada klavikula bayi
•Imobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit
•Abduksi lengan dalam stand hoera menopang bahu
belakang dengan memasang ransel perban
27. •Batasi pergerakan bayi
•Bayi jangan banyak digerakkan
•Bayi jangan terlalu sering digendong
•Observasi tanda vital
•Suhu
•Nadi
•Pernapasan
•Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi
•Ampisilin
•Sanmol drop
•Beri posisi yang nyaman
•Jelaskan kepada ibu tentang keadaan bayinya
•Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI
•Anjurkan ibu untuk mengonsumsi sayur-sayuran hijau
28. VI. PELAKSANAAN
Tanggal 12 Desember 2012 Pukul 12.50 WIB
1. Melakukan fiksasi pada daerah clavikula dextra sesuai
dengan advis dokter
• Memasangkan elastic verban pada daerah klavikula bayi
yang sakit dengan posisi 600 dan siku 900 dengan posisi
flexi
•Membatasi pergerakan dalam stand hoera yang
menopang bahu belakang dengan memasang ransel
perban
2. Membatasi pergerakan bayi dengan cara bayi tidak
terlalu banyak digerakkan dan bayi tidak terlalu sering
digendong
29. 3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan
hasil suhu 370C, pernafasan: 36x/menit, dan nadi
120x/menit
4. Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter
•Ampisilin inj 3x125mg
•Sanmol drop 3x0,3 Ml
5. Memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada ibu
tentang bayi dan bagaimana perawatannya sehari-
hari, yaitu :
•Mempertahankan posisi yang benar dan hangat bagi
bayi
•Mengatur posisi yang nyaman untu bayi
•Mengganti popok setelah bayi BAK dan BAB
•Menganjurkan pada ibu jangan sering mengangkat
bayinya
30. 6. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaan bayinya
bahwa bayi dalam keadaan baik tetapi terdapat patah
tulang pada klavikula
7. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI
eksklusif
•Mengajurkan pada ibu agar memberikan ASI eksklusif
yaitu dengan tidak memberikan makanan lain selain ASI
•Menganjurkan padaibu untuk mengonsumsi sayur-
sayuran hijau, daun katuk, bayam, sawi, dan lain-lain
8. Menjelaskan kepad aibu perban boleh dibuka setelah
3-6 minggu dan masa pembentukan tulangnya 6-12 bulan
dan melakukan kunjungan ulang.
31. VII. EVALUASI
Tanggal 12 Desember 2012 Pukul 13.00 WIB
1. Bidai masih terpasang
2. Ibu tidak banyak melakukan pergerakan pada
bayinya
3. Sudah dilakukan pemantauan TTV
4. Sudah diberikan terapi obat sesuai advis dokter
5. Ibu telah mengerti tentang perawatan bayi sehari-
hari
6.Ibu sudah mengetahui keadaan bayi
7.Ibu sudah mengerti pentingnya pemberian ASI dan
bersedia memberikan ASI kepada anaknya
8. Ibu sudah mengerti mengenai jadwal pembukaan
perban dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang