SlideShare a Scribd company logo
1 of 63
PENDIDIKAN KARAKTER
Muhamad Iksan
Pembangunan karakter : cita-cita
luhur pendiri bangsa Indonesia &
tertulis dalam Pancasila &
Pembukaan UUD 1945
Pembangunan karakter
merupakan merupakan amanat
pendiri negara dan telah dimulai
sejak awal kemerdekaan.
 Keajegan perhatian terhadap
pembangunan karakter bangsa
belum terjaga dg baik, sehingga
hasilnya belum optimal.
Fenomena keseharian
menunjukkan perilaku
masyarakat belum sejalan
dengan karakter bangsa yang
dijiwai oleh Falsafah Pancasila
(religius, humanis, nasionalis,
demokratis, keadilan &
kesejahteraan rakyat)
PERLU REVITALISASI PEMBANGUNAN
KARAKTER BANGSA
1. Tangguh,
2. kompetitif, 3.
berakhlak mulia,
4. bermoral, 5.
bertoleran, 6.
bergotong
royong, 7.
berjiwa patriotik,
8. berkembang
dinamis, 9.
berorientasi
Iptek yang
semuanya dijiwai
oleh IMTAQ
kepada Tuhan
Yang Maha Esa
berdasarkan
Pancasila.
BANGSA
BERKARAKTER
BANGSA YANG
MERDEKA,
BERSATU,
BERDAULAT,
ADIL DAN
MAKMUR
pembagunan
karakter bangsa
R A N:
POLHUKAM,
KESRA,
PEREKONOMIAN
1. Disorientasi dan belum
dihayatinya nilai-nilai
Pancasila.
2. Keterbatasan perangkat
kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai
Pancasila.
3. Bergesernya nilai etika
dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
4. Memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya
bangsa.
5. Ancaman disintegrasi
bangsa
6. Melemahnya kemandirian
bangsa.
PERMASALAHAN
BANGSA DAN NEGARA
STRATEGI:
1.Sosialisasi/
Penyadaran
2.Pendidikan
3.Pemberdayaan
4.Pembudayaan
5.Kerjasama
1. PANCASILA
2. UUD 45
3. Bhineka
Tunggal Ika
4. NKRI
KONSENSUS
NASIONAL
LINGKUNGAN
STRATEGIS
Global,
Regional,
Nasional
Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa
+
4
5
Mengembangkan karakter
bangsa agar mampu
mewujudkan nilai-nilai luhur
Pancasila
• Pengembangkan potensi dasar,
agar “berhati baik, berpikiran baik &
berperilaku baik”.
• Pebaikan thd perilaku yg kurang
baik dan penguatan perilaku yg
sudah baik.
• Penyaring budaya yg kurang sesuai
dg nilai-nilai luhur Pancasila.
TUJUAN:
FUNGSI:
Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat politik;
pemerintah; dunia usaha; media massa.
RUANG LINGKUP
Tujuan, Fungsi, Ruang Lingkup
JATI DIRI
JATI DIRI
JATI DIRI
K
A
R
A
K
T
E
R
P
E
R
I
L
A
K
U
PENGARUH LINGKUNGAN
PENGARUH LINGKUNGAN
Fitrah
Illahi
...jati diri berinteraksi dengan lingkungan sehingga membentuk
karakter, sedangkan karakter akan mempengaruhi perilaku...
Konsep Karakter Bangsa
1. Sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan orang lain (Kamus Bahasa Indonesia,
2008).
2. “Distinctive trait, distinctive quality, moral strength, the
pattern of behavior found in an individual or group”
(Webster New Word Dictionary).
3. Kata karakter berasal dari Yunani, charassein, yang berarti to
engrave atau mengukir di atas batu permata atau permukaan
besi yang keras. Kemudian diartikan”…an individuals
pattern of behavior…his moral constitution …”(Karen E. Bohlin, De-
borah Farmer, Kevin Ryan. Building Character in School. 2001:1). Ada 2 pengertian
karakter; (1) bagaimana orang bertingkah laku; (2),
personality, seseorang yang berkarakter (a person of
character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
4. Teori Kepribadian: character is personality evaluated (Gordon
W. Alport). Sigmund Freud: character is striving system which
underly behavior . Kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku
yang ditampilkan).
5. Imam Ghozali menganggap karakter lebih dekat dengan
akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga
ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi
KESIMPULAN:
1. Karakter berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi
‘positif’, bukan netral.
2. Orang berkarakter adalah seseorang yang memiliki kualitas
moral positif.
3. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara
implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku
yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang
positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk.
4. Hal ini didukung oleh Peterson & Seligman (dalam Gedhe
Raka, 2007:5) character strength dipandang sebagai unsur-
unsur psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah
satu kriteria utama character strength adalah karakter tersebut
berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi
dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang
baik, yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
Kesimpulan:
5. Memperhatikan berbagai pendefinisian (etimologi &
terminologi), Kemdiknas mendefinisikan karakter sebagai
nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat
baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap
lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan
dalam prilaku (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, 2010). Jadi
karakter yang menjadi ciri khas suatu bangsa merupakan
karakter bangsa. Simon Philips (2008:223) mengartikan
karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan
identitas bangsa.
6. Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025
(2010:7): karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif
kebangsaan yang khas, baik yang tercermin dalam kesadaran,
pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa & bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta
olah raga seseorang atau sekelompok orang.
DEFINISI KARAKTER & PENDIDIKAN KARAKTER
Karakter bangsa Indonesia akan menentukan
perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang
khas, baik yang tercermin dalam kesadaran,
pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku
berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD
1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika dan komitmen NKRI.
1. Orang yang berkarakter dapat disebut dengan sifat
alami seseorang dalam merespon situasi secara
bermoral yang dimanefestasikan dalam tindakan
nyata melalui perilaku yang berkarakter.
2. Tinjauan karakter secara psikologis: merupakan
perwujudan dari potensi Intelligency Quotient (IQ),
Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ),
dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki seseorang.
3. Menurut pandangan agama: orang yang berkarakter
pada dirinya terkandung potensi-potensi, yaitu:
Fathonah, Sidiq, Amanah, dan Tabliq.
4. Pandangan sosiologi dikenal dengan potensi
thinker, believer, doer dan networker.
5. Jadi seorang yang berkarakter memiliki
kemampuan berpikir, memiliki kemampuan
keyakinan/komitmen, mampu melakukan, &
membangun jaringan kerja. J. Bloom: pandangan
teori pendidikan menjelaskan bahwa orang yang
berkarakter memiliki potensi kognitif, afektif dan
psikomotor.
Intra-
Personal
Inter-
Personal
Logika Rasa
FATHONAH
THINKER
IQ
OLAH PIKIR
SIDDIQ
BELIEVER
SQ
OLAH HATI
AMANAH
DOER
AQ
OLAH RAGA
TABLIGH
NETWORKER
EQ
OLAH RASA & KARSA
JENIS-JENIS KARAKTER: PSIKOLOGIS-SOSIOLOGIS-AGAMA
6. Secara lebih khusus dalam Pendidikan Kewarganegaraan
dikenal civic disposition (Branson. The Role of Civic Education. 1999:23), yaitu
“…those attitudes and habit of mind of the citizen that are
conducive to the healthy functioning and common good of the
democratic system…”- sikap & kebiasaan berpikir WN yang
menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat & jaminan
kepentingan umum dari sistem demokrasi
7. Secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah
karakteristik kepribadian, yaitu: “ civility (respect & civil
discourse), individual responsibility, self-discipline, civic
mindedness (openness, skepticism, recognition of ambiguity),
compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and
loyalty to the nation and its principles” (Quigley, Buchanan, & Bahmueller.
Civitas: A Framework for Civic Education. 1991:13-14)
8. Lickona (1992), ahli pendidik karakter dari Cortland University
dikenal sebagai Bapak Pendikar Amerika yang menerapkan
idenya pada tingkat pendidikan dasar & menengah: (1) moral
knowing (pengetahuan tentang moral); (2) moral feeling
(perasaan tentang moral), dan (3) moral action (perbuatan
moral atau act morally).
Moral Knowing Moral Feeling Moral Action
1. Moral awareness 1. Conscience (nurani) 1. Competence
2. Knowing moral values 2. Self- esteem (percaya
diri
2. Will (keinginan )
3. Perspective taking 3. Empathy (merasakan
penderitaan orang lain)
3. Habit (kebiasaan )
4. Moral reasoning 4. Loving the good
(mencintai kebenaran)
5. Decision making 5. Self-control (mampu
mengontrol diri)
6. Self-knowledge 6. Humility (kerendahan
hati)
IHE DIMERMEN YJDB SITUS GOOGLE
1. Cinta Tuhan &
segenap ciptaan-Nya
1. Respect 5 Sikap Dasar: 1.
jujur; 2. terbuka; 3.
berani mengambil
resiko; 4. tanggung
jawab,;5. komitmen
3 Syarat: 1. niat; 2.
tidak mendahului
kehendak Tuhan; 3.
bersyukur.
3 Syarat lain: 1.
doa/ibadah; 2.
mewujudkan
perubahan; 3.
tauladan
(“Membangun
Kembali Jati Diri
Bangsa, Peran
Penting Karakter &
Hasrat untuk
Berubah”, 2008)
1.Responsibility
2. Kemandirian &
tanggung jawab
2. Responsibility 2. Respect
3. dermawan, suka
menolong & gotong
royong
3. Honesty 3. Fairness
3. Percaya, kreatif &
pekerja keras
4. Empathy 4. Courage
4. Kepemimpinan &
keadilan
5. Fairness 5. Honesty
5. Baik & rendah hati 6. Initiative 6. Citizenship
6. toleransi, kedamaian
& kesatuan
7. Courage 7. Self-discipline
(Megawangi, 2004:94) 8. Perseverance 8. Caring
9. Optimism 9. Perseverance
10. Integrity
(Dimermen, 2009:9)
(www.google.com)
KESIMPULAN:
1. Pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya
perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas
psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, psikomotorik) + fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks
interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, & masyarakat) &
berlangsung sepanjang hayat.
2. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis & sosial-
kultural dapat dikelompokkan dalam: 1. olah hati (spiritual & emotional
development); 2. olah pikir (intellectual development); 3. olah raga &
kinestetik (physical & kinesthetic development); 4. olah rasa & karsa
(affective & creativity development) .
3. Ke-4 proses psikososial tsb. secara holistik & koheren memiliki saling
keterkaitan & saling melengkapi, serta masing-masing proses psikososial
secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya
terkandung sejumlah nilai (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010:8-9)
OLAH
HATI
OLAH
PIKIR
OLAH
RASA/K
ARSA
OLAH
RAGA
beriman dan bertakwa,
jujur, amanah, adil,
bertanggung jawab,
berempati, berani
mengambil resiko,
pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa
patriotik
ramah, saling
menghargai, toleran,
peduli, suka menolong,
gotong royong,
nasionalis, kosmopolit ,
mengutamakan
kepentingan umum,
bangga menggunakan
bahasa dan produk
Indonesia, dinamis,
kerja keras, dan beretos
kerja
bersih dan sehat,
disiplin, sportif,
tangguh, andal,
berdaya tahan,
bersahabat,
kooperatif,
determinatif,
kompetitif, ceria,
dan gigih
cerdas, kritis,
kreatif, inovatif,
ingin tahu, berpikir
terbuka, produktif,
berorientasi Ipteks,
dan reflektif
KESIMPULAN (lanjutan):
4. Diantara berbagai nilai yang dikembangkan, maka dalam pelaksanaannya
dimulai dari sedikit, yang esensial, yang sederhana, yang mudah
dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah,
misalnya jujur, bertanggung jawab, cerdas, kreatif, bersih, disiplin, peduli,
suka menolong.
5. Peta nilai karakter, indikator-indikatornya, termasuk juga bagaimana
keterkaitannya dengan SK & SKD telah dikembangkan oleh Kemdiknas.
6. Kemdiknas mengidentifikasi 18 nilai dalam Pendidikan Budaya & Karakter
Bangsa yang bersumber dari: (1) Agama; (2) Pancasila; (3) Budaya; & (4)
Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin,
Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat
Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/-
Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli
Sosial, & Tanggung Jawab (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan
Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).
KESIMPULAN (lanjutan):
7. Begitu banyak & beragamnya jenis karakter yang teridentifikasi para
pemerhati pendikar. Dalam implementasinya jumlah & jenis karakter yang
dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu
dengan yang lain tergantung kepentingan & kondisinya masing-masing.
8. Tetapi secara nasional dapat dikembangkan nilai-nilai utama yang menjadi
penekanan sesuai kondisi bangsa & Negara Indonesia.
9. Sebagai contoh, karakter toleransi & cinta damai menjadi sangat penting
untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa & negara.
Nilai kejujuran & bertanggung jawab sangat urgen di saat bangsa ini
tengah menghadapi berbagai kasus korupsi.
Nilai disiplin menjadi sangat penting karena bangsa ini terkenal memiliki
mentalitas budaya tidak disiplin (Koentjaraningrat, 1999).
Nilai peduli & suka menolong menjadi sangat perlu dikembangkan di saat
berbagai musibah bencana alam melanda Indonesia & menelan banyak
korban.
OLAH
HATI
OLAH
PIKIR
OLAH
RASA/-
KARSA
OLAH
RAGA
Pertimbangan:
dimulai dari sedikit, yang
esensial, yang sederhana, yang
mudah dilaksanakan sesuai
dengan kondisi masing-masing
sekolah/wilayah.
BERSIH,
DISIPLIN, JUJUR,
BERTANGGUNG
JAWAB, CERDAS,
KREATIF, PEDULI,
SUKA MENOLONG.
1. Perilaku seseorang berkarakter dalam proses perkembangan &
pembentukannya dipengaruhi 2 faktor: 1. lingkungan (nature) & 2. bawaan
(nurture). Lingkungan sebagai faktor eksternal yang membentuk karakter
maka pendidikan menjadi sangat penting;
2. Socrates (469-399 SM): tujuan pendidikan yang paling mendasar
membentuk individu menjadi baik & cerdas (good & smart). “Goodness is
knowledge…to be good at something as a matter of knowledge.” (G.M.A.
Grube: 1980: 216-217);
3. Plato (428-348 SM) murid Socrates merefleksikan pemikiran gurunya
untuk hal yang lebih makro dari sekedar kebajikan individu menjadi
negarawan yang baik. Dalam bukunya yang terkenal “Republic”
menjelaskan bahwa agar anak dapat meraih kebenaran & kebajikan
diperlukan pedoman yang jelas agar moral dapat diaplikasikan dalam
kehidupan.
4. Aristoteles (384-322 SM), murid Plato juga mengarahkan pendidikan
kepada kebajikan atau nilai (virtue) individu yang mengandung 2 aspek:
intelektual & moral ”…intellectual virtue in the main owes both its birth
and its growth to teaching, while moral virtue comes about as a result of
habit…”
5. Emile Durkheim (1973): sosiolog Perancis,
menyatakan bahwa masyarakat harus memiliki nilai-
nilai yang baik sebagai kontribusi warisan moral
“…Society must have some good to achieve, an
original contribution to bring to the moral patrimony
of mankind. Idleness is a bad counselor for
collectivities as well as individual. When individual
activity does not know where to take hold, it turns
against itself. When the moral forces of a society
remain unemployed, when they are not engaged in
some work to accomplish, they deviate from their
moral sense and are used up in a morbid and harmful
manner…”(13)
KESIMPULAN (1-12):
1. Secara filosofis & sosiologis, pendidikan adalah pendidikan karakter yang
diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang dalam kedudukannya sebagai
pribadi, anggauta masyarakat, & sekaligus warga Negara suatu Negara
bangsa.
2. Megawangi (2004:95): Pendikar adalah sebuah usaha untuk mendidik
anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Nilai-nilai
karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak: adalah nilai universal
yang mana seluruh agama, tradisi, & budaya pasti menjunjung tinggi nilai-
nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi
seluruh anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya, suku,
& agama.
3. Pendikar ini merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi Nasional Pendidikan
Karakter, 2010).
KESIMPULAN (lanjutan):
4. Dalam Kebijakan Nasional, pendidikan karakter didefinisikan
sebagai usaha sadar & terencana untuk mewujudkan suasana
serta proses pemberdayaan potensi & pembudayaan peserta
didik guna membangun karakter pribadi &/ kelompok yang
unik sebagai warga negara.
5. Lickona (1992) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai
“deliberate effort to help people understand, care about, and
act upon core ethical values” Lickona, menambahkan bahwa
usaha itu tidak terjadi secara otomatis melainkan melalui kerja
keras & tekun. Dalam bukunya “Educating for Character”, ia
menjelaskan berikut: “…when we think about the kind of
character we want for our children, it’s clear that we want them
to be able to judge what is right, and then do what they believe
to be right-even in the face of pressure from without and
temptation from within…”
KESIMPULAN (lanjutan):
6. Jadi Pendidikan Karakter, bukan sekedar mengajarkan mana
yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan
karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal
mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham
(kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan
(afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor)
7. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik, harus
melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik” (moral
knowing), tetapi juga “merasakan dengan baik” atau “loving the
good” (moral feeling), dan “perilaku yang baik” (moral action).
Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan “habit” atau
kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan.
KESIMPULAN (lanjutan):
8. Karena pendidikan karakter adalah habit, pembentukan
karakter seseorang itu memerlukan communities of character
yang terdiri dari keluarga, sekolah, institusi keagamaan, media,
pemerintahan dan berbagai pihak yang mempengaruhi nilai-
nilai generasi muda
9. Semua communities of character tersebut hendaknya
memberikan u keteladanan, intervensi, pembiasaan yang
dilakukan secara konsisten, dan penguatan. Dengan perkataan
lain, pembentukan karakter memerlukan pengembangan
keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses
pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus menerus dalam
jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan.
KESIMPULAN (lanjutan):
10. Peran sekolah dalam pendidikan karakter dalam konteks Communities of
Character, diletakkan di tengah. Lockwood (1997) mendefinisikan “…any
school-initiated program, design in cooperation with other community institutions,
to shape directly and systematically the behavior of young people by influencing
explicitly the non relativistic values believe to bring about behavior…”
11. Peran sekolah sebagai Communities of Character dalam pendidikan
karakter sangat penting. Sekolah mengembangkan proses pendidikan
karakter melalui proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstra-
kurikuler dan bekerjasama dengan keluarga dan masyarakat dalam
pengembangannya.
12. Sekolah menjadi jembatan penghubung pendidikan karakter di satuan
pendidikan dengan keluarga-masyarakat melalui kontekstualisasi nilai
kehidupan sehari-hari siswa dalam pembelajaran, serta pemberdayaan
lembaga komite sekolah sebagai wahana partisipasi orang tua-masyarakat
dalam meningkatkan mutu pendidikan karakter.
1. Pembangunan karakter bangsa dipandang sebagai upaya
kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan
kehidupan berbangsa & bernegara yang sesuai dengan dasar &
ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya
dalam konteks kehidupan nasional, regional, & global yang
berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi
IPTEKS berdasarkan Pancasila & dijiwai oleh Iman & Takwa
Kepada Tuhan YME (Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa, Tahun 2010-2025., 2010:7-8).
2. Pembangunan & pendidikan moral/karakter dengan berbagai
nama & metode sudah dilakukan semenjak awal kemerdekaan,
Masa Orde Lama & Baru, namun belum memberikan hasil
seperti yang diharapkan.
STRATEGI KEBIJAKAN
3. Misalnya, Orde Baru melalui penataran P4 datang dengan semangat
menjadikan rakyat Indonesia sebagai manusia Pancasila. Semangatnya
secara filosofi sudah betul seperti yang diamanahkan oleh UUD 1945, tetapi
metodenya bermasalah karena dengan cara-cara indoktrinasi.
4. Sementara itu di persekolahan diajarkan Pendidikan Moral Pancasila, tetapi
dengan penekanan pada moral knowing (kognitif) dan mengabaikan moral
feeling dan moral action (afektif & psikomotor), sehingga hasilnya tidak
efektif dalam pembentukan karakter.
5. Secara teoritik pendidikan karakter melibatkan bukan saja aspek “knowing
the good” (moral knowing0, tetapi juga “desiring the good” atau “loving the
good” (moral feeling) dan “acting the good” (moral action).
6. Karena pendidikan karakter yang hanya membelajarkan siswa moral
knowing, tidak menjamin seseorang dapat berkarakter, yaitu orang yang
sesuai antara pikiran, kata, dan tindakan. Wyne (1991) mengatakan bahwa
95% kemungkinan kita semua tahu mana perbuatan baik dan buruk.
Masalahnya adalah kita tidak mempunyai keinginan kuat, atau komitmen
untuk melakukannya dalam tindakan nyata.
STRATEGI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER
1. STREAM TOP DOWN
3. STREAM REVITALISASI
PROGRAM
2. STREAM BOTTOM UP
SOSIALISASI
PENGEMBANGAN REGULASI
PENGEMBANGAN KAPASITAS
IMPLEMENTASI & KERJASAMA
MONITORING & EVALUASI
ILUSTRASI BEST PRACTICE
Talent scouting; IHE; YPI Al -
Hikmah; The ESQ Way
165; MHMMD
DLL
SOSIO PEDAGOGIS
Pramuka; Kantin Kejujuran;
UKS; PMR; Perlombaan/-
olimpiade sains & OR;
revitalisasi gugus sekolah
INTEGRASI 3
PENDEKATAN
1.KBM
2.Pengembang-
an Budaya
Satuan
Pendidikan;
3.Keg. Ko-
Kurikuler &/-
Ekstrakurikuler;
4.Kegiatan
keseharian di
rumah dan
masyarakat.
3 STREAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KARAKTER
1. Stream pertama: bersifat Top Down; inisiatif lebih banyak diambil oleh
Pemerintah/Kemdiknas & didukung secara sinergis oleh Pemda (Dinas
Pendidikan propinsi & Kab/Kota. Ada 5 (lima) strategi besar secara koheren,
yi:
a. SOSIALISASI: bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang
pentingnya pendidikan karakter pada lingkup nasional, melakukan gerakan
kolektif & pencanangan pendidikan karakter untuk semua(Desain Induk
Pendidikan Karakter: 2010:41), yaitu: menempatkan pendidikan karakter
sebagai salah satu Program 100 hari pertama Kemdiknas, seperti:
Sarasehan Nasional Pengembangan Budaya & Karakter Bangsa (14 Januari
2010); membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya
sosialisasi terutama dengan media massa (cetak & elektronik);
menyebarkan berbagai iklan karakter termasuk menyediakan pelayanan
portal nasional layanan informasi
b. PENGEMBANGAN REGULASI (1-9):
1) Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025
(Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat);
2) Desain Induk Pendidikan Karakter (2010);
3) Pengembangan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa, Pedoman
Sekolah (2010);
4) Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter; Buku-buku Petunjuk
Pelaksanaan & Teknis;
5) 4 (empat) prinsip dasar proses kebijakan pendidikan karakter, yaitu:
berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri
& budaya satuan pendidikan, nilai tidak diajarkan tapi
dikembangkan melalui proses belajar; proses pendidikan
dilakukan peserta didik secara aktif & menyenangkan;
6) pendekatan-pendekatan yang yang digunakan adalah: melalui
keteladanan; pembelajaran; pemberdayaan & pembudayaan; lalu
diikuti dengan penguatan terus menerus; dan baru semua proses
di evaluasi.
b. PENGEMBANGAN REGULASI (1-9):
7) Dalam konteks mikro, satuan pendidikan adalah tumpuan utama dari
pendidikan karakter. Kepala sekolah dan guru adalah pelaku terdepan dalam
pengembangan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya
satuan pendidikan; kegiatan ko-kurikuler dan/ ekstra kurikuler, serta
mengupayakan bagaimana semua itu menjadi bagian dari kegiatan
keseharian di rumah & masyarakat.
8) Kepala sekolah & guru harus secara tajam melihat bagaimana
perkembangan anak didiknya dalam berbagai indikator nilai karakter yang
dituju. Guru harus dapat dan telaten dalam membuat anecdotal record
(catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenan
dengan nilai yang dikembangkan.
9) Diperlukan dedikasi yang tinggi untuk melihat indikator-indikator
kualitatif dari perkembangan siswa termasuk kejelian guru dalam melihat &
memaknai kegiatan spontan/insidental siswa dalam konteks karakter.
C. PENGEMBANGAN KAPASITAS (1-8):
Kemdiknas secara komprehensif & massif melakukan pengembangan
kapasitas sumber daya pendidikan karakter sbb.
1) Sistem pelatihan bagi para pemangku kepentingan: (a) pelatihan Tingkat
Utama; (b) pelatihan tingkat nasional; (c) pelatihan tingkat propinsi;
pelatihan tingkat kabupaten/kota; (d) pelatihan tingkat sekolah rintisan;
(e) pelatihan oleh unit utama
2) Proses pendampingan (mentoring) dan penelitian secara kontinyu.
3) Menggunakan sumber daya pelatih: yang dimulai pada tahun 2010 telah
melatih Kepala Sekolah, Pengawas sebagai bagian dari peningkatan
kompetensi dalam mengelola, memimpin, dan mensupervisi guru dalam
mengembangkan pembelajaran berbasis kreativitas, inovasi, pemecahan
masalah, berfikir kritis & nilai-nilai kewirausahaan dengan menginsersi
lebih banyak pendidikan karakter.
C. PENGEMBANGAN KAPASITAS:
4) Peran Kepala Sekolah diharapkan menjadi tokoh penggerak/tauladan
pertama & utama di sekolah serta peran sentral dalam menerjemahkan
kebijakan bersama dengan pemangku kepentingan sekolah lainnya dalam
perencanaan bingkai KTSP sebagai pedoman komunitas sekolah dalam
menyelenggarakan kegiatan pendidikan sesuai dengan karakteristik
sekolah, tahap perkembangan & kemampuan anak.
5) Peningkatan mutu pendidikan melalui program sertifikasi guru baik
melalui portofolio maupun Pelaksanaan Pendidikan & Latihan Profesi
Guru (PLPG).
6) Memasukan 90 jam pendidikan karakter untuk pelatihan guru.
7) Memasukan nilai-nilai pendidikan karakter dlm kegiatan sosialisasi
penyusunan KTSP
8) Sosialisasi program BOS tahun 2011 terhadap 200 ribu sekolah (Kepala
Sekolah, Komite Sekolah & Guru).
D. IMPLEMENTASI & KERJASAMA:
1) Kemdiknas mensinergikan berbagai hal yang terkait dengan
pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok,
fungsi (TUSI), & sasaran Unit Utama Kemdiknas.
2) Sesuatu yang disinergikan bukan hanya dari sisi substansi
pendidikan karakter, akan tetapi juga tentang “siapa
melakukan apa” pada kelompok peserta didik, pendidik,
& tenaga kependidikan.
3) Implementasi & kerjasama juga dilakukan untuk memelihara
kesinambungan implementasi pendidikan karakter pada
lingkungan Unit Utama Kemdiknas.
4) Implementasi & kerjasama ini bermanfaat untuk
meminimalisir adanya tumpang tindih serta untuk
meningkatkan efektivitas & efisisiensi pelaksanaan pendidikan
karakter di lingkungan Unit Utama Kemdiknas.
E. MONITORING & EVALUASI (MONEV) (1-6):
1) MONEV, terfokus pada TUSI & sasaran masing-masing Unit
Kerja baik di Unit Utama, maupun di Dinas Pendidikan
Propinsi, Dinas Pendidikan Kab/Kota, serta stakeholder
pendidikan lainnya.
2) MONEV sangat berperan dalam mengontrol & mengendali-
kan pelaksanaan pendidikan karakter di setiap unit kerja
pelaksana pendidikan karakter. Monitoring internal untuk
mengetahui efektivitas program dilakukan oleh Kemdiknas
(Desain Induk Pendikar, 2010)
3) Monitoring: mengamati secara seksama keadaan/kondisi,
termasuk perilaku/kegiatan tertentu untuk pengambilan
keputusan tindakan.
4) Evaluasi menilai hasil yang diperoleh selama kegiatan
pemantauan berlangsung.
E. MONITORING & EVALUASI:
5) Dasar penilaian keberhasilan pendidikan karakter dilakukan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
6) Beberapa contoh dasar evaluasi/penilaian, seperti:
(a) meningkatnya kesadaran di lingkungan sekolah tentang pendikar;
(b) meningkatnya kejujuran peserta didik; pendidik & tenaga
kependidikan;
(c) meningkatnya kebersihan, kesehatan, kebugaran peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan;
(d) jumlah satuan pendidikan formal dan non formal yang telah
mengimplementasikan program pendikar menurut Kab/Kota dan
Propinsi;
(e) jumlah mapel/kuliah yang telah mengintegrasikan pendikar di
satuan pendidikan;
(f) jumlah satuan pendidikan yang menerapkan sistem penilaian yang
memasukkan komponen karakter.
BOTTOM UP
1. Stream kedua: Bersifat Bottom Up; pembangunan pendikar dalam stream
ini, inisiatif lebih banyak dari satuan pendidikan, yi:
a. Pemerintah membantu talentscouting sekolah model; forum pertemuan
tahunan: dari tingkat kab/kota, naik ke propinsi, lalu pertemuan nasional;
sekolah piloting di 125 sekolah di 16 kab/kota (2011 menjadi 250
sekolah).
b. Berbagai best practice ditulis menjadi buku-buku, cakram padat (VCD),
e-document; buku ditulis oleh para pelaku di satuan pendidikan .
c. Sekolah mengembangkan program yang direncanakan baik pada tingkat
kelas maupun sekolah, seperti program kunjungan ke panti asuhan,
daerah kena musibah; kegiatan homestay di rumah penduduk di desa;
proyek: lomba, pentas; program service learning.
d. Kegiatan pengembangan diri/pembiasaan & ekstrakurikuler melalui
strategi pembelajaran, seperti: problem-based learning (PBL), authentic
instruction, inquiry-based learning, project-base learning, work-base
learning, service learning, cooperative learning (Ditjen. Dikdasmen,
2003:4-8)
BOTTOM UP
e. Bern & Erickson (2001:5-11), yaitu: PBL, cooperative learning, project-
base learning, service learning, & work-base learning. Komalasari
(2010:156), menambahkan dengan strategi pembelajaran nilai.
f. Indonesian Heritage Foundation (IHF), untuk PAUD; YLPI Al Hikmah
untuk SD; dan dua contoh dari lembaga pendidikan non formal, yaitu:
ESQ Training Leadership & MHMMD (Mengelola Hidup &
Merencanakan Masa Depan-Ibu Marwah Daud Ibrahim).
g. IHF: didirikan tahun 2000 oleh Dr. Ratna Megawangi & Dr. Sofyan
Djalil:- disajikan dalam kurikulum secara eksplisit dalam kurikulum
bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
-Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK)
-Jalur pendidikan formal dan Non Formal;TK Karakter, SD Karakter, &
Semai Benih Bangsa (TK Non Formal berbasis masyarakat)
- Pengembangan model pendidikan karakter di jalur formal dengan
kurikulum karakter secara terpisah
- Mengacu pada konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Diknas, 2002);
KBK (Kur, 2004), terakhir disesuaikan dengan KTSP dengan metode
Developmentally Appropriate Practice (DAP), Contextual Learning,
Collaborative Learning, SAL & MI termasuk konsep Brain-based
learning.
BOTTOM UP
h. YLPI Al Hikmah Surabaya:
1)pendekatan keteladanan & habituasi dari guru & OT (meskipun tidak
terlalu explisit pendidikan karakter);
2)berbasis pada Agama & budaya bangsa sebagai sumber nilai-nilai
karakter;
3)tiga kekuatan, yaitu niat yang ikhlas, ukhuwah & doa;
4)lima ruang lingkup akhlak, yaitu: akhlak kepada Allah & Rasul, akhlak
kepada orang tua & guru, akhlak kepada sesama, akhlak kepada
lingkungan dan akhlak pada diri sendiri;
5)membangun segitiga emas:antara wali kelas-orang tua-siswa dari ke-3
hubungan ini dibangun program pendidikan karakter, seperti:
silahturahmi wali murid baru; konferensi segitiga (anak-OT-G); buku
penghubung;;
6)home visit parenting skill class; praying subuh call; baca Al-quran; kajian
Dhuha; klub keluarga Al Hikmah; pusat pelayanan psikologi
REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM
a. Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan wahana sosio-pedagogis
untuk mendapatkan “hands-on experience” yang memberikan kontribusi
signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori—praktek
pembiasaan perilaku—keterampilan dalam berkehidupan.
b.Kegiatan PRAMUKA: 1)ada semenjak tahun ‘60-an; 2)mengajarkan &
membentuk nilai-nilai karakter, yi: rasa cinta kpd Tuhan & tanah air,
membangun kesetiakawanan, membangun kejujuran, menumbuhkan sikap
toleransi, memupuk kebiasaan bekerjasama, menumbuhkan rasa tanggung
jawab, menegakkan disiplin, menumbuhkan semangat kerja keras,
menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan sikap pantang menyerah &
tidak putus asa.
c. KANTIN KEJUJURAN: 1)membentuk watak kejujuran; 2)pendidikan
anti-korupsi di sekolah; 3)upaya pemerintah, pemda, & sekolah satu visi
untuk memberantas penyakit korupsi yang dimulai dari penghabituasian
nilai-nilai kejujuran.
REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM
d. Perlombaan/olimpiade sains, seni & olah raga: 1)merupakan kegiatan
lain selain mengasah kemampuan akademik juga memiliki dimensi
pendidikan karakter, seperti: nilai kejujuran, kerja keras, penghargaan
terhadap perbedaan, rasa nasionalisme; 2) Mendiknas, menjelaskan
didapatkan nilai budaya berprestasi, budaya apresiasi positif, budaya
obyektif komprehensif, budaya rasa penasaran intelektual (intellectual
curiosity), & keinginan saling belajar; 3)beberapa perlombaan untuk
pendidikan dasar & menengah, seperti: olimpiade Sains Nasional (OSN),
Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Festival & Lomba Seni
Siswa Nasional (FLS2N), Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI).
e. USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS): memupuk kebiaasaan hidup
sehat, perilaku bersih, memiliki daya hayat & tangkal dari pengaruh
buruk, seperti: penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang.
REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM
f. PMR:mengembangkan kepalangmerahan kepada siswa,
mendidik kepedulian aktif dengan memberikan kegiatan-
kegiatan: siaga bencana, pertolongan pertama, kesehatan
remaja, donor darah.
g. Revitalisasi GUGUS SEKOLAH: 1)wadah sekelompok
guru mapel dari wilayah tertentu untuk meningkatkan mutu
PBM & pengembangan profesi; 2) di SD-KKG, di SMP &
SMA-MGMP, di SMK-Musyawarah Guru Mata Diklat
(MGMD) yang memiliki peran penting di sekolah
INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up bersifat
PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta revitalisasi
program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan secara integrasi, yaitu:
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
a. Blanchard (2001:1) & Berns & Erikson (2001:2): “contextual teaching
and learning is a conception of teaching and learning that helps
teachers relate subject matter content to real world situations; and
motivates students to make connections between knowledge and its
applications to their lives as family members, citizens, and workers and
engage in the hard work that learning requires” (pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar & mengajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa & mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja).
b. Siswa diharapkan memperoleh informasi komprehensif tidak hanya
pada tataran kognitif (olah pikir), tapi afektif (olah hati, rasa & karsa).
Revitalisasi
Bottom Up
53
Top Down
PENDIDIKAN KARAKTER
TIGA STREAM DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
c. Berns & Erikson (2001:5-11): 5 strategi dalam mengimplementasikan
pembelajaran konstektual, yaitu:
1) Problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah):integrasi
berbagai konsep & keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.
Pendekatan dalam mengumpulkan & menyatukan informasi &
mempresentasikan penemuan.
2) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif): mengorganisir
pembelajaran melalui kelompok belajar kecil.
3) Project-based learning (pembelajaran berbasis proyek:
memusatkan pada prinsip & konsep utama disiplin, melibatkan
siswa dalam memecahkan masalah & tugas penuh makna,
mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran
untuk mengjhasilkan karya nyata berdasarkan suatu penyelidikan.
INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
c. Berns & Erikson (2001:5-11): 5 strategi dalam mengimplementasikan
pembelajaran konstektual, yaitu:
4) Service learning (pembelajaran pelayanan): menyediakan aplikasi
praktis suatu pengembangan pengetahuan & keterampilan baru
untuk kebutuhan di masyarakat melalui pelayanan & aktivitas
5) Work-based learning (pembelajaran berbasis kerja): pendekatan di
mana tempat kerja atau seperti tempat kerja, kegiatan integrasi
dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa & bisnis.
d. ke-5 strategi tsb. dapat memberikan nurturant effect pengembangan
karakter siswa, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung
jawab, rasa ingin tahu
e. Pembelajaran kooperatif mengembangkan karakter toleransi,
bersahabat, saling menghargai, kooperatif, peduli, gotong-royong,
kompetitif.
f. Pembelajaran berbasis pelayanan mengembangkan karakter produktif,
kreatif, dinamis, beretos kerja, berani mengambil resiko.
INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
g. Komalasari (2010): menambahkan pembelajaran NILAI disamping
ke-5 pendekatan di atas, yang didasarkan pada rumusan & tipologi dari
Superka, et.al. (1976), meliputi:
1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach); tujuan
pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: pertama,
diterimanya nilai-nilai tertentu oleh siswa, kedua: berubahnya
nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
diinginkan. Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran,
yaitu: keteladanan, penguatan positif & negatif, simulasi,
permainan peranan.
2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral
development approach); tujuannya: 1) membuat pertimbangan
moral, 2) mendiskusikan alasan-alasan (Superka, et, al., 1976;
Banks, 1985). Penekanan pada aspek kognitf & perkembangannya,
mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah
moral & dalam membuat keputusan-keputusan moral
INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach); tujuan: (a)
membantu siswa menggunakan berpikir logis & penemuan ilmiah
dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai
moral tertentu; (b) membantu siswa untuk menggunakan proses
berpikir rasional & analitik, dalam menghubungkan & merumuskan
konsep-konsep tentang nilai. Penekanan pada perkembangan
kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis
masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai. Metoda pengajaran:
individu dan kelompok tentang masalah-masalah yang memuat nilai
moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, & diskusi
kelas berdasarkan pada pemikiran rasional (Superka, et. al., 1976).
INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach);
tujuannya: (a) membantu siswa menyadari & mengidentifikasi
nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; (b)membantu
siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka &
jujur dengan orang lain; (c) membantu siswa supaya mereka
mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir
rasional & kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-
nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri (Superka, et.al., 1976);
Untuk mengembangkan keterampilan tsb, Raths, et.al. (1978)
merumuskan 4 kunci pedoman: (a) tumpuan perhatian diberikan
pada kehidupan; (b) penerimaan sesuai dengan apa adanya; (c)
stimulus utk bertindak lebih lanjut; (d) pengembangan kemampuan
perseorangan.
INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS:
5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach):
Tujuannya:
(a)memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan
moral, baik perorangan maupun bersama-sama;
(b)mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk
individu &sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak
memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari
suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam suatu
proses demokrasi.
Memberi penekanan pada usaha melakukan perbuatan-perbuatan
moral baik perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu
kelompok.
Metoda yang digunakan seperti pendekatan analisis nilai &
klarifikasi nilai ditambah proyek baik di sekolah maupun
masyarakat.
INTEGRASI TIGA PENDEKATAN
2. PENGEMBANGAN BUDAYA SATUAN PENDIDIKAN:
a.Pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan pengembangan diri
seperti: kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan
pengkondisian
b.Perlu dukungan intervensi pemerintah & dukungan pengalaman terbaik
(best practice) dan revitalisasi kegiatan
3. KEGIATAN KO-KURIKULER &/ EKSTRAKURIKULER
Perlu dukungan intervensi pemerintah & dukungan pengalaman terbaik
(best practice) dan revitalisasi kegiatan
4. KEGIATAN KESEHARIAN DI RUMAH DAN MASYARAKAT
TOP DOWN (INTERVENSI)
BOTTOM UP (BESTPRACTICE, HABITUASI)
R
E
V
I
T
A
L
I
S
A
S
I
PAUD
/SD
SMP
PT
SMA
Pendidikan
KARAKTER
“…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-
bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup
anak-anak kita..” (Ki Hajar Dewantoro)
Pendidikan Komprehensif:
Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif
Pendidikan
AKADEMIK
DSB
62
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaPujiati Puu
 
Makalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/AkhlaqMakalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/AkhlaqErna Mariana
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamNovita Widianingsih
 
Nota Identiti Tingkatan 1
Nota Identiti Tingkatan 1Nota Identiti Tingkatan 1
Nota Identiti Tingkatan 1NORSIENA
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptAisyah Turidho
 
Kuliah 1 akhlak, moral dan etika copy - copy
Kuliah 1 akhlak, moral dan etika   copy - copyKuliah 1 akhlak, moral dan etika   copy - copy
Kuliah 1 akhlak, moral dan etika copy - copySucram Suna
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakDini Audi
 
Modul 3108 prekembangan kerohanian dan moral
Modul 3108 prekembangan kerohanian dan moralModul 3108 prekembangan kerohanian dan moral
Modul 3108 prekembangan kerohanian dan moralHon Shan Shan
 
Pendidikan moral nota
Pendidikan moral notaPendidikan moral nota
Pendidikan moral notamoral88
 
P.perkembangan kepribadian [autosaved]
P.perkembangan kepribadian [autosaved]P.perkembangan kepribadian [autosaved]
P.perkembangan kepribadian [autosaved]renda puspitasari
 
Etika Moral dan Ahklak
Etika Moral dan Ahklak Etika Moral dan Ahklak
Etika Moral dan Ahklak Arnindia Putri
 
Pengenalan Etika, Akhlak dan Moral
Pengenalan Etika, Akhlak dan MoralPengenalan Etika, Akhlak dan Moral
Pengenalan Etika, Akhlak dan MoralThomas Mon
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanIwanAr
 
Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan MoralAkhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan MoralZezen Wahyudin
 

What's hot (20)

Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
 
Makalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/AkhlaqMakalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/Akhlaq
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Nota Identiti Tingkatan 1
Nota Identiti Tingkatan 1Nota Identiti Tingkatan 1
Nota Identiti Tingkatan 1
 
Konsep dan Pengertian Akhlak
Konsep dan Pengertian AkhlakKonsep dan Pengertian Akhlak
Konsep dan Pengertian Akhlak
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
 
Kuliah 1 akhlak, moral dan etika copy - copy
Kuliah 1 akhlak, moral dan etika   copy - copyKuliah 1 akhlak, moral dan etika   copy - copy
Kuliah 1 akhlak, moral dan etika copy - copy
 
Pn fitrah manusia
Pn fitrah manusiaPn fitrah manusia
Pn fitrah manusia
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint Akhlak
 
Modul 3108 prekembangan kerohanian dan moral
Modul 3108 prekembangan kerohanian dan moralModul 3108 prekembangan kerohanian dan moral
Modul 3108 prekembangan kerohanian dan moral
 
Etika,moral,dan akhlak
Etika,moral,dan akhlakEtika,moral,dan akhlak
Etika,moral,dan akhlak
 
Pendidikan moral nota
Pendidikan moral notaPendidikan moral nota
Pendidikan moral nota
 
P.perkembangan kepribadian [autosaved]
P.perkembangan kepribadian [autosaved]P.perkembangan kepribadian [autosaved]
P.perkembangan kepribadian [autosaved]
 
Etika Moral dan Ahklak
Etika Moral dan Ahklak Etika Moral dan Ahklak
Etika Moral dan Ahklak
 
Pengenalan Etika, Akhlak dan Moral
Pengenalan Etika, Akhlak dan MoralPengenalan Etika, Akhlak dan Moral
Pengenalan Etika, Akhlak dan Moral
 
dimensi manusia
dimensi manusiadimensi manusia
dimensi manusia
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikan
 
Fowler
FowlerFowler
Fowler
 
Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan MoralAkhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan Moral
 

Similar to Tugas 1

Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakterAfrils
 
Pengantar pendd-slide
Pengantar pendd-slidePengantar pendd-slide
Pengantar pendd-slidemutia123
 
Subjek Pendidikan dan hakikat manusia Indonesia.pptx
Subjek Pendidikan dan hakikat manusia Indonesia.pptxSubjek Pendidikan dan hakikat manusia Indonesia.pptx
Subjek Pendidikan dan hakikat manusia Indonesia.pptxMukhammadLuqmanHakim4
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptbertha_tandi
 
PPT PERSPEKTIF MODUL 4 JUWANTI.pptx
PPT PERSPEKTIF MODUL 4 JUWANTI.pptxPPT PERSPEKTIF MODUL 4 JUWANTI.pptx
PPT PERSPEKTIF MODUL 4 JUWANTI.pptxGustiawanSaputra
 
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Fandy Neta
 
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdfBhinekaTemplate
 
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptxPPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptxNj _mole07
 
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptxPPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptxNj _mole07
 
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptxPPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptxNurnilamHarefa
 
PENDIDIKAN KARAKTER.pptx
PENDIDIKAN KARAKTER.pptxPENDIDIKAN KARAKTER.pptx
PENDIDIKAN KARAKTER.pptxHanaRosi1
 
Pengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadianPengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadianpanamjayait
 
Hakekat manusia dan PSDM
Hakekat manusia dan PSDMHakekat manusia dan PSDM
Hakekat manusia dan PSDMArif Al Swei
 
Pendidikan karakter di sla
Pendidikan karakter di slaPendidikan karakter di sla
Pendidikan karakter di slaAsmuni Syukir
 
hakikat manusia dan pengembangannya
hakikat manusia dan pengembangannyahakikat manusia dan pengembangannya
hakikat manusia dan pengembangannyaMerlinda Ambinari
 
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfMATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfahmadchumaedi2
 

Similar to Tugas 1 (20)

Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Pertemuan 2 Hakikat manusia.pptx
Pertemuan 2 Hakikat manusia.pptxPertemuan 2 Hakikat manusia.pptx
Pertemuan 2 Hakikat manusia.pptx
 
Pengantar pendd-slide
Pengantar pendd-slidePengantar pendd-slide
Pengantar pendd-slide
 
Buku ajar 1 MPKT A
Buku ajar 1 MPKT ABuku ajar 1 MPKT A
Buku ajar 1 MPKT A
 
Subjek Pendidikan dan hakikat manusia Indonesia.pptx
Subjek Pendidikan dan hakikat manusia Indonesia.pptxSubjek Pendidikan dan hakikat manusia Indonesia.pptx
Subjek Pendidikan dan hakikat manusia Indonesia.pptx
 
kel. 5.docx
kel. 5.docxkel. 5.docx
kel. 5.docx
 
Pendidikan karakter bangsa
Pendidikan karakter bangsaPendidikan karakter bangsa
Pendidikan karakter bangsa
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan ppt
 
PPT PERSPEKTIF MODUL 4 JUWANTI.pptx
PPT PERSPEKTIF MODUL 4 JUWANTI.pptxPPT PERSPEKTIF MODUL 4 JUWANTI.pptx
PPT PERSPEKTIF MODUL 4 JUWANTI.pptx
 
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini , dan peran guru dal...
 
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
1. SIKAP, PRIBADI DAN TINGKAH LAKU.pdf
 
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptxPPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
 
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptxPPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
 
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptxPPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER  [www.defantri.com].pptx
PPT MPLS PENDIDIKAN KARAKTER [www.defantri.com].pptx
 
PENDIDIKAN KARAKTER.pptx
PENDIDIKAN KARAKTER.pptxPENDIDIKAN KARAKTER.pptx
PENDIDIKAN KARAKTER.pptx
 
Pengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadianPengembangan kepribadian
Pengembangan kepribadian
 
Hakekat manusia dan PSDM
Hakekat manusia dan PSDMHakekat manusia dan PSDM
Hakekat manusia dan PSDM
 
Pendidikan karakter di sla
Pendidikan karakter di slaPendidikan karakter di sla
Pendidikan karakter di sla
 
hakikat manusia dan pengembangannya
hakikat manusia dan pengembangannyahakikat manusia dan pengembangannya
hakikat manusia dan pengembangannya
 
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdfMATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
MATERI PERTEMUAN KE -5_1.pdf
 

More from ikhsan muhamad

Bab 10 keanekaragaman mahluk hidup dan perkembangannya
Bab 10 keanekaragaman mahluk hidup dan perkembangannyaBab 10 keanekaragaman mahluk hidup dan perkembangannya
Bab 10 keanekaragaman mahluk hidup dan perkembangannyaikhsan muhamad
 
Bab 9 biosfer dan mahluk hidup
Bab 9 biosfer dan mahluk hidupBab 9 biosfer dan mahluk hidup
Bab 9 biosfer dan mahluk hidupikhsan muhamad
 
Bab 7 bumi sebagai planet
Bab 7 bumi sebagai planetBab 7 bumi sebagai planet
Bab 7 bumi sebagai planetikhsan muhamad
 
Bab 5 pembentukan alam semesta (new)
Bab 5 pembentukan alam semesta (new)Bab 5 pembentukan alam semesta (new)
Bab 5 pembentukan alam semesta (new)ikhsan muhamad
 
Bab 4 perkembangan ilmu pengetahuan alam (new)
Bab 4 perkembangan ilmu pengetahuan alam (new)Bab 4 perkembangan ilmu pengetahuan alam (new)
Bab 4 perkembangan ilmu pengetahuan alam (new)ikhsan muhamad
 
Bab 2 alam pikiran manusia dan perkembangannya
Bab 2 alam pikiran manusia dan perkembangannyaBab 2 alam pikiran manusia dan perkembangannya
Bab 2 alam pikiran manusia dan perkembangannyaikhsan muhamad
 
Bab 1 konsep dasar iad
Bab 1 konsep dasar iadBab 1 konsep dasar iad
Bab 1 konsep dasar iadikhsan muhamad
 

More from ikhsan muhamad (11)

Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Bab 10 keanekaragaman mahluk hidup dan perkembangannya
Bab 10 keanekaragaman mahluk hidup dan perkembangannyaBab 10 keanekaragaman mahluk hidup dan perkembangannya
Bab 10 keanekaragaman mahluk hidup dan perkembangannya
 
Bab 9 biosfer dan mahluk hidup
Bab 9 biosfer dan mahluk hidupBab 9 biosfer dan mahluk hidup
Bab 9 biosfer dan mahluk hidup
 
Bab 8 konsep evolusi
Bab 8 konsep evolusiBab 8 konsep evolusi
Bab 8 konsep evolusi
 
Bab 7 bumi sebagai planet
Bab 7 bumi sebagai planetBab 7 bumi sebagai planet
Bab 7 bumi sebagai planet
 
Bab 6 tata surya
Bab 6 tata suryaBab 6 tata surya
Bab 6 tata surya
 
Bab 5 pembentukan alam semesta (new)
Bab 5 pembentukan alam semesta (new)Bab 5 pembentukan alam semesta (new)
Bab 5 pembentukan alam semesta (new)
 
Bab 4 perkembangan ilmu pengetahuan alam (new)
Bab 4 perkembangan ilmu pengetahuan alam (new)Bab 4 perkembangan ilmu pengetahuan alam (new)
Bab 4 perkembangan ilmu pengetahuan alam (new)
 
Bab 3 metode ilmiah
Bab 3 metode ilmiahBab 3 metode ilmiah
Bab 3 metode ilmiah
 
Bab 2 alam pikiran manusia dan perkembangannya
Bab 2 alam pikiran manusia dan perkembangannyaBab 2 alam pikiran manusia dan perkembangannya
Bab 2 alam pikiran manusia dan perkembangannya
 
Bab 1 konsep dasar iad
Bab 1 konsep dasar iadBab 1 konsep dasar iad
Bab 1 konsep dasar iad
 

Recently uploaded

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Tugas 1

  • 2.
  • 3. Pembangunan karakter : cita-cita luhur pendiri bangsa Indonesia & tertulis dalam Pancasila & Pembukaan UUD 1945 Pembangunan karakter merupakan merupakan amanat pendiri negara dan telah dimulai sejak awal kemerdekaan.  Keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dg baik, sehingga hasilnya belum optimal. Fenomena keseharian menunjukkan perilaku masyarakat belum sejalan dengan karakter bangsa yang dijiwai oleh Falsafah Pancasila (religius, humanis, nasionalis, demokratis, keadilan & kesejahteraan rakyat) PERLU REVITALISASI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA
  • 4. 1. Tangguh, 2. kompetitif, 3. berakhlak mulia, 4. bermoral, 5. bertoleran, 6. bergotong royong, 7. berjiwa patriotik, 8. berkembang dinamis, 9. berorientasi Iptek yang semuanya dijiwai oleh IMTAQ kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. BANGSA BERKARAKTER BANGSA YANG MERDEKA, BERSATU, BERDAULAT, ADIL DAN MAKMUR pembagunan karakter bangsa R A N: POLHUKAM, KESRA, PEREKONOMIAN 1. Disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila. 2. Keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila. 3. Bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 4. Memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa. 5. Ancaman disintegrasi bangsa 6. Melemahnya kemandirian bangsa. PERMASALAHAN BANGSA DAN NEGARA STRATEGI: 1.Sosialisasi/ Penyadaran 2.Pendidikan 3.Pemberdayaan 4.Pembudayaan 5.Kerjasama 1. PANCASILA 2. UUD 45 3. Bhineka Tunggal Ika 4. NKRI KONSENSUS NASIONAL LINGKUNGAN STRATEGIS Global, Regional, Nasional Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa + 4
  • 5. 5 Mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila • Pengembangkan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik & berperilaku baik”. • Pebaikan thd perilaku yg kurang baik dan penguatan perilaku yg sudah baik. • Penyaring budaya yg kurang sesuai dg nilai-nilai luhur Pancasila. TUJUAN: FUNGSI: Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat politik; pemerintah; dunia usaha; media massa. RUANG LINGKUP Tujuan, Fungsi, Ruang Lingkup
  • 6.
  • 7. JATI DIRI JATI DIRI JATI DIRI K A R A K T E R P E R I L A K U PENGARUH LINGKUNGAN PENGARUH LINGKUNGAN Fitrah Illahi ...jati diri berinteraksi dengan lingkungan sehingga membentuk karakter, sedangkan karakter akan mempengaruhi perilaku... Konsep Karakter Bangsa
  • 8. 1. Sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). 2. “Distinctive trait, distinctive quality, moral strength, the pattern of behavior found in an individual or group” (Webster New Word Dictionary). 3. Kata karakter berasal dari Yunani, charassein, yang berarti to engrave atau mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Kemudian diartikan”…an individuals pattern of behavior…his moral constitution …”(Karen E. Bohlin, De- borah Farmer, Kevin Ryan. Building Character in School. 2001:1). Ada 2 pengertian karakter; (1) bagaimana orang bertingkah laku; (2), personality, seseorang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
  • 9. 4. Teori Kepribadian: character is personality evaluated (Gordon W. Alport). Sigmund Freud: character is striving system which underly behavior . Kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan). 5. Imam Ghozali menganggap karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi
  • 10. KESIMPULAN: 1. Karakter berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. 2. Orang berkarakter adalah seseorang yang memiliki kualitas moral positif. 3. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. 4. Hal ini didukung oleh Peterson & Seligman (dalam Gedhe Raka, 2007:5) character strength dipandang sebagai unsur- unsur psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama character strength adalah karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
  • 11. Kesimpulan: 5. Memperhatikan berbagai pendefinisian (etimologi & terminologi), Kemdiknas mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam prilaku (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, 2010). Jadi karakter yang menjadi ciri khas suatu bangsa merupakan karakter bangsa. Simon Philips (2008:223) mengartikan karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan identitas bangsa. 6. Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 (2010:7): karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas, baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa & bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
  • 12. DEFINISI KARAKTER & PENDIDIKAN KARAKTER Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas, baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen NKRI.
  • 13.
  • 14. 1. Orang yang berkarakter dapat disebut dengan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang dimanefestasikan dalam tindakan nyata melalui perilaku yang berkarakter. 2. Tinjauan karakter secara psikologis: merupakan perwujudan dari potensi Intelligency Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki seseorang. 3. Menurut pandangan agama: orang yang berkarakter pada dirinya terkandung potensi-potensi, yaitu: Fathonah, Sidiq, Amanah, dan Tabliq.
  • 15. 4. Pandangan sosiologi dikenal dengan potensi thinker, believer, doer dan networker. 5. Jadi seorang yang berkarakter memiliki kemampuan berpikir, memiliki kemampuan keyakinan/komitmen, mampu melakukan, & membangun jaringan kerja. J. Bloom: pandangan teori pendidikan menjelaskan bahwa orang yang berkarakter memiliki potensi kognitif, afektif dan psikomotor.
  • 16. Intra- Personal Inter- Personal Logika Rasa FATHONAH THINKER IQ OLAH PIKIR SIDDIQ BELIEVER SQ OLAH HATI AMANAH DOER AQ OLAH RAGA TABLIGH NETWORKER EQ OLAH RASA & KARSA JENIS-JENIS KARAKTER: PSIKOLOGIS-SOSIOLOGIS-AGAMA
  • 17. 6. Secara lebih khusus dalam Pendidikan Kewarganegaraan dikenal civic disposition (Branson. The Role of Civic Education. 1999:23), yaitu “…those attitudes and habit of mind of the citizen that are conducive to the healthy functioning and common good of the democratic system…”- sikap & kebiasaan berpikir WN yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat & jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi 7. Secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yaitu: “ civility (respect & civil discourse), individual responsibility, self-discipline, civic mindedness (openness, skepticism, recognition of ambiguity), compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and loyalty to the nation and its principles” (Quigley, Buchanan, & Bahmueller. Civitas: A Framework for Civic Education. 1991:13-14)
  • 18. 8. Lickona (1992), ahli pendidik karakter dari Cortland University dikenal sebagai Bapak Pendikar Amerika yang menerapkan idenya pada tingkat pendidikan dasar & menengah: (1) moral knowing (pengetahuan tentang moral); (2) moral feeling (perasaan tentang moral), dan (3) moral action (perbuatan moral atau act morally). Moral Knowing Moral Feeling Moral Action 1. Moral awareness 1. Conscience (nurani) 1. Competence 2. Knowing moral values 2. Self- esteem (percaya diri 2. Will (keinginan ) 3. Perspective taking 3. Empathy (merasakan penderitaan orang lain) 3. Habit (kebiasaan ) 4. Moral reasoning 4. Loving the good (mencintai kebenaran) 5. Decision making 5. Self-control (mampu mengontrol diri) 6. Self-knowledge 6. Humility (kerendahan hati)
  • 19. IHE DIMERMEN YJDB SITUS GOOGLE 1. Cinta Tuhan & segenap ciptaan-Nya 1. Respect 5 Sikap Dasar: 1. jujur; 2. terbuka; 3. berani mengambil resiko; 4. tanggung jawab,;5. komitmen 3 Syarat: 1. niat; 2. tidak mendahului kehendak Tuhan; 3. bersyukur. 3 Syarat lain: 1. doa/ibadah; 2. mewujudkan perubahan; 3. tauladan (“Membangun Kembali Jati Diri Bangsa, Peran Penting Karakter & Hasrat untuk Berubah”, 2008) 1.Responsibility 2. Kemandirian & tanggung jawab 2. Responsibility 2. Respect 3. dermawan, suka menolong & gotong royong 3. Honesty 3. Fairness 3. Percaya, kreatif & pekerja keras 4. Empathy 4. Courage 4. Kepemimpinan & keadilan 5. Fairness 5. Honesty 5. Baik & rendah hati 6. Initiative 6. Citizenship 6. toleransi, kedamaian & kesatuan 7. Courage 7. Self-discipline (Megawangi, 2004:94) 8. Perseverance 8. Caring 9. Optimism 9. Perseverance 10. Integrity (Dimermen, 2009:9) (www.google.com)
  • 20. KESIMPULAN: 1. Pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) + fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, & masyarakat) & berlangsung sepanjang hayat. 2. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis & sosial- kultural dapat dikelompokkan dalam: 1. olah hati (spiritual & emotional development); 2. olah pikir (intellectual development); 3. olah raga & kinestetik (physical & kinesthetic development); 4. olah rasa & karsa (affective & creativity development) . 3. Ke-4 proses psikososial tsb. secara holistik & koheren memiliki saling keterkaitan & saling melengkapi, serta masing-masing proses psikososial secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010:8-9)
  • 21. OLAH HATI OLAH PIKIR OLAH RASA/K ARSA OLAH RAGA beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit , mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif
  • 22. KESIMPULAN (lanjutan): 4. Diantara berbagai nilai yang dikembangkan, maka dalam pelaksanaannya dimulai dari sedikit, yang esensial, yang sederhana, yang mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, misalnya jujur, bertanggung jawab, cerdas, kreatif, bersih, disiplin, peduli, suka menolong. 5. Peta nilai karakter, indikator-indikatornya, termasuk juga bagaimana keterkaitannya dengan SK & SKD telah dikembangkan oleh Kemdiknas. 6. Kemdiknas mengidentifikasi 18 nilai dalam Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa yang bersumber dari: (1) Agama; (2) Pancasila; (3) Budaya; & (4) Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/- Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, & Tanggung Jawab (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).
  • 23. KESIMPULAN (lanjutan): 7. Begitu banyak & beragamnya jenis karakter yang teridentifikasi para pemerhati pendikar. Dalam implementasinya jumlah & jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain tergantung kepentingan & kondisinya masing-masing. 8. Tetapi secara nasional dapat dikembangkan nilai-nilai utama yang menjadi penekanan sesuai kondisi bangsa & Negara Indonesia. 9. Sebagai contoh, karakter toleransi & cinta damai menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa & negara. Nilai kejujuran & bertanggung jawab sangat urgen di saat bangsa ini tengah menghadapi berbagai kasus korupsi. Nilai disiplin menjadi sangat penting karena bangsa ini terkenal memiliki mentalitas budaya tidak disiplin (Koentjaraningrat, 1999). Nilai peduli & suka menolong menjadi sangat perlu dikembangkan di saat berbagai musibah bencana alam melanda Indonesia & menelan banyak korban.
  • 24. OLAH HATI OLAH PIKIR OLAH RASA/- KARSA OLAH RAGA Pertimbangan: dimulai dari sedikit, yang esensial, yang sederhana, yang mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah. BERSIH, DISIPLIN, JUJUR, BERTANGGUNG JAWAB, CERDAS, KREATIF, PEDULI, SUKA MENOLONG.
  • 25.
  • 26. 1. Perilaku seseorang berkarakter dalam proses perkembangan & pembentukannya dipengaruhi 2 faktor: 1. lingkungan (nature) & 2. bawaan (nurture). Lingkungan sebagai faktor eksternal yang membentuk karakter maka pendidikan menjadi sangat penting; 2. Socrates (469-399 SM): tujuan pendidikan yang paling mendasar membentuk individu menjadi baik & cerdas (good & smart). “Goodness is knowledge…to be good at something as a matter of knowledge.” (G.M.A. Grube: 1980: 216-217); 3. Plato (428-348 SM) murid Socrates merefleksikan pemikiran gurunya untuk hal yang lebih makro dari sekedar kebajikan individu menjadi negarawan yang baik. Dalam bukunya yang terkenal “Republic” menjelaskan bahwa agar anak dapat meraih kebenaran & kebajikan diperlukan pedoman yang jelas agar moral dapat diaplikasikan dalam kehidupan. 4. Aristoteles (384-322 SM), murid Plato juga mengarahkan pendidikan kepada kebajikan atau nilai (virtue) individu yang mengandung 2 aspek: intelektual & moral ”…intellectual virtue in the main owes both its birth and its growth to teaching, while moral virtue comes about as a result of habit…”
  • 27. 5. Emile Durkheim (1973): sosiolog Perancis, menyatakan bahwa masyarakat harus memiliki nilai- nilai yang baik sebagai kontribusi warisan moral “…Society must have some good to achieve, an original contribution to bring to the moral patrimony of mankind. Idleness is a bad counselor for collectivities as well as individual. When individual activity does not know where to take hold, it turns against itself. When the moral forces of a society remain unemployed, when they are not engaged in some work to accomplish, they deviate from their moral sense and are used up in a morbid and harmful manner…”(13)
  • 28. KESIMPULAN (1-12): 1. Secara filosofis & sosiologis, pendidikan adalah pendidikan karakter yang diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang dalam kedudukannya sebagai pribadi, anggauta masyarakat, & sekaligus warga Negara suatu Negara bangsa. 2. Megawangi (2004:95): Pendikar adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak: adalah nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi, & budaya pasti menjunjung tinggi nilai- nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya, suku, & agama. 3. Pendikar ini merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010).
  • 29. KESIMPULAN (lanjutan): 4. Dalam Kebijakan Nasional, pendidikan karakter didefinisikan sebagai usaha sadar & terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi & pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi &/ kelompok yang unik sebagai warga negara. 5. Lickona (1992) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values” Lickona, menambahkan bahwa usaha itu tidak terjadi secara otomatis melainkan melalui kerja keras & tekun. Dalam bukunya “Educating for Character”, ia menjelaskan berikut: “…when we think about the kind of character we want for our children, it’s clear that we want them to be able to judge what is right, and then do what they believe to be right-even in the face of pressure from without and temptation from within…”
  • 30. KESIMPULAN (lanjutan): 6. Jadi Pendidikan Karakter, bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor) 7. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik” (moral knowing), tetapi juga “merasakan dengan baik” atau “loving the good” (moral feeling), dan “perilaku yang baik” (moral action). Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan.
  • 31. KESIMPULAN (lanjutan): 8. Karena pendidikan karakter adalah habit, pembentukan karakter seseorang itu memerlukan communities of character yang terdiri dari keluarga, sekolah, institusi keagamaan, media, pemerintahan dan berbagai pihak yang mempengaruhi nilai- nilai generasi muda 9. Semua communities of character tersebut hendaknya memberikan u keteladanan, intervensi, pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan penguatan. Dengan perkataan lain, pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan.
  • 32. KESIMPULAN (lanjutan): 10. Peran sekolah dalam pendidikan karakter dalam konteks Communities of Character, diletakkan di tengah. Lockwood (1997) mendefinisikan “…any school-initiated program, design in cooperation with other community institutions, to shape directly and systematically the behavior of young people by influencing explicitly the non relativistic values believe to bring about behavior…” 11. Peran sekolah sebagai Communities of Character dalam pendidikan karakter sangat penting. Sekolah mengembangkan proses pendidikan karakter melalui proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstra- kurikuler dan bekerjasama dengan keluarga dan masyarakat dalam pengembangannya. 12. Sekolah menjadi jembatan penghubung pendidikan karakter di satuan pendidikan dengan keluarga-masyarakat melalui kontekstualisasi nilai kehidupan sehari-hari siswa dalam pembelajaran, serta pemberdayaan lembaga komite sekolah sebagai wahana partisipasi orang tua-masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan karakter.
  • 33.
  • 34. 1. Pembangunan karakter bangsa dipandang sebagai upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa & bernegara yang sesuai dengan dasar & ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, & global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi IPTEKS berdasarkan Pancasila & dijiwai oleh Iman & Takwa Kepada Tuhan YME (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, Tahun 2010-2025., 2010:7-8). 2. Pembangunan & pendidikan moral/karakter dengan berbagai nama & metode sudah dilakukan semenjak awal kemerdekaan, Masa Orde Lama & Baru, namun belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.
  • 35. STRATEGI KEBIJAKAN 3. Misalnya, Orde Baru melalui penataran P4 datang dengan semangat menjadikan rakyat Indonesia sebagai manusia Pancasila. Semangatnya secara filosofi sudah betul seperti yang diamanahkan oleh UUD 1945, tetapi metodenya bermasalah karena dengan cara-cara indoktrinasi. 4. Sementara itu di persekolahan diajarkan Pendidikan Moral Pancasila, tetapi dengan penekanan pada moral knowing (kognitif) dan mengabaikan moral feeling dan moral action (afektif & psikomotor), sehingga hasilnya tidak efektif dalam pembentukan karakter. 5. Secara teoritik pendidikan karakter melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing0, tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral feeling) dan “acting the good” (moral action). 6. Karena pendidikan karakter yang hanya membelajarkan siswa moral knowing, tidak menjamin seseorang dapat berkarakter, yaitu orang yang sesuai antara pikiran, kata, dan tindakan. Wyne (1991) mengatakan bahwa 95% kemungkinan kita semua tahu mana perbuatan baik dan buruk. Masalahnya adalah kita tidak mempunyai keinginan kuat, atau komitmen untuk melakukannya dalam tindakan nyata.
  • 36. STRATEGI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER 1. STREAM TOP DOWN 3. STREAM REVITALISASI PROGRAM 2. STREAM BOTTOM UP SOSIALISASI PENGEMBANGAN REGULASI PENGEMBANGAN KAPASITAS IMPLEMENTASI & KERJASAMA MONITORING & EVALUASI ILUSTRASI BEST PRACTICE Talent scouting; IHE; YPI Al - Hikmah; The ESQ Way 165; MHMMD DLL SOSIO PEDAGOGIS Pramuka; Kantin Kejujuran; UKS; PMR; Perlombaan/- olimpiade sains & OR; revitalisasi gugus sekolah INTEGRASI 3 PENDEKATAN 1.KBM 2.Pengembang- an Budaya Satuan Pendidikan; 3.Keg. Ko- Kurikuler &/- Ekstrakurikuler; 4.Kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.
  • 37. 3 STREAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KARAKTER 1. Stream pertama: bersifat Top Down; inisiatif lebih banyak diambil oleh Pemerintah/Kemdiknas & didukung secara sinergis oleh Pemda (Dinas Pendidikan propinsi & Kab/Kota. Ada 5 (lima) strategi besar secara koheren, yi: a. SOSIALISASI: bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan karakter pada lingkup nasional, melakukan gerakan kolektif & pencanangan pendidikan karakter untuk semua(Desain Induk Pendidikan Karakter: 2010:41), yaitu: menempatkan pendidikan karakter sebagai salah satu Program 100 hari pertama Kemdiknas, seperti: Sarasehan Nasional Pengembangan Budaya & Karakter Bangsa (14 Januari 2010); membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya sosialisasi terutama dengan media massa (cetak & elektronik); menyebarkan berbagai iklan karakter termasuk menyediakan pelayanan portal nasional layanan informasi
  • 38. b. PENGEMBANGAN REGULASI (1-9): 1) Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 (Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat); 2) Desain Induk Pendidikan Karakter (2010); 3) Pengembangan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah (2010); 4) Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter; Buku-buku Petunjuk Pelaksanaan & Teknis; 5) 4 (empat) prinsip dasar proses kebijakan pendidikan karakter, yaitu: berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri & budaya satuan pendidikan, nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar; proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif & menyenangkan; 6) pendekatan-pendekatan yang yang digunakan adalah: melalui keteladanan; pembelajaran; pemberdayaan & pembudayaan; lalu diikuti dengan penguatan terus menerus; dan baru semua proses di evaluasi.
  • 39. b. PENGEMBANGAN REGULASI (1-9): 7) Dalam konteks mikro, satuan pendidikan adalah tumpuan utama dari pendidikan karakter. Kepala sekolah dan guru adalah pelaku terdepan dalam pengembangan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan; kegiatan ko-kurikuler dan/ ekstra kurikuler, serta mengupayakan bagaimana semua itu menjadi bagian dari kegiatan keseharian di rumah & masyarakat. 8) Kepala sekolah & guru harus secara tajam melihat bagaimana perkembangan anak didiknya dalam berbagai indikator nilai karakter yang dituju. Guru harus dapat dan telaten dalam membuat anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenan dengan nilai yang dikembangkan. 9) Diperlukan dedikasi yang tinggi untuk melihat indikator-indikator kualitatif dari perkembangan siswa termasuk kejelian guru dalam melihat & memaknai kegiatan spontan/insidental siswa dalam konteks karakter.
  • 40. C. PENGEMBANGAN KAPASITAS (1-8): Kemdiknas secara komprehensif & massif melakukan pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan karakter sbb. 1) Sistem pelatihan bagi para pemangku kepentingan: (a) pelatihan Tingkat Utama; (b) pelatihan tingkat nasional; (c) pelatihan tingkat propinsi; pelatihan tingkat kabupaten/kota; (d) pelatihan tingkat sekolah rintisan; (e) pelatihan oleh unit utama 2) Proses pendampingan (mentoring) dan penelitian secara kontinyu. 3) Menggunakan sumber daya pelatih: yang dimulai pada tahun 2010 telah melatih Kepala Sekolah, Pengawas sebagai bagian dari peningkatan kompetensi dalam mengelola, memimpin, dan mensupervisi guru dalam mengembangkan pembelajaran berbasis kreativitas, inovasi, pemecahan masalah, berfikir kritis & nilai-nilai kewirausahaan dengan menginsersi lebih banyak pendidikan karakter.
  • 41. C. PENGEMBANGAN KAPASITAS: 4) Peran Kepala Sekolah diharapkan menjadi tokoh penggerak/tauladan pertama & utama di sekolah serta peran sentral dalam menerjemahkan kebijakan bersama dengan pemangku kepentingan sekolah lainnya dalam perencanaan bingkai KTSP sebagai pedoman komunitas sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan sesuai dengan karakteristik sekolah, tahap perkembangan & kemampuan anak. 5) Peningkatan mutu pendidikan melalui program sertifikasi guru baik melalui portofolio maupun Pelaksanaan Pendidikan & Latihan Profesi Guru (PLPG). 6) Memasukan 90 jam pendidikan karakter untuk pelatihan guru. 7) Memasukan nilai-nilai pendidikan karakter dlm kegiatan sosialisasi penyusunan KTSP 8) Sosialisasi program BOS tahun 2011 terhadap 200 ribu sekolah (Kepala Sekolah, Komite Sekolah & Guru).
  • 42. D. IMPLEMENTASI & KERJASAMA: 1) Kemdiknas mensinergikan berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi (TUSI), & sasaran Unit Utama Kemdiknas. 2) Sesuatu yang disinergikan bukan hanya dari sisi substansi pendidikan karakter, akan tetapi juga tentang “siapa melakukan apa” pada kelompok peserta didik, pendidik, & tenaga kependidikan. 3) Implementasi & kerjasama juga dilakukan untuk memelihara kesinambungan implementasi pendidikan karakter pada lingkungan Unit Utama Kemdiknas. 4) Implementasi & kerjasama ini bermanfaat untuk meminimalisir adanya tumpang tindih serta untuk meningkatkan efektivitas & efisisiensi pelaksanaan pendidikan karakter di lingkungan Unit Utama Kemdiknas.
  • 43. E. MONITORING & EVALUASI (MONEV) (1-6): 1) MONEV, terfokus pada TUSI & sasaran masing-masing Unit Kerja baik di Unit Utama, maupun di Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan Kab/Kota, serta stakeholder pendidikan lainnya. 2) MONEV sangat berperan dalam mengontrol & mengendali- kan pelaksanaan pendidikan karakter di setiap unit kerja pelaksana pendidikan karakter. Monitoring internal untuk mengetahui efektivitas program dilakukan oleh Kemdiknas (Desain Induk Pendikar, 2010) 3) Monitoring: mengamati secara seksama keadaan/kondisi, termasuk perilaku/kegiatan tertentu untuk pengambilan keputusan tindakan. 4) Evaluasi menilai hasil yang diperoleh selama kegiatan pemantauan berlangsung.
  • 44. E. MONITORING & EVALUASI: 5) Dasar penilaian keberhasilan pendidikan karakter dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 6) Beberapa contoh dasar evaluasi/penilaian, seperti: (a) meningkatnya kesadaran di lingkungan sekolah tentang pendikar; (b) meningkatnya kejujuran peserta didik; pendidik & tenaga kependidikan; (c) meningkatnya kebersihan, kesehatan, kebugaran peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan; (d) jumlah satuan pendidikan formal dan non formal yang telah mengimplementasikan program pendikar menurut Kab/Kota dan Propinsi; (e) jumlah mapel/kuliah yang telah mengintegrasikan pendikar di satuan pendidikan; (f) jumlah satuan pendidikan yang menerapkan sistem penilaian yang memasukkan komponen karakter.
  • 45. BOTTOM UP 1. Stream kedua: Bersifat Bottom Up; pembangunan pendikar dalam stream ini, inisiatif lebih banyak dari satuan pendidikan, yi: a. Pemerintah membantu talentscouting sekolah model; forum pertemuan tahunan: dari tingkat kab/kota, naik ke propinsi, lalu pertemuan nasional; sekolah piloting di 125 sekolah di 16 kab/kota (2011 menjadi 250 sekolah). b. Berbagai best practice ditulis menjadi buku-buku, cakram padat (VCD), e-document; buku ditulis oleh para pelaku di satuan pendidikan . c. Sekolah mengembangkan program yang direncanakan baik pada tingkat kelas maupun sekolah, seperti program kunjungan ke panti asuhan, daerah kena musibah; kegiatan homestay di rumah penduduk di desa; proyek: lomba, pentas; program service learning. d. Kegiatan pengembangan diri/pembiasaan & ekstrakurikuler melalui strategi pembelajaran, seperti: problem-based learning (PBL), authentic instruction, inquiry-based learning, project-base learning, work-base learning, service learning, cooperative learning (Ditjen. Dikdasmen, 2003:4-8)
  • 46. BOTTOM UP e. Bern & Erickson (2001:5-11), yaitu: PBL, cooperative learning, project- base learning, service learning, & work-base learning. Komalasari (2010:156), menambahkan dengan strategi pembelajaran nilai. f. Indonesian Heritage Foundation (IHF), untuk PAUD; YLPI Al Hikmah untuk SD; dan dua contoh dari lembaga pendidikan non formal, yaitu: ESQ Training Leadership & MHMMD (Mengelola Hidup & Merencanakan Masa Depan-Ibu Marwah Daud Ibrahim). g. IHF: didirikan tahun 2000 oleh Dr. Ratna Megawangi & Dr. Sofyan Djalil:- disajikan dalam kurikulum secara eksplisit dalam kurikulum bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) -Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) -Jalur pendidikan formal dan Non Formal;TK Karakter, SD Karakter, & Semai Benih Bangsa (TK Non Formal berbasis masyarakat) - Pengembangan model pendidikan karakter di jalur formal dengan kurikulum karakter secara terpisah - Mengacu pada konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Diknas, 2002); KBK (Kur, 2004), terakhir disesuaikan dengan KTSP dengan metode Developmentally Appropriate Practice (DAP), Contextual Learning, Collaborative Learning, SAL & MI termasuk konsep Brain-based learning.
  • 47. BOTTOM UP h. YLPI Al Hikmah Surabaya: 1)pendekatan keteladanan & habituasi dari guru & OT (meskipun tidak terlalu explisit pendidikan karakter); 2)berbasis pada Agama & budaya bangsa sebagai sumber nilai-nilai karakter; 3)tiga kekuatan, yaitu niat yang ikhlas, ukhuwah & doa; 4)lima ruang lingkup akhlak, yaitu: akhlak kepada Allah & Rasul, akhlak kepada orang tua & guru, akhlak kepada sesama, akhlak kepada lingkungan dan akhlak pada diri sendiri; 5)membangun segitiga emas:antara wali kelas-orang tua-siswa dari ke-3 hubungan ini dibangun program pendidikan karakter, seperti: silahturahmi wali murid baru; konferensi segitiga (anak-OT-G); buku penghubung;; 6)home visit parenting skill class; praying subuh call; baca Al-quran; kajian Dhuha; klub keluarga Al Hikmah; pusat pelayanan psikologi
  • 48. REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM a. Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” yang memberikan kontribusi signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori—praktek pembiasaan perilaku—keterampilan dalam berkehidupan. b.Kegiatan PRAMUKA: 1)ada semenjak tahun ‘60-an; 2)mengajarkan & membentuk nilai-nilai karakter, yi: rasa cinta kpd Tuhan & tanah air, membangun kesetiakawanan, membangun kejujuran, menumbuhkan sikap toleransi, memupuk kebiasaan bekerjasama, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menegakkan disiplin, menumbuhkan semangat kerja keras, menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan sikap pantang menyerah & tidak putus asa. c. KANTIN KEJUJURAN: 1)membentuk watak kejujuran; 2)pendidikan anti-korupsi di sekolah; 3)upaya pemerintah, pemda, & sekolah satu visi untuk memberantas penyakit korupsi yang dimulai dari penghabituasian nilai-nilai kejujuran.
  • 49. REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM d. Perlombaan/olimpiade sains, seni & olah raga: 1)merupakan kegiatan lain selain mengasah kemampuan akademik juga memiliki dimensi pendidikan karakter, seperti: nilai kejujuran, kerja keras, penghargaan terhadap perbedaan, rasa nasionalisme; 2) Mendiknas, menjelaskan didapatkan nilai budaya berprestasi, budaya apresiasi positif, budaya obyektif komprehensif, budaya rasa penasaran intelektual (intellectual curiosity), & keinginan saling belajar; 3)beberapa perlombaan untuk pendidikan dasar & menengah, seperti: olimpiade Sains Nasional (OSN), Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Festival & Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI). e. USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS): memupuk kebiaasaan hidup sehat, perilaku bersih, memiliki daya hayat & tangkal dari pengaruh buruk, seperti: penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang.
  • 50. REVITALISASI PROGRAM-PROGRAM f. PMR:mengembangkan kepalangmerahan kepada siswa, mendidik kepedulian aktif dengan memberikan kegiatan- kegiatan: siaga bencana, pertolongan pertama, kesehatan remaja, donor darah. g. Revitalisasi GUGUS SEKOLAH: 1)wadah sekelompok guru mapel dari wilayah tertentu untuk meningkatkan mutu PBM & pengembangan profesi; 2) di SD-KKG, di SMP & SMA-MGMP, di SMK-Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD) yang memiliki peran penting di sekolah
  • 51.
  • 52. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN Ketiga stream top-down bersifat INTERVENSI, bottom up bersifat PENGGALIAN BEST PRACTICE & HABITUASI, serta revitalisasi program bersifat PEMBERDAYAAN dilaksanakan secara integrasi, yaitu: 1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS: a. Blanchard (2001:1) & Berns & Erikson (2001:2): “contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations; and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires” (pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar & mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa & mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja). b. Siswa diharapkan memperoleh informasi komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tapi afektif (olah hati, rasa & karsa).
  • 53. Revitalisasi Bottom Up 53 Top Down PENDIDIKAN KARAKTER TIGA STREAM DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
  • 54. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN 1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS: c. Berns & Erikson (2001:5-11): 5 strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran konstektual, yaitu: 1) Problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah):integrasi berbagai konsep & keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan dalam mengumpulkan & menyatukan informasi & mempresentasikan penemuan. 2) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif): mengorganisir pembelajaran melalui kelompok belajar kecil. 3) Project-based learning (pembelajaran berbasis proyek: memusatkan pada prinsip & konsep utama disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah & tugas penuh makna, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran untuk mengjhasilkan karya nyata berdasarkan suatu penyelidikan.
  • 55. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN 1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS: c. Berns & Erikson (2001:5-11): 5 strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran konstektual, yaitu: 4) Service learning (pembelajaran pelayanan): menyediakan aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan & keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui pelayanan & aktivitas 5) Work-based learning (pembelajaran berbasis kerja): pendekatan di mana tempat kerja atau seperti tempat kerja, kegiatan integrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa & bisnis. d. ke-5 strategi tsb. dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter siswa, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu e. Pembelajaran kooperatif mengembangkan karakter toleransi, bersahabat, saling menghargai, kooperatif, peduli, gotong-royong, kompetitif. f. Pembelajaran berbasis pelayanan mengembangkan karakter produktif, kreatif, dinamis, beretos kerja, berani mengambil resiko.
  • 56. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN 1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS: g. Komalasari (2010): menambahkan pembelajaran NILAI disamping ke-5 pendekatan di atas, yang didasarkan pada rumusan & tipologi dari Superka, et.al. (1976), meliputi: 1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach); tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: pertama, diterimanya nilai-nilai tertentu oleh siswa, kedua: berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan. Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: keteladanan, penguatan positif & negatif, simulasi, permainan peranan. 2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach); tujuannya: 1) membuat pertimbangan moral, 2) mendiskusikan alasan-alasan (Superka, et, al., 1976; Banks, 1985). Penekanan pada aspek kognitf & perkembangannya, mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral & dalam membuat keputusan-keputusan moral
  • 57. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN 1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS: 3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach); tujuan: (a) membantu siswa menggunakan berpikir logis & penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai moral tertentu; (b) membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional & analitik, dalam menghubungkan & merumuskan konsep-konsep tentang nilai. Penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai. Metoda pengajaran: individu dan kelompok tentang masalah-masalah yang memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, & diskusi kelas berdasarkan pada pemikiran rasional (Superka, et. al., 1976).
  • 58. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN 1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS: 4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach); tujuannya: (a) membantu siswa menyadari & mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; (b)membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka & jujur dengan orang lain; (c) membantu siswa supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional & kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai- nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri (Superka, et.al., 1976); Untuk mengembangkan keterampilan tsb, Raths, et.al. (1978) merumuskan 4 kunci pedoman: (a) tumpuan perhatian diberikan pada kehidupan; (b) penerimaan sesuai dengan apa adanya; (c) stimulus utk bertindak lebih lanjut; (d) pengembangan kemampuan perseorangan.
  • 59. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN 1. KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS: 5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach): Tujuannya: (a)memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik perorangan maupun bersama-sama; (b)mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu &sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi. Memberi penekanan pada usaha melakukan perbuatan-perbuatan moral baik perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Metoda yang digunakan seperti pendekatan analisis nilai & klarifikasi nilai ditambah proyek baik di sekolah maupun masyarakat.
  • 60. INTEGRASI TIGA PENDEKATAN 2. PENGEMBANGAN BUDAYA SATUAN PENDIDIKAN: a.Pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan pengembangan diri seperti: kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian b.Perlu dukungan intervensi pemerintah & dukungan pengalaman terbaik (best practice) dan revitalisasi kegiatan 3. KEGIATAN KO-KURIKULER &/ EKSTRAKURIKULER Perlu dukungan intervensi pemerintah & dukungan pengalaman terbaik (best practice) dan revitalisasi kegiatan 4. KEGIATAN KESEHARIAN DI RUMAH DAN MASYARAKAT
  • 61. TOP DOWN (INTERVENSI) BOTTOM UP (BESTPRACTICE, HABITUASI) R E V I T A L I S A S I
  • 62. PAUD /SD SMP PT SMA Pendidikan KARAKTER “…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian- bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita..” (Ki Hajar Dewantoro) Pendidikan Komprehensif: Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif Pendidikan AKADEMIK DSB 62