Makalah ini membahas tentang teori pembelajaran behavioristik. Teori ini menekankan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang diukur melalui stimulus dan respons. Teori behavioristik dikemukakan oleh Thorndike, Watson, dan Skinner, yang mendasarkan pembelajaran pada penguatan dan hukuman.
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
Teori Behavioristik
1. MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK
DOSEN: MUHAMMAD NURHUSAIN .M.pd
DISUSUN OLEH :
NAMA : NURLIAH
NIM : 1724033
KELAS : MT II.I
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG (YPUP)
2018
2. i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah
“BELAJAR DAN PEMBELAJARAN” ini dengan baik.
Adapun tujuan kami menulis makalah ini yaitu agar kita mengetahui tentang
Belajar dan Pembelajaran serta penggunaannya di dalam proses pembelajaran
maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada manusia yang sempurna, kami menyadari masih terdapat banyak
kesalahan yang tampa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa dalam makalah
ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnakan kakalah kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 12 Maret 2018
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.............................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian belajar dan pembelajaran.............................................. 3
B. Teori behavioristic.......................................................................... 4
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan dan kehidupansetiap manusia sangatmungkin
timbul berbagai permasalahan. Baik yang di alami secara individual, kelompok
dalam keluarga, lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih
luas. Untuk itu di tentukan adanya bimbingan sebagai suatu usahan pemberian
bantuan yang diberikan baik kepada individu maupun kelompok dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapi.
Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan
bimbingan adalah memahami individu (dalam hal ini peserta didik) secara
keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakangnya.
Sehingga peserta didik diharapkan dapat memperoleh bimbingan yang tepat dan
terarah. Jika ditinjau dari konsep atau teori Behavioristik tentu berbeda dengan
teori lain. Hal ini dapat dilihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas.
Teori Behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah
tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulas dan lingkungan belajar
agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan dan guru memberi hadiah
siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan
hukuman di berikan kepada siswa yang tidak mampu memperlihatkan
perubahan makna. Untuk memahami peserta didik secara lebih mendalam,
maka seorang pembimbing maupun konselor perlu mengumpulkan bebagai
keterangan atau data tentang peserta didik yang meliputi berbagai aspek seperti:
aspek sosial kultural, perkembangan individu, perbedaan individu, adaptasi,
masalah belajar dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan teori behavioristik?
2. Teori-teori apa saja yang ada dalam behavioristik?
3. Apa saja teknik-teknik dari pendekatan behavioral?
5. 2
4. Bagaimana proses pelaksanaan konseling behavioral?
5. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari teori behavioritik?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian teori behavioristik
2. Menjelaskan proses pelaksanaan konseling behavioral
3. Menjelaskan teknik-teknik dari pendekatan behavioral
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Dapat di artikan sebagai aktifitas mental atau (psikhis) yang terjadi
karena adanya interaksi aktif antaran individu dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relative tetao dalam
aspek-aspek: kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat
berubah sesuatu yang sama sekali baru untuk penyempurnaan/peningkatan
dari hasil belajar yang telah di peroleh sebelumnya, dapat di simpulkan
bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingka laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagannya.
Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan
rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.
a. Tujuan belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan
bahwa siswatelah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan
tercapai oleh siswa. Tujuan beljar adalah deskripsi mengenai tingka laku
yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses
belajar. Tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu: tingkah laku
terminal, kondisi-kondisi tes dan standar perilaku. Suatu ukuran
menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima debagai bukti
bahwa siswa telah mencapai tujuan belajar.
2. Pengertian Pembelajaran
Adalah upaya yang di lakukan untuk membantu seseorang atau
kelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya di samping
tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar lebih efesien dan
efektif. Itulah sebabnya Darsono, 24 – 2000: mengemukakan bahwa
7. 4
pengertian pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingka laku peserta didik
berubah kearah yang lebih baik.
a. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah rumusan tentang
perilaku hasil belajar (kognitif, psikomotor dan afektif) yang diharapkan
untuk dimiliki (dikuasai)oleh si pelajar setelah si pelajar mengalami
proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Yang menjadi kunci dalam
rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata
ajaran dan guru itu sendiri.
B. Pengertian Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada
tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulas dan respon.
Teori behavioristik merupakan sebuah teori yang di cetuskan oleh Gage dan
Berliner. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap pengembangan yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-respnnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah segalah hal yang diberikan oleh guru kepada
pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus
dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diukur adalah
stimulasi dan respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru
(stimulas) dan sesuatu yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat di amati
8. 5
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau
tidak. Terdapat pandangan tokoh-tokoh pendekatan behavioristik yang di
kemukakan oleh beberapa ahli.
1. Teori Belajar Thorndike
Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara
stimulas dan respon. Dan perubahan tingkah laku merupakan akibat dari
kegiatan belajar yang berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau berwujud
tidak konkrit yaitu tidak diamati. Teori ini juga disebut sebagai aliran
koneksionisme (connectionism). Belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antaran peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respon (R). stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi
atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Dalam eksperimennya, Thorndike
menggunakan kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box)
tersebut diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan
respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta
melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-
kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar adalah “trial and
error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung
menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi. Dari percobaan ini Thorndike
menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut.
a. Hukum Kesiapan (law of readiness)
Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu
perubahan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b. Hukum Latihan (law of exercise)
9. 6
Yaitu semaki sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan),
maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah
koneksi antara kondisi (yang merupakan prangsang)dengan tindakan
akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila
koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga
prinsip dari hukum ini menujukkan bahwa prinsip utama dalam belajar
adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin
dikuasai.
c. Hukum Akibat (law of effect)
Yaitu stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan. Hukum ini menujuk pada makin kuat atau makin lemahnya
koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi.
Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulang
Teori ini di sebut dengan teori S-R. dalam teori S-R dikatakan
bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (hewa,
orang)belajar dengan cara coba salah (trial and error). Kalau organisme
berada dalam situasi yang mengandung masalah, maka organisme itu
akan mengeluarkan serentakan tingka laku dari kumpulan tingkah laku
yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu.
Berdasarkan pengalaman itulah, maka saat menghadapi masalah
yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus
dikeluarkannya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu
masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu. Seokor kucing
misalnya, yang di masukkan dalam kandang yang terkunci akan
bergerak, berjalan, meloncat, mencakar dan sebagainnya sampai suatu
saat secara kebetulan ia menginjak suatu pedal dalam kandang itu
sehingga kadang itu terbuka. Sejak itu kucing akan langsung menginjak
pedal kalau ia di masukkan dalam kandang yang sama.
10. 7
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di
dominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949)teori belajar
Thorndike di sebut “connectionsm” karena belajar merupakan proses
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Karakteristik
belajar secara mencoba-coba dalah sebahai berikut:
1.) Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk
melakukan sesuatu.
2.) Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respon dalam
rangka memenuhi motif-motifnya.
3.) Respon-respon yang dirasakan tidak sesuai dengan motifnya akan
menghilang.
4.) Akhirnya seseorang mendapatkanjenis respon yang paling tepat.
2. Teori Belajar Watson
Watson pada tahun 1908 ia menjadi professor dalam psikologi
eksperimenal dan psikologi komparatif di john Hopkins university di
Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium psikologi di
universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan university
dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen. John Watson dikenal
sebagai pendiri aliran behaviorisme di amerika serikat. Karyanya yang
paling di kenal adalah “psychology as the behaviourist view it” (1913).
Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi
ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia mengakui adanya kesadaran yang
hanya di teliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa
psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu
alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada
pnyelidikan-penyelidikan tentang tingkah laku yang nyata saja. Meskipun
banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa pearan
Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-
metode obyektif psikologi.
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia
menekankan pentingnya pebndidikan dalam perkembangan tingkah laku. Ia
11. 8
percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses
pendidikan, maka akan dapat mebuat seorang anak yang mempunyai sifat-
sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk
mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan “Berikan Kepada
Saya Sepuluh Orang Anak, Maka Saya Akan Jadikan ke Sepuluh Anak itu
Sesuai Dengan Kehendak Saya”. Teori belajar Watson S-R (stimulus-
respon) yang langsung ini di sebut juga dengan koneksionisme menurut
Watson, nsmun dalam perkembangan besarnya koneksionisme juga dikenal
dengan psikologi behavioristik.
Stimulus dan respon (S-R)tersebut memang harus dapat di amati
seperti perubahan mental itu penting, namun menurutnya, tidak
menjelaskan apakah proses belajar tersebut sudah terjadi apa belum.
Dengan asumsi demikian, dapat diramalkan perubahan apa yang akan
terjadi pada anak.
Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme
ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segalah perilaku
manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya.
Lingkunganlah yang menbentuk kepribadian manusia. Behaviorisme tidak
bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia.
Apakah seorang manusia tegolong baik, tidak baik, emosional,
rasional ataupun irasional. Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku
manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan pola
interaksi tersebut harus diamati dari luar.
Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutya di katakana sebagai
hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons
yang di tampilkan oleh individu. Respon tertentu akan muncul dari individu,
jika di beri stimulus, dari luar. S singkatan dari stimulus dan R singkatan
dari respon.
Menurut Watson, belajar merupakan proses interaksi antara stimulis
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat di amati dan dapat diukir. Dengan kata lain, meski
12. 9
ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang
selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai factor
yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-
perubahan mental dalam bentuk benak siswa itu penting, namun semua itu
tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena
tidak dapat diamati.
Demikian juga jika stimulus dilakukan secara terus-menerus dan
dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat perubahan perilaku individu.
Misalnya dengan hal kepercayaan sebagian masyarakat tentang obat-obatan
yang di iklankan di televise. Mereka sudah tahun dan terbiasa menggunakan
obat-obat yang secara gencar ditayangkan di televise. Jika orang sakit maag
maka obatnya adalah promag, waisan, Mylanta ataupun obat-obat liannya
yang sering di iklankan di televise. Jenis obat lain tidak perna di gunakannya
untuk penyakit maag tadi, padahal mungkin saja secara higenis obat yang
tidak tertampilkan, lebih manjur, misalnya: syarat terjadinya proses belajar
dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur dorongan (drive),
rangsangan (stimulus), respon dan penguatan (reinforcement).
3. Teori Belajar Clark Hull
Clark L. Hull (1884-1952) meraih gelar ph.D. dari university of
Wisconsin pada tahun 1918, temapat dia mengajar dari 1916 sampai 1929
dia pindah ke yale dan tetap di sana sampai ia meninggal.
Embbinghaus adalah orang yang pertama menggunakan eksperimen
untuk meneliti proses belajar, tetapi Clark Hull adalah orang pertama yang
menggunakan teori yang kukuh untuk mempelajari dan menjelaskan proses
belajar. Teori Clark Hull disajikan pada tahun 1952 dalam buku berjudul “A
Behavior System”. Dia bermaksud menulis ketiga tentang belajar, tetapi
niatnya tidak pernah terwujud.
Setiap teori ilmiah hanyalah alat yang membantu pariset dalam
mensintensiskan fakta dan dalam memahami kemana mesti mencari
informasi baru. Nilai dasar dari teori ditentukan oleh seberapa kuatnya ia
bersesuaian dengan fakta yang teramati atau atau dengan hasil eksperimen.
13. 10
Otoritas utama dalam ilmu pengetahuan ilmiah adalah dunia empiris.
Meskipun teori Clark Hull dapat abstrak, ia tetap harus memberi pernyataan
tentang kejadian yang dapat di amati. Seberapapun abstraknya suatu teori,
ia pada akhirnya menghasilkan proposisi yang dapat diverifikasi secara
empiris.
Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antaran stimulus
dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun iya sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Baginya, seperti teori
evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini mengatakan bahwa
kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh bagian manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selaluh
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
akan bermacam macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori
demikian tidak banyak menggunakan dalam kehidupan praktis, terutama
setelah skinner memperkenalkan teori hull masih sering digunakan dalam
berbagai eksperimen di laboratorium.
Teori belajar yang di kembangkan oleh Clark Hull sama dengan para
ahli fungsionalis lainnya, yaitu menggunakan tipe belajar hubungan
stimulus-respon (S-R). menurut pandangan ini, belajar tidak terjadi secara
tiba-tiba, tetapi karena adanya hubungan S-R, perilaku juga dipengaruhi
oleh sesuatu proses yang terjadi dalam diri organisme, yang tidak dapat
diamati. Variable ini kemudian dikenal dengan nama variable interving
(intervening variable).
Clark Hull mengikuti jejak Thorndike dalam usahannya
mengembangkan teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakan mirip dengan
apa yang di kemukakan oleh para behavior, yaitu yaitu dasar stimulus dan
adanya penguat (reinforcement). Clark Hull mengemukakan teorinya yaitu
bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud,
aspirasi dan ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum
suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan.
14. 11
Dalam hal ini, efesiensi belajar tergantung ada besarnya tingkat
pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha
belajar oleh respon-respon yang dibuat individu.
Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar Clark Hull adalah
adanya motivasi intensif (incentive motivation) dan pengurangan stimulus
pendorong (drive stimulus reduction). Penggunaan secara praktis teori
belajar Clark Hull untuk kegiatan di dalam kelas adalah sebagai berikut:
a. Teori belajar berdasarkan pada drive-reduction atau drive stimulus
reduction.
b. Instruksional objektif harus di rumuskan secara spesifik dan jelas.
c. Ruang kelas harus di atur sedemikian rupa sehingga memudahkan
terjadinya proses belajar.
d. Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana atau mudah menuju kepada
yang lebih kompleks atau sulit.
e. Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar,
latihan harus didistribusikan dengan hsti-hati supaya tidak terjadi
inhibisi (kelelahan tidak boleh mengganggu belajar).
f. Urutan mapel harus diatur sedemikian rupa sehingga mapel yang
terdahulu tidak menghambat, tapi justru harus menjadi perangsang yang
mendorong belajar mapel berikutnya.
Mekanisme belajar ada tiga macam variable teori Clark Hull yaitu:
a. Variable bebas (independen) yang merupakan kejadian stimulas secara
sistematis dimanipilasi oleh eksperimenter
b. Variable pengintervensi (intervensing), yakni proses yang di anggap
terjadi da dalam organisme tetapi tidak dapat di amati secara langsung.
c. Variableterikat (dependen) yakni beberapa aspek dari perilaku yang di
ukur oleh eksperimenter dalam rangka menentukan apakah variable
bebas punya efek atau tidak
Walaupun Clark Hull sangat hati-hati dengan membatasi teorinya
dan implikasinya, kita juga bisa mengeksplorasi implikasi teori Clark Hull
untuk pendidikan. Teori belajar Clark Hull adalah reduksi dorongan atau
16. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kami dapat meyimpulkan bahwa
pengertian/definisi belajar dapat di simpulkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingka laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
sebagainya.sedangkan pengertian/definisi bahwa pembelajaran memiliki ciri-
ciri: merupakan upaya dan sengaja, pembelajaran harus membuat siswa belajar,
tujuan harus di tetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan,
perlaksanaannya terkendali, baik isinya maupun hasil.
teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada
tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulu dan respon,
serta memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon
terhadap lingkungan, pengalaman dan latihan yang akan membentuk perilaku
mereka. Adapun tokoh-tokoh aliran behavioritik yaitu: 1.) Thorndike 2.)
Watson 3.) Clark Hull, dengan pendapat masing-masing.
B. Saran
Dari makalah ini diharapkan dapat menjadi bekal kita nantinya sebagai
calon pendidik agar tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.