SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Kelompok 4
Reni Silaban 120114004
Ribka Seran 120114014
Maria Magas 120114015
Mitha Laloan 120114020
Christian Paomey 120114022
Sri Utami 120114026
Jenny Situmeang 120114028
Sarfia Buamona 120114033
Widia widodo 120114035
Mentari Moloku 120114042
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN
SPINA BIFIDA
Kelompok 4
KONSEP MEDIS
1. Definisi
Spina Bifida (Sumbing Tulang
Belakang) adalah suatu kondisi
dimana terdapat suatu celah
pada
tulang
belakang
(vertebra), yang terjadi karena
bagian dari satu atau beberapa
vertebra gagal menutup atau
gagal terbentuk secara utuh.
Keadaan ini biasanya terjadi
pada minggu ke empat masa
embrio.
2. Etiologi
Penyebab spesifik tidak diketahui. Diduga akibat:
 Kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal
kehamilan.
 Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali
lebih besar bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina
bifida.
3. Klasifikasi
• Spina bifida terbagi menjadi dua yaitu, spina bifida okulata
(tidak terlihat dari luar) dan spina bifida aperta (terlihat dari
luar).
1. Spina bifida okulta Merupakan defek
yang tidak terlihat dari luar. Defek ini
dapat terjadi lebih sering pada area
lumbosakral ( L5 dan S1 ). ( Donna L.
Wong, 2008: 1425 )
2. Spina bifida aperta Merupakan
defek yang dapat terlihat dengan
penonjolan mirip kantong. Dua
bentuk utama spina bifida aperta
adalah meningokel, yang
menutupi meninges dan cairan
spinal tetapi bukan elemen neural;
dan mielomeningokel yang berisi
meninges, cairan spinal dan
nervosus. ( Donna L. Wong, 2008:
1425 )
4. Manifestasi Klinis
• Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah
pada bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak
tembus cahaya
• Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
• Penurunan sensasi.
• Inkontinensia urin
• Lekukan pada daerah sakrum.
5. Patofisiologi
Penyebab terjadinya spina bifida dipengaruhi dari
factor congenital dan konsumsi asam folat ibunya.
Kekurangan konsumsi asam folat oleh ibu saat
hamil membuat proses maturasi organ-organ
tubuh bayi terganggu sehingga berakibat lahir
spina bifida. Pengaruh perkembangan embrio
yang terganggu mengakibatkan kanalis vertebra
tidak mampu menutup dengan sempurna sehingga
mengakibatkan kegagalan fungsi arkus pada
lumbal dan sacral yang mengakibatkan adanya
benjolan massa pada tulang vertebra di
lumbosacral.
Lanjutan…
Spina bifida terbagi menjadi dua yaitu, spina
bifida okulata dan spina bifida aperta. Spina
bifida okulta mengakibatkan paralisis spastik.
Sedangkan spina bifida aperta berpengaruh
terhadap struktur saraf sehingga berakibat
deficit neuorologis. Deficit neurologis
menyebabkan paralisis sensorik dan motorik
yang berakibat paralisis anggota gerak bagian
bawah.
6. Komplikasi
Paralisis
 Atrofi otot
 Risiko dekubitus
 Deformitas ortopedik



Pemeriksaan spina bifida didasarkan pada manifestasi klinis
dan pemeriksaan sakus meningeal. Pemeriksaan diagnostik
yang dilakukan untuk mengevaluasi otak dan medulla spinalis
meliputi pencitraan resonansi magnetic (Magnetic Resonance
Imaging, MRI), Ultrasuara, tomografi terkomputerisasi

(Computed

Tomography,

CT),

dan

mielografi.
8. Penatalaksanaan
Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk
dan untuk memperbaiki kelainan bentuk fisik yang sering
menyertai spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan
sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk
mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih
dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik.
Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka
tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang)
maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai
dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian




Identitas Pasien
Keluhan utama
Riwayat Penyakit Saat Ini

Adanya keluhan defisit neurologis dapat bermanifestasi sebagai gangguan motorik
(paralisis anggota gerak bawah) dan sensorik pada ekstremitas inferior dan atau
gangguana kandung kemih dan sfingter lambung. Keluhan adanya deformitas kaki
dan
kelemahan
otot
kaki
merupakan
cacat
yang
tersering.
Lanjutan….
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
perumbuhan dan perkembangan anak, riwayat pernahkah
mengalami mielomeningokel sebelumnya, riwayat infeksi
ruang subaraknoid (terkadang juga meningitis kronis atau
rekuren) riwayat tumor medulla spinalis, poliomielitis, cacat
perkembangan tulang belakang seperti diastematomielia, dan
deformitas kaki (Arif Muttaqin, 2008: 418).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan persistem (B1B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari
klien.
1) B1 (Breathing)
Perubahan pada sistem pernapasan yang berhubungan dengan
inaktivitas yang berat. Pada beberapa keadaan hasil dari
pemeriksaan fisik ini tidak ada kelainan.

2) B2 (Blood)
Nadi bradikardi merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan
otak. Kulit kelihatan pucat menandakan adanya penurunan kadar
hemoglobin dalam darah. Hipotensi menandakan adanya
perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari suatu syok.
3) B3 (Brain)

Spina bifida menyebabkan berbagai defisit neurologis terutama disebabkan
pengaruh peningkatan tekanan intracranial. Pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem lainnya.
a) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator
paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Tingkat kesadaran spina
bifida biasanya adalah compos mentis.
b) Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya
bicara dan observasi ekspresi wajah, aktivitas motorik pada klien spina
bifida tahap lanjut biasanya mengalami perubahan status mental.
Fungsi intelektual: pada beberapa keadaan klien spina bifida tidak
didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori jangka pendek maupun
jangka panjang.
c) Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I
Saraf II
Saraf III, IV dan VI
Saraf V
Saraf VII
Saraf VIII
Saraf IX dan X
Saraf XI
Saraf XII

: fungsi penciuman normal
: fungsi penglihatan baik, kecuali apabila spina
bifida disertai peningkatan TIK yang lama
akan didapatkan papiledema.
: biasanya tidak ada kelainan pada saraf-saraf
ini
: biasanya tidak ada kelainan dalam prose
mengunyah
: persepsi pengecapan biasanya tdk ada
perubahan
: biasanya tidak didapatkan adanya perubahan
fungsi pendengaran
: kemampuan menelan baik, tidak ada
kesukaran membuka mulut
: mobilitas leher biasanya normal
: indra pengecapan tidak mengalami
perubahan
d) Sistem motorik
Inspeksi umum, didapatkan paralisis spastik,
deformitas kaki unilateral (kaki kecil) dan
kelemahan otot kaki merupakan cacat yang
tersering. Paralisis motorik terutama mengenai
anggota gerak bawah.
e) Sistem sensorik
Kehilangan sensasi sensorik anggota gerak bawah.
Paralisis sensorik biasanya bersama-sama dengan
paralisis motorik dengan distribusi yang sama.
4) B4 (Bladder)
Pada spina bifida tahap lanjut klien mungkin
mengalami inkontinensia urin karena konfusi dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan pascaural. Kadangkadang kontrol sfingter urinarius eksternal.
(Arif Muttaqin, 2008:
5) B5 (Bowel)
Tanda-tanda inkontinensia alfi.
6) B6 (Bone)
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda
decubitus karena tirah baring lama dan kekuatan otot.
g) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan cairan amnion janin,
ultrasonografi, atau konsentrasi alpha –
fetoprotein serum maternal (MSAFP) akan
dapat mendeteksi masalah prenatal.
Ultrasonografi, CT scan, MRI, dan mielografi
akan mengevaluasi lesi, jumlah saraf yang
terlibat. (Mary E. Muscari, 2005 : 410)


Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan
klien dan keluarga (orang tua) untuk menilai respon
terhadap penyakit yang diderita dan perubahan
peran dalam keluarga dan masyarakat serta respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah
ada dampak yang timbul pada klien dan orang
tua, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakuakan
aktivitas secara optimal.
Penyimpangan
KDM
2. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

Risiko cedera berhubungan dengan lesi spinal.
Resiko Infeksi berhubungan trauma jaringan (insisi luka
opersi)
Nyeri akut berhubungan dengan injuri fisik
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kendali otot
Inkontinensia urinarius refleks berhubungan dengan
gangguan neurologis
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
imobilisasi fisik.
Ansietas (ortu) berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit anak
3. Perencanaan Keperawatan
Dx 1: Risiko cedera berhubungan dengan
lesi spinal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien tidak mengalmi cedera pada sisi
lesi spinal.
Kriteri Hasil:
1) Kantong meningeal tetap utuh
Free Powerpoint Templates

Page 25
1.
2.

3.

4.

Rawat bayi dengan cermat. Rasional: Untuk mencegah
kerusakan pada kantung meningeal atau sisi pembedahan.
Tempatkan bayi pada posisi telungkup atau miring.
Rasional: Untuk menghindarkan tegangan pada kantong
meningeal atau sisi pembedahan.
Gunakan alat pelindung di sekitar kantong misal: selimut
plastic bedah. Rasional: Untuk memberi lapisan pelindung
agar tidak terjadi iritasi serta infeksi.
Berikan materi edukasi yang berhubungan dengan strategi
dan tindakan untuk mencegah cedera. Rasional:
menambah pengetahuan keluarga.
 Dx 2 : Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma

jaringan (insisi bedah)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam pasien akan terbebas dari tanda dan
gejala infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Suhu normal 36.5-37.5○ C
2) leukosit dlm batas normal (5700-18000, bayi)
I
n
t
e
r
v
e
n
s
i

1.
2.
3.
4.
5.

6.

Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, denyut
jantung dan penampilan luka). Rasional: peningkatan suhu
tubuh dan denyut jantung mengindikasikan adanya infeksi.
Lakukan perawatan luka. Rasional: mencegah terjadinya
komplikasi pada luka dan memfasilitasi penyembuhan
luka.
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan. Rasional: mencegah terjadi infeksi
nosokomial.
Monitor nilai leukosit. Rasional: nilai leukosit merupakan
indicator adanya infeeksi.
Tingkatkan intake nutirsi. Rasional: Nutrisi yang baik dapat
meningkatkan imun.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik. Rasional:
mencegah terjadinya infeksi.


Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik (luka insisi bedah) ditandai dengan:


DO: ekspresi wajah meringis, menangis.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam nyeri pasien berkurang hingga
hilang.
Kriteria hasil :
1)
Tanda-tanda vital dalam batas normal
2)
Klien tidak menangis
3)
Klien tampak rileks
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri. Rasional: mengetahui tingkat
nyeri dan kualitas nyeri.
2. Observasi tanda vital. Rasional: mengetahui
keadaan umum pasien1
3. Ajak keluarga untuk hadir dekat klien untuk
memberikan rasa nyaman seperti dengan
mengusap-usap klien. Rasional: klien merasa lebih
tengan bila dekat dengan keluarganya.
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik dan
antibiotik. Rasional: analgesik dapat mengurangi
nyeri dan antibiotik dapat menghilangkan infeksi.
• Dx4: hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kendali otot ditandai dengan keterbatasan
menggerakan ekstremitas bawah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam klien akan memperlihatkan mobilitas
Kriteria hasil:
Tidak mengalami gangguan pergerakan sendi dan otot
pada ekstremitas bawah
1. Kaji kemampuan mobilitas yang ada.
Rasional: mengetahui tingkat kemampuan
klien dalam mobilisasi.
2. Ubah posisi klien setiap dua jam sekali.
Rasional: menurunkan risiko terjadinya
trauma iskemia jringan. Daerah yang
terkena mengalami perburukan sirkulasi.
3. Atur jadwal dan berikan pasien latihan
ROM. Rasional: mencegah komplikasi dari
paralisis.
4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
Rasional: meningkatkan kemampuan
dalam mobilisasi ekstremitas
Dx5: Inkontinensia urinarius refleks berhubungan
dengan gangguan neurologis
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit
dekat kelamin tetap baik
Kriteria hasil:
1)
Tidak mengalami kerusakan kulit
karena selalu basah terkena urine.
Interven
si Kaji pola berkemih dan tingkat inkontinensia urin.
1.
2.

3.

4.

Rasional: sebagai data dasar untuk intervensi
selanjutnya
Berikan perawatan pada kulit klien yang basah
karena urin (dilap dengan aitr hangat kemudian
dilap kering dan diberi bedak). Rasional:
perawatan yang baik dapat mencegah iritasi
pada kulit klien.
Ajarkan keluarga perawatan kulit klien. Rasional:
agar keluarga dapat berpartisipasi dalam
perawatan klien.
Beri terapi antibakteri, sesuai program dokter.
Rasional: mencegah terjadinya infeksi.
• Dx 6: Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan imobilisasi fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit tidak
terjadi.
Kriteria hasil:
1. Pasien akan memiliki warna kulit normal.
2. Tidak ada ulkus dekubitus
Intervensi
1. Monitor adanya kemerahan pada kulit. Rasional:
melihat adanaya tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
2. Gunakan kasur penurun tekanan. Rasional:
mengurangi tekanan kulit/jaringan.
3. Ubah posisi pasien setiap dua jam sekali. Rasional:
mengubah posisi dapat mengurangi lama penekanan
jaringan yg dapat menyebabkan dekubitus dan dapat
meningkatkan sirkulasi darah.
4. Pertahankan tempat tidur bersih, kering dan bebas
kerutan. Rasional: mencegah ulkus dekubitus.


Dx 7: Ansietas (ortu) berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang prosedur opersi anak ditandai
dengan:



DO: klien tampak gelisah, klien menangis
DS: klien mengantakan khawatir terhadap anaknya yg
akan dioperasi

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan ansietas berkurang
Kriteria Hasil:
1.
klien tidak menangis
2.
Klien menggunakan teknik distraksi untuk
meredahkan ansietas.
I
n
t
e
r
v
e
n
s
i

1.

2.
3.
4.
5.
6.

kaji tingkat kecemasan. Rasional: mengetahui koping
individu
Jelaskan tentang semua prosedur operasi yang akan
dijalani anak. Rasional: khayalan yang disebabkan
kesalahpahaman dapat miningkatkan tingkat ansietas.
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
mengungkapkan perasaan. Rasional: membina
hubungan saling percaya.
Ajarkan klien teknik distraksi seperti menonton tv untuk
meredahkan ansietas. Rasional: mengalihkan pikiran
klien dari ansietas.
Rujuk pasien pada perawat keluarga atau
komunitas, bila perlu. Rasional: membantu orangtua
menghadapi keadaan sakit pada anaknya.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk
menurunkan ansietas, bila perlu. Rasional: membantu
menenangkan klien.
Askep spina bifida

More Related Content

What's hot

KB 1 - Pengkajian Pada Ibu Hamil
KB 1 - Pengkajian Pada Ibu HamilKB 1 - Pengkajian Pada Ibu Hamil
KB 1 - Pengkajian Pada Ibu Hamil
Uwes Chaeruman
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis lochea
owik15
 
Pengkajian katarak
Pengkajian katarakPengkajian katarak
Pengkajian katarak
heri damanik
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
Mas Mawon
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
Abdul Ghony
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
ﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 

What's hot (20)

Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Dilema etik kebidanan
Dilema etik kebidananDilema etik kebidanan
Dilema etik kebidanan
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
KB 1 - Pengkajian Pada Ibu Hamil
KB 1 - Pengkajian Pada Ibu HamilKB 1 - Pengkajian Pada Ibu Hamil
KB 1 - Pengkajian Pada Ibu Hamil
 
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan NyamanAsuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis lochea
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
 
Pengkajian katarak
Pengkajian katarakPengkajian katarak
Pengkajian katarak
 
Askep anak dengan hemofilia
Askep anak dengan hemofilia Askep anak dengan hemofilia
Askep anak dengan hemofilia
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Regulasi Keperawatan
Regulasi KeperawatanRegulasi Keperawatan
Regulasi Keperawatan
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Mekanisme Persalinan
Mekanisme PersalinanMekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan
 
M6 kb4 tindakan mobilisasi, ambulasi dan personal hygiene-fix
M6 kb4   tindakan mobilisasi, ambulasi dan personal hygiene-fixM6 kb4   tindakan mobilisasi, ambulasi dan personal hygiene-fix
M6 kb4 tindakan mobilisasi, ambulasi dan personal hygiene-fix
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
 

Viewers also liked (9)

makalah spina bifida
makalah spina bifidamakalah spina bifida
makalah spina bifida
 
Spinal Bifida
Spinal BifidaSpinal Bifida
Spinal Bifida
 
Penyimpangan kdm ruam popok pada bayi
Penyimpangan kdm ruam popok pada bayi Penyimpangan kdm ruam popok pada bayi
Penyimpangan kdm ruam popok pada bayi
 
MENINGOKEL DAN ANSEFALOKEL
MENINGOKEL DAN ANSEFALOKEL MENINGOKEL DAN ANSEFALOKEL
MENINGOKEL DAN ANSEFALOKEL
 
Spina Bifida
Spina BifidaSpina Bifida
Spina Bifida
 
Spina bifida ppt
Spina bifida pptSpina bifida ppt
Spina bifida ppt
 
Spina bifida and physiotherapy
Spina bifida and physiotherapySpina bifida and physiotherapy
Spina bifida and physiotherapy
 
Spina bifida
Spina bifidaSpina bifida
Spina bifida
 
Weekly Inspirational Quotes by Fun Team Building
Weekly Inspirational Quotes by Fun Team BuildingWeekly Inspirational Quotes by Fun Team Building
Weekly Inspirational Quotes by Fun Team Building
 

Similar to Askep spina bifida

kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
yudhasetya01
 
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
sri wahyuni
 
Kehamilan pada Trauma Medula Spinalis -ID.pptx
Kehamilan pada Trauma Medula Spinalis -ID.pptxKehamilan pada Trauma Medula Spinalis -ID.pptx
Kehamilan pada Trauma Medula Spinalis -ID.pptx
indah107935
 

Similar to Askep spina bifida (20)

Spina bifida
Spina bifidaSpina bifida
Spina bifida
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaMeningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
 
Nining
NiningNining
Nining
 
Cerebral Palsy ppt.pptx
Cerebral Palsy ppt.pptxCerebral Palsy ppt.pptx
Cerebral Palsy ppt.pptx
 
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxKELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
 
Skoliosis
Skoliosis Skoliosis
Skoliosis
 
PPT Cerebral palsy
PPT Cerebral palsy PPT Cerebral palsy
PPT Cerebral palsy
 
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
 
Lp vertigo
Lp vertigoLp vertigo
Lp vertigo
 
Masalah kecacatan fizikal - EDUP3043 Pengurusan Bilik Darjah dan tingkahlaku PBD
Masalah kecacatan fizikal - EDUP3043 Pengurusan Bilik Darjah dan tingkahlaku PBDMasalah kecacatan fizikal - EDUP3043 Pengurusan Bilik Darjah dan tingkahlaku PBD
Masalah kecacatan fizikal - EDUP3043 Pengurusan Bilik Darjah dan tingkahlaku PBD
 
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptxFISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
 
guillain barre sindrom
guillain barre sindromguillain barre sindrom
guillain barre sindrom
 
Skoliosis presentasi
Skoliosis presentasiSkoliosis presentasi
Skoliosis presentasi
 
Neural tube defect
Neural tube defectNeural tube defect
Neural tube defect
 
Kehamilan pada Trauma Medula Spinalis -ID.pptx
Kehamilan pada Trauma Medula Spinalis -ID.pptxKehamilan pada Trauma Medula Spinalis -ID.pptx
Kehamilan pada Trauma Medula Spinalis -ID.pptx
 
Askep multiple sklerosis
Askep multiple sklerosisAskep multiple sklerosis
Askep multiple sklerosis
 
Cerebral_Palsy.ppt
Cerebral_Palsy.pptCerebral_Palsy.ppt
Cerebral_Palsy.ppt
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 

More from Christian Paomey (9)

Herpes Zoster
Herpes ZosterHerpes Zoster
Herpes Zoster
 
Nursing process
Nursing processNursing process
Nursing process
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injury
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injuryAsuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injury
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injury
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjalAsuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
 
Persiapan klien untuk tindakan hemodialisis
Persiapan klien untuk tindakan hemodialisisPersiapan klien untuk tindakan hemodialisis
Persiapan klien untuk tindakan hemodialisis
 
Diagnosis nanda perkemihan
Diagnosis nanda perkemihanDiagnosis nanda perkemihan
Diagnosis nanda perkemihan
 
Sistem perkemihan semester v
Sistem perkemihan semester vSistem perkemihan semester v
Sistem perkemihan semester v
 
Pengkajian sist. perkemihan
Pengkajian sist. perkemihan Pengkajian sist. perkemihan
Pengkajian sist. perkemihan
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
 

Recently uploaded

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 

Recently uploaded (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 

Askep spina bifida

  • 1. Kelompok 4 Reni Silaban 120114004 Ribka Seran 120114014 Maria Magas 120114015 Mitha Laloan 120114020 Christian Paomey 120114022 Sri Utami 120114026 Jenny Situmeang 120114028 Sarfia Buamona 120114033 Widia widodo 120114035 Mentari Moloku 120114042
  • 2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SPINA BIFIDA Kelompok 4
  • 3. KONSEP MEDIS 1. Definisi Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu kondisi dimana terdapat suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa embrio.
  • 4. 2. Etiologi Penyebab spesifik tidak diketahui. Diduga akibat:  Kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.  Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali lebih besar bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina bifida.
  • 5. 3. Klasifikasi • Spina bifida terbagi menjadi dua yaitu, spina bifida okulata (tidak terlihat dari luar) dan spina bifida aperta (terlihat dari luar). 1. Spina bifida okulta Merupakan defek yang tidak terlihat dari luar. Defek ini dapat terjadi lebih sering pada area lumbosakral ( L5 dan S1 ). ( Donna L. Wong, 2008: 1425 )
  • 6. 2. Spina bifida aperta Merupakan defek yang dapat terlihat dengan penonjolan mirip kantong. Dua bentuk utama spina bifida aperta adalah meningokel, yang menutupi meninges dan cairan spinal tetapi bukan elemen neural; dan mielomeningokel yang berisi meninges, cairan spinal dan nervosus. ( Donna L. Wong, 2008: 1425 )
  • 7. 4. Manifestasi Klinis • Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya • Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki • Penurunan sensasi. • Inkontinensia urin • Lekukan pada daerah sakrum.
  • 8. 5. Patofisiologi Penyebab terjadinya spina bifida dipengaruhi dari factor congenital dan konsumsi asam folat ibunya. Kekurangan konsumsi asam folat oleh ibu saat hamil membuat proses maturasi organ-organ tubuh bayi terganggu sehingga berakibat lahir spina bifida. Pengaruh perkembangan embrio yang terganggu mengakibatkan kanalis vertebra tidak mampu menutup dengan sempurna sehingga mengakibatkan kegagalan fungsi arkus pada lumbal dan sacral yang mengakibatkan adanya benjolan massa pada tulang vertebra di lumbosacral.
  • 9. Lanjutan… Spina bifida terbagi menjadi dua yaitu, spina bifida okulata dan spina bifida aperta. Spina bifida okulta mengakibatkan paralisis spastik. Sedangkan spina bifida aperta berpengaruh terhadap struktur saraf sehingga berakibat deficit neuorologis. Deficit neurologis menyebabkan paralisis sensorik dan motorik yang berakibat paralisis anggota gerak bagian bawah.
  • 10. 6. Komplikasi Paralisis  Atrofi otot  Risiko dekubitus  Deformitas ortopedik 
  • 11.  Pemeriksaan spina bifida didasarkan pada manifestasi klinis dan pemeriksaan sakus meningeal. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mengevaluasi otak dan medulla spinalis meliputi pencitraan resonansi magnetic (Magnetic Resonance Imaging, MRI), Ultrasuara, tomografi terkomputerisasi (Computed Tomography, CT), dan mielografi.
  • 12. 8. Penatalaksanaan Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk memperbaiki kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik. Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi.
  • 13. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian    Identitas Pasien Keluhan utama Riwayat Penyakit Saat Ini Adanya keluhan defisit neurologis dapat bermanifestasi sebagai gangguan motorik (paralisis anggota gerak bawah) dan sensorik pada ekstremitas inferior dan atau gangguana kandung kemih dan sfingter lambung. Keluhan adanya deformitas kaki dan kelemahan otot kaki merupakan cacat yang tersering.
  • 14. Lanjutan…. • Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat perumbuhan dan perkembangan anak, riwayat pernahkah mengalami mielomeningokel sebelumnya, riwayat infeksi ruang subaraknoid (terkadang juga meningitis kronis atau rekuren) riwayat tumor medulla spinalis, poliomielitis, cacat perkembangan tulang belakang seperti diastematomielia, dan deformitas kaki (Arif Muttaqin, 2008: 418).
  • 15. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan persistem (B1B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
  • 16. 1) B1 (Breathing) Perubahan pada sistem pernapasan yang berhubungan dengan inaktivitas yang berat. Pada beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik ini tidak ada kelainan. 2) B2 (Blood) Nadi bradikardi merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak. Kulit kelihatan pucat menandakan adanya penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Hipotensi menandakan adanya perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari suatu syok.
  • 17. 3) B3 (Brain) Spina bifida menyebabkan berbagai defisit neurologis terutama disebabkan pengaruh peningkatan tekanan intracranial. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. a) Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Tingkat kesadaran spina bifida biasanya adalah compos mentis. b) Pemeriksaan fungsi serebri Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara dan observasi ekspresi wajah, aktivitas motorik pada klien spina bifida tahap lanjut biasanya mengalami perubahan status mental. Fungsi intelektual: pada beberapa keadaan klien spina bifida tidak didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori jangka pendek maupun jangka panjang.
  • 18. c) Pemeriksaan saraf cranial Saraf I Saraf II Saraf III, IV dan VI Saraf V Saraf VII Saraf VIII Saraf IX dan X Saraf XI Saraf XII : fungsi penciuman normal : fungsi penglihatan baik, kecuali apabila spina bifida disertai peningkatan TIK yang lama akan didapatkan papiledema. : biasanya tidak ada kelainan pada saraf-saraf ini : biasanya tidak ada kelainan dalam prose mengunyah : persepsi pengecapan biasanya tdk ada perubahan : biasanya tidak didapatkan adanya perubahan fungsi pendengaran : kemampuan menelan baik, tidak ada kesukaran membuka mulut : mobilitas leher biasanya normal : indra pengecapan tidak mengalami perubahan
  • 19. d) Sistem motorik Inspeksi umum, didapatkan paralisis spastik, deformitas kaki unilateral (kaki kecil) dan kelemahan otot kaki merupakan cacat yang tersering. Paralisis motorik terutama mengenai anggota gerak bawah. e) Sistem sensorik Kehilangan sensasi sensorik anggota gerak bawah. Paralisis sensorik biasanya bersama-sama dengan paralisis motorik dengan distribusi yang sama.
  • 20. 4) B4 (Bladder) Pada spina bifida tahap lanjut klien mungkin mengalami inkontinensia urin karena konfusi dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan pascaural. Kadangkadang kontrol sfingter urinarius eksternal. (Arif Muttaqin, 2008: 5) B5 (Bowel) Tanda-tanda inkontinensia alfi. 6) B6 (Bone) Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah baring lama dan kekuatan otot.
  • 21. g) Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan cairan amnion janin, ultrasonografi, atau konsentrasi alpha – fetoprotein serum maternal (MSAFP) akan dapat mendeteksi masalah prenatal. Ultrasonografi, CT scan, MRI, dan mielografi akan mengevaluasi lesi, jumlah saraf yang terlibat. (Mary E. Muscari, 2005 : 410)
  • 22.  Pengkajian psiko-sosial-spiritual Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang tua) untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakuakan aktivitas secara optimal.
  • 24. 2. Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Risiko cedera berhubungan dengan lesi spinal. Resiko Infeksi berhubungan trauma jaringan (insisi luka opersi) Nyeri akut berhubungan dengan injuri fisik Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot Inkontinensia urinarius refleks berhubungan dengan gangguan neurologis Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik. Ansietas (ortu) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit anak
  • 25. 3. Perencanaan Keperawatan Dx 1: Risiko cedera berhubungan dengan lesi spinal. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalmi cedera pada sisi lesi spinal. Kriteri Hasil: 1) Kantong meningeal tetap utuh Free Powerpoint Templates Page 25
  • 26. 1. 2. 3. 4. Rawat bayi dengan cermat. Rasional: Untuk mencegah kerusakan pada kantung meningeal atau sisi pembedahan. Tempatkan bayi pada posisi telungkup atau miring. Rasional: Untuk menghindarkan tegangan pada kantong meningeal atau sisi pembedahan. Gunakan alat pelindung di sekitar kantong misal: selimut plastic bedah. Rasional: Untuk memberi lapisan pelindung agar tidak terjadi iritasi serta infeksi. Berikan materi edukasi yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk mencegah cedera. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
  • 27.  Dx 2 : Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (insisi bedah) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien akan terbebas dari tanda dan gejala infeksi. Kriteria Hasil : 1) Suhu normal 36.5-37.5○ C 2) leukosit dlm batas normal (5700-18000, bayi)
  • 28. I n t e r v e n s i 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, denyut jantung dan penampilan luka). Rasional: peningkatan suhu tubuh dan denyut jantung mengindikasikan adanya infeksi. Lakukan perawatan luka. Rasional: mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan memfasilitasi penyembuhan luka. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Rasional: mencegah terjadi infeksi nosokomial. Monitor nilai leukosit. Rasional: nilai leukosit merupakan indicator adanya infeeksi. Tingkatkan intake nutirsi. Rasional: Nutrisi yang baik dapat meningkatkan imun. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik. Rasional: mencegah terjadinya infeksi.
  • 29.  Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka insisi bedah) ditandai dengan:  DO: ekspresi wajah meringis, menangis. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam nyeri pasien berkurang hingga hilang. Kriteria hasil : 1) Tanda-tanda vital dalam batas normal 2) Klien tidak menangis 3) Klien tampak rileks
  • 30. Intervensi 1. Kaji tingkat nyeri. Rasional: mengetahui tingkat nyeri dan kualitas nyeri. 2. Observasi tanda vital. Rasional: mengetahui keadaan umum pasien1 3. Ajak keluarga untuk hadir dekat klien untuk memberikan rasa nyaman seperti dengan mengusap-usap klien. Rasional: klien merasa lebih tengan bila dekat dengan keluarganya. 4. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik dan antibiotik. Rasional: analgesik dapat mengurangi nyeri dan antibiotik dapat menghilangkan infeksi.
  • 31. • Dx4: hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot ditandai dengan keterbatasan menggerakan ekstremitas bawah. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien akan memperlihatkan mobilitas Kriteria hasil: Tidak mengalami gangguan pergerakan sendi dan otot pada ekstremitas bawah
  • 32. 1. Kaji kemampuan mobilitas yang ada. Rasional: mengetahui tingkat kemampuan klien dalam mobilisasi. 2. Ubah posisi klien setiap dua jam sekali. Rasional: menurunkan risiko terjadinya trauma iskemia jringan. Daerah yang terkena mengalami perburukan sirkulasi. 3. Atur jadwal dan berikan pasien latihan ROM. Rasional: mencegah komplikasi dari paralisis. 4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi. Rasional: meningkatkan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas
  • 33. Dx5: Inkontinensia urinarius refleks berhubungan dengan gangguan neurologis Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit dekat kelamin tetap baik Kriteria hasil: 1) Tidak mengalami kerusakan kulit karena selalu basah terkena urine.
  • 34. Interven si Kaji pola berkemih dan tingkat inkontinensia urin. 1. 2. 3. 4. Rasional: sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya Berikan perawatan pada kulit klien yang basah karena urin (dilap dengan aitr hangat kemudian dilap kering dan diberi bedak). Rasional: perawatan yang baik dapat mencegah iritasi pada kulit klien. Ajarkan keluarga perawatan kulit klien. Rasional: agar keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien. Beri terapi antibakteri, sesuai program dokter. Rasional: mencegah terjadinya infeksi.
  • 35. • Dx 6: Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi. Kriteria hasil: 1. Pasien akan memiliki warna kulit normal. 2. Tidak ada ulkus dekubitus
  • 36. Intervensi 1. Monitor adanya kemerahan pada kulit. Rasional: melihat adanaya tanda-tanda kerusakan integritas kulit. 2. Gunakan kasur penurun tekanan. Rasional: mengurangi tekanan kulit/jaringan. 3. Ubah posisi pasien setiap dua jam sekali. Rasional: mengubah posisi dapat mengurangi lama penekanan jaringan yg dapat menyebabkan dekubitus dan dapat meningkatkan sirkulasi darah. 4. Pertahankan tempat tidur bersih, kering dan bebas kerutan. Rasional: mencegah ulkus dekubitus.
  • 37.  Dx 7: Ansietas (ortu) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur opersi anak ditandai dengan:   DO: klien tampak gelisah, klien menangis DS: klien mengantakan khawatir terhadap anaknya yg akan dioperasi Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ansietas berkurang Kriteria Hasil: 1. klien tidak menangis 2. Klien menggunakan teknik distraksi untuk meredahkan ansietas.
  • 38. I n t e r v e n s i 1. 2. 3. 4. 5. 6. kaji tingkat kecemasan. Rasional: mengetahui koping individu Jelaskan tentang semua prosedur operasi yang akan dijalani anak. Rasional: khayalan yang disebabkan kesalahpahaman dapat miningkatkan tingkat ansietas. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan. Rasional: membina hubungan saling percaya. Ajarkan klien teknik distraksi seperti menonton tv untuk meredahkan ansietas. Rasional: mengalihkan pikiran klien dari ansietas. Rujuk pasien pada perawat keluarga atau komunitas, bila perlu. Rasional: membantu orangtua menghadapi keadaan sakit pada anaknya. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk menurunkan ansietas, bila perlu. Rasional: membantu menenangkan klien.