SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
PENGELOLAAN USAHA TANI JAGUNG 
BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA 
LAHAN KERING 
Posted on May 10, 2012 by edysofyadi57 
Abstrak 
Pengelolaan lahan kering yang tepat guna harus berazas wawasan lingkungan. Hal ini penting untuk 
menghantarkan capaian pengelolaan pertanian lahan kering yang dapat meningkatkan kualitas 
biofisik lahan dan produktivitasnya (kesinambungan sumberdaya alam). Pengelolaan usahatani 
jagung yang berwawasan lingkungan pada lahan kering diupayakan secara maksimal dengan 
menerapkan teknologi yang konsisten dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Pola tanam 
jagung di lahan kering dianjurkan menggunakan pola tanam ganda (multiple cropping) baik dengan 
tanaman tahunan maupun dengan tanaman semusim dari jenis legum. Pemeliharaan tanaman 
jagung baik dalam pemupukan maupun pengendalian organisme pengganggu tanaman 
memaksimalkan penggunaan bahan organik sehingga kelestarian lingkungan dapat dipertahankan. 
Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida berspektrum sempit dilaksanakan secara bijaksana, 
yaitu sesuai dengan dosis dan konsentrasi yang dianjurkan serta digunakan jika fungsinya tidak dapat 
digantikan dengan yang lain. Teknologi yang ditawarkan harus berimplikasi terhadap kesinambungan 
peningkatan pendapatan dengan wawasan agribisnis dan didukung oleh pembangunan infrastruktur 
ekonomi. 
PENDAHULUAN 
Pengembangan pertanian lahan kering merupakan alternatif yang sangat penting untuk mengalihkan 
paradigma lahan sawah sebagai tulang punggung pertanian dan sebagai pemenuhan utama 
produksi pangan nasional. Potensi lahan kering di Indonesia cukup besar, menurut data BPS, 1996, 
luas lahan kering sesuai dengan penggunaannya adalah sekitar 21.968.130 hektar, yang terdiri dari 
tegalan/kebun (8.383.599 ha), ladang/huma (3.179.213 ha), lahan yang sementara tidak diusahakan 
(8.560.336 ha), dan lahan tadah hujan (1.844.982 ha) (Sinulingga, 1999). 
Hal ini sangat beralasan karena lahan-lahan persawahan di Indonesia umumnya telah banyak 
mengalami alih fungsi menjadi lahan nonpertanian. Perkembangan luas lahan irigasi selalu 
berfluktuasi dan cenderung menurun setiap lima tahunan sesuai siklus musim kemarau. Tantangan 
lain dari lahan pertanian sawah adalah kemunduran produktivitas karena intervensi manusia yang 
sangat intensif. 
Lahan-lahan kritis relatif rentan terhadap fenomena kerusakan lahan akibat erosi, kesuburan serta 
produktivitas tanah yang relatif rendah, dan keadaan iklim yang kurang menguntungkan. 
Keterbatasan air tahunan merupakan kendala yang membatasi pola pertanaman yang ada di daerah 
lahan kering. Fluktuasi lengas tanah pada sistem pertanaman lahan kering sangat tergantung pada 
pasokan air hujan. 
Degradasi lahan yang muncul adalah erosi pada lahan perbukitan dan atau lahan miring, makin 
menurunnya kualitas kesuburan tanah (lapisan tanah menipis, agregat tanah tidak stabil), serta aliran
permukaan yang terjadi pada musim hujan lebih dari 70% hilang menuju ke laut. Pengelolaan sistem 
pertanaman (cropping system) dan pengelolaan tanah dan air dalam arti luas di tingkat petani masih 
belum memadai baik dari aspek kelestarian sumberdaya alam (berwawasan lingkungan) dan 
keberlanjutan pendapatan (berwawasan agribisnis). Hal ini sangat terkait dengan penguasaan petani 
di wilayah pedesaan lahan kering terhadap teknologi budidaya dan konservasi air yang masih jauh 
dari memadai (Ma’shum, dkk. 2009). Tanaman semusim yang banyak diusahakan di lahan kering 
antara lain jagung, ubi kayu, dan kacang-kacangan; baik ditanam secara monokultur maupunmultiple 
cropping (tanam ganda). Umumnya tanaman jagung ditumpangsarikan dengan tanaman jenis 
legum. Tanaman kacang-kacangan mempunyai interaksi positif (simbiosis mutualisme) dengan 
bakteri Rhizobium; dapat meningkatkan kesuburan tanah (Jumin, 2002). 
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena merupakan sumber 
karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Jagung sering kali dominan di daerah-daerah 
yang bukan penghasil padi dan merupakan tanaman pokok kedua yang penting setelah 
tanaman padi (Tohari, Martono, dan Somo Wiyarjo, 2007). Kebutuhan jagung dalam negeri untuk 
pakan sudah mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2005 dan diprediksi menjadi 6,6 juta ton pada tahun 
2010 (Ditjen Tanaman Pangan, 2006 dalam Akil dan Dahlan, 2009). Peluang ekspor semakin 
terbuka mengingat negara penghasil jagung seperti Amerika, Argentina, dan Cina mulai membatasi 
volume ekspornya karena kebutuhan jagung mereka meningkat. Penelitian oleh berbagai institusi 
pemerintah maupun swasta telah menghasilkan teknologi budi daya jagung dengan produktivitas 4,5- 
10,0 t/ha, bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan (Subandi, et al. 
2006dalam Akil dan Dahlan, 2009). Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,4 ton/ha. Salah 
satu faktor yang menyebabkan besarnya senjang hasil jagung antara di tingkat penelitian dengan di 
tingkat petani adalah lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi. Berbagai masalah dan 
tantangan perlu diatasi dalam diseminasi teknologi; antara lain teknologi budidaya tanaman yang 
berwawasan lingkungan. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam hal diseminasi teknologi diperlukan 
untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung. 
TEKNOLOGI BUDI DAYA 
Teknologi budidaya yang ditawarkan harus aman terhadap lingkungan, ditinjau dari kelestarian 
ekosistem, kesehatan lingkungan, keragaman hayati, kesehatan konsumen, dan keberlanjutan sistem 
produksi. Usahatani ramah lingkungan, pengelolaan tanaman secara terpadu, dan pengendalian 
hama secara terpadu pada dasarnya mengintegrasikan komponen teknologi yang aman terhadap 
lingkungan. Oleh karena itu, komponen teknologi perlu dikaji dampaknya terhadap lingkungan 
sebelum dikembangkan. 
Waktu Tanam dan Pola Tanam 
Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas jagung adalah penanaman 
yang sering tertunda. Pada lahan kering beriklim kering dengan curah hujan terbatas, penanaman 
jagung harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami kekeringan. Pada lahan kering (tegalan) 
kebutuhan air dari tanaman bersumber dari curah hujan dan residu air tanah, sehingga penetapan 
waktu tanam sangat tergantung pada curah hujan. Bila curah hujan cukup sepanjang musim 
penanaman jagung dilahan kering dapat dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun.
Macam pola tanam jagung pada lahan kering, yaitu: 
a. Pertanaman Secara Monokultur 
Pertanaman jagung secara monokultur sudah lama dilakukan petani di daerah-daerah sentra 
produksi jagung; penanaman dilakukan disepanjang musim tanpa diselingi dengan komoditas lain 
(pergiliran tanaman). Hubungan antartanaman dalam ekosistem tersebut bersifat kompetitif dalam 
mendapatkan nutrisi, O2, CO2, air, dan ruang tumbuh. Oleh karena itu diperlukan pengaturan jarak 
tanam yang tepat agar persaingan antartanaman dapat diminimalisasi (Jumin, 2002). 
b. Pertanaman secara Multiple cropping 
Dewasa ini penanaman jagung dengan pola monokultur sudah mulai berkurang karena sudah banyak 
yang intercropping dengan komoditas tanaman tahunan seperti sawit, kakao dan pisang atau 
ditumpangsarikan dengan tanaman semusim lainnya, seperti kedelai, kacang hijau, dan padi huma 
(Ma’shum, dkk. 2009). Seperti halnya pada tanaman monokultur, pola tanam multiple cropping pada 
suatu ekosistem akan menimbulkan hubungan kompetisi antarindividu dan atau populasi tanaman. 
Penyiapan Lahan 
Di daerah dengan curah hujan terbatas, penanaman jagung tidak dapat ditunda. Penundaan waktu 
tanam menyebabkan tanaman mengalami kekeringan atau bahkan gagal panen. Masalah yang 
dihadapi dalam penyiapan lahan adalah tanah yang keras pada saat kering, atau lengket pada saat 
basah. Dalam kondisi demikian, teknik tanpa olah tanah (TOT) dapat diterapkan. 
Cara penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah bertekstur 
berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah bertekstur ringan sampai sedang dapat 
disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum (OTM) atau TOT. 
Keuntungan penyiapan lahan dengan teknik olah tanah konservasi adalah dapat memajukan waktu 
tanam, menghemat tenaga kerja, mengurangi pemakaian bahan bakar untuk mengolah tanah dengan 
traktor, mengurangi erosi, dan meningkatkan kandungan air tanah (FAO 2000 dalam Akil dan Dahlan, 
2009)). 
Budidaya jagung dengan teknik penyiapan lahan konservasi dapat berhasil baik pada tanah 
bertekstur ringan sampai sedang dan ditunjang oleh drainase yang baik. Di beberapa tempat, hasil 
jagung dengan teknologi TOT lebih baik dibanding teknik olah tanah sempurna (OTS) maupun OTM. 
Keunggulan teknik TOT adalah dapat mengurangi biaya untuk pengolahan tanah dan pengairan. 
Hasil yang lebih tinggi dari teknik TOT diperoleh pada kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang lebih 
baik, tertama dari aspek kecukupan lengas tanah. 
Pembersihan gulma sebaiknya dilakukan secara manual; gulma yang telah dicabut dibenamkan ke 
dalam larikan sepanjang barisan tanaman, kemudian disiram denganEffective Microorganisme (EM4) 
dengan konsentrasi sesuai anjuran agar proses dekomposisinya lebih cepat. Penggunaan herbisida 
masih dapat dilakukan; yang perlu diperhatikan adalah penggunaan dosis dan konsentrasinya harus 
sesuai dengan yang direkomendasikan. 
Kultivar
Di antara komponen teknologi produksi, kultivar unggul mempunyai peran penting dalam peningkatan 
produksi jagung. Perannya menonjol dalam potensi hasil per satuan luas, toleran terhadap hama dan 
penyakit, kesesuaian terhadap lingkungan, dan preferensi konsumen. Saat ini telah banyak kultivar 
unggul jagung yang dipasarkan. Dari segi jenisnya, dikenal dua jenis jagung yakni hibrida dan 
komposit (bersari bebas). Dibanding jenis komposit, jagung hibrida umumnya mempunyai kelebihan 
dalam hal potensi hasil yang lebih tinggi dan pertumbuhan tanaman lebih seragam. 
Pengembangan jagung perlu dipadukan dengan upaya produksi biomas untuk pakan sehingga lebih 
produktif dan berorientasi agribisnis. Hal ini semakin penting artinya bagi wilayah-wilayah marginal, 
seperti agroekosistem lahan kering. Kultivar jagung yang dapat menghasilkan biomas segar yang 
tinggi, pada umur 75 hari setelah tanam (HST), yaitu Bima-1, Semar-10, Lamuru, dan Bisma (Akil dan 
Dahlan, 2009). 
Populasi dan Cara Tanam 
Salah satu upaya untuk mendapatkan hasil optimum adalah mengatur populasi tanaman. Secara 
umum, kepadatan tanam anjuran adalah 66.667 tanaman/ha. Ini dapat dicapai dengan jarak tanam 
antarbaris 75 cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per rumpun, atau jarak antarbaris 
40 cm dengan dua tanaman per rumpun. 
Bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja, jarak tanam dalam barisan 40 cm dengan dua tanaman 
per lubang lebih memungkinkan. Apabila penanaman jagung bertujuan untuk produksi biji dan 
sekaligus untuk biomas hijauan, kepadatan yang dianjurkan adalah 200.000-300.000 tanaman/ha 
dengan penanaman 3-4 benih per rumpun. 
Pemanenan secara berkala dilakukan selama 30-45 HST untuk produksi hijauan sambil 
menjarangkan tanaman hingga kepadatan 66.667 tanaman/ha untuk produksi biji. Hal ini dianjurkan 
pada musim kemarau, pada saat rumput kurang tersedia bagi ternak dan petani mempunyai ternak. 
Cara ini mendukung sistem integrasi jagung-ternak (sapi, kerbau, dan kuda). 
Di Indonesia, penanaman jagung dilakukan secara manual dengan memasukkan benih ke dalam 
lubang tugal maupun alur tanam yang disiapkan dengan bajak ditarik ternak. Cara tanam ini 
membutuhkan tenaga kerja 10-16 HOK/ha. 
Balitsereal telah merancang alat tanam ATB1-2RBalitsereal yang dapat dioperasikan pada lahan 
kering maupun sawah setelah panen padi. Alat tanam ini dapat mengolah tanah secara sempurna 
maupun secara minimum. Kapasitas kerja alat berkisar antara 8-10 jam/ha, bergantung pada kondisi 
lahan dan keterampilan operator. Dalam pengoperasiannya, alat ini digandengkan pada traktor 
tangan. Agar alat dapat bekerja dengan baik, tanah harus bersih dari sisa-sisa tanaman (brangkasan, 
tunggul, dan akar semak belukar) dan tidak berbatu (Akil dan Dahlan, 2009). 
Pemupukan 
Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan 
produktivitas jagung. Kadar unsur hara di dalam tanah, jenis pupuk/hara yang sesuai, dan kondisi 
lingkungan fisik, khususnya agroklimat, merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam 
mencapai produktivitas maksimal tanaman. Analisis kimia tanah merupakan informasi yang dapat
membantu dalam mengevaluasi kondisi tanah bagi pertumbuhan tanaman. Dalam praktek 
pemupukan, yang perlu diperhatikan adalah jenis pupuk dan takaran optimum pada jenis tanah dan 
lingkungan tertentu. 
Lahan pertanian umumnya tidak mengandung cukup N, kecuali pada lahan yang baru dibuka dari 
vegetasi hutan. Pada tanah Latosol, Vulkanis, Mediteran, dan Podsolik, pemberian pupuk urea 
dengan takaran 200-400 kg/ha memberikan efisiensi pemupukan (setiap kg hasil jagung yang 
diperoleh dari setiap kg pupuk urea yang diberikan) 6,0-7,5. Hasil penelitian di Maros dengan 
menggunakan tiga kultivar hibrida dan dua kultivar komposit menunjukkan bahwa takaran pupuk urea 
yang optimal untuk varietas hibrida adalah 420 kg/ha sedangkan untuk kultivar komposit 350 kg/ha. 
Berbeda dengan N, pemberian pupuk P perlu dicermati karena tidak semua tanah memerlukan 
tambahan pupuk P. Pada lahan kering jenis tanah Vulkanis di Malang, tanaman jagung kurang 
tanggap terhadap pemberian P. Pada tanah berkapur, pemberian TSP dengan takaran 100-200 kg/ha 
masih menunjukkan efisiensi pemupukan yang memadai. Pengaruh pemupukan P sangat nyata pada 
tanah Podsolik yang ditunjukkan oleh tingginya efisiensi pemupukan yaitu 9,5-14,6 kg biji/kg pupuk 
hingga takaran 300 kg TSP/ha. Pada tanah Podsolik, ketersediaan P merupakan faktor pembatas 
bagi pertumbuhan tanaman, sebab selain kandungannya sangat rendah, tanah ini juga sangat kuat 
mengikat P, sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Nilai kritis P dalam tanah adalah 9,0 ppm. 
Apabila kadungan P tanah kurang dari 9,0 ppm, pemberian pupuk P mutlak diperlukan (Akil et.al. 
2002 dalam Akil dan Dahlan, 2009). Seperti halnya pupuk P, pemberian pupuk K juga harus 
dicermati, karena pemupukan K pada umumnya kurang memberikan tanggapan, kecuali pada tanah 
Grumusol dengan K-dd (K dapat ditukar) 0,24 me/100 g, tanah Aluvial dengan K-dd 0,27 me/100 g, 
dan tanah Podsolik dengan K-dd kurang dari 0,30 me/100 g. Pada tanah-tanah tanggapan tersebut, 
pemberian 50 – 100 kg KCl/ha memperlihatkan efisiensi yang tinggi, terutama pada tanah Grumosol 
(37,2) dan Podsolik (16,0). Untuk efisiensi pemupukan, jenis dan takaran pupuk yang diberikan 
hendaknya didasarkan pada hasil analisis/uji tanah. Namun pendekatan itu dihadapkan kepada: (a) 
keterbatasan areal yang tanahnya telah dianalisis, (b) perubahan status hara tanah sejalan dengan 
lama pemanfaatan dan pengelolaan hara, dan (c) sulitnya petani membiayai analisis tanahnya 
sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan lain, misalnya dengan petak omisi yang dapat 
dikerjakan sendiri oleh petani/kelompok tani. 
Kandungan bahan organik pada lahan yang diusahakan secara intensif umumnya rendah, sehingga 
pemberian pupuk organik memegang peranan penting untuk meningkatkan produktivitas lahan. 
Pengaruh positif pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau dalam takaran tinggi (5-20 t/ha) telah 
dilaporkan oleh sejumlah peneliti. Pada tanah Aluvial, pemberian kotoran sapi atau pupuk hijau dari 
daun gamal dengan takaran 5-20 t/ha dapat menggantikan 100-200 kg pupuk urea/ha (Akil et al. 
2003 dalam Akil dan Dahlan, 2009). Pemberian pupuk kandang sebanyak 5 t/ha atau lebih adalah 
suatu hal yang tidak mudah dilakukan petani karena terkait dengan ketersediaan, harga, maupun 
pengangkutannya. Sebab itu, pemberian pupuk kandang, atau abu jerami padi sebagai penutup biji 
jagung pada lubang tanam sebanyak 1-3 t/ha dinilai optimal (Akil dan Dahlan, 2009). Pupuk kandang 
dan atau pupuk hijau sebaiknya dijadikan pupuk bokashi ; dikomposkan dengan menggunakan EM4, 
sehingga selain meningkatkan kandungan nutrisi dalam tanah juga akan meningkatkan pengayaan 
mikroorganisme probiotik di daerah rizosphere. 
Waktu dan cara pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Pemberian 
pupuk dengan cara disebar di atas permukaan tanah, akan menyebabkan sebagian besar pupuk
yang diberikan menguap dan tidak dapat diserap tanaman. Pemberian pupuk urea sebaiknya tiga kali 
pada 7, 25, dan 40 hari setelah tanam (HST) atau dua kali pada 7 dan 35 HST, ditugal 7-10 cm di 
samping tanaman dan ditutup dengan tanah. Pupuk P dan K diberikan pada 7 HST. Pupuk organik 
diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih atau lubang tanam (Akil dan Dahlan., 2009). 
Pengairan 
Budi daya jagung di lahan kering sangat tergantung pada musim hujan. Agar distribusi air lebih efektif 
ke tanaman, petani umumnya membuat saluran air di antara barisan tanaman dengan menggunakan 
cangkul atau bajak ditarik ternak. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung memerlukan pengairan 
yang cukup. Lahan irigasi dengan sumber air terbatas dan lahan sawah tadah hujan pada musim 
kemarau memerlukan pengairan hingga mencapai kapasitas lapang sebanyak empat kali, yaitu pada 
umur 15, 30, 45, dan 60 HST. 
Pembuatan tandon air, bendungan dan embung akan memperbesar daya tampungan air hujan dan 
air permukaan. Hasil penelitian Ma`shum, Lolita, Sukartono, dan Soemeinaboedhy (2000) 
dalam Ma’shum dkk. (2009) mengungkapkan bahwa hasil panenan air hujan di wilayah lahan kering 
Pringgabaya Lombok Timur (6m3 air/100m2 areal tangkapan) dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan 
kebutuhan air paska musim hujan. 
Pengendalian Gulma 
Tanpa pengendalian gulma, pertumbuhan tanaman jagung tertekan sehingga hasilnya rendah. Gulma 
merupakan tumbuhan yang berkompetisi dengan tanaman yang dibudidayakan. Oleh sebab itu, 
pengendalian gulma mutlak diperlukan, apalagi pada budi daya tanpa olah tanah atau pada lahan 
kering. Spesies gulma Digitaria sanguinalis bila tumbuh pada kondisi kering yang ekstrim akan 
membentuk akar-akar pendek dan pertumbuhan tajuk terhenti. Bila kondisi lingkungan menjadi baik, 
pertumbuhannya akan pulih kembali (Tohari, dkk. 2007). Pengendalian gulma dapat dilakukan 
dengan cara manual seperti penyiangan menggunakan cangkul atau bajak, atau s ecara mekanis; 
secara kimiawi dengan menggunakan herbisida hendaknya dilakukan secara bijaksana; jika 
memungkinkan secara manual atau mekanis maka herbisida tidak perlu dilakukan. 
Dari segi teknis, penyiangan dengan herbisida tidak berbeda dengan penyiangan secara mekanis. 
Takaran dan jenis herbisida yang digunakan bergantung pada jenis gulma, kepadatan gulma, dan 
anjuran penggunaan masing-masing herbisida. Penyemprotan herbisida untuk pengendalian gulma 
sebaiknya dilakukan dua kali, masingmasing pada saat tanaman berumur 21 dan 42 HST. 
Pengendalian Hama dan Penyakit 
Gangguan hama dan penyakit pada tanaman jagung akan menurunkan hasil tanaman jagung per 
satuan luas. Hubungan hama dengan tanaman yang dibudidayakan bersifat predasi; hama memakan 
bagian tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Adapun pathogen, organisme yang 
menyebabkan penyakit pada tanaman, hubungannya dengan tanaman budidaya adalah bersifat 
parasitisme. Pengendalian hama dan penyakit diupayakan dengan menggunakan pestisida nabati. 
Misalnya belalang daun jagung dapat dikendalikan dengan menggunakan larutan dari daun sengon 
buto yang telah direndam dalam air selama 24 jam dengan petrbandingan 25 kg daun sengon : 100 
liter air. Biji dan daun nimba (Azadirachta indica) efektif menekan hama ulat, kutu, kumbang, dan
penggerek serta patogen cendawan (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009). Pengendalian 
secara hayati dapat pula dilakukan dengan mengintroduksikan predator untuk hama tertentu pada 
ekosistem tersebut. 
Penggunaan bahan kimiawi dilakukan jika di daerah tersebut kesulitan mendapatkan bahan untuk 
membuat pestisida nabati atau serangan yang membutuhkan penanganan yang cepat. Lalat bibit 
dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida karbofuran 0,15-0,30 kg ba/ha yang diberikan pada 
lubang pada saat tanam. Aplikasi karbofuran dengan takaran 0,5-10 kg ba/ha saat tanaman berumur 
7 HST, dapat mengendalikan penggerek batang. Pencegahan penyakit bulai dapat dilakukan dengan 
menanam kultivar tahan secara serempak pada hamparan luas, eradikasi tanaman sakit, dan 
perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaxyl dengan takaran 2,5 g/kg benih dicampur 
dengan 10 ml air yang disuspensikan dan dicampur dengan benih secara merata pada saat tanam 
(Akil dan Dahlan, 2009). 
Panen 
Panen dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis yang ditandai oleh adanya black layerpada biji. 
Panen merupakan tahap awal yang penting dari seluruh rangkaian penanganan pascapanen jagung, 
karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Panen terlalu awal menyebabkan jumlah butir 
muda banyak, sehingga mutu biji dan daya simpannya rendah. Sebaliknya, terlambat panen 
mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil. Secara umum, saat panen yang 
tepat ditentukan oleh tingkat kemasakan biji, namun yang utama adalah berdasarkan penampilan 
visual, yaitu menuanya klobot atau bagian-bagian tanaman secara keseluruhan, mulai dari daun yang 
telah berwarna kecoklatan. Tanda-tanda jagung siap panen: (a) umur tanaman mencapai maksimum, 
yakni setelah pengisian biji optimal; (b) daun menguning dan sebagian besar mulai mengering; (c) 
klobot sudah kering atau kuning; (d)bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras, bila ditekan 
dengan kuku tidak membekas pada biji; dan (e) kadar air biji 25-35%. 
PENUTUP 
Pengelolaan lahan kering yang tepat guna harus berazas wawasan lingkungan, yaitu dengan 
pemahami secara paripurna sifat dan ciri agroekosistem wilayah. Hal ini penting untuk 
menghantarkan capaian pengelolaan pertanian lahan kering yang dapat meningkatkan kualitas 
biofisik lahan dan produktivitasnya (kesinambungan sumberdaya alam). Masukan teknologi budidaya 
dan konservasi air, serta prioritas diversifikasi komoditi unggulan lahan kering harus sesuai dengan 
kondisi agroekosistem wilayah. 
Pengelolaan usahatani jagung yang berwawasan lingkungan pada lahan kering diupayakan secara 
maksimal dengan menerapkan teknologi yang konsisten dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan 
air, antara lain : 
- mencegah erosi tanah melalui penerapan sistem olah tanah konservasi, 
- pemberian mulsa organik, 
- pembuatan terassaring dan pertanaman menurut kontur.
Pola tanam jagung di lahan kering dianjurkan menggunakan pola tanam ganda (multiple cropping) 
baik dengan tanaman tahunan maupun dengan tanaman semusim dari jenis legum. Lingkungan 
bersih dan lestari pada prinsipnya adalah alam bebas yang mekanisme perubahan dan interaksi di 
antara komponen ekosistem berlangsung tanpa campur tangan manusia. 
Pemeliharaan tanaman jagung baik dalam pemupukan maupun pengendalian organisme 
pengganggu tanaman memaksimalkan penggunaan bahan organik sehingga lelestarian lingkungan 
dapat dipertahankan. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida berspektrum sempit dilaksanakan 
secara bijaksana, yaitu sesuai dengan dosis dan konsentrasi yang dianjurkan serta digunakan jika 
fungsinya tidak dapat digantikan dengan yang lain. 
Diperlukan kajian lebih mendalam tentang karakteristik sosial-ekonomi dan budaya masyarakat 
wilayah sasaran. Teknologi yang ditawarkan harus berimplikasi terhadap 
kesinambungan peningkatan pendapatan dengan wawasan agribisnis dan didukung oleh 
pembangunan infrastruktur ekonomi; dapat diterima oleh masyarakat setempat dan memberikan nilai 
tambah bagi pendapatan usaha tani. 
DAFTAR PUSTAKA 
Akil, M. dan Dahlan, H. A. 2009. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian 
Tanaman Serealia, 
Maros. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/satutiga.pdf – Tanggal akses 
12 Maret 2010. 
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009. Materi Sekolah Lapang System of Rice 
Intensification (SRI). Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut. 
Jumin, H.B. 2002. Agronomi. Rajawali Press, Jakarta. 
Ma`shum, M., Lolita E.S., dan Sukartono. 2009. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Pertanian Lahan 
Kering Berwawasan Lingkungan di Nusa Tenggara Barat.http://ntb.litbang.deptan.go.id – Tanggal 
akses 12 Maret 2010. 
Sinulingga, Ng. M. 1999. Dinamika Pengembangan Sumber Daya Lahan Dalam Pembangunan 
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dalam: Refleksi Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura. 
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 
Tohari, E. Martono, dan S. Somowiyarjo, 2007. Budidaya Tanaman Pangan Utama. Penerbit 
Universitas Terbuka. Jakarta.
OPTIMALKAN JAGUNG DI LAHAN KERING

More Related Content

What's hot

Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganYuwan Kilmi
 
2 agroforestri di indonesia
2 agroforestri di indonesia2 agroforestri di indonesia
2 agroforestri di indonesiaabdul samad
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Purwandaru Widyasunu
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...Repository Ipb
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasrizky hadi
 
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Moh Masnur
 
Agroteknologi Lahan Kering
Agroteknologi Lahan KeringAgroteknologi Lahan Kering
Agroteknologi Lahan Keringptkartika
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduPurwandaru Widyasunu
 
Land suitability assessment_for_maize_de
Land suitability assessment_for_maize_deLand suitability assessment_for_maize_de
Land suitability assessment_for_maize_deNurdinUng
 
Pemanfaatan lahan kering
Pemanfaatan lahan keringPemanfaatan lahan kering
Pemanfaatan lahan keringFrederick_zihu
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas itnim5009130128
 
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPuan Habibah
 

What's hot (17)

Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
 
2 agroforestri di indonesia
2 agroforestri di indonesia2 agroforestri di indonesia
2 agroforestri di indonesia
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
 
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA S...
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
 
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
 
Agroteknologi Lahan Kering
Agroteknologi Lahan KeringAgroteknologi Lahan Kering
Agroteknologi Lahan Kering
 
Fungsi dan peran agroforestri
Fungsi dan peran agroforestriFungsi dan peran agroforestri
Fungsi dan peran agroforestri
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
Land suitability assessment_for_maize_de
Land suitability assessment_for_maize_deLand suitability assessment_for_maize_de
Land suitability assessment_for_maize_de
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 
Pola tanam
Pola tanamPola tanam
Pola tanam
 
Pemanfaatan lahan kering
Pemanfaatan lahan keringPemanfaatan lahan kering
Pemanfaatan lahan kering
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas it
 
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRIPERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS AGROFORESTRI
 

Similar to OPTIMALKAN JAGUNG DI LAHAN KERING

Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxResume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxMqwinMks
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...NurdinUng
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIEDIS BLOG
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIRizki Chairunnisya
 
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...Repository Ipb
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiFebrina Tentaka
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
 
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTANINTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTANAriManalu
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahSarjan Alatas
 
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptx
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptxDEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptx
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptxboyrizajuanda
 
Pembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahataniPembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahataniMuhammad Saddam
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutTeknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutdianaeureka1
 
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivationManagement of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivationyudha Adipratama
 

Similar to OPTIMALKAN JAGUNG DI LAHAN KERING (20)

Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxResume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
 
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan ii
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
 
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTANINTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
 
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo AromatikJuknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
Juknis Budidaya Padi Gogo Aromatik
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
 
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptx
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptxDEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptx
DEFINISI, PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SISTEM.pptx
 
Pembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahataniPembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahatani
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutTeknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
 
Acara vii
Acara viiAcara vii
Acara vii
 
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivationManagement of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxMyusuf852079
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptharis916240
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexquotex
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 

Recently uploaded (13)

MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 

OPTIMALKAN JAGUNG DI LAHAN KERING

  • 1. PENGELOLAAN USAHA TANI JAGUNG BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA LAHAN KERING Posted on May 10, 2012 by edysofyadi57 Abstrak Pengelolaan lahan kering yang tepat guna harus berazas wawasan lingkungan. Hal ini penting untuk menghantarkan capaian pengelolaan pertanian lahan kering yang dapat meningkatkan kualitas biofisik lahan dan produktivitasnya (kesinambungan sumberdaya alam). Pengelolaan usahatani jagung yang berwawasan lingkungan pada lahan kering diupayakan secara maksimal dengan menerapkan teknologi yang konsisten dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Pola tanam jagung di lahan kering dianjurkan menggunakan pola tanam ganda (multiple cropping) baik dengan tanaman tahunan maupun dengan tanaman semusim dari jenis legum. Pemeliharaan tanaman jagung baik dalam pemupukan maupun pengendalian organisme pengganggu tanaman memaksimalkan penggunaan bahan organik sehingga kelestarian lingkungan dapat dipertahankan. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida berspektrum sempit dilaksanakan secara bijaksana, yaitu sesuai dengan dosis dan konsentrasi yang dianjurkan serta digunakan jika fungsinya tidak dapat digantikan dengan yang lain. Teknologi yang ditawarkan harus berimplikasi terhadap kesinambungan peningkatan pendapatan dengan wawasan agribisnis dan didukung oleh pembangunan infrastruktur ekonomi. PENDAHULUAN Pengembangan pertanian lahan kering merupakan alternatif yang sangat penting untuk mengalihkan paradigma lahan sawah sebagai tulang punggung pertanian dan sebagai pemenuhan utama produksi pangan nasional. Potensi lahan kering di Indonesia cukup besar, menurut data BPS, 1996, luas lahan kering sesuai dengan penggunaannya adalah sekitar 21.968.130 hektar, yang terdiri dari tegalan/kebun (8.383.599 ha), ladang/huma (3.179.213 ha), lahan yang sementara tidak diusahakan (8.560.336 ha), dan lahan tadah hujan (1.844.982 ha) (Sinulingga, 1999). Hal ini sangat beralasan karena lahan-lahan persawahan di Indonesia umumnya telah banyak mengalami alih fungsi menjadi lahan nonpertanian. Perkembangan luas lahan irigasi selalu berfluktuasi dan cenderung menurun setiap lima tahunan sesuai siklus musim kemarau. Tantangan lain dari lahan pertanian sawah adalah kemunduran produktivitas karena intervensi manusia yang sangat intensif. Lahan-lahan kritis relatif rentan terhadap fenomena kerusakan lahan akibat erosi, kesuburan serta produktivitas tanah yang relatif rendah, dan keadaan iklim yang kurang menguntungkan. Keterbatasan air tahunan merupakan kendala yang membatasi pola pertanaman yang ada di daerah lahan kering. Fluktuasi lengas tanah pada sistem pertanaman lahan kering sangat tergantung pada pasokan air hujan. Degradasi lahan yang muncul adalah erosi pada lahan perbukitan dan atau lahan miring, makin menurunnya kualitas kesuburan tanah (lapisan tanah menipis, agregat tanah tidak stabil), serta aliran
  • 2. permukaan yang terjadi pada musim hujan lebih dari 70% hilang menuju ke laut. Pengelolaan sistem pertanaman (cropping system) dan pengelolaan tanah dan air dalam arti luas di tingkat petani masih belum memadai baik dari aspek kelestarian sumberdaya alam (berwawasan lingkungan) dan keberlanjutan pendapatan (berwawasan agribisnis). Hal ini sangat terkait dengan penguasaan petani di wilayah pedesaan lahan kering terhadap teknologi budidaya dan konservasi air yang masih jauh dari memadai (Ma’shum, dkk. 2009). Tanaman semusim yang banyak diusahakan di lahan kering antara lain jagung, ubi kayu, dan kacang-kacangan; baik ditanam secara monokultur maupunmultiple cropping (tanam ganda). Umumnya tanaman jagung ditumpangsarikan dengan tanaman jenis legum. Tanaman kacang-kacangan mempunyai interaksi positif (simbiosis mutualisme) dengan bakteri Rhizobium; dapat meningkatkan kesuburan tanah (Jumin, 2002). Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Jagung sering kali dominan di daerah-daerah yang bukan penghasil padi dan merupakan tanaman pokok kedua yang penting setelah tanaman padi (Tohari, Martono, dan Somo Wiyarjo, 2007). Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan sudah mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2005 dan diprediksi menjadi 6,6 juta ton pada tahun 2010 (Ditjen Tanaman Pangan, 2006 dalam Akil dan Dahlan, 2009). Peluang ekspor semakin terbuka mengingat negara penghasil jagung seperti Amerika, Argentina, dan Cina mulai membatasi volume ekspornya karena kebutuhan jagung mereka meningkat. Penelitian oleh berbagai institusi pemerintah maupun swasta telah menghasilkan teknologi budi daya jagung dengan produktivitas 4,5- 10,0 t/ha, bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan (Subandi, et al. 2006dalam Akil dan Dahlan, 2009). Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,4 ton/ha. Salah satu faktor yang menyebabkan besarnya senjang hasil jagung antara di tingkat penelitian dengan di tingkat petani adalah lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi. Berbagai masalah dan tantangan perlu diatasi dalam diseminasi teknologi; antara lain teknologi budidaya tanaman yang berwawasan lingkungan. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam hal diseminasi teknologi diperlukan untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung. TEKNOLOGI BUDI DAYA Teknologi budidaya yang ditawarkan harus aman terhadap lingkungan, ditinjau dari kelestarian ekosistem, kesehatan lingkungan, keragaman hayati, kesehatan konsumen, dan keberlanjutan sistem produksi. Usahatani ramah lingkungan, pengelolaan tanaman secara terpadu, dan pengendalian hama secara terpadu pada dasarnya mengintegrasikan komponen teknologi yang aman terhadap lingkungan. Oleh karena itu, komponen teknologi perlu dikaji dampaknya terhadap lingkungan sebelum dikembangkan. Waktu Tanam dan Pola Tanam Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas jagung adalah penanaman yang sering tertunda. Pada lahan kering beriklim kering dengan curah hujan terbatas, penanaman jagung harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami kekeringan. Pada lahan kering (tegalan) kebutuhan air dari tanaman bersumber dari curah hujan dan residu air tanah, sehingga penetapan waktu tanam sangat tergantung pada curah hujan. Bila curah hujan cukup sepanjang musim penanaman jagung dilahan kering dapat dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun.
  • 3. Macam pola tanam jagung pada lahan kering, yaitu: a. Pertanaman Secara Monokultur Pertanaman jagung secara monokultur sudah lama dilakukan petani di daerah-daerah sentra produksi jagung; penanaman dilakukan disepanjang musim tanpa diselingi dengan komoditas lain (pergiliran tanaman). Hubungan antartanaman dalam ekosistem tersebut bersifat kompetitif dalam mendapatkan nutrisi, O2, CO2, air, dan ruang tumbuh. Oleh karena itu diperlukan pengaturan jarak tanam yang tepat agar persaingan antartanaman dapat diminimalisasi (Jumin, 2002). b. Pertanaman secara Multiple cropping Dewasa ini penanaman jagung dengan pola monokultur sudah mulai berkurang karena sudah banyak yang intercropping dengan komoditas tanaman tahunan seperti sawit, kakao dan pisang atau ditumpangsarikan dengan tanaman semusim lainnya, seperti kedelai, kacang hijau, dan padi huma (Ma’shum, dkk. 2009). Seperti halnya pada tanaman monokultur, pola tanam multiple cropping pada suatu ekosistem akan menimbulkan hubungan kompetisi antarindividu dan atau populasi tanaman. Penyiapan Lahan Di daerah dengan curah hujan terbatas, penanaman jagung tidak dapat ditunda. Penundaan waktu tanam menyebabkan tanaman mengalami kekeringan atau bahkan gagal panen. Masalah yang dihadapi dalam penyiapan lahan adalah tanah yang keras pada saat kering, atau lengket pada saat basah. Dalam kondisi demikian, teknik tanpa olah tanah (TOT) dapat diterapkan. Cara penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah bertekstur ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum (OTM) atau TOT. Keuntungan penyiapan lahan dengan teknik olah tanah konservasi adalah dapat memajukan waktu tanam, menghemat tenaga kerja, mengurangi pemakaian bahan bakar untuk mengolah tanah dengan traktor, mengurangi erosi, dan meningkatkan kandungan air tanah (FAO 2000 dalam Akil dan Dahlan, 2009)). Budidaya jagung dengan teknik penyiapan lahan konservasi dapat berhasil baik pada tanah bertekstur ringan sampai sedang dan ditunjang oleh drainase yang baik. Di beberapa tempat, hasil jagung dengan teknologi TOT lebih baik dibanding teknik olah tanah sempurna (OTS) maupun OTM. Keunggulan teknik TOT adalah dapat mengurangi biaya untuk pengolahan tanah dan pengairan. Hasil yang lebih tinggi dari teknik TOT diperoleh pada kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang lebih baik, tertama dari aspek kecukupan lengas tanah. Pembersihan gulma sebaiknya dilakukan secara manual; gulma yang telah dicabut dibenamkan ke dalam larikan sepanjang barisan tanaman, kemudian disiram denganEffective Microorganisme (EM4) dengan konsentrasi sesuai anjuran agar proses dekomposisinya lebih cepat. Penggunaan herbisida masih dapat dilakukan; yang perlu diperhatikan adalah penggunaan dosis dan konsentrasinya harus sesuai dengan yang direkomendasikan. Kultivar
  • 4. Di antara komponen teknologi produksi, kultivar unggul mempunyai peran penting dalam peningkatan produksi jagung. Perannya menonjol dalam potensi hasil per satuan luas, toleran terhadap hama dan penyakit, kesesuaian terhadap lingkungan, dan preferensi konsumen. Saat ini telah banyak kultivar unggul jagung yang dipasarkan. Dari segi jenisnya, dikenal dua jenis jagung yakni hibrida dan komposit (bersari bebas). Dibanding jenis komposit, jagung hibrida umumnya mempunyai kelebihan dalam hal potensi hasil yang lebih tinggi dan pertumbuhan tanaman lebih seragam. Pengembangan jagung perlu dipadukan dengan upaya produksi biomas untuk pakan sehingga lebih produktif dan berorientasi agribisnis. Hal ini semakin penting artinya bagi wilayah-wilayah marginal, seperti agroekosistem lahan kering. Kultivar jagung yang dapat menghasilkan biomas segar yang tinggi, pada umur 75 hari setelah tanam (HST), yaitu Bima-1, Semar-10, Lamuru, dan Bisma (Akil dan Dahlan, 2009). Populasi dan Cara Tanam Salah satu upaya untuk mendapatkan hasil optimum adalah mengatur populasi tanaman. Secara umum, kepadatan tanam anjuran adalah 66.667 tanaman/ha. Ini dapat dicapai dengan jarak tanam antarbaris 75 cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per rumpun, atau jarak antarbaris 40 cm dengan dua tanaman per rumpun. Bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja, jarak tanam dalam barisan 40 cm dengan dua tanaman per lubang lebih memungkinkan. Apabila penanaman jagung bertujuan untuk produksi biji dan sekaligus untuk biomas hijauan, kepadatan yang dianjurkan adalah 200.000-300.000 tanaman/ha dengan penanaman 3-4 benih per rumpun. Pemanenan secara berkala dilakukan selama 30-45 HST untuk produksi hijauan sambil menjarangkan tanaman hingga kepadatan 66.667 tanaman/ha untuk produksi biji. Hal ini dianjurkan pada musim kemarau, pada saat rumput kurang tersedia bagi ternak dan petani mempunyai ternak. Cara ini mendukung sistem integrasi jagung-ternak (sapi, kerbau, dan kuda). Di Indonesia, penanaman jagung dilakukan secara manual dengan memasukkan benih ke dalam lubang tugal maupun alur tanam yang disiapkan dengan bajak ditarik ternak. Cara tanam ini membutuhkan tenaga kerja 10-16 HOK/ha. Balitsereal telah merancang alat tanam ATB1-2RBalitsereal yang dapat dioperasikan pada lahan kering maupun sawah setelah panen padi. Alat tanam ini dapat mengolah tanah secara sempurna maupun secara minimum. Kapasitas kerja alat berkisar antara 8-10 jam/ha, bergantung pada kondisi lahan dan keterampilan operator. Dalam pengoperasiannya, alat ini digandengkan pada traktor tangan. Agar alat dapat bekerja dengan baik, tanah harus bersih dari sisa-sisa tanaman (brangkasan, tunggul, dan akar semak belukar) dan tidak berbatu (Akil dan Dahlan, 2009). Pemupukan Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung. Kadar unsur hara di dalam tanah, jenis pupuk/hara yang sesuai, dan kondisi lingkungan fisik, khususnya agroklimat, merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mencapai produktivitas maksimal tanaman. Analisis kimia tanah merupakan informasi yang dapat
  • 5. membantu dalam mengevaluasi kondisi tanah bagi pertumbuhan tanaman. Dalam praktek pemupukan, yang perlu diperhatikan adalah jenis pupuk dan takaran optimum pada jenis tanah dan lingkungan tertentu. Lahan pertanian umumnya tidak mengandung cukup N, kecuali pada lahan yang baru dibuka dari vegetasi hutan. Pada tanah Latosol, Vulkanis, Mediteran, dan Podsolik, pemberian pupuk urea dengan takaran 200-400 kg/ha memberikan efisiensi pemupukan (setiap kg hasil jagung yang diperoleh dari setiap kg pupuk urea yang diberikan) 6,0-7,5. Hasil penelitian di Maros dengan menggunakan tiga kultivar hibrida dan dua kultivar komposit menunjukkan bahwa takaran pupuk urea yang optimal untuk varietas hibrida adalah 420 kg/ha sedangkan untuk kultivar komposit 350 kg/ha. Berbeda dengan N, pemberian pupuk P perlu dicermati karena tidak semua tanah memerlukan tambahan pupuk P. Pada lahan kering jenis tanah Vulkanis di Malang, tanaman jagung kurang tanggap terhadap pemberian P. Pada tanah berkapur, pemberian TSP dengan takaran 100-200 kg/ha masih menunjukkan efisiensi pemupukan yang memadai. Pengaruh pemupukan P sangat nyata pada tanah Podsolik yang ditunjukkan oleh tingginya efisiensi pemupukan yaitu 9,5-14,6 kg biji/kg pupuk hingga takaran 300 kg TSP/ha. Pada tanah Podsolik, ketersediaan P merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman, sebab selain kandungannya sangat rendah, tanah ini juga sangat kuat mengikat P, sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Nilai kritis P dalam tanah adalah 9,0 ppm. Apabila kadungan P tanah kurang dari 9,0 ppm, pemberian pupuk P mutlak diperlukan (Akil et.al. 2002 dalam Akil dan Dahlan, 2009). Seperti halnya pupuk P, pemberian pupuk K juga harus dicermati, karena pemupukan K pada umumnya kurang memberikan tanggapan, kecuali pada tanah Grumusol dengan K-dd (K dapat ditukar) 0,24 me/100 g, tanah Aluvial dengan K-dd 0,27 me/100 g, dan tanah Podsolik dengan K-dd kurang dari 0,30 me/100 g. Pada tanah-tanah tanggapan tersebut, pemberian 50 – 100 kg KCl/ha memperlihatkan efisiensi yang tinggi, terutama pada tanah Grumosol (37,2) dan Podsolik (16,0). Untuk efisiensi pemupukan, jenis dan takaran pupuk yang diberikan hendaknya didasarkan pada hasil analisis/uji tanah. Namun pendekatan itu dihadapkan kepada: (a) keterbatasan areal yang tanahnya telah dianalisis, (b) perubahan status hara tanah sejalan dengan lama pemanfaatan dan pengelolaan hara, dan (c) sulitnya petani membiayai analisis tanahnya sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan lain, misalnya dengan petak omisi yang dapat dikerjakan sendiri oleh petani/kelompok tani. Kandungan bahan organik pada lahan yang diusahakan secara intensif umumnya rendah, sehingga pemberian pupuk organik memegang peranan penting untuk meningkatkan produktivitas lahan. Pengaruh positif pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau dalam takaran tinggi (5-20 t/ha) telah dilaporkan oleh sejumlah peneliti. Pada tanah Aluvial, pemberian kotoran sapi atau pupuk hijau dari daun gamal dengan takaran 5-20 t/ha dapat menggantikan 100-200 kg pupuk urea/ha (Akil et al. 2003 dalam Akil dan Dahlan, 2009). Pemberian pupuk kandang sebanyak 5 t/ha atau lebih adalah suatu hal yang tidak mudah dilakukan petani karena terkait dengan ketersediaan, harga, maupun pengangkutannya. Sebab itu, pemberian pupuk kandang, atau abu jerami padi sebagai penutup biji jagung pada lubang tanam sebanyak 1-3 t/ha dinilai optimal (Akil dan Dahlan, 2009). Pupuk kandang dan atau pupuk hijau sebaiknya dijadikan pupuk bokashi ; dikomposkan dengan menggunakan EM4, sehingga selain meningkatkan kandungan nutrisi dalam tanah juga akan meningkatkan pengayaan mikroorganisme probiotik di daerah rizosphere. Waktu dan cara pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Pemberian pupuk dengan cara disebar di atas permukaan tanah, akan menyebabkan sebagian besar pupuk
  • 6. yang diberikan menguap dan tidak dapat diserap tanaman. Pemberian pupuk urea sebaiknya tiga kali pada 7, 25, dan 40 hari setelah tanam (HST) atau dua kali pada 7 dan 35 HST, ditugal 7-10 cm di samping tanaman dan ditutup dengan tanah. Pupuk P dan K diberikan pada 7 HST. Pupuk organik diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih atau lubang tanam (Akil dan Dahlan., 2009). Pengairan Budi daya jagung di lahan kering sangat tergantung pada musim hujan. Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman, petani umumnya membuat saluran air di antara barisan tanaman dengan menggunakan cangkul atau bajak ditarik ternak. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung memerlukan pengairan yang cukup. Lahan irigasi dengan sumber air terbatas dan lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau memerlukan pengairan hingga mencapai kapasitas lapang sebanyak empat kali, yaitu pada umur 15, 30, 45, dan 60 HST. Pembuatan tandon air, bendungan dan embung akan memperbesar daya tampungan air hujan dan air permukaan. Hasil penelitian Ma`shum, Lolita, Sukartono, dan Soemeinaboedhy (2000) dalam Ma’shum dkk. (2009) mengungkapkan bahwa hasil panenan air hujan di wilayah lahan kering Pringgabaya Lombok Timur (6m3 air/100m2 areal tangkapan) dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air paska musim hujan. Pengendalian Gulma Tanpa pengendalian gulma, pertumbuhan tanaman jagung tertekan sehingga hasilnya rendah. Gulma merupakan tumbuhan yang berkompetisi dengan tanaman yang dibudidayakan. Oleh sebab itu, pengendalian gulma mutlak diperlukan, apalagi pada budi daya tanpa olah tanah atau pada lahan kering. Spesies gulma Digitaria sanguinalis bila tumbuh pada kondisi kering yang ekstrim akan membentuk akar-akar pendek dan pertumbuhan tajuk terhenti. Bila kondisi lingkungan menjadi baik, pertumbuhannya akan pulih kembali (Tohari, dkk. 2007). Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual seperti penyiangan menggunakan cangkul atau bajak, atau s ecara mekanis; secara kimiawi dengan menggunakan herbisida hendaknya dilakukan secara bijaksana; jika memungkinkan secara manual atau mekanis maka herbisida tidak perlu dilakukan. Dari segi teknis, penyiangan dengan herbisida tidak berbeda dengan penyiangan secara mekanis. Takaran dan jenis herbisida yang digunakan bergantung pada jenis gulma, kepadatan gulma, dan anjuran penggunaan masing-masing herbisida. Penyemprotan herbisida untuk pengendalian gulma sebaiknya dilakukan dua kali, masingmasing pada saat tanaman berumur 21 dan 42 HST. Pengendalian Hama dan Penyakit Gangguan hama dan penyakit pada tanaman jagung akan menurunkan hasil tanaman jagung per satuan luas. Hubungan hama dengan tanaman yang dibudidayakan bersifat predasi; hama memakan bagian tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Adapun pathogen, organisme yang menyebabkan penyakit pada tanaman, hubungannya dengan tanaman budidaya adalah bersifat parasitisme. Pengendalian hama dan penyakit diupayakan dengan menggunakan pestisida nabati. Misalnya belalang daun jagung dapat dikendalikan dengan menggunakan larutan dari daun sengon buto yang telah direndam dalam air selama 24 jam dengan petrbandingan 25 kg daun sengon : 100 liter air. Biji dan daun nimba (Azadirachta indica) efektif menekan hama ulat, kutu, kumbang, dan
  • 7. penggerek serta patogen cendawan (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009). Pengendalian secara hayati dapat pula dilakukan dengan mengintroduksikan predator untuk hama tertentu pada ekosistem tersebut. Penggunaan bahan kimiawi dilakukan jika di daerah tersebut kesulitan mendapatkan bahan untuk membuat pestisida nabati atau serangan yang membutuhkan penanganan yang cepat. Lalat bibit dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida karbofuran 0,15-0,30 kg ba/ha yang diberikan pada lubang pada saat tanam. Aplikasi karbofuran dengan takaran 0,5-10 kg ba/ha saat tanaman berumur 7 HST, dapat mengendalikan penggerek batang. Pencegahan penyakit bulai dapat dilakukan dengan menanam kultivar tahan secara serempak pada hamparan luas, eradikasi tanaman sakit, dan perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaxyl dengan takaran 2,5 g/kg benih dicampur dengan 10 ml air yang disuspensikan dan dicampur dengan benih secara merata pada saat tanam (Akil dan Dahlan, 2009). Panen Panen dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis yang ditandai oleh adanya black layerpada biji. Panen merupakan tahap awal yang penting dari seluruh rangkaian penanganan pascapanen jagung, karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Panen terlalu awal menyebabkan jumlah butir muda banyak, sehingga mutu biji dan daya simpannya rendah. Sebaliknya, terlambat panen mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil. Secara umum, saat panen yang tepat ditentukan oleh tingkat kemasakan biji, namun yang utama adalah berdasarkan penampilan visual, yaitu menuanya klobot atau bagian-bagian tanaman secara keseluruhan, mulai dari daun yang telah berwarna kecoklatan. Tanda-tanda jagung siap panen: (a) umur tanaman mencapai maksimum, yakni setelah pengisian biji optimal; (b) daun menguning dan sebagian besar mulai mengering; (c) klobot sudah kering atau kuning; (d)bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras, bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji; dan (e) kadar air biji 25-35%. PENUTUP Pengelolaan lahan kering yang tepat guna harus berazas wawasan lingkungan, yaitu dengan pemahami secara paripurna sifat dan ciri agroekosistem wilayah. Hal ini penting untuk menghantarkan capaian pengelolaan pertanian lahan kering yang dapat meningkatkan kualitas biofisik lahan dan produktivitasnya (kesinambungan sumberdaya alam). Masukan teknologi budidaya dan konservasi air, serta prioritas diversifikasi komoditi unggulan lahan kering harus sesuai dengan kondisi agroekosistem wilayah. Pengelolaan usahatani jagung yang berwawasan lingkungan pada lahan kering diupayakan secara maksimal dengan menerapkan teknologi yang konsisten dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, antara lain : - mencegah erosi tanah melalui penerapan sistem olah tanah konservasi, - pemberian mulsa organik, - pembuatan terassaring dan pertanaman menurut kontur.
  • 8. Pola tanam jagung di lahan kering dianjurkan menggunakan pola tanam ganda (multiple cropping) baik dengan tanaman tahunan maupun dengan tanaman semusim dari jenis legum. Lingkungan bersih dan lestari pada prinsipnya adalah alam bebas yang mekanisme perubahan dan interaksi di antara komponen ekosistem berlangsung tanpa campur tangan manusia. Pemeliharaan tanaman jagung baik dalam pemupukan maupun pengendalian organisme pengganggu tanaman memaksimalkan penggunaan bahan organik sehingga lelestarian lingkungan dapat dipertahankan. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida berspektrum sempit dilaksanakan secara bijaksana, yaitu sesuai dengan dosis dan konsentrasi yang dianjurkan serta digunakan jika fungsinya tidak dapat digantikan dengan yang lain. Diperlukan kajian lebih mendalam tentang karakteristik sosial-ekonomi dan budaya masyarakat wilayah sasaran. Teknologi yang ditawarkan harus berimplikasi terhadap kesinambungan peningkatan pendapatan dengan wawasan agribisnis dan didukung oleh pembangunan infrastruktur ekonomi; dapat diterima oleh masyarakat setempat dan memberikan nilai tambah bagi pendapatan usaha tani. DAFTAR PUSTAKA Akil, M. dan Dahlan, H. A. 2009. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/satutiga.pdf – Tanggal akses 12 Maret 2010. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009. Materi Sekolah Lapang System of Rice Intensification (SRI). Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut. Jumin, H.B. 2002. Agronomi. Rajawali Press, Jakarta. Ma`shum, M., Lolita E.S., dan Sukartono. 2009. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Pertanian Lahan Kering Berwawasan Lingkungan di Nusa Tenggara Barat.http://ntb.litbang.deptan.go.id – Tanggal akses 12 Maret 2010. Sinulingga, Ng. M. 1999. Dinamika Pengembangan Sumber Daya Lahan Dalam Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dalam: Refleksi Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Tohari, E. Martono, dan S. Somowiyarjo, 2007. Budidaya Tanaman Pangan Utama. Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta.