SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Konsep Asas Legalitas
dalam HPI dan Asas
Penyimpangannya
(Retroactivity Principle / al-
Atsaar al-Qoth’ie / al-Atsaar
ar-Roj’ie)
Ari Wibowo
Jinayat
A. ASAS LEGALITAS
A.1. ASAS LEGALITAS DALAM
HUKUM PIDANA
Pengertian Asas Legalitas
 Asas legalitas (principle of legality) merupakan asas pokok
dalam hukum pidana yang membatasi berlakunya hukum
pidana dari segi waktu.
 Asas ini mengandung pengertian bahwa tidak ada perbuatan
yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan
terlebih dahulu dalam perundang-undangan.
 Pengertian ini sesuai dengan adigum yang dikenal dalam Bahasa
Latin, yaitu nullum delictum nulla poena sine praevia lege (tidak
ada delik, tidak ada pidana, tanpa perundang-undangan yang
telah ada sebelumnya).
 Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang
berbunyi: “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah
ada, sebelum perbuatan dilakukan.”
 Asas legalitas dapat menjadi sarana utama untukAsas legalitas dapat menjadi sarana utama untuk
mencegah kesewenang-wenangan penguasa dalammencegah kesewenang-wenangan penguasa dalam
pemidanaan karena tindakannya dibatasi oleh undang-pemidanaan karena tindakannya dibatasi oleh undang-
undang.undang.
 Asas legalitas dapat menjadi sarana utama untukAsas legalitas dapat menjadi sarana utama untuk
mewujudkan jaminan kepastian hukum bagi rakyat/ wargamewujudkan jaminan kepastian hukum bagi rakyat/ warga
dalam menerima segala tindakan dari siapapun khususnyadalam menerima segala tindakan dari siapapun khususnya
penguasa.penguasa.
 Asas legalitas dapat menjadi sarana utama untukAsas legalitas dapat menjadi sarana utama untuk
mencegah terjadinya kejahatan (mencegah terjadinya kejahatan (prevention of crimeprevention of crime))
karena jenis kejahatan yang dilarang ditetapkan secarakarena jenis kejahatan yang dilarang ditetapkan secara
tertulis dalam undang-undang, sehingga masyarakattertulis dalam undang-undang, sehingga masyarakat
mengetahui dan tidak melanggarnya.mengetahui dan tidak melanggarnya.
Dasar Pemikiran Pemberlakuan Asas Legalitas
Larangan Analogi (1)
 Konsekuensi dari dianutnya asas
legalitas adalah larangan menggunakan
analogi dalam menentukan tindak
pidana, tetapi tafsir ekstensif tetap
diperbolehkan.
 Tafsir ekstensif diperbolehkan karena
merupakan salah satu bentuk tafsir
hukum sebagaimana tafsir autentik,
tafsir historis dan lain sebagainya.
Larangan Analogi (2)
 Tafsir Ekstensif:
“Pemberian makna terhadap suatu kata atau istilah dalam
undang-undang berdasarkan makna yang hidup atau nyata-
nyata dipahami oleh masyarakat pada saat undang-undang itu
diterapkan, bukan pada saat undang-undang itu dibuat” 
Masih dalam koridor undang-undang
 Analogi:
“Menerapkan hukum dengan cara memaksakan pengertian
suatu perbuatan ke dalam koridor hukum padahal hakekatnya
perbuatan tersebut belum/ tidak secara eksplisit diatur dalam
teks undang-undang yang ada. Pertimbangannya ialah karena
menurut hakim inti rasio dari perbuatan tersebut sangat
merugikan sehingga pelakunya perlu dihukum”.
Asas Legalitas dalam RUU KUHP Terbaru
Pasal 1 ayat (1): “Tiada seorang pun dapat dipidana
atau dikenakan tindakan, kecuali perbuatan yang
dilakukan telah ditetapkan sebagai tindak pidana dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat
perbuatan itu dilakukan”.
 Asas Legalitas Formal
Pasal 2 ayat (1): “Ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (1) tidak mengurangi berlakunya
hukum yang hidup dalam masyarakat yang
menentukan bahwa seseorang patut dipidana
walaupun perbuatan tersebut tidak diatur dalam
peraturan perundang undangan”.
 Asas Legalitas Material
A.2. ASAS LEGALITAS
DALAM HUKUM PIDANA
ISLAM
 Dalam Kitab Klasik tidak ada yang
membahas secara khusus asas legalitas.
Namun bukan berarti Syari’at Islam
tidak memiliki sikap terkait dengan
persoalan ini.
 Beberapa ayat al-Qur’an dan kaidah-
kaidah fiqih berhubungan erat dengan
pemberlakuan asas legalitas ini.
 Dasar Hukum 1 : QS. Al-Isra’: 15
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),
maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan
menga’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
 Dasar Hukum 2 : QS. Al-Qashash: 59
“Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum
Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak
pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali
penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”
 Dasar Hukum 3 : QS. Al-Nisa’: 165
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
 Dasar Hukum 4 : Kaidah Fiqih
“Tidak ada hukum bagi perbuatan-perbuatan orang yang
berakal sebelum datangnya nash.”
 Dasar Hukum 5 : Kaidah Fiqih
“Hukum asal dari segala sesuatu dan segala perbuatan
adalah boleh.”
 Dasar Hukum 6 : Kaidah Fiqih
“Tidaklah (seseorang) dibebani secara syara’ kecuali orang
yang mampu memahami pembebanan dan cakap untuk
melaksanakan apa yang dibebankan kepadanya, dan
tidaklah (seseorang) dibebani secara syara’ kecuali dengan
perbuatan yang mungkin (dilakukan), bisa ditunaikan
oleh semua orang, dan diketahui olehnya dengan
pengetahuan yang bisa membawanya untuk melaksakan
beban tersebut”
 Dari penjelasan ayat al-Qur’an maupun Kaidah
Fiqih tersebut, dapat disimpulkan bahwa HPI
menganut asas legalitas. ‘Isham Husainy
menyebutnya dengan :
“Mabda’us syar’iyyah al-jinaiyyah”
 Beberapa perkataan ulama’ :
“Sesungguhnya hukum tidak bisa ditetapkan kecuali
berdasarkan nash, atau qiyas atas apa yang
disebutkan dalam nash”
“Tidak ada hukum untuk orang-orang yang berakal sebelum
datangnya syara’”
“Tidak ada kejahatan kecuali setelah adanya penjelasan, dan
tidak ada hukuman kecuali setelah adanya peringatan”
“Tidak ada kejahatan, dan tidak ada hukuman, kecuali dengan
(adanya) nash (yang mengaturnya)”
“Tidak ada kejahatan, dan tidak ada hukuman, kecuali dengan
(adanya) undang-undang (yang mengaturnya)”
 Jadi, dalam HPI pemidanaan harus berdasarkan pada
nash  “Nash HPI tidaklah bisa berlaku, kecuali
terhadap peristiwa yang terjadi setelah keluarnya nash
tersebut dan diketahuinya nash tersebut oleh manusia.”
 Pertanyaannya : Apa yang disebut nash ?????
 al-nushush al-syar’iyyah
“Yang dimaksud dengan nash-nash syara’ adalah (ketentuan
hukum) yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah.”
Arti nash tersebut tidak harus tertulis (lege), namun
termasuk nash yang belum tertulis. Nash yang tertulis
dinamakan al-Qonun (Kodifikasi HPI melalui UU)
Bagaimana Analogi dalam HPI ???
 Terdapat dua pendapat Ulama’ terkait berlakunya
analogi dalam HPI :
1. Pendapat mayoritas ulama (jumhur)  Bila syarat-
syarat qiyas terpenuhi, maka qiyas diperbolehkan.
Syarat tersebut terkait dengan: Kasus yang ditetapkan
oleh nash (ashl), kasus yang baru akan ditentukan
hukumnya (far'u), sebab hukum ('illat), dan hukum
yang telah ditentukan oleh nash (hukm ashl).
2. Pendapat ulama madzhab Hanafi  Qiyas dalam HPI
tidak diperbolehkan dan tidak bisa dijadikan dasar
pemidanaan. Pendapat ini diterapkan dalam Hukum
Pidana Mesir dan Syiria.
Persamaan dan Perbedaan Asas Legalitas dalam KUHP,
RKUHP dan HPI
 Persamaan  Baik KUHP, RKUHP maupun HPI, sama-
sama bersprinsip bahwa pemidanaan terhadap
seseorang harus didasarkan pada aturan hukum tertulis.
 Perbedaan :
 KUHP : Tidak mengakui eksistensi hukum tidak tertulis
 RKUHP : Mengakui eksistensi hukum yang hidup dalam
masyarakat (hukum tidak tertulis)
 HPI : Mengakui eksistensi hukum tidak tertulis asalkan
bersumber dari nash, baik al-Qur’an maupun as-Sunnah
B. ASAS RETROAKTIF
Pengertian Asas Retroaktif
 Retroaktif berasal dari hasa Latin “retroactus”
yang artinya “to drive back”.
 Asas retroaktif adalah ajaran yang menyatakan
bahwa pemberlakuan ketentuan perundang-
undangan pidana secara surut.
 Kontroversi karena bertentangana dengan asas
legalitas.
 KUHP maupun RKUHP tidak
memperkenankan berlakunya asas retroaktif.
Pandangan Kontra atas Asas Retroaktif
 Tidak ada kepastian hukum
(certainty of law).
 Membuka peluang bagi rezim
penguasa untuk menggunakan
hukum secara sewenang-wenang.
 Melanggar HAM
tersangka/terdakwa.
Pandangan Pro atas Asas Retroaktif
 Memberikan perlindungan HAM korban (korban
langsung/tidak langsung) terhadap kejahatan
yang belum diatur dalam undang-undang 
Social defence
 Mengutamakan keadilan masyarakat dari pada
kepastian hukum  Kolektivisme
 Pemidanaan dengan melanggar asas legalitas
memang tidak adil, namun tidak menghukum
orang yang bersalah karena kejahatan yang
dilakukannya jauh lebih tidak adil  Nurenberg
Trial
Kompromi Pro-Kontra atas Asas Retroaktif (1)
 Asas legalitas tetap menjadi asas pokok
dalam hukum pidana.
 Pemberlakuan asas retroaktif terbatas
pada kasus-kasus tertentu yang sangat
membahayakan bagi kepentingan
masyarakat  Emergency exit
 Kompromi semacam ini berlaku dalam
praktik hukum pidana internasional
Kompromi Pro-Kontra atas Asas Retroaktif (2)
 Meskipun Statuta Roma melarang berlakunya asas
retroaktif, namun dalam praktiknya asas retroaktif tetap
diberlakukan terhadap kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime) melalui Pengadilan HAM Internasional
ad hoc, misalnya Nurenberg Trial (Mahkamah Militer
Nurenburg) 1946, Tokyo Trial (Mahkamah Militer Tokyo)
1948, International Criminal Tribunal for The Former
Yugoslavia (ICTY) 1993 dan International Criminal
Tribunal for The Former Rwanda (ICTR) 1994.
 Dibentuknya Pengadilan HAM Internasional ad hoc pada
beberapa kasus menunjukkan bahwa pemberlakuan asas
retroaktif bersifat kasuistik, yaitu tergantung kepada sifat
dan dampak kejahatan yang ditimbulkan.
Pemberlakuan Asas Retroaktif di Indonesia
 Pasal 3 ayat (1) UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia  pelanggaran
HAM berat yang terjadi sebelum
diundangkannya Undang-undang ini, diperiksa
dan diputus oleh Pengadilan HAM ad hoc.
 Pelanggaran HAM berat  Kejahatan genosida
dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
 Pengadilan HAM ad hoc dibentuk atas usul DPR
berdasarkan peristiwa tertentu dengan
Keputusan Presiden  Pelibatan masyarakat
B.2. ASAS RETROAKTIF
DALAM HUKUM PIDANA
ISLAM
Pengertian Asas Retroaktif
 Asas legalitas adalah asas pokok dalam HPI,
sehingga hukum tidak boleh berlaku surut.
 Namun dalam HPI ada pengecualian
terhadap ketentuan tersebut dalam hal-hal
tertentu.
 Dalam sejarah penegakan HPI pernah terjadi
penerapan asas retroaktif, yaitu kasus qadzaf
dan hirabah .
Kasus 1 : Qadhaf (1)
 QS an-Nur ayat 4 : “Dan orang-orang yang menuduh
wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka
tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya. dan mereka itulah orang-orang yang fasik.”
 Ayat ini diturunkan berkenaan dengan hadits al-ifk.
 Hadits al-ifk adalah peristiwa di mana sekelompok orang
menuduh istri Rasulullah, ‘Aisyah, telah berbuat serong
dengan Shafwan bin Mu'athal ketika ia tertinggal
rombongan Rasul. Peristiwa ini mengegerkan umat Islam,
sehingga umat Islam kebingungan, ditimpa kesedihan
yang mendalam, dan bahkan akan saling bunuh.
Provokatornya bernama Abdullah bin Ubay.
Kasus 1 : Qadhaf (2)
 Hadits al-ifk terjadi, kemudian turunlah QS
an-Nur ayat 4, dan orang-orang yang
menuduh zina (qadhaf) dikenai hukuman
berdasar ayat tersebut.
Hadits al-Ifk
(Kasus
Qodhaf)
QS. An-nur ayat 4
Kasus 2 : Hirabah (1)
 QS. Al-Ma’idah ayat 33-34 : “Sesungguhnya pembalasan
terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-
Nya, dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah
mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan
kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari
negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan
di akhirat mereka mendapatkan siksaan yang
besar….Kecuali orang-orang yang taubat (di antara
mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap)
mereka; Maka Ketahuilah bahwasanya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”
Kasus 2 : Hirabah (2)
 Suatu ketika sekelompok orang dari ‘Ukl atau ‘Urainah
datang ke Madinah.
 Mereka sakit karena tidak cocok dengan iklim di
Madinah.
 Rasulullah memerintahkan agar mereka menuju tempat
unta-unta dan berobat dengan meminum susu unta
tersebut.
 Ketika telah sembuh, mereka ternyata membunuh
penggembala unta dan menggiring untanya pergi
bersama mereka.
 Rasulullah menyuruh agar memburu mereka dan
tertangkap.
 Turun QS. Al-Ma’idah ayat 33-34 dan Rasulullah
menghukumi mereka dengan ayat tersebut.
Kasus 2 : Hirabah (3)
 Perampokan unta terjadi, kemudian
turunlah QS. Al-Ma’idah ayat 33-34 yang
dijadikan dasar untuk menghukum
pelakunya.
Kasus
Hirabah
QS. Al-Ma’idah ayat
33-34
Kesimpulan
 Dalam HPI, asas retroaktif (al-atsar al-
qath’i/ al-atsar al-raj’i) merupakan
pengecualian asas legalitas, dan dapat
diterapkan dalam kondisi tertentu :
1. Kejahatan-kejahatan yang membahayakan
keamanan dan ketertiban umum. Contoh :
kasus hirabah
2. Dalam keadaan yang sangat diperlukan,
yaitu untuk kepentingan masyarakat.
Contoh : kasus qadhaf

More Related Content

What's hot

Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTAndhika Pratama
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Idik Saeful Bahri
 
Bab 13 alasan penghapusan pidana
Bab 13   alasan penghapusan pidanaBab 13   alasan penghapusan pidana
Bab 13 alasan penghapusan pidanaNuelimmanuel22
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusiadichasenja
 
materi Hukum dan ham
materi Hukum dan ham materi Hukum dan ham
materi Hukum dan ham Bang Ucok
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidanaalsalcunsoed
 
Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2villa kuta indah
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatNuelimmanuel22
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Makalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraMakalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraNina Ruspina
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi NegaraMuslimin B. Putra
 

What's hot (20)

Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
Bab 13 alasan penghapusan pidana
Bab 13   alasan penghapusan pidanaBab 13   alasan penghapusan pidana
Bab 13 alasan penghapusan pidana
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
Bab 7 jenis pidana
Bab 7   jenis pidanaBab 7   jenis pidana
Bab 7 jenis pidana
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
materi Hukum dan ham
materi Hukum dan ham materi Hukum dan ham
materi Hukum dan ham
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
 
Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adat
 
Hukum Islam
Hukum IslamHukum Islam
Hukum Islam
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
 
Makalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraMakalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negara
 
putusan hakim
putusan hakimputusan hakim
putusan hakim
 
Bab 11 perbarengan
Bab 11   perbarenganBab 11   perbarengan
Bab 11 perbarengan
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 

Similar to Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI

Legalitas-perekonomian indonesia
Legalitas-perekonomian indonesiaLegalitas-perekonomian indonesia
Legalitas-perekonomian indonesiaMas Mito
 
Pemberlakuan asas non-retroaktif (legalitas) di Indonesia
Pemberlakuan asas non-retroaktif (legalitas) di IndonesiaPemberlakuan asas non-retroaktif (legalitas) di Indonesia
Pemberlakuan asas non-retroaktif (legalitas) di Indonesiasyafruddin rifa'ie
 
Makalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahanMakalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahanRoberto Pecah
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qaAndiex Ae
 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qaandiex25
 
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdfAsas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdfAchmad98
 
Asas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaAsas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaNakano
 
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliAsas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliIca Diennissa
 
Hukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIHukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIyahyaanto
 
Kritik ideologis thd asas legalitas
Kritik ideologis thd asas legalitasKritik ideologis thd asas legalitas
Kritik ideologis thd asas legalitasKau Hatiku
 
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
467_Perumusan KetentuanPidana.pdfOopickPick
 
Pengayaan Sesi 4a.pptx
Pengayaan Sesi 4a.pptxPengayaan Sesi 4a.pptx
Pengayaan Sesi 4a.pptxmarcoorias2
 
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum PidanaPengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum PidanaNasiPadang7
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidanaangkat re
 
467 perumusan ketentuan pidana
467 perumusan ketentuan pidana467 perumusan ketentuan pidana
467 perumusan ketentuan pidanaFrans Newtony
 
hubungan jarimah dan larangan syara' & Asas Legalitas.pptx
hubungan jarimah dan larangan syara' & Asas Legalitas.pptxhubungan jarimah dan larangan syara' & Asas Legalitas.pptx
hubungan jarimah dan larangan syara' & Asas Legalitas.pptxAlimuddinLimun
 
3. asas asas hukum pidana islam
3. asas asas hukum pidana islam3. asas asas hukum pidana islam
3. asas asas hukum pidana islamwaliyudin1
 

Similar to Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI (20)

Legalitas-perekonomian indonesia
Legalitas-perekonomian indonesiaLegalitas-perekonomian indonesia
Legalitas-perekonomian indonesia
 
Pemberlakuan asas non-retroaktif (legalitas) di Indonesia
Pemberlakuan asas non-retroaktif (legalitas) di IndonesiaPemberlakuan asas non-retroaktif (legalitas) di Indonesia
Pemberlakuan asas non-retroaktif (legalitas) di Indonesia
 
Makalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahanMakalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahan
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qa
 
Presentation12`1qa
Presentation12`1qaPresentation12`1qa
Presentation12`1qa
 
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdfAsas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
 
Asas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaAsas Hukum Pidana
Asas Hukum Pidana
 
Slide hukum pidana rose
Slide hukum pidana roseSlide hukum pidana rose
Slide hukum pidana rose
 
hukum_pidana.pdf
hukum_pidana.pdfhukum_pidana.pdf
hukum_pidana.pdf
 
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliAsas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
 
Hukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIHukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian II
 
Kritik ideologis thd asas legalitas
Kritik ideologis thd asas legalitasKritik ideologis thd asas legalitas
Kritik ideologis thd asas legalitas
 
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
 
Pengayaan Sesi 4a.pptx
Pengayaan Sesi 4a.pptxPengayaan Sesi 4a.pptx
Pengayaan Sesi 4a.pptx
 
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum PidanaPengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana dan Pembaharuan Hukum Pidana
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
467 perumusan ketentuan pidana
467 perumusan ketentuan pidana467 perumusan ketentuan pidana
467 perumusan ketentuan pidana
 
hubungan jarimah dan larangan syara' & Asas Legalitas.pptx
hubungan jarimah dan larangan syara' & Asas Legalitas.pptxhubungan jarimah dan larangan syara' & Asas Legalitas.pptx
hubungan jarimah dan larangan syara' & Asas Legalitas.pptx
 
3. asas asas hukum pidana islam
3. asas asas hukum pidana islam3. asas asas hukum pidana islam
3. asas asas hukum pidana islam
 

More from swirawan

Kode etik psikologi 2010
Kode etik psikologi 2010Kode etik psikologi 2010
Kode etik psikologi 2010swirawan
 
Kode etik himpsi terbaru
Kode etik himpsi terbaruKode etik himpsi terbaru
Kode etik himpsi terbaruswirawan
 
Anggaran rumah tangga himpsi
Anggaran rumah tangga himpsiAnggaran rumah tangga himpsi
Anggaran rumah tangga himpsiswirawan
 
Anggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiAnggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiswirawan
 
Ad art himpsi 2010
Ad art himpsi 2010Ad art himpsi 2010
Ad art himpsi 2010swirawan
 
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongresswirawan
 
Kode etik psikologi pdf
Kode etik psikologi pdfKode etik psikologi pdf
Kode etik psikologi pdfswirawan
 
Kode etik psikologi himpsi 2010
Kode etik psikologi himpsi 2010Kode etik psikologi himpsi 2010
Kode etik psikologi himpsi 2010swirawan
 
Poster sekolah alam donasi
Poster sekolah alam donasiPoster sekolah alam donasi
Poster sekolah alam donasiswirawan
 
Rundown kophi class 1 media dan penulisan
Rundown kophi class 1 media dan penulisanRundown kophi class 1 media dan penulisan
Rundown kophi class 1 media dan penulisanswirawan
 
Tor launching sekolah alam phbs
Tor launching sekolah alam phbsTor launching sekolah alam phbs
Tor launching sekolah alam phbsswirawan
 
Tor launching sekolah alam sesi dongeng gizi seimbang 1
Tor launching sekolah alam sesi dongeng gizi seimbang 1Tor launching sekolah alam sesi dongeng gizi seimbang 1
Tor launching sekolah alam sesi dongeng gizi seimbang 1swirawan
 
Tor launching sekolah alam praktik penyaringan air kotor
Tor launching sekolah alam praktik penyaringan air kotorTor launching sekolah alam praktik penyaringan air kotor
Tor launching sekolah alam praktik penyaringan air kotorswirawan
 
Sertif kophi class pdf
Sertif kophi class pdfSertif kophi class pdf
Sertif kophi class pdfswirawan
 
Juknis panitia kophi class 1
Juknis panitia kophi class 1Juknis panitia kophi class 1
Juknis panitia kophi class 1swirawan
 
Proposal launching sekolah alam
Proposal launching sekolah alam Proposal launching sekolah alam
Proposal launching sekolah alam swirawan
 
Juknis launching
Juknis launchingJuknis launching
Juknis launchingswirawan
 
Contoh lpj psdm 2016
Contoh lpj psdm 2016Contoh lpj psdm 2016
Contoh lpj psdm 2016swirawan
 
076 permohonan bantuan act.pdf
076  permohonan bantuan act.pdf076  permohonan bantuan act.pdf
076 permohonan bantuan act.pdfswirawan
 
Susunan acara elc
Susunan acara elcSusunan acara elc
Susunan acara elcswirawan
 

More from swirawan (20)

Kode etik psikologi 2010
Kode etik psikologi 2010Kode etik psikologi 2010
Kode etik psikologi 2010
 
Kode etik himpsi terbaru
Kode etik himpsi terbaruKode etik himpsi terbaru
Kode etik himpsi terbaru
 
Anggaran rumah tangga himpsi
Anggaran rumah tangga himpsiAnggaran rumah tangga himpsi
Anggaran rumah tangga himpsi
 
Anggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiAnggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsi
 
Ad art himpsi 2010
Ad art himpsi 2010Ad art himpsi 2010
Ad art himpsi 2010
 
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres
 
Kode etik psikologi pdf
Kode etik psikologi pdfKode etik psikologi pdf
Kode etik psikologi pdf
 
Kode etik psikologi himpsi 2010
Kode etik psikologi himpsi 2010Kode etik psikologi himpsi 2010
Kode etik psikologi himpsi 2010
 
Poster sekolah alam donasi
Poster sekolah alam donasiPoster sekolah alam donasi
Poster sekolah alam donasi
 
Rundown kophi class 1 media dan penulisan
Rundown kophi class 1 media dan penulisanRundown kophi class 1 media dan penulisan
Rundown kophi class 1 media dan penulisan
 
Tor launching sekolah alam phbs
Tor launching sekolah alam phbsTor launching sekolah alam phbs
Tor launching sekolah alam phbs
 
Tor launching sekolah alam sesi dongeng gizi seimbang 1
Tor launching sekolah alam sesi dongeng gizi seimbang 1Tor launching sekolah alam sesi dongeng gizi seimbang 1
Tor launching sekolah alam sesi dongeng gizi seimbang 1
 
Tor launching sekolah alam praktik penyaringan air kotor
Tor launching sekolah alam praktik penyaringan air kotorTor launching sekolah alam praktik penyaringan air kotor
Tor launching sekolah alam praktik penyaringan air kotor
 
Sertif kophi class pdf
Sertif kophi class pdfSertif kophi class pdf
Sertif kophi class pdf
 
Juknis panitia kophi class 1
Juknis panitia kophi class 1Juknis panitia kophi class 1
Juknis panitia kophi class 1
 
Proposal launching sekolah alam
Proposal launching sekolah alam Proposal launching sekolah alam
Proposal launching sekolah alam
 
Juknis launching
Juknis launchingJuknis launching
Juknis launching
 
Contoh lpj psdm 2016
Contoh lpj psdm 2016Contoh lpj psdm 2016
Contoh lpj psdm 2016
 
076 permohonan bantuan act.pdf
076  permohonan bantuan act.pdf076  permohonan bantuan act.pdf
076 permohonan bantuan act.pdf
 
Susunan acara elc
Susunan acara elcSusunan acara elc
Susunan acara elc
 

Recently uploaded

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Recently uploaded (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

Asas Legalitas dan Retroaktif dalam HPI

  • 1. Konsep Asas Legalitas dalam HPI dan Asas Penyimpangannya (Retroactivity Principle / al- Atsaar al-Qoth’ie / al-Atsaar ar-Roj’ie) Ari Wibowo Jinayat
  • 3. A.1. ASAS LEGALITAS DALAM HUKUM PIDANA
  • 4. Pengertian Asas Legalitas  Asas legalitas (principle of legality) merupakan asas pokok dalam hukum pidana yang membatasi berlakunya hukum pidana dari segi waktu.  Asas ini mengandung pengertian bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan.  Pengertian ini sesuai dengan adigum yang dikenal dalam Bahasa Latin, yaitu nullum delictum nulla poena sine praevia lege (tidak ada delik, tidak ada pidana, tanpa perundang-undangan yang telah ada sebelumnya).  Ketentuan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi: “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.”
  • 5.  Asas legalitas dapat menjadi sarana utama untukAsas legalitas dapat menjadi sarana utama untuk mencegah kesewenang-wenangan penguasa dalammencegah kesewenang-wenangan penguasa dalam pemidanaan karena tindakannya dibatasi oleh undang-pemidanaan karena tindakannya dibatasi oleh undang- undang.undang.  Asas legalitas dapat menjadi sarana utama untukAsas legalitas dapat menjadi sarana utama untuk mewujudkan jaminan kepastian hukum bagi rakyat/ wargamewujudkan jaminan kepastian hukum bagi rakyat/ warga dalam menerima segala tindakan dari siapapun khususnyadalam menerima segala tindakan dari siapapun khususnya penguasa.penguasa.  Asas legalitas dapat menjadi sarana utama untukAsas legalitas dapat menjadi sarana utama untuk mencegah terjadinya kejahatan (mencegah terjadinya kejahatan (prevention of crimeprevention of crime)) karena jenis kejahatan yang dilarang ditetapkan secarakarena jenis kejahatan yang dilarang ditetapkan secara tertulis dalam undang-undang, sehingga masyarakattertulis dalam undang-undang, sehingga masyarakat mengetahui dan tidak melanggarnya.mengetahui dan tidak melanggarnya. Dasar Pemikiran Pemberlakuan Asas Legalitas
  • 6. Larangan Analogi (1)  Konsekuensi dari dianutnya asas legalitas adalah larangan menggunakan analogi dalam menentukan tindak pidana, tetapi tafsir ekstensif tetap diperbolehkan.  Tafsir ekstensif diperbolehkan karena merupakan salah satu bentuk tafsir hukum sebagaimana tafsir autentik, tafsir historis dan lain sebagainya.
  • 7. Larangan Analogi (2)  Tafsir Ekstensif: “Pemberian makna terhadap suatu kata atau istilah dalam undang-undang berdasarkan makna yang hidup atau nyata- nyata dipahami oleh masyarakat pada saat undang-undang itu diterapkan, bukan pada saat undang-undang itu dibuat”  Masih dalam koridor undang-undang  Analogi: “Menerapkan hukum dengan cara memaksakan pengertian suatu perbuatan ke dalam koridor hukum padahal hakekatnya perbuatan tersebut belum/ tidak secara eksplisit diatur dalam teks undang-undang yang ada. Pertimbangannya ialah karena menurut hakim inti rasio dari perbuatan tersebut sangat merugikan sehingga pelakunya perlu dihukum”.
  • 8. Asas Legalitas dalam RUU KUHP Terbaru Pasal 1 ayat (1): “Tiada seorang pun dapat dipidana atau dikenakan tindakan, kecuali perbuatan yang dilakukan telah ditetapkan sebagai tindak pidana dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat perbuatan itu dilakukan”.  Asas Legalitas Formal Pasal 2 ayat (1): “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) tidak mengurangi berlakunya hukum yang hidup dalam masyarakat yang menentukan bahwa seseorang patut dipidana walaupun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang undangan”.  Asas Legalitas Material
  • 9. A.2. ASAS LEGALITAS DALAM HUKUM PIDANA ISLAM
  • 10.  Dalam Kitab Klasik tidak ada yang membahas secara khusus asas legalitas. Namun bukan berarti Syari’at Islam tidak memiliki sikap terkait dengan persoalan ini.  Beberapa ayat al-Qur’an dan kaidah- kaidah fiqih berhubungan erat dengan pemberlakuan asas legalitas ini.
  • 11.  Dasar Hukum 1 : QS. Al-Isra’: 15 “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan menga’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
  • 12.  Dasar Hukum 2 : QS. Al-Qashash: 59 “Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”
  • 13.  Dasar Hukum 3 : QS. Al-Nisa’: 165 “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
  • 14.  Dasar Hukum 4 : Kaidah Fiqih “Tidak ada hukum bagi perbuatan-perbuatan orang yang berakal sebelum datangnya nash.”  Dasar Hukum 5 : Kaidah Fiqih “Hukum asal dari segala sesuatu dan segala perbuatan adalah boleh.”
  • 15.  Dasar Hukum 6 : Kaidah Fiqih “Tidaklah (seseorang) dibebani secara syara’ kecuali orang yang mampu memahami pembebanan dan cakap untuk melaksanakan apa yang dibebankan kepadanya, dan tidaklah (seseorang) dibebani secara syara’ kecuali dengan perbuatan yang mungkin (dilakukan), bisa ditunaikan oleh semua orang, dan diketahui olehnya dengan pengetahuan yang bisa membawanya untuk melaksakan beban tersebut”
  • 16.  Dari penjelasan ayat al-Qur’an maupun Kaidah Fiqih tersebut, dapat disimpulkan bahwa HPI menganut asas legalitas. ‘Isham Husainy menyebutnya dengan : “Mabda’us syar’iyyah al-jinaiyyah”  Beberapa perkataan ulama’ : “Sesungguhnya hukum tidak bisa ditetapkan kecuali berdasarkan nash, atau qiyas atas apa yang disebutkan dalam nash”
  • 17. “Tidak ada hukum untuk orang-orang yang berakal sebelum datangnya syara’” “Tidak ada kejahatan kecuali setelah adanya penjelasan, dan tidak ada hukuman kecuali setelah adanya peringatan” “Tidak ada kejahatan, dan tidak ada hukuman, kecuali dengan (adanya) nash (yang mengaturnya)” “Tidak ada kejahatan, dan tidak ada hukuman, kecuali dengan (adanya) undang-undang (yang mengaturnya)”
  • 18.  Jadi, dalam HPI pemidanaan harus berdasarkan pada nash  “Nash HPI tidaklah bisa berlaku, kecuali terhadap peristiwa yang terjadi setelah keluarnya nash tersebut dan diketahuinya nash tersebut oleh manusia.”  Pertanyaannya : Apa yang disebut nash ?????  al-nushush al-syar’iyyah “Yang dimaksud dengan nash-nash syara’ adalah (ketentuan hukum) yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah.” Arti nash tersebut tidak harus tertulis (lege), namun termasuk nash yang belum tertulis. Nash yang tertulis dinamakan al-Qonun (Kodifikasi HPI melalui UU)
  • 19. Bagaimana Analogi dalam HPI ???  Terdapat dua pendapat Ulama’ terkait berlakunya analogi dalam HPI : 1. Pendapat mayoritas ulama (jumhur)  Bila syarat- syarat qiyas terpenuhi, maka qiyas diperbolehkan. Syarat tersebut terkait dengan: Kasus yang ditetapkan oleh nash (ashl), kasus yang baru akan ditentukan hukumnya (far'u), sebab hukum ('illat), dan hukum yang telah ditentukan oleh nash (hukm ashl). 2. Pendapat ulama madzhab Hanafi  Qiyas dalam HPI tidak diperbolehkan dan tidak bisa dijadikan dasar pemidanaan. Pendapat ini diterapkan dalam Hukum Pidana Mesir dan Syiria.
  • 20. Persamaan dan Perbedaan Asas Legalitas dalam KUHP, RKUHP dan HPI  Persamaan  Baik KUHP, RKUHP maupun HPI, sama- sama bersprinsip bahwa pemidanaan terhadap seseorang harus didasarkan pada aturan hukum tertulis.  Perbedaan :  KUHP : Tidak mengakui eksistensi hukum tidak tertulis  RKUHP : Mengakui eksistensi hukum yang hidup dalam masyarakat (hukum tidak tertulis)  HPI : Mengakui eksistensi hukum tidak tertulis asalkan bersumber dari nash, baik al-Qur’an maupun as-Sunnah
  • 22. Pengertian Asas Retroaktif  Retroaktif berasal dari hasa Latin “retroactus” yang artinya “to drive back”.  Asas retroaktif adalah ajaran yang menyatakan bahwa pemberlakuan ketentuan perundang- undangan pidana secara surut.  Kontroversi karena bertentangana dengan asas legalitas.  KUHP maupun RKUHP tidak memperkenankan berlakunya asas retroaktif.
  • 23. Pandangan Kontra atas Asas Retroaktif  Tidak ada kepastian hukum (certainty of law).  Membuka peluang bagi rezim penguasa untuk menggunakan hukum secara sewenang-wenang.  Melanggar HAM tersangka/terdakwa.
  • 24. Pandangan Pro atas Asas Retroaktif  Memberikan perlindungan HAM korban (korban langsung/tidak langsung) terhadap kejahatan yang belum diatur dalam undang-undang  Social defence  Mengutamakan keadilan masyarakat dari pada kepastian hukum  Kolektivisme  Pemidanaan dengan melanggar asas legalitas memang tidak adil, namun tidak menghukum orang yang bersalah karena kejahatan yang dilakukannya jauh lebih tidak adil  Nurenberg Trial
  • 25. Kompromi Pro-Kontra atas Asas Retroaktif (1)  Asas legalitas tetap menjadi asas pokok dalam hukum pidana.  Pemberlakuan asas retroaktif terbatas pada kasus-kasus tertentu yang sangat membahayakan bagi kepentingan masyarakat  Emergency exit  Kompromi semacam ini berlaku dalam praktik hukum pidana internasional
  • 26. Kompromi Pro-Kontra atas Asas Retroaktif (2)  Meskipun Statuta Roma melarang berlakunya asas retroaktif, namun dalam praktiknya asas retroaktif tetap diberlakukan terhadap kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) melalui Pengadilan HAM Internasional ad hoc, misalnya Nurenberg Trial (Mahkamah Militer Nurenburg) 1946, Tokyo Trial (Mahkamah Militer Tokyo) 1948, International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia (ICTY) 1993 dan International Criminal Tribunal for The Former Rwanda (ICTR) 1994.  Dibentuknya Pengadilan HAM Internasional ad hoc pada beberapa kasus menunjukkan bahwa pemberlakuan asas retroaktif bersifat kasuistik, yaitu tergantung kepada sifat dan dampak kejahatan yang ditimbulkan.
  • 27. Pemberlakuan Asas Retroaktif di Indonesia  Pasal 3 ayat (1) UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia  pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum diundangkannya Undang-undang ini, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM ad hoc.  Pelanggaran HAM berat  Kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.  Pengadilan HAM ad hoc dibentuk atas usul DPR berdasarkan peristiwa tertentu dengan Keputusan Presiden  Pelibatan masyarakat
  • 28. B.2. ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA ISLAM
  • 29. Pengertian Asas Retroaktif  Asas legalitas adalah asas pokok dalam HPI, sehingga hukum tidak boleh berlaku surut.  Namun dalam HPI ada pengecualian terhadap ketentuan tersebut dalam hal-hal tertentu.  Dalam sejarah penegakan HPI pernah terjadi penerapan asas retroaktif, yaitu kasus qadzaf dan hirabah .
  • 30. Kasus 1 : Qadhaf (1)  QS an-Nur ayat 4 : “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama- lamanya. dan mereka itulah orang-orang yang fasik.”  Ayat ini diturunkan berkenaan dengan hadits al-ifk.  Hadits al-ifk adalah peristiwa di mana sekelompok orang menuduh istri Rasulullah, ‘Aisyah, telah berbuat serong dengan Shafwan bin Mu'athal ketika ia tertinggal rombongan Rasul. Peristiwa ini mengegerkan umat Islam, sehingga umat Islam kebingungan, ditimpa kesedihan yang mendalam, dan bahkan akan saling bunuh. Provokatornya bernama Abdullah bin Ubay.
  • 31. Kasus 1 : Qadhaf (2)  Hadits al-ifk terjadi, kemudian turunlah QS an-Nur ayat 4, dan orang-orang yang menuduh zina (qadhaf) dikenai hukuman berdasar ayat tersebut. Hadits al-Ifk (Kasus Qodhaf) QS. An-nur ayat 4
  • 32. Kasus 2 : Hirabah (1)  QS. Al-Ma’idah ayat 33-34 : “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul- Nya, dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapatkan siksaan yang besar….Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka Ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
  • 33. Kasus 2 : Hirabah (2)  Suatu ketika sekelompok orang dari ‘Ukl atau ‘Urainah datang ke Madinah.  Mereka sakit karena tidak cocok dengan iklim di Madinah.  Rasulullah memerintahkan agar mereka menuju tempat unta-unta dan berobat dengan meminum susu unta tersebut.  Ketika telah sembuh, mereka ternyata membunuh penggembala unta dan menggiring untanya pergi bersama mereka.  Rasulullah menyuruh agar memburu mereka dan tertangkap.  Turun QS. Al-Ma’idah ayat 33-34 dan Rasulullah menghukumi mereka dengan ayat tersebut.
  • 34. Kasus 2 : Hirabah (3)  Perampokan unta terjadi, kemudian turunlah QS. Al-Ma’idah ayat 33-34 yang dijadikan dasar untuk menghukum pelakunya. Kasus Hirabah QS. Al-Ma’idah ayat 33-34
  • 35. Kesimpulan  Dalam HPI, asas retroaktif (al-atsar al- qath’i/ al-atsar al-raj’i) merupakan pengecualian asas legalitas, dan dapat diterapkan dalam kondisi tertentu : 1. Kejahatan-kejahatan yang membahayakan keamanan dan ketertiban umum. Contoh : kasus hirabah 2. Dalam keadaan yang sangat diperlukan, yaitu untuk kepentingan masyarakat. Contoh : kasus qadhaf