2. Latar Belakang Masalah
Karakter bangsa telah mengalami kemunduran yang luar biasa. Diakui perilaku sekelompok
orang dari masyarakat yang mencerminkan tidakan jauh dari karakter yang baik. Di lingkungan
pendidikan, tindakan penyimpangan perilaku mulai dari tingkat yang ringan sampai yang berat
serat dilakukan pelajara, seperti membolos, merokok, tawuran bullying, pemakaian narkoba,
seks bebas dan lain lain, dan kenakalan kenakalan tersebut sudah dimulai dari tingkat SD/MI.
Ada yang berani melakukan tidak asusila, dan melakukan hal hal yang tidak sesuai dengan
norma norma agama serta melawan hukum yang berlaku di Indonesia.
3. Pengertian Karakter
Karakter juga dapat diartikan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain;tabiat; watak. Berkarakter berarti mempunyai tabiat, mempunyai
kepribadian, berwatak( Lukman Hakim, 1996:445).
4. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter berasal dari bahasa latin ”kharakter”, ”kharassein”, dan ”kharax” yang maknanya ”tools
for making”, to engrave”, dan pointed stake” yang dalam bahasa Prancis menjadi ”caractere”,
yang kemudian menjadi bahasa Inggris ”character”, sedangkan dalam bahasa Indonesia dikenal
”karakter”.
5. Hakikat Pendidikan Karakter
RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional
pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional
2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010): pendidikan
karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati.
6. Hakikat II
Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih
dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik
sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu
merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain,
pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik
(moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling),
danperilaku yang baik (moral action)
7. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan : Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh,kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila
8. Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati
baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun
perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui
berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat
sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
9. Nilai Pembentuk Karakter
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan
tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4)
Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa
Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai
Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar
Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab
10. Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang
mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik)
dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga,
satuan pendidikan, dan masyarakat
11. Konfigurasi Karakter
Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-
kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual & emotional
development); (2) olah pikir (intellectual development); (3) olah raga dan
kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan
karsa(affective and creativity development).