SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Mata Kuliah : Model-Model Sistem Pertanian 
Dosen : Dr. Ir. Samuel A. Paembonan, M.Sc 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTRY 
DI LAHAN KERING 
OLEH : 
MOHAMMAD AQSA 
G511 03 701 
KONSENTRASI TANAMAN 
PROGRAM STUDI SISTEM-SISTEM PERTANIAN 
PROGRAM PASCASARJANA 
UNIVERSITAS HASANUDDIN 
MAKASSAR
2003 
I. PENDAHULUAN 
Luas daratan indonesia seluruhnya adalah 2000 juta hektar. Sekitar 168 juta 
hektar atau 81% tersebar di empat pulau besar selain di pulau Jawa, yaitu Sumatera, 
Kalimantan , Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan tersebut, 123 
juta hektar berupa lahan/tanah kering dan selebihnya 34 juta hektar berupa lahan/tanah 
basah, baik berupa rawa pasang surut maupun rawa lebak (Hakim, dkk., 1986) 
Lahan kering merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peluang besar 
untuk dimanfaatkan secara optimal. Areal lahan kering di Indonesia terluas, yaitu 
mencapai 52,5 Juta Ha yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali (7,1 Juta Ha), Sumatera 
(14,8 Juta Ha), Kalimantan (7,4 Juta Ha), Sulawesi (5,1 Juta Ha), Maluku dan Nusa 
Tenggara (6,2 Juta Ha) dan Irian Jaya (11,8 Juta Ha) (Pusat Penelitian Tanah dan 
Agroklimat, 1998) dalam (Haryati, 2003). 
Meskipun areal lahan kering luas, namun daya guna sumberdaya tanah tersebut 
sangat bervariasi dimana ditentukan oleh keadaan fisik lingkungan, pembatas sifat 
tanah, kesesuaian wilayah, teknologi, dan faktor sosial budidaya. 
Dari segi tanah, potensial lahan kering sangat tergantung dari jenis-jenis tanah. 
Sebagain besar lahan kering di Indonesia terdiri dari jenis podsolik, dimana dari segi 
sifat tanah termasuk golongan marginal yang memerlukan teknologi pengelolaan yang 
hati-hati dan intensif (Foth, 1994). 
Tanah merupakan komponen penting dalam pertanian. Oleh karena itu, 
berhasilnya suatu usaha pertanian tergantung pada perencanaan penggunaan tanah/lahan
setempat. Perencanaan penggunaan lahan yang baik harus disesuaikan dengan 
kemampuan dari lahan yang ada. Namun dengan peningkatan jumlah penduduk yang 
terus –menerus menuntut para petani untuk meningkatkan produksinya, sehingga lahan-lahan 
dengan kelas kemampuan IV, V, VI dengan kelas kesesuaian S3 dan N1 yang 
sudah jelas merupakan lahan marginal untuk tanaman pangan juga menjadi sasaran 
pemanfaatan. Akibat model pertanian seperti ini menyebabkan degradasi unsur hara, 
pencucian , dan erosi tanah. 
Agar kondisi seperti di atas tidak berlangsung terus-menerus, maka diperlukan 
teknologi baru. Teknologi baru ini selain dapat meningkatkan produktivitas tanaman, 
efisien, mampu memperbaiki dan mengkonversi sumberdaya lahan dan air, teknologi ini 
juga harus mempunyai manfaat yang berkelanjutan. Menurut Sutanto (2002), yang 
dimaksud berkelanjutan adalah bahwa model yang dikembangkan harus dilihat 
berdasarkan kemampuan untuk menghasilkan secara berkelanjutan-menghasilkan 
sesuatu dalam jangka pendek, jangka menengah, demikian selanjutnya jangka panjang. 
Penekanan diberikan pada sistem yang stabil sesuai dengan kondisi lingkungan 
setempat dan tidak mudah berubah karena perubahan yang tiba-tiba (iklim dan pasar). 
Akhirnya sistem yang dikembangkan harus berwawasan konservasi termasuk 
mempertahankan konservasi tanah dan air, serta pengelolaan kesuburan tanah. 
Karena pertanian di Indonesia tidak dapat menghindari penggunaan lahan 
marginal dalam hal ini lahan kering yang tingkat kesuburannya rendah, maka 
diperlukan suatu teknologi yang tepat, dimana selain memiliki fungsi produksi juga
sebagai proteksi atau konservasi lingkungan. Kedua fungsi diatas dapat ditemui pada 
sistem agroforestry dengan berbagai model atau pola didalamnya. 
Dalam makalah ini, penulis mencoba menyajikan salah satu bentuk pola tanam 
dalam agroforestry yang dapat diterapkan pada lahan kering yaitu pola tanam alley 
cropping berikut peluang dan kendala dalam penerapannya, keunggulan dan kelemahan 
serta cara minimasi dan maksimasi pengaruhi negatif dan positif dari pola tersebut.
II. BENTUK POLA TANAM DALAM SISTEM AGROFORESTRY 
Agroforestry adalah bentuk atau sistem penggunaan lahan, dimana pemakai 
lahan dapat memperoleh hasil tanaman pangan atau tanaman agronomi lain, tanaman 
pakan ternak dan hasil kayu, secara simultan, serta dapat melestarikan sumberdaya 
lahan tersebut. Dalam sistem agroforestry ada beberapa pola tanam, diantaranya adalah 
bentuk pola tanam tiga strata, multistorey cropping, alley cropping, dan sebagainya 
(Sutidjo, 1986). 
Salah satu pola tanam yang populer dari sistem agroforestry yang mempunyai 
ciri produktivitas tinggi dan dapat diterapkan pada kondisi lingkungan yang luas adalah 
pola tanam tumpangsari berlorong atau lebih dikenal dengan istilah alley cropping. 
Anonim (2003) mengatakan, Alley cropping adalah suatu cara pemeliharaan 
lahan berlereng dengan menanam tanaman lorong atau pagar, yang dari tanaman 
tersebut kita tidak hanya mengurangi resiko erosi melainkan kita juga memperoleh 
manfaat lain dari tanaman lorong tersebut, misalnya mulsa (sisa-sisa tanaman yang 
sangat cepat membusuk dan menjadi penyubur lahan), bahkan mungkin tanaman lorong 
dapat digunakan sebagai makanan ternak. 
Selanjutnya, Kang et al., (1984) menuliskan, Alley cropping merupakan salah 
satu sistem agroforestry yang menanam tanaman semusim atau tanaman pangan di 
antara lorong-lorong yang dibentuk oleh pagar tanaman pohonan atau semak. Tanaman 
pagar dipangkas secara periodik selama pertanaman untuk menghindari naungan dan 
mengurangi kompetisi hara dengan tanaman pangan/semusim. Leucaena leucocephala
merupakan jenis pohon leguminosa yang pertama diuji dalam sistem Alley cropping dan 
menyusul Glinsidia sepium. 
Menurut Haryati (2003) dalam memilih jenis leguminosa yang akan 
diintroduksikan, selain dipilih tanaman yang sesuai dengan agroekosistem setempat, 
mempunyai pengaruh negatif yang rendah, juga harus sesuai dengan tujuan utama 
(prioritas masalah) yang akan dipecahkan, misalnya : 
- Jika erosi menjadi masalah utama, maka Flemingia congesta menjadi pilihan utama 
dalam Alley cropping. 
- Jika pakan ternak menjadi masalah utama, maka Gliricidia sepium dan atau 
Calliandra calothyrsus menjadi pilihan atau dikombinasikan dengan Flemingia 
congesta. 
- Jika tanah alkalin kuat, atau solum tanah <50 cm di atas batu kapur, maka Gliricidia 
sepium yang dipilih. 
- Jika ketinggian tempat >500 m dari permukaan laut, maka Calliandra calothyrsus 
menjadi pilihan utama dan sebagai alternatif Gliricidia sepium atau Flemingia 
congesta. 
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini sangat efektif 
mengendalikan erosi. Di Filipina, Alley cropping dapat menurunkan erosi sebanyak 
62 %, yang terdiri atas 48 % disebabkan oleh pengaruh penutupan tanah oleh mulsa, 
8 % disebabkan oleh perubahan profil tanah dan 4 % oleh penanaman secara kontour 
(Haryati, 2003).
III. PELUANG DAN KENDALA POLA TANAM 
ALLEY CROPPING DI LAHAN KERING 
A. PELUANG 
Petani lahan kering pada umumnya bermodal rendah dengan tenaga kerja yang 
langka, maka Alley cropping merupakan alternatif yang baik dibandingkan dengan teras 
bangku. Pada lahan yang sudah terlanjur dibuat teras bangku, biasanya tanpa tanaman 
penguat teras, memerlukan tanaman penguat teras berupa rumput dan leguminosa pohon 
untuk lebih mengefektifkan dari teras bangku tersebut. Ini merupakan peluang 
pengembangan leguminosa yang biasa ditanam dalam Alley cropping. 
Adanya masalah kelangkaan hijauan pohon setiap musim kemarau di lahan 
kering juga dapat menjadi pendorong kuatnya motivasi petani untuk menerapkan Alley 
cropping. Untuk lebih mendayagunakan sistem ini hubungannya dengan kebutuhan 
petani, maka Alley cropping dapat dimodifikasi, yaitu dengan mengkombinasikan 
rumput pakan ternak pada barisan pagarnya atau ditanam secara berselang-seling antar 
barisan tanaman pohon atau tanamn semusim. Menurut Shancez (1995) Alley cropping 
lebih baik diterapkan pada kondisi dimana tanah cukup subur tanpa keterbatasan unsur 
hara makro, curah hujan cukup selama masa pertanaman, lahan sangat miring dan erosi 
tinggi, tenaga kerja banyak tersedia dan lahannya luas, serta status pemilikan tanah yang 
aman 
Pada daerah-daerah seperti Flores dan Lombok, pola tanam alley cropping cocok 
untuk diterapkan, karena dengan cara demikian evapotranspirasi tanaman tidak terlalu 
tinggi atau dapat dikurangi, dan mikroklimat serta kesuburan tanah dapat diperbaiki. 
Pada lahan yang berlereng, lamtorogung dapat ditanam pada guludan-guludan yang
dibuat mengikuti arah lereng sehingga sekaligus berfungsi sebagai penahan erosi 
(Sutidjo, 1986). Hal ini sejalan pula dengan pendapat Samosir (1996), Untuk 
meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di lahan kering dapat 
dilakukan melalui pertanaman tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari 
pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air serta mengurangi erosi 
dan meningkatkan kesuburan. 
B. KENDALA 
Secara sosial ekonomi, Alley cropping mempunyai beberapa tantangan untuk 
dikembangkan di lahan kering diantaranya pandangan negatif petani teras bangku, 
persepsi negatif petani (trauma) terhadap pengembangan tanaman Lamtoro, biaya sosial 
tinggi untuk daerah marginal kritis, prioritas petani masih berorientasi pada keamanan 
pangan (food security), kerawanan keamanan tanaman pagar dari masyarakat itu sendiri, 
dan teknologi ini mengkonsumsi kesadaran, kesabaran, dan pengorbanan petani yang 
tidak ringan (Haryati, 2003). 
Selain hal tersebut, adanya persepsi petani, dengan penerapan budidaya lorong 
mengurangi areal produksi yang dimiliki, sedangkan rata-rata pemilikan lahan usaha 
tani sangat sempit. Penyediaan benih tanaman pagar/leguminosa dalam jumlah besar 
juga menjadi kendala apabila sistem ini akan diterapkan pada skala luas.
IV. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN 
POLA TANAM ALLEY CROPPING 
A. KEUNGGULAN 
A.1. Efektivitas Pengendalian Erosi 
Efektivitas pengendalian erosi sangat tergantung pada jenis tanaman 
pagar yang digunakan, jarak antara tanaman pagar dan kemiringan lahan. 
Alley cropping menahan kehilangan tanah 93% dan air 83% dibandingkan pada 
pertanaman tunggal semusin. Efektivitas pengendalian erosi ini juga 
dikarenakan terbentuknya teras secara alami dan perlahan-lahan setinggi 
25-30 cm pada dasar tanaman pagar. 
Alegre dan Rao (1996) mengemukakan bahwa rendahnya erosi 
disebabkan oleh hasil pangkasan yang sukar melapuk yang berfungsi sebagai 
mulsa, sehingga tanah terlindung dari air hujan, dan pemadatan tanah oleh 
pekerja selama operasi di lapangan. Barisan tanaman pagar menurunkan 
kecepatan aliran permukaan sehingga memberikan kesempatan pada air untuk 
berinfiltrasi. Selanjutnya, tanaman pagar menyebabkan air tanah selalu 
berkurang untuk kebutuhan pertumbuhannya selama musim kemarau sehingga 
sistem ini menyerap lebih banyak air hujan ke dalam tanah dan akhirnya 
menurunkan erosi. 
A.2. Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman 
Selain efektif pengendalian erosi, Alley cropping juga dapat 
meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman. Alegre dan Rao (1996)
mengemukakan bahwa sistem ini dapat memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu 
menurunkan BD (bulk density) dan meningkatkan konduktivitas hidraulik 
tanah (Tabel 1). 
Tabel 1. Pengaruh Pertanaman Tunggal (semusim) dan Alley cropping 
terhadap BD (bulk density) dan Konduktivitas Hidraulik setelah 14 
kali Pertanaman Semusim. 
Perlakuan BD 
(kg/m3) 
Konduktivitas hidraulik 
(cm/hari) 
Pertanaman tunggal (semusim) 1,43 18,5 
Alley cropping 1,29 50,0 
Hutan sekunder 1,20 99,8 
LSD (0,05) 0,06 6,8 
Sumber : Alegre and Rao (1996) 
Perbaikan sifat fisik ini disebabkan karena adanya perambahan residu 
organik dari hasil pangkasan secara periodik ke tanah. Alley cropping juga 
dapat mengingkatkan diameter agregat dan stabilitas agregat. Selain perbaikan 
sifat fisik tanah, Alley cropping juga dapat meningkatkan unsur hara di dalam 
tanah (Tabel 2). 
Tabel 2. Pengaruh Alley cropping terhadap Unsur Hara Dalam Tanah. 
Perlakuan 
Unsur Hara 
C P K Ca Mg Sumber 
(%) mg/l me/100g 
a. Tanpa Alley cropping 0,65 27,0 0,19 2,9 0,35 Karg et al. 
b. Dengan Alley cropping (1984) 
(Leucaena sp) 1,07 26,0 0,28 3,45 0,5 
a. Tanpa Alley cropping 1,18 6,0 0,07 0,08 0,18 Alegre and Rao 
b. Dengan Alley cropping (1996) 
(Inga edulis) 1,32 9,1 1,13 0,96 0,22 
Respon spatial dalam Alley cropping juga terjadi pada aktivitas 
organisme di dalam tanah yang ditunjukkan oleh gradient spatial dan temporal
dari aktivitas casting cacing tanah. Alley cropping dengan tanaman utama 
kacang-kacangan juga dapat meningkatkan kehidupan mikrobiota tanah pada 
tahun-tahun kering. 
Perbaikan produktivitas tanah yang meliputi perbaikan sifat fisik tanah, 
sifat kimia tanah dan aktivitas biologi tanah tentu saja akan sangat menunjang 
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya meningkatkan produksi tanaman 
pangan/semusim yang ditanam pada lorongnya. Kang et al. (1984) 
menambahkan bahwa hasil tanaman pangan/semusim yang ditanam dengan 
Alley cropping lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanpa Alley cropping. 
Contoh peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. 
Tabel 3. Hasil Tanaman Jagung, Kacang Tunggak dan Ubikayu pada Alley 
Croppin 
Perlakuan Hasil tanaman (ton/ha) 
Jagung Kacang tunggak Ubikayu 
Kontrol 2,8 0,7 23,0 
Alley cropping : 
~ Leucaena leucocephala - - - 
~ Glirisidia sepium 4,4 0,8 25,0 
~ Acioa barterii 3,2 - - 
Sumber : Kang et al. (1984) ; keterangan : tanda (-) berarti tidak ada perlakuannya. 
A.3. Adanya Interaksi Menguntungkan antara Tanaman Pagar dan Tanaman 
Pangan/Semusim. 
Keunggulan lain sistem Alley cropping adalah dengan adanya interaksi 
yang bersifat menguntungkan antara pangan dan tanaman utama 
(pangan/semusim) menurut Mapa dan Gunasena (1995), sebagai berikut :
a. Serasah dan hasil pangkasan (daun dan ranting) merupakan lapisan 
pelindung sumber bahan organik untuk tanah. 
b. Lapisan serasah menurunkan kehilangan air melalui evaporasi dari 
permukaan tanah dan memperbaiki regim kelembaban tanah. 
c. Naungan tanaman pagar dapat menekan pertumbuhan gulma dan 
mengurangi resiko kebakaran pada musim kemarau. 
d. Tanaman pagar dapat mengikat unsur N2 secara biologis dari udara dan 
sebagai suplai nitrogen sehingga kebutuhan pupuk N dapat diturunkan. 
e. Memberikan iklim mikro yang stabil, dengan penurunan kecepatan angin, 
peningkatan kelembaban, memberikan naungan (misalnya Erythrina pada 
pertanaman coklat atau kopi). 
A.4. Diversifikasi Hasil Tanaman dan Sumber Pendapatan 
Meskipun penerapan sistem agroforestry dengan pola tanam alley 
cropping tidak memungkinkan akumulasi modal secara cepat dalam bentuk aset-aset 
yang segera dapat diuangkan, diversifikasi tanaman merupakan jaminan terhadap 
ancaman kegagalan panen salah satu jenis tanaman dan resiko perkembangan pasar 
yang sulit diperkirakan. Dalam tabel berikut diperlihatkan rincian pendapatan rata-rata 
petani per tahun dari diversifikasi tanaman yang dilakukan.
Tabel 4. Perincian Pendapatan rata-rata Petani Pertahun Menurut Jenis Tanaman pada 
Pola Tanam Campuran 
Strata Pendapatan Rata-rata (Rp/th/ha) Jumlah 
Bambu T.Pokok T.Kebun T.Buah Palawija 
I 167.804 1.468.293 111.463 192.195 113.170 2.052.925 
II 471.578 2.273.684 21.52 133.414 110.526 3.010.254 
III 687.500 5.589.286 153.571 535.714 385.714 7.351.785 
Rata-rata 442.294 3.110.421 95.362 287.107 203.137 
Sumber : Riva (1998) 
B. KELEMAHAN 
Beberapa kelemahan sistem Alley cropping menurut Haryati (2003) adalah 
sebagai berikut : 
1. Mengurangi luas areal tanam sebanyak ± 20 – 22 %. 
2. Meningkatnya biaya dan tenaga untuk penanaman, pemangkasan, pemulsaan dan 
pemeliharaan tanaman pagar. 
3. Efek allelophati (mengeluarkan aksudat yang bersifat racun bagi tanaman). 
4. Menimbulkan interaksi yang tidak menguntungkan antara pohon dan tanaman 
pangan/semusim : 
a. Kompetisi cahaya : naungan pohon, menurunkan intensitas cahaya pada 
level tanaman pangan/semusim. 
b. Kompetisi hara dan air : sistem perakaran tanaman pagar yang dangkal 
akan berkompetisi dengan tanaman pangan semusim dalam hal hara dan air, 
menurunkan penyerapan oleh akar tanaman pangan/semusim.
c. Tanaman pagar bisa sebagai inang hama dan penyakit bagi tanaman 
pangan/semusim dan sebaliknya.
V. MINIMASI DAN MAKSIMASI PENGARUH NEGATIF 
DAN POSITIF POLA TANAM ALLEY CROPPING 
A. MINIMASI PENGARUH NEGATIF 
Pengaruh negatif atau pengaruh tidak menguntungkan dalam sistem Alley 
cropping dapat dikurangi dengan cara : 
~ Pemangkasan secara periodik selama fase pertumbuhan tanaman utama untuk 
mengurangi pengaruh naungan. 
~ Memilih tanaman yang mempunyai kanopi lebih sempit tetapi rapat untuk 
mengurangi kompetisi cahaya. 
~ Memilih tanaman utama (pangan/sEmusim) yang toleran terhadap naungan. 
~ Memilih jenis tanaman pagar yang mempunyai perakaran yang dalam untuk 
menghilangkan kompetisi dengan tanaman utama tetapi cukup dekat untuk 
mengendalikan gulma dan untuk mendapatkan keuntungan maksimum dari suplai 
bahan organik. 
B. MAKSIMASI PENGARUH POSITIF 
Pengaruh positif dalam sistem Alley cropping dapat dimaksimalkan dengan cara 
memilih tanaman pohon yang sesuai untuk ditumpangsarikan dengan tanaman semusim, 
berdasarkan : 
~ Bentuk dan distribusi kanopi 
Pohon yang tinggi dengan kanopi yang sempit tetapi padat tidak akan memberikan 
terlalu banyak naungan terhadap tanaman utama selama musim tanam. Sebaliknya, 
pohon dengan kanopi yang lebar dan setengah terbuka akan memungkinkan cahaya
menjangkau tanaman utama, tetapi tidak sesuai dalam mengendalikan gulma setelah 
atau diantara periode pertanaman. 
~ Kualitas dan kuantitas penyediaan bahan organik serasah 
Untuk memaksimalkan pengaruh positif, pohon dengan serasah yang lambat 
didekomposisi dikombinasikan dengan pohon yang mempunyai residu bahan 
organik yang cepat terdekomposisi. Serasah dengan kualitas yang rendah dan lambat 
didekomposisi sesuai untuk mulsa, melindungi permukaan tanah dari erosi. 
Kombinasi dari serasah yang berkualitas rendah dan tinggi akan meningkatkan 
sinkronisasi dari pelepasan hara dari residu organik dengan kebutuhan tanaman. 
~ Kemampuan pertumbuhan 
~ Kedalaman perakaran dan distribusinya 
~ Tahan terhadap pemangkasan dan periodik 
~ Tahan terhadap hama dan penyakit 
~ Mempunyai kemampuan biologi untuk memfiksasi N2 - Udara
VI. PENUTUP 
Alley cropping merupakan salah satu pola tanam sistem agroforestry dimana 
dilakukan penanaman tanaman semusim atau tanaman pangan diantara lorong-lorong 
yang dibentuk oleh pagar tanaman pohonan atau semak. Alley cropping efektif 
mengendalikan erosi, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, aktivitas biologi tanah, 
meningkatkan dan mempertahankan produksi tanaman pangan, serta diversifikasi hasil 
tanaman dan pendapatan. 
Alley cropping mempunyai peluang yang cukup strategis untuk dikembangkan 
pada sistem usaha tani di lahan kering. Dan untuk lebih mendayagunakannya, Alley 
cropping dapat dilakukan dengan mengkombinasikan leguminosa pohon dan rumput 
pakan ternak. Kendala adopsi Alley cropping adalah kebutuhan tenaga kerja yang 
tinggi, keterbatasan nilai tambah terhadap pendapatan usaha tani, sertra kurangnya 
bahan tanaman khususnya dari jenis pakan ternak. 
Alley cropping mempunyai keunggulan dan juga kelemahan, namun melalui 
pengelolaan yang baik hal ini dapat diatasi. Kombinasi kompetisi di bagian atas 
(naungan) dan bawah tanah (air dan hara) yang dapat diminimasi dengan cara 
menghilangkan, mengurangi, atau menyesuaikan sistem pertanaman dengan Alley 
cropping.
DAFTAR PUSTAKA 
Alegre, J.C., and M.R. Rao. 1996. Soil and Water Conservation by Countour 
Ledging in The Humid Tropics of Peru. Elsevier Science. BV. 
Anonim. 2003. Teknologi Konservasi Tanah dan Air dengan Alley cropping. On 
line (www.bi.go.id/sipuk/lin/ind/alley cropping/htm ). Di akses 7 Januari 2003. 
Foth, H.D., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah; Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. 
Hakim, N.,Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, A., Hong, G.B., dan 
Bailey, H.H., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, 
Lampung. 
Haryati, U. 2003. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Alley cropping Serta Peluang 
dan Kendalanya di lahan Kering. On line (Umiharyati@yahoo.com). Diakses 7 
Januari 2003. 
Kang, B.T., G.F. Wilson, and T.L. Lawson. 1984. Alley Cropping a Stable Alternative 
to Shifting Cultivation. International Institute of Tropical Agriculture (IITA). 
Ibadan, Nigeria. 
Mapa, R.B. and H.P.M. Gunasena. 1995. Effect of Alley cropping on Soil Agregate 
Stability of a Tropical Alfisol. Kluwer Academic Publishers. Netherlands. 
Riva, W.F., 1998. Pengelolaan Kebun Campuran Tradisional dan Kontribusinya 
terhadap Pendapatan Rumah Tangga. Studi Kasus di Kampung Naga Salawu 
Jawa Barat. Dalam Kehutanan Masyarakat Beragam Pola Partisipasi Masyarakat 
dalam Pengelolaan Huatn,. IPB dab The Ford Foundation; Hal 37 – 47. 
Sanchez, P.A. 1995. Science in Agroforestry. Kluwer Academic Publishers. 
Netherlands. 
Samosir, S.S.R, 1996. Pengelolaan Lahan Kering. Makalah Disampaikan pada 
Seminar Nasional II Budidaya Lahan Kering. Dalam Dies Natalis XV Unhalu, 
Kendari. 
Sutidjo, D., 1986. Pengantar Sistem Produksi Tanaman Agronomi. Buku Kuliah 
Disusun Dalam Rangka Kerjasama Institusional Fakultas Pertanian Unila-Institut 
Pertanian Bogor. 
Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik; Pemasyarakatan dan 
Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihTidar University
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Fitri Hamasah
 
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptxPPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptxBPPSINDANGKASIH
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihTidar University
 
Tanam padi dengan sistem jajar legowo
Tanam padi dengan sistem jajar legowoTanam padi dengan sistem jajar legowo
Tanam padi dengan sistem jajar legowotani57
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorTidar University
 
Pengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dodyPengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dodyAndrew Hutabarat
 
Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Puan Habibah
 
Acara iii penanaman
Acara iii penanamanAcara iii penanaman
Acara iii penanamanperdos5 cuy
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPy Bayu
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIRizki Chairunnisya
 
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIstilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIr. Zakaria, M.M
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showIndraSetiawan115511
 
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiteknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiNurulia Dimitha
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemfahmiganteng
 

What's hot (20)

pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benih
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung
 
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptxPPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Tanam padi dengan sistem jajar legowo
Tanam padi dengan sistem jajar legowoTanam padi dengan sistem jajar legowo
Tanam padi dengan sistem jajar legowo
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
 
10 irigasi permukaan
10   irigasi permukaan10   irigasi permukaan
10 irigasi permukaan
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
 
Pengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dodyPengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dody
 
Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan
 
Acara iii penanaman
Acara iii penanamanAcara iii penanaman
Acara iii penanaman
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
 
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIstilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
 
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiteknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
 

Similar to Mengendalikan Erosi di Lahan Kering

Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestryEka Phe
 
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPuan Habibah
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariGilang Putra
 
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxResume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxMqwinMks
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanBondan the Planter of Palm Oil
 
2 agroforestri di indonesia
2 agroforestri di indonesia2 agroforestri di indonesia
2 agroforestri di indonesiaabdul samad
 
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanKelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanSiswandaPraja
 
pendahuluan (agro forestry)
pendahuluan (agro forestry)pendahuluan (agro forestry)
pendahuluan (agro forestry)Yudha D'pharaoh
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...Repository Ipb
 
PEMAPARAN AGROFORESTRY
PEMAPARAN AGROFORESTRYPEMAPARAN AGROFORESTRY
PEMAPARAN AGROFORESTRYEDIS BLOG
 

Similar to Mengendalikan Erosi di Lahan Kering (20)

Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley croppingMakalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
 
Lahan
LahanLahan
Lahan
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestry
 
Agroforestri
AgroforestriAgroforestri
Agroforestri
 
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxResume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
 
Makalah ladang berpindah
Makalah ladang berpindahMakalah ladang berpindah
Makalah ladang berpindah
 
2 agroforestri di indonesia
2 agroforestri di indonesia2 agroforestri di indonesia
2 agroforestri di indonesia
 
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanKelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
 
pendahuluan (agro forestry)
pendahuluan (agro forestry)pendahuluan (agro forestry)
pendahuluan (agro forestry)
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
 
PEMAPARAN AGROFORESTRY
PEMAPARAN AGROFORESTRYPEMAPARAN AGROFORESTRY
PEMAPARAN AGROFORESTRY
 

More from EDIS BLOG

DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUMDESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUMEDIS BLOG
 
Efective Communication (Communication Skill)
Efective Communication (Communication Skill)Efective Communication (Communication Skill)
Efective Communication (Communication Skill)EDIS BLOG
 
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanTerjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanEDIS BLOG
 
FAMILY THEACEA
FAMILY THEACEAFAMILY THEACEA
FAMILY THEACEAEDIS BLOG
 
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkunganMakalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkunganEDIS BLOG
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGIEDIS BLOG
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGIEDIS BLOG
 
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...EDIS BLOG
 
Klimatologi hutan
Klimatologi hutanKlimatologi hutan
Klimatologi hutanEDIS BLOG
 
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAEDIS BLOG
 
RADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARIRADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARIEDIS BLOG
 
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAEDIS BLOG
 
HIDROLOGI HUTAN
HIDROLOGI HUTANHIDROLOGI HUTAN
HIDROLOGI HUTANEDIS BLOG
 
PENGERTIAN LIMBAH
PENGERTIAN LIMBAHPENGERTIAN LIMBAH
PENGERTIAN LIMBAHEDIS BLOG
 
DIABETES MALITUS
DIABETES MALITUSDIABETES MALITUS
DIABETES MALITUSEDIS BLOG
 
PENGANTAR EPIDEMILOGI
PENGANTAR EPIDEMILOGIPENGANTAR EPIDEMILOGI
PENGANTAR EPIDEMILOGIEDIS BLOG
 
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009EDIS BLOG
 
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKATPENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKATEDIS BLOG
 

More from EDIS BLOG (20)

DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUMDESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
 
Efective Communication (Communication Skill)
Efective Communication (Communication Skill)Efective Communication (Communication Skill)
Efective Communication (Communication Skill)
 
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanTerjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
 
FAMILY THEACEA
FAMILY THEACEAFAMILY THEACEA
FAMILY THEACEA
 
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkunganMakalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
 
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
 
Klimatologi hutan
Klimatologi hutanKlimatologi hutan
Klimatologi hutan
 
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARA
 
RADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARIRADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARI
 
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARA
 
HIDROLOGI HUTAN
HIDROLOGI HUTANHIDROLOGI HUTAN
HIDROLOGI HUTAN
 
PENGERTIAN LIMBAH
PENGERTIAN LIMBAHPENGERTIAN LIMBAH
PENGERTIAN LIMBAH
 
DIABETES MALITUS
DIABETES MALITUSDIABETES MALITUS
DIABETES MALITUS
 
EPIDEMILOGI
EPIDEMILOGIEPIDEMILOGI
EPIDEMILOGI
 
PENGANTAR EPIDEMILOGI
PENGANTAR EPIDEMILOGIPENGANTAR EPIDEMILOGI
PENGANTAR EPIDEMILOGI
 
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
 
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKATPENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
 
Tipe buah
Tipe buahTipe buah
Tipe buah
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 

Mengendalikan Erosi di Lahan Kering

  • 1. Mata Kuliah : Model-Model Sistem Pertanian Dosen : Dr. Ir. Samuel A. Paembonan, M.Sc BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTRY DI LAHAN KERING OLEH : MOHAMMAD AQSA G511 03 701 KONSENTRASI TANAMAN PROGRAM STUDI SISTEM-SISTEM PERTANIAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
  • 2. 2003 I. PENDAHULUAN Luas daratan indonesia seluruhnya adalah 2000 juta hektar. Sekitar 168 juta hektar atau 81% tersebar di empat pulau besar selain di pulau Jawa, yaitu Sumatera, Kalimantan , Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan tersebut, 123 juta hektar berupa lahan/tanah kering dan selebihnya 34 juta hektar berupa lahan/tanah basah, baik berupa rawa pasang surut maupun rawa lebak (Hakim, dkk., 1986) Lahan kering merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peluang besar untuk dimanfaatkan secara optimal. Areal lahan kering di Indonesia terluas, yaitu mencapai 52,5 Juta Ha yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali (7,1 Juta Ha), Sumatera (14,8 Juta Ha), Kalimantan (7,4 Juta Ha), Sulawesi (5,1 Juta Ha), Maluku dan Nusa Tenggara (6,2 Juta Ha) dan Irian Jaya (11,8 Juta Ha) (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1998) dalam (Haryati, 2003). Meskipun areal lahan kering luas, namun daya guna sumberdaya tanah tersebut sangat bervariasi dimana ditentukan oleh keadaan fisik lingkungan, pembatas sifat tanah, kesesuaian wilayah, teknologi, dan faktor sosial budidaya. Dari segi tanah, potensial lahan kering sangat tergantung dari jenis-jenis tanah. Sebagain besar lahan kering di Indonesia terdiri dari jenis podsolik, dimana dari segi sifat tanah termasuk golongan marginal yang memerlukan teknologi pengelolaan yang hati-hati dan intensif (Foth, 1994). Tanah merupakan komponen penting dalam pertanian. Oleh karena itu, berhasilnya suatu usaha pertanian tergantung pada perencanaan penggunaan tanah/lahan
  • 3. setempat. Perencanaan penggunaan lahan yang baik harus disesuaikan dengan kemampuan dari lahan yang ada. Namun dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus –menerus menuntut para petani untuk meningkatkan produksinya, sehingga lahan-lahan dengan kelas kemampuan IV, V, VI dengan kelas kesesuaian S3 dan N1 yang sudah jelas merupakan lahan marginal untuk tanaman pangan juga menjadi sasaran pemanfaatan. Akibat model pertanian seperti ini menyebabkan degradasi unsur hara, pencucian , dan erosi tanah. Agar kondisi seperti di atas tidak berlangsung terus-menerus, maka diperlukan teknologi baru. Teknologi baru ini selain dapat meningkatkan produktivitas tanaman, efisien, mampu memperbaiki dan mengkonversi sumberdaya lahan dan air, teknologi ini juga harus mempunyai manfaat yang berkelanjutan. Menurut Sutanto (2002), yang dimaksud berkelanjutan adalah bahwa model yang dikembangkan harus dilihat berdasarkan kemampuan untuk menghasilkan secara berkelanjutan-menghasilkan sesuatu dalam jangka pendek, jangka menengah, demikian selanjutnya jangka panjang. Penekanan diberikan pada sistem yang stabil sesuai dengan kondisi lingkungan setempat dan tidak mudah berubah karena perubahan yang tiba-tiba (iklim dan pasar). Akhirnya sistem yang dikembangkan harus berwawasan konservasi termasuk mempertahankan konservasi tanah dan air, serta pengelolaan kesuburan tanah. Karena pertanian di Indonesia tidak dapat menghindari penggunaan lahan marginal dalam hal ini lahan kering yang tingkat kesuburannya rendah, maka diperlukan suatu teknologi yang tepat, dimana selain memiliki fungsi produksi juga
  • 4. sebagai proteksi atau konservasi lingkungan. Kedua fungsi diatas dapat ditemui pada sistem agroforestry dengan berbagai model atau pola didalamnya. Dalam makalah ini, penulis mencoba menyajikan salah satu bentuk pola tanam dalam agroforestry yang dapat diterapkan pada lahan kering yaitu pola tanam alley cropping berikut peluang dan kendala dalam penerapannya, keunggulan dan kelemahan serta cara minimasi dan maksimasi pengaruhi negatif dan positif dari pola tersebut.
  • 5. II. BENTUK POLA TANAM DALAM SISTEM AGROFORESTRY Agroforestry adalah bentuk atau sistem penggunaan lahan, dimana pemakai lahan dapat memperoleh hasil tanaman pangan atau tanaman agronomi lain, tanaman pakan ternak dan hasil kayu, secara simultan, serta dapat melestarikan sumberdaya lahan tersebut. Dalam sistem agroforestry ada beberapa pola tanam, diantaranya adalah bentuk pola tanam tiga strata, multistorey cropping, alley cropping, dan sebagainya (Sutidjo, 1986). Salah satu pola tanam yang populer dari sistem agroforestry yang mempunyai ciri produktivitas tinggi dan dapat diterapkan pada kondisi lingkungan yang luas adalah pola tanam tumpangsari berlorong atau lebih dikenal dengan istilah alley cropping. Anonim (2003) mengatakan, Alley cropping adalah suatu cara pemeliharaan lahan berlereng dengan menanam tanaman lorong atau pagar, yang dari tanaman tersebut kita tidak hanya mengurangi resiko erosi melainkan kita juga memperoleh manfaat lain dari tanaman lorong tersebut, misalnya mulsa (sisa-sisa tanaman yang sangat cepat membusuk dan menjadi penyubur lahan), bahkan mungkin tanaman lorong dapat digunakan sebagai makanan ternak. Selanjutnya, Kang et al., (1984) menuliskan, Alley cropping merupakan salah satu sistem agroforestry yang menanam tanaman semusim atau tanaman pangan di antara lorong-lorong yang dibentuk oleh pagar tanaman pohonan atau semak. Tanaman pagar dipangkas secara periodik selama pertanaman untuk menghindari naungan dan mengurangi kompetisi hara dengan tanaman pangan/semusim. Leucaena leucocephala
  • 6. merupakan jenis pohon leguminosa yang pertama diuji dalam sistem Alley cropping dan menyusul Glinsidia sepium. Menurut Haryati (2003) dalam memilih jenis leguminosa yang akan diintroduksikan, selain dipilih tanaman yang sesuai dengan agroekosistem setempat, mempunyai pengaruh negatif yang rendah, juga harus sesuai dengan tujuan utama (prioritas masalah) yang akan dipecahkan, misalnya : - Jika erosi menjadi masalah utama, maka Flemingia congesta menjadi pilihan utama dalam Alley cropping. - Jika pakan ternak menjadi masalah utama, maka Gliricidia sepium dan atau Calliandra calothyrsus menjadi pilihan atau dikombinasikan dengan Flemingia congesta. - Jika tanah alkalin kuat, atau solum tanah <50 cm di atas batu kapur, maka Gliricidia sepium yang dipilih. - Jika ketinggian tempat >500 m dari permukaan laut, maka Calliandra calothyrsus menjadi pilihan utama dan sebagai alternatif Gliricidia sepium atau Flemingia congesta. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini sangat efektif mengendalikan erosi. Di Filipina, Alley cropping dapat menurunkan erosi sebanyak 62 %, yang terdiri atas 48 % disebabkan oleh pengaruh penutupan tanah oleh mulsa, 8 % disebabkan oleh perubahan profil tanah dan 4 % oleh penanaman secara kontour (Haryati, 2003).
  • 7. III. PELUANG DAN KENDALA POLA TANAM ALLEY CROPPING DI LAHAN KERING A. PELUANG Petani lahan kering pada umumnya bermodal rendah dengan tenaga kerja yang langka, maka Alley cropping merupakan alternatif yang baik dibandingkan dengan teras bangku. Pada lahan yang sudah terlanjur dibuat teras bangku, biasanya tanpa tanaman penguat teras, memerlukan tanaman penguat teras berupa rumput dan leguminosa pohon untuk lebih mengefektifkan dari teras bangku tersebut. Ini merupakan peluang pengembangan leguminosa yang biasa ditanam dalam Alley cropping. Adanya masalah kelangkaan hijauan pohon setiap musim kemarau di lahan kering juga dapat menjadi pendorong kuatnya motivasi petani untuk menerapkan Alley cropping. Untuk lebih mendayagunakan sistem ini hubungannya dengan kebutuhan petani, maka Alley cropping dapat dimodifikasi, yaitu dengan mengkombinasikan rumput pakan ternak pada barisan pagarnya atau ditanam secara berselang-seling antar barisan tanaman pohon atau tanamn semusim. Menurut Shancez (1995) Alley cropping lebih baik diterapkan pada kondisi dimana tanah cukup subur tanpa keterbatasan unsur hara makro, curah hujan cukup selama masa pertanaman, lahan sangat miring dan erosi tinggi, tenaga kerja banyak tersedia dan lahannya luas, serta status pemilikan tanah yang aman Pada daerah-daerah seperti Flores dan Lombok, pola tanam alley cropping cocok untuk diterapkan, karena dengan cara demikian evapotranspirasi tanaman tidak terlalu tinggi atau dapat dikurangi, dan mikroklimat serta kesuburan tanah dapat diperbaiki. Pada lahan yang berlereng, lamtorogung dapat ditanam pada guludan-guludan yang
  • 8. dibuat mengikuti arah lereng sehingga sekaligus berfungsi sebagai penahan erosi (Sutidjo, 1986). Hal ini sejalan pula dengan pendapat Samosir (1996), Untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di lahan kering dapat dilakukan melalui pertanaman tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air serta mengurangi erosi dan meningkatkan kesuburan. B. KENDALA Secara sosial ekonomi, Alley cropping mempunyai beberapa tantangan untuk dikembangkan di lahan kering diantaranya pandangan negatif petani teras bangku, persepsi negatif petani (trauma) terhadap pengembangan tanaman Lamtoro, biaya sosial tinggi untuk daerah marginal kritis, prioritas petani masih berorientasi pada keamanan pangan (food security), kerawanan keamanan tanaman pagar dari masyarakat itu sendiri, dan teknologi ini mengkonsumsi kesadaran, kesabaran, dan pengorbanan petani yang tidak ringan (Haryati, 2003). Selain hal tersebut, adanya persepsi petani, dengan penerapan budidaya lorong mengurangi areal produksi yang dimiliki, sedangkan rata-rata pemilikan lahan usaha tani sangat sempit. Penyediaan benih tanaman pagar/leguminosa dalam jumlah besar juga menjadi kendala apabila sistem ini akan diterapkan pada skala luas.
  • 9. IV. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN POLA TANAM ALLEY CROPPING A. KEUNGGULAN A.1. Efektivitas Pengendalian Erosi Efektivitas pengendalian erosi sangat tergantung pada jenis tanaman pagar yang digunakan, jarak antara tanaman pagar dan kemiringan lahan. Alley cropping menahan kehilangan tanah 93% dan air 83% dibandingkan pada pertanaman tunggal semusin. Efektivitas pengendalian erosi ini juga dikarenakan terbentuknya teras secara alami dan perlahan-lahan setinggi 25-30 cm pada dasar tanaman pagar. Alegre dan Rao (1996) mengemukakan bahwa rendahnya erosi disebabkan oleh hasil pangkasan yang sukar melapuk yang berfungsi sebagai mulsa, sehingga tanah terlindung dari air hujan, dan pemadatan tanah oleh pekerja selama operasi di lapangan. Barisan tanaman pagar menurunkan kecepatan aliran permukaan sehingga memberikan kesempatan pada air untuk berinfiltrasi. Selanjutnya, tanaman pagar menyebabkan air tanah selalu berkurang untuk kebutuhan pertumbuhannya selama musim kemarau sehingga sistem ini menyerap lebih banyak air hujan ke dalam tanah dan akhirnya menurunkan erosi. A.2. Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman Selain efektif pengendalian erosi, Alley cropping juga dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman. Alegre dan Rao (1996)
  • 10. mengemukakan bahwa sistem ini dapat memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu menurunkan BD (bulk density) dan meningkatkan konduktivitas hidraulik tanah (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh Pertanaman Tunggal (semusim) dan Alley cropping terhadap BD (bulk density) dan Konduktivitas Hidraulik setelah 14 kali Pertanaman Semusim. Perlakuan BD (kg/m3) Konduktivitas hidraulik (cm/hari) Pertanaman tunggal (semusim) 1,43 18,5 Alley cropping 1,29 50,0 Hutan sekunder 1,20 99,8 LSD (0,05) 0,06 6,8 Sumber : Alegre and Rao (1996) Perbaikan sifat fisik ini disebabkan karena adanya perambahan residu organik dari hasil pangkasan secara periodik ke tanah. Alley cropping juga dapat mengingkatkan diameter agregat dan stabilitas agregat. Selain perbaikan sifat fisik tanah, Alley cropping juga dapat meningkatkan unsur hara di dalam tanah (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh Alley cropping terhadap Unsur Hara Dalam Tanah. Perlakuan Unsur Hara C P K Ca Mg Sumber (%) mg/l me/100g a. Tanpa Alley cropping 0,65 27,0 0,19 2,9 0,35 Karg et al. b. Dengan Alley cropping (1984) (Leucaena sp) 1,07 26,0 0,28 3,45 0,5 a. Tanpa Alley cropping 1,18 6,0 0,07 0,08 0,18 Alegre and Rao b. Dengan Alley cropping (1996) (Inga edulis) 1,32 9,1 1,13 0,96 0,22 Respon spatial dalam Alley cropping juga terjadi pada aktivitas organisme di dalam tanah yang ditunjukkan oleh gradient spatial dan temporal
  • 11. dari aktivitas casting cacing tanah. Alley cropping dengan tanaman utama kacang-kacangan juga dapat meningkatkan kehidupan mikrobiota tanah pada tahun-tahun kering. Perbaikan produktivitas tanah yang meliputi perbaikan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan aktivitas biologi tanah tentu saja akan sangat menunjang pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya meningkatkan produksi tanaman pangan/semusim yang ditanam pada lorongnya. Kang et al. (1984) menambahkan bahwa hasil tanaman pangan/semusim yang ditanam dengan Alley cropping lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanpa Alley cropping. Contoh peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Tanaman Jagung, Kacang Tunggak dan Ubikayu pada Alley Croppin Perlakuan Hasil tanaman (ton/ha) Jagung Kacang tunggak Ubikayu Kontrol 2,8 0,7 23,0 Alley cropping : ~ Leucaena leucocephala - - - ~ Glirisidia sepium 4,4 0,8 25,0 ~ Acioa barterii 3,2 - - Sumber : Kang et al. (1984) ; keterangan : tanda (-) berarti tidak ada perlakuannya. A.3. Adanya Interaksi Menguntungkan antara Tanaman Pagar dan Tanaman Pangan/Semusim. Keunggulan lain sistem Alley cropping adalah dengan adanya interaksi yang bersifat menguntungkan antara pangan dan tanaman utama (pangan/semusim) menurut Mapa dan Gunasena (1995), sebagai berikut :
  • 12. a. Serasah dan hasil pangkasan (daun dan ranting) merupakan lapisan pelindung sumber bahan organik untuk tanah. b. Lapisan serasah menurunkan kehilangan air melalui evaporasi dari permukaan tanah dan memperbaiki regim kelembaban tanah. c. Naungan tanaman pagar dapat menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi resiko kebakaran pada musim kemarau. d. Tanaman pagar dapat mengikat unsur N2 secara biologis dari udara dan sebagai suplai nitrogen sehingga kebutuhan pupuk N dapat diturunkan. e. Memberikan iklim mikro yang stabil, dengan penurunan kecepatan angin, peningkatan kelembaban, memberikan naungan (misalnya Erythrina pada pertanaman coklat atau kopi). A.4. Diversifikasi Hasil Tanaman dan Sumber Pendapatan Meskipun penerapan sistem agroforestry dengan pola tanam alley cropping tidak memungkinkan akumulasi modal secara cepat dalam bentuk aset-aset yang segera dapat diuangkan, diversifikasi tanaman merupakan jaminan terhadap ancaman kegagalan panen salah satu jenis tanaman dan resiko perkembangan pasar yang sulit diperkirakan. Dalam tabel berikut diperlihatkan rincian pendapatan rata-rata petani per tahun dari diversifikasi tanaman yang dilakukan.
  • 13. Tabel 4. Perincian Pendapatan rata-rata Petani Pertahun Menurut Jenis Tanaman pada Pola Tanam Campuran Strata Pendapatan Rata-rata (Rp/th/ha) Jumlah Bambu T.Pokok T.Kebun T.Buah Palawija I 167.804 1.468.293 111.463 192.195 113.170 2.052.925 II 471.578 2.273.684 21.52 133.414 110.526 3.010.254 III 687.500 5.589.286 153.571 535.714 385.714 7.351.785 Rata-rata 442.294 3.110.421 95.362 287.107 203.137 Sumber : Riva (1998) B. KELEMAHAN Beberapa kelemahan sistem Alley cropping menurut Haryati (2003) adalah sebagai berikut : 1. Mengurangi luas areal tanam sebanyak ± 20 – 22 %. 2. Meningkatnya biaya dan tenaga untuk penanaman, pemangkasan, pemulsaan dan pemeliharaan tanaman pagar. 3. Efek allelophati (mengeluarkan aksudat yang bersifat racun bagi tanaman). 4. Menimbulkan interaksi yang tidak menguntungkan antara pohon dan tanaman pangan/semusim : a. Kompetisi cahaya : naungan pohon, menurunkan intensitas cahaya pada level tanaman pangan/semusim. b. Kompetisi hara dan air : sistem perakaran tanaman pagar yang dangkal akan berkompetisi dengan tanaman pangan semusim dalam hal hara dan air, menurunkan penyerapan oleh akar tanaman pangan/semusim.
  • 14. c. Tanaman pagar bisa sebagai inang hama dan penyakit bagi tanaman pangan/semusim dan sebaliknya.
  • 15. V. MINIMASI DAN MAKSIMASI PENGARUH NEGATIF DAN POSITIF POLA TANAM ALLEY CROPPING A. MINIMASI PENGARUH NEGATIF Pengaruh negatif atau pengaruh tidak menguntungkan dalam sistem Alley cropping dapat dikurangi dengan cara : ~ Pemangkasan secara periodik selama fase pertumbuhan tanaman utama untuk mengurangi pengaruh naungan. ~ Memilih tanaman yang mempunyai kanopi lebih sempit tetapi rapat untuk mengurangi kompetisi cahaya. ~ Memilih tanaman utama (pangan/sEmusim) yang toleran terhadap naungan. ~ Memilih jenis tanaman pagar yang mempunyai perakaran yang dalam untuk menghilangkan kompetisi dengan tanaman utama tetapi cukup dekat untuk mengendalikan gulma dan untuk mendapatkan keuntungan maksimum dari suplai bahan organik. B. MAKSIMASI PENGARUH POSITIF Pengaruh positif dalam sistem Alley cropping dapat dimaksimalkan dengan cara memilih tanaman pohon yang sesuai untuk ditumpangsarikan dengan tanaman semusim, berdasarkan : ~ Bentuk dan distribusi kanopi Pohon yang tinggi dengan kanopi yang sempit tetapi padat tidak akan memberikan terlalu banyak naungan terhadap tanaman utama selama musim tanam. Sebaliknya, pohon dengan kanopi yang lebar dan setengah terbuka akan memungkinkan cahaya
  • 16. menjangkau tanaman utama, tetapi tidak sesuai dalam mengendalikan gulma setelah atau diantara periode pertanaman. ~ Kualitas dan kuantitas penyediaan bahan organik serasah Untuk memaksimalkan pengaruh positif, pohon dengan serasah yang lambat didekomposisi dikombinasikan dengan pohon yang mempunyai residu bahan organik yang cepat terdekomposisi. Serasah dengan kualitas yang rendah dan lambat didekomposisi sesuai untuk mulsa, melindungi permukaan tanah dari erosi. Kombinasi dari serasah yang berkualitas rendah dan tinggi akan meningkatkan sinkronisasi dari pelepasan hara dari residu organik dengan kebutuhan tanaman. ~ Kemampuan pertumbuhan ~ Kedalaman perakaran dan distribusinya ~ Tahan terhadap pemangkasan dan periodik ~ Tahan terhadap hama dan penyakit ~ Mempunyai kemampuan biologi untuk memfiksasi N2 - Udara
  • 17. VI. PENUTUP Alley cropping merupakan salah satu pola tanam sistem agroforestry dimana dilakukan penanaman tanaman semusim atau tanaman pangan diantara lorong-lorong yang dibentuk oleh pagar tanaman pohonan atau semak. Alley cropping efektif mengendalikan erosi, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, aktivitas biologi tanah, meningkatkan dan mempertahankan produksi tanaman pangan, serta diversifikasi hasil tanaman dan pendapatan. Alley cropping mempunyai peluang yang cukup strategis untuk dikembangkan pada sistem usaha tani di lahan kering. Dan untuk lebih mendayagunakannya, Alley cropping dapat dilakukan dengan mengkombinasikan leguminosa pohon dan rumput pakan ternak. Kendala adopsi Alley cropping adalah kebutuhan tenaga kerja yang tinggi, keterbatasan nilai tambah terhadap pendapatan usaha tani, sertra kurangnya bahan tanaman khususnya dari jenis pakan ternak. Alley cropping mempunyai keunggulan dan juga kelemahan, namun melalui pengelolaan yang baik hal ini dapat diatasi. Kombinasi kompetisi di bagian atas (naungan) dan bawah tanah (air dan hara) yang dapat diminimasi dengan cara menghilangkan, mengurangi, atau menyesuaikan sistem pertanaman dengan Alley cropping.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Alegre, J.C., and M.R. Rao. 1996. Soil and Water Conservation by Countour Ledging in The Humid Tropics of Peru. Elsevier Science. BV. Anonim. 2003. Teknologi Konservasi Tanah dan Air dengan Alley cropping. On line (www.bi.go.id/sipuk/lin/ind/alley cropping/htm ). Di akses 7 Januari 2003. Foth, H.D., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah; Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. Hakim, N.,Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, A., Hong, G.B., dan Bailey, H.H., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung. Haryati, U. 2003. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Alley cropping Serta Peluang dan Kendalanya di lahan Kering. On line (Umiharyati@yahoo.com). Diakses 7 Januari 2003. Kang, B.T., G.F. Wilson, and T.L. Lawson. 1984. Alley Cropping a Stable Alternative to Shifting Cultivation. International Institute of Tropical Agriculture (IITA). Ibadan, Nigeria. Mapa, R.B. and H.P.M. Gunasena. 1995. Effect of Alley cropping on Soil Agregate Stability of a Tropical Alfisol. Kluwer Academic Publishers. Netherlands. Riva, W.F., 1998. Pengelolaan Kebun Campuran Tradisional dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga. Studi Kasus di Kampung Naga Salawu Jawa Barat. Dalam Kehutanan Masyarakat Beragam Pola Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Huatn,. IPB dab The Ford Foundation; Hal 37 – 47. Sanchez, P.A. 1995. Science in Agroforestry. Kluwer Academic Publishers. Netherlands. Samosir, S.S.R, 1996. Pengelolaan Lahan Kering. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional II Budidaya Lahan Kering. Dalam Dies Natalis XV Unhalu, Kendari. Sutidjo, D., 1986. Pengantar Sistem Produksi Tanaman Agronomi. Buku Kuliah Disusun Dalam Rangka Kerjasama Institusional Fakultas Pertanian Unila-Institut Pertanian Bogor. Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik; Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta.