SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Download to read offline
Kegawat Daruratan
Persalinan Kala I dan II
Presentation by Wahyuni, S.ST, M.Biomed
Partus Lama
Persalinan Letak
Sungsang
Distosia Bahu
MEETING 9 - 10
Emboli Air Ketuban
Pre-Eklampsia
Penatalaksanaan
Emboli
Air Ketuban
Fungsi air ketuban
Air ketuban berfungsi anatara lain untuk:
1. Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat bentura
2. Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkan mengerut
sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin.
3. Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrient bagi janin untuk sementara
4. Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu system pencernaan janin. System otot
dan tulang rangka, serta system pernafasan janin agar berkembang dengan baik
5. Menjadi incubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan disekitar janin selaput
ketuban dengan cairan ketuban didalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap
kemungkinan infeksi
Amnion
•Mulai terbentuk pada usia kehamilan 4
minggu, berasal dari sel darah ibu
•Trimester kedua, fetus mulai buang air
kecil – menelan – menghisap air ketuban
•Air ketuban sebagian besar terbentuk dari
air seni janin  mengatur volume cairan
•Normalnya air ketuban ± 1000cc
•Emboli air ketuban adalah salah satu
kondisi paling katastropik yang dapat
terjadi dalam kehamilan
Emboli
Air ketuban
Etiologi
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang
fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang
selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan :
1. Kegagalan perfusi secara masif
2. Bronchospasme
3. Renjatan
Akhir akhir ini diduga bahwa terjadi suatu peristiwa syok anafilaktik akibat adanya antigen janin
yang masuk kedalam sirkulasi ibu dan menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinik.
Faktor Resiko
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi pada
saat inparu (70%), pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%)
Faktor resiko
1. Multipara
2. Solusio plasenta
3. IUFD
4. Partus presipitatus
5. Suction curettahge
6. Terminasi kehamilan
7. Trauma abdomen
8. Versi luar
9. Amniosentesis
Gelisah,
Mual dan
Muntah
Dyspnea
dan
Sianosis
Takikardi
dan
Takipnea
Kesadaran
Menurun
Kejang
Tanda dan gejala
Fase AFE
FASE I
• Distress
pernafasan &
Sianosis
• Edema
pulmonal &
syok
hemoragik
• Konfusi 
koma
FASE II
• Koagulopati
• Perdarahan
• Shock
• Gagal jantung
kiri
FASE III
• Multi organ
failure
• Kematian
Gambaran klinik
Gambaran klinik umumnya terjadi secara mendadak dan diagnosa emboli air ketuban harus
pertama kali dipikirkan pada pasien hamil yang tiba tiba mengalami kolaps.
Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya
gejala dan tanda yang terlihat adalah segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir
persalinan, pasien batuk batuk, sesak, terengah engah dan kadang ‘cardiac arrest’
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif
2. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC
3. Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan
umum ibu stabil
4. X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan
5. Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
6. Terapi tambahan :
a. Resusitasi cairan
b. Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
c. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
d. Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
e. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin
f. Segera rawat di ICU
Distosia
Bahu
Definisi :
Distosia ialah kesulitan jalannya
persalinan atau dapat didefinisikan
Distosia ialah persalinan atau abnormal
yang timbul akibat berbagai kondisi yang
berhubungan dengan lima faktor
persalinan (Rustam, 1998)
Distosia Bahu ialah tersangkutnya bahu
janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan
Distosia bahu
Faktor Penyebab Distosia Bahu
1. Kehamilan Posterm
2. Paritas wanita hamil dengan diabetes melitus
3. Wanita yang habitus indolen
4. Anak yang berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
5. Orang tua yang besar
6. Eritroblastosis
Faktor Terjadinya Distosia Bahu
1. Kelainan bentuk panggul
2. Diabetes gestasional
3. Kehamilan post-mature
4. Riwayat persalinan dengan distosia bahu
5. Ibu yang pendek
Etiologi
1. Kesukaran dapat terjadi karena
kepala yang besar atau kepala
yang lebih keras (pada post
maturitas) tidak dapat memasuki
pintu atas panggul atau karena
bahu yang lebar sulit melalui
rongga panggul
2. Apabila kepala anak sudah lahir
tetapi kelahiran bagian-bagian lain
macet karena lebarnya bahu, janin
dapat meninggal akibat asfiksia.
Menarik kebawah terlalu kuat
dalam pertolongan melahirkan
bahu yang sulit dapat berakibat
perlukaan pada brokhialis &
muskulus sternoleidomastoidelis
Prognosis
Pada Ibu
1. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada
pembukaan kecil
2. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproposi
sefalopelvik
3. Perdarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomi ataupun atonia
uteri
Pada Bayi
1. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal jika di
tambah dengan infeksi intrapartum
2. Dengan adanya disproposi selfalopelvik kepala melewati
rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage
3. Timbulnya fraktur pada os parietalis (Hanifah, 2002)
4. Fraktur tulang (kalvikula dan humerus)
5. Cedera pleksus brakhialis
6. Hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen otak
Komplikasi
1. Maternal
a. Kelainan anatomi panggul
b. Diabetes Gestational
c. Kehamilan postmatur
d. Riwayat distosia bahu
e. Tubuh ibu pendek
2. Fetal
Dugaan Macrosomia
3. Masalah Persalinan
a. Assited vaginal delivery (forceps atau
vacum)
b. “Protracted active phase” pada kala I
persalinan
c. “Protracted” pada kala II persalinan
Faktor Resiko
1. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi
yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil
dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral
2. Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk meneuk kedua
tungainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
Mintalah bantuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua
lututnya ibu ke arah dada
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfektankan tingkat
tinggi. Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah
pada kepala janin untuk menggerakan bahu depan dibawah symphisis
pubis. Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada epala yang dapat
mengakibatkan trauma pada pleksus brakhralis. Mintalah seseorang
asisten untuk melaukan tekanan secara srimultan kearah bawah pada
daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu. Catatan :jangan
lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut
dan dapat mengaibatkan ruptura uteriuteri
4. Jika bayi masih belum dapat dilahirkan :
a.Pakailah sarung tangan yang telah didisinfektan tinggi, masukan
tangan kedalam vagina
b.Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah
sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu
c.Jika diperlukan laksanakan penekanan pada bahu belakang sesuai
dengan arah sternum
Penanganan
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan
setelah dilakukan tindakan diatas
a. Masukan tangan kedalam vagina
b. Raih humerus dari lengan belakang
dengan menjaga lengan tetap fleksi
pada siku, gerakkan lengan ke arah
dada
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak
dapat melahirkan bahu, pilihan lain
yaitu :
a. Patahkan klavikula untuk
mengurangi lebar bahu dan
bebaskan bahu depan
b. Lakukan tarikan dengan mengait
ketiak untuk mengeluarkan lengan
belakang (Ida Bagus, 2001)
Lanjutan ..
Distosia bahu dapat di kenali apabila di dapatkan adanya :
1. Kepala bayi sudah lahir tetapi bahu tertahan dan tidak dapat
dilahirkan
2. Kepala bayi sudah lahir namun tetap menekan vulva dengan
kencang
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap
tertahan di kranial simfisis pubis
Diagnosis
1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu
sangat diperlukan
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu
adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu
untuk meneran
3. Lakukan episiotomi
Penatalaksanaan
Diagnosis
Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan
Manuver Mc Robert
(Posisi Mc Robert, episiotomi bila perlu, tekanan supra pubic, tarikan kepala)
Manuver Rubin
(Posisi tetap Mc Robert, rotasikan bahu, tekanan supra pubic, tarikan kepala)
Lahirkan bahu posterior atau posisi merangkak atau manuver wood
Tindakan Pertolongan
Distosia Bahu
Langkah Pertama
1. Manuver Mc Robert
Minta asisten
melakukan tekanan ringan
pada supra pubic
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten
pada daerah supra pubic saat traksi
curam bawah pada kepala janin
Langkah Kedua
2. Manuver Rubin
1. Kedalam vagina menyusuri
humerus posterior janin dan
kemudian melakukan fleksi
lengan posterior atas didepan
dada dengan mempertahankan
posisi fleksi siku
2. Tangan janin dicekam dan lengan
diluruskan melalui wajah janin
3. Lengan posterior dilahirkan
Langkah Ketiga
3. Manuver Woods
(Wood Crock Screw Maneuver)
Tangan kanan penolong dibelakang
bahu posterior janin
Bahu kemudian diputar 180 derajat
sehingga bahu anterior terbebas
dari tepi bawah simpisis pubis
Persalinan
Letak Sungsang
Letak Sungsang Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kpala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri
Tipe Letak Sungsang
1. Frank breech : kedua tungkai fleksi
2. Complete breech : tungkai atas lurus keatas,
tungkai bawah ekstensi
3. Footling : satu atau kedua tungkai atas ekstensi,
presentasi kaki
Etiologi
Faktor presentasi bokong
1. Prematuritas
2. Polihidramnion
3. Hamil ganda
4. Plasenta previa
5. Panggul sempit
6. Fibria
7. Myoma
8. Hidrocephalus
9. Dan makrosomia
Penyebab Letak Sungsang
1. Sudut ibu
a. Keadaan rahim : rahim arkuatus, septum
pada rahim, uterus dupleks, mioma bersama
kehamilan
b. Keadaan plasenta : plasenta letak rendah,
dan plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir : kesempitan panggul,
deformitas tulang panggul, terdapat tumor
2. Sudut janin
a. Tali pusat pendek, atau lilitan tali pusat
b. Hidrosefaus atau anesefalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidroamnion atau oligoamnion
e. Prematuritas
Mekanisme Persalinan Letak Sungsang
1. Persalinan bokong
2. Persalinan bahu
3. Persalinan kepala
Diagnosa Kedudukan
1. Pemerikasaan Abdominal
a. Letaknya memanjang
b. Diatas panggul terasa massa lunak
mengalir dan tidak terasa seperti
kepala
c. Punggung ada di sebelah kanan
dekat dengan garis tengah bagian
kecil ada di sebelah kiri, jauh dari
garis tengah dan di belakang
d. Kepala berada di fundus uteri
e. Tonjolan kepala tidak ada bokong
tidak dapat di pantulkan
2. DJJ
DJJ terdengar paling keras pada atau di
atas umbilicus dan pada sisi yang
sama pada punggung. Pada RSA DJJ
terdengar paling keras pada kuadran
kanan atas perut ibu kadang di bawah
umbilicus
3. Pemeriksaan Vaginal
a. Bagian terendah teraba tinggi
b. Tidak teraba kepala yang keras,rata dan
teratur dengan garis sutura dan fantenella
c. Bagian terendah teraba lunak dan ireguller
d. Kadang pada presbo murni sacrum tertarik
kebawah dan teraba oleh jari pemeriksa
4. Pemeriksaan sinar X
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang
Melahirkan Bayi
1. Cara Bracht
a. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam
secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar
dengan panjang paha, jari yang lain memegang
daerah panggul)
b. Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses
keluarnya janin
c. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada
d. Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc
skapula inferior tampak di bawah simfisis (dengan
mengikuti gerak rotasi anterior, yaitu: punggung
janin di dekatkan kearah perut ibu, tanpa tarikan)
disesuaikan dengan lahirnya badan bayi
e. Gerakkan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung,
dahi dan kepala
Penanganan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang
Melahirkan Bayi
2. Cara Klasik
a. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam dan
dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
b. Tali pusat di kendorkan
c. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu
tangan dan tarik ke atas
1) Dengan tangan kiri tarik ke arah kanan atas ibu
untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di
belakang
2) Dengan tangan kanan tarik kearah
kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi
yang berada di belakang
d. Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai
letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi,
untuk melahirkan lengan belakang bayi
e. Setelah bahu dan lengan belakan lahir kedua kaki di
tarik kearah bawah kontra lateral dari langkah
sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi,
bagian depan dilakukan dengan cara yang sama
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang
Melahirkan Bayi
3. Cara Muller
Pegeluaran bahu dan tangan secara muller dilakukan
jika dengan cara bracht bahu dan tangan tidak bisa
lahir. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan
menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti
klasik, kearah belakang kontra lateral dari letak bahu
depan. Setelah bahu dan lengan depan lahir
dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan
bahu dan lengan belakang
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang
Melahirkan Bayi
4. Cara Lovset
Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di
belakang kepala atau nuchl arm
a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang bayi
dengan kedua tangan. Putar bayi 180 derajat
dengan lengan bayi yang terjungkit kearah
penunjuk jari tangan yang muchal.
b. Memutar kembali 180 derajat kearah yang
berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali
hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara
klasik atau muller
Cara Melahirkan Kepala Bayi Sungsang
Melahirkan Kepala
5. Cara Mauriceu
Dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila
dengan bracht kepala belum lahir
a. Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga
badan bayi seolah – olah memegang kuda (untuk
penolong kidal, letakkan badan bayi diatas tangan
kanan)
b. Satu jari di masukkan di mulut dan dua jari di
maksila
c. Tangan kanan memegang atau mencekam bahu
dan tengkuk bayi
d. Pinta seorang asisten menekan fundus uteri
e. Bersama dengan adanya HIS, asisten menekan
fundus uteri, penolong persalinan melakukan
tarikan kebawah sesuai arah sumbu jalan lahir di
bimbing jari yang di masukkan untuK menekan
dagu atau mulut
Partus Lama
Partus Lama
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif
Etiologi
1. Kelainan Tenaga (Kelainan HIS)
2. Kelainan Janin
3. Kelainan Jalan Lahir
Tanda dan Gejala
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan
meteorismus. Pada daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks,
cairan ketuban berbau dan terdapat mekonium
2. Pada janin
Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negatif, air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau. Kaput succedaneum yang besar,
Moulage kepala yang hebat Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK), Kematian
Janin Intra Parental (KJIP)
Partus Lama
Klasifikasi Partus Lama
1. Fase Laten Memanjang : Fase laten yang melampaui 20 jam pada primi gravida atau 14
jam pada multi gravida
2. Fase Aktif Memanjang : Fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada primi
gravida dan lebih dari 6 jam pada multi gravida, dengan laju dilatasi serviks kurang dari
1,5 cm per-jam.
3. Kala 2 Lama : Kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi gravida dan 1 jam
pada multigravida
Dampak Persalinan Lama
1. Bahaya Bagi Ibu
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya
cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik
dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri,
laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syock. Angka kelahiran dengan tindakan
yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu
2. Bahaya Bagi Janin
a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran
Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
Partus Lama
Preeklampsia /
Eklampsia
Definisi :
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan
darah yang baru timbul setelah usia kehamilan
mencapai 20 minggu, disertai dengan
penambahan berat badan ibu yang cepat akibat
tubuh membengkak dan pada pemeriksaan
laboratorium dijumpai protein di dalam urin/
proteinuria
Eklampsia adalah kelainan akut pada
wanita hamil dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang, bukan
timbul akibat kelainan neurologic) dan atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala pre-eklampsia
Definisi
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20
minggu disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urin atau proteinuria
01
Klasifikasi
1. Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
* Tekanan darah 140/90 mmHg
* Proteinuria : ≥300 mg/24 jam
* Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per-minggu
* Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif +1 atau +2 pada urin kateter atau midstream
2. Preeklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
* Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
* Proteinuria 5 gr atau lebih per-liter
* Oliguria,yaitu: jumlah urin kurang dari 500 cc per-24 jam
* Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
* Terdapat oedema paru dan sianosis
Komplikasi
2. Komplikasi pada janin
a. Kelahiran prematur
b. RDS ( Respiratory Distress Syndrome)
c. PPHN (Persistent Pulmonary Hypertension)
e. Kegagalan respirasi
Etiologi
Riwayat keluarga
 Hipertensi sebelum hamil
 Primigravida
 Kehamilan ganda
 Mola hidatidosa
Komplikasi
1. Komplikasi pada ibu
a. Solutio Plasenta
b. Koagulopati
c. Gagal ginjal akut
d. Kerusakan hati
e. Edema paru
f. Hematoma
g. Penyakit kardiovaskuler
h. Defek neurologi.
Klasifikasi Eklampsia
Berdasarkan waktu terjadinya, yaitu:
1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar
dibedakan terutama saat mulai inpartu
3. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir
Berdasarkan lamanya, yaitu :
1. Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
dipalingkan ke kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 menit
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke
dalam, pernapasan ke dalam, pernapasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat
tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 menit
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi ulang-ulang waktu yang cepat, mulut terbuka dan tertutup. Keluar
ludah berbusa dan lidah dapat digigit, mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis.
Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas seperti mendengkur
4. tadium koma
Lamanya ketidaksadaran ( koma ) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam.
Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam
keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai
400 celcius
Penanganan Eklampsia
Penanganan Kejang
1. Beri obat antikonvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan, masker dan balon)
3. Beri oksigen 4-6 liter per menit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu
Penanganan Umum
1. Jika tekanan diastolic tetap, lebih dari 110mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai tekanan siastolik di antara 90-100
mmHg
2. Pasang infuse dengan jarum besar (16 gauige atau lebih besar)
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
4. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per-jam: hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V. (NaCL 0,9% atau
Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per-8 jam, pantau kemungkinan oedema paru
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
7. Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru
9. Hentikan pemberian cairan I.V. dan berikan diuretic, misalnya : furosemid 40mg I.V , satu kali saja jika ada oedema paru
10.Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test).
11.Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koadulopati
THANK YOUKEGAWATDARURATAN
PERSALINAN KALA I DAN II

More Related Content

What's hot

Penatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia UteriPenatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia Uteripjj_kemenkes
 
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahirRobekan jalan lahir
Robekan jalan lahirdhewychabi
 
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan MudaKegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Mudapjj_kemenkes
 
Proses persalinan normal
Proses persalinan normalProses persalinan normal
Proses persalinan normalelisa novi
 
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008Anggit T A W
 
standar pelayanan antenatal
standar pelayanan antenatalstandar pelayanan antenatal
standar pelayanan antenatalMade Arthika
 
Sistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilSistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilRahayu Pratiwi
 
POWERPOINT MASTITIS.pptx
POWERPOINT MASTITIS.pptxPOWERPOINT MASTITIS.pptx
POWERPOINT MASTITIS.pptxBungDir
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV PersalinanIndah Widi
 
Makalah manajemen kebidanan
Makalah manajemen kebidananMakalah manajemen kebidanan
Makalah manajemen kebidananWarnet Raha
 
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis fKonsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis fharry christama
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varneysicua050896
 
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Penatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia UteriPenatalaksanaan Atonia Uteri
Penatalaksanaan Atonia Uteri
 
Tumbuh kembang fetus
Tumbuh kembang fetusTumbuh kembang fetus
Tumbuh kembang fetus
 
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahirRobekan jalan lahir
Robekan jalan lahir
 
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan MudaKegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Muda
 
Proses persalinan normal
Proses persalinan normalProses persalinan normal
Proses persalinan normal
 
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008
 
standar pelayanan antenatal
standar pelayanan antenatalstandar pelayanan antenatal
standar pelayanan antenatal
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
Sistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilSistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamil
 
POWERPOINT MASTITIS.pptx
POWERPOINT MASTITIS.pptxPOWERPOINT MASTITIS.pptx
POWERPOINT MASTITIS.pptx
 
VAKUM & FORCEP
VAKUM & FORCEPVAKUM & FORCEP
VAKUM & FORCEP
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
Makalah manajemen kebidanan
Makalah manajemen kebidananMakalah manajemen kebidanan
Makalah manajemen kebidanan
 
Asuhan ibu nifas normal,ppt
Asuhan ibu nifas normal,pptAsuhan ibu nifas normal,ppt
Asuhan ibu nifas normal,ppt
 
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis fKonsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
Asuhan pada ibu nifas
Asuhan pada ibu nifasAsuhan pada ibu nifas
Asuhan pada ibu nifas
 
Letak lintang
Letak lintangLetak lintang
Letak lintang
 
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
 

Similar to PERSIALINAN_SUNGSANG

Kegawatan Obstetri uhhifhruihuihfuihidviuef
Kegawatan Obstetri uhhifhruihuihfuihidviuefKegawatan Obstetri uhhifhruihuihfuihidviuef
Kegawatan Obstetri uhhifhruihuihfuihidviuefMahruriSaputra
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuSeptian Muna Barakati
 
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan IIPenatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan IIpjj_kemenkes
 
ASKEP INTRA-INA2.ppt
ASKEP INTRA-INA2.pptASKEP INTRA-INA2.ppt
ASKEP INTRA-INA2.pptMantriNtuz
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangSeptian Muna Barakati
 
Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2aissya noor
 
150350232 landasan-teori-partus-lama
150350232 landasan-teori-partus-lama150350232 landasan-teori-partus-lama
150350232 landasan-teori-partus-lamaElla Meilani
 
asuhan sayang ibu dan posisi meneran
asuhan sayang ibu dan posisi meneran asuhan sayang ibu dan posisi meneran
asuhan sayang ibu dan posisi meneran KamilatulKhuriyah
 

Similar to PERSIALINAN_SUNGSANG (20)

Kegawatan Obstetri uhhifhruihuihfuihidviuef
Kegawatan Obstetri uhhifhruihuihfuihidviuefKegawatan Obstetri uhhifhruihuihfuihidviuef
Kegawatan Obstetri uhhifhruihuihfuihidviuef
 
Tali pusat menumbung
Tali pusat menumbung Tali pusat menumbung
Tali pusat menumbung
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan IIPenatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
 
ASKEP INTRA-INA2.ppt
ASKEP INTRA-INA2.pptASKEP INTRA-INA2.ppt
ASKEP INTRA-INA2.ppt
 
Asuhan intra natal AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan  intra natal AKPER PEMKAB MUNA Asuhan  intra natal AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan intra natal AKPER PEMKAB MUNA
 
Sumsang
SumsangSumsang
Sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Askep retensio plasenta
Askep retensio plasentaAskep retensio plasenta
Askep retensio plasenta
 
Askep retensio plasenta
Askep retensio plasentaAskep retensio plasenta
Askep retensio plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2
 
150350232 landasan-teori-partus-lama
150350232 landasan-teori-partus-lama150350232 landasan-teori-partus-lama
150350232 landasan-teori-partus-lama
 
Askep retensio plasenta illa
Askep retensio plasenta illaAskep retensio plasenta illa
Askep retensio plasenta illa
 
ASKEB KALA I
ASKEB KALA IASKEB KALA I
ASKEB KALA I
 
Makalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinanMakalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinan
 
asuhan sayang ibu dan posisi meneran
asuhan sayang ibu dan posisi meneran asuhan sayang ibu dan posisi meneran
asuhan sayang ibu dan posisi meneran
 

More from UFDK

Kajian Lethal Ovitrap Abstrak
Kajian Lethal Ovitrap AbstrakKajian Lethal Ovitrap Abstrak
Kajian Lethal Ovitrap AbstrakUFDK
 
Atlas Vektor Penyakit
Atlas Vektor PenyakitAtlas Vektor Penyakit
Atlas Vektor PenyakitUFDK
 
Buku Panduan Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Pencemaran Lingkungan
Buku Panduan Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Pencemaran LingkunganBuku Panduan Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Pencemaran Lingkungan
Buku Panduan Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Pencemaran LingkunganUFDK
 
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitPMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitUFDK
 
PMK no.75_Tahun 2014 Tentang Puskesmas
PMK no.75_Tahun 2014 Tentang PuskesmasPMK no.75_Tahun 2014 Tentang Puskesmas
PMK no.75_Tahun 2014 Tentang PuskesmasUFDK
 
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja IndustriPMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja IndustriUFDK
 
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan VektorPMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan VektorUFDK
 
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga SanitarianPMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga SanitarianUFDK
 
PMK no.82 Tahun_2014 Penanggulangan Penyakit Menular
PMK no.82 Tahun_2014 Penanggulangan Penyakit MenularPMK no.82 Tahun_2014 Penanggulangan Penyakit Menular
PMK no.82 Tahun_2014 Penanggulangan Penyakit MenularUFDK
 
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaUFDK
 
PMK no. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PMK no. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air MinumPMK no. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PMK no. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air MinumUFDK
 
PMK no. 374 Tentang Pengendalian Vektor
PMK no. 374 Tentang Pengendalian VektorPMK no. 374 Tentang Pengendalian Vektor
PMK no. 374 Tentang Pengendalian VektorUFDK
 
Pmk no. 43 ttg Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Pmk no. 43 ttg Higiene Sanitasi Depot Air MinumPmk no. 43 ttg Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Pmk no. 43 ttg Higiene Sanitasi Depot Air MinumUFDK
 
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling PuskemasPermenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling PuskemasUFDK
 
Per menkes 416 th 1990_ Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Per menkes 416 th 1990_ Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas AirPer menkes 416 th 1990_ Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Per menkes 416 th 1990_ Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas AirUFDK
 
Permenkes 32 tahun 2013 Penyelenggaraan Sanitarian
Permenkes 32 tahun 2013 Penyelenggaraan SanitarianPermenkes 32 tahun 2013 Penyelenggaraan Sanitarian
Permenkes 32 tahun 2013 Penyelenggaraan SanitarianUFDK
 
Penyuluhan Masalah Keputihan dan Solusinya
Penyuluhan Masalah Keputihan dan SolusinyaPenyuluhan Masalah Keputihan dan Solusinya
Penyuluhan Masalah Keputihan dan SolusinyaUFDK
 
Penanggulangan kejadian luar biasa penyakit
Penanggulangan kejadian luar biasa penyakitPenanggulangan kejadian luar biasa penyakit
Penanggulangan kejadian luar biasa penyakitUFDK
 
Teknik pengolahan dan penyajian data
Teknik pengolahan dan penyajian dataTeknik pengolahan dan penyajian data
Teknik pengolahan dan penyajian dataUFDK
 
Populasi
PopulasiPopulasi
PopulasiUFDK
 

More from UFDK (20)

Kajian Lethal Ovitrap Abstrak
Kajian Lethal Ovitrap AbstrakKajian Lethal Ovitrap Abstrak
Kajian Lethal Ovitrap Abstrak
 
Atlas Vektor Penyakit
Atlas Vektor PenyakitAtlas Vektor Penyakit
Atlas Vektor Penyakit
 
Buku Panduan Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Pencemaran Lingkungan
Buku Panduan Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Pencemaran LingkunganBuku Panduan Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Pencemaran Lingkungan
Buku Panduan Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Pencemaran Lingkungan
 
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitPMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
 
PMK no.75_Tahun 2014 Tentang Puskesmas
PMK no.75_Tahun 2014 Tentang PuskesmasPMK no.75_Tahun 2014 Tentang Puskesmas
PMK no.75_Tahun 2014 Tentang Puskesmas
 
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja IndustriPMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
PMK no. 70_Tentang Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
 
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan VektorPMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
 
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga SanitarianPMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
PMK no.32 Tentang Pekerjaan Tenaga Sanitarian
 
PMK no.82 Tahun_2014 Penanggulangan Penyakit Menular
PMK no.82 Tahun_2014 Penanggulangan Penyakit MenularPMK no.82 Tahun_2014 Penanggulangan Penyakit Menular
PMK no.82 Tahun_2014 Penanggulangan Penyakit Menular
 
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
 
PMK no. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PMK no. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air MinumPMK no. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PMK no. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
 
PMK no. 374 Tentang Pengendalian Vektor
PMK no. 374 Tentang Pengendalian VektorPMK no. 374 Tentang Pengendalian Vektor
PMK no. 374 Tentang Pengendalian Vektor
 
Pmk no. 43 ttg Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Pmk no. 43 ttg Higiene Sanitasi Depot Air MinumPmk no. 43 ttg Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Pmk no. 43 ttg Higiene Sanitasi Depot Air Minum
 
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling PuskemasPermenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
 
Per menkes 416 th 1990_ Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Per menkes 416 th 1990_ Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas AirPer menkes 416 th 1990_ Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Per menkes 416 th 1990_ Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
 
Permenkes 32 tahun 2013 Penyelenggaraan Sanitarian
Permenkes 32 tahun 2013 Penyelenggaraan SanitarianPermenkes 32 tahun 2013 Penyelenggaraan Sanitarian
Permenkes 32 tahun 2013 Penyelenggaraan Sanitarian
 
Penyuluhan Masalah Keputihan dan Solusinya
Penyuluhan Masalah Keputihan dan SolusinyaPenyuluhan Masalah Keputihan dan Solusinya
Penyuluhan Masalah Keputihan dan Solusinya
 
Penanggulangan kejadian luar biasa penyakit
Penanggulangan kejadian luar biasa penyakitPenanggulangan kejadian luar biasa penyakit
Penanggulangan kejadian luar biasa penyakit
 
Teknik pengolahan dan penyajian data
Teknik pengolahan dan penyajian dataTeknik pengolahan dan penyajian data
Teknik pengolahan dan penyajian data
 
Populasi
PopulasiPopulasi
Populasi
 

Recently uploaded

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (18)

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 

PERSIALINAN_SUNGSANG

  • 1. Kegawat Daruratan Persalinan Kala I dan II Presentation by Wahyuni, S.ST, M.Biomed
  • 2. Partus Lama Persalinan Letak Sungsang Distosia Bahu MEETING 9 - 10 Emboli Air Ketuban Pre-Eklampsia Penatalaksanaan
  • 4. Fungsi air ketuban Air ketuban berfungsi anatara lain untuk: 1. Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat bentura 2. Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkan mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin. 3. Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrient bagi janin untuk sementara 4. Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu system pencernaan janin. System otot dan tulang rangka, serta system pernafasan janin agar berkembang dengan baik 5. Menjadi incubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan disekitar janin selaput ketuban dengan cairan ketuban didalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi
  • 5. Amnion •Mulai terbentuk pada usia kehamilan 4 minggu, berasal dari sel darah ibu •Trimester kedua, fetus mulai buang air kecil – menelan – menghisap air ketuban •Air ketuban sebagian besar terbentuk dari air seni janin  mengatur volume cairan •Normalnya air ketuban ± 1000cc •Emboli air ketuban adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam kehamilan Emboli Air ketuban
  • 6. Etiologi Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan : 1. Kegagalan perfusi secara masif 2. Bronchospasme 3. Renjatan Akhir akhir ini diduga bahwa terjadi suatu peristiwa syok anafilaktik akibat adanya antigen janin yang masuk kedalam sirkulasi ibu dan menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinik. Faktor Resiko Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi pada saat inparu (70%), pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%) Faktor resiko 1. Multipara 2. Solusio plasenta 3. IUFD 4. Partus presipitatus 5. Suction curettahge 6. Terminasi kehamilan 7. Trauma abdomen 8. Versi luar 9. Amniosentesis
  • 7.
  • 9. Fase AFE FASE I • Distress pernafasan & Sianosis • Edema pulmonal & syok hemoragik • Konfusi  koma FASE II • Koagulopati • Perdarahan • Shock • Gagal jantung kiri FASE III • Multi organ failure • Kematian
  • 10. Gambaran klinik Gambaran klinik umumnya terjadi secara mendadak dan diagnosa emboli air ketuban harus pertama kali dipikirkan pada pasien hamil yang tiba tiba mengalami kolaps. Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya gejala dan tanda yang terlihat adalah segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir persalinan, pasien batuk batuk, sesak, terengah engah dan kadang ‘cardiac arrest’ Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif 2. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC 3. Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan umum ibu stabil 4. X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan 5. Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2) 6. Terapi tambahan : a. Resusitasi cairan b. Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output c. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis d. Terapi DIC dengan fresh froozen plasma e. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin f. Segera rawat di ICU
  • 12. Definisi : Distosia ialah kesulitan jalannya persalinan atau dapat didefinisikan Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan (Rustam, 1998) Distosia Bahu ialah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan Distosia bahu
  • 13. Faktor Penyebab Distosia Bahu 1. Kehamilan Posterm 2. Paritas wanita hamil dengan diabetes melitus 3. Wanita yang habitus indolen 4. Anak yang berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu 5. Orang tua yang besar 6. Eritroblastosis Faktor Terjadinya Distosia Bahu 1. Kelainan bentuk panggul 2. Diabetes gestasional 3. Kehamilan post-mature 4. Riwayat persalinan dengan distosia bahu 5. Ibu yang pendek Etiologi
  • 14. 1. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul 2. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. Menarik kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaan pada brokhialis & muskulus sternoleidomastoidelis Prognosis Pada Ibu 1. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil 2. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproposi sefalopelvik 3. Perdarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomi ataupun atonia uteri Pada Bayi 1. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal jika di tambah dengan infeksi intrapartum 2. Dengan adanya disproposi selfalopelvik kepala melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage 3. Timbulnya fraktur pada os parietalis (Hanifah, 2002) 4. Fraktur tulang (kalvikula dan humerus) 5. Cedera pleksus brakhialis 6. Hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen otak Komplikasi
  • 15. 1. Maternal a. Kelainan anatomi panggul b. Diabetes Gestational c. Kehamilan postmatur d. Riwayat distosia bahu e. Tubuh ibu pendek 2. Fetal Dugaan Macrosomia 3. Masalah Persalinan a. Assited vaginal delivery (forceps atau vacum) b. “Protracted active phase” pada kala I persalinan c. “Protracted” pada kala II persalinan Faktor Resiko 1. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral 2. Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk meneuk kedua tungainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua lututnya ibu ke arah dada 3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfektankan tingkat tinggi. Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah pada kepala janin untuk menggerakan bahu depan dibawah symphisis pubis. Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada epala yang dapat mengakibatkan trauma pada pleksus brakhralis. Mintalah seseorang asisten untuk melaukan tekanan secara srimultan kearah bawah pada daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu. Catatan :jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat mengaibatkan ruptura uteriuteri 4. Jika bayi masih belum dapat dilahirkan : a.Pakailah sarung tangan yang telah didisinfektan tinggi, masukan tangan kedalam vagina b.Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu c.Jika diperlukan laksanakan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum Penanganan
  • 16. 5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan diatas a. Masukan tangan kedalam vagina b. Raih humerus dari lengan belakang dengan menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakkan lengan ke arah dada 6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain yaitu : a. Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan b. Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang (Ida Bagus, 2001) Lanjutan .. Distosia bahu dapat di kenali apabila di dapatkan adanya : 1. Kepala bayi sudah lahir tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan 2. Kepala bayi sudah lahir namun tetap menekan vulva dengan kencang 3. Dagu tertarik dan menekan perineum 4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis Diagnosis 1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan 2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran 3. Lakukan episiotomi Penatalaksanaan
  • 17. Diagnosis Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan Manuver Mc Robert (Posisi Mc Robert, episiotomi bila perlu, tekanan supra pubic, tarikan kepala) Manuver Rubin (Posisi tetap Mc Robert, rotasikan bahu, tekanan supra pubic, tarikan kepala) Lahirkan bahu posterior atau posisi merangkak atau manuver wood Tindakan Pertolongan Distosia Bahu
  • 18. Langkah Pertama 1. Manuver Mc Robert Minta asisten melakukan tekanan ringan pada supra pubic Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah supra pubic saat traksi curam bawah pada kepala janin
  • 19. Langkah Kedua 2. Manuver Rubin 1. Kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku 2. Tangan janin dicekam dan lengan diluruskan melalui wajah janin 3. Lengan posterior dilahirkan
  • 20. Langkah Ketiga 3. Manuver Woods (Wood Crock Screw Maneuver) Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin Bahu kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simpisis pubis
  • 22. Letak Sungsang Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kpala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri Tipe Letak Sungsang 1. Frank breech : kedua tungkai fleksi 2. Complete breech : tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi 3. Footling : satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki
  • 23. Etiologi Faktor presentasi bokong 1. Prematuritas 2. Polihidramnion 3. Hamil ganda 4. Plasenta previa 5. Panggul sempit 6. Fibria 7. Myoma 8. Hidrocephalus 9. Dan makrosomia Penyebab Letak Sungsang 1. Sudut ibu a. Keadaan rahim : rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus dupleks, mioma bersama kehamilan b. Keadaan plasenta : plasenta letak rendah, dan plasenta previa c. Keadaan jalan lahir : kesempitan panggul, deformitas tulang panggul, terdapat tumor 2. Sudut janin a. Tali pusat pendek, atau lilitan tali pusat b. Hidrosefaus atau anesefalus c. Kehamilan kembar d. Hidroamnion atau oligoamnion e. Prematuritas Mekanisme Persalinan Letak Sungsang 1. Persalinan bokong 2. Persalinan bahu 3. Persalinan kepala
  • 24. Diagnosa Kedudukan 1. Pemerikasaan Abdominal a. Letaknya memanjang b. Diatas panggul terasa massa lunak mengalir dan tidak terasa seperti kepala c. Punggung ada di sebelah kanan dekat dengan garis tengah bagian kecil ada di sebelah kiri, jauh dari garis tengah dan di belakang d. Kepala berada di fundus uteri e. Tonjolan kepala tidak ada bokong tidak dapat di pantulkan 2. DJJ DJJ terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus dan pada sisi yang sama pada punggung. Pada RSA DJJ terdengar paling keras pada kuadran kanan atas perut ibu kadang di bawah umbilicus 3. Pemeriksaan Vaginal a. Bagian terendah teraba tinggi b. Tidak teraba kepala yang keras,rata dan teratur dengan garis sutura dan fantenella c. Bagian terendah teraba lunak dan ireguller d. Kadang pada presbo murni sacrum tertarik kebawah dan teraba oleh jari pemeriksa 4. Pemeriksaan sinar X
  • 25. Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang Melahirkan Bayi 1. Cara Bracht a. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari yang lain memegang daerah panggul) b. Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin c. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada d. Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di bawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior, yaitu: punggung janin di dekatkan kearah perut ibu, tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi e. Gerakkan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala Penanganan Persalinan Sungsang
  • 26. Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang Melahirkan Bayi 2. Cara Klasik a. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir. b. Tali pusat di kendorkan c. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas 1) Dengan tangan kiri tarik ke arah kanan atas ibu untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang 2) Dengan tangan kanan tarik kearah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada di belakang d. Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi e. Setelah bahu dan lengan belakan lahir kedua kaki di tarik kearah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi, bagian depan dilakukan dengan cara yang sama
  • 27. Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang Melahirkan Bayi 3. Cara Muller Pegeluaran bahu dan tangan secara muller dilakukan jika dengan cara bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, kearah belakang kontra lateral dari letak bahu depan. Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang
  • 28. Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang Melahirkan Bayi 4. Cara Lovset Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala atau nuchl arm a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang bayi dengan kedua tangan. Putar bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari tangan yang muchal. b. Memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik atau muller
  • 29. Cara Melahirkan Kepala Bayi Sungsang Melahirkan Kepala 5. Cara Mauriceu Dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan bracht kepala belum lahir a. Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah – olah memegang kuda (untuk penolong kidal, letakkan badan bayi diatas tangan kanan) b. Satu jari di masukkan di mulut dan dua jari di maksila c. Tangan kanan memegang atau mencekam bahu dan tengkuk bayi d. Pinta seorang asisten menekan fundus uteri e. Bersama dengan adanya HIS, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan tarikan kebawah sesuai arah sumbu jalan lahir di bimbing jari yang di masukkan untuK menekan dagu atau mulut
  • 31. Partus Lama Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif Etiologi 1. Kelainan Tenaga (Kelainan HIS) 2. Kelainan Janin 3. Kelainan Jalan Lahir Tanda dan Gejala 1. Pada ibu Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Pada daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau dan terdapat mekonium 2. Pada janin Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negatif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau. Kaput succedaneum yang besar, Moulage kepala yang hebat Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK), Kematian Janin Intra Parental (KJIP) Partus Lama
  • 32. Klasifikasi Partus Lama 1. Fase Laten Memanjang : Fase laten yang melampaui 20 jam pada primi gravida atau 14 jam pada multi gravida 2. Fase Aktif Memanjang : Fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada primi gravida dan lebih dari 6 jam pada multi gravida, dengan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per-jam. 3. Kala 2 Lama : Kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi gravida dan 1 jam pada multigravida Dampak Persalinan Lama 1. Bahaya Bagi Ibu Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu 2. Bahaya Bagi Janin a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin. Partus Lama
  • 34. Definisi : Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urin/ proteinuria Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang, bukan timbul akibat kelainan neurologic) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala pre-eklampsia
  • 35. Definisi Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urin atau proteinuria 01 Klasifikasi 1. Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut : * Tekanan darah 140/90 mmHg * Proteinuria : ≥300 mg/24 jam * Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per-minggu * Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif +1 atau +2 pada urin kateter atau midstream 2. Preeklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut : * Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih * Proteinuria 5 gr atau lebih per-liter * Oliguria,yaitu: jumlah urin kurang dari 500 cc per-24 jam * Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium * Terdapat oedema paru dan sianosis
  • 36. Komplikasi 2. Komplikasi pada janin a. Kelahiran prematur b. RDS ( Respiratory Distress Syndrome) c. PPHN (Persistent Pulmonary Hypertension) e. Kegagalan respirasi Etiologi Riwayat keluarga  Hipertensi sebelum hamil  Primigravida  Kehamilan ganda  Mola hidatidosa Komplikasi 1. Komplikasi pada ibu a. Solutio Plasenta b. Koagulopati c. Gagal ginjal akut d. Kerusakan hati e. Edema paru f. Hematoma g. Penyakit kardiovaskuler h. Defek neurologi.
  • 37. Klasifikasi Eklampsia Berdasarkan waktu terjadinya, yaitu: 1. Eklamsi gravidarum Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil 2. Eklamsi Parturientum Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu 3. Eklamsi Puerperium Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir Berdasarkan lamanya, yaitu : 1. Stadium invasi (awal atau aurora) Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan ke kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 menit 2. Stadium kejang tonik Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernapasan ke dalam, pernapasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 menit 3. Stadium kejang klonik Semua otot berkontraksi ulang-ulang waktu yang cepat, mulut terbuka dan tertutup. Keluar ludah berbusa dan lidah dapat digigit, mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur 4. tadium koma Lamanya ketidaksadaran ( koma ) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 400 celcius
  • 38. Penanganan Eklampsia Penanganan Kejang 1. Beri obat antikonvulsan 2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan, masker dan balon) 3. Beri oksigen 4-6 liter per menit 4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras 5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi 6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu Penanganan Umum 1. Jika tekanan diastolic tetap, lebih dari 110mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai tekanan siastolik di antara 90-100 mmHg 2. Pasang infuse dengan jarum besar (16 gauige atau lebih besar) 3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan 4. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria 5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per-jam: hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V. (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per-8 jam, pantau kemungkinan oedema paru 6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin 7. Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam 8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru 9. Hentikan pemberian cairan I.V. dan berikan diuretic, misalnya : furosemid 40mg I.V , satu kali saja jika ada oedema paru 10.Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test). 11.Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koadulopati