Dokumen tersebut membahas tentang ketentuan waris dalam Islam, meliputi pengertian, dasar-dasar hukum, rukun, ahli waris, pembagian waris, dan konsep-konsep terkait seperti wasiat, mawani'ul irtsi, dhawil furudh, furudhul muqoddaroh, asobah, dan algharawain.
3. back
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat:
Menjelaskan ketentuan waris dalam Islam.
Menjelaskan dalil-dalil tentang ketentuan waris dalam Islam.
Mengidentifikasi ketentuan ketentuan waris dalam Islam.
Mengidentifikasi hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
Menjelaskan hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
Menganalisis ketentuan ketentuan waris dalam Islam.
Mengevaluasi ketentuan waris dalam Islam.
Menganalisis hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
Menyajikan paparan tentang ketentuan waris dalam Islam.
Menyajikan paparan hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
Mempraktikkan pelaksanaan pembagian waris dalam Islam
4. PENGERTIAN
Kata mawaris berasal dari kata waris (bahasa
arab) yang berarti mempusakai harta orang
yang sudah meningal, atau membagi-bagikan
harta peninggalan orang yang sudah
meninggal kepada ahli warisnya.
Ahli waris adalah orang yang mempunyai hak
untuk mendapat bagian dari harta peninggalan
orang yang telah meninggal (pewaris)
5. Lanjutan
Karena sensitif atau rawannya masalah harta
warisan itu, maka dalam agama Islam ada
ilmu faraid, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang warisan dan perhitungannya.
Salah satu tujuan dari ilmu faraid adalah
tidak terjadi perselisihan atau perpecahan.
6. Dasar-Dasar Hukum Mawaris
1. Al-Qur’an
ِلاَج ِ
لرِل
ب َرْقَ ْ
اْل َو ِانَدِلا َوْال َكَرَت اَّمِم ٌْبي ِ
َصن
َكَرَت اَّمِم ٌْبي ِ
َصن ِاءَسِلنِل َو َن ْو
ِانَدِلا َوْال
ْفَم اًبْي ِ
َصن َرثَك ْوَا هْنِم َّلَق اَّمِم َن ْوب َرْقَ ْ
اْل َو
اًً ْور
(
النساء
:
7
)
Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi orang
perempuan ada bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak
dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang
telah ditetapkan”. (QS. An Nisa: 7)
7. Lanjutan
2. Hadits
َ
ضِئاَرَفْاال ْوق ِحْلَا
َ ِ
لَف َيِقَب اَمَف اَهِلْهَاِب
َ
رَكََ َلجَر ََل ْو
(
عليه متفق
)
Artinya: “Berikan warisan kepada orang-orang yang
berhak menerimanya dan sisanya untuk orang laki-laki
yang berhak”. (HR. Bukhari dan Muslim)
8. Rukun Mawaris
Adanya orang yang mewariskan
harta (pewaris)
Adanya harta yang diwariskan
(warisan)
Adanya ahli waris yang menerima
harta warisan (ahli waris)
9. Hal-hal Yang perlu dilakukan
sebelum harta dibagi
Bayar hutang kalau masih ada
Keluarkan zakat bila sampai batas nisab
Keluarkan biaya perawatan dan pemakaman
jenazah
Melaksanakan wasiat jenazah
Memenuhi nazar jenazah ketika masih hidup
dan belum sempat dilaksanakan
10. ASBABUL IRTSI
• Ialah hal-hal yang menyebabkan
mendapatkan harta warisan
• Karena adanya hubungan darah
• Karena hubungan nikah yang sah
• Karena memerdekakan budak
• Karena seagama dengan si jenazah
11. Pengertian dan syarat wasiat
Wasiat: Ialah pesan-pesan kebaikan yang
harus dilaksanakan sepeninggal si mayat.
Syarat-syarat wasiat
Dilaksanakan dalam keadaan sadar
Berisikan ttg kebaikan
Tidak lebih dari 1/3 jumlah seluruh harta
Tidak diwasiatkan kepada ahli waris yang berhak
mewarisi hartanya
12. Mawani’ul Irtsi
>ialah hal-hal yang menyebabkan
hilangnya hak waris
1. Budak yang belum dimerdekakan
2. Pembunuh keluarganya sendiri
3. Berbeda agama
4. Murtad atau keluar dari Islam
5. Perzinaan (anak yg terlahir dr hasil perzinaan)
6. Li’an (anak yang melakukan li’an/durhaka)
13. 1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dan terus ke bawah
3. Bapak
4. Kakek dari bapak ke atas
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
9. Anak laki laki saudara laki-laki sebapak
10. Paman yang sekandung dengan bapak
11. Paman yang sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki paman sekandung dg bapak
13. Anak laki-laki paman sebapak dg bapak
14. Suami
15. Laki-laki yang memerdekakan budak
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Nenek dari ibu
5. Nenek dari bapak
6. Saudara perempuan sekandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Wanita yang memerdekakan budak
Laki-laki (15) Perempuan (10)
Penetapan ahli waris (25 orang)
14. Lanjutan
Ahli Waris Laki-laki : (Keterangan no. 1-13
berdasarkan pertalian darah. Jika lima belas
orang itu ada, maka yang dapat menerima
hanya tiga, yaitu anak laki-laki, suami, bapak)
Ahli Waris Perempuan (Keterangan no. 1-8
berdasarkan pertalian darah. Jika 10 orang itu
ada, maka yang mendapat warisan hanya lima
orang, yaitu istri, anak perempuan, ibu, cucu
perempuan, dan saudara perempuan kandung).
15. Dhawil Furudh
Dhawil Furudh: Ahli waris yang berhak
menerima harta warisan
1.Mustakhiq : Golongan yang pasti
mendapatkan warisan dan kedudukanya
tidak pernah bergeser dari ahli waris lain
2.Mahjubun : Seharusnya mendapat bagian
tetapi tergeser dengan adanya ahli waris
lain yang lebih dekat kedudukannya
16. 3.Dhawil Arkham: Ahli waris yang
mendapatkan bagian warisan karena
adanya hubungan sanak(kerabat)
4.Dhawil Ashobah: Ahli waris yang
mendapatkan bagian warisan karena
adanya sisa hasil pembagian warisan
• Besar kecilnya bagian Ashobah sebab:
• Banyak sedikitnya ahli waris
• Banyak sedikitnya harta yang
dibagikan
17. a.Yang mendapatkan Nishfu ( ½)
Anak perempuan tunggal
Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki
Saudara perempuan tunggal yang sekandung
Saudara perempuan tunggal yang sebapak,
apabila saudara perempuan yang sekandung tidak
ada
Suami apabila istrinya tidak mempunyai anak,
atau cucu (laki-laki atau perempuan) dari anak
laki-laki.
Furudhul Muqoddaroh
Yaitu Ketentuan kadar pembagian
masing-masing ahli waris
18. Yang mendapat bagian
Rubu’(1/4)
Suami apabila istrinya mempunyai
anak (lk / pr) atau cucu (lk / pr) dari
anak laki-laki
Istri (seorang atau lebih) apabila
suaminya tidak mempunyai anak (lk /
pr) atau cucu (lk / pr) dari anak laki-
laki.
19. Yang mendapat Tsulusain (2/3)
Dua orang anak perempuan atau lebih apabila
tidak ada anak dan cucu laki-laki (menurut
sebagian besar ulama)
Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak
laki-laki apabila tidak ada anak perempuan
(diqiyaskan kepada anak perempuan)
Dua orang saudara perempuan atau lebih yang
sekandung
Dua orang saudara perempuan atau lebih yang
sebapak
20. Yang mendapat Tsulus 1/3
Ayah, apabila tidak ada anak atau cucu
Ibu, apabila tidak ada anak, cucu, saudara
laki-laki dan perempuan kandung dan
seibu serta sebapak dan ayah kandung
Dua orang saudara atau lebih (lk/pr) yang
seibu apabila tidak ada anak atau cucu
dan ayah kandung
21. Yang mendapat bagian
Tsumun ( 1/8 )
istri (seorang atau lebih) apabila suami
mempunyai anak (lk/pr) atau cucu
(lk/pr) dari anak laki-laki
22. Yang mendapat bagian Tsudus
( 1/6 )
Ibu, apabila ada anak atau cucu (dari anak laki-laki), tidak ada ada saudara
(lk/pr) kandung, seibu dan sebapak, tidak ada ayah kandung
Bapak, apabila ada anak atau cucu (lk/pr) dari anak laki-laki
Nenek (dari ibu atau bapak) apabila tidak ada ibu. Jika nenek dari pihak
bapak dan ibu masih ada , maka keduanya mendapat bagian yang sama
dari bagian yang seperenam itu
Cucu perempuan (seorang atau lebih) dari anak laki-laki apabila ada anak
tunggal. Akan tetapi, apabila anak perempuan lebih dari seorang, maka
cucu perempuan tidak mendapat bagian warisan.
Kakek, apabila ada anak atau cucu (dari anak laki-laki), sedangkan tidak
ada bapak.
Seorang saudara (lk/pr) yang seibu jika tidak ada anak, cucu, ayah
kandung
Saudara perempuan yang sebapak (seorang atau lebih) apabila ada
seorang saudara perempuan sekandung. Ketentuan pembagian seperti itu
dimaksudkan untuk menggenapi jumlah bagian saudara kandung dan
saudara sebapak menjadi dua pertiga bagian. Apabila saudara kandungnya
23. ASOBAH
Yaitu sisa setelah harta waris dibagi
ALGARAWAIN
Yaitu dua masalah aneh karena caralahia pembagian
waris untuk ibu bapak menyalahi ketentuan umum
Al-Aul
Yaitu apabila jumlah begian zawil furud melebihi jumlah
pokok masalahnya
24. Pengertian Ashobah
Asabah adalah ahli waris yang bagian
penerimaannya tidak ditentukan, tetapi
menerima dan menghabiskan sisanya.
25. Pembagian Ashobah
Ahli waris ashobah terbagi dua, yaitu:
1. Ashobah binnasab (pertalian darah),
Terbagi menjadi 3 bagian;
A. ashobah binnafsih
Yaitu asabah yang berhak mendapat semua harta atau sisa, diatur menurut susunan sebagai berikut:
Anak laki-laki
Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah asal saja pertaliannya masih terus laki-laki
Bapak
Kakek, dari pihak bapak dan terus ke atas, asal saja pertaliannya masih belum putus dari pihak bapak
Saudara laki-laki sekandung
Saudara laki-laki sebapak
Anak saudara laki-laki kandung
Anak saudara laki-laki sebapak
Paman kandung sebapak
Paman sebapak yang sebapak
Anak laki-laki paman sekandung dengan bapak
Anak laki-laki paman sebapak dengan bapak
26. LANJUTAN
Asabah-asabah tersebut dinamakan asabah binafsih, karena mereka
langsung menjadi asabah tanpa disebabkan oleh orang lain. Apabila
asabah tersebut di atas semuanya ada, maka tidak semua dari
mereka mendapat bagian, tetapi harus didahulukan orang-orang
(asabah) yang lebih dekat pertaliannya dengan orang yang
meninggal itu. Jadi, penentuannya diatur menurut nomor urut yang
tersebut di atas.
Jika ahli waris yang ditinggalkan itu anak laki-laki dan anak
perempuan, maka mereke mengambil semua harta ataupun semua
semua sisa. Cara pembagiannya ialah untuk anak laki-laki mendapat
dua kali lipat dari anak perempuan. Allah swt. berfirman,
Artinya: “Allah telah menetapkan tentang pembagian harta warisan
terhadap anak-anakmu. Untuk seorang laki-laki sebanyak bagian
dua orang perempuan.” (QS. An Nisa: 11).
27. Lanjutan
B. Ashobah Bil Ghoir
Yaitu asabah yang disebabkan dengan adanya
orang lain. Perempuan juga ada yang menjadi
asabah dengan ketentuan sebagai berikut:
Anak perempuan apabila ada anak laki-laki
Cucu perempuan apabila ada cucu laki-laki
Saudara perempuan kandung apabila ada
saudara laki-laki kandung
Saudara perempuan sebapak apabila ada
saudara laki-laki sebapak
28. Lanjutan
C. Asabah Ma’alghair (Asabah bersama orang lain)
Saudara perempuan sekandung apabila ahli warisnya saudara perempuan
sekandung( seorang atau lebih) dan anak perempuan (seorang atau lebih)
atau saudara perempuan sekandung dan cucu perempuan (seorang atau
lebih), maka saudara perempuan menjadi asabah ma’alghair. Sesudah ahli
waris yang lain mengambil bagian masing-masing, sisanya menjadi bagian
saudara perempuan tersebut.
Saudara perempuan sebapak apabila ahli warisnya apabila ahli waris
saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih), atau saudara
perempuan sebapak dan cucu perempuan (seorang atau lebih), maka
saudara perempuan menjadi asabah ma’alghair. Jadi saudara perempuan
sekandung atau sebapak dapat menjadi asabah ma’alghair apabila mereka
tidak mempunyai saudara laki-laki. Akan tetapi, apabila mereka mempunyai
saudara laki-laki maka kedudukannya berubah menjadi asabah bilghair
(saudara perempuan menjadi asabah karena ada saudara laki-laki).
29. Hijab dan Mahjub
Hijab (penghalang), yaitu ahli waris yang
lebih dekat dapat menghalangi ahli waris
yang lebih jauh sehingga ahli waris yang
lebih jauh tidak dapat menerima, atau bisa
menerima, tetapi bagiannya berkurang.
30. Lanjutan
Hijab terbagi dua, yaitu:
Hijab hirman, yaitu ahli waris yang lebih dekat dapat
menghalangi ahli waris yang lebih jauh sehingga ahli
waris yang lebih jauh sama sekali tidak menerima
bagian. Contohnya kakek (mahjub/terhalang) oleh bapak
(hijab/penghalang), nenek (mahjub/terhalang) oleh ibu
(hijab/penghalang), dan cucu (mahjub/terhalang)
terhalang oleh anak (hijab/penghalang)
Hijab nuqsan (mengurangi), ahli waris yang lebih dekat
dapat menghalangi ahli waris yang lebih jauh sehingga
ahli waris yang lebih jauh bagiannya berkurang.
Contohnya jika jenazah tidak meninggalkan anak, suami
mendapat ½ , dan jika meninggalkan anak mendapat
¼ .
31. Praktik Pelaksanaan
Pembagian Waris dalam Islam
Seseorang (suami) meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Rp. 180.000.000
Ahli waris terdiri dari istri, ibu dan 2 anak (laki2)
Hasilnya adalah :
Istri 1/8
Ibu 1/6
2 anak (lk) A (Ashobah/sisa)
Asal masalahnya dari 1/8 dan 1/6 (KPK: Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut
8 dan 6) adalah 24
Pembagiannya adalah:
Ahli Waris Bag. AM (24) Harta Warisan Rp. 180.000.000 Penerimaan
Istri 1/8 3 3/24 x Rp. 180.000.000 = Rp. 22.500.000,-
Ibu 1/6 4 4/24 x Rp. 180.000.000 = Rp. 30.000.000,-
2 anak (lk) A 17 17/24 x Rp. 180.000.000 = Rp. 127.500.000
Masing-masing anak laki-laki memperoleh mawaris sebesar:
= Rp. 127.500.000 : 2 = Rp. 63.750.000
32. Lanjutan
Penghitungan dengan menggunakan ‘aul. ‘Aul adalah jumlah bagian
ahli waris yang berhak mendapat warisan lebih banyak dari pada
harta peninggalan.
Contoh kasus: (Lihat buku paket PAI kelas XII halaman 168)
Penghitungan dengan menggunkan rad. Rad adalah mengembalikan
sisa (kelebihan) harta kepada ahli waris yang ada sesuai dengan
kadar bagian masing-masing.
Contoh kasus: (Lihat buku paket PAI kelas XII halaman 168)
33. Contoh kasus hijab dan mahjub
Seseorang (suami) meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Rp. 140.000.000
Ahli waris terdiri dari istri, bapak, 1 anak (laki2), 1 anak (pr), dan kakek
Hasilnya adalah :
Suami 1/4
Bapak 1/6
1 anak (lk) A (Ashobah/sisa)
1 anak (pr) A (Ashobah/sisa)
Kakek m (mahjub/terhalang oleh bapak) -
Asal masalahnya dari 1/4 dan 1/6 (KPK: Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 4 dan 6) adalah 12
Pembagiannya adalah:
Ahli Waris Bag. AM/KPK (12) Harta Warisan Rp. 180.000.000 Penerimaan
Suami 1/4 3 3/12 x Rp. 140.000.000 = Rp. 35.000.000
Bapak 1/6 2 2/12 x Rp. 140.000.000 = Rp. 23.000.000
1 anak (lk) dan 1 anak (pr) A 7 7/12 x Rp. 140.000.000 = Rp. 82.000.000
Kakek M (tidak dapat warisan) - -
Masing-masing anak laki-laki dan perempuan memperoleh mawaris sebesar:
= Rp. 127.500.000 : 3 (bagian anak laki-laki 2x lipat anak perempuan):
1 anak (lk) = Rp 55.000.000 (setelah pembulatan)
1 anak (pr) = Rp 27.000.000 (setelah pembulatan)
34. PERUNDANG-UNDANGAN
WARIS DI INDONESIA
KEPUTUSAN MENTRI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 154 TAHUN 1991
TENTANG PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1991
TANGGAL 10 JUNI T1HUN 1991 MENGENAI
KOMPILASI HUKUM ISLAM DI BIDANG HUKUM
PERKAWINAN, KEWARISAN, DAN PERWAKAFAN
BUKU II HUKUM KEWARISAN TERDIRI DARI 5 BAB 43
PASAL AITU DARI PASAL 171 SAMPAI PASAL 214
back
35. HIKMAH MAWARIS
Dengan adanya ketentuan waris itu disamping akan membawa keteraturan
dan ketertiban dalam hal harta benda, juga untuk memelihara kelanjutan
harta benda dari satu generasi ke generasi lain.
Dapat menegakkan nilai-nilai perikemanusiaan, kebersamaan dan
demokratis di antara manusia, khususnya dalam soal yang menyangkut
harta benda.
Dengan mempelajari ilmu waris berarti seorang muslim telah dapat ikut
memelihara dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dari Allah yang
terdapat dalam Al Quran.
Menghindarkan perpecahan antarkeluarga yang disebabkan oleh
pembagian warisan tang tidak adil. Mengalirkan harta peninggalan kepada
yang lebih bermanfaat agar lebih terjaminnya kesejahteraan keluarga secar
merata.
Memelihara harta peninggalan dengan baik sehingga harta itu menjadi
amal jariah bagi si jenazah.
36. EVALUASI
1. Kemukakan 4 macam sebab memperoleh
waris
2. Apakah yang dimaksud hijab hirman dan
hijab nuqsan
3. Apa yang dimaksud furudul muqaddarah
4. Apa yang dimaksud asobah
5. Harta waris Rp 48.000.000, ahli waris
istri, ibu, 2 anak laki-laki . Hitunglah
back