2. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
KARAKTER BANGSA
Pembangunan karakter :
cita-cita luhur pendiri
bangsa Indonesia & tertulis
dalam Pancasila &
Pembukaan UUD 1945
Keajegan perhatian
terhadap pembangunan
karakter bangsa belum
terjaga dg baik, sehingga
hasilnya belum optimal.
Pembangunan karakter
merupakan merupakan
amanat pendiri negara dan
telah dimulai sejak awal
kemerdekaan
Fenomena keseharian
menunjukkan perilaku
masyarakat belum sejalan
dengan karakter bangsa
yang dijiwai oleh Falsafah
Pancasila (religius,
humanis, nasionalis,
demokratis, keadilan &
kesejahteraan rakyat)
PERLU REVITALISASI
PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA
3. TANDA ZAMAN SEBUAH BANGSA MENUJU
KEHANCURAN
Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja
Membudayanya ketidakjujuran
Sikap fanatik terhadap kelompok/grup
Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan
guru
Semakin menispisnya moral baik dan buruk
Penggunaan bahasa yang memburuk
Meningkatnya perilaku merusak diri, ex :
narkoba dan sex bebas
Menurunnya etos kerja dan adanya saling curiga
Kurangnya kepedulian di antara sesama
(Lickona. Educating for Character: How our school can teach respect &
responsibility., New Yor Bantam Books, 1992:12-22)
4. 1. Tangguh,
2. kompetitif, 3.
berakhlak mulia,
4. bermoral, 5.
bertoleran, 6.
bergotong
royong, 7.
berjiwa patriotik,
8. berkembang
dinamis, 9.
berorientasi
Iptek yang
semuanya dijiwai
oleh IMTAQ
kepada Tuhan
Yang Maha Esa
berdasarkan
Pancasila.
BANGSA
BERKARAKTER
BANGSA YANG
MERDEKA,
BERSATU,
BERDAULAT,
ADIL DAN
MAKMUR
pembagunan
karakter bangsa
R A N:
POLHUKAM,
KESRA,
PEREKONOMIAN
1. Disorientasi dan belum
dihayatinya nilai-nilai
Pancasila.
2. Keterbatasan perangkat
kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai
Pancasila.
3. Bergesernya nilai etika
dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
4. Memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya
bangsa.
5. Ancaman disintegrasi
bangsa
6. Melemahnya kemandirian
bangsa.
PERMASALAHAN
BANGSA DAN NEGARA
STRATEGI:
1.Sosialisasi/
Penyadaran
2.Pendidikan
3.Pemberdayaan
4.Pembudayaan
5.Kerjasama
1. PANCASILA
2. UUD 45
3. Bhineka
Tunggal Ika
4. NKRI
KONSENSUS
NASIONALLINGKUNGAN
STRATEGIS
Global,
Regional,
Nasional
Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa
+
4
5. TUJUAN, FUNGSI DAN RUANG LINGKUP
TUJUAN:
Mengembangkan
karakter bangsa agar
mampu mewujudkan
nilai-nilai luhur
Pancasila
FUNGSI:
Pengembangkan potensi
dasar, agar “berhati baik,
berpikiran baik & berperilaku
baik”.
Pebaikan thd perilaku yg
kurang baik dan penguatan
perilaku yg sudah baik.
Penyaring budaya yg kurang
sesuai dg nilai-nilai luhur
Pancasila.
Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat
politik; pemerintah; dunia usaha; media massa.
RUANG LINGKUP
7. Sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain (Kamus
Bahasa Indonesia, 2008)
Distinctive trait, distinctive quality, moral strength,
the pattern of behavior found in an individual or
group” (Webster New Word Dictionary)
Kata karakter berasal dari Yunani, charassein, yang
berarti to engrave atau mengukir di atas batu
permata atau permukaan besi yang keras. Kemudian
diartikan”an individuals pattern of behavior…his
moral constitution”(Karen E. Bohlin, De-borah
Farmer, Kevin Ryan. Building Character in School.
2001:1)
DEFINISI KARAKTER DAN
PENDIDIKAN KARAKTER
8. Ada 2 pengertian karakter; (1) bagaimana orang
bertingkah laku; (2), personality, seseorang yang
berkarakter (a person of character) apabila tingkah
lakunya sesuai kaidah moral
Teori Kepribadian: character is personality evaluated
(Gordon W. Alport). Sigmund Freud: character is
striving system which underly behavior . Kumpulan tata
nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan)
Imam Ghozali menganggap karakter lebih dekat dengan
akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia
sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi
DEFINISI KARAKTER DAN
PENDIDIKAN KARAKTER
9. KESIMPULAN :
Karakter berkaitan dengan kekuatan moral,
berkonotasi positif, bukan netral
Orang berkarakter adalah seseorang yang
memiliki kualitas moral positif.
Dengan demikian, pendidikan membangun
karakter, secara implisit mengandung arti
membangun sifat atau pola perilaku yang didasari
atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif
atau yang baik, bukan yang negatif atau yang
buruk.
DEFINISI KARAKTER DAN
PENDIDIKAN KARAKTER
10. Hal ini didukung oleh Peterson & Seligman
(dalam Gedhe Raka, 2007:5) character strength
dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang
membangun kebajikan (virtues). Salah satu
kriteria utama character strength adalah karakter
tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan
sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang
dalam membangun kehidupan yang baik, yang
bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
DEFINISI KARAKTER DAN
PENDIDIKAN KARAKTER
11. Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa 2010-
2025 (2010:7): karakter bangsa adalah kualitas
perilaku kolektif kebangsaan yang khas, baik
yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman,
rasa, karsa, dan perilaku berbangsa & bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan
karsa, serta olah raga seseorang atau
sekelompok orang
DEFINISI KARAKTER DAN
PENDIDIKAN KARAKTER
12. Karakter adalah watak, tabiat, ahlak,
kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan yang
diyakininya dan digunakannya sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap dan bertindak
DEFINISI KARAKTER
13. Karakter bangsa Indonesia akan
menentukan perilaku kolektif kebangsaan
Indonesia yang khas, baik yang tercermin
dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa,
dan perilaku berbangsa dan bernegara
Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan
komitmen NKRI.
DEFINISI KARAKTER DAN
PENDIDIKAN KARAKTER
14. Merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,
yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan
baik buruk, memelihara apa yang baik dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati
(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter,
2010)
APA PENDIDIKAN KARAKTER
15. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, ahklah mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara
(UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional)
DEFINISI PENDIDIKAN
16. JENIS-JENIS KARAKTER
Orang yang berkarakter dapat disebut dengan
sifat alami seseorang dalam merespon situasi
secara bermoral yang dimanefestasikan dalam
tindakan nyata melalui perilaku yang berkarakter
Tinjauan karakter secara psikologis: merupakan
perwujudan dari potensi Intelligency Quotient
(IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient
(SQ), dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki
seseorang
Menurut pandangan agama: orang yang
berkarakter pada dirinya terkandung potensi-
potensi, yaitu: Fathonah, Sidiq, Amanah, dan
Tabliq
17. JENIS-JENIS KARAKTER
Pandangan sosiologi dikenal dengan potensi
thinker, believer, doer dan networker
Jadi seorang yang berkarakter memiliki
kemampuan berpikir, memiliki kemampuan
keyakinan/komitmen, mampu melakukan, &
membangun jaringan kerja. J. Bloom: pandangan
teori pendidikan menjelaskan bahwa orang yang
berkarakter memiliki potensi kognitif, afektif dan
psikomotor
18. JENIS-JENIS KARAKTER
Secara lebih khusus dalam Pendidikan
Kewarganegaraan dikenal civic disposition), yaitu
“…those attitudes and habit of mind of the citizen
that are conducive to the healthy functioning and
common good of the democratic system…”- sikap
& kebiasaan berpikir WN yang menopang
berkembangnya fungsi sosial yang sehat &
jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi
(Branson. The Role of Civic Education. 1999:23)
19. JENIS-JENIS KARAKTER
Secara konseptual civic disposition meliputi
sejumlah karakteristik kepribadian, yaitu: “ civility
(respect & civil discourse), individual
responsibility, self-discipline, civic mindedness
(openness, skepticism, recognition of ambiguity),
compromise (conflict of principles, compassion,
generosity, and loyalty to the nation and its
principles” (Quigley, Buchanan, & Bahmueller.
Civitas: A Framework for Civic Education.
1991:13-14)
20. JENIS-JENIS KARAKTER
Lickona (1992), ahli pendidik karakter dari
Cortland University dikenal sebagai Bapak
Pendikar Amerika yang menerapkan idenya pada
tingkat pendidikan dasar & menengah: (1) moral
knowing (pengetahuan tentang moral); (2) moral
feeling (perasaan tentang moral), dan (3) moral
action (perbuatan moral atau act morally).
21. JENIS-JENIS KARAKTER
KESIMPULAN :
Pengkategorian nilai didasarkan pada
pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku
seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan
fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh
potensi individu manusia (kognitif, afektif,
psikomotorik) + fungsi totalitas sosial kultural dalam
konteks interaksi (dalam keluarga, satuan
pendidikan, & masyarakat) & berlangsung
sepanjang hayat.
22. JENIS-JENIS KARAKTER
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis & sosial-kultural dapat
dikelompokkan dalam: 1. olah hati (spiritual &
emotional development); 2. olah pikir (intellectual
development); 3. olah raga & kinestetik (physical
& kinesthetic development); 4. olah rasa & karsa
(affective & creativity development)
Ke-4 proses psikososial tsb. secara holistik &
koheren memiliki saling keterkaitan & saling
melengkapi, serta masing-masing proses
psikososial secara konseptual merupakan gugus
nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah
nilai (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010:8-
9)
23. JENIS-JENIS KARAKTER
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis & sosial-kultural dapat
dikelompokkan dalam: 1. olah hati (spiritual &
emotional development); 2. olah pikir (intellectual
development); 3. olah raga & kinestetik (physical
& kinesthetic development); 4. olah rasa & karsa
(affective & creativity development)
Ke-4 proses psikososial tsb. secara holistik &
koheren memiliki saling keterkaitan & saling
melengkapi, serta masing-masing proses
psikososial secara konseptual merupakan gugus
nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah
nilai (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010:8-
9)
24. JENIS-JENIS KARAKTER
Diantara berbagai nilai yang dikembangkan, maka
dalam pelaksanaannya dimulai dari sedikit, yang
esensial, yang sederhana, yang mudah
dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-
masing sekolah/wilayah, misalnya jujur,
bertanggung jawab, cerdas, kreatif, bersih,
disiplin, peduli, suka menolong
Peta nilai karakter, indikator-indikatornya,
termasuk juga bagaimana keterkaitannya dengan
SK & SKD telah dikembangkan oleh Kemdiknas
25. JENIS-JENIS KARAKTER
Kemdiknas mengidentifikasi 18 nilai dalam
Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa yang
bersumber dari: (1) Agama; (2) Pancasila; (3)
Budaya; & (4) Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu:
Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras,
Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,
Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air,
Menghargai Prestasi, Bersahabat/-Komunikatif,
Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli
Lingkungan, Peduli Sosial, & Tanggung Jawab
(Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya
& Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-
10)
26. JENIS-JENIS KARAKTER
Begitu banyak & beragamnya jenis karakter yang
teridentifikasi para pemerhati pendikar. Dalam
implementasinya jumlah & jenis karakter yang
dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu
daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain
tergantung kepentingan & kondisinya masing-
masing.
Tetapi secara nasional dapat dikembangkan nilai-
nilai utama yang menjadi penekanan sesuai
kondisi bangsa & Negara Indonesia.
27. JENIS-JENIS KARAKTER
Sebagai contoh, karakter toleransi & cinta damai
menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan
karena kemajemukan bangsa & negara.
Nilai kejujuran & bertanggung jawab sangat urgen
di saat bangsa ini tengah menghadapi berbagai
kasus korupsi.
Nilai disiplin menjadi sangat penting karena
bangsa ini terkenal memiliki mentalitas budaya
tidak disiplin (Koentjaraningrat, 1999).
Nilai peduli & suka menolong menjadi sangat
perlu dikembangkan di saat berbagai musibah
bencana alam melanda Indonesia & menelan
banyak korban
30. PENDIDIKAN KARAKTER
1.Perilaku seseorang berkarakter dalam proses
perkembangan & pembentukannya dipengaruhi 2
faktor: 1. lingkungan (nature) & 2. bawaan
(nurture). Lingkungan sebagai faktor eksternal
yang membentuk karakter maka pendidikan
menjadi sangat penting;
2. Socrates (469-399 SM): tujuan pendidikan yang
paling mendasar membentuk individu menjadi baik
& cerdas (good & smart). “Goodness is
knowledge…to be good at something as a matter
of knowledge.” (G.M.A. Grube: 1980: 216-217);
31. PENDIDIKAN KARAKTER
3. Plato (428-348 SM) murid Socrates merefleksikan
pemikiran gurunya untuk hal yang lebih makro dari
sekedar kebajikan individu menjadi negarawan yang
baik. Dalam bukunya yang terkenal “Republic”
menjelaskan bahwa agar anak dapat meraih kebenaran
& kebajikan diperlukan pedoman yang jelas agar moral
dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
4. Aristoteles (384-322 SM), murid Plato juga
mengarahkan pendidikan kepada kebajikan atau nilai
(virtue) individu yang mengandung 2 aspek: intelektual
& moral ”…intellectual virtue in the main owes both its
birth and its growth to teaching, while moral virtue
comes about as a result of habit
32. PENDIDIKAN KARAKTER
5. Emile Durkheim (1973): sosiolog Perancis,
menyatakan bahwa masyarakat harus memiliki nilai-
nilai yang baik sebagai kontribusi warisan moral
“Society must have some good to achieve, an original
contribution to bring to the moral patrimony of mankind.
Idleness is a bad counselor for collectivities as well as
individual. When individual activity does not know
where to take hold, it turns against itself. When the
moral forces of a society remain unemployed, when
they are not engaged in some work to accomplish, they
deviate from their moral sense and are used up in a
morbid and harmful manner
33. PENDIDIKAN KARAKTER
KESIMPULAN :
• Secara filosofis & sosiologis, pendidikan adalah
pendidikan karakter yang diharapkan berguna bagi
kehidupan seseorang dalam kedudukannya sebagai
pribadi, anggauta masyarakat, & sekaligus warga Negara
suatu Negara bangsa
• Megawangi (2004:95): Pendikar adalah sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-
anak: adalah nilai universal yang mana seluruh agama,
tradisi, & budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai
tersebut. Nilai-nilai universal ini harus dapat menjadi
perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun
34. PENDIDIKAN KARAKTER
KESIMPULAN :
• Pendikar ini merupakan pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak
yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan
itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati
(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010)
• Dalam Kebijakan Nasional, pendidikan karakter
didefinisikan sebagai usaha sadar & terencana untuk
mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan
potensi & pembudayaan peserta didik guna
membangun karakter pribadi &/ kelompok yang unik
sebagai warga negara
35. PENDIDIKAN KARAKTER
KESIMPULAN :
• Lickona (1992) mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai “deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical
values” Lickona, menambahkan bahwa usaha itu
tidak terjadi secara otomatis melainkan melalui
kerja keras & tekun. Dalam bukunya “Educating
for Character”, ia menjelaskan berikut: “…when
we think about the kind of character we want for
our children, it’s clear that we want them to be
able to judge what is right, and then do what they
believe to be right-even in the face of pressure
from without and temptation from within
36. PENDIDIKAN KARAKTER
KESIMPULAN :
• Jadi Pendidikan Karakter, bukan sekedar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan
(habituation) tentang hal mana yang baik sehingga
peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana
yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai
yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor)
• Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik,
harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan
yang baik” (moral knowing), tetapi juga “merasakan
dengan baik” atau “loving the good” (moral feeling),
dan “perilaku yang baik” (moral action). Jadi
pendidikan karakter erat kaitannya dengan “habit”
atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan
37. PENDIDIKAN KARAKTER
KESIMPULAN :
• Karena pendidikan karakter adalah habit,
pembentukan karakter seseorang itu memerlukan
communities of character yang terdiri dari keluarga,
sekolah, institusi keagamaan, media, pemerintahan
dan berbagai pihak yang mempengaruhi nilai-nilai
generasi muda
• Semua communities of character tersebut hendaknya
memberikan u keteladanan, intervensi, pembiasaan
yang dilakukan secara konsisten, dan penguatan.
Dengan perkataan lain, pembentukan karakter
memerlukan pengembangan keteladanan yang
ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran,
pelatihan, pembiasaan terus menerus dalam jangka
panjang yang dilakukan secara konsisten dan
38. PENDIDIKAN KARAKTER
KESIMPULAN :
• Peran sekolah sebagai Communities of Character
dalam pendidikan karakter sangat penting. Sekolah
mengembangkan proses pendidikan karakter melalui
proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstra-
kurikuler dan bekerjasama dengan keluarga dan
masyarakat dalam pengembangannya.
• Sekolah menjadi jembatan penghubung pendidikan
karakter di satuan pendidikan dengan keluarga-
masyarakat melalui kontekstualisasi nilai kehidupan
sehari-hari siswa dalam pembelajaran, serta
pemberdayaan lembaga komite sekolah sebagai
wahana partisipasi orang tua-masyarakat dalam
meningkatkan mutu pendidikan karakter.
39. STRATEGI KEBIJAKAN
PENDIDIKAN KARAKTER
• Pembangunan karakter bangsa dipandang sebagai upaya
kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk
mewujudkan kehidupan berbangsa & bernegara yang sesuai
dengan dasar & ideologi, konstitusi, haluan negara, serta
potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional,
regional, & global yang berkeadaban untuk membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis,
berbudaya, dan berorientasi IPTEKS berdasarkan Pancasila
& dijiwai oleh Iman & Takwa Kepada Tuhan YME (Kebijakan
Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, Tahun 2010-
2025., 2010:7-8).
40. STRATEGI KEBIJAKAN
PENDIDIKAN KARAKTER
• Pembangunan & pendidikan moral/karakter dengan
berbagai nama & metode sudah dilakukan semenjak awal
kemerdekaan, Masa Orde Lama & Baru, namun belum
memberikan hasil seperti yang diharapkan.
• Misalnya, Orde Baru melalui penataran P4 datang dengan
semangat menjadikan rakyat Indonesia sebagai manusia
Pancasila. Semangatnya secara filosofi sudah betul seperti
yang diamanahkan oleh UUD 1945, tetapi metodenya
bermasalah karena dengan cara-cara indoktrinasi.
• Sementara itu di persekolahan diajarkan Pendidikan Moral
Pancasila, tetapi dengan penekanan pada moral knowing
(kognitif) dan mengabaikan moral feeling dan moral action
(afektif & psikomotor), sehingga hasilnya tidak efektif dalam
pembentukan karakter.
41. STRATEGI KEBIJAKAN
PENDIDIKAN KARAKTER
• Secara teoritik pendidikan karakter melibatkan bukan saja
aspek “knowing the good” (moral knowing0, tetapi juga
“desiring the good” atau “loving the good” (moral feeling)
dan “acting the good” (moral action).
• Karena pendidikan karakter yang hanya membelajarkan
siswa moral knowing, tidak menjamin seseorang dapat
berkarakter, yaitu orang yang sesuai antara pikiran, kata,
dan tindakan. Wyne (1991) mengatakan bahwa 95%
kemungkinan kita semua tahu mana perbuatan baik dan
buruk. Masalahnya adalah kita tidak mempunyai keinginan
kuat, atau komitmen untuk melakukannya dalam tindakan
nyata.
42. STRATEGI KEBIJAKAN PENDIDIKAN
KARAKTER
1. STREAM TOP
DOWN
3. STREAM
REVITALISASI
PROGRAM
2. STREAM
BOTTOM UP
SOSIALISASI
PENGEMBANGAN
REGULASI
PENGEMBANGAN
KAPASITAS
IMPLEMENTASI &
KERJASAMA
MONITORING & EVALUASI
ILUSTRASI BEST
PRACTICE
Talent scouting; Al
-Hikmah; The ESQ Way
DLL
SOSIO PEDAGOGIS
Pramuka; Kantin
Kejujuran; UKS; PMR;
Perlombaan/-olimpiade
sains & OR; revitalisasi
gugus sekolah
INTEGRASI 3
PENDEKATA
N
1.KBM
2.Pengemban
g-an Budaya
Satuan
Pendidikan;
3.Keg. Ko-
Kurikuler &/-
Ekstrakurikul
er;
4.Kegiatan
keseharian di
rumah dan
masyarakat.
43. 3 STREAM PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN KARAKTER
1. Stream pertama: bersifat Top Down; inisiatif lebih
banyak diambil oleh Pemerintah/Kemdiknas & didukung
secara sinergis oleh Pemda (Dinas Pendidikan propinsi
& Kab/Kota. Ada 5 (lima) strategi besar secara koheren
a. SOSIALISASI:
bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang
pentingnya pendidikan karakter pada lingkup nasional,
melakukan gerakan kolektif & pencanangan pendidikan
karakter untuk semua (Desain Induk Pendidikan Karakter:
2010:41), yaitu: menempatkan pendidikan karakter sebagai
salah satu Program 100 hari pertama Kemdiknas, seperti:
Sarasehan Nasional Pengembangan Budaya & Karakter
Bangsa (14 Januari 2010); membangun kerjasama dengan
berbagai pihak dalam upaya sosialisasi terutama dengan
media massa (cetak & elektronik); menyebarkan berbagai
iklan karakter termasuk menyediakan pelayanan portal
nasional layanan informasi
44. 3 STREAM PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN KARAKTER
1) Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun
2010-2025 (Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat);
2) Desain Induk Pendidikan Karakter (2010);
3) Pengembangan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa,
Pedoman Sekolah (2010);
4) Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter; Buku-buku
Petunjuk Pelaksanaan & Teknis;
5) 4 (empat) prinsip dasar proses kebijakan pendidikan karakter,
yaitu: berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran,
pengembangan diri & budaya satuan pendidikan, nilai tidak
diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar; proses
pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif &
menyenangkan;
6) pendekatan-pendekatan yang yang digunakan adalah: melalui
keteladanan; pembelajaran; pemberdayaan & pembudayaan;
lalu diikuti dengan penguatan terus menerus; dan baru semua
proses di evaluasi.
b. PENGEMBANGAN REGULASI :
45. 3 STREAM PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN KARAKTER
b. PENGEMBANGAN REGULASI :
7) Dalam konteks mikro, satuan pendidikan adalah tumpuan utama
dari pendidikan karakter. Kepala sekolah dan guru adalah pelaku
terdepan dalam pengembangan pendidikan karakter yang
terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan
keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan
pendidikan; kegiatan ko-kurikuler dan/ ekstra kurikuler, serta
mengupayakan bagaimana semua itu menjadi bagian dari
kegiatan keseharian di rumah & masyarakat.
8) Kepala sekolah & guru harus secara tajam melihat bagaimana
perkembangan anak didiknya dalam berbagai indikator nilai
karakter yang dituju. Guru harus dapat dan telaten dalam
membuat anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika
melihat adanya perilaku yang berkenan dengan nilai yang
dikembangkan.
9) Diperlukan dedikasi yang tinggi untuk melihat indikator-indikator
kualitatif dari perkembangan siswa termasuk kejelian guru dalam
melihat & memaknai kegiatan spontan/insidental siswa dalam
46. 3 STREAM PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN KARAKTER
Kemdiknas secara komprehensif & massif melakukan
pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan karakter sbb.
1) Sistem pelatihan bagi para pemangku kepentingan: (a) pelatihan
Tingkat Utama; (b) pelatihan tingkat nasional; (c) pelatihan tingkat
propinsi; pelatihan tingkat kabupaten/kota; (d) pelatihan tingkat
sekolah rintisan; (e) pelatihan oleh unit utama
2) Proses pendampingan (mentoring) dan penelitian secara
kontinyu.
3) Menggunakan sumber daya pelatih: yang dimulai pada tahun
2010 telah melatih Kepala Sekolah, Pengawas sebagai bagian dari
peningkatan kompetensi dalam mengelola, memimpin, dan
mensupervisi guru dalam mengembangkan pembelajaran berbasis
kreativitas, inovasi, pemecahan masalah, berfikir kritis & nilai-nilai
kewirausahaan dengan menginsersi lebih banyak pendidikan
karakter.
C. PENGEMBANGAN KAPASITAS :
47. 3 STREAM PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN KARAKTER
C. PENGEMBANGAN KAPASITAS :
4) Peran Kepala Sekolah diharapkan menjadi tokoh
penggerak/tauladan pertama & utama di sekolah serta peran
sentral dalam menerjemahkan kebijakan bersama dengan
pemangku kepentingan sekolah lainnya dalam perencanaan
bingkai KTSP sebagai pedoman komunitas sekolah dalam
menyelenggarakan kegiatan pendidikan sesuai dengan
karakteristik sekolah, tahap perkembangan & kemampuan anak.
5) Peningkatan mutu pendidikan melalui program sertifikasi guru
baik melalui portofolio maupun Pelaksanaan Pendidikan &
Latihan Profesi Guru (PLPG).
6) Memasukan 90 jam pendidikan karakter untuk pelatihan guru.
7) Memasukan nilai-nilai pendidikan karakter dlm kegiatan
sosialisasi penyusunan KTSP
8) Sosialisasi program BOS tahun 2011 terhadap 200 ribu sekolah
(Kepala Sekolah, Komite Sekolah & Guru).
48. 3 STREAM PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN KARAKTER
D. IMPLEMENTASI DAN KERJASAMA :
1) Kemdiknas mensinergikan berbagai hal yang terkait dengan
pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi
(TUSI), & sasaran Unit Utama Kemdiknas.
2) Sesuatu yang disinergikan bukan hanya dari sisi substansi
pendidikan karakter, akan tetapi juga tentang “siapa melakukan
apa” pada kelompok peserta didik, pendidik, & tenaga
kependidikan.
3) Implementasi & kerjasama juga dilakukan untuk memelihara
kesinambungan implementasi pendidikan karakter pada
lingkungan Unit Utama Kemdiknas.
4) Implementasi & kerjasama ini bermanfaat untuk meminimalisir
adanya tumpang tindih serta untuk meningkatkan efektivitas &
efisisiensi pelaksanaan pendidikan karakter di lingkungan Unit
Utama Kemdiknas
49. 3 STREAM PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN KARAKTER
E. MONITORING DAN EVALUASI :
1)MONEV, terfokus pada sasaran masing-masing Unit Kerja baik
di Unit Utama, maupun di Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas
Pendidikan Kab/Kota, serta stakeholder pendidikan lainnya.
2) MONEV sangat berperan dalam mengontrol & mengendali-kan
pelaksanaan pendidikan karakter di setiap unit kerja pelaksana
pendidikan karakter. Monitoring internal untuk mengetahui
efektivitas program dilakukan oleh Kemdiknas (Desain Induk
Pendikar, 2010)
3) Monitoring: mengamati secara seksama keadaan/kondisi,
termasuk perilaku/kegiatan tertentu untuk pengambilan
keputusan tindakan.
4) Evaluasi menilai hasil yang diperoleh selama kegiatan
pemantauan berlangsung.
50. 3 STREAM PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN KARAKTER
E. MONITORING DAN EVALUASI :
5) Dasar penilaian keberhasilan pendidikan karakter dilakukan
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
6) Beberapa contoh dasar evaluasi/penilaian, seperti:
(a)meningkatnya kesadaran di lingkungan sekolah tentang
pendikar;
(b)meningkatnya kejujuran peserta didik; pendidik & tenaga
kependidikan;
(c)meningkatnya kebersihan, kesehatan, kebugaran peserta
didik, pendidik, dan tenaga kependidikan;
(d)jumlah satuan pendidikan formal dan non formal yang telah
mengimplementasikan program pendikar menurut Kab/Kota
dan Propinsi;
(e)jumlah mapel/kuliah yang telah mengintegrasikan pendikar
di satuan pendidikan;
(f)jumlah satuan pendidikan yang menerapkan sistem
penilaian yang memasukkan komponen karakter.
51. BOTTOM UPBOTTOM UP
2. Stream kedua: Bersifat Bottom Up; pembangunan pendikar dalam
stream ini, inisiatif lebih banyak dari satuan pendidikan, yi:
a. Pemerintah membantu talentscouting sekolah model; forum pertemuan
tahunan: dari tingkat kab/kota, naik ke propinsi, lalu pertemuan nasional;
sekolah piloting di 125 sekolah di 16 kab/kota (2011 menjadi 250
sekolah).
b. Berbagai best practice ditulis menjadi buku-buku, cakram padat (VCD), e-
document; buku ditulis oleh para pelaku di satuan pendidikan .
c. Sekolah mengembangkan program yang direncanakan baik pada tingkat
kelas maupun sekolah, seperti program kunjungan ke panti asuhan,
daerah kena musibah; kegiatan homestay di rumah penduduk di desa;
proyek: lomba, pentas; program service learning.
d. Kegiatan pengembangan diri/pembiasaan & ekstrakurikuler melalui
strategi pembelajaran, seperti: problem-based learning (PBL), authentic
instruction, inquiry-based learning, project-base learning, work-base
learning, service learning, cooperative learning (Ditjen. Dikdasmen,
2003:4-8)
52. e. Bern & Erickson (2001:5-11), yaitu: PBL, cooperative learning, project-
base learning, service learning, & work-base learning. Komalasari
(2010:156), menambahkan dengan strategi pembelajaran nilai.
f. Indonesian Heritage Foundation (IHF), untuk PAUD; YLPI Al Hikmah
untuk SD; dan dua contoh dari lembaga pendidikan non formal, yaitu:
ESQ Training Leadership & MHMMD (Mengelola Hidup & Merencanakan
Masa Depan-Ibu Marwah Daud Ibrahim).
g. IHF: didirikan tahun 2000 oleh Dr. Ratna Megawangi & Dr. Sofyan Djalil:-
disajikan dalam kurikulum secara eksplisit dalam kurikulum bukan
kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
-Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK)
-Jalur pendidikan formal dan Non Formal;TK Karakter, SD Karakter, &
Semai Benih Bangsa (TK Non Formal berbasis masyarakat)
- Pengembangan model pendidikan karakter di jalur formal dengan
kurikulum karakter secara terpisah
- Mengacu pada konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Diknas, 2002);
KBK (Kur, 2004), terakhir disesuaikan dengan KTSP dengan metode
Developmentally Appropriate Practice (DAP), Contextual Learning,
Collaborative Learning, SAL & MI termasuk konsep Brain-based learning.
53. h. YLPI Al Hikmah Surabaya:
1) pendekatan keteladanan & habituasi dari guru & OT (meskipun tidak
terlalu explisit pendidikan karakter);
2) berbasis pada Agama & budaya bangsa sebagai sumber nilai-nilai
karakter;
3) tiga kekuatan, yaitu niat yang ikhlas, ukhuwah & doa;
4) lima ruang lingkup akhlak, yaitu: akhlak kepada Allah & Rasul, akhlak
kepada orang tua & guru, akhlak kepada sesama, akhlak kepada
lingkungan dan akhlak pada diri sendiri;
5) membangun segitiga emas:antara wali kelas-orang tua-siswa dari ke-3
hubungan ini dibangun program pendidikan karakter, seperti: silahturahmi
wali murid baru; konferensi segitiga (anak-OT-G); buku penghubung;;
6) home visit parenting skill class; praying subuh call; baca Al-quran; kajian
Dhuha; klub keluarga Al Hikmah; pusat pelayanan psikologi
54. REVITALISASI PROGRAM-PROGRAMREVITALISASI PROGRAM-PROGRAM
a. Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan wahana sosio-
pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” yang
memberikan kontribusi signifikan untuk menyeimbangkan antara
penguasaan teori—praktek pembiasaan perilaku—keterampilan
dalam berkehidupan.
b. Kegiatan PRAMUKA: 1)ada semenjak tahun ‘60-an; 2)mengajarkan
& membentuk nilai-nilai karakter, yi: rasa cinta kpd Tuhan & tanah air,
membangun kesetiakawanan, membangun kejujuran, menumbuhkan
sikap toleransi, memupuk kebiasaan bekerjasama, menumbuhkan
rasa tanggung jawab, menegakkan disiplin, menumbuhkan semangat
kerja keras, menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan sikap
pantang menyerah & tidak putus asa.
c. KANTIN KEJUJURAN: 1)membentuk watak kejujuran;
2)pendidikan anti-korupsi di sekolah; 3)upaya pemerintah, pemda, &
sekolah satu visi untuk memberantas penyakit korupsi yang dimulai
dari penghabituasian nilai-nilai kejujuran.
55. REVITALISASI PROGRAM-PROGRAMREVITALISASI PROGRAM-PROGRAM
d. Perlombaan/olimpiade sains, seni & olah raga:
1)merupakan kegiatan lain selain mengasah kemampuan akademik
juga memiliki dimensi pendidikan karakter, seperti: nilai kejujuran,
kerja keras, penghargaan terhadap perbedaan, rasa nasionalisme;
2) Mendiknas, menjelaskan didapatkan nilai budaya berprestasi,
budaya apresiasi positif, budaya obyektif komprehensif, budaya
rasa penasaran intelektual (intellectual curiosity), & keinginan saling
belajar; 3)beberapa perlombaan untuk pendidikan dasar &
menengah, seperti: olimpiade Sains Nasional (OSN), Olimpiade
Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Festival & Lomba Seni Siswa
Nasional (FLS2N), Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI).
e.USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS): memupuk
kebiaasaan hidup sehat, perilaku bersih, memiliki daya hayat &
tangkal dari pengaruh buruk, seperti: penyalahgunaan narkotika,
obat-obatan terlarang.
56. REVITALISASI PROGRAM-PROGRAMREVITALISASI PROGRAM-PROGRAM
f. PMR:mengembangkan kepalangmerahan kepada
siswa, mendidik kepedulian aktif dengan memberikan
kegiatan-kegiatan: siaga bencana, pertolongan
pertama, kesehatan remaja, donor darah.
g.Revitalisasi GUGUS SEKOLAH: 1)wadah
sekelompok guru mapel dari wilayah tertentu untuk
meningkatkan mutu PBM & pengembangan profesi; 2)
di SD-KKG, di SMP & SMA-MGMP, di SMK-
Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD) yang memiliki
peran penting di sekolah
57. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI PENDIDIKAN
KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up
bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta
revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan
secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
a. Blanchard (2001:1) & Berns & Erikson (2001:2): “contextual
teaching and learning is a conception of teaching and learning
that helps teachers relate subject matter content to real world
situations; and motivates students to make connections between
knowledge and its applications to their lives as family members,
citizens, and workers and engage in the hard work that learning
requires” (pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar
& mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa & mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga negara, dan pekerja).
58. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI PENDIDIKAN
KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up
bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta
revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan
secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
b. Siswa diharapkan memperoleh informasi komprehensif tidak
hanya pada tataran kognitif (olah pikir) tetapi juga afektif (olah
hati, rasa dan karsa)
60. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up
bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta
revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan
secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
c. Berns & Erikson (2001:5-11): 5 strategi dalam mengimplementasikan
pembelajaran konstektual, yaitu:
1)Problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah):integrasi
berbagai konsep & keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan
dalam mengumpulkan & menyatukan informasi & mempresentasikan
penemuan.
2)Cooperative learning (pembelajaran kooperatif): mengorganisir
pembelajaran melalui kelompok belajar kecil.
61. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up
bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta
revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan
secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
c. Berns & Erikson (2001:5-11): 5 strategi dalam mengimplementasikan
pembelajaran konstektual, yaitu:
3)Project-based learning (pembelajaran berbasis proyek: memusatkan pada
prinsip & konsep utama disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan
masalah & tugas penuh makna, mendorong siswa untuk bekerja mandiri
membangun pembelajaran untuk mengjhasilkan karya nyata berdasarkan
suatu penyelidikan.
4) Service learning (pembelajaran pelayanan): menyediakan aplikasi
praktis suatu pengembangan pengetahuan & keterampilan baru untuk
kebutuhan di masyarakat melalui pelayanan & aktivitas
62. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up
bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta
revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan
secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
d. ke-5 strategi tsb. dapat memberikan nurturant effect
pengembangan karakter siswa, seperti: karakter cerdas, berpikir
terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu
e.Pembelajaran kooperatif mengembangkan karakter toleransi,
bersahabat, saling menghargai, kooperatif, peduli, gotong-
royong, kompetitif.
f.Pembelajaran berbasis pelayanan mengembangkan karakter
produktif, kreatif, dinamis, beretos kerja, berani mengambil
resiko
63. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up
bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta
revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan
secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
g. Komalasari (2010): menambahkan pembelajaran NILAI
disamping ke-5 pendekatan di atas, yang didasarkan pada
rumusan & tipologi dari Superka, et.al. (1976), meliputi:
1)Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach); tujuan
pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: pertama,
diterimanya nilai-nilai tertentu oleh siswa, kedua: berubahnya
nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
diinginkan. Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran,
yaitu: keteladanan, penguatan positif & negatif, simulasi,
permainan peranan.
64. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up
bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta
revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan
secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
g. Komalasari (2010): menambahkan pembelajaran NILAI
disamping ke-5 pendekatan di atas, yang didasarkan pada
rumusan & tipologi dari Superka, et.al. (1976), meliputi:
2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral
development approach); tujuannya: 1) membuat pertimbangan
moral, 2) mendiskusikan alasan-alasan (Superka, et, al., 1976;
Banks, 1985). Penekanan pada aspek kognitf &
perkembangannya, mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang
masalah-masalah moral & dalam membuat keputusan-keputusan
moral
65. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up
bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta
revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan
secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
g. Komalasari (2010): menambahkan pembelajaran NILAI
disamping ke-5 pendekatan di atas, yang didasarkan pada
rumusan & tipologi dari Superka, et.al. (1976), meliputi:
2) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach);
tujuan:
(a) membantu siswa menggunakan berpikir logis & penemuan
ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan
dengan nilai moral tertentu;
66. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up bersifat
PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta revitalisasi
program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan secara integrasi,
yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
g. Komalasari (2010): menambahkan pembelajaran NILAI disamping
ke-5 pendekatan di atas, yang didasarkan pada rumusan & tipologi
dari Superka, et.al. (1976), meliputi:
2) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach);
(b) membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional
& analitik, dalam menghubungkan & merumuskan konsep-konsep
tentang nilai. Penekanan pada perkembangan kemampuan siswa
untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang
berhubungan dengan nilai-nilai. Metoda pengajaran: individu dan
kelompok tentang masalah-masalah yang memuat nilai moral,
penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, & diskusi kelas
berdasarkan pada pemikiran rasional (Superka, et. al., 1976
67. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up bersifat
PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta revitalisasi
program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan secara integrasi,
yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
(3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach);
tujuan: (a) membantu siswa menggunakan berpikir logis &
penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang
berhubungan dengan nilai moral tertentu; (b) membantu siswa
untuk menggunakan proses berpikir rasional & analitik, dalam
menghubungkan & merumuskan konsep-konsep tentang nilai.
Penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk
berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang
berhubungan dengan nilai-nilai. Metoda pengajaran: individu
dan kelompok tentang masalah-masalah yang memuat nilai
moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, &
diskusi kelas berdasarkan pada pemikiran rasional (Superka, et.
al., 1976).
68. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up bersifat
PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta revitalisasi
program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan secara integrasi,
yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach);
tujuannya:
(a) membantu siswa menyadari & mengidentifikasi nilai-nilai
mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain;
(b) membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi
secara terbuka & jujur dengan orang lain;
(c) membantu siswa supaya mereka mampu menggunakan
secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional &
kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan
pola tingkah laku mereka sendiri (Superka, et.al., 1976);
69. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up bersifat
PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta revitalisasi
program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan secara integrasi,
yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach):
Tujuannya:
(a) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
perbuatan moral, baik perorangan maupun bersama-sama;
(b) mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai
makhluk individu &sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang
tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga
dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam
suatu proses demokrasi.
70. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up bersifat
PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta revitalisasi
program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan secara integrasi,
yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach):
Tujuannya:
Memberi penekanan pada usaha melakukan perbuatan-
perbuatan moral baik perseorangan maupun secara bersama-
sama dalam suatu kelompok.
Metoda yang digunakan seperti pendekatan analisis nilai &
klarifikasi nilai ditambah proyek baik di sekolah maupun
masyarakat.
71. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
DALAM STRATEGI
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up bersifat
PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta revitalisasi
program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan secara integrasi,
yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
2. PENGEMBANGAN BUDAYA SATUAN PENDIDIKAN:
a.Pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan
pengembangan diri seperti: kegiatan rutin, kegiatan spontan,
keteladanan, dan pengkondisian
b.Perlu dukungan intervensi pemerintah & dukungan
pengalaman terbaik (best practice) dan revitalisasi kegiatan
3. KEGIATAN KO-KURIKULER &/ EKSTRAKURIKULER
Perlu dukungan intervensi pemerintah & dukungan
pengalaman terbaik (best practice) dan revitalisasi kegiatan
4. KEGIATAN KESEHARIAN DI RUMAH DAN MASYARAKAT
73. PAUD
/SD
SMP
PT
exploring
–strengthening
-em
powering
SMA
Pendidikan
KARAKTE
R
integrasi&
pem
biasaan
integrasi&
pem
biasaan
“…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh
anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita..” (Ki Hajar Dewantoro)
PENDIDIKAN KOMPREHENSIF:PENDIDIKAN KOMPREHENSIF:
ILMU PENGETAHUAN, BUDI PEKERTI (AKHLAK, KARAKTER),ILMU PENGETAHUAN, BUDI PEKERTI (AKHLAK, KARAKTER),
KREATIVITAS, INOVATIFKREATIVITAS, INOVATIF
Pendidikan
AKADEMIK
DSB
73
74. SUMBER-SUMBER NILAI
1. AGAMA :
Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang
berasal dari agama
2. PANCASILA :
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan dan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara
75. SUMBER-SUMBER NILAI
3. BUDAYA :
Diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai,
moral, norma dan keyakinan manusia yang
dihasilkan/merupakan produk masyarakat
4. TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL :
Tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang
paling operasional dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa
76. NILAI-NILAI DALAM PENDIDIKAN
BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
1. Religius 13. Bersahabat/Komunikatif
2. Jujur 14. Cinta damai
3. Toleransi 15. Gemar membaca
4. Disiplin 16. Peduli lingkungan
5. Kerja keras 17. Pedui Sosial
6. Kreatif 18. Tanggung jawab
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa ingin tahu
10.Semangat kebangsaan
11.Cinta tanah air
12.Menghargai prestasi
77. PRINSIP-PRINSIP
PENGEMBANGAN NILAI-NILAI
DALAM PENDIDIKAN BUDAYA DAN
KARAKTER BANGSA
1. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses
pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai
dari awal peserta didik masuk sampai dengan
selesai dari satuan pendidikan
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri
dan budaya sekolah
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan,
mengandung makna bahwa materi nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar untuk
pembelajaran biasa
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara
aktif dan menyenangkan
79. PENGEMBANGAN PROSES
PEMBELAJARAN
1. Perubahan implementasi pembelajaran harus
dilakukan dengan lebih memberikan penekanan pada
nilai-nilai
2. Pengembangan budaya sekolah merupakan langkah
yang efektif menuju terwujudnya masyarakat sekolah
yang berkarakter
3. Perubahan dilakukan dengan melaksanakan
penguatan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi dalam KTSP masing-masing sekolah
80. PENANAMAN NILAI-NILAI
KEHIDUPAN PADA MASYARAKAT
GLOBAL
Krisis moral dan karakter secara faktual menyentuh tiga
dimensi :
Pertama : krisis integritas dan pandemik korupsi.
akibatnya kejujuran dan integritas menjadi
barang mahal dalam kehidupan para penyelenggara
negara dan masyarakat, hal ini berdampak pada
menurunnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah
dan pemerintahan
Kedua : lemahnya etos kerja, kreativitas dan daya
saing nasional. Indonesia memiliki ketergantungan atas
impor pada berbagai produk barang dan jasa
81. IDENTIFIKASI TANTANGAN
MASA DEPAN
1. Pemberlakuan globalisasi melalui WTO, APEC,
dan CAFTA
2. Masalah lingkungan hidup
3. Kemajuan teknologi informasi
4. Konvergensi ilmu dan teknologi
5. Ekonomi berbasis pengetahuan
6. Kebangkitan insdustri kreatif dan budaya
7. Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
8. Pengaruh dan imbas teknosains
9. Mutu, investasi dan transformasi pada sektor
pendidikan
82. MENJAWAB TANTANGAN
MASA DEPAN
1. Manusia yang berkarakter kuat, ex :
keterpercayaan, ketulusan, kejujuran,
keberanian, ketegasan, ketegaran, kuat dalam
memegang prinsip
2. Manusia yang religius, moderat, cerdas dan
mandiri
3. Gerakan revolusi mental
83. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN
SIKAP
1. Pengalaman pribadi
2. Kebudayaan
3. Orang lain yang dianggap penting
4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
5. Faktor emosi dalam diri individu, dan
6. Media massa
84. PENANAMAN NILAI-NILAI
UNIVERSAL DAN KONTEKSTUAL
• Nilai universal artinya nilai yang akan
ditumbuhkan tersebut berlaku untuk siapapun
tanpa terkecuali
• Nilai kontekstual artinya nilai tersebut sesuai
dengan nilai budaya setempat yang sudah
dihayati sejak lama
85. PENANAMAN NILAI-NILAI
UNIVERSAL DAN KONTEKSTUAL
• Pengembangan nilai-nilai dalam kegiatan
pembelajaran dapat ditempuh melaui empat alternatif
strategi, yaitu :
1. mengintegrasikan konteks kurikulum
pembelajaran moral yang telah dirumuskan ke dalam
seluruh mata pelajaran yang relevan (agama,
kewarganegaraan dan bahasa)
2. mengintegrasikan pembelajaran moral ke dalam
kegiatan sehari-hari di sekolah
3. mengintegrasikan pembelajaran moral ke dalam
kegiatan yang diprogramkan
4. membangun komunikasi dan kerja sama antara
sekolah dengan orang tua peserta didik
86. IDENTITAS NASIONAL
• Identitas/ identity, berarti karakter, ciri, tanda,
jati diri atau sifat khas
• Nasional berarti bangsa
• Identitas nasional merupakan sifat khas yang
melekat pada suatu bangsa atau lebih dikenal
sebagai kepribadian/ karakter bangsa
• Secara terminologi adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain, sesuai dengan keunikan, sifat, ciri serta
karakter dari bangsa tersebut
• Identitas/ identity, berarti karakter, ciri, tanda,
jati diri atau sifat khas
• Nasional berarti bangsa
• Identitas nasional merupakan sifat khas yang
melekat pada suatu bangsa atau lebih dikenal
sebagai kepribadian/ karakter bangsa
• Secara terminologi adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain, sesuai dengan keunikan, sifat, ciri serta
karakter dari bangsa tersebut
87. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK
IDENTITAS NASIONAL
1. Faktor obyektif, meliputi faktor geografis,
ekologis dan demograsfis
2. Faktor subyektif, meliputi faktof historis, sosial,
politik dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia
1. Faktor obyektif, meliputi faktor geografis,
ekologis dan demograsfis
2. Faktor subyektif, meliputi faktof historis, sosial,
politik dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia
88. PEMBENTUK JATI DIRI
BANGSA INDONESIA
1. Suku bangsa
2. Agama
3. Bahasa
4. Budaya nasional
5. Wilayah nusantara
6. Ideologi Pancasila
1. Suku bangsa
2. Agama
3. Bahasa
4. Budaya nasional
5. Wilayah nusantara
6. Ideologi Pancasila
89. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK
JATI DIRI BANGSA INDONESIA
1. Identitas fundamental adalah Pancasila
yang merupakan falsafah bangsa, dasar
negara dan ideologi negara
2. Identitas instrumental ialah UUD RI 1945
dan tata perundangannya, bahasa
Indonesia, lambang negara, bendera negara
dan lagu Indonesia Raya
3. Identitas alamiah ialah ruang hidup bangsa
sebagai negara kepulauan yang pluralis
dalam suku, bahasa, agama dan
kepercayaan
1. Identitas fundamental adalah Pancasila
yang merupakan falsafah bangsa, dasar
negara dan ideologi negara
2. Identitas instrumental ialah UUD RI 1945
dan tata perundangannya, bahasa
Indonesia, lambang negara, bendera negara
dan lagu Indonesia Raya
3. Identitas alamiah ialah ruang hidup bangsa
sebagai negara kepulauan yang pluralis
dalam suku, bahasa, agama dan
kepercayaan
90. IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan, bahasa
Indonesia
2. Bendera negara, Sang Merah Putih
3. Lagu kebangsaan, Indonesia Raya
4. Lambang negara, Garuda Pancasila
5. Semboyan negara, Bhineka Tunggal Ika
6. Dasar falsafah negara, Pancasila
7. Konstitusi (Hukum dasar) negara, UUD RI 1945
8. Bentuk negara kesatuan RI, bentuk
pemerintahan Republik
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah sebagai kebudayaan
nasional
1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan, bahasa
Indonesia
2. Bendera negara, Sang Merah Putih
3. Lagu kebangsaan, Indonesia Raya
4. Lambang negara, Garuda Pancasila
5. Semboyan negara, Bhineka Tunggal Ika
6. Dasar falsafah negara, Pancasila
7. Konstitusi (Hukum dasar) negara, UUD RI 1945
8. Bentuk negara kesatuan RI, bentuk
pemerintahan Republik
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah sebagai kebudayaan
nasional
91. STRATEGI PENGEMBANGAN
KREATIVITAS SISWA
• Lilian, kreativitas adalah perkembangan dan
keinginan, pikiran yang menumpahkan cara
berpikir yang tidak konvensional akan menuntun
menuju lompatan besar dalam pengetahuan dan
aplikasinya.
• Guilford memandang kreativitas sebagai individu
yang kreatif., fuluency, flexibility, originality.
• Sitompul, kreativitas ialah proses mental atau
cara berpikir yang berhubungan dengan ide,
isnpirasi spontan, pemikiran baru, sesuatu yang
tidak biasa dan bersifat personal-individual.
• Lilian, kreativitas adalah perkembangan dan
keinginan, pikiran yang menumpahkan cara
berpikir yang tidak konvensional akan menuntun
menuju lompatan besar dalam pengetahuan dan
aplikasinya.
• Guilford memandang kreativitas sebagai individu
yang kreatif., fuluency, flexibility, originality.
• Sitompul, kreativitas ialah proses mental atau
cara berpikir yang berhubungan dengan ide,
isnpirasi spontan, pemikiran baru, sesuatu yang
tidak biasa dan bersifat personal-individual.
92. PENGEMBANGAN
KREATIVITAS SISWA
1. Model pembelajaran problem posing
model pembelajaran yang mengharuskan siswa
menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana
yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Perumusan soal agar lebih sederhana, dikembangkan
tahun 1997 oleh Lyn D
2. Model pembelajaran problem solving
Purwanto (1999:17) Problem solving adalah suatu proses
dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu
untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut
dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan
1. Model pembelajaran problem posing
model pembelajaran yang mengharuskan siswa
menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana
yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Perumusan soal agar lebih sederhana, dikembangkan
tahun 1997 oleh Lyn D
2. Model pembelajaran problem solving
Purwanto (1999:17) Problem solving adalah suatu proses
dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu
untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut
dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan
93. STRATEGI PENANAMAN
NILAI-NILAI KEJUJURAN
Pendidikan karakter dalam konteks ini memilki tiga
tujuan :
1.Memfasilitasi penguatan dan pengembangan
nilai-nilai kejujuran agar terwujud dalam perilaku
anak
2.Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh
sekolah
3.Membangun koneksi secara harmoni dan
bersama-sama antara tri pusat pendidikan
Pendidikan karakter dalam konteks ini memilki tiga
tujuan :
1.Memfasilitasi penguatan dan pengembangan
nilai-nilai kejujuran agar terwujud dalam perilaku
anak
2.Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh
sekolah
3.Membangun koneksi secara harmoni dan
bersama-sama antara tri pusat pendidikan
94. STRATEGI PENANAMAN
NILAI-NILAI KEJUJURAN
Menggunakan pendekatan karakter secara
komprehensif yang bericirikan :
1.Isi pendidikan nilai/karakter harus komprehensif ,
meliputi semua permasalahan yang berkaitan
dengan pilihan nilai-nilai karakter
2.Medote pendidikan komprehensif
3.Pendidikan hendaknya terjadi dalam proses
pendidikan di kelas, ekstrakurikuler, bimbingan dan
penyuluhan
4.Pendidikan hendaknya terjadi dalam kehidupan
masyarakat
Menggunakan pendekatan karakter secara
komprehensif yang bericirikan :
1.Isi pendidikan nilai/karakter harus komprehensif ,
meliputi semua permasalahan yang berkaitan
dengan pilihan nilai-nilai karakter
2.Medote pendidikan komprehensif
3.Pendidikan hendaknya terjadi dalam proses
pendidikan di kelas, ekstrakurikuler, bimbingan dan
penyuluhan
4.Pendidikan hendaknya terjadi dalam kehidupan
masyarakat
95. STRATEGI PENGEMBANGAN ETOS
MEMBACA DAN PERCAYA DIRI
Upaya-upaya menumbuhkan budaya baca
pada lingkungan lembaga pendidikan sbb :
1.Mengubah pola pembelajaran
2.Penciptaan budaya akademik
3.Memberikan keterampilan menuls
4.Mengunjungi perpustakaan dan toko buku
5.Gerakan penulisan buku
Upaya-upaya menumbuhkan budaya baca
pada lingkungan lembaga pendidikan sbb :
1.Mengubah pola pembelajaran
2.Penciptaan budaya akademik
3.Memberikan keterampilan menuls
4.Mengunjungi perpustakaan dan toko buku
5.Gerakan penulisan buku
96. STRATEGI PENGEMBANGAN ETOS
MEMBACA DAN PERCAYA DIRI
Percaya diri adalah perasaan diri berharga,
yaitu perasaan yang menimbulkan rasa
nyaman tentang keadaan diri seseorang.
Seseorang yang memiliki konsep diri/citra
diri positif adalah orang yang percaya diri
dan rasa percaya diri penting sekali
ditumbuhkan sejak dini.
Percaya diri adalah perasaan diri berharga,
yaitu perasaan yang menimbulkan rasa
nyaman tentang keadaan diri seseorang.
Seseorang yang memiliki konsep diri/citra
diri positif adalah orang yang percaya diri
dan rasa percaya diri penting sekali
ditumbuhkan sejak dini.
97. Ragam Potensi KecerdasanRagam Potensi Kecerdasan
Potensi SpiritualPotensi Spiritual
• Mampu menghadirkan
Tuhan/Keimanan dalam setiap
aktifitas.
• Kegemaran berbuat untuk Allah.
• Disiplin Beribadah
• Sabarberupaya
• Berterima kasih/bersyukuratas
pemberian Tuhan kepada kita.
Potensi AkalPotensi Akal
•Kemampuan berhitung
•Kemampuan Verbal
•Kemamuan spasial
•Kemampuan Membedakan
•Kemampuan membuat daftar
prioritas.
Potensi sosial
• Senang berkomunikasi
• Senang menolong
• Senang berteman
• Senang membuat orang
lain senang
• Senang bekerjsama
Potensi PerasaanPotensi Perasaan
• Mengendalikan emosi
• Mengerti perasaan
orang lain
• Senang bekerjasama
• Menunda kepuasan
sesaat
• Berkepribadian stabil
Potensi JasmaniPotensi Jasmani
•Sehat secara medis
•Tahan cuaca
•Tahan bekerja keras
97
99. CIRI KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Carl Rogers, ciri kepribadian yang sehat ditandai :
1.Sikap yang terbuka terhadap pengalaman baru
2.Selalu dalam proses menjadi
3.Kepercayaan pada diri sendiri
101. Metodenya?
Multi Metode, Terutama Yang Menyentuh
Hati. Karena Sesungguhnya Pendidikan
Karakter Adalah Mengelola Hati.
Tahap Pelasanaannya?
Mencerahkan Dan Menguatkan Keyakinan
Mengembangkan Gagasan Bersama-sama
Menyusun Rencana Tindakan
Implementasi Rencana Tindakan
Mengamati Perubahan
102. 102
Contoh-contoh KegiatanContoh-contoh Kegiatan
Merumuskan Dan Mewujudkan Ciri-ciri
Kelas Yang Dibanggakan
Membangun Harapan & Komitmen Siswa
Merumuskan Profil Manusia Berkarakter
Menyusun Dan Melaksanakan Pedoman
Perilaku
Meningkatkan Minat Baca
Menemukenali Kata-kata Hikmah &
Memasangnya Di Ruangan Kelas &
Tempat-tempat Strategis
103. 103
Story Telling (Mengamati & Mengabarkan
Kebajikan)
Membiasakan Sikap & Tindakan Baik
Mengapresiasi Kebaikan Dan Ihktiar
Untuk Menjadi Lebih Baik
Tema Karakter Dalam Majalah Dinding
Mengembangkan Suasana Apresiatif
Menyelenggarakan Festival Kreativitas
Pesta Olahraga Dan Apresiasi Terhadap
Karakter Pemain
104. 104
Menemu-kenali Tokoh Idola
Membantu Peserta Didik Merumuskan
Cita-cita
Pengembangan Dan Pembinaan
Kelompok Minat Di Sekolah
Mendorong Peserta Didik Meningkatkan
Kebersihan Dan Keasrian Sekolah
Menumbuhkembangkan Kepedulian
Peserta Didik Terhadap Korban
Bencana/Kemalangan
105. 105
Merayakan Hari Besar Keagamaan
Dengan Kegiatan Sosial Dan
Kemanusiaan
Nonton Film Yang Bertema Pendidikan
Karakter, Sejarah, Kebudayaan Dan
Lingkungan Hidup
Membiasakan Bekerja Dalam Kelompok
Refleksi
Melibatkan Orang-tua Dalam Pendidikan
Karakter
106. DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Direktorat Pembinaan Sekolah Dirjen
Dikmen Kemendiknas, 2013
2. Modul Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang Kemendiknas, 2011
3. Umi Salamah, Munir, Suratman, 2017,
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi, Jatim : Madani
4. Zubaedi, 2017, Strategi Taktis Pendidikan
Karakter, Depok : Rajawali Pers