peningkatan produktifitas lahan dengan sistem agroforestri. berisi mengenai sistem penerapan agroforestri pada budidaya lahan, pilihan sistem agroforestri dan lain lain
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
1.
2. Hutan-hutan banyak ditebangi baik yang dikonversi
maupun terkonversi menjadi areal pertanian tanaman
pangan, padang rumput, perkebunan, atau daerah
pemukiman.
Pertambahan lahan terdegradasi di Indonesia semakin
meningkat, hal ini ditandai dengan jumlah luas hutan
yang semakin menurun. Eksploitasi terhadap
sumberdaya lahan semakin intensif, tanpa diikuti
dengan tindakan rehabilitasi dan pelestarian.
Lahan kritis
3. Peningkatan luas lahan kritis merupakan kesatuan yang
bersifat simultan antara kondisi biofisik, sosial ekonomi
dan budaya yang berkaitan dengan pemanfatan lahan
sebagai faktor produksi utama, serta penerapan kebijakan
yang kurang mempertimbangkan kelestarian.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolahan lahan
kritis dan tata air di wilayah ini adalah menyeimbangkan
perlindungan dan pelestarian sumberdaya tanah dan air
yang terbatas dengan semakin meningkatnya kebutuhan
manusia.
Diperlukan suatu model pengelolaan yang ramah
lingkungan, disamping itu dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat yang berkelanjutan baik secara
ekologis, ekonomi, dan sosial.
4. Merupakan nama
kolektif bagi sistem-
sistem dan teknologi
penggunaan lahan
dimana tumbuhan
berkayu tahunan
(pohon, semak,
palem, bamboo, dll)
dan tanaman pangan
semusim dan/atau
hewan ternak
diusahakan pada unit
lahan yang sama
dalam beberapa
bentuk pengaturan
ruang dan waktu
(Nair, 1993).
8. suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara
tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim
Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang
bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi,
kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan mahoni atau yang
bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.
Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan
yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacangkacangan, ubi kayu,
sayur-mayur dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya
9. Pada tahun 1974 Perum Perhutani menawarkan kepada
petani program tumpangsari dan setiap petani yang
mengikuti program ini berhak mengelola tanah seluas
0.5 ha
Sistem ini terus berlangsung sampai tanaman pinus
berumur 5 tahun, kemudian karena pertumbuhan
mahoni kurang baik Perhutani menawarkan kepada
masyarakat untuk menanam kopi diantara tanaman
pinus, asalkan keamanan dan perawatan pohon pinus
tetap terjaga
hasil penjualan biji kopi dibagi antara petani dan
Perhutani, 2/3 hasil untuk petani dan 1/3 untuk
Perhutani
Penyadapan getah pinus dilakukan bila pinus telah
berumur sekitar 20 tahun, penyadapan dilakukan oleh
petani dan hasil sadapan dibeli Perhutani seharga Rp
1000 per kg (harga saat ini, Januari 2002). Hasil timber
tetap menjadi milik Perhutani
Contoh kasus ini memberikan ilustrasi bahwa
keberhasilan program konservasi alam ini sangat
ditentukan oleh keterlibatan dan terjaminnya
kesejahteraan masyarakat setempat.
11. penebangan dan
pembakaran hutan atau
semak belukar yang
kemudian ditanami
dengan tanaman
semusim selama
beberapa tahun (fase
kebun). (Gambar).
Pada fase ke dua pohon
buah-buahan (durian,
rambutan, pepaya,
pisang) ditanam secara
tumpang sari dengan
tanaman semusim (fase
kebun campuran).
Pada fase ketiga beberapa
tanaman asal hutan yang
bermanfaat dibiarkan
tumbuh sehingga terbentuk
pola kombinasi tanaman
asli setempat misalnya
bambu, pepohonan
penghasil kayu lainnya
dengan pohon buah-buahan
(fase talun).
Pada fase ini tanaman
semusim yang tumbuh
di bawahnya amat
terbatas karena
banyaknya naungan.
Fase perpaduan
berbagai jenis pohon ini
sering disebut dengan
fase ‘talun’.
12. suatu sistem pertanian menetap yang
melibatkan banyak jenis tanaman pohon
(berbasis pohon) baik sengaja ditanam
maupun yang tumbuh secara alami pada
sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti
pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan
Penciri utama dari sistem agroforestri
kompleks ini adalah kenampakan fisik dan
dinamika di dalamnya yang mirip dengan
ekosistem hutan alam baik hutan primer
maupun hutan sekunder, oleh karena itu
sistem ini dapat pula disebut sebagai
Agroforestri
Berdasarkan jaraknya terhadap tempat
tinggal, sistim agroforestri kompleks ini
dibedakan menjadi dua, yaitu kebun atau
pekarangan berbasis pohon (home garden)
yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan
‘agroforestri’, yang biasanya disebut ‘hutan’
yang letaknya jauh dari tempat tinggal (De
Foresta, 2000).
13. Dibandingkan sistem agroforestri
sederhana, struktur dan penampilan fisik
agroforestri yang mirip dengan hutan
alam merupakan suatu keunggulan dari
sudut pandang pelestarian Lingkungan.
Pada kedua sistem agroforestri tersebut,
sumberdaya air dan tanah dilindungi dan
dimanfaatkan. Kelebihan agroforestri
terletak pada pelestarian sebagian besar
keaneka-ragaman flora dan fauna asal
hutan alam.
14. Kehutanan
Pertanian
Peternakan
1. Agrisilvikultur = Kombinasi antara komponen atau kegiatan
kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) dengan
komponen pertanian.
2. Silvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan
kehutanan dengan peternakan.
3. Agrosilvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan
pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan.
4. Silvofishery = kombinasi antara komponen atau kegiatan
kehutanan dengan perikanan.
15. 1. Pemilihan jenis pohon Agroforestry,
2. Pergiliran tanaman dalam sistem
Agroforestry,
3. Perbaikan kesuburan tanah oleh
Agroforestry
16. Dikenal istilah ”Domestikasi Pohon”
Domestikasi pohon agroforestri adalah usaha percepatan
dan evolusi yang dipengaruhi oleh manusia yang membawa
jenis-jenis tertentu ditanam secara luas melalui kebutuhan
petani atau proses arahan Domestikasi pohon meliputi
serangkaian kegiatan-kegiatan eksplorasi dan pengumpulan
populasi genetik alam atau antropogenik, evaluasi dan
seleksi jenis dan provenan yang sesuai, pengembangan
teknik pengelolaan, pemanfaatan dan pemasaran hasi pohon
dan pembangunan dan penyebaran informasi teknis
(Suryanto et al, 2005)
Peningkatan produktivitas sistem agroforestry dapat
dilakukan melalui diversifikasi hasil dari komponen yang
bermanfaat, dan menurunkan jumlah masukan atau biaya
produksi.
contoh : penggunaan pupuk hijau sebagai pengganti pupuk
nitrogen dengan menanam tumbuhan yang mampu
menambat Nitrogen bebas di udara (Acacia auriculiform,
Acacia mangium, Paraserianthes falcataria,dll)
17. Pola Kombinasi tanaman kehutanan dan
pertanian sistem agroforestry harus
memperhatikan ketersediaan hara dalam
tanah terutama dari segi pemilihan jenis
dan pergiliran tanaman pertanian.
Agar tanah tidak terkuras unsur hara maka
perlu dibuat pergiliran tanaman pertanian
yang dikombinasikan dengan tanaman
kehutanan.
Setelah beberapa kali penanaman dan
panen tanaman pertanian perlu digantikan
dengan tanaman kacang-kacangan yang
termasuk dalam jenis leguminosae
18. Pensuplai N tersedia bagi akar tanaman
semusim, baik melalui pelapukan akar
yang mati selama pertumbuhan maupun
melalui fiksasi N-bebas dari udara (untuk
tanaman Legume).
Akar pohon menyerap hara di lapisan atas
dengan jalan berkompetisi dengan
tanaman semusim, sehingga mengurangi
pencucian (leaching)unsure N dan lainnya
ke lapisan yang lebih dalam. Namun pada
batas tertentu kompetisi ini akan
merugikan tanaman semusim.
Akar pohon berperan sebagai “jaring
penyelamat hara” yaitu dengan menyerap
unsure N dan lainnya yang tercuci
(leaching) ke lapisan bawah selama musim
pertumbuhan. Unsure hara N dikembalikan
lagi ke permukaan tanah yang terkandung
dalam serasah dari guguran daun dan
ranting tanaman pohon yang telah melapuk
19. Akar pohon berperan sebagai
”pemompa hara” terutama pada
tanah-tanah subur dengan menyerap
hara hasil pelapukan mineral/batuan
pada lapisan bawah. Namun hal ini
masih bersofat hipotesis, masih
perlu penelitian lebih lanjut
Mempertahankan kandungan bahan
organic tanah dan memperbaiki
struktur tanah, sehingga dapat
mengurangi bahaya erosi (dalam
jangka panjang).
Akar-akar yang telah membusuk
akan menetralisir keracunan Al pada
lapisan yang lebih dalam, sehingga
akar tanaman lain dapat tumbuh
mengikuti bekas lubang tanam akar
tersebut.
20. memiliki stabilitas ekologi yang tinggi, karena
agroforestri memiliki:
Multi-jenis, artinya memiliki keanekaragaman hayati yang
lebih banyak atau memiliki rantai makanan/energi yang lebih
lengkap
Multi-strata tajuk dapat menciptakan iklim mikro dan
konservasi tanah dan air yang lebih baik. Selain itu, dengan
adanya kombinasi pohon dan tanaman semusim dapat
mengurangi serangan hama dan penyakit
Kesinambungan vegetasi, sehingga tidak pernah terjadi
keterbukaan permukaan tanah yang ekstrim, yang merusak
keseimbangan ekologinya
Penggunaan bentang lahan secara efisien. Pada suatu lahan,
kemungkinan terdapat 'relung' (niches) yang beragam
tergantung pada kesuburan tanah, kemiringan lereng,
kerentanan terhadap erosi, ketersediaan air, dsb.
21. memberi kesejahteraan kepada petani relatif lebih tinggi dan
berkesinambungan, karena agroforestri memiliki:
Tanaman yang ditanam lebih beragam, yang biasanya
dipilih jenis-jenis tanaman yang mempunyai nilai
komersial dengan potensi pasar yang besar.
Keragaman atau diversifikasi jenis hasil ini akan
meningkatkan ketahanan terhadap fluktuasi harga
dan jumlah permintaan pasar. Jadi sebenarnya
dengan sistem ini petani telah menebar risiko, dengan
jalan tidak 'meletakkan semua telur unggasnya dalam
satu sarang' (do not put all eggs in one basket).
Selanjutnya, dengan diperolehnya jenis hasil yang
beragam dan berkesinambungan ini akan menjamin
pendapatan petani lebih merata sepanjang tahun.
Kebutuhan investasi yang relatif rendah, atau
mungkin dapat dilakukan secara bertahap.
22. berhubungan dengan kesesuaian (adoptibility) yang tinggi
dengan kondisi pengetahuan, ketrampilan dan sikap budaya
masyarakat petani. Hal ini karena agroforestri memiliki:
Teknologi yang fleksibel, dapat dilaksanakan mulai
dari sangat intensif untuk masyarakat yang sudah
maju, sampai kurang intensif untuk masyarakat yang
masih tradisional dan subsisten
Kebutuhan input, proses pengelolaan sampai jenis
hasil agroforestri umumnya sudah sangat dikenal dan
biasa dipergunakan oleh masyarakat setempat
Filosofi budidaya yang efisien, yakni memperoleh hasil
yang relatif besar dengan biaya atau pengorbanan
yang relatif kecil.
23. Dapat memenuhi hasrat politik masyarakat luas dan
kepentingan bangsa secara keseluruhan, yakni:
Agroforestri dapat dan sangat cocok dilakukan oleh
masyarakat luas adanya pemerataan kesempatan
usaha, serta menciptakan struktur supply yang lebih
kompetitif.
Dapat meredakan ketegangan atau konflik politik,
yang selama ini terus memanas akibat ketimpangan
peran antar golongan dan ketidakadilan ekonomi.
Kepercayaan yang diberikan masyarakat akan
direspon dengan ‘rasa memiliki’ dan menjaga sumber
daya hutan/lahan yang memberi manfaat nyata
kepada mereka.
24. Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang
bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil
total secara lestari, dengan cara mengkombinasikan
tanaman pangan/pakan ternak dengan tanaman pohon
pada sebidang lahan yang sama, baik secara bersamaan
atau secara bergantian, dengan menggunakan praktek-
praktek pengolahan yang sesuai dengan kondisi ekologi,
ekonomi, sosial dan budaya setempat.