SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
TUGAS MATA KULIAH
IDEOLOGI NASIONALISME DAN POLITIK IDENTITAS
   “Loyalitas Vertikal dan Loyalitas Horizontal”


     Dosen Pengampu : Dr. Armaidy Armawi M.Si




                      Oleh :
                  Deni Ramdani
               12/339267/PMU/07485




    PROGAM STUDI KETAHANAN NASIONAL
           SEKOLAH PASCASARJANA
          UNIVERSITAS GADJAH MADA
                   TAHUN 2012
BAB I

                                     PENDAHULUAN



       Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi inividu
harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Sebelum lahir paham nasionalisme, kesetiaan
orang tidak ditujukan kepada negara kebangsaan, tetapi kepada berbagai bentuk kekuasaan
sosial, organisasi politik atau raja, kesatuan ideologi seperti suku, negara kota, kerajaan
dinasti, gereja atau golongan keagamaan. Nasionalisme secara konseptual memiliki makna
yang beragam. Nazarudin (1991), “mengartikan nasionalisme sebagai (1) kulturnation dan
staatnation; (2) loyalitas (etnis dan nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas
budaya dan bahasa, dan sebagainya”.
       Integrasi nasional pada negara bangsa yang kompleks sangat ditentukan oleh faktor
loyalitas rakyat terhadap bangsanya dalam bentuk loyalitas vertikal terhadap pemerintah dan
loyalitas horizontal dari kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya. Tingkat loyalitas
masyarakat tersebut akan menentukan kekuatan nasionalisme dan selanjutnya akan
menciptakan integrasi nasional yang mantap. Oleh karena itu dalam masyarakat bangsa yang
heterogen atau pluralistik dan dalam rangka mencapai kelangsungan dan kehidupan nation-
state perlu adanya upaya untuk tetap memelihara integrasi nasional.
       Sejauh ini loyalitas dipandang sebagai suatu sarana untuk dapat mengikat sebuah
kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan. Loyalitas sering diidentikkan dengan pengabdian akan
seseorang terhadap sebuah lembaga yang mempunyai kesamaan visi dan orientasi untuk
meraih tujuan bersama. Meskipun loyalitas memiliki arti yang sangat luas, namun kadang
secara umum loyalitas hanya dilihat dari satu perspektif saja, yakni diidentikkan dengan
pengabdian, pengorbanan dan ketaatan seorang individu yang mempunyai jabatan yang lebih
rendah dalam sebuah lembaga terhadap seseorang yang memangku jabatan yang lebih tinggi
dalam lembaga tersebut.
       Dalam makalah ini akan dibahas tentang nasionalisme dalam loyalitas vertikal dan
horizontal di kehidupan suatu bangsa dan Negara.




                                             1
BAB II

                                   TINJAUAN PUSTAKA




2.1 Nasionalisme dan Peranannya

      Bahar (1998), “Nasionalisme adalah sebuah status pikiran dimana loyalitas seorang
   individu benar-benar diarahkan kepada bangsa negara mewakili suatu bangsa (kaum)”.
   Nasionalisme umumnya terbentuk karena kesamaan bahasa, sejarah, dan juga budaya.
   Anthony (2003), menyatakan “ada dua jenis nasionalisme. Salah satunya adalah
   memperkuat negara, dan yang lainnya adalah negara subversi. Memperkuat nasionalisme
   negara dapat berhubungan dengan ideologi nasionalis sipil (civic nations), karena nilai-nilai
   loyalitas kepada negara dan menyamakannya dengan identitas nasional”. Di sisi lain,
   subversi-nasionalisme negara adalah tentang memisahkan dari negara yang ada dan
   membuat yang baru, atau setidaknya berusaha untuk mencapai otonomi dalam negara. Hal
   ini erat kaitannya dengan ideologi nasionalis etnis (ethnic nations). Nasionalisme bisa
   mempunyai peran yang berlawanan, karena mempunyai sifat menguntungkan dan juga bisa
   merugikan. Menguntungkan karena dapat menciptakan rasa cinta tanah air, tetapi rasa cinta
   yang berlebihan pula dapat mengakibatkan pertikaian karena terlalu mementingkan urusan
   kelompoknya.
      Nasionalisme berhubungan erat dengan bangsa dan negara. Bangsa merupakan konsep
   yang mengartikan identitas etnik dan kultur yang sama yang dimiliki oleh orang-orang
   tertentu. Sedangkan, negara merupakan unit politik yang didefinisikan menurut teritorial,
   populasi dan otonomi pemerintah. Nasionalisme tumbuh pada bangsa. Bangsa kemudian
   tumbuh berkembang dan bisa membentuk negara (nation-state). Umumnya, negara-negara
   yang ada di dunia terbentuk lebih dari satu bangsa. Penyatuan bangsa-bangsa menjadi
   suatu negara sering berkembang karena rasa nasionalisme yang dipengaruhi oleh
   kesamaan bahasa, sejarah dan juga budaya. Peranan dan pentingnya nasionalisme antara
   lain sebagai identitas lokal, nasionalisme adalah dasar untuk berinteraksi. Dimana
   seseorang akan menjunjung dan bangga akan negaranya dan identitas ini akan masuk di
   semua sektor kehidupan,baik politik, ekonomi, budaya,dan sebagainya.




                                               2
2.2 Integrasi Nasional

      Secara umum integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-orang dari
   berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki perbedaan baik etnisitas, sosial dan budaya,
   atau latar belakang ekonomi, menjadi bangsa nation terutama karena pengalaman sejarah
   dan politik yang relatif sama. Selanjutnya dalam menjalani proses pembentukan suatu
   bangsa berbagai suku bangsa, sebenarnya mencita-citakan suatu masyarakat baru, yaitu
   semua masyarakat politik yang dibayangkan akan memiliki rasa persaudaraan dan
   solidaritas yang kental, memiliki identitas kebangsaan dan wilayah kebangsaan yang jelas
   serta memiliki kekuasaan memerintah. Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi
   vertikal yang menyangkut hubungan elit dengan masa.
      Integrasi yang dimaksud disini merujuk pada upaya penyatuan berbagai kelompok
   masyarakat yang berbeda-beda secara sosial, budaya maupun politik suatu bangsa, yang
   membangun kesetiaan lebih besar yang bersifat nasional. Dengan demikian, istilah integrasi
   merujuk pada upaya pembangunan atau otoritas atau kewenangan nasional; penyatuan
   pemerintah dengan yang diperintah, konsensus tentang nilai-nilai kolektif dan juga terkait
   dengan kesadaran anggota masyarakat untuk memperkokoh ikatan antara mereka.
      Menurut Bahar (1998), “integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua pokok
   permasalahan, pertama bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan-
   tuntutan negara yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki
   oleh negara. Kedua bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur prilaku
   anggota masyarakat, konsensus ini berkembang tumbuh diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki
   bangsa secara keseluruhan”.
      Dari dua pengertian diatas pada hakikatnya integrasi merupakan upaya politik
   kekuasaan untuk menyatukan semua unsur-unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk
   kepada aturan-aturan    kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur dalam
   masyarakat majemuk. Proses integrasi disebabkan oleh persamaan sejarah, ada ancaman
   dari luar yang dapat mengangu keutuhan NKRI, adanya kesepakatan pemimpin,
   hegomonitas sosial budaya serta agama dan adanya saling ketergantungan dalam bidang
   politik dan pembangunan. Nazaruddin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk
   kepada seluruh unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial,
   budaya ekonomi, maka pada intinya integrasi nasional lebih menekankan persatuan
   persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.




                                             3
BAB III

                                      PEMBAHASAN




       Loyalitas kesetiaan nasional pada negara bangsa sangat penting dalam nation-state,
kepentingan baik vertikal maupun horizontal pada dimensi politik, ekonomi, budaya. Nation-
state atau negara bangsa bukan merupakan identitas yang alamiah, tapi melalui proses yang
cukup lama, seperti di Amerika Serikat dan Perancis melalui revolusi modernisasi dan industri,
nasionalisme merupakan rasionasitas dari kebangsaan. Nasionalisme di Indonesia pernah
berhasil mendapatkan loyalitas dan pengorbanan besar dari rakyat. Pada saat perang
kemerdekaan 1945-1949, rakyat rela berkorban harta benda dan bahkan nyawa demi
keyakinan untuk memiliki Negara dan pemerintah sendiri.

3.1 Loyalitas Horizontal

       Loyalitas bersifat horizontal, dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari seperti
   kesetiaan kepada sesama organisasi atau lembaga. Ali (2011), menyatakan “menanamkan
   loyalitas horizontal, sebagai derajat kepatuhan dan kesetiaan dapat ditunjukan oleh:
  1. Kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya
  2. Masyarakat terhadap kebudayaan (norma dan tata nilai) dan hukum
  3. Pemerintah daerah terhadap pemerintah daerah lainnya”.

       Jika segala macam bentuk loyalitas bersifat horizontal itu sampai pada taraf konflik dan
   menimbulkan ketidakpuasan, maka taruhannya ialah disintegrasi organisasi atau hancurnya
   keutuhan rasa kebangsaan. Sebagai contoh dapat kita lihat di dalam masyarakat bahwa
   partai-partai politik yang terdapat di Indonesia sangatlah banyak, partai-partai itu saling
   berebut untuk mendapatkan posisi yang paling tinggi dengan cara apapun, dari sini bisa
   memicu suatu perkelahian massa yang sangat banyak. Misalnya satu partai melaksanakan
   kampanye disuatu daerah, kemudian di daerah tersebut pendukung partai ini bisa dikatakan
   hanya sepertiga dari masyarakat di daerah itu, maka bila ada pendukung partai itu
   melakukan suatu kegiatan yang dipandang oleh masyarakat sangat tidak menyenangkan
   maka akan terjadi perkelahian massa yang akan menimbulkan korban.




                                              4
3.2 Loyalitas Vertikal
       Presiden ke-35 Amerika Serikat John F. Kennedy pada tahun 1961 mengatakan “My
   loyality to the party end when loyality to the state began.” Kalau diterjemahkan kira-kira
   seperti ini, “Loyalitas saya berakhir kepada partai, begitu pengabdian saya pada negara
   dimulai.” Ungkapan yang penuh makna ini banyak dikutip oleh para politisi maupun
   intelektual, namun sangat sedikit diterapkan.
       Ali (2011), berpendapat bahwa “loyalitas vertikal adalah kesetiaan atau pengabdian
   kepada seseorang dengan Negara atau pemerintahan”. Ensiklopedia Britannica Eleventh
   1911 (awal abad 20) mendefinisikan loyalitas sebagai "setia kepada pemerintah berdaulat
   atau didirikan negara seseorang dan juga devosi pribadi dan penghormatan kepada
   keluarga kerajaan berdaulat.” Ini berarti kesetiaan kepada seorang raja. Definisi loyalitas
   berdasarkan etimologi kata ini dikumandangkan oleh Vandekerckhove, ketika ia
   berhubungan loyalitas dan mengungkap rahasia (lebih pada yang di bawah).
       Loyalitas bawahan terhadap atasannya sangat dipengaruhi oleh karakter pribadi
   pemimpin tersebut dan gaya dalam memimpin sebuah organisasi atau lembaga. Ada tiga
   karakter pempimpin yang memandang makna loyalitas bawahan terhadap dirinya, yang
   dapat diukur berdasarkan :
   1. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan lembaganya
       secara umum
   2. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan pimpinannya
   3. Komitmen seorang individu organisasi terhadap pimpinannya saja.

  Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan lembaganya
  secara umum
       Ini menggambarkan makna loyalitas sesungguhnya, karena dengan komitmen ini,
  seorang individu dalam suatu lembaga berusaha mengaktualisasikan dirinya untuk
  kepentingan bersama dalam organisasi yang diaktualisasikan melalui bentuk kesungguhan
  melaksanakan pekerjaannya dan bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya tersebut,
  sehingga secara umum tanpa harus mengkomitmenkan diri terhadap pimpinannya
  sesungguhnya ia telah menciptakan loyalitas komprehensip dalam sebuah lembaga,
  mencakup loyalitas terhadap pimpinannya. Namun dalam kasus lain, loyalitas model ini
  mempunyai resiko jika seorang pimpinan kurang bisa mengayomi dan memahami perilaku
  individu dalam organisasinya, dan memungkinkan terjadinya friksi antara pimpinan dengan


                                               5
bawahan. Namun sejauh pimpinan dapat memahami perilaku individu dalam organisasinya,
loyalitas model ini dapat memacu perkembangan organisasi secara dinamis.

Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan pimpinannya
    Loyalitas model ini tidak jauh berbeda dengan model loyalitas pertama, dimana seorang
individu dalam suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dan sadar akan bidang
pekerjaannya. Perbedaannya adalah bahwa loyalitas model ini tanggung jawab seorang
individu terpaku pada aturan-aturan dari seorang pimpinan, sehingga seorang bawahan akan
terbatasi kreatifitasnya dalam bekerja, karena ada kemungkinan jika seorang individu
melanggar aturan seorang pimpinan padahal masih dalam arah kebijakan lembaganya,
maka seorang pimpinan akan merasa kurang senang dengan perilaku bawahannya tersebut,
sehingga loyalitas terhadap dirinya (pimpinan) merupakan suatu faktor yang utama daripada
loyalitas terhadap sebuah tujuan organisasi secara umum.

Komitmen seorang individu organisasi terhadap pimpinannya saja
    Seorang pimpinan akan merasa senang jika bawahannya menuruti segala aturan dan
perintah darinya, meskipun perintahnya tersebut keluar dari arah tujuan sebuah organisasi.
Namun dalam loyalitas model ini, itu bukanlah menjadi suatu masalah menurut pimpinan,
asalkan dirinya mendapat kepuasan dari bawahan yang selalu patuh terhadap dirinya dan
mengabaikan aturan atau sistem dalam sebuah organisasi. Lebih jauh, loyalitas model ini
tidak membutuhkan seorang bawahan yang mempunyai kapabilitas dalam pekerjaan,
sehingga skill bukanlah hal utama untuk dapat membuat pimpinan merasa senang. Sebagai
gantinya, pimpinan menilai loyalitas bawahan pada sisi materi yang bisa didapat oleh
seorang pimpinan.

    Untuk menanamkan rasa loyalitas vertikal sebagai salah satu indikator adalah adanya
derajat kepatuhan dan kesetiaan yang ditunjukan oleh pemerintah daerah terhadap
pemerintah pusat, dilakukan melalui upaya antara lain :
a. Masyarakat terhadap pemimpinan non-formal, terhadap elite politik dan terhadap
    pemerintah NKRI
b. Masyarakat terhadap hukum yang berlaku di wilayah NKRI
c. Pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat
d. Internal masyarakat yang saling menghargai dalam berbagai keaneka ragaman yang
    ada terhadap pimpinan didaerahnya




                                           6
Apabila dalam loyalitas vertikal terjadi persaingan dan konflik di tingkat elite yang terus-
   menerus, maka akan berimbas menjadi arena politik berdampak konflik di tingkat bawah
   (grassroot). Dengan kata lain, persaingan yang tidak terselesaikan dapat melahirkan
   perubahan yang tragis yaitu chaos atau revolusi. Sebaga contoh sifat kedaerahan yang kita
   anut sebenarnya adalah penyebab dari tidak terwujudnya rasa persatuan dan kesatuan
   sebagai satu bangsa di dalam diri kita dalam hal ini adalah loyalitas vertikal. Kita hanya
   selalu membanggakan daerah kita masing-masing, selalu hanya membela daerah kita
   apabila ada masalah, tapi apabila negara kita dalam masalah kita hanya bisa mengatakan
   bahwa itu urusan pemerintah, ini yang salah pada diri kita, urusan negara bukan hanya
   urusan pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab kita sebagai masyarakat bangsa
   Indonesia. Hilangkanlah rasa kedaerahan yang sangat melekat dalam diri kita, jangan
   hanya kita berbangga menjadi penduduk suatu daerah tetapi berbanggalah bahwa kita
   adalah bangsa Indonesia, janganlah masalah bangsa Indonesia kita tumpahkan hanya
   kepada pemerintah tetapi pikullah masalah itu dan jadikan sebagai masalah kita bersama,
   karena dengan bersama kita bisa menyelesaikannya.
      Kebersamaan yang kita bangun dan rasa nasionalisme yang kita junjung tinggi dalam
   diri kita masing-masing, ini merupakan suatu jalan untuk mengembalikan loyalitas vertikal
   dan memajukan Indonesia itu sendiri. Dengan kemajuan bagi Indonesia maka kita sebagai
   masyarakat yang hidup di dalam negara Indonesia ini juga akan menjadi masyarakat yang
   maju dan memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang utuh.

3.3 Cara Memperkuat Loyalitas Vertikal dan Loyalitas Horizontal
      Untuk memperkuat rasa loyalitas vertikal dan horizontal dalam nasionalisme
   kebangsaan Indonesia antara lain menghindari disintegrasi bangsa, sesuai dengan sila
   ketiga yaitu Persatuan Indonesia dapat diwujudkan; melakukan sosialisasi nasionalisme
   Indonesia   secara    terus     menerus;   meningkatkan        pembangunan    ekonomi;     dan
   menghilangkan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.
      Sosialisasi   nasionalisme     Indonesia,       merupakan   proses   penanaman    nilai-nilai
   kebangsaan kepada seluruh warga negara, terutama bagi generasi muda. Penanaman nilai-
   nilai dapat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai perjuangan kemerdekaan,
   sejarah tokoh-tokoh nasional dan penghormatan terhadap simbol-simbol kebangsaan.
   Sarana yang digunakan untuk sosialisasi tersebut, bisa melalui keluarga, sekolah, media
   massa, instansi pemerintah dan spanduk/poster. Kegagalan pembangunan ekonomi
   merupakan sumber frustrasi sejumlah suku bangsa yang mendorong mereka keluar dari


                                                  7
negara yang ada dan berupaya membentuk negara sendiri. Dukungan untuk menyukseskan
pembangunan ekonomi dan kemampuan pemerintah untuk bekerja dengan baik sangat
penting guna memperkuat rasa nasionalisme. Karena itu, sudah menjadi tugas bersama
seluruh elemen bangsa bagi penguatan integrasi nasional dan pemerintah pada posisi
sebagai ujung tombaknya.




                                      8
BAB IV

                                         PENUTUP




4.1 Kesimpulan
   1. .Nasionalisme diartikan sebagai (1) kulturnation dan staatnation; (2) loyalitas (etnis dan
      nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas budaya dan bahasa.
   2. Loyalitas pada negara bangsa sangat penting dalam “nation-state”, kepentingan baik
      vertikal maupun horizontal pada dimensi politik, ekonomi, budaya.
   3. Menanamkan loyalitas horizontal dapat ditunjukan oleh: Kelompok masyarakat terhadap
      kelompok masyarakat lainnya; Masyarakat terhadap kebudayaan (norma dan tata nilai)
      dan hukum; Pemerintah daerah terhadap pemerintah daerah lainnya.
   4. Menanamkan loyalitas vertikal dapat ditunjukan oleh : Masyarakat terhadap pemimpinan
      non-formal, terhadap elite politik dan terhadap pemerintah NKRI; Masyarakat terhadap
      hukum yang berlaku di wilayah NKRI; Pemerintahdaerah terhadap pemerintah pusat
      Internal masyarakat yang saling menghargai dalam berbagai keaneka ragaman yang
      ada terhadap pimpinan didaerahnya




                                               9
Daftar pustaka

Ali, Husnul, Yakin., 2012, Mengukur Makna Loyalitas. Suara Muhammadiyah. Yogyakarta
        Online: Posted by Sang Purandara on Januari 16, 2012

Anthony D. Smith, 2003, Nasionalisme : Teori, Ideologi dan Sejarah. Erlangga,. Jakarta

Bahar, A. Safroedin, 1998, Integrasi Nasional : Teori, Masalah dan Strategi, Galia, Jakarta,

Ensiklopedia Populer., 2005, Politik dan Pembangunan Pancasila., Yayasan Cipta Laka
       Caraka, Jakarta.

George Mc. Turnan Kahin., 1995, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia alih Bahasa Nin
      Bakdi Soemanto (Penerbit Sebelas Maret University Press bekerjasama dengan
      Pustaka Sinar Harapan).

Nazaruddin, Syamsuddin., 1989, Integrasi Politik di Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta..

Nazaruddin, Syamsuddin, 1991, Dimensi-Dimensi Vertikal dan Horizontal dalam Integrasi
      Politik, Jurnal Ilmu Politik 8, PT. Gramedia, Jakarta,.




                                               10

More Related Content

What's hot

Analisis pemetaan ki kd pkn kls xii
Analisis pemetaan ki kd  pkn  kls xiiAnalisis pemetaan ki kd  pkn  kls xii
Analisis pemetaan ki kd pkn kls xiieli priyatna laidan
 
Perlindungan varietas tanaman (uu no 29 tahun 2000)
Perlindungan varietas tanaman (uu no 29 tahun 2000)Perlindungan varietas tanaman (uu no 29 tahun 2000)
Perlindungan varietas tanaman (uu no 29 tahun 2000)Hari Prasetyo
 
Kedudukan wn & penduduk indonesia
Kedudukan wn & penduduk indonesiaKedudukan wn & penduduk indonesia
Kedudukan wn & penduduk indonesianovi noi
 
Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila dan Negara Kesatuan Republik IndonesiaPancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila dan Negara Kesatuan Republik IndonesiaLestari Moerdijat
 
Sambutan bupati wonosobo acara penandatanganan pks keg dak air minum dpupr
Sambutan bupati wonosobo acara penandatanganan pks keg dak air minum dpuprSambutan bupati wonosobo acara penandatanganan pks keg dak air minum dpupr
Sambutan bupati wonosobo acara penandatanganan pks keg dak air minum dpuprShintaDevi11
 
Membuat laporan keuangan
Membuat laporan keuanganMembuat laporan keuangan
Membuat laporan keuanganagwahyu
 
BG and SBLC Procedure
BG and SBLC ProcedureBG and SBLC Procedure
BG and SBLC ProcedureManolo Bucci
 
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...GLC
 
Surat perjanjian kontrak rumah
Surat perjanjian kontrak rumahSurat perjanjian kontrak rumah
Surat perjanjian kontrak rumahLudi Ludi
 
Implementasi nilai kebangsaan dalam rangka Memningkatkan Ekonomi
Implementasi nilai kebangsaan dalam rangka Memningkatkan Ekonomi Implementasi nilai kebangsaan dalam rangka Memningkatkan Ekonomi
Implementasi nilai kebangsaan dalam rangka Memningkatkan Ekonomi Yani Antariksa
 
Keadaan politik dan ekonomi Indonesia pasca Kemerdekaan sampai tahun 1950
Keadaan politik dan ekonomi Indonesia pasca Kemerdekaan sampai tahun 1950Keadaan politik dan ekonomi Indonesia pasca Kemerdekaan sampai tahun 1950
Keadaan politik dan ekonomi Indonesia pasca Kemerdekaan sampai tahun 1950Azizatul Qolbi
 
Complete mou mt103.real cash transfer latest[1] (1)
Complete mou mt103.real cash transfer   latest[1] (1)Complete mou mt103.real cash transfer   latest[1] (1)
Complete mou mt103.real cash transfer latest[1] (1)MUSA Sir DR IR FEROZ
 

What's hot (20)

Analisis pemetaan ki kd pkn kls xii
Analisis pemetaan ki kd  pkn  kls xiiAnalisis pemetaan ki kd  pkn  kls xii
Analisis pemetaan ki kd pkn kls xii
 
Perlindungan varietas tanaman (uu no 29 tahun 2000)
Perlindungan varietas tanaman (uu no 29 tahun 2000)Perlindungan varietas tanaman (uu no 29 tahun 2000)
Perlindungan varietas tanaman (uu no 29 tahun 2000)
 
Kedudukan wn & penduduk indonesia
Kedudukan wn & penduduk indonesiaKedudukan wn & penduduk indonesia
Kedudukan wn & penduduk indonesia
 
Perang diponegoro (kelompok 9)
Perang diponegoro (kelompok 9)Perang diponegoro (kelompok 9)
Perang diponegoro (kelompok 9)
 
Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila dan Negara Kesatuan Republik IndonesiaPancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
 
Sambutan bupati wonosobo acara penandatanganan pks keg dak air minum dpupr
Sambutan bupati wonosobo acara penandatanganan pks keg dak air minum dpuprSambutan bupati wonosobo acara penandatanganan pks keg dak air minum dpupr
Sambutan bupati wonosobo acara penandatanganan pks keg dak air minum dpupr
 
Membuat laporan keuangan
Membuat laporan keuanganMembuat laporan keuangan
Membuat laporan keuangan
 
BG and SBLC Procedure
BG and SBLC ProcedureBG and SBLC Procedure
BG and SBLC Procedure
 
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
 
Perjanjian sewa menyewa
Perjanjian sewa menyewaPerjanjian sewa menyewa
Perjanjian sewa menyewa
 
PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA
PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJAPERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA
PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA
 
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisian
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisianSurat peryataan pencabutan laporan kepolisian
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisian
 
Surat perjanjian sewa rumah
Surat perjanjian sewa rumahSurat perjanjian sewa rumah
Surat perjanjian sewa rumah
 
Pidana Pajak Daerah
Pidana Pajak DaerahPidana Pajak Daerah
Pidana Pajak Daerah
 
Makalah polybius
Makalah polybiusMakalah polybius
Makalah polybius
 
Surat perjanjian kontrak rumah
Surat perjanjian kontrak rumahSurat perjanjian kontrak rumah
Surat perjanjian kontrak rumah
 
DOA SWIFT MT103 ONE WAY
DOA SWIFT MT103 ONE WAYDOA SWIFT MT103 ONE WAY
DOA SWIFT MT103 ONE WAY
 
Implementasi nilai kebangsaan dalam rangka Memningkatkan Ekonomi
Implementasi nilai kebangsaan dalam rangka Memningkatkan Ekonomi Implementasi nilai kebangsaan dalam rangka Memningkatkan Ekonomi
Implementasi nilai kebangsaan dalam rangka Memningkatkan Ekonomi
 
Keadaan politik dan ekonomi Indonesia pasca Kemerdekaan sampai tahun 1950
Keadaan politik dan ekonomi Indonesia pasca Kemerdekaan sampai tahun 1950Keadaan politik dan ekonomi Indonesia pasca Kemerdekaan sampai tahun 1950
Keadaan politik dan ekonomi Indonesia pasca Kemerdekaan sampai tahun 1950
 
Complete mou mt103.real cash transfer latest[1] (1)
Complete mou mt103.real cash transfer   latest[1] (1)Complete mou mt103.real cash transfer   latest[1] (1)
Complete mou mt103.real cash transfer latest[1] (1)
 

Similar to IDE NAS HOR VERT

Nasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptxNasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptxferdhiyadi1
 
Materi 3. Integrasi Nasional.pdf
Materi 3. Integrasi Nasional.pdfMateri 3. Integrasi Nasional.pdf
Materi 3. Integrasi Nasional.pdfMira Veranita
 
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptxIntergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptxBargasPratama
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_pointWidodo Imanly
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_pointWidodo Imanly
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptAskaria Jonison
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptAskaria Jonison
 
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"Blackrose191
 
Nasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiNasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiDzikriani Yugi
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanFahmi Hakam
 
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ikaMakalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ikachilovely
 
Wawasan Sosial Budaya Dasar Kelompok 3 Firdayanti
Wawasan Sosial Budaya Dasar Kelompok 3 FirdayantiWawasan Sosial Budaya Dasar Kelompok 3 Firdayanti
Wawasan Sosial Budaya Dasar Kelompok 3 Firdayantifirdayanti8
 

Similar to IDE NAS HOR VERT (20)

Integrasi nasional
Integrasi nasionalIntegrasi nasional
Integrasi nasional
 
Nasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptxNasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptx
 
Materi 3. Integrasi Nasional.pdf
Materi 3. Integrasi Nasional.pdfMateri 3. Integrasi Nasional.pdf
Materi 3. Integrasi Nasional.pdf
 
Krisis nasionalisme
Krisis nasionalismeKrisis nasionalisme
Krisis nasionalisme
 
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptxIntergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
Intergrasi_Nasional_PowerPoint.pptx
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point
 
3304118 makalah
3304118 makalah3304118 makalah
3304118 makalah
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
Pendidikan kewarganegaraan " Bangsa dan Identitas"
 
Integrasi Nasional .pptx
Integrasi  Nasional .pptxIntegrasi  Nasional .pptx
Integrasi Nasional .pptx
 
Nasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiNasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasi
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
 
wasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptxwasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptx
 
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ikaMakalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bineka tunggal ika
 
Makalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaanMakalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaan
 
Integrasi nasional
Integrasi nasional Integrasi nasional
Integrasi nasional
 
11984379.ppt
11984379.ppt11984379.ppt
11984379.ppt
 
Wawasan Sosial Budaya Dasar Kelompok 3 Firdayanti
Wawasan Sosial Budaya Dasar Kelompok 3 FirdayantiWawasan Sosial Budaya Dasar Kelompok 3 Firdayanti
Wawasan Sosial Budaya Dasar Kelompok 3 Firdayanti
 

Recently uploaded

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

IDE NAS HOR VERT

  • 1. TUGAS MATA KULIAH IDEOLOGI NASIONALISME DAN POLITIK IDENTITAS “Loyalitas Vertikal dan Loyalitas Horizontal” Dosen Pengampu : Dr. Armaidy Armawi M.Si Oleh : Deni Ramdani 12/339267/PMU/07485 PROGAM STUDI KETAHANAN NASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi inividu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Sebelum lahir paham nasionalisme, kesetiaan orang tidak ditujukan kepada negara kebangsaan, tetapi kepada berbagai bentuk kekuasaan sosial, organisasi politik atau raja, kesatuan ideologi seperti suku, negara kota, kerajaan dinasti, gereja atau golongan keagamaan. Nasionalisme secara konseptual memiliki makna yang beragam. Nazarudin (1991), “mengartikan nasionalisme sebagai (1) kulturnation dan staatnation; (2) loyalitas (etnis dan nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas budaya dan bahasa, dan sebagainya”. Integrasi nasional pada negara bangsa yang kompleks sangat ditentukan oleh faktor loyalitas rakyat terhadap bangsanya dalam bentuk loyalitas vertikal terhadap pemerintah dan loyalitas horizontal dari kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya. Tingkat loyalitas masyarakat tersebut akan menentukan kekuatan nasionalisme dan selanjutnya akan menciptakan integrasi nasional yang mantap. Oleh karena itu dalam masyarakat bangsa yang heterogen atau pluralistik dan dalam rangka mencapai kelangsungan dan kehidupan nation- state perlu adanya upaya untuk tetap memelihara integrasi nasional. Sejauh ini loyalitas dipandang sebagai suatu sarana untuk dapat mengikat sebuah kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan. Loyalitas sering diidentikkan dengan pengabdian akan seseorang terhadap sebuah lembaga yang mempunyai kesamaan visi dan orientasi untuk meraih tujuan bersama. Meskipun loyalitas memiliki arti yang sangat luas, namun kadang secara umum loyalitas hanya dilihat dari satu perspektif saja, yakni diidentikkan dengan pengabdian, pengorbanan dan ketaatan seorang individu yang mempunyai jabatan yang lebih rendah dalam sebuah lembaga terhadap seseorang yang memangku jabatan yang lebih tinggi dalam lembaga tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas tentang nasionalisme dalam loyalitas vertikal dan horizontal di kehidupan suatu bangsa dan Negara. 1
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nasionalisme dan Peranannya Bahar (1998), “Nasionalisme adalah sebuah status pikiran dimana loyalitas seorang individu benar-benar diarahkan kepada bangsa negara mewakili suatu bangsa (kaum)”. Nasionalisme umumnya terbentuk karena kesamaan bahasa, sejarah, dan juga budaya. Anthony (2003), menyatakan “ada dua jenis nasionalisme. Salah satunya adalah memperkuat negara, dan yang lainnya adalah negara subversi. Memperkuat nasionalisme negara dapat berhubungan dengan ideologi nasionalis sipil (civic nations), karena nilai-nilai loyalitas kepada negara dan menyamakannya dengan identitas nasional”. Di sisi lain, subversi-nasionalisme negara adalah tentang memisahkan dari negara yang ada dan membuat yang baru, atau setidaknya berusaha untuk mencapai otonomi dalam negara. Hal ini erat kaitannya dengan ideologi nasionalis etnis (ethnic nations). Nasionalisme bisa mempunyai peran yang berlawanan, karena mempunyai sifat menguntungkan dan juga bisa merugikan. Menguntungkan karena dapat menciptakan rasa cinta tanah air, tetapi rasa cinta yang berlebihan pula dapat mengakibatkan pertikaian karena terlalu mementingkan urusan kelompoknya. Nasionalisme berhubungan erat dengan bangsa dan negara. Bangsa merupakan konsep yang mengartikan identitas etnik dan kultur yang sama yang dimiliki oleh orang-orang tertentu. Sedangkan, negara merupakan unit politik yang didefinisikan menurut teritorial, populasi dan otonomi pemerintah. Nasionalisme tumbuh pada bangsa. Bangsa kemudian tumbuh berkembang dan bisa membentuk negara (nation-state). Umumnya, negara-negara yang ada di dunia terbentuk lebih dari satu bangsa. Penyatuan bangsa-bangsa menjadi suatu negara sering berkembang karena rasa nasionalisme yang dipengaruhi oleh kesamaan bahasa, sejarah dan juga budaya. Peranan dan pentingnya nasionalisme antara lain sebagai identitas lokal, nasionalisme adalah dasar untuk berinteraksi. Dimana seseorang akan menjunjung dan bangga akan negaranya dan identitas ini akan masuk di semua sektor kehidupan,baik politik, ekonomi, budaya,dan sebagainya. 2
  • 4. 2.2 Integrasi Nasional Secara umum integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki perbedaan baik etnisitas, sosial dan budaya, atau latar belakang ekonomi, menjadi bangsa nation terutama karena pengalaman sejarah dan politik yang relatif sama. Selanjutnya dalam menjalani proses pembentukan suatu bangsa berbagai suku bangsa, sebenarnya mencita-citakan suatu masyarakat baru, yaitu semua masyarakat politik yang dibayangkan akan memiliki rasa persaudaraan dan solidaritas yang kental, memiliki identitas kebangsaan dan wilayah kebangsaan yang jelas serta memiliki kekuasaan memerintah. Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal yang menyangkut hubungan elit dengan masa. Integrasi yang dimaksud disini merujuk pada upaya penyatuan berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda secara sosial, budaya maupun politik suatu bangsa, yang membangun kesetiaan lebih besar yang bersifat nasional. Dengan demikian, istilah integrasi merujuk pada upaya pembangunan atau otoritas atau kewenangan nasional; penyatuan pemerintah dengan yang diperintah, konsensus tentang nilai-nilai kolektif dan juga terkait dengan kesadaran anggota masyarakat untuk memperkokoh ikatan antara mereka. Menurut Bahar (1998), “integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua pokok permasalahan, pertama bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan- tuntutan negara yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki oleh negara. Kedua bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur prilaku anggota masyarakat, konsensus ini berkembang tumbuh diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan”. Dari dua pengertian diatas pada hakikatnya integrasi merupakan upaya politik kekuasaan untuk menyatukan semua unsur-unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur dalam masyarakat majemuk. Proses integrasi disebabkan oleh persamaan sejarah, ada ancaman dari luar yang dapat mengangu keutuhan NKRI, adanya kesepakatan pemimpin, hegomonitas sosial budaya serta agama dan adanya saling ketergantungan dalam bidang politik dan pembangunan. Nazaruddin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk kepada seluruh unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial, budaya ekonomi, maka pada intinya integrasi nasional lebih menekankan persatuan persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. 3
  • 5. BAB III PEMBAHASAN Loyalitas kesetiaan nasional pada negara bangsa sangat penting dalam nation-state, kepentingan baik vertikal maupun horizontal pada dimensi politik, ekonomi, budaya. Nation- state atau negara bangsa bukan merupakan identitas yang alamiah, tapi melalui proses yang cukup lama, seperti di Amerika Serikat dan Perancis melalui revolusi modernisasi dan industri, nasionalisme merupakan rasionasitas dari kebangsaan. Nasionalisme di Indonesia pernah berhasil mendapatkan loyalitas dan pengorbanan besar dari rakyat. Pada saat perang kemerdekaan 1945-1949, rakyat rela berkorban harta benda dan bahkan nyawa demi keyakinan untuk memiliki Negara dan pemerintah sendiri. 3.1 Loyalitas Horizontal Loyalitas bersifat horizontal, dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari seperti kesetiaan kepada sesama organisasi atau lembaga. Ali (2011), menyatakan “menanamkan loyalitas horizontal, sebagai derajat kepatuhan dan kesetiaan dapat ditunjukan oleh: 1. Kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya 2. Masyarakat terhadap kebudayaan (norma dan tata nilai) dan hukum 3. Pemerintah daerah terhadap pemerintah daerah lainnya”. Jika segala macam bentuk loyalitas bersifat horizontal itu sampai pada taraf konflik dan menimbulkan ketidakpuasan, maka taruhannya ialah disintegrasi organisasi atau hancurnya keutuhan rasa kebangsaan. Sebagai contoh dapat kita lihat di dalam masyarakat bahwa partai-partai politik yang terdapat di Indonesia sangatlah banyak, partai-partai itu saling berebut untuk mendapatkan posisi yang paling tinggi dengan cara apapun, dari sini bisa memicu suatu perkelahian massa yang sangat banyak. Misalnya satu partai melaksanakan kampanye disuatu daerah, kemudian di daerah tersebut pendukung partai ini bisa dikatakan hanya sepertiga dari masyarakat di daerah itu, maka bila ada pendukung partai itu melakukan suatu kegiatan yang dipandang oleh masyarakat sangat tidak menyenangkan maka akan terjadi perkelahian massa yang akan menimbulkan korban. 4
  • 6. 3.2 Loyalitas Vertikal Presiden ke-35 Amerika Serikat John F. Kennedy pada tahun 1961 mengatakan “My loyality to the party end when loyality to the state began.” Kalau diterjemahkan kira-kira seperti ini, “Loyalitas saya berakhir kepada partai, begitu pengabdian saya pada negara dimulai.” Ungkapan yang penuh makna ini banyak dikutip oleh para politisi maupun intelektual, namun sangat sedikit diterapkan. Ali (2011), berpendapat bahwa “loyalitas vertikal adalah kesetiaan atau pengabdian kepada seseorang dengan Negara atau pemerintahan”. Ensiklopedia Britannica Eleventh 1911 (awal abad 20) mendefinisikan loyalitas sebagai "setia kepada pemerintah berdaulat atau didirikan negara seseorang dan juga devosi pribadi dan penghormatan kepada keluarga kerajaan berdaulat.” Ini berarti kesetiaan kepada seorang raja. Definisi loyalitas berdasarkan etimologi kata ini dikumandangkan oleh Vandekerckhove, ketika ia berhubungan loyalitas dan mengungkap rahasia (lebih pada yang di bawah). Loyalitas bawahan terhadap atasannya sangat dipengaruhi oleh karakter pribadi pemimpin tersebut dan gaya dalam memimpin sebuah organisasi atau lembaga. Ada tiga karakter pempimpin yang memandang makna loyalitas bawahan terhadap dirinya, yang dapat diukur berdasarkan : 1. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan lembaganya secara umum 2. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan pimpinannya 3. Komitmen seorang individu organisasi terhadap pimpinannya saja. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan lembaganya secara umum Ini menggambarkan makna loyalitas sesungguhnya, karena dengan komitmen ini, seorang individu dalam suatu lembaga berusaha mengaktualisasikan dirinya untuk kepentingan bersama dalam organisasi yang diaktualisasikan melalui bentuk kesungguhan melaksanakan pekerjaannya dan bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya tersebut, sehingga secara umum tanpa harus mengkomitmenkan diri terhadap pimpinannya sesungguhnya ia telah menciptakan loyalitas komprehensip dalam sebuah lembaga, mencakup loyalitas terhadap pimpinannya. Namun dalam kasus lain, loyalitas model ini mempunyai resiko jika seorang pimpinan kurang bisa mengayomi dan memahami perilaku individu dalam organisasinya, dan memungkinkan terjadinya friksi antara pimpinan dengan 5
  • 7. bawahan. Namun sejauh pimpinan dapat memahami perilaku individu dalam organisasinya, loyalitas model ini dapat memacu perkembangan organisasi secara dinamis. Komitmen seorang individu organisasi terhadap bidang pekerjaan dan pimpinannya Loyalitas model ini tidak jauh berbeda dengan model loyalitas pertama, dimana seorang individu dalam suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dan sadar akan bidang pekerjaannya. Perbedaannya adalah bahwa loyalitas model ini tanggung jawab seorang individu terpaku pada aturan-aturan dari seorang pimpinan, sehingga seorang bawahan akan terbatasi kreatifitasnya dalam bekerja, karena ada kemungkinan jika seorang individu melanggar aturan seorang pimpinan padahal masih dalam arah kebijakan lembaganya, maka seorang pimpinan akan merasa kurang senang dengan perilaku bawahannya tersebut, sehingga loyalitas terhadap dirinya (pimpinan) merupakan suatu faktor yang utama daripada loyalitas terhadap sebuah tujuan organisasi secara umum. Komitmen seorang individu organisasi terhadap pimpinannya saja Seorang pimpinan akan merasa senang jika bawahannya menuruti segala aturan dan perintah darinya, meskipun perintahnya tersebut keluar dari arah tujuan sebuah organisasi. Namun dalam loyalitas model ini, itu bukanlah menjadi suatu masalah menurut pimpinan, asalkan dirinya mendapat kepuasan dari bawahan yang selalu patuh terhadap dirinya dan mengabaikan aturan atau sistem dalam sebuah organisasi. Lebih jauh, loyalitas model ini tidak membutuhkan seorang bawahan yang mempunyai kapabilitas dalam pekerjaan, sehingga skill bukanlah hal utama untuk dapat membuat pimpinan merasa senang. Sebagai gantinya, pimpinan menilai loyalitas bawahan pada sisi materi yang bisa didapat oleh seorang pimpinan. Untuk menanamkan rasa loyalitas vertikal sebagai salah satu indikator adalah adanya derajat kepatuhan dan kesetiaan yang ditunjukan oleh pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, dilakukan melalui upaya antara lain : a. Masyarakat terhadap pemimpinan non-formal, terhadap elite politik dan terhadap pemerintah NKRI b. Masyarakat terhadap hukum yang berlaku di wilayah NKRI c. Pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat d. Internal masyarakat yang saling menghargai dalam berbagai keaneka ragaman yang ada terhadap pimpinan didaerahnya 6
  • 8. Apabila dalam loyalitas vertikal terjadi persaingan dan konflik di tingkat elite yang terus- menerus, maka akan berimbas menjadi arena politik berdampak konflik di tingkat bawah (grassroot). Dengan kata lain, persaingan yang tidak terselesaikan dapat melahirkan perubahan yang tragis yaitu chaos atau revolusi. Sebaga contoh sifat kedaerahan yang kita anut sebenarnya adalah penyebab dari tidak terwujudnya rasa persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa di dalam diri kita dalam hal ini adalah loyalitas vertikal. Kita hanya selalu membanggakan daerah kita masing-masing, selalu hanya membela daerah kita apabila ada masalah, tapi apabila negara kita dalam masalah kita hanya bisa mengatakan bahwa itu urusan pemerintah, ini yang salah pada diri kita, urusan negara bukan hanya urusan pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia. Hilangkanlah rasa kedaerahan yang sangat melekat dalam diri kita, jangan hanya kita berbangga menjadi penduduk suatu daerah tetapi berbanggalah bahwa kita adalah bangsa Indonesia, janganlah masalah bangsa Indonesia kita tumpahkan hanya kepada pemerintah tetapi pikullah masalah itu dan jadikan sebagai masalah kita bersama, karena dengan bersama kita bisa menyelesaikannya. Kebersamaan yang kita bangun dan rasa nasionalisme yang kita junjung tinggi dalam diri kita masing-masing, ini merupakan suatu jalan untuk mengembalikan loyalitas vertikal dan memajukan Indonesia itu sendiri. Dengan kemajuan bagi Indonesia maka kita sebagai masyarakat yang hidup di dalam negara Indonesia ini juga akan menjadi masyarakat yang maju dan memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang utuh. 3.3 Cara Memperkuat Loyalitas Vertikal dan Loyalitas Horizontal Untuk memperkuat rasa loyalitas vertikal dan horizontal dalam nasionalisme kebangsaan Indonesia antara lain menghindari disintegrasi bangsa, sesuai dengan sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia dapat diwujudkan; melakukan sosialisasi nasionalisme Indonesia secara terus menerus; meningkatkan pembangunan ekonomi; dan menghilangkan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Sosialisasi nasionalisme Indonesia, merupakan proses penanaman nilai-nilai kebangsaan kepada seluruh warga negara, terutama bagi generasi muda. Penanaman nilai- nilai dapat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai perjuangan kemerdekaan, sejarah tokoh-tokoh nasional dan penghormatan terhadap simbol-simbol kebangsaan. Sarana yang digunakan untuk sosialisasi tersebut, bisa melalui keluarga, sekolah, media massa, instansi pemerintah dan spanduk/poster. Kegagalan pembangunan ekonomi merupakan sumber frustrasi sejumlah suku bangsa yang mendorong mereka keluar dari 7
  • 9. negara yang ada dan berupaya membentuk negara sendiri. Dukungan untuk menyukseskan pembangunan ekonomi dan kemampuan pemerintah untuk bekerja dengan baik sangat penting guna memperkuat rasa nasionalisme. Karena itu, sudah menjadi tugas bersama seluruh elemen bangsa bagi penguatan integrasi nasional dan pemerintah pada posisi sebagai ujung tombaknya. 8
  • 10. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. .Nasionalisme diartikan sebagai (1) kulturnation dan staatnation; (2) loyalitas (etnis dan nasional) dan keinginan menegakkan negara; (3) identitas budaya dan bahasa. 2. Loyalitas pada negara bangsa sangat penting dalam “nation-state”, kepentingan baik vertikal maupun horizontal pada dimensi politik, ekonomi, budaya. 3. Menanamkan loyalitas horizontal dapat ditunjukan oleh: Kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya; Masyarakat terhadap kebudayaan (norma dan tata nilai) dan hukum; Pemerintah daerah terhadap pemerintah daerah lainnya. 4. Menanamkan loyalitas vertikal dapat ditunjukan oleh : Masyarakat terhadap pemimpinan non-formal, terhadap elite politik dan terhadap pemerintah NKRI; Masyarakat terhadap hukum yang berlaku di wilayah NKRI; Pemerintahdaerah terhadap pemerintah pusat Internal masyarakat yang saling menghargai dalam berbagai keaneka ragaman yang ada terhadap pimpinan didaerahnya 9
  • 11. Daftar pustaka Ali, Husnul, Yakin., 2012, Mengukur Makna Loyalitas. Suara Muhammadiyah. Yogyakarta Online: Posted by Sang Purandara on Januari 16, 2012 Anthony D. Smith, 2003, Nasionalisme : Teori, Ideologi dan Sejarah. Erlangga,. Jakarta Bahar, A. Safroedin, 1998, Integrasi Nasional : Teori, Masalah dan Strategi, Galia, Jakarta, Ensiklopedia Populer., 2005, Politik dan Pembangunan Pancasila., Yayasan Cipta Laka Caraka, Jakarta. George Mc. Turnan Kahin., 1995, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia alih Bahasa Nin Bakdi Soemanto (Penerbit Sebelas Maret University Press bekerjasama dengan Pustaka Sinar Harapan). Nazaruddin, Syamsuddin., 1989, Integrasi Politik di Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta.. Nazaruddin, Syamsuddin, 1991, Dimensi-Dimensi Vertikal dan Horizontal dalam Integrasi Politik, Jurnal Ilmu Politik 8, PT. Gramedia, Jakarta,. 10