SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Kesehatan menurut WHO merupakan suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit
atau

kelemahan.

Kesehatan

menurut

WHO

ini

mengandung

3

karakteristik, yaitu merefleksikan perhatian pada individu sebagai
manusia, memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan
eksternal, dan sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Menurut Undang-undang No. 36 pasal 1 tahun 2009, kesehatan
merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
International Conference on Population and Development / ICPD
(Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan) bertujuan
meningkatkan kualitas hidup bagi semua manusia di seluruh dunia yang
menitikbertakan pada pemenuhan hak kesehatan reproduksi perempuan;
dan Millenium Development Goals / MDGs (2000) merupakan tujuan
dengan titik berat pada peranan perempuan yang akan dicapai pada 2015
(Jazila, 2008, CEDAW, ICPD, dan MDGs Melihat Hak Kesehatan

Reproduksi, ¶ 1, www.ihap.or.id, diperoleh pada tanggal 7 Mei 2012).

1
2

Kesehatan

reproduksi

adalah

suatu

keadaan

sehat

secara

menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan
dengan alat, fungsi serta proses reproduksi bukannya kondisi yang bebas
dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan
seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Reproduksi sehat berarti perilaku individu yang berkaitan dengan fungsi
dan proses reproduksi termasuk prilaku seksual yang sehat (Depkes RI,
2000).
Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan
suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung
kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan
penyelesaian

masalah

kesehatan reproduksi.

Ini

juga

mencakup

kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan status kehidupan dan
hubungan-hubungan perorangan, dan bukan semata-mata konseling dan
perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan
melalaui hubungan seks (Harahap, 2003).
Remaja di Indonesia mencakup seperempat dari seluruh jumlah
penduduk di Indonesia. Mengingat remaja merupakan masa transisi dari
masa kanak-kanak menuju dewasa maka remaja memiliki tugas
perkembangan yang tidak mudah. Mereka harus mendapatkan identitas
diri yang positif agar dapat berkembang sebagai dewasa muda yang
sehat dan produktif. Dengan jumlah populasi yang mencapai seperempat
penduduk di Indonesia maka permasalahan yang timbul akan menjadi
sedemikian besarnya. Permasalahan utama yang timbul pada remaja
adalah tentang kesehatan reproduksi ( Yunike, 2009).
3

Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia saat ini masih
belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di
negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek
kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak
secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi,
keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial (Departemen Kesehatan RI,
2001).
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan,
hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh
media masa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan
keluarganya. Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana
remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan vaginanya. Bila
alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan
itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja putri mudah terkena infeksi
genital bila tidak menjaga kebersihan vaginanya karena organ vagina
yang letaknya dekat dengan anus (Anonym, 2011, Faktor-faktor yang
mempengaruhi

kesehatan

reproduksi

remaja,

¶

1,

http://repository.usu.ac.id/, diperoleh tanggal 26 Februari 2012).
Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
khususnya kebersihan vagina salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara
reproduksi.

Hal

tersebut

diperkuat

oleh

Mubarak

(2011)

bahwa

pengetahuan merupakan domain yang berpengaruh dalam membentuk
4

perilaku seseorang. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Lawrence Green (1980, dalam Mubarak, 2011) bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, pendukung dan
pendorong. Dari ketiga faktor tersebut, pengetahuan merupakan faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan demikian
perilaku yang kurang baik dalam membersihkan genitalia disebabkan oleh
pengetahuan yang kurang.
Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting untuk remaja
khususnya

remaja

putri

karena

pada

saat

usia

remaja

terjadi

perkembangan yang sangat dinamis baik secara biologi maupun psikologi
dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja
seperti informasi yang di terima, orang tua, teman, orang terdekat, media
massa dan seringnya diskusi (Putriani, 2010).
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Sehingga kondisi mereka dikatakan
masih labil. Hal ini terbukti dengan kejadian mereka yang mudah tergoda
dengan segala macam hal yang baru. Banyak remaja khususnya remaja
putri yang tidak percaya diri dengan daerah pribadi mereka. Sehingga
memilih untuk menggunakan berbagai macam produk yang ditawarkan
tanpa mengetahui lebih lanjut resiko yang akan terjadi (Sugata, 2010,
remaja, ¶ 3, http://scribd.com, diperoleh pada tanggal 27 Februari 2012).
Diantara produk-produk yang ditawarkan kepada para remaja ini
tentunya dari berbagai merk. Namun isi dari produk tersebut salah
satunya adalah daun sirih yang telah diolah menjadi sabun antiseptik
5

untuk pembersih vagina yang telah dicampur dengan bahan-bahan lain
seperti stelechocarpus burahol, gambir, pinang, kencur ekstrak dan
sebagainya. Karena sabun antiseptik daun sirih ini berbagai macam
merk,sehingga kandungannya pun berbeda.
Sabun antiseptik daun sirih adalah sabun dari daun sirih yang
memiliki kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antiseptik.
Minyak atsiri daun sirih mengandung fenol dan kavinol. Fenol yang
dihasilkan dari ekstrak daun sirih merupakan senyawa golongan alkohol,
yang memiliki daya antiseptik lima kali lebih lama dari pada senyawa
fenol biasa (Dalimartha, 2006).
Sabun antiseptik daun sirih ini dapat digunakan sebagai antiseptik,
tetapi apabila penggunaannya berlebihan dapat meningkatkan keasaman
vagina. Dampaknya, kuman jahat hidup subur, jamur salah satunya.
Vagina yang terserang jamur candida memiliki ciri-ciri leukorea seperti
susu pecah, gatal, dan terasa perih saat kencing. Secara alamiah dalam
setiap vagina terdapat bakteri baik (flora normal vagina). Bakteri baik itu
berfungsi mengusir kuman yang merugikan. Pemakaian sabun vagina
berlebihan justru membunuh bakteri baik yang kemudian mempermudah
kuman masuk ke vagina (Ilmiah, 2011).
Leukorea (keputihan) merupakan gejala yang sangat sering dialami
oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua
sesudah gangguan haid. Leukorea seringkali tidak ditangani dengan
serius oleh para remaja. Padahal, leukorea bisa jadi indikasi adanya
penyakit. Leukorea yang fisiologis terjadi pada saat seorang perempuan
6

terangsang sistem birahinya menjelang menstruasi, sesudah menstruasi,
atau ditengah-tengah siklus, jumlahnya tidak begitu banyak, berwarna
jernih, putih (kadang-kadang meninggalkan bekas kuning di celana
dalam), tidak berbau dan tidak disertai keluhan seperti gatal, nyeri,
bengkak pada alat kelamin. Kebanyakan leukorea yang berbau dan
warnanya kuning harus diwaspadai karena beresiko timbulnya penyakit
atau infeksi genitalia (Wahyudi, 2002).
Para remaja harus waspada terhadap gejala leukorea. Kejadian
leukorea akibat kesalahan cara perawatan vagina dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan akan menimbulkan berbagai penyakit infeksi
genitalia diantaranya vulvitis (infeksi vulva), vaginitis kandidiasi (leukorea
kental bergumpal dan terasa sangat gatal), servisitis dan endometritis
(infeksi pada lapisan dalam dari rahim) (Manuaba, 2009).
Menurut Kusmanto (2012), leukorea dapat disebabkan karena
penggunaan antiseptik yang berlebihan. Antiseptik tersebut dapat
menyebabkan populasi bakteri di daerah vagina bisa ikut mati. Selain itu,
kebiasaan menggunakan produk pencuci kewanitaan yang berlebihan
dapat meningkatkan keasaman daerah vagina. Penelitian yang telah
dilakukan menyebutkan 3 dari 4 wanita di sana pernah mengalami
keputihan akibat penggunaan sabun pembersih vagina yang berlebihan
(Anonym, 2012, penyebab penggunaan antiseptik berlebihan terhadap
leukorea, ¶ 4, http://indonesiaindonesia.com, diperoleh tanggal 14 maret
2012).
7

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa
75% wanita di dunia pasti mengalami leukorea paling tidak sekali seumur
hidup dan 45% diantaranya mengalami leukorea sebanyak 2 kali atau
lebih (Medica holistik, 2008). Di Indonesia kejadian leukorea semakin
meningkat. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002,
50% wanita Indonesia pernah mengalami leukorea, kemudian pada tahun
2003 60% wanita pernah mengalami leukorea, sedangkan pada tahun
2004, hampir 70% wanita di Indonesia pernah mengalami leukorea
setidaknya sekali dalam hidupnya (Prasetyowati, 2009).
Di Indonesia kejadian leukorea lebih tinggi yaitu mencapai 70%
remaja mengalami leukorea yang disebabkan oleh jamur dan parasit
seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini
berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja, karena cuaca di
Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida
albicans yang merupakan salah satu penyebab leukorea. Kondisi seperti
ini bisa dicegah dengan kebiasaan hygiene pribadi yang baik, sedangkan
kebisaan ini sendiri merupakan perilaku yang harus dibiasakan oleh
setiap individu, untuk itu dalam hal ini perawat mempunyai peranan
penting

untuk

mendidik

masyarakat

khususnya

remaja

tentang

pentingnya hygiene pribadi yang baik untuk mencegah terjadinya
leukorea yang patologis (Dianis, 2010).
Jumlah remaja usia 10-24 tahun di Jawa Barat tahun 2008 sudah
mencapai 11.662.000 orang. Jumlah remaja yang semakin meningkat
diikuti oleh permasalahan remaja yang semakin meluas terutama yang
terkait dengan kesehatan reproduksinya. Di Jawa Barat, tidak banyak
8

lembaga yang khusus menangani permasalahan kesehatan reproduksi
remaja apalagi mengikutsertakan layanan yang ramah remaja. Total
remaja yang dijangkau oleh 3 youth centre di Jawa Barat (Bandung,
Tasikmalaya dan Cirebon) dan program-program lainnya selama tahun
2007 – 2008 hanya 0.72 % dari total remaja usia 10-24 tahun di Jawa
Barat. Angka ini menggambarkan betapa kecilnya jumlah remaja yang
terpapar informasi dan layanan yang terkait dengan KRR (Mukaromah,
2009,

Situasi

Kesehatan

Reproduksi

Remaja

Jawa Barat,

¶

1,

http://mcrpkbi.wordpress.com/, diperoleh tanggal 27 Juni 2012).
Penelitian Afriani (2005, dalam Prasetyowati, 2009) yang dilakukan
di SMAN 1 Kota Salatiga diperoleh 76% remaja mengalami leukorea
normal, sedangkan 23% remaja mengalami leukorea tidak normal.
Sedangkan hasil penelitian Farah (2009) tentang kejadian leukorea pada
siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Jepara didapatkan dari 80 remaja terdapat
44 (62,5%) mengalami leukorea. Sebanyak 36 (52,5%) yang mengalami
leukorea karena tidak tahu cara membersihkan alat genitalianya dengan
baik dan benar.
Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat telah membentuk komisi
kesehatan reproduksi sebagai keberlanjutan dari kesepakatan nasional,
menerapkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dilaksanakan secara
terpadu, berkualitas, dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan
melalui paket pelayanan kesehatan reproduksi, tetapi tidak semua daerah
melakukannya.

Pemerintahan

Daerah

Kabupaten

Tasikmalaya

mengeluarkan sejumlah kebijakan yang selanjutnya dituangkan dalam
peraturan daerah, diantaranya kebijakan penyelenggaraan Kesehatan
9

Reproduksi untuk para remaja, sehingga remaja dapat menambah
wawasan tentang cara menjaga kesehatan reproduksinya (Yunike, 2010).
Secara geografis, Kota Garut terbagi menjadi tiga bagian yaitu
Garut Utara, Garut Kota dan Garut Selatan. Pada tahun 2010 jumlah
penduduk di Kota Garut mencapai 874.920 jiwa. Jumlah remaja wanita di
Kota Garut mencapai 108.701 jiwa. Pemerintahan Daerah Kabupaten
Garut belum memberikan penyuluhan ataupun mengadakan bimbingan
konseling mengenai kesehatan reproduksi pada kalangan remaja,
sehingga belum ditemukan data mengenai jumlah remaja di Kota Garut
yang mengalami infeksi genitalia (Badan Pusat Statistik Garut, 2010).
Dari berbagai bagian di wilayah Garut ini terdapat banyak SMA baik
yang negeri maupun swasta. Salah satu SMA yang di ambil sebagai
sampel penelitian dari berbagai wilayah Garut ini adalah SMAN 19 Garut
yang jaraknya mencapai 10km dari pusat kota kearah selatan.
Sedangkan untuk pembandingnya di ambil dari Garut Utara yaitu SMAN 1
Leuwigoong dan Garut Selatan yaitu SMA 1 Handayani Pameungpeuk.
Setelah dilakukan wawancara dari ketiga SMA ini, didapatkan hasil
bahwa setiap remaja yang dilakukan wawancara mengaku tidak tahu cara
menjaga dan merawat vaginanya dengan baik dan tidak tahu efek
samping dari penggunaan sabun antiseptik daun sirih dalam jangka waktu
yang panjang dan pemakaian yang berlebihan.
Adapun hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan
memberikan angket kepada masing-masing sampel di SMAN 19 Garut,
10

SMA 1 Leuwigoong dan SMA Handayani 1 Pameungpeuk, didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Hasil Studi Pendahuluan siswi yang Menggunakan
Sabun Antiseptik Daun Sirih dan Kejadian Leukorea di
Berbagai SMA di Kota Garut Tahun 2012
No
1
2
3

Letak
Wilayah

Nama
Sekolah

Garut
Utara
Garut
Kota

SMA 1
Leuwigoong
SMAN 19
Garut
SMA
Handayani 1
Pameungpe
uk

Garut
Selatan

Berdasarkan

Banyak
Respond
en

Jumlah
Pengguna Sabun
antiseptik
daunsirih

Jumlah
Pengguna
air biasa

Kejadian
leukorea
patologis

Kejadian
leukorea
normal

20 orang

10 orang

10 orang

11 orang

9 orang

20 orang

12 orang

8 orang

12 orang

8 orang

20 orang

9 orang

11 orang

8 orang

12 orang

tabel

diatas,

jumlah

responden

tertinggi

yang

menggunakan sabun antiseptik daun sirih adalah SMAN 19 Garut. Saat
ini tercatat jumlah siswa perempuan kelas X dan XI SMAN 19 Garut
tahun 2011/2012 yaitu sebanyak 230 siswa, yang terdiri dari siswa kelas
X 113 orang dan siswa kelas XI 117 orang. Siswa yang sekolah di SMA ini
belum mendapatkan informasi yang jelas tentang pentingnya menjaga
kebersihan vagina, sehingga siswa remaja wanita yang sekolah di SMA
ini dapat dengan mudah menggunakan berbagai macam produk untuk
membersihkan alat genitalianya.
Studi pendahuluan di SMAN 19 Garut ini dilakukan pada kelas XI
IPA dan XI IPS. Kelas XI IPA sebanyak 10 orang, kelas XI IPS sebanyak
10 orang dengan jumlah siswa 20 orang, didapatkan 12 orang (60%)
mengatakan setiap mandi menggunakan sabun antiseptik daun sirih
sebagai pembersih vaginanya dan mengalami leukorea yang berwarna
11

kuning dan berbau, sehingga mengalami gatal-gatal pada vaginanya.
Sementara 8 orang lainnya mengatakan tidak menggunakan sabun
antiseptik daun sirih untuk membersihkan vaginanya dan mengalami
leukorea berwarna bening dan tidak berbau. Siswa lain yang tidak
menggunakan

sabun

antiseptik

daun

sirih

mengatakan

hanya

menggunakan air biasa untuk mencuci vaginanya dan hanya mengalami
leukorea yang berwarna putih. Kebanyakan siswa ini malu untuk
mengungkapkan ketidaktahuannya tentang cara menjaga kebersihan
vaginanya, sehingga angka terjadinya leukorea akibat dari kesalahan
cara membersihkannya pun lebih tinggi di banding SMA lainnya.
Dari fenomena yang didapat, penulis tertarik untuk mengetahui
“Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Sabun Antiseptik Daun
Sirih dengan Kejadian Leukorea di SMAN 19 Garut”. Dengan demikian,
untuk meminimalkan keadaan tersebut, perawat perlu mengidentifikasi
pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih dan kejadian
leukorea sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti membuat
rumusan

masalah

sebagai

berikut:

“Bagaimanakah

hubungan

Pengetahuan Remaja Putri tentang Penggunaan Sabun Antiseptik Daun
Sirih dengan Kejadian leukorea di SMAN 19 Garut tahun 2012?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
12

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Remaja Putri tentang
Penggunaan Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian leukorea di
SMAN 19 Garut tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang
penggunaan sabun antiseptik daun sirih di SMAN 19 Garut tahun
2012.
b. Untuk mengetahui gambaran kejadian leukorea di SMAN 19 Garut
tahun 2012.
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang
penggunaan sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian leukorea di
SMAN 19 Garut tahun 2012.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan dalam kesehatan reproduksi tentang cara personal
hygiene yang baik.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
kesehatan

reproduksi

dalam

menentukan

banyaknya

kejadian

leukorea yang behubungan dengan penggunaan sabun antiseptik
daun sirih sebagai sabun pembersih vagina.
13

2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi kesehatan di masyarakat
Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
dapat menjadi data dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan program
kesehatan reproduksi remaja tentang kejadian leukorea yang
disebabkan karena penggunaan sabun antiseptik daun sirih yang
nantinya dapat berkembang menjadi penyakit infeksi genitalia.
b. Bagi institusi sekolah
Bagi institusi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengetahuan remaja putri tentang penggunaan sabun
antiseptik daun sirih terhadap pengetahuan Remaja tentang Sabun
Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian Leukorea sehingga mampu
menentukan risiko terjadinya leukorea pada remaja dan dapat
memotivasi supaya mampu melakukan personal hygiene yang lebih
baik.

More Related Content

What's hot

Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi pjj_kemenkes
 
Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaAbdi Budiman
 
Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaDyan Arshyl
 
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...BeliaLesmana
 
01 konsep kesehatan reproduksi
01 konsep kesehatan reproduksi01 konsep kesehatan reproduksi
01 konsep kesehatan reproduksiAbror Addahuri
 
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuansakuramochi
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi pjj_kemenkes
 
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...Operator Warnet Vast Raha
 
Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburanTingkat kesuburan
Tingkat kesuburanAya Ndutt
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppmartaagustinasirait
 
2 kebijajan dan strategi nasional f
2 kebijajan dan strategi nasional f2 kebijajan dan strategi nasional f
2 kebijajan dan strategi nasional fharry christama
 

What's hot (19)

3189
31893189
3189
 
Makalah iskes
Makalah iskesMakalah iskes
Makalah iskes
 
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
 
Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remaja
 
Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remaja
 
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
 
Jurnal firnando
Jurnal firnandoJurnal firnando
Jurnal firnando
 
01 konsep kesehatan reproduksi
01 konsep kesehatan reproduksi01 konsep kesehatan reproduksi
01 konsep kesehatan reproduksi
 
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
6_Aborsi dan Hak Kespro Perempuan
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
 
Hiv menurut usia
Hiv menurut usiaHiv menurut usia
Hiv menurut usia
 
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
 
Tugas kesehatan reproduksi
Tugas kesehatan reproduksi Tugas kesehatan reproduksi
Tugas kesehatan reproduksi
 
Keputihan
KeputihanKeputihan
Keputihan
 
Ppt pik remaja
Ppt pik remajaPpt pik remaja
Ppt pik remaja
 
Unsafe abortion 2
Unsafe abortion 2Unsafe abortion 2
Unsafe abortion 2
 
Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburanTingkat kesuburan
Tingkat kesuburan
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
 
2 kebijajan dan strategi nasional f
2 kebijajan dan strategi nasional f2 kebijajan dan strategi nasional f
2 kebijajan dan strategi nasional f
 

Viewers also liked (18)

Leaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhyaLeaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhya
 
Leaflet nutrisi anak sekolah2
Leaflet nutrisi anak sekolah2 Leaflet nutrisi anak sekolah2
Leaflet nutrisi anak sekolah2
 
Lampiran error correction model
Lampiran error correction modelLampiran error correction model
Lampiran error correction model
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Ibu bayi sehat
Ibu bayi sehatIbu bayi sehat
Ibu bayi sehat
 
Pijat bayi waty
Pijat bayi watyPijat bayi waty
Pijat bayi waty
 
Lea f let neng ocha
Lea f let neng ochaLea f let neng ocha
Lea f let neng ocha
 
Perawatan payudara
Perawatan payudaraPerawatan payudara
Perawatan payudara
 
Lampiran 1 jadwal
Lampiran 1 jadwalLampiran 1 jadwal
Lampiran 1 jadwal
 
Total bab
Total babTotal bab
Total bab
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Prsentasi seminar
Prsentasi seminarPrsentasi seminar
Prsentasi seminar
 
Bab ii verdana
Bab ii verdanaBab ii verdana
Bab ii verdana
 
Memandikan bayi haha
Memandikan bayi hahaMemandikan bayi haha
Memandikan bayi haha
 
Leaflet cara menyusui dengan benar
Leaflet cara menyusui dengan benarLeaflet cara menyusui dengan benar
Leaflet cara menyusui dengan benar
 
Persalinan
PersalinanPersalinan
Persalinan
 
Pengertian luka(leaflet)
Pengertian luka(leaflet)Pengertian luka(leaflet)
Pengertian luka(leaflet)
 
Leaflet senam hamil
Leaflet senam hamilLeaflet senam hamil
Leaflet senam hamil
 

Similar to Bab i

Riset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisRiset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisElla Ameliawati
 
PPT SeminarHasil.pptx
PPT SeminarHasil.pptxPPT SeminarHasil.pptx
PPT SeminarHasil.pptxlaborra
 
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docxGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docxjosen sembiring
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptHamiraMira2
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptEkoWijayanto9
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptelinfajarina
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptsalwatsania1
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptSitiFitriyah3
 
Masalah_Kespro_Remaja.ppt
Masalah_Kespro_Remaja.pptMasalah_Kespro_Remaja.ppt
Masalah_Kespro_Remaja.pptUlilMirajNizhar
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptNadelaAfif
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptDinarWulan1
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptJulfandi1
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptJennieBoboy
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptAyuNovitasari36
 
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docxMakalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docxzainulandri1
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahFelicia Dewi
 

Similar to Bab i (20)

Riset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisRiset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologis
 
PPT SeminarHasil.pptx
PPT SeminarHasil.pptxPPT SeminarHasil.pptx
PPT SeminarHasil.pptx
 
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docxGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah_Kespro_Remaja.ppt
Masalah_Kespro_Remaja.pptMasalah_Kespro_Remaja.ppt
Masalah_Kespro_Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Masalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.pptMasalah Kespro Remaja.ppt
Masalah Kespro Remaja.ppt
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
ppt kes remaja.pptx
ppt kes remaja.pptxppt kes remaja.pptx
ppt kes remaja.pptx
 
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docxMakalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
Makalah-Kesehatan-Reproduksi-wanita.docx
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
Jurnal kdk 4
Jurnal kdk 4Jurnal kdk 4
Jurnal kdk 4
 

More from Chenk Alie Patrician (20)

Senam hamil
Senam hamilSenam hamil
Senam hamil
 
Ibu bayi sehat
Ibu bayi sehatIbu bayi sehat
Ibu bayi sehat
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Senam nifas
Senam nifasSenam nifas
Senam nifas
 
Senam hamil
Senam hamilSenam hamil
Senam hamil
 
Memandikan bayi
Memandikan bayiMemandikan bayi
Memandikan bayi
 
Memandikan bayi haha
Memandikan bayi hahaMemandikan bayi haha
Memandikan bayi haha
 
Liflet payudara kel 7
Liflet payudara kel 7Liflet payudara kel 7
Liflet payudara kel 7
 
Leaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhyaLeaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhya
 
Leaflet senam hamil
Leaflet senam hamilLeaflet senam hamil
Leaflet senam hamil
 
Leaflet pemeriksaan ibu hamil
Leaflet pemeriksaan ibu hamilLeaflet pemeriksaan ibu hamil
Leaflet pemeriksaan ibu hamil
 
Leaflet panduan pijat bayi cie
Leaflet panduan pijat bayi cieLeaflet panduan pijat bayi cie
Leaflet panduan pijat bayi cie
 
Leaflet imunisasi
Leaflet imunisasiLeaflet imunisasi
Leaflet imunisasi
 
Leaflet hamil berkualitas
Leaflet hamil berkualitasLeaflet hamil berkualitas
Leaflet hamil berkualitas
 
Leaflet bersalin
Leaflet bersalinLeaflet bersalin
Leaflet bersalin
 
Leaflet perawatan payudarah
Leaflet   perawatan payudarahLeaflet   perawatan payudarah
Leaflet perawatan payudarah
 
Ketidaknyamanan masa kehamilan
Ketidaknyamanan masa kehamilanKetidaknyamanan masa kehamilan
Ketidaknyamanan masa kehamilan
 
Kb kumplit
Kb kumplitKb kumplit
Kb kumplit
 
Kb k omplit
Kb k omplitKb k omplit
Kb k omplit
 

Bab i

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan menurut WHO merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Kesehatan menurut WHO ini mengandung 3 karakteristik, yaitu merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia, memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal, dan sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Menurut Undang-undang No. 36 pasal 1 tahun 2009, kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. International Conference on Population and Development / ICPD (Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan) bertujuan meningkatkan kualitas hidup bagi semua manusia di seluruh dunia yang menitikbertakan pada pemenuhan hak kesehatan reproduksi perempuan; dan Millenium Development Goals / MDGs (2000) merupakan tujuan dengan titik berat pada peranan perempuan yang akan dicapai pada 2015 (Jazila, 2008, CEDAW, ICPD, dan MDGs Melihat Hak Kesehatan Reproduksi, ¶ 1, www.ihap.or.id, diperoleh pada tanggal 7 Mei 2012). 1
  • 2. 2 Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah. Reproduksi sehat berarti perilaku individu yang berkaitan dengan fungsi dan proses reproduksi termasuk prilaku seksual yang sehat (Depkes RI, 2000). Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan status kehidupan dan hubungan-hubungan perorangan, dan bukan semata-mata konseling dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalaui hubungan seks (Harahap, 2003). Remaja di Indonesia mencakup seperempat dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia. Mengingat remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa maka remaja memiliki tugas perkembangan yang tidak mudah. Mereka harus mendapatkan identitas diri yang positif agar dapat berkembang sebagai dewasa muda yang sehat dan produktif. Dengan jumlah populasi yang mencapai seperempat penduduk di Indonesia maka permasalahan yang timbul akan menjadi sedemikian besarnya. Permasalahan utama yang timbul pada remaja adalah tentang kesehatan reproduksi ( Yunike, 2009).
  • 3. 3 Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia saat ini masih belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial (Departemen Kesehatan RI, 2001). Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh media masa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya. Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan vaginanya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja putri mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan vaginanya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus (Anonym, 2011, Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja, ¶ 1, http://repository.usu.ac.id/, diperoleh tanggal 26 Februari 2012). Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi khususnya kebersihan vagina salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Hal tersebut diperkuat oleh Mubarak (2011) bahwa pengetahuan merupakan domain yang berpengaruh dalam membentuk
  • 4. 4 perilaku seseorang. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green (1980, dalam Mubarak, 2011) bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Dari ketiga faktor tersebut, pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan demikian perilaku yang kurang baik dalam membersihkan genitalia disebabkan oleh pengetahuan yang kurang. Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting untuk remaja khususnya remaja putri karena pada saat usia remaja terjadi perkembangan yang sangat dinamis baik secara biologi maupun psikologi dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja seperti informasi yang di terima, orang tua, teman, orang terdekat, media massa dan seringnya diskusi (Putriani, 2010). Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Sehingga kondisi mereka dikatakan masih labil. Hal ini terbukti dengan kejadian mereka yang mudah tergoda dengan segala macam hal yang baru. Banyak remaja khususnya remaja putri yang tidak percaya diri dengan daerah pribadi mereka. Sehingga memilih untuk menggunakan berbagai macam produk yang ditawarkan tanpa mengetahui lebih lanjut resiko yang akan terjadi (Sugata, 2010, remaja, ¶ 3, http://scribd.com, diperoleh pada tanggal 27 Februari 2012). Diantara produk-produk yang ditawarkan kepada para remaja ini tentunya dari berbagai merk. Namun isi dari produk tersebut salah satunya adalah daun sirih yang telah diolah menjadi sabun antiseptik
  • 5. 5 untuk pembersih vagina yang telah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti stelechocarpus burahol, gambir, pinang, kencur ekstrak dan sebagainya. Karena sabun antiseptik daun sirih ini berbagai macam merk,sehingga kandungannya pun berbeda. Sabun antiseptik daun sirih adalah sabun dari daun sirih yang memiliki kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antiseptik. Minyak atsiri daun sirih mengandung fenol dan kavinol. Fenol yang dihasilkan dari ekstrak daun sirih merupakan senyawa golongan alkohol, yang memiliki daya antiseptik lima kali lebih lama dari pada senyawa fenol biasa (Dalimartha, 2006). Sabun antiseptik daun sirih ini dapat digunakan sebagai antiseptik, tetapi apabila penggunaannya berlebihan dapat meningkatkan keasaman vagina. Dampaknya, kuman jahat hidup subur, jamur salah satunya. Vagina yang terserang jamur candida memiliki ciri-ciri leukorea seperti susu pecah, gatal, dan terasa perih saat kencing. Secara alamiah dalam setiap vagina terdapat bakteri baik (flora normal vagina). Bakteri baik itu berfungsi mengusir kuman yang merugikan. Pemakaian sabun vagina berlebihan justru membunuh bakteri baik yang kemudian mempermudah kuman masuk ke vagina (Ilmiah, 2011). Leukorea (keputihan) merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Leukorea seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, leukorea bisa jadi indikasi adanya penyakit. Leukorea yang fisiologis terjadi pada saat seorang perempuan
  • 6. 6 terangsang sistem birahinya menjelang menstruasi, sesudah menstruasi, atau ditengah-tengah siklus, jumlahnya tidak begitu banyak, berwarna jernih, putih (kadang-kadang meninggalkan bekas kuning di celana dalam), tidak berbau dan tidak disertai keluhan seperti gatal, nyeri, bengkak pada alat kelamin. Kebanyakan leukorea yang berbau dan warnanya kuning harus diwaspadai karena beresiko timbulnya penyakit atau infeksi genitalia (Wahyudi, 2002). Para remaja harus waspada terhadap gejala leukorea. Kejadian leukorea akibat kesalahan cara perawatan vagina dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan akan menimbulkan berbagai penyakit infeksi genitalia diantaranya vulvitis (infeksi vulva), vaginitis kandidiasi (leukorea kental bergumpal dan terasa sangat gatal), servisitis dan endometritis (infeksi pada lapisan dalam dari rahim) (Manuaba, 2009). Menurut Kusmanto (2012), leukorea dapat disebabkan karena penggunaan antiseptik yang berlebihan. Antiseptik tersebut dapat menyebabkan populasi bakteri di daerah vagina bisa ikut mati. Selain itu, kebiasaan menggunakan produk pencuci kewanitaan yang berlebihan dapat meningkatkan keasaman daerah vagina. Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan 3 dari 4 wanita di sana pernah mengalami keputihan akibat penggunaan sabun pembersih vagina yang berlebihan (Anonym, 2012, penyebab penggunaan antiseptik berlebihan terhadap leukorea, ¶ 4, http://indonesiaindonesia.com, diperoleh tanggal 14 maret 2012).
  • 7. 7 Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami leukorea paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya mengalami leukorea sebanyak 2 kali atau lebih (Medica holistik, 2008). Di Indonesia kejadian leukorea semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002, 50% wanita Indonesia pernah mengalami leukorea, kemudian pada tahun 2003 60% wanita pernah mengalami leukorea, sedangkan pada tahun 2004, hampir 70% wanita di Indonesia pernah mengalami leukorea setidaknya sekali dalam hidupnya (Prasetyowati, 2009). Di Indonesia kejadian leukorea lebih tinggi yaitu mencapai 70% remaja mengalami leukorea yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja, karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab leukorea. Kondisi seperti ini bisa dicegah dengan kebiasaan hygiene pribadi yang baik, sedangkan kebisaan ini sendiri merupakan perilaku yang harus dibiasakan oleh setiap individu, untuk itu dalam hal ini perawat mempunyai peranan penting untuk mendidik masyarakat khususnya remaja tentang pentingnya hygiene pribadi yang baik untuk mencegah terjadinya leukorea yang patologis (Dianis, 2010). Jumlah remaja usia 10-24 tahun di Jawa Barat tahun 2008 sudah mencapai 11.662.000 orang. Jumlah remaja yang semakin meningkat diikuti oleh permasalahan remaja yang semakin meluas terutama yang terkait dengan kesehatan reproduksinya. Di Jawa Barat, tidak banyak
  • 8. 8 lembaga yang khusus menangani permasalahan kesehatan reproduksi remaja apalagi mengikutsertakan layanan yang ramah remaja. Total remaja yang dijangkau oleh 3 youth centre di Jawa Barat (Bandung, Tasikmalaya dan Cirebon) dan program-program lainnya selama tahun 2007 – 2008 hanya 0.72 % dari total remaja usia 10-24 tahun di Jawa Barat. Angka ini menggambarkan betapa kecilnya jumlah remaja yang terpapar informasi dan layanan yang terkait dengan KRR (Mukaromah, 2009, Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja Jawa Barat, ¶ 1, http://mcrpkbi.wordpress.com/, diperoleh tanggal 27 Juni 2012). Penelitian Afriani (2005, dalam Prasetyowati, 2009) yang dilakukan di SMAN 1 Kota Salatiga diperoleh 76% remaja mengalami leukorea normal, sedangkan 23% remaja mengalami leukorea tidak normal. Sedangkan hasil penelitian Farah (2009) tentang kejadian leukorea pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Jepara didapatkan dari 80 remaja terdapat 44 (62,5%) mengalami leukorea. Sebanyak 36 (52,5%) yang mengalami leukorea karena tidak tahu cara membersihkan alat genitalianya dengan baik dan benar. Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat telah membentuk komisi kesehatan reproduksi sebagai keberlanjutan dari kesepakatan nasional, menerapkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dilaksanakan secara terpadu, berkualitas, dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan melalui paket pelayanan kesehatan reproduksi, tetapi tidak semua daerah melakukannya. Pemerintahan Daerah Kabupaten Tasikmalaya mengeluarkan sejumlah kebijakan yang selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah, diantaranya kebijakan penyelenggaraan Kesehatan
  • 9. 9 Reproduksi untuk para remaja, sehingga remaja dapat menambah wawasan tentang cara menjaga kesehatan reproduksinya (Yunike, 2010). Secara geografis, Kota Garut terbagi menjadi tiga bagian yaitu Garut Utara, Garut Kota dan Garut Selatan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kota Garut mencapai 874.920 jiwa. Jumlah remaja wanita di Kota Garut mencapai 108.701 jiwa. Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut belum memberikan penyuluhan ataupun mengadakan bimbingan konseling mengenai kesehatan reproduksi pada kalangan remaja, sehingga belum ditemukan data mengenai jumlah remaja di Kota Garut yang mengalami infeksi genitalia (Badan Pusat Statistik Garut, 2010). Dari berbagai bagian di wilayah Garut ini terdapat banyak SMA baik yang negeri maupun swasta. Salah satu SMA yang di ambil sebagai sampel penelitian dari berbagai wilayah Garut ini adalah SMAN 19 Garut yang jaraknya mencapai 10km dari pusat kota kearah selatan. Sedangkan untuk pembandingnya di ambil dari Garut Utara yaitu SMAN 1 Leuwigoong dan Garut Selatan yaitu SMA 1 Handayani Pameungpeuk. Setelah dilakukan wawancara dari ketiga SMA ini, didapatkan hasil bahwa setiap remaja yang dilakukan wawancara mengaku tidak tahu cara menjaga dan merawat vaginanya dengan baik dan tidak tahu efek samping dari penggunaan sabun antiseptik daun sirih dalam jangka waktu yang panjang dan pemakaian yang berlebihan. Adapun hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan memberikan angket kepada masing-masing sampel di SMAN 19 Garut,
  • 10. 10 SMA 1 Leuwigoong dan SMA Handayani 1 Pameungpeuk, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1.1 Data Hasil Studi Pendahuluan siswi yang Menggunakan Sabun Antiseptik Daun Sirih dan Kejadian Leukorea di Berbagai SMA di Kota Garut Tahun 2012 No 1 2 3 Letak Wilayah Nama Sekolah Garut Utara Garut Kota SMA 1 Leuwigoong SMAN 19 Garut SMA Handayani 1 Pameungpe uk Garut Selatan Berdasarkan Banyak Respond en Jumlah Pengguna Sabun antiseptik daunsirih Jumlah Pengguna air biasa Kejadian leukorea patologis Kejadian leukorea normal 20 orang 10 orang 10 orang 11 orang 9 orang 20 orang 12 orang 8 orang 12 orang 8 orang 20 orang 9 orang 11 orang 8 orang 12 orang tabel diatas, jumlah responden tertinggi yang menggunakan sabun antiseptik daun sirih adalah SMAN 19 Garut. Saat ini tercatat jumlah siswa perempuan kelas X dan XI SMAN 19 Garut tahun 2011/2012 yaitu sebanyak 230 siswa, yang terdiri dari siswa kelas X 113 orang dan siswa kelas XI 117 orang. Siswa yang sekolah di SMA ini belum mendapatkan informasi yang jelas tentang pentingnya menjaga kebersihan vagina, sehingga siswa remaja wanita yang sekolah di SMA ini dapat dengan mudah menggunakan berbagai macam produk untuk membersihkan alat genitalianya. Studi pendahuluan di SMAN 19 Garut ini dilakukan pada kelas XI IPA dan XI IPS. Kelas XI IPA sebanyak 10 orang, kelas XI IPS sebanyak 10 orang dengan jumlah siswa 20 orang, didapatkan 12 orang (60%) mengatakan setiap mandi menggunakan sabun antiseptik daun sirih sebagai pembersih vaginanya dan mengalami leukorea yang berwarna
  • 11. 11 kuning dan berbau, sehingga mengalami gatal-gatal pada vaginanya. Sementara 8 orang lainnya mengatakan tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih untuk membersihkan vaginanya dan mengalami leukorea berwarna bening dan tidak berbau. Siswa lain yang tidak menggunakan sabun antiseptik daun sirih mengatakan hanya menggunakan air biasa untuk mencuci vaginanya dan hanya mengalami leukorea yang berwarna putih. Kebanyakan siswa ini malu untuk mengungkapkan ketidaktahuannya tentang cara menjaga kebersihan vaginanya, sehingga angka terjadinya leukorea akibat dari kesalahan cara membersihkannya pun lebih tinggi di banding SMA lainnya. Dari fenomena yang didapat, penulis tertarik untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian Leukorea di SMAN 19 Garut”. Dengan demikian, untuk meminimalkan keadaan tersebut, perawat perlu mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih dan kejadian leukorea sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Penggunaan Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian leukorea di SMAN 19 Garut tahun 2012?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum
  • 12. 12 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Remaja Putri tentang Penggunaan Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian leukorea di SMAN 19 Garut tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang penggunaan sabun antiseptik daun sirih di SMAN 19 Garut tahun 2012. b. Untuk mengetahui gambaran kejadian leukorea di SMAN 19 Garut tahun 2012. c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang penggunaan sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian leukorea di SMAN 19 Garut tahun 2012. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dalam kesehatan reproduksi tentang cara personal hygiene yang baik. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu kesehatan reproduksi dalam menentukan banyaknya kejadian leukorea yang behubungan dengan penggunaan sabun antiseptik daun sirih sebagai sabun pembersih vagina.
  • 13. 13 2. Manfaat Praktis a. Bagi institusi kesehatan di masyarakat Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dapat menjadi data dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan program kesehatan reproduksi remaja tentang kejadian leukorea yang disebabkan karena penggunaan sabun antiseptik daun sirih yang nantinya dapat berkembang menjadi penyakit infeksi genitalia. b. Bagi institusi sekolah Bagi institusi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan remaja putri tentang penggunaan sabun antiseptik daun sirih terhadap pengetahuan Remaja tentang Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian Leukorea sehingga mampu menentukan risiko terjadinya leukorea pada remaja dan dapat memotivasi supaya mampu melakukan personal hygiene yang lebih baik.