Makalah ini membahas tentang kesehatan reproduksi yang mencakup konsep, sejarah, definisi, dan ruang lingkup kesehatan reproduksi. Konsep kesehatan reproduksi meliputi konferensi-konferensi internasional tentang hak reproduksi dan seksualitas. Sedangkan ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup seluruh siklus kehidupan manusia mulai dari konsepsi, bayi & anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia."
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI
1. MAKALAH
KESEHATAN REPRODUKSI
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Kesehatan Reproduksi dan KB
Dosen Pembimbing: Evi Susiyanti, S.ST, M. Kes
Disusun Oleh:
Kamilatul Khuriyah (10419010)
AKADEMI KEBIDANAN SAKINAH PASURUAN
Tahun Ajaran 2019/2020
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah
Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana Dengan judul “KESEHATAN
REPRODUKSI”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah
Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana sangat kami harapkan. Terima kasih.
Pasuruan, 19 September 2020
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1-2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 3
BAB II PEMBHASAN
2.1 Konsep Kesehatan Reproduksi....................................................................................4-11
2.2 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja................................................................... 11-16
2.3 Masalah-masalah kesehatan reproduksi......................................................................17-33
2.4 Isu-Isu Kesehatan Reproduksi Remaja.......................................................................33-43
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 44
3.2 Saran........................................................................................................................... 45
LATIHAN SOAL.............................................................................................................46-50
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 51
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di tingkat internasional (ICPD Kairo,1994) telah disepakati definisi kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dengan adanya definisi tersebut
maka setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk memperoleh
penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara
yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya, seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi
anak, kesehatan remaja dan lain-lain, perlu dijamin.
Indonesia sebagai salah satu negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan
global tersebut telah menindaklanjuti dengan berbagai kegiatan. Luasnya ruang lingkup
kesehatan reproduksi menuntut penanganan secara lintas program dan lintas sektor
serta keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profesi dan semua
pihak yang terkait. Saratnya aspek sosial budaya dalam kesehatan reproduksi juga
menuntut perlunya adaptasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia.
Aspek hak dan kesehatan reproduksi sangat luas, karena hak dan kesehatan
reproduksi menyangkut seluruh siklus kehidupan manusia selama hidupnya, yaitu
mulai dari kehamilan, kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa sampai dengan
masa usia lanjut. Selain panjangnya rentang usia masalah kesehatan reproduksi juga
sangat kompleks, mulai dari masalah kehamilan dan persalinan, penyakit-penyakit
menular seksual dan penyakit degeneratif. Bila dilihat faktor penyebab yang melatar
belakang juga bermacam-macam, mulai dari masalah pendidikan, kesehatan, agama,
sosial budaya dimana termasuk didalamnya masalah ketidak setaraan gender dalam
keluarga dan masyarakat.
Kesehatan reproduksi merupakan suatu hak asasi manusia yang, seperti semua
hak asasi manusia lainnya. Guna mewujudkan hak tersebut, wanita yang terkena dampak
harus memiliki akses ke informasi dan layanan kesehatan reproduksi komprehensif
sehingga mereka bebas membuat pilihan berdasarkan informasi terkait kesehatan
serta kesejahteraan mereka.
5. 2
Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menjadi masalah global termasuk
di Indonesia. Risiko penularan infeksi menular seksual dan HIV-AIDS masih
kurang disadari oleh kelompok berisiko, ditambah kesadaran yang rendah untuk
memeriksakan HIV sehingga masih banyak kasus AIDS yang ditemukan pada stadium
lanjut di rumah sakit. Infeksi menular seksual merupakan salah satu penyebab masalah
kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu
masuk HIV. Keberadaan infeksi menular seksual telah menimbulkan pengaruh besar
dalam pengendalian HIVAIDS. Pada saat yang sama, timbul peningkatan kejadian
resistensi kuman penyebab infeksi menular seksual terhadap beberapa antimikroba, yang
akan menambah masalah dalam pengobatan infeksi menular seksual.
Perempuan secara langsung menunjuk kepada salah satu dari dua jenis kelamin,
yang dalam kehidupan sosial selalu dinilai sebagai the other sex yang sangat menentukan
mode representasi sosial yang tampak dari pengaturan status dan peran perempuan.
Subordinasi, diskriminasi, atau marginalisasi perempuan yang muncul kemudian
menunjukkan bahwa perempuan menjadi the second sex seperti juga sering disebut
sebagai “warga kelas dua” yang keberadaannya tidak begitu diperhitungkan. Dikotomi
nature dan culture, misalnya telah digunakan untuk menunjukkan pemisahan dan
stratifikasi di antara dua jenis kelamin ini, yang menyebabkan perempuan menjadi
objek. Pemisahan itu telah menyebabkan pengingkaran pengingkaran terhadap hak
perempuan dalam berbagai bidang kehidupan sosial. Pengingkaran ini telah menjadi ciri
dasar dalam konstruksi laki-laki dan perempuan dalam berbagai bentuk.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Kesehatan Reproduksi?
2. Bagaimana Konsep Kesehatan Remaja?
3. Bagaimana Masalah Masalah Yang Ada Dalam Kesehatan Reproduksi?
4. Bagaimana isu-isu ysang terjadi dalam kesehatan reproduksi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Kesehatan Reproduksi?
2. Mengetahui Konsep Kesehatan Remaja?
3. Mengetahui Masalah Masalah Yang Ada Dalam Kesehatan Reproduksi?
4. Mengetahui Isu-Isu Ysang Terjadi Dalam Kesehatan Reproduksi
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kesehatan Reproduksi
a. Sejarah Kesehatan Reproduksi
Pada tahun 1990 an mulai muncul pandangan baru, mengenai seksualitasdan
kesehatan reproduksi perempuan dan hal asasi manusia dalam HAM. Hal ini ditandai
dengan terselenggarnya beberapa konferensi internasional yang membahas tersebut
(wallsam 1997), diantaranya:
1. Konferensi WINA (1993)
Mendiskusikan HAM dalamperspektif gender serta isu-isu controversial
mengenai hak hak reproduksi dan seksuaal. Deklarasi dan platform aksi Wina
menyebutkan bahwa “hak asasi manusia dan anak perempuan adalah mutlak, terpadu
dan merupakan bagian dari HAM (Wallstam 1997)
2. ICPD Kairo 1994
Menghasilkan kebijakan program kependudukan (program aksi 20 tahun) yang
menyerukan agar setiap negara meningkatkan status kesehatan, pendidikan dan hak
individu khususnya perempuan dan anak, mengintegrasikan program KB kedalam
agenda kesehatan perempuan yang lebih luas. Bagian terpenting dari program
tersebut adalah pelayanan KR menyeluruh yang memasukkan KB, pelayananan
kehamilan dan persalinan yang aman, pencegahan dan pengobatan infeksi menular
seksual/ IMS, informasi dan konseling seksualitas serta pelayanan kesehatan
perempuan mendasar lainnya. Termasuk penghapusan bentuk bentuk kekerasan
terhadap perempuan seperti sunat perempuan dan berbagai bentuk kekerasaan
lainnya (Wallstam 1997).
3. Konferensi Perempuan se dunia ke empat di Beijing /FWCW 1995
Deklarasi dan Flatform Aksi Beijing (Fourth World Conference on Women) 4-15
September 1995, yang di adopsi oleh perwakilan dari 189 negara mencerminkan
komitmen internasional terhadap tujuan kesetaraan , pengembangan dan perdamaian
bagi seluruh perempuan di dunia. Platform tersebut terdiri enam bab
,mengidentifikasi 12 area kritis kepedulian yang di anggap sebagai penghambat
utama kemajuan kaum perempuan yaitu :
7. 4
a. Kemiskinan. Jumlah perempuan yang hidup dalam kemiskinan lebih banyak
dibandingkan laki laki karena terbatasnya akses perempuan terhadap sumber
ekonominya.
b. Pendidikan dan pelatihan. Pendidikan merupakan HAM dan sarana penting untuk
mencapai kesetaraan ,pengembangan dan perdamaian.
c. Kesehatan. Kesehatan perempuan mencakup kesejahteraan fisik dan emosi mereka
yang tidak hanya dipengaruhi oleh konteks sosial, politik dan ekonomi.
d. Kekerasan. Perempuan dan anak perempuan merupakan subyek kekerasan fisik,
seksual dan psikologis yang terjadi tanpa dibatasi oleh status social ekonomi dan
budayanya baik di kehidupan pribadi maupun masyarakat.
e. Konflik Bersenjata. Selama konflik besenjata ,perkosaan merupakan cara untuk
memusnahkan kelompok masyarakat.
f. Ekonomi. Perempuan jarang di libatkan dalam pengambilan keputusan ekonomi
dan sering diperlakukan secara tidak layak seperti gaji rendah ,kondisi kerja yang
tidak memadai dan terbatas nya kesempatan kerja profesional.
g. Pengambilan keputusan. Keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan
belum mencapai target 30 persen di hampir semua tingkatan pemerintah
,sebagaimana ditetapkan oleh Lembaga social dan ekonomi PBB tahun 1995.
h. Mekanisme Institusional. Perempuan sering terpinggirkan dalam struktur
kepemerintahan nasioanl, seperti tidak memiliki mandat yang jelas , keterbatasan
sumber daya dan dukungan dari para politis nasional.
i. Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia bersifat universal. Dinikmatinya hak
tersebut secara penuh dan setara oleh perempuan dan anak perempuan merupakan
kewajiban pemerintah dan PBB dalam mencapai kemajuan perempuan.
j. Media, Media masih terus menonjolkan gambaran yang negative dan merendahkan
perempuan , misalnya menampilkan kekerasan, pelecehan dan paornografi yang
berdampak buruk bagi perempuan.
k. Lingkungan, Perusakan alam menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan
,kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat terutama terhadap perempuan di
segala usia.
l. Deskriminas, Deskriminasi sudah di alami sejak awal kehidupannya. Perilaku dan
praktik praktik yang berbahaya menyebabkan banyaknya anak perempuan tidak
mampu bertahan hidup hinnga usia dewasa.
8. 5
b. Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial secara
utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan
dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan
social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berkaitan dengan system reproduksi dan fungsi serta proses (ICPD, 1994).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan
serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual
dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan
alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan
persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother
Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba,
1998).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang
aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).
c. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia
sejak lahir sampai mati (life cycle approach) agar di peroleh sasaran yang pasti dan
komponen pelayanan yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas
dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dan bertumpu pada program
pelayanan yang tersedia.
1. Konsepsi
Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan, Pelayanan ANC,
persalinan, nifas dan BBL yang aman.
9. 6
2. Bayi dan Anak
PemberianASI eksklusif dan penyapihan yang layak, an pemberian makanan
dengan gizi seimbang, Imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Pencegahan dan penanggulangan
kekerasan pada anak, Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
yang sama pada anak laki-laki dan anak perempuan.
3. Remaja
Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi yang adequate,
Pencegahan kekerasan sosial, Mencegah ketergantungan NAPZA, Perkawinan
usia yang wajar, Pendidikan dan peningkatan keterampilan, Peningkatan
penghargaan diri,. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancam
4. Usia Subur
Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman, Pencegahan
kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, Menggunakan kontrasepsi untuk
mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan, Pencegahan terhadap PMS atau
HIV/AIDS, Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, Pencegahan
penanggulangan masalah aborsi, Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim,
Pencegahan dan manajemen infertilitas.
5. Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap kemungkinan
penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan metabolisme tubuh, gangguan
morbilitas dan osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi secara “lebih luas“,menurut ICPD (1994)
meliputi 10 hal, yaitu: 1) kesehatan ibu dan bayi baru lahir, 2) keluarga berencana, 3)
pencegahan dan penanganan infertilitas, 4) pencegahan dan penanganan komplikasi
keguguran, 5) pencegahan dan penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), Infeksi
Menular Seksual (IMS), dan HIV AIDS, 6) kesehatan seksual, 7) kekerasan seksual, 8)
deteksi dini untuk kanker payudara dan kanker serviks, 9) kesehatan reproduksi remaja,
serta 10) kesehatan reproduksi lanjut usia dan pencegahan praktik yang membahayakan
seperti Female Genital Mutilation (FGM).
Sejalan dengan kesepakatan internasional tersebut, kebijakan kesehatan reproduksi
memiliki peran yang sangat penting, salah satunya dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan. Mengingat dewasa ini, Indonesia masih menghadapi berbagai
10. 7
permasalahan terkait kesehatan reproduksi, yang dapat dilihat melalui indikator Angka
Kematian Ibu (AKI), Total Fertility Rate (TFR), unmet need ber-KB, kehamilan remaja,
dan sebagainya.
d. Komponen Kesehatan Reproduksi
Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak
Peristiwa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan kurun kehidupan wanita
yang paling tinggi resikonya karena dapat membawa kematian, makna kematian
seorang ibu bukan hanya satu anggota keluarga tetapi hilangnya kehidupan sebuah
keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah tangga, ibu dari anak-anak yang
dilahirkan, istri dari suami, anak bagi seorang ibu yang melahirkan, ataupun tulang
punggung bagi sebuah keluarga, semua sulit untuk digantikan. Tindakan untuk
mengurangi terjadinya kematian ibu karena kehamilan dan persalinan, harus
dilakukan pemantauan sejak dini agar dapat mengambil tindakan yang cepat dan
tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan darurat.
Informasi akurat perlu diberikan atas ketidak tahuan bahwa hubungan seks
yang dilakukan, akan mengakibatkan kehamilan, dan bahwa tanpa menggunakan
kotrasepsi kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi, bila jalan keluar yang
ditempuh dengan melakukan pengguguran maka hal ini akan mengancam jiwa ibu
tersebut.
2. Komponen Keluarga Berencana
Komponen ini penting karena Indonesia menempati urutan keempat dengan
jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Indonesia diprediksi akan mendapat
“bonus demografi“ yaitu bonus yang dinikmati oleh suatu Negara sebagai akibat dari
besarnya proporsi penduduk produktif (rentang 15–64 tahun) dalam evolusi
kependudukan yang akan dialami dan diperkirakan terjadi pada tahun 2020–2030.
Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya masalah tersebut pemerintah
mempersiapkan kondisi ini dengan Program Keluarga Berencana yang ditujukan
pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu dan kesejahteraan keluarga. Calon suami-
istri agar merencanakan hidup berkeluarga atas dasar cinta kasih, serta
pertimbangan rasional tentang masa depan yang baik bagi kehidupan suami istri
dan anak-anak mereka dikemudian hari.
11. 8
Keluarga berencana bukan hanya sebagai upaya/strategi kependudukan dalam
menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan
tetapi juga merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya meningkatan
kesehatan ibu melalui pengaturan kapan ingin mempunyai anak, mengatur jarak
anak dan merencanakan jumlah kelahiran nantinya. Sehingga seorang ibu
mempunyai kesempatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraan dirinya. Pelayanan yang berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan
lebih memperhatikan pandangan klien terhadap pelayanan kesehatan yang ada.
3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
termasuk Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS.
Pencegahan dan penanganan infeksi ditujukan pada penyakit dan gangguan yang
berdampak pada saluran reproduksi. Baik yang disebabkan penyakit infeksi yang non
PMS. Seperti Tuberculosis, Malaria, Filariasis, maupun infeksi yang tergolong
penyakit menular seksual, seperti gonorhoea, sifilis, herpes genital, chlamydia,
ataupun kondisi infeksi yang mengakibatkan infeksi rongga panggul (pelvic
inflammatory diseases/PID) seperti penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) yang tidak steril. Semua contoh penyakit tersebut bila tidak mendapatkan
penanganan yang baik dapat berakibat seumur hidup pada wanita maupun pria, yaitu
misalnya kemandulan, hal ini akan menurunkan kualitas hidup wanita maupun pria.
4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu
diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu
relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan
berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik mampu
melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat mempertanggung jawabkan
akibat dari proses reproduksi tersebut.Informasi dan penyuluhan, konseling dan
pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi
remaja ini. Selain itu lingkungan keluarga dan masyarakat harus ikut peduli dengan
kondisi remaja ini sehingga dapat membantu memberikan jalan keluar bila remaja
mengalami masalah tidak malah di salahkan, tetapi perlu diarahkan dan dicarikan
jalan keluar yang baik dengan mengenalkan tempat–tempat pelayanan
12. 9
kesehatan reproduksi remaja untuk mendapatkan konseling ataupun pelayanan klinis
sehingga remaja masih dapat melanjutkan kehidupanya.
5. Komponen Usia Lanjut
Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan
peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir
kurun usia reproduksi (menopouse/andropause). Upaya pencegahan dapat dilakukan
melalui skrining keganasan organ reproduksi misalnya kanker rahim pada wanita,
kanker prostat pada pria serta pencegahan defesiensi hormonal dan akibatnya seperti
kerapuhan tulang dan lain-lain.
e. Hak–Hak Kesehatan Reproduksi
Hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang melekat pada
manusia sejak lahir dan dilindungi keberadaannya. Sehingga pengekangan terhadap hak
reproduksi berarti pengekangan terhadap hak azasi manusia. Selain itu orang tidak boleh
mendapatkan perlakuan diskriminatif berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena
ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan kebangsaannya.
Dibawah ini diuraikan hak-hak Kesehatan Reproduksi.
1. Hak Kesehatan Reproduksi (ICPD CAIRO 1994)
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
b. Hak mendapat pelayanan dan kesehatan reproduksi.
c. Hak untuk kebebasan berfikir dan membuat keputusan tentang kesehatan
reproduksinya.
d. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak.
e. Hak untuk hidup dan terbebas dari resiko kematian karena kehamilan, kelahiran
karena masalah gender.
f. Hak atas kebebasan dan pelayanan dalam pelayanan kesehatan reproduksi.
g. Hak untuk bebas dari penganiayan dan perlakuan buruk yang menyangkut
kesehatan reproduksi.
h. Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan reproduksi.
i. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan dalam
reproduksisnya.
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
k. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam berpolitik yang bernuansa
13. 10
kesehatan reproduksi.
l. Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan reproduksi
Diatas telah dijelaskan hak-hak reproduksi menurut ICPD tahun 1994, sedangkan
2. Hak– Hak Kesehatan Reproduksi menurut Depkes RI (2002)
a. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi
yang terbaik..
b. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai
individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang
seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan
tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah
kesehatan reproduksi.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak
melawan hukum.
d. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
e. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang
didasari penghargaan.
f. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi
yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
g. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam
menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
h. Tiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,
lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
i. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah yang
tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang menginginkan
pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya terpenuhi.
j. Hukumdan kebijakann harus dibuat dan dijalankan untuk mencegah
diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan sekualitas
dan masalah reproduksi
14. 11
k. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun
dukungan atas hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi.
l. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini
diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates Worldwide.
2.2 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja
Beberapa definisi remaja yang dapat dijadikan acuan yaitu sebagai berikut
(Soetjiningsih, 2010):
a. Pediatric. Bila seorang anak sudah mencapai umur 10-18 tahun untuk
anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
b. UU no. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Bila belum mencapai 21 tahun dan
belum menikah.
c. UU perburuhan. Jika telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal.
d. UU perkawinan No. 1 tahun 1974. Bila telah matang untuk menikah yaitu
16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki.
e. Pendidikan Nasional. Bila berusia 18 tahun ssuai saat lulus sekolah menengah.
f. World Health Organization (WHO). Telah mencapai 16-18 tahun.
Tahapan usia remaja adalah sebagai berikut:
a. Remaja awal/dini (early adolescence): 11-13 tahun
b. Remaja pertengahan (middle adolescence): 14-16 tahun
c. Remaja lanjut (late adolescence): 17-20 tahun
Perubahan komposisi tubuh remaja pada masa pubertas adalah sebagai berikut
(Soetjiningsih, 2010):
a. Pada remaja perempuan, berat tanpa lemak menurun dari 80% menjadi 75%.
Sedangkan pada laki-laki meningkat dari 80% menjadi 85-90%.
b. Jaringan lemak meningkat pada remaja perempuan dan berkurang pada remaja laki-
laki.
c. Terjadi peningkatan lebar pelvis pada perempuan.
d. Otot skeletal berperan membentuk penampilan fisik luar terutama pada laki-laki karena
hormon androgen berperan sebagai stimulator hipertrofi otot skelet.
15. 12
e. Pada organ dalam, percepatan pertumbuhan jantung dan paru laki-laki dan perempuan
sama. Jantung dan paru menjadi besar secara absolute dan terkait ukuran tubuh.
f. Jumlah sel darah merah laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
g. Terjadi perubahan biokimia selama masa pubertas yang mencerminkan pertumbuhan
tulang.
1) Alasan Pelaksanaan Program KRR
Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi, seorang remaja sudah
dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan.
Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi
dengan aman secara fisik. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20–30
tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam. Misalnya, sebelum
wanita berusia20 tahun secar fisik kondisi organ reproduksi seperti rahim belum
cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu,
secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Seorang ibu
muda biasanya memiliki kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena
rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2005).
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal
kematangan organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex)
masalah kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan
terjangkitnya penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Remaja melakukan
hubungan seks dapat disebabkan antara lain tekanan pasangan, merasa sudah siap
melakukan hubungan seks, keinginan dicintai, keingintahuan tentang seks, keinginan
menjadi popular, tidak ingin diejek “masih perawan”, pengaruh media massa (tayangan
TV dan internet) yang menampakkan bahwa normal bagi remaja untuk melakukan
hubungan seks, serta paksaan dari orang lain untuk melakukan hubungan seks.
Pergaulan seks bebas berisiko besar mengarah pada terjadinya kehamilan tak
diinginkan (KTD) (PKBI, 1997).
Kehamilan tak diinginkan (KTD) terjadi karena beberapa faktor seperti faktor
sosio-demografik (kemiskinan, seksualitas aktif dan kegagalan dalampenggunaan
kontrasepsi, media massa), karakteristik keluarga yang kurangharmonis (hubungan
antar keluarga), status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan, ingin
mencoba-coba, kebutuhan akan perhatian), penggunaan dan penyalahgunaan obat-
16. 13
obatan. Selain itu kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar tentang proses
terjadinya kehamilan dan metode pencegahannya, kegagalan alat kontrasepsi, serta
dapat juga terjadi akibat tindak perkosaan (Affandi, 1997).
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) berdampak bukan hanya secara fisik, psikis
namun juga sosial. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon
dari dua pihak. Pertama, dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada
siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponnya dengan sangat
buruk dan berujung dengandikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Remaja
menjadi putus sekolah, kehilangan kesempatan bekerja dan berkarya dengan menjadi
orang tua tunggal dan menjalani pernikahan dini yang tidak terencana. Kedua, dari
lingkungan dimana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung
mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Akibatnya siswa akan kesulitan
beradaptasi secara psikologis, kesulitan berperan sebagai orang tua (tidak bisa mengurus
kehamilan dan bayinya), akhirnya berujung pada stress dan konflik, aborsi illegal yang
lebih lanjut berisiko mengakibatkan kematian ibu dan bayi (Affandi, 1997).
Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan
berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya
remaja yang mengidap HIV/AIDS. Dilihat dari jumlah pengidap dan peningkatan
jumlahnya dari waktu kewaktu, maka dewasa ini HIV (Human Immunodeficiency
Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) sudah dapat dianggap
sebagai ancaman hidup bagi masyarakat Indonesia (Admosuharto, 1993).
2) Struktur Anatomi Dan Fisiologi Organ Genitalia Laki-Laki
Organ genitalia laki-laki terbagi menjadi organ genitalia luar, dalam dan kelenjar
asesorius. Organ genitalia luar laki-laki adalah sebagai berikut (Sumiaty, 2011)
a. Penis, untuk meletakkan sperma ke dalam organ genitalia wanita dan untuk
mengeluarkan urin.
b. Skrotum, pembungkus buah zakar, berfungsi untuk thermoregulator.
Organ genitalia laki-laki bagian dalam adalah testis yang jumlahnya sepasang,
terletak di dalam skrotum. Fungsinya untuk menghasilkan hormon testosterone dan
memproduksi sperma. Sedangkan kelenjar asesorius laki- laki adalah (Sumiaty, 2011)
a. Epididimis. Fungsinya sebagai tempat pematangan sperma, bagian ekornya
untuk menyimpan sperma, mengeluarkan zat yang membuat suspensi cairan sperma
menjadi lebih encer dan sebagai transportasi sperma.
17. 14
b. Vesikula seminalis. Produksi zat kimia untuk suspensi cairan sperma.
c. Prostat. Mengandung zat untuk memelihara spermatozoa di luar tubuh.
d. Kelenjar cowper. Berfungsi untuk melicinkan uretra dan vagina saat koitus.
e. Kelenjar littre. Berfungsi untuk melicinkan uretra dan vagina saat koitus.
3) Struktur Anatomi Dan Fisiologi Organ Genitalia Wanita
Organ genitalia wanita terdiri dari organ genitalia luar dan dalam. Organ
genitalia luar terdiri dari (Mochtar, 1998):
a. Mons veneris: daerah yang menggunung di atas tulang kemaluan dan akan
ditumbuhi rambut kemaluan.
b. Bibir besar kemaluan: terdapat di kanan dan kiri, berbentuk lonjong, lanjutan
mons veneris.
c. Bibir kecil kemaluan: bagian dalam dari bibir besar.
d. Klitoris: identik dengan penis pada pria, sangat sensitif karena banyak
mengandung jaringan saraf.
e. Vulva: daerah yang dibatasi klitoris, bibir kecil kemaluan, dan perineum. f.
Introitus vagina: pintu masuk ke dalam vagina.
g. Selaput dara: selaput yang menutupi introitus vagina, dapat berbentuk semilunar,
tapisan atau fimbria.
h. Lubah kemih: tempat keluarnya air kemih, terletak di bawah klitoris.
i. Perineum: terletak di antara vulva dan anus.
Organ genitalia wanita bagian dalam terdiri dari (Mochtar, 1998):
a. Vagina. Saluran yang menghubungkan antara vulva dan rahim. Bentuk dinding
berlipat-lipat (rugae), panjangnya 8-10 cm. Fungsinya untuk mengalirkan darah
haid dan secret dari rahim, alat bersenggama, dan jalan lahir.
b. Rahim. Terletak antara kandung kemih dan dubur. Bagian rahim terdiri dari fundus
(bagian atas), korpus atau badan rahim dan leher rahim. Letak rahim dalam
posisi normal adalah menghadap depan (anterofleksi).
c. Saluran telur. Terdiri dari pars intersisialis yang menempel ke rahim, pars ismika
(bagian yang sempit), pars ampularis (bagian yang lebar, tempat terjadi
pembuahan), dan infundibulum atau fimbrae untuk menangkap sel telur. Fungsi
saluran telur adalah untuk menangkap dan membawa telur yang dilepaskan indung
telur, dan tempat terjadi pembuahan.
18. 15
d. Indung telur. Terdiri dari kiri dan kanan. Bagian-bagian indung telur adalah
bagian kulit sebagai tempat folikel dan bagian inti sebagai tempat pembuluh darah
dan serabut saraf.
4) Mekanisme Menstruasi
Wanita yang sehat dan tidak hamil akan rutin mengalami haid setiap bulannya.
Hormon-hormon yang berperan pada siklus haid adalah sebagai berikut (Mochtar,
1998):
a. FSH (follicle stimulating hormone), dihasilkan hipofisis anterior, berfungsi
untuk perkembangan folikel.
b. LH (luteinizing hormone), dihasilkan hipofisis anterior, berfungsi untuk
pematangan sel telur hingga ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
c. Estrogen, dihasilkan ovarium, berfungsi untuk menebalkan dinding rahim.
d. Progesteron, adalah hormon yang dihasilkan ovarium.
Proses menstruasi terkait dengan perkembangan folikel dan keseimbangan
hormon. Perkembangan folikel berawal dari folikel primer, dengan pengaruh FSH
akan menjadi folikel sekunder dan tersier. Jika sudah memiliki ruangan di dalam
folikel, disebut folikel de Graaf yang sudah matang. Ruangan tersebut berisi
hormon estrogen. Jika folikel de graaf sudah matang, telur yang ada di dalamnya
akan keluar. Sisa folikel akan menjadi korpus luteum yang akan memproduksi
progesterone (Mochtar, 1998).
19. 16
Perubahan hormon di otak dan ovarium sangat berperan dalam terjadinya siklus
haid. Sehingga faktor-faktor yang mengganggu keseimbangan hormon tersebut akan
mengganggu siklus haid yang dialami wanita tersebut (Mochtar, 1998).
5) Hormon yang Berperan pada Tumbuh Kembang Remaja
Pertumbuhan merupakan interaksi antara sistem endokrin dan sistem tulang.
Sistem endokrin atau hormon yang berperan dalam pertumbuhan antara lain
(Soetjiningsih, 2010):
a. Growth hormone (GH) atau somatotropin, mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan dengan mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ.
Hormon ini memberikan stimulasi lebih lanjut terhadap sel untuk berkembang biak.
b. Tiroksin, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dengan mengontrol
metabolisme dalam tubuh.
c. Insulin, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dengan menyebabkan sel otot
dan adiposit menyerap glukosa dari sirkulasi darah melalui transporter glukosa.
d. Kortikosteroid, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan melalui perubahan
lintasan metabolisme karbohidrat, protein dan lipid, serta modulasi keseimbangan
antara air dan cairan elektrolit tubuh; serta berdampak pada seluruh sistem
tubuh seperti sistem kardiovaskular, muskuloskeletal, saraf, kekebalan, dan fetal
termasuk mempengaruhi perkembangan dan kematangan paru pada masa janin.
e. Leptin, mempengaruhi komposisi tubuh dengan mengatur berat tubuh, fungsi
metabolisme dan reproduksi.
f. Paratiroid, mempengaruhi mineralisasi tulang melalui peningkatan resorpsi
kalsium dari tulang, peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal, peningkatan
absorbsi kalsium di saluran cerna oleh vitamin D.
g. 1,25-dihydroxy-vitamin D, mempengaruhi mineralisasi tulang, pro-
diferensiasi terhadap berbagai jenis sel tubuh.
h. Kalsitonin, mempengaruhi mineralisasi tulang dengan menghambat resorpsi
tulang.
Pada masa pubertas, hormon seks steroid dan hormon pertumbuhan berperan pada
pacu tumbuh pubertas. Pada akhir pacu tumbuh terjadi penutupan epifisis. Sedangkan
tingkat kematangan seksual (TKS) hormon seks steroid. Semua regulasi hormon
tersebut dipengaruhi oleh hipotalamus (Soetjiningsih, 2010).
20. 17
2.3 Masalah-Masalah Kesehatan Reproduksi
1. Infertilitas
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun
(Sarwono,497). Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639). Ketidaksuburan (infertil) adalah
suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah
melakukan hubungan seksual sebanyak 2–3 kali seminggu dalam kurun waktu 1
tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
1). Jenis Infertilitas
a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak
setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi
saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan
seksual sebanyak 2–3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi jenis apapun.
2) Etiologi
Walaupun pasangan suami istri dianggap infertile bukan tidak mungkin kondisi
infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut
dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan
lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi
adalah:
a. Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) kedalam organ
reproduksi istri
b. Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovarium). (Djuwantono,2008,2)
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil
penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian
21. 19
infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus
anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
3) Faktor Penyebab
a. Pada wanita
1) Gangguan organ reproduksi :
a) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan membunuh
sperma dan pengkerutan vagina
b) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks.
c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang.
d) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
e) Gangguan ovulasi, karena ketidakseimbangan hormonal Sehingga folikel
mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi
f) Kegagalan implantasi, wanita dengan kadar progesteron yang rendah
mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi.
g) Endometriosis
2) Faktor immunologis, apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu,
maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi
ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
3) Lingkungan, paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
b. Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria
yaitu:
1) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
2) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
3) Abnormalitas ereksi
4) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi
kimiawi
22. 19
5) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga
terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
6) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.
4. Faktor-Faktor Infertilitas Yang Sering Ditemukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat tergantung pada
keadaan local, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
a. Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang
sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates,
pembedahan atau cidera pada genital pria atau daerah inguinal, dan setiap paparan
terhadap timbel, cadmium,radiasi atau obat kematerapeutik.
b. Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami ovulasi,
terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya perubahan
payudara, kembung, dan perubahan suasana hati).
c. Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lendir encer
yang banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan
ejakulat semen.
d. Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae, pertengahan
segmen, atau pada istmus kornu.
e. Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka sebelumnya
pada 30 sampai 50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat diterangkan.
Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim.
6. Penatalaksanaan Infertilitas
a. Wanita
1) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
2) Pemberian terapi obat, seperti
3) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
23. 20
4) Terapi penggantian hormone
5) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
6) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
7) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
8) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
9) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
10) Pengangkatan tumor atau fibroid
11) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
b. Pria
1) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
2) Agen antimikroba
3) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
4) HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
5) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
6) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
7) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
8) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
9) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi.
10) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida.
24. 21
3. Seksual Trasmiled Deseases (STD)/ Infeksi menular Seksual (IMS)
a. Patogen Penyebab dan Jenis IMS yang Disebabkan
No. PATOGEN MANIFESTASI KLINIS DAN PENYAKIT YANG
DITIMBULKANInfeksi Bakteri
a. Neisseria gonorrhoeae GONORE
Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan
Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis,
bartolinitis, penyakitradang panggul, kemandulan,
ketuban pecah dini, perihepatitis
Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis, infeksi
gonokokus diseminata
Neonatus: konjungtivitis, kebutaan
b. Chlamydia trachomatis KLAMIDIOSIS (INFEKSI KLAMIDIA)
Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan
Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis,
penyakit radang panggul,
kemandulan, ketuban pecah dini, perihepatitis,
umumnya asimtomatik
Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis, sindrom
Reiter
Neonatus: konjungtivitis, pneumonia
c. Chlamydia trachomatis
(galur L1-L3)
LIMFOGRANULOMA VENEREUM
Laki-laki & perempuan: ulkus, bubo inguinalis, proktitis
d. Treponema pallidum SIFILIS
Laki-laki & perempuan: ulkus durum dengan
pembesaran kelenjar getah bening lokal, erupsi kulit,
kondiloma lata, kerusakan tulang, kardiovaskular dan
neurologis
Perempuan: abortus, bayi lahir mati, kelahiran prematur
Neonatus: lahir mati, sifilis kongenital
e. Haemophilus ducreyi CHANCROID (ULKUS MOLE)
Laki-laki & perempuan: ulkus genitalis yang nyeri,
dapat disertai dengan Bubof. Klebsiella
(Calymmatobacterium)
granulomatis
GRANULOMA INGUINALE (DONOVANOSIS)
Laki-laki & perempuan: pembengkakan kelenjar getah
bening dan lesi ulseratif didaerah inguinal, genitalia dan
anus.
g. Mycoplasma genitalium Laki-laki: duh tubuh uretra (uretritis non-gonore)
Perempuan: servisitis dan uretritis non-gonore, mungkin
penyakit radang Panggul
25. 22
h. Ureaplasma
urealyticum
Laki-laki: duh tubuh uretra (uretritis non-gonokokus)
Perempuan: servisitis dan uretritis non-gonokokus,
mungkin penyakit
radang panggul
INFEKSI VIRUS
i. Human
Immunedeficiency
Virus (HIV)
INFEKSI HIV / ACQUIRED
IMMUNEDEFICIENCY SYNDROME (AIDS) Laki-
laki & perempuan: penyakit yang berkaitan dengan
infeksi HIV, AIDS
j. Herpes simplex virus
(HSV)
tipe2 dan tipe 1
HERPES GENITALIS
Laki-laki & perempuan: lesi vesikular dan/atau ulseratif
didaerah genitalia
dan anus
Neonatus: herpes neonates
k. Human papillomavirus
(HPV)
KUTIL KELAMIN
Laki-laki: kutil di daerah penis dan anus, kanker penis
dan anus
Perempuan: kutil di daerah vulva, vagina, anus, dan
serviks; kanker serviks,
vulva, dan anus
Neonatus: papiloma larings
l. Virus hepatitis B HEPATITIS VIRUS
Laki-laki & perempuan: hepatitis akut, sirosis hati,
kanker hatim. Virus moluskum
kontagiosum
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Laki-laki & perempuan: papul multipel, diskret,
berumbilikasi di daerah
genitalia atau generalisata
INFEKSI PROTOZOA
n. Trichomonas vaginalis TRIKOMONIASIS
Laki-laki: uretritis non-gonokokus, seringkali
asimtomatik
Perempuan: vaginitis dengan duh tubuh yang banyak
dan berbusa,
kelahiran prematur
Neonatus: bayi dengan berat badan lahir rendah
INFEKSI JAMUR
o. Candida albicans KANDIDIASIS
Laki-laki: infeksi di daerah glans penis
Perempuan: vulvo-vaginitis dengan duh tubuh vagina
bergumpal, disertai
rasa gatal & terbakar di daerah vulva
p. INFESTASI PARASIT
q. Phthirus pubis PEDIKULOSIS PUBIS
Laki-laki & perempuan: papul eritematosa,gatal,
terdapat kutu dan telur di
rambut pubis
r. Sarcoptes scabiei SKABIES
Papul gatal, di tempat predileksi, terutama malamhari
26. 23
b. Penanganan Kasus IMS
Komponen penanganan kasus IMS harus dilakukan secara paripurna meliputi:
anamnesis, pemeriksaan klinis, diagnosis yang tepat, pengobatan dini dan efektif,
edukasi pasien, penyediaan dan anjuran untuk menggunaan kondom, notifikasi dan
penanganan pasangan seksnya.
c. Pemeriksaan Pasien IMS
Komponen penatalaksanaan IMS meliputi:
a. anamnesis tentang riwayat infeksi/ penyakit
Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO (World Health Organization)
di beberapa negara (di Indonesia masih belum diteliti), pasien akan dianggap
berperilaku berisiko tinggi bila terdapat jawaban “ya” untuk satu atau lebih
pertanyaan di bawah ini:
1. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir
3. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
4. Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi.
Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien:
1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan
3. Riwayat perjalanan penyakit
4. Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks, teman,
pacar, suami/isteri
5. Kapan kontak seksual tersangka dilakukan
6. Jenis kelamin pasangan seksual
7. Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
8. Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)
9. Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan dokter/sendiri)
10. Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya – menjelang/sesudah haid;
11. kelelahan fisik/psikis; penyakit: diabetes, tumor, keganasan, lain-lain);
12. penggunaan obat: antibiotika, kortikosteroid, kontrasepsi); pemakaian alat
13. kontrasepssi dalam rahim (AKDR); rangsangan seksual; kehamilan; kontak
seksual
14. Riwayat IMS sebelumnya dan pengobatannya
15. Hari terakhir haid
27. 40
16. Nyeri perut bagian bawah
17. Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan
b. pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan,
Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan:
1) Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus
selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan
sesudah memeriksa.
2) Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan
genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien harus membuka seluruh
pakaiannya secara bertahap).
3) Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam
posisi litotomi
4) Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi mons
pubis, labia, dan perineum Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke
dua labia,
5) perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa.
a) Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum serta pengambilan spesimen
1) Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar
pasien tidak merasa takut
2) Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl
3) Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril, swab
atau sengkelit steril
4) Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi
tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian
putar pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal.
Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks.
Kunci spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi,
5) Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan
spesimen
6) Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga
speculum dalam posisi tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun
spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.
28. 24
b) Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan
pemeriksaan dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya
sehingga bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari
vagina dan uretra.
c. diagnosis yang tepat
d. pengobatan yang efektif
e. nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual
Upaya KIE tentang IMS penting dilakukan, mengingat salah satu tujuan program
penanggulangan HIV/AIDS ialah perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan
penyebaran IMS, maka diperlukan tempat khusus. Tujuan konseling adalah untuk
membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi pasien sehubungan dengan
IMS yang dideritanya, sedangkan KIE bertujuan agar pasien mau mengubah
perilaku seksual berisiko menjadi perilaku seksual aman. Kedua pengertian ini
perlu dipahami dengan benar.
Beberapa pesan KIE IMS yang perlu disampaikan:
1. Mengobati sendiri cukup berbahaya
2. IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.
3. IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV.
4. IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas.
5. Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV.
6. Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS dengan obat.
7. Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien
4. Gangguan Haid
a. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya perdarahan Haid
1) Hipermenorea (Menoragia)
Perdarahan Haid Yang Lebih Banyak Dari Normal Atau Lebih Lama (lebih dari 8
Hari) Penyebab: Mioma Uteri, Polip endometrium, irregular endrometrial
shedding.
2) Hipomenorea
Perdarahan Haid yang lebih pendek dan/atau kurang dari biasanya. Penyebab :
Pasca Miomektomi, gangguan endokrin
b. Kelainan Dalam siklus Haid
1) Polimenorea
29. 25
Siklus Haid lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari). Penyebab: Gangguan
Hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, peradangan, endometriosis
2) Oligomenorea
Siklus Haid lebih panjang dari biasanya (lebih dari 35 hari) Penyebab: Gangguan
Hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, peradangan
3) Amenorea
Keadaan tidak datang haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut
Klasifikasi :
a) Amenore Primer : Usia 18th/ lebih belum haid
Penyebab : Adanya kelainan congenital contoh : Hymen imperforate, septum
vagina, kelainan genetik
b) Amenore Sekunder : Penderita pernah Haid, kemudian tidak haid, Penyebab:
Gangguan gizi, tumor, infeksi, hamil, masa laktasi, menopause
c. Perdarahan Diluar Haid
Metrorargia adalah Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid
Penyebab:
a) Pada Servik (polip, erosio, ulkus, karsinoma servik)
b) Pada Korpus Uteri ( polip, abortus, mola, koriokarsinoma, subinvolusio, karsinoma,
mioma)
c) Pada Tuba ( KET, Radang, Tumor)
d) Pada Ovarium ( Radang, Kista, Tumor)
d. Gangguan Lain Dalam Hubungan Dengan Haid
1. Dismenorea adalah Nyeri Pada Saat Haid
Klasifikasi :
a) Dismenorea Primer adalah Nyeri Haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-
alat genital yang nyata (Biasanya mulai terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih). Ciri - ciri nyeri berupa kejang
berjangkit-jangkit, terbatas pada perut bawah, dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha. Biasanya disertai rasa mual, muntah, sakit kepala,
diare,iritabilitas. dsb
30. 26
b) Dismenorea Sekunder adalah Adalah Nyeri Haid yang dijumpai karena
gangguan ekstrinsik), Penyebab: Salpingitis, endometriosis, stenosis servisitis
uteri.
2. Premenstual Tension (tegangan Pra Haid) adalah Keluhan-keluhan yang biasanya
mulai pada satu minggu sampai beberrapa hari sebelum datangnya haid.
Adakalanya terus berlangsung sampai haid berhenti
Gejala: Keluhan-keluhan yang biasanya mulai pada satu minggu sampai
beberrapa hari sebelum datangnya haid. Adakalanya terus berlangsung sampai
haid berhenti. Gejala Pada kasus yang lebih berat: Depresi, rasa ketakutan,
gangguan konsentrasi
3. Viccarious Menstruation adalah keadaan dimana terjadi perdarahan
ekstragenital dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid
Gejala: terjadi perdarahan pada mukosa hidung, lambung, usus, paru-paru,
mamae, kulit. Penyebab nya yaitu kadar estrogen yang dapat menyebabkan
edema dan kongesti pada alat-alat lain di luar alat-alat genital
4. Mittelschmerz Dan Perdarahan Ovulasi adalah keadaan dimana terjadi nyeri antara
haid sekitar pertengahan siklus haid, atau saat ovulasi. Rasa Nyeri dapat disertai
atau tidak disertai dengan perdarahan. Gejalanya yaitu nyeri tidak mengejang,
tidak menjalar dan tidak disertai mual dan muntah.
5. Mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mammae sebelum haid. Penyebabnya
yaitu adanya edema & hyperemia karena peningkatan relatif dan kadar estrogen.
5. Pelvic inflkamatry Deseases (PID)
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit
tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung
telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang
panggul merupakan komplikasi umum dari penyakit Menular Seksual (PMS). Wanita
akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal.
a. Penyebab
Terdapat infeksi pada saluran genitalia bagian bawah, yang menyebar ke atas
melalui leher rahim. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan
sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina
31. 29
menginfeksi daerah tersebut. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya
infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
b. Faktor Risiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan
seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan
dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat
melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita
muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat
memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:
1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30
hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
6. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan
terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.
c. Tanda dan Gejala
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini
umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi
terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Keluhan lain
adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam nyeri saat
sanggama, dan menggigil.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih yang
menandakan terjadinya infeksi.
2) Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
3) Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG
vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya.
32. 28
4) Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi.
5 ) Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui
insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ di dalam panggul
apabila terdapat kelainan.
e. Terapi
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba
yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta
pencegahan dari infeksi kronik. Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun
diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama. Wanita dengan
penyakit radang panggul mungkin memiliki pasangan yang menderita gonorea atau
infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat menderita
penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala. Untuk mengurangi
risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya
diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS
f. Pencegahan
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi
diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat
mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran
genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga
ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan
untuk mencegah berulangnya infeksi.
6. Unwanted pregnancy dan aborsi
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil atau mempunyai anak ditentukan oleh
kesiapan dalam tiga hal yaitu :
a. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang perempuan yang disebut siap secara fisik jika telah
menyelesaikan pertumbuhan, yaitu sekitar usia 20 tahun, ketika tubuhnya berhenti
tumbuh. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.
b. Kesiapan Mental/ emosi/ psikologis
Saat dimana seorang perempuan dan pasangannya merasa telah ingin mempunyai
anak dan merasa telah siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan mendidik
anaknya.
c. Kesiapan social/ ekonomi
33. 29
Dalam hal ini meskipun seorang remaja perempuan telah melampaui usia 20 tahun
tetapi ia dan pasangannya belum mampu memenuhi kebutuhan sandang pangan dan
tempat tinggal bagi keluarganya maka ia belum dapat dikatakan siap untuk hamil dan
melahirkan.
Hal-hal yang mungkin terjadi saat menikah dan hamil di usia sangat muda (dibawah
20 tahun) Tetap perlu diingat bahwa perempuan yang belum mencapai usia 20 tahun
sedang berada di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik. Karena tubuhnya
belum berkembang secara maksimal, maka perlu dipertimbangkan hambatan/ kerugian
antara lain :
1. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk control
kehamilan. Hal ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
2. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang
dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat pada
kematian.
3. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (di bawah 20tahun)
sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitannya dengan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
4. Dari sisi pertimbangan psikologis, remaja masih merupakan kepanjangan dari masa
kanak-kanak. Kebutuhan untuk bermain dengan teman sebaya, kebutuhan untuk
diperhatikan, disayang dan diberi dorongan, masih begitu besar sebelum ia benar-
benar siap untuk mandiri.
5. Wawasan berpikirnya belum luas dan cukup matang untuk bisa menghadapi
kesulitan, pertengkaran yang ditimbulkan oleh pasangan hidup dan lingkungan
rumah tangganya.
Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD)
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang oleh karena
suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan oleh salah satu atau
kedua-duanya calon orang tua bayi tersebut.
a) Penyebab KTD Pada Remaja
1) Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses
terjadinya kehamilan. Dan metode-metode terjadinya kehamilan, dan metode-
metode pencegahan kehamilan. Hal ini bisa terjadi pada remaja-remaja yang belum
menikah maupun yang sudah menikah.
34. 30
2) Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi akibat tindak Pemerkosaan. Dalam
hal ini meskipun remaja putri memiliki pengetahuan yang cukup, tetapi ia tidak bisa
menghindarkan diri dari tindakan seksual yang dipaksakan terhadapnya, sehingga
bisa dipahami jika ia tidak menginginkan kehamilannya.
3) Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah menikah dan
telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetapi tidak berhasil (kegagalan alat
kontrasepsi/ unmet need)
b. Kerugian dan Bahaya Kehamilan (KTD) Pada Remaja
1) Karena remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka
ia bisa saja tidak mengurus kehamilannya dengan baik. Dengan sikap-sikap tersebut
maka akan sulit dijamin adanya kualitas kesehatan bayi dengan baik.
2) Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih saying yang tulus dan kuat dari ibu
yang mengalami KTD terhadap bayi yang dilahirkan nanti sehingga masa depan anak
mungkin saja terlantar.
3) Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi.
c. Praktik Unsafe Abortion Pada Remaja
Aborsi di Indonesia dikategorikan sebagai tindakan illegal atau melawan hukum
karena tindakan aborsi adalah illegal, tindakan aborsi sering dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan karenanya dalam banyak kasus jauh dari jaminan kesehatan
(unsafe).
Hal-hal yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan antara lain :
1. Meminum ramuan, atau jamu baik yang dibuat sendiri maupun dibeli
2. Memijat Peranakan, atau mencoba mengeluarkan janin dengan alat-alat yang
membahayakan dengan bantuan dukun pijat.
3. Meminum obat-obatan. Yang diperoleh secara legal maupun illegal dari tenaga
kesehatan.
Dampak unsafe abortion antara lain :
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Kematian
4. Jika dengan cara-cara tertentu kehamilan tidak dapat diakhiri kemungkinan
janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam masa pertumbuhannya.
35. 31
5. Dampak Psikologis antara lain, perasaan bersalah seringkali menghantui
pasangan khususnya wanita setelah melakukan tindakan aborsi..
7. Hormon Repkancement Therapy (HRT)
Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai
hormon seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita,
kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini
menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder
pada wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun
dalam pengaturan siklus haid. Pada saat menopause, estrogen mulai berkurang sehingga
dapat menimbulkan beberapa efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur,
dan kecemasan yang berlebihan.
Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita adalah
estradiol, estriol, dan estron. Sejak menarche sampai menopause, estrogen utama
adalah 17β-estradiol. Pada wanita pascamenopause estron ditemukan lebih banyak
daripada estradiol.
a) Pemberian estrogen secara oral dapat menimbulkan gejala :
a. gastrointestinal seperti mual dan muntah.
b. Selain itu estrogen akan dihancurkan di hati, sehingga akan memicu pembentukan
renin dalam jumlah besar. Renin ini meningkatkan tekanan darah. Atas dasar ini, para
ilmuwan lebih menyukai pemberian estrogen dengan cara lain seperti krim atau yang
dapat ditempelkan pada kulit
b) Pemberian hormon
Lama pemberian hormon steroid seks selama 6 bulan tidak cukup, karena
begitu obatnya dihentikan maka keluhannya segera timbul kembali. Pada
umumnya keluhan akan hilang bila pengobatan berlangsung 18-24 bulan. Bila perlu
estrogen dapat diberikan selama 8-10 tahun, bahkan dapat sampai 30-40 tahun.
Selama pemakaiannya dikombinasikan dengan progesteron, jarang sekali terjadi
keganasan.
Pada pemberian oral, sebaiknya dimulai dengan estrogen lemah (estriol) dan
dengan dosis rendah yang efektif. Setiap penggunaan estrogen kuat (etinil-estradiol,
estrogen konjugasi) sebaiknya selalu digabungkan dengan progesteron.
36. 32
Pemberian estrogen lemah tidak dapat menghilangkan gejala sistemik dan
tidak begitu baik digunakan untuk pencegahan penyakit jantung koroner dan
osteoporosis. Estrogen lemah sangat efektif untuk menghilangkan keluhan
urogenital.
Cara yang paling mudah adalah pemberian pil KB. Pemberian secara siklik
memberikan keuntungan karena pengobatan estrogen yang malar (terus-menerus)
dapat memacu proliferasi jaringan dan perdarahan uterus yang atipik. Pemberian
estrogen dan progesteron (atau pil KB) pada wanita pramenopause selain dapat
mengurangi keluhan, juga dapat mengatur siklus haid dan mencegah kehamilan,
sedangkan pemberian estrogen dan progesteron pada masa pascamenopause selain
dapat mengurangi keluhan, juga merupakan pencegahan terhadap terjadinya
osteroporosis dan infark miokard.
Pemberian secara topikal berupa krim atau pessarium hanya dilakukan jika ada
perubahan pada vagina yang menyebabkan dispareunia atau bila tidak
memungkinkan pemberian secara oral.
Penanaman susuk (implant atau pellet) subkutan tidak boleh dilakukan pada
wanita yang masih memiliki uterus karena dapat terjadi perdarahan hebat dan sulit
diatasi. Pemberian transdermal (ditempelkan pada kulit) merupakan cara terbaru dan
sudah banyak dipakai di beberapa negara maju. Keuntungan utama cara ini
adalah bahwa estrogen langsung masuk ke sirkulasi darah tanpa harus melalui hati.
c) Resiko pemberian estrogen
Telah lama diketahui bahwa pemberian estrogen pada wanita menopause
merupakan cara yang tepat. Banyak ahli berpendapat bahwa estrogen dapat
menimbulkan keganasan pada wanita. Pendapat ini akhirnya membuat banyak wanita
takut dan ragu-ragu menggunakan estrogen. Padahal bila estrogen digunakan
bersamaan dengan progesteron kemungkinan terjadinya keganasan adalah sangat
kecil. Keganasan akan timbul bila memang wanita itu memiliki faktor risiko untuk
terkena keganasan. Risiko tersebut dapat berupa obesitas, diabetes mellitus, siklus
haid tak teratur, anovulasi, dan infertilitas, perokok, dan peminum alkohol.
Selama penggunaan estrogen, setiap wanita diharuskan kontrol secara teratur.
Usaha ini merupakan jaminan yang terbaik bagi kesehatan wanita tersebut.
Perdarahan yang tak teratur, jumlahnya banyak, defekasi dan miksi bercampur darah
37. 33
merupakan hal yang perlu dicurigakan terhadap keganasan. Hal-hal seperti ini tidak
perlu menimbulkan kekhwatiran yang berlebih-lebihan, tetapi merupakan suatu
alasan untuk mau berkonsultasi dengan dokter.
8) Menopouse
Permasalahan yang seringkali dialami pada saat seseorang masuk pada masa
lansia yaitu (Wijayanti, 2008):
a. Panca indera: Sekresi saliva berkurang mengakibatkan pengeringan rongga
mulut. Papil-papil pada permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi
penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin.
b. Esophagus: Lapisan otot polos mulai melemah yang akan menyebabkan gangguan
kontraksi dan reflek spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan menjadi
tidak nyaman.
c. Lambung: Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan
lebih sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia.
d. Tulang: Kepadatan tulang akan menurun, sehingga akan mudah rapuh (keropos)
dan patah.
e. Otot: Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan jaringan
lemak tubuh.
f. Ginjal: Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35–80 tahun.
g. Jantung dan pembuluh darah: jumlah jaringan ikat pada jantung (baik katup
maupun ventrikel) meningkat
h. Paru: Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang, kekuatan kontraksi
otot pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen akan menurun.
i. Endokrin: Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respon
terhadap stimulasi serta struktur kelenjar endokrin testosterone, estrogen dan
progesterone.
j. Kulit dan rambut: Kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak
elastis lagi. Rambut rontok dan berwarna putih, kering dan tidak mengkilat.
k. Sistem imun: Penurunan fungsi imun yang berakibat tingginya
kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.
38. 34
2.4 Isu-Isu Kesehatan Wanita
1. Kekerasan Pada Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk kekerasan berbasis gender
yang berakibat menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap
perempuan, termasuk ancaman dari tidakan tersebut, pemaksaan atau perampasan
semena-mena kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi.
a. Bentuk dan Jenis Kekerasan Pada Perempuan
1) Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik berupa tindakan seperti pemukulan, penyiksaan dan lain
sebagainya yang menimbulkan deraan fisik bagi perempuan yang menjadi korban,
contohnya memukul, menampar, mencekik, menendang, dan sebagainya.
2) Kekerasan Psikologis
Kekerasan Psikologis yaitu suatu tindakan penyiksaan secara verbal seperti
menghina, berteriak, menyumpah, mengancam, melecehkan, berkata kasar dan
kotor yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut,
hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya
3) Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah tindakan agresi seksual seperti melakukan
tindakan yang mengarah keajakan/ desakan seksual seperti menyentuh, mencium,
memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban dan lain sebagainya.
4) Kekerasan Finansial
Kekerasan Finansial dapat berupa mengambil barang korban, menahan atau
tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial dan sebagainya.
5) Kekerasan Spiritual
Kekerasan Spiritual dapat berupa merendahkan keyakinan dan kepercayaan
korban, memaksa korban, memaksa korban mempraktekkan ritual dan keyakinan
tertentu.
b. Jenis Kekerasan Terhadap Perempuan
1) Kekerasan pada perempuan dalam keluarga : Kekerasan fisik, pemerkosaan
oleh pasangan, kekerasan psikologi dan mental.
2) Pemerkosaan dan kekerasan seksual: perdagangan perempuan, prostitusi paksa,
kekerasan pada perempuan pekerja rumah tangga.
39. 35
3) Kekerasan pada perempuan di daerah Konflik dan pengungsian: Pemerkosaan
masal, perbudakan sensual militer, prostitusi paksa, kawin paksa dan hamil paksa,
paksaan seksual untuk mendapatkan sandang, pangan, papan atau perlindungan
4) Kekerasan pada perempuan dengan penyalahgunaan anak perempuan:
Penyalahgunaan anak perempuan, Eksploitasi komersil, kekerasan akibat
kecenderungan memilih anak laki-laki, pengabaian anak perempuan, pemberian
makanan yang lebih rendah kualitasnya bagi anak perempuan, beban kerja yang
lebih besar sejak usia sangat muda, keterbatasan akses terhadap pendidikan.
5) Kekerasan pada perempuan dengan ketidak pedulian terhadap perempuan
a) Sebelum lahir: Abortus, memilih janin laki-laki atau perempuan, akibat pukulan
perempuan pada waktu hamil yang bberdampak pada janin.
b) Bayi: Pembunuhan dan penelantaran bayi perempuan, penyalahgunaan fisik,
seks, psikis.
c) Pra Remaja: Perkawinan usia anak, penyalahgunaan fisik, seks, psikis, prostitusi
dan pornografi anak.
d) Remaja dan Dewasa: Kekerasan yang dilakukan oleh teman dekat
e) Usia Lanjut: Penyalahgunaan fisik, seks, psikis.
3. Faktor Penyebab
a. Faktor eksternal
Masih adanya pola pikir lingkungan terhadap sosok perempuan telah dibangun
secara sosial maupun kultural. Perempuan dianggap lemah lembut, cantik damn
emosional, sedangkan laki-laki dianggap koat, rasional, dan jantan.
b. Faktor internal
Perempuan seringkali memancing terjadinya kekrasan pada dirinya. Contohnya
kasus Pemerkosaan yang dsebabkan perempuan memakai pakaian yang
memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya.
c. Budaya Pathriarkhi
Munculnya anggapan bahwa posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
Hubungan perempuan dengan laki-laki seperti ini telah dilembagakan didalam
struktur keluarga patriarkhi dan didukung oleh lembaga-lembaga ekonomi dan
politik dan oleh sistem keyakinan, termasuk sistem relegius, yang membuat
hubungan semacam itu tampak alamiah, adil secara moral dan suci.
40. 36
Selain faktor diatas, faktor lain yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada
perempuan :
a. Kemandirian ekonomi istri
Secara umum ketergantungan istri terhadap suami dapat menjadi penyebab
terjadi kekerasan, akan tetapi tidak sepenuhnya demikian karena kemandirian
istri juga dapat menyebabkan istri menerima kekerasan oleh suami.
b. Karena pekerjaan istri
Istri bekerja diluar rumah dapat menyebabkan istri menjadi korban kekerasan .
c. Perselingkuhan suami
Perselingkuhan suami dengan perempuan lain atau suami kawin lagi dapat
melakukan kekerasan terhadap istri.
d. Campur tangan pihak ketiga
Campur tangan anggota keluarga dari pihak suami, terutama ibu mertua dapat
menyebabkan suami melakukan kekerasan terhadap istri.
e. Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama
Pemahaman ajaran agama yang salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan
terhadap perempuan dalam rumah tangga.
f. Karena kebiasaan suami
Dimana suami melakukan kekerasan terhadap istri secara berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaa
4. Dampak Kekerasan pada Perempuan
a. Dampak Fisik
Berupa luka-luka, cacat permanen hingga kematian.
b. DampakPsikologi
Berupa perasaan tertekan, depresi, hilangnya rasa percaya diri, trauma bahkan
gangguan jiwa.
c. Dampak Sosial
Berupa dikucilkan dari masyarakat.
2. Pemerkosaan dan Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu,
menjengkelkan dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
terhadap pihak pihak lain, yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang
41. 38
diganggunya dan dirasakan menurunkan martabat dan harkat diri orang yang
diganggunya.
Pemerkosaan adalah penetrasi alat kelamin wanita oleh penis dengan paksaan,
baik oleh satu maupun oleh beberapa orang pria atau dengan ancaman. Pemerkosaan
yang dilakukan yang dilakukan dengan kekerasan dan sepenuhnya tidak dikehendaki
secara sadar oleh korban jarang terjadi.
a. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan
1) Ringan, seperti godaan nakal, ajakan iseng dan humor porno
2) Sedang, seperti memegang, menyentuh, meraba bagian tubuh tertentu, hingga
ajakan serius untuk berkencan.
3) Berat, seperti perbuatan terang terangan dan memaksa, penjamahan, hingga
percobaan pemerkosaan.
b. Macam-macam pemerkosaan :
1) Pemerkosaan oleh suami/ bekas suami
2) Pemerkosaan oleh pacarnya
3) Pemerkosaan oleh orang tidak dikenal
c. Faktor-faktor terjadinya pelecehan seksual dan Pemerkosaan
1) Penayangan tulisan atau tontonan pada media massa yang tidak jarang
menampilkan unsur pornografi.
2) Rusaknya moral dan sistem nilai yang ada di masyarakat
3) Kurang berperannya agama dalam mencegah terjadinya pelecehan seksual.
4) Hukuman yang diberikan kepada pelaku pelecehan seksual belum setimpal.
5) Sikap toleran terhadap hal-hal kecil
d. Dampak Yang terjadi
1) Dampak pelecehan pada anak adalah membunuh jiwanya.
2) Pelecehan seksual dapat merubah kepribadian anak seratus delapan puluh derajat,
dari yang tadinya periang menjadi pemurung.
3) Dampak Pemerkosaan bagi korban Pemerkosaan biasanya pada wanita dan
keluarganya, dimana peristiwa diperkosa merupakan tragedi yang sangat
menyakitan dan sulit dilupakan sepanjang hidup mereka. Bahkan, sering kali
menyebabkan trauma yang berkepanjangan
42. 39
4) Biasanya Pemerkosaan pada perempuan juga melibatkan kekerasan fisik, sehingga
mungkin saja terjadi luka dan rasa sakit di beberapa bagian tubuh, seperti di daerah
genital.
5) Pemerkosaan mengalami gangguan juga dapat mengalami trauma, meskipun
diawal mereka mencoba untuk mengelak bahwa mereka telah diperkosa dan
mencoba melanjutkan hidup seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa.
3. Single parent
Single parent adalah seseorang yang tidak menikah atau berpisah yang telah
memutuskan sebagai orang tua tunggal dalam rumah tangga.
a. Faktor penyebab
1) Kehilangan pasangan akibat meninggal
2) Perceraian
3) Diterlantarkan atau ditinggalkan suami tanpa dicerai
4) Pasangan yang tidak sah (kumpul kebo)
Cinta bebas (free love) dan seks bebas (free seks) mulai banyak dianut oleh
kalangan orang muda. Pola seks bebas tersebut mempunyai dampak terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga wanita tersebut akan membesarkan
anaknya tanpa pasangan.
5) Tanpa menikah tetapi punya anak yang diadopsi
b. Masalah dan Dampak Yang Dihadapi
Masalah kesehatan yang dihadapi pada single parent :
a) Ancaman kesehatan
Akibat peran ganda yang harus dijalani, wanita akan mengalami gangguan seperti
kelelahan, kecapean, kurang gizi, sehingga mengakibatkan angka kesakitan
meningkat.
b) Emosi labil
Wanita merasa tidak senang atau tidak puas dengan keadaan diri sendiri dan
lingkungannya. Rasa tidak puas ini mengakibatkan emosi wanita tersebut menjadi
labil
c) Peran Ganda
43. 40
Wanita tersebut harus berperan baik sebagai ibu dan pendidik bagi anak-anaknya,
sebagai kepala keluarga, sebagai pengatur atau pengelola rumah tangga dan
sebagai pencari nafkah dalam mengatasi masalah keluarga.
4. Perkembangan seksual yang menyimpang
a. Pengertian Seksual Menyimpang
a) Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan
abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual
perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
b) Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan
kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar.
c) Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu
perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi
diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau
dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma
tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. (Junaedi,
2010)
d) Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk
mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang
tidak wajar. (Abdullah, 2008)
e) Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis
dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat.
(Farhan, 2002)
f) Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-
fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar
hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan
partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
b. Perilaku Seksual yang menyimpang
a) Dari cara penyaluran dorongan seksualnya :
1) Masochisme X Sadisme: Mendapatkan kepuasan dengan siksaan secara fisik
atau mental.
44. 41
2) Eksibitionisme: Mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan alat
kelaminnya kepada orang lain.
3) Scoptophilia: Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual.
4) Voyeurisme: Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang
5) Troilisme: Perilaku seks yang membagi partner seksual dengan orang lain
sementara orang lain menonton. Biasanya pasangan yang melakukan aktivitas
seksual pada waktu dan tempat yang sama sehingga bisa saling menonton.
6) Transvestisme: Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari
lawan jenisnya.
7) Seksualoralisme: Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut pada
genitilia partnernya.
8) Sodomi atau seksual analisme: Mendapatkan kepuasan seks dengan
melakukan hubungan seksual melalui anus.
b. Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang
1) Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari hubungan dengan
anak-anak.
2) Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang
3) Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas seksual dari
binatang
4) Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, coitus dengan
mayat.
5) Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar porno lebih
terpenuhi dibandingkan dengan hubungan seksual yang normal.
6) Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam lawan jenis.
7) Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi
dan biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya.
8) Saliromania : biasanya pada lelaki yang mendapatkan kepuasan seks dengan
mengganggu atau mengotori badan/pakaian dari partnerny
9) Gerontoseksuality : Seorang pemuda lebih senang melakukan hubungan seks
dengan perempuan yang berusia lanjut.
10) Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang masih satu
darah.
45. 42
11) Obscentity : Mendapatkan kepuasan seks dengan mendengarkan perkataan
atau gerak gerik dan gambar yang dianggap menjijikkan.
12)Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada kotoran, faeces dan urine.
13) Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalnya
sendiri.
c. Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan seksual :
1) Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks yang luar
biasa atau yang harus terpenuhi tanpa melihat akibatnya.
2) Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki.
3) Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan seksual dengan banyak
orang.
4) Pemerkosaan: Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.
Untuk lebih jelasnya ada beberapa gangguan seksual yang bisa berhubungan
dengan penyimpangan perilaku seksual, yaitu :
a. Gangguan Identitas Jenis
b. Parafilia (Deviasi Seks): Adalah gangguan seksual karena pada penderita
seringkali menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga
khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba
dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.
c. Disfungsi Psikoseksual: Adanya hambatan pada selera/minat seksual atau
terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik, yang biasanya terjadi pada
orang yang sedang bergairah seksual. Misalnya hambatan selera seksual,
hambatan gairah seks (Impoten, dan firgiditas), hambatan orgasme, ejakulasi
prematur, dispareunia fungsional, vaginismus fungsional.
d. Ganguan seksula pada remaja, seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga
dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hamabtan gairah seksual. Libido
seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks, seperti
vaginismus.
5. Wanita seks komersial
Pekerja Seks Komersial adalah wanita tuna susila atau disebut juga pelacur adalah
perempuan yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul dengan imbalan atau
bayaran
a. Faktor Penyebab
46. 43
Berlangsungnya perubahan-perubahan sosial yang serba cepat dan perkembangan
yang tidak sama dalam kebudayaan, mengakibatkan ketidakmampuan banyak
individu untuk menyesuaikan diri, mengakibatkan timbulnya disharmoni, konflik-
konflik eksternal dan internal jugan disorganisasi dalam masyarakat dan dalam diri
pribadi, sehingga memudahkan individu menyimpang dari pola-pola umum yang
berlaku.
1) Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran, juga tidak adanya
larangan-larangan terhadap orang-orang yang melakukan pelacuran.
2) Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks,
khususnya diluar ikatan perkawinan.
3) Memberontak terhadap otoritas orang tua.
4) Adanya kebutuhan seks yang normal akan tetapi tidak dapat dipuaskan oleh pihak
suami, miaslnya karena suami impoten.
5) Ajakan teman-teman sekampung atau sekota yang sudah terjun lebih dulu dalam
dunia pelacuran.
6) Dekadensi moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan pada saat orang
mengenyam kesejahteraan hidup dan memutar balikkan nilai-nilai pernikahan
sejati.
7) Kebudayaan eksploitas pada jaman modern khususnya maksplositas kaum
lemah yaitu wanita untuk tujuan komersil.
8) Bertemunya macam-macam kebudayaan asing dan kebudayaan setempat
9) Perkembangan kota-kota, daerah-daerah, pelabuhan dan industri yang sangat cepat
dan menyerap banyak tenaga buruh serta pegawai pria.
b. Masalah dan dampak Yang Akan Dihadapi
1) Resiko tinggi tertular dan menularkan penyakit menular seksual (PMS)
terutama penyakit kelamin seperti Gonorrhoea, Sifilis, Herpes genitalia,
Condiloma akuminata dan Ulkus Mole.
2) Resiko terjadinya kehamilan yang tidak diingikan
3) Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi.
47. 44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek hak dan kesehatan reproduksi sangat luas, karena hak dan kesehatan
reproduksi menyangkut seluruh siklus kehidupan manusia selama hidupnya, yaitu
mulai dari kehamilan, kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa sampai dengan
masa usia lanjut. Selain panjangnya rentang usia masalah kesehatan reproduksi juga
sangat kompleks, mulai dari masalah kehamilan dan persalinan, penyakit-penyakit
menular seksual dan penyakit degeneratif. Bila dilihat faktor penyebab yang melatar
belakang juga bermacam-macam, mulai dari masalah pendidikan, kesehatan, agama,
sosial budaya dimana termasuk didalamnya masalah ketidak setaraan gender dalam
keluarga dan masyarakat.
Dalam makalah ini yang lebih ditekankan yaitu kesehatan reproksi wanita. Dimana
kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup kesehatan reproduksi wanita secara
sempit misalnya masalah seputar perempuan usia subur yang telah menikah, kehamilan
dan persalinan, tetapi mencakup seluruh tahapan hidup perempuan sejak konsepsi
sampai usia lanjut. Beberapa masalah yang perlu diperhatikan dalam kesehatan
reproduksi, yaitu kesehatan reproduksi itu sendiri, PMS dan pencegahan HIV/AIDS,
remaja, Keluarga Berencana, Usia Lanjut. Faktor-faktor non klinis yang menyertai
seperti faktor demografi, ekonomi, budaya dan lingkungan, faktor biologis dan faktor
psikologis yang mempengaruhi kesehatan reproduksi dapat memberikan dampak
buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu memberikan pemahaman
akan keterlibatan perempuan, dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak-hak
reproduksinya dan menjadikanya kehidupan reproduksinya menjadi lebih berkualitas.
3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang konsep kesehatan
reproduksi, kesehatan reproduksi pada remaja, masalah masalah yang ada pada
kesehatan reprodusi, serta isu isu dalam kesehatan reproduksi.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
48. 45
Diharapakan lebih mampu dan mengerti tentang tentang konsep kesehatan
reproduksi, kesehatan reproduksi pada remaja, masalah masalah yang ada pada
kesehatan reprodusi, serta isu isu dalam kesehatan reproduksi.
49. 46
LATIHAN SOAL
Konsep Kesehatan Reproduksi
1. Di dalam Konferensi Perempuan se dunia ke empat di Beijing /FWCW 1995,
mengidentifikasi 12 area kritis kepedulian yang di anggap sebagai penghambat utama
kemajuan kaum perempuan, diantaranya:
a.Pendidikan dan Pelatihan, Hak Asasi Manusia, Ekonomi, Sistem Organ Reproduksi
b. Hak Asasi Manusia, Kesehatan, Lingkungan, Gizi
c. Kemiskinan, Konflik Bersenjata, Deskriminasi, Hak Asaai Manusia
d. Deskriminasi, Hak Asasi Manusia, Media, Masalah Masalah Kesehatan Reproduksi
e. Hak Asasi Manusia, Mekanisme Institutional, Gizi, Kesehatan
2. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan social dan
tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan
dengan system reproduksi dan fungsi serta proses. Hal tersebut merupakan Definisi
Menurut...
a. ICPD, 1994
b. WHO
c. BKKBN, 1996
d. IBG. Manuaba, 1998
e. Depkes RI 1994
3. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah, merupakan definisi Kesehatan Reproduksi Menurut...
a. ICPD, 1996
b. WHO
c. BKKBN, 1994
d. IBG. Manuaba, 1998
e. Depkes RI 2000
4. Yang termasuk Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi...
a. Konsepsi,
b. bayi dan anak
c. remaja
50. 47
d. Usia SuburUsia lanjut
e. Benar Semua
5. dibawah ini Hak Kesehatan Reproduksi (ICPD CAIRO 1994) yang benar, Kecuali...
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
b. Hak mendapat pelayanan dan kesehatan reproduksi.
c. Hak untuk kebebasan berfikir dan membuat keputusan tentang kesehatan reproduksinya.
d. Salah Semua
e. Tiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah, lengkap, dan
akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
Konsep Kesehatan Remaja
1. Tahapan usia remaja adalah sebagai berikut, Kecuali...
a. Remaja awal/dini (early adolescence): 11-13 tahun
b. Remaja pertengahan (middle adolescence): 14-16 tahun
c. Remaja pertengahan (middle adolescence): 12- 16 tahun
d jawaban a,b dan e benar.
e. Remaja lanjut (late adolescence): 17-20 tahun
2. fungsi dari Epididimis.
a. sebagai tempat pematangan sperma
b. bagian ekornya untuk menyimpan sperma
c. mengeluarkan zat yang membuat suspensi cairan sperma menjadi lebih encer
d. semua jawaban benar
e. sebagai transportasi sperma.
3. hormon yang berperan dalam proses menstruasi diantaranya, Kecuali...
a. LH
b. FSH
c. GNrH
d. Progesteron
e. Estrogen
4. pernyataan yang benar mengenai hormon LH
a. untuk pematangan sel telur hingga ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
b. untuk perkembangan folikel
c. untuk menebalkan dinding Rahim
d. hormon yang dihasilkan ovarium
51. 48
e. Hanya c dan d yang benar
5. Pernyataan saluran indung telur/ tuba fallopi yang benar yaitu...
a. pars intersisialis (bagian yang lebar, tempat terjadi pembuahan)
b. pars ismika (bagian yang sempit)
c.pars ampularis (bagian yang lebar, tempat terjadi pembuahan),
d . dan infundibulum atau fimbrae (untuk menangkap sel telur)
e. pars ismika(yang menempel ke Rahim)
Masalah Masalah Dalam Kesehatan Reproduksi
1. Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria diantaranya:
1) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
2) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
3) Abnormalitas ereksi
4) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
5) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
6) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.
Pernyataan yang benar diatas adalah...
a. 1,2,3,4,5,
b. 1,2,5
c. 2, 3,4,5
d. 4,5,6
e. Benara Semua
2. Gangguan Reproduksi pada wanita yang menyebabkan infertilitas, Kecuali...
a. Kelainan pada uterus
b. Kelainan tuba falopii
c. Kegagalan implantasi,
d. Endometriosis
e. Apendiksitis
3. Polimenorea adalah
a. Siklus Haid lebih panjang dari biasanya (lebih dari 35 hari)
b. Siklus Haid lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari).
c. Keadaan tidak datang haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut
d. Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid
52. 49
e. Salah Semua
4. Yang dimaksud dengan Pelvic inflkamatry Deseases (PID) adalah...
a. Gangguan pada tuba fallopi
b. Infeksi pada uterus
c. Infeksi saluran reproduksi bagian atas (panggul)
d. Ganggua karena banyaknya keluar darah pada waktu haid
e. Gangguan pada hormon yang berfungsi dalam proses menstruasi
5. Dampak unsafe abortion antara lain :
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Kematian
d. Dampak Sosial
e. Dampak Psikologis
Isu-Isu Dalam Kesehatan Reproduksi
1. Dampak Yang terjadi akibat pemerkosaan dan pelecehan seksual
a. Dampak pelecehan pada anak adalah membunuh jiwanya.
b. Pelecehan seksual dapat merubah kepribadian anak seratus delapan puluh derajat, dari
yang tadinya periang menjadi pemurung.
c. Dampak Pemerkosaan bagi korban Pemerkosaan biasanya pada wanita dan keluarganya,
dimana peristiwa diperkosa merupakan tragedi yang sangat menyakitan dan sulit dilupakan
sepanjang hidup mereka. Bahkan, sering kali menyebabkan trauma yang berkepanjangan
d. Biasanya Pemerkosaan pada perempuan juga melibatkan kekerasan fisik, sehingga
mungkin saja terjadi luka dan rasa sakit di beberapa bagian tubuh, seperti di daerah genital.
e. Benar Semua
2. Perilaku Seksual yang menyimpang Dari cara penyaluran dorongan seksual diantaranya...
a. Pedophilia.
b. Bestiality
c. Zoophilia
d. Necriphilia
e. Voyeurisme
3. faktor lain yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada perempuan adalah...
a. Kemandirian ekonomi istri
b. Karena pekerjaan istri
53. 50
c. Perselingkuhan suami
d. Campur tangan pihak ketiga
e. Benar Semua
4. Bentuk dan Jenis Kekerasan Pada Perempuan Kecuali...
a. Kekerasan Fisik
b. Kekerasan Spiritual
c. Kekerasan Seksual
e. Kekerasan Finansial
e. Jawaban b dan d salah
5. Faktor Penyebab Wanita seks komersial
a.Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran, juga tidak adanya larangan-
larangan terhadap orang-orang yang melakukan pelacuran.
b. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks, khususnya
diluar ikatan perkawinan.
c. Memberontak terhadap otoritas orang tua.
d. Adanya kebutuhan seks yang normal akan tetapi tidak dapat dipuaskan oleh pihak suami,
miaslnya karena suami impoten.
e. Semua Benar
54. 51
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Rachel Wilujeng, Sst.,M.Kes. Modul Kesehatan Reproduksi.
Romauli, Suryati. 2012. Kesehatan Reproduksi. Nuhamedika. Yogyakarta
Wahyudi,R, Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Mcr-Pkbi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan
Keluarga Berencana.
Rahayu, Atikah, SKM, MPH, dkk. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia.
Surabaya: Airlangga University Press. 2002
Affandi, B. 1997. Beberapa Informasi tentang Abortus. Kompas, Minggu, 7 Desember
1997.
Affandi, B., Gunardi, ER., Santoso, SSI., Hadisaputra, W., Djajadilaga. Dampak Abortus
terhadap Kesehatan Ibu di Indonesia. MOGI. 1999.
Azhari. 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.
Palembang: Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsri.