1. TEORI BEHAVIORISTIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Belajar Bahasa
dengan dosen pengampu Stella Talitha, M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 2:
Pio Barkah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
2018
2. i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teori
Behavioristik". Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata kuliah Teori Belajar Bahasa. Dalam penulisan makalah ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Stella Talitha, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Teori Belajar Bahasa.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Teori Belajar Bahasa. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik dan saran sangatlah membantu demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak adanya yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Harapan penyusun, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Bogor, Maret 2018
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Teori Belajar 3
2.2 Pengertian Teori Behavioristik 5
2.3 Teori dalam Pandangan Behavioristik 6
2.3.1 Teori Pengondisian Klasikal dari Pavlov 6
2.3.2 Teori Connectionisme Thorndike 10
2.3.3 Teori Operant Conditioning B.F.Skinner 12
BAB III PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA 16
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk melakukan aktivitas belajar.
Menurut Piaget belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan
sosial dan lingkungan fisiknya. Menurut pandangan psikologi behavioristik
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang yang
telah selesai melakukan proses belajar akan menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respons.
Ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan
teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari di kelas. Ada
berbagai asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori behavioristik. Teori
behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah
mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan, serta guru memberi hadiah kepada siswa yang telah mampu
memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada siswa
yang tidak mampu memperlihatkan perubahan makna.
1.2 Rumusan masalah
Adapun masalah-masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang di atas, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori behavioristik?
2. Apa saja teori yang termasuk kedalam pandangan behavioristik?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah yang telah dibuat adalah:
5. 2
1. Mengetahui pengertian teori behavioristik
2. Mengetahuiteori-teori yang termasuk kedalam pandangan behavioristik
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang
menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antarvariabel,
dengan menentukan hubungan antarvariabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang
berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan sebuah sistem yang
di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Sedangkan
menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh
7. 4
manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi
sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah
proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif,
emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan
pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk
menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran.
Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar berusaha
merumuskan pengertian belajar. Di bawah ini dikutip beberapa batasan belajar, agar dapat menjadi bahan
pemikiran dan renungan mengenai pengertian belajar yang berlangsung di kelas.
Belajar proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atau dasar kecendrungan respons pembawaan, pemaksaan, atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk,
perangsang dan sebagainya).
Menurut Morgan (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relatif tetap
dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha
sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan
8. 5
perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232)
menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan
perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Selanjutnya menurut Gerow (1989:168) mengemukakan bahwa “Learning is demonstrated by a relatively
permanent change in behavior that occurs as the result of practice or experience”1.
Kemudian menurut Bower (1987: 150), “Learning is a cognitive process”2.
1 Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan
pengalaman-pengalaman.
2 Belajar adalah suatu proses kognitif.
9. 6
Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar,
yaitu:
Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di
mana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang buruk. Perubahan itu
tidak harus segera nampak setelah proses belajar, tetapi dapat nampak di
kesempatan yang akan datang.
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu pada pokoknya
adalah didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif
lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis.
Teori manapun pada prinsipnya, belajar meliputi segala perubahan
baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun
pengertian. Ini berarti kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan akibat proses belajar
adalah karena adanya usaha dari individu dan perubahan tersebut berlangsung
lama. Belajar merupakan kegiatan yang aktif karena kegiatan belajar
dilakukan dengan sengaja, sadar, dan bertujuan.
Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal maka diusahakan
faktor penunjang seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas, dan
lingkungan yang mendukung serta proses belajar mengajar yang tepat.
2.2 Pengertian Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah
laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Teori
behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner.
Teori ini kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang dikenal
10. 7
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respons.
Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar,
sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut
2.3 Teori dalam Pandangan Behavioristik
Teori belajar dalam pandangan behavioristik ada tiga yaitu:
2.3.1 Teori pengondisian klasikal dari Pavlov
Pengondisian atau persyaratan klasik (classic conditioning) adalah
proses yang dikemukakan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di
mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain
tampaknya sangat terpengaruh pandangan behavioristik, di mana gejala-
gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Untuk memahami teori
kondisian klasik secara menyeluruh perlu dipahami ada dua jenis stimulus
dan dua jenis respons. Dua jenis stimulus tersebut adalah:
a) Stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus-UCS), yaitu
stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa didahului
dengan pembelajaran apapun. Contoh: makanan.
11. 8
b) Stimulus terkondisi (conditioned stimulus-CS), yaitu stimulus yang
sebelumnya bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah respons
yang terkondisi setelah diasosiasikan dengan stimulus tidak terkondisi
Contoh : suara bel sebelum makanan datang.
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai
dengan apa yang diinginkan. Pavlov kemudian mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang anjing karena ia menganggap binatang
memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan selanjutnya dengan cara mengadakan
operasi pipi pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari
luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan maka akan keluarlah air liur
anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan maka yang
diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan
sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian
dilakukan berulang-ulang maka pada suatu ketika dengan hanya
memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liur pun akan
keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang sinar merah adalah
rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan
berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat atau
kondisi untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut:
refleks bersyarat atau conditioned respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat
dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut
dilakukan pada manusia, yang ternyata ditemukan banyak refleks bersyarat
yang timbul tidak disadari manusia. Melalui eksperimen tersebut Pavlov
menunjukkan bahwa belajar dapat memengaruhi perilaku seseorang.
Generalisasi, deskriminasi, pelemahan.
12. 9
Faktor lain yang juga penting dalam teori belajar pengondisian klasik
Pavlov adalah generalisasi, deskriminasi, dan pelemahan.
Generalisasi. Dalam mempelajari respons terhadap stimulus serupa,
anjing akan mengeluarkan air liur begitu mendengar suara-suara yang
mirip dengan bel, contoh suara peluit karena anjing mengeluarkan air liur
ketika bel dipasangkan dengan makanan. Jadi, generalisasi melibatkan
kecenderungan dari stimulus baru yang serupa dengan stimulus terkondisi
asli untuk menghasilkan respons serupa.
Deskriminasi. Organisme merespons stimulus tertentu, tetapi tidak
terhadap yang lainnya. Pavlov memberikan makanan pada anjing hanya
setelah bunyi bel, bukan setelah bunyi yang lain untuk menghasilkan
deskriminasi.
Pelemahan (extincition). Proses melemahnya stimulus yang terkondisi
dengan cara menghilangkan stimulus tak terkondisi. Pavlov membunyikan
bel berulang-ulang, tetapi tidak disertai makanan. Akhirnya, dengan hanya
mendengar bunyi bel, anjing tidak mngeluarkan air liur.
Dalam bidang pendidikan, teori pengondisian klasik digunakan untuk
mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap peserta didik untuk
termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif
peserta didik.
Penerapan Teori Pavlov dalam pembelajaran siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar
menurut pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya, yaitu:
a) Mementingkan pengaruh lingkungan
b) Mementingkan bagian-bagian
c) Mementingkan peranan reaksi
d) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respons
e) Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
13. 10
g) Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan
paradigma Pavlov akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan
secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah tetapi instruksi
singkat yang diikuti contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari sederhana sampai pada
yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.
Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori belajar Pavlov
ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif.
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya,
contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga, dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih pembentukan dominansi
peran orang dewasa, suka mengulangi, dan harus dibiasakan, suka meniru,
dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat
tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter,
14. 11
berkomunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid.
Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Peserta didik hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Pavlov
Adapun kelebihan dan kelemahan teori belajar Pavlov sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) cocok diterapkan di kelas bawah
2) cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan
pembiasaan dan
3) metode efektif untuk menertibkan siswa
b. Kelemahan
1) guru sebagai sentral dan bersikap otoriter
2) komunikasi berlangsung satu arah
3) guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid
4) murid dipandang pasif dan penuh motivasi dari luar
5) murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
6) hafalan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
2.3.2 Teori Connectionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respons (R). Dalam eksperimennya, Thorndike menggunakan
kucing. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar
(puzzle box) tersebut diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara
stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons
15. 12
yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan
kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning or
selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-
hukum tertentu. Teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike karena itu
sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Dari
percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai
berikut:
a) Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b) Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku
diulang atau dilatih (digunakan) maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang
merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat
karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara
keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga prinsip dari
hukum ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah
ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin
dikuasai.
c) Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respons
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk
pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil
perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan
cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu
perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung
dihentikan dan tidak akan diulangi.
16. 13
Selain tiga hukum di atas, Thorndike juga menambahkan hukum
lainnya dalam belajar, yaitu hukum reaksi bervariasi (multiple response),
hukum sikap (set or attitude), hukum aktivitas berat sebelah (prepotency of
element), hukum respon by analogy, dan hukum perpindahan asosiasi
(associative shifting).
2.3.3 Teori operant conditioning dari B.F.Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar
mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para
tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana
dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara komprehensif.
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi
melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para
tokoh sebelumnya.
Untuk memahami tingkah laku seseorang oleh sebab itu secara benar
perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan
lainnya, serta memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai
konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons
tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa, dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku
hanya akan menambah rumitnya masalah. Setiap alat yang dipergunakan
perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. Dari semua pendukung teori
behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya. Program-
program pembelajaran seperti teaching machine, pembelajaran berprogram,
modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
17. 14
a) Penguatan (reinforcement)
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan
perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis
penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan positif (positive reninforcement) didasari prinsip
bahwa frekuensi dari suatu respons akan meningkat karena
diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan.
Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti
oleh stimulus menyenangkan.
Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip
bahwa frekuensi dari suatu respons akan meningkat karena
diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang
ingin dihilangkan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
tidak menyenangkan.
b) Hukuman
Hukuman (punishment), yaitu suatu konsekuensi yang
menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku yang
tidak diharapkan akan menurun atau bahkan hilang karena diberikan
suatu stimulus yang tidak menyenangkan.
Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman terletak pada
perilaku yang ditimbulkan. Pada penguatan negatif, menghilangkan
stimulus yang tidak menyenangkan untuk meningkatkan perilaku yang
diharapkan. Pada hukuman, pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan.
18. 15
Contoh dari konsep penguatan positif negatif dan hukuman:
Penguatan
Positif
Perilaku:
murid
mengajukan
pertanyaan yang
bagus
Konsekuensi:
guru menguji
murid
Perilaku ke
depan:
murid
mengajukan lebih
banyak
pertanyaan
Penguatan
Negatif
Perilaku:
murid
menyerahkan PR
tepat waktu
Konsekuensi:
guru berhenti
menegur murid
Perilaku ke
depan: murid
makin sering
menyerahkan PR
tepat waktu
Hukuman Perilaku:
murid menyela
guru
Konsekuensi:
guru mengajar
murid langsung
Perilaku
kedepan: murid
berhenti menyela
guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk positif dan negatif. Dalam kedua
bentuk itu, konsekuensi meningkatkan perilaku. Dalam hukuman perilakunya
berkurang.
19. 16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa
teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah
laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons, serta
memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respons terhadap
lingkungan, pengalaman, dan latihan yang akan membentuk perilaku mereka.
Teori belajar dalam pandangan behavioristik ada tiga, yaitu : teori pengondisian
klasikal dari Pavlov, teori Connectionisme Thorndike, teori Operant
Conditioning dari B.F.Skinner.
Adapun kelebihan dan kekurangan teori behavioristik, yaitu :
1. Kelebihan teori behavioristik
a) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
b) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar
2. Kelemahan teori behavioristik
a) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan
diukur.
b) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif.
20. 17
DAFTAR PUSTAKA
Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Lefudin. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Dilengkapi dengan Model Pembelajaran,
Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran.
Yogyakarta : Deepublish.
“Pengertian dan Jenis-Jenis Belajar”, diunduh pada laman:
http://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/mengenal-berbagai-jenis-teori-
belajar.html, Pada tanggal 20 Maret pukul 13.00 WIB
“Teori Belajar Behaviorisme”, diunduh pada laman: http://belajarpsikologi.com/teori-
belajar-behaviorisme/, Pada tanggal 20 Maret pukul 15.00 WIB.
Winataputra, Udin S. 2007. Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Universitas
Terbuka.