1. HUMAN TRAFFICKING
(PERDAGANGAN MANUSIA)
1. Latar Belakang
Dewasa ini kemajuan terjadi di segala sektor. Mulai sektor ekonomi, sektor
pendidikan, sektor pertahanan, sektor teknologi dan lain sebagainya. Perkembangan ini
banyak memiliki dampak positif terhadap masyarakat kita. Seperti perkembangan di
sektor ekonomi yang berpadu dengan teknologi, yakni pasar online. Namun disisi lain,
dampak negatif juga timbul dari semua kemajuan dan perkembangan tersebut. Salah
satunya yakni, human traffickin atau perdagangan manusia.
Berdasarkan data dari sumber Amerika Serikat, perdagangan manusia dari Indonesia
1,8 juta di negara tujuan Arab Saudi dan di negara-negara Melayu ada sekitar 2,6 juta
orang. Di dunia ada 12,3 juuta orang korban perdagangan manusia. Sebanyak 3 juta
orang berasal dari Indonesia dan sebanyak 1,5 juta berumur dibawah 18 tahun.
Sebanyak 80 persen diantaranya untuk motivasi eksploitasi seksual, dan sebanyak 18
persen untuk eksploitasi tenaga kerja (perburuhan). Sedangkan dari seluruh wilayah di
Indonesia yang memiliki persentase terbanyak praktik ini adalah daerah Jawa Barat
dengan persentase 38%.
Oleh karena itu, selain bertujuan untuk memenuhi tugas sosiologi sebagai prasyarat
mengikuti UAS mata kuliah Sosiologi, dalam makalah ini saya ingin mengingatkan
kepada seluruh pembaca tentang perdagangan manusia yang sekarang ini tidak lagi
mendapat sorotan media, apalagi perhatian dari aparat hukum. Padahal, dalam
kenyataannya, ironis sekali.
2. Pembahasan
Pengertian Human Trafficking atau Perdagangan Manusia
Perdagangan manusia adalah segala transaksi jual beli terhadap manusia. Menurut
Protokol Palermo pada ayat tiga definisi aktivitas transaksi meliputi :
• Perikritan
Sosiologi 1
2. • Perekrutan
• Pengiriman
• Pemindah-tanganan
• Penampungan atau penerimaan orang
Yang dilakukan dengan ancaman, atau penggunaan kekuatan atau bentuk-bentuk
pemaksaan lainnya, seperti :
Penculikan
Tipu daya atau muslihat
Penyalahgunaan kekuasaan
Penyalahgunaan posisi rawan
Menggunakan pemberian atau penerimaan pembayaran (keuntungan) sehingga
diperoleh persetujuan secara sadar (consent) dari orang yang memegang
kontrol atas orang lainnya untuk tujuan eksploitasi.
Dalam perdagangan anak yang dimaksud adalah setiap orang yang umurnya kurang
dari 18 tahun.
Macam-macam kegiatan yang bisa dikategorikan eksploitasi yang terjadi pada
perdagangan manusia khususnya pada perempuan dan anak-anak dibawah umur,
seperti:
Pelacuran (eksploitasi prostitusi ) orang lain atau lainnya. Biasanya anak atau
perempuan dijanjikan pekerjaan tertentu, tetapi akhirnya mereka malah
dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial.
Bekerja tanpa dibayar, seperti kerja atau layanan paksa, perbudakan atau
praktik-praktik serupa perbudakan penghambaan, dan pengambilan organ
tubuh.
Sosiologi 2
3. Sasaran-sasaran yang seringkali rentan menjadi korban dari human trafficking atau
perdagangan manusia ini adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak jalanan
2. Orang yang sedang mencari pekerjaan dan tidak mempunyai pengetahuan
informasi yang benar mengenai pekerjaan yang akan dipilih.
3. Perempuan dan anak di daerah konflik dan yang menjadi pengungsi.
4. Perempuan dan anak miskin di kota atau pedesaan.
5. Perempuan dan anak yang berada di wilayah perbatasan antar Negara
6. Perempuan dan anak yang keluarganya terjerat hutang.
7. Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.
8. Perempuan yang menjadi korban pemerkosaan.
Dari keseluruhan sasaran diatas, kebanyakan dipicu oleh komunikasi jejaring sosial,
iming-iming pekerjaan dari seorang calo. Namun, korban tidak menyadari bahwa
dirinya sebagai target atau sasaran yang akan menjadi bahan perdagangan. Kebutuhan
ekonomi yang mendesak salah satu faktor mereka mudah menerima iming-iming
tersebut. Taraf hidup dibawah kemiskinan dan pendidikan adalah factor terbesar
penyebab terjadinya human trafficking atau perdagangan manusia ini. Namun pemicu
utama menurut David Wyatt, peneliti berkebangsaan Australia menemukan bahwa
kemiskinan bukan factor utama yang menjadi penyebab terjadinya human trafficking
(perdagangan manusia ). Perdagangan manusia terjadi karena bersatunya berbagai
faktor katalis yang mendorong kemiskinan dan berbagai penyebab struktural seperti
pendidikan yang rendah, rendahnya penegakan hukum, kelaparan, dan komitmen
Negara yang rendah untuk membebaskan warganya dari perdagangan manusia.
Meski kemiskinan merupakan factor terbesar yang melatari munculnya perdagangan
manusia, namun kemiskinan tak selalu menghasilkan perdagangan manusia. Kecuali
ada faktor katalisnya, dan kemudian disusul dengan adanya penerimaan atau
permintaan pasar terhadap obyek perdagangan manusia atau korban.
Sosiologi 3
4. Beberapa ahli juga menjabarkan beberapa penyebab terjadinya perdagangan manusia
sebagai berikut :
• Tingkat pendidikan yang rendah.
“Banyak diantara korban trafficking yang putus sekolah , sehingga mudah
terjebak dalam trafficking untuk memenuhi ekonomi “ kata Asisten Daerah II
Pemkab Indramayu, Wahidin. Pada 2010 terdapat 6 kasus trafficking, 5 berhasil
ditangani, 1 dalam proses. Pada 2011 terdapat sembilan kasus berhasil
diselesaikan. 2012 terdapat sebelas kasus.
• Kemiskinan.
Orang tua yang berpendidikan rendah, ditambah dengan desakan ekonomi,
membuat mereka bersedia melakukan apa saja untuk meningkatkan taraf
hidupnya. Termasuk, “menjual” anak mereka sendiri.
• Adat budaya setempat.
Seperti contoh, banyak keluarga yang memilih untuk menikahkan anaknya
meskipun masih dibawah umur. Padahal sudah ditetapkan pemerintah mengenai
batas usia minimal terjadinya sebuah pernikahan.
• Kurangnya informasi,
• Lapangan kerja terbatas
• Bisnis buruh imigran ilegal
• Diskriminasi/persoalan gender
• Dsb.
Untuk menanggulangi keseluruhan kasus human trafficking atau perdagangan
manusia ini perlu ada upaya-upaya nyata pencegahan dan penanggulangan dari
berbagai pihak. Karena Perdagangan orang khususnya perempuan sebagai bentuk
tindak kejahatan yang kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang
komprehensif dan terpadu. Tidak hanya dibutuhkan tenaga,keahlian dan pengetahuan
yang profesional , namun juga pengumpulan dan pertukaran informasi , kerjasama yang
Sosiologi 4
5. memadai baik sesama aparat penegak hukum, seperti kepolisian, kejaksaan, hakim
maupun dengan pihak-pihak lain yang terkait yaitu lembaga pemerinahan (kementerian
terkait) dan lembaga non pemerintah (LSM) baik lokal maupun internasional.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan yakni sebagai berikut :
1. Membuka pusta-pusat layanan rehabilitasi korban.
2. Memberikan pelatihan khusus kepada pencari kerja tentang bahaya trafficking.
3. Hendaknya oknum-oknum aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait lebih
tegas lagi dalam melakukan pengawalan terhadap indikasi kasus-kasus
trafficking,
4. Kerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) seperti meminta
dukungan ILO, dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang
melakukan Program Prevention of Child Traffficking for Labor and Sexual
Exploitation. Yayasan ini memiliki beberapa program yang bertujuan salah
satunya menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan
untuk memfasilitasi usaha sendiri dan lain sebagainya.
Peranan masyarakat secara individual juga diperlukan untuk menanggulangi masalah
ini. Beberapa upaya yang bisa dilakukan masyarakat individual adalah sebagai berikut.
1. Memberi pengetahuan
Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi
masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus menerus, masyarakat
akan mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya.
Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan masyarakat menengah atas. Yang
paling penting adalah masyarakat kelas bawah. Mengapa? Karena perdagangan
manusia banyak terjadi pada masyarakat dengan kelas pendidikan yang cukup
rendah. Pendidikan harus diberikan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti
oleh semua lapisan masyarakat.
2. Memberitahu orang lain
Sosiologi 5
6. Ketika kita telah mengetahui masalah ini dan bagaimana solusinya, tetapi tidak
memberitahu orang lain, permasalahan ini tidak akan selesai. Sebagai orang yang
telah mengetahuinya,maka menjadi kewajiban anda untuk menyampaikan apa
yang terjadi pada orang lain, khususnya yang anda anggap berpotensi mengalami
perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan
ini tidak menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi bahwa hal ini mungkin
telah terjadi pada orang-orang di sekitar kita.
3. Berperan aktif untuk mencegah
Setelah mengetahui dan mencoba memberitahu orang lain, anda juga dapat berperan
aktif menanggulangi permasalahan ini. Berperan aktif tersebutdapat dilakukan dengan
cara melaporkan kasus yang anda ketahui kepada yang berwajib. Anda juga bias
mengarahkan anak, keonakan, atau anak muda lain yang gemar beraktivitas di situs
jejaring sosial untuk lebih berhati-hati dalam berteman, misalnya. Yang anda lakukan
mungkin hanya sesuatu yang kecil, tetapi bila semua orang tergerak untuk turut
melakukannya, bukan tak mungkin masalah yang berkepanjangan ini akan teratasi.
Namun setiap upaya pencegahan atau penanggulangan juga memiliki hambatan-
hambatan tersendiri. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari berbagai hal. Seperti
dari sumber yang dikutip, beberapa hambatan tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Budaya masyarakat (culture)
Anggapan bahwa jangan terlibat dengan masalah orang lain terutama yang
berhubungan dengan polisi karena akan merupakan diri sendiri, anggapan tidak
usah melaporkan masalah yang dialami, dan lain sebagainya. Stereotipe yang ada
di masyarakat tersebut masih mempengaruhi cara berpikir masyarakat dalam
melihat persoalan kekerasan perempuan khususnya kekerasan yang dialami
korban perdagangan perempuan dan anak.
2. Kebijakan pemerintah khususnya peraturan perundang-undangan (legal
substance)
Belum adanya regulasi yang khusus (UU anti trafficking) mengenai perdagangan
perempuan dari anak selain dari Keppres No. 88 Tahun 2002 mengenai RAN
penghapusan perdagangan perempuan dan anak. Ditambah lagi dengan masih
Sosiologi 6
7. kurangnya pemahaman tentang perdagangan itu sendiri dan kurangnya sosialisasi
RAN anti trafficking tersebut.
3. Aparat Penegak Hukum (Legal Structure)
Keterbatasan peraturan yang ada (KHUP) dalam menindak pelaku perdagangan
perempuan dan anak berdampak pada penegakan hukum bagi korban.
Penyelesaian. beberapa kasus mengalami kesulitan Karena seluruh proses
perdagangan dari perekrutan hingga korban bekerja dilihat sebagai proses
kriminalisasi biasa.
3. Penutup
Kesimpulan
Kasus-kasus yang di-blowing up oleh media ternyata menyisakan banyak
permasalahan. Salah satunya adalah permasalahan human trafficking atau perdagangan
manusia ini. Sebagaian besar masyarakat luas kurang pengetahuan tterhadap berbagai
macam penyebab dan modus dari perdagangan manusia ini.
Peran serta dari semua kalangan baik dari masyarakat luas, aparat hukum, lembaga
swadaya masyarakat (LSM) serta pihak-pihak yang terkait sangat penting. Karena
perdagangan orang khususnya perempuan sebagai bentuk tindak kejahatan yang
kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang komprehensif dan terpadu.
Daftar Pustaka
Pribadi, Doddy wisnu. www.regional.kompas.com Senin, 6 juni 2011.
www.pikiran-rakyat.com. Indramayu. Jum’at, 29 November 2013.
www.id.wikipedia.org . Senin, 2 September 2013.
Agustina, Astri. www.m.inilah.com/read/detail. Selasa, 28 agustus 2012.
Dewanty, Ella. www.human-trafficking22.blogspot.com
Sosiologi 7