SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Perhitungan Insentif Pajak Penghasilan Pada Saat Pandemi Covid-19
Aullya Yunidha Assafa’
Universtas PGRI Adi Buana Surabaya
Aullyayunidha@gmail.com
Abstrak
Pandemi Covid-19 adalah sebuah bencana bagi seluruh dunia. Covid-19 telah
mempengaruhi stabilitas produktivitas dan ekonomi bagi masyarakat di Indonesia. Pemerintah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia. Tentang Perhitungan Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Yang Berdampak Di
Masa Pandemi Covid-19. Kebijakan pemerintah juga memiliki konsekuensi terhadap penurunan
atas penerimaan negara dari sektor pajak, namun kebijakan pemerintah tersebut dapat membantu
mengurangi efek yang telah diakibatkan saat adanya pandemi Covid-19.
Kata Kunci : Perhitungan, Insentif Pajak Penghasilan
Pendahuluan
Krisis ekonomidi Indonesia yang
terjadi di sejumlah negara di Amerika dan
Eropa telah menjadi titik berat bagi negara
tersebut dan negara lain yang bekerjasama
dalam bidang ekonomi, tidak terkecuali
Indonesia. Indonesia sangat mengalami
kondisi yang menurun akibat Virus ini,
pandemi seperti ini sangat sulit dan sangat
berpengaruh dalam menjalani perekonomian
dunia. Kita dapat mengalami gelombang
krisis akibat pergolakan bahan bakar
minyak, sampai krisis sektor pangan yang
melanda banyak negara di dunia, serta
berdampak pada terjadinya krisis finansial
yang begitu merasakan hingga saat ini. Dana
Moneter Internasional (IMF)
memperkirakan bahwa kerugian di seluruh
dunia terkait hutang yang berasal dari AS
(yang berkaitan dengan mortgages) akan
mencapai sekitar 1,4 triliun US Dollar titik
angka ini meleset melebihi proyek awal dari
IMF yang hanya sebesar 945 miliar US
Dollar pada bulan April 2008. Akibat krisis
ini sejumlah negara kaya menghadapi resesi,
serta sebagian lagi dikarenakan lonjakan
harga minyak pada 2009, seperti Inggris,
Prancis, Jerman, dan Jepang yang
pendapatannya menurun titik jika melihat
bagaimana cepatnya terjadi pengangguran
serta lemahnya daya beli konsumen, bisa
dipastikan perekonomian Amerika juga
mengalami kemunduran.
Pajak penghasilan merupakan salah
satu pendapatan negara yang dapat
dipergunakan oleh negara untuk pembiayaan
pembangunan nasional, namun disaat
pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) semakin meluas dan
mempengaruhi perekonomian di Indonesia,
pemerintah mengeluarkan pendapat kepada
beberapa paket stimulus ekonomi,
diantaranya adalah paket stimulus fiskal
dalam hal melakukan relaksasi pada Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21. Stimulus fiskal
relaksasi PPh Pasal 21 hanya berlaku untuk
penghasilan pegawai dengan kriteria tertentu
yang telah di tetapkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia.
Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) perubahan dari Peraturan
Menteri Keuangan Nomor
23/PMK.03/2020. Pegawai dengan kreteria
tertentu tersebut, (Menteri Keuangan
Republik Indonesia, 2020) meliputi:
1. Menerima penghasilan dari Pemberi
Kerja, yang:
2. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
3. Pada Masa Pajak yang bersangkutan
menerima atau memperoleh
Penghasilan Bruto yang bersifat tetap
dan teratur yang disetahunkan tidak
lebih dari Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah).
Insentif Pajak PPh Pasal 21 yang
ditanggung Pemerintah (DTP) ini hanya
berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung
sejak Masa Pajak April 2020 sampai dengan
Masa Pajak September 2020. Kebijakan
pemerintah pemberian insentif pajak ini
tentu sangat memiliki konsekuensi yang
sangat besar terhadap penurunan atas
penerimaan negara dari sektor pajak. Namun
kebijakan pemerintah tersebut dapat
mengurangi efek yang diakibatkan oleh
adanya Covid-19 terhadap perekonomian di
Indonesia. Selain itu kebijakan pemerintah
atas pemberian insentif PPh Pasal 21 ini
juga membantu meringankan beban
masyarakat dalam perekonomian para
pegawai yang terdampak pandemi Covid-19.
1. Pajak
Pajak merupakan hukum publik, karena
berkaitan dengan wewenang negara
memungut pajak dari rakyat, dalam hal ini
wewenang direktur jenderal pajak
memungut pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai barang dan jasa, dan
pajak penjualan atas barang mewah, serta
wewenang kepala daerah dalam memungut
pajak daerah, dalam hal ini wewenang
gubernur memungut pajak kendaraan
bermotor, biaya balik nama kendaraan
bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak air permukaan, dan pajak
rokok. Adapun bupati dan walikota
berwenang memungut pajak hotel, pajak
restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak mineral bukan
logam dan batuan, pajak parkir, pajak air
tanah, pajak sarang burung walet, pajak
bumi, dan bangunan perdesaan dan
perkotaan, serta biaya perolehan hak atas
tanah dan bangunan.
2. PPh Pasal 21
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21,
menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-16/PJ/2016 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang
berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi subyek pajak dalam negeri.
Pajak penghasilan yang termasuk jenis
pajak subjektif, yaitu kewajiban pajaknya
melekat pada subjek pajak yang
bersangkutan, dimana kewajiban ini tidak
dapat di limpahkan kepada subjek lain.
Pajak penghasilan dikenakan pajak yang
berkenaan dengan penghasilannya diterima
atau diperolehnya dalam Tahun Pajak.
Subjek pajak diartikan sebagai orang yang
dituju oleh undang-undang untuk dikenakan
pajak.
Menerapan sistem PPh Pasal 21 di
Indonesia pada umumnya menggunakan
sistem self assessment, yaitu Wajib Pajak
(WP) akan diberikan kepercayaan untuk
melakukan penghitungan, pembayaran, dan
pelaporan atas pajak terutangnya sendiri,
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku di Indonesia.
Subjek PPh Pasal 21, menurut UU
Nomor 36 Tahun 2008 yaitu:
1. Orang Pribadi (OP)
a. Orang Pribadi (OP) Dalam Negeri
b. Orang Pribadi (OP) Luar Negeri
2. Badan
Badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu dari badan
pemerintah.
3. Warisan yang belum terbagi
Warisan yang belum terbagi
sebagai salah satu kesatuan
menggantikan yang berhak.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia, dan badan yang tidak
didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha di Indonesia.
Yang tidak termasuk subjek pajak,
menurut UU Nomor 36 Tahun 2008, yaitu:
1. Kantor Perwakilan Negara Asing
2. Pejabat Perwakilan Diplomatik dan
Konsulat atau Pejabat lain dari
Negara Asing.
3. Organisasi Internasional
4. Pejabat Organisasi Internasional
Menurut Peraturan Dirjen Pajak
PER-16/PJ/2016 Pasal 5 Ayat (1)
dan (2), Penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 21
5. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap
atau Tenaga Kerja Lepas, berupa
upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah borongan, atau upah
yang dibayarkan secara bulanan.
6. Imbalan kepada Bukan Pegawai,
antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya
dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukannya.
7. Imbalan kepada peserta kegiatan,
antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan
imbalan yang sejenis dengan nama
apapun.
8. Penghasilan berupa honorarium atau
imbalan yang bersifat tidak teratur
yang diterima atau diperoleh anggota
dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap
sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama.
Menurut Peraturan Dirjen
Pajak PER-16/PJ/2016 Pasal 3,
Penerima Penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 21, (Direktorat Jenderal
Pajak, 2016) yaitu:
1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun
atau uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari
tua, termasuk ahli warisnya.
3. Bukan Pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa.
4. Anggota Dewan Komisaris atau
Dewan Pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap
pada perusahaan yang sama.
5. Mantan Pegawai.
6. Peserta Kegiatan yang menerima
atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikut
sertaannya dalam suatu
kegiatan.Menurut Peraturan Dirjen
Pajak PER-16/PJ/2016 Pasal 8, Yang
Tidak Termasuk Dalam Pengertian
Penghasilan Yang Dipotong PPh
Pasal 21.
3. Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Penghasilan Kena Pajak, menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 Pasal 6 ayat (1) adalah
penghasilan wajib pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap yang
ditentukan berdasarkan penghasilan
bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan dalam satu
tahun pajak. (Republik Indonesia,
2008)
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
Berdasarkan undang undang
No.36 Tahun 2008, Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah
kompenen pengurang dalam
menghitung besarnya pajak
penghasilan wajib pajak orang
pribadi, Atau bisa juga dimaknai
sebagai besarnya penghasilan
yang menjadi batasan tidak kena
pajak bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi.
Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) berfungsi Sеbаgаі
pengurang penghasilan neto
wajib рајаk. Sehingga PTKP
menjadi pengurangan dari dasar
реrhіtungаn Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 yang harus
dibayarkan oleh wajib pajak,
Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) per tahun,
menurut Peraturan Dirjen Pajak
PER-16/PJ/2016 Pasal 11 Ayat
(1) yaitu:
1. Untuk diri WP OP = Rp.
54.000.000,-
2. Tambahan WP kawin =
Rp. 4.500.000,-
3. Tambahan untuk setap
tanggungan WP
(Maksimal tiga orang) =
Rp.4.500.000,-
5. Biaya Jabatan
Biaya Jabatan adalah biaya
yang ditetapkan oleh undang-
undang dan peraturan perpajakan
sebagai pengurang dari
penghasilan bruto kepada wajib
pajak yang berstatus sebagai
pegawai tetap selama tahun
pajak.
Peraturan Dirjen Pajak PER-
32/PJ/2015 Pasal 10 Ayat (3)
menetapkan besarnya biaya
jabatan untuk Pegawai Tetap
dikenakan tarif 5% dari
penghasilan bruto setahun dan
setinggi-tingginya Rp. 500.000
sebulan atau Rp. 6.000.000,-
setahun.
6. Insentif PPh Pasal 21
Penghasilan yang diterima
Pegawai wajib dipotong sesuai
ketentuan PPh Pasal 21 oleh
Pemberi Kerja, dan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan,
penghasilan pegawai yang sudah
dipotong sesuai ketentuan
perpajakan oleh Pemberi Kerja
akan ditanggung oleh
Pemerintah atas penghasilan
yang diterima Pegawai dengan
kriteria tertentu. Insentif PPh
Pasal 21 yang ditanggung
Pemerintah (DTP) ini hanya
berlaku selama 6 bulan terhitung
sejak Masa Pajak April 2020
sampai dengan Masa Pajak
September 2020.
Kriteria tertentu tersebut
meliputi: (a) Wajib Pajak (WP)
menerima atau memperoleh
penghasilan dari Pemberi Kerja
yang memiliki kode Klasifikasi
Lapangan Usaha (KLU) sesuai
ketentuan perpajakan, sebagai
Perusahaan Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE), memiliki
izin Penyelenggaraan Kawasan
Berikat, atau izin Pengusaha
Dalam Kawasan Berikat
(PDKB), (b) Wajib Pajak (WP)
memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), dan (c) Wajib
Pajak (WP) memiliki
Penghasilan Bruto yang bersifat
tetap dan teratur pada Masa
Pajak menerima atau
memperoleh tidak lebih dari
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah).
Kesimpulan
Manfaat dari penelitian ini untuk
membantu masyarakat umum dan
khususnya Wajib Pajak (WP) Orang
Pribadi untuk dapat menghitung Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 secara
mandiri, terutama untuk memastikan
apakah Wajib Pajak (WP) tersebut
bisa mendapatkan Insentif PPh Pasal
21 DTP yang dapat membantu
meringankan beban ekonomi yang
terdampak dari penyebaran wabah
Covid-19 di Indonesia.Meskipun
kebijakan pemerintah dalam hal
pemberian insentif pajak ini memiliki
konsekuensi terhadap penurunan atas
penerimaan negara dari sektor pajak.
Namun kebijakan tersebut dapat
mengurangi efek domino yang
diakibatkan oleh adanya pandemi
Covid-19 terhadap perekonomian
nasional. Sebagai saran untuk Wajib
Pajak (WP) Orang Pribadi telah
memenuhi ketentuan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor
44/PMK.03/2020, untuk dapat
memanfaatkan kebijakan pemerintah
terkait dengan Insentif PPh Pasal 21
DTP sebagai salah satu bentuk
stimulus fiskal yang dapat membantu
dalam percepatan perbaikan
perkonomian dan pembangunan
nasional di tengah wabah Covid-19 di
Indonesia. Selain itu hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
dasar penelitian yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pajak. (2020). PPh Pasal 21/26. Retrieved June 16, 2020, from
https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2126
Menteri Keuangan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 44/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Direktorat Jenderal Pajak. (2015). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015
Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran , Dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan
Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kartu UAS
2. Bukti Plagiasi
3. Bukti Upload
4. Link

More Related Content

What's hot

Bahan sosialisasi spt tahunan badan
Bahan sosialisasi spt tahunan badanBahan sosialisasi spt tahunan badan
Bahan sosialisasi spt tahunan badanheri baskoro
 
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21Tobagus Makmun
 
Pph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet cPph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet ckaromah95
 
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21Sidik Abdullah
 
Matakuliah Perpajakan 1
Matakuliah Perpajakan 1Matakuliah Perpajakan 1
Matakuliah Perpajakan 1DWIASTUTYARFAH
 
Buku petunjuk
Buku petunjukBuku petunjuk
Buku petunjukEka Manik
 
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_newNatal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_newnatal kristiono
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakanisa93
 
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajakPenagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajakNurulUkhuwaNadia
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Icha Icha
 
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21PELANGI ANGGITA
 
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPHUndang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPHYesica Adicondro
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - PenjelasanChairudin NR
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhChairudin NR
 

What's hot (19)

Bahan sosialisasi spt tahunan badan
Bahan sosialisasi spt tahunan badanBahan sosialisasi spt tahunan badan
Bahan sosialisasi spt tahunan badan
 
Pajak Penghasilan
Pajak PenghasilanPajak Penghasilan
Pajak Penghasilan
 
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
Sosialisasi Per 31/2012 - PPh pasal 21
 
Pph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet cPph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet c
 
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
Bab 4 pajak penghasilan pasal 21
 
Matakuliah Perpajakan 1
Matakuliah Perpajakan 1Matakuliah Perpajakan 1
Matakuliah Perpajakan 1
 
Bab3 pph
Bab3 pphBab3 pph
Bab3 pph
 
Perpajakan 2
Perpajakan 2Perpajakan 2
Perpajakan 2
 
Buku petunjuk
Buku petunjukBuku petunjuk
Buku petunjuk
 
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_newNatal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_new
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajak
 
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajakPenagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26
 
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
 
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPHUndang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
Undang - Undang No 36 Tahun 2008 PPH
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
 
PPh pasal 4 ayat 2
PPh pasal 4 ayat 2PPh pasal 4 ayat 2
PPh pasal 4 ayat 2
 

Similar to InsentifPajakCovid

Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxmatius7
 
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)Martin Kosasi
 
Corporate income tax presentation 2011
Corporate income tax presentation 2011Corporate income tax presentation 2011
Corporate income tax presentation 2011Sidik Abdullah
 
Taxation 2 Seasin 2.pptx
Taxation 2 Seasin 2.pptxTaxation 2 Seasin 2.pptx
Taxation 2 Seasin 2.pptxTirthaSyaputra1
 
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptxMateri PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptxRevaYuliani2
 
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxPert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxLidyaYuni
 
Citra Muthi'atul Wasma_Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pegawai Tidak Tetap d...
Citra Muthi'atul Wasma_Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pegawai Tidak Tetap d...Citra Muthi'atul Wasma_Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pegawai Tidak Tetap d...
Citra Muthi'atul Wasma_Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pegawai Tidak Tetap d...CitraMuthiatulWasma
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.pptJancokKoe1
 
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...LilisNofitaSari
 
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiBahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiGendhuk Nugroho
 
Laporan magang gusfrendi suharmin
Laporan magang gusfrendi suharminLaporan magang gusfrendi suharmin
Laporan magang gusfrendi suharmingusfrendi
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniRiki Ardoni
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.pptabifarizka
 
Tugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakanTugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakankristina105
 

Similar to InsentifPajakCovid (20)

Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
 
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
 
Corporate income tax presentation 2011
Corporate income tax presentation 2011Corporate income tax presentation 2011
Corporate income tax presentation 2011
 
Makalah ptkp1
Makalah ptkp1Makalah ptkp1
Makalah ptkp1
 
Taxation 2 Seasin 2.pptx
Taxation 2 Seasin 2.pptxTaxation 2 Seasin 2.pptx
Taxation 2 Seasin 2.pptx
 
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptxMateri PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
 
Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)
 
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docxPert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
Pert1_PJ2_SA1_1810111389_Maulidya Yuniwiansyah.docx
 
Citra Muthi'atul Wasma_Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pegawai Tidak Tetap d...
Citra Muthi'atul Wasma_Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pegawai Tidak Tetap d...Citra Muthi'atul Wasma_Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pegawai Tidak Tetap d...
Citra Muthi'atul Wasma_Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pegawai Tidak Tetap d...
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
 
Bab ix-expatriate-baru
Bab ix-expatriate-baruBab ix-expatriate-baru
Bab ix-expatriate-baru
 
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadiBahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
Bahan ajar p ph pasal 21 orang pribadi
 
Laporan magang gusfrendi suharmin
Laporan magang gusfrendi suharminLaporan magang gusfrendi suharmin
Laporan magang gusfrendi suharmin
 
Uu 36 2008_penj
Uu 36 2008_penjUu 36 2008_penj
Uu 36 2008_penj
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
Tugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakanTugas 1 kristina perpajakan
Tugas 1 kristina perpajakan
 
Dasarhukum pph
Dasarhukum pphDasarhukum pph
Dasarhukum pph
 

Recently uploaded

MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 

Recently uploaded (7)

MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 

InsentifPajakCovid

  • 1. Perhitungan Insentif Pajak Penghasilan Pada Saat Pandemi Covid-19 Aullya Yunidha Assafa’ Universtas PGRI Adi Buana Surabaya Aullyayunidha@gmail.com Abstrak Pandemi Covid-19 adalah sebuah bencana bagi seluruh dunia. Covid-19 telah mempengaruhi stabilitas produktivitas dan ekonomi bagi masyarakat di Indonesia. Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Tentang Perhitungan Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Yang Berdampak Di Masa Pandemi Covid-19. Kebijakan pemerintah juga memiliki konsekuensi terhadap penurunan atas penerimaan negara dari sektor pajak, namun kebijakan pemerintah tersebut dapat membantu mengurangi efek yang telah diakibatkan saat adanya pandemi Covid-19. Kata Kunci : Perhitungan, Insentif Pajak Penghasilan Pendahuluan Krisis ekonomidi Indonesia yang terjadi di sejumlah negara di Amerika dan Eropa telah menjadi titik berat bagi negara tersebut dan negara lain yang bekerjasama dalam bidang ekonomi, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia sangat mengalami kondisi yang menurun akibat Virus ini, pandemi seperti ini sangat sulit dan sangat berpengaruh dalam menjalani perekonomian dunia. Kita dapat mengalami gelombang krisis akibat pergolakan bahan bakar minyak, sampai krisis sektor pangan yang melanda banyak negara di dunia, serta berdampak pada terjadinya krisis finansial yang begitu merasakan hingga saat ini. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa kerugian di seluruh dunia terkait hutang yang berasal dari AS (yang berkaitan dengan mortgages) akan mencapai sekitar 1,4 triliun US Dollar titik angka ini meleset melebihi proyek awal dari IMF yang hanya sebesar 945 miliar US Dollar pada bulan April 2008. Akibat krisis ini sejumlah negara kaya menghadapi resesi, serta sebagian lagi dikarenakan lonjakan harga minyak pada 2009, seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Jepang yang pendapatannya menurun titik jika melihat bagaimana cepatnya terjadi pengangguran serta lemahnya daya beli konsumen, bisa dipastikan perekonomian Amerika juga mengalami kemunduran. Pajak penghasilan merupakan salah satu pendapatan negara yang dapat dipergunakan oleh negara untuk pembiayaan pembangunan nasional, namun disaat pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) semakin meluas dan
  • 2. mempengaruhi perekonomian di Indonesia, pemerintah mengeluarkan pendapat kepada beberapa paket stimulus ekonomi, diantaranya adalah paket stimulus fiskal dalam hal melakukan relaksasi pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Stimulus fiskal relaksasi PPh Pasal 21 hanya berlaku untuk penghasilan pegawai dengan kriteria tertentu yang telah di tetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) perubahan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2020. Pegawai dengan kreteria tertentu tersebut, (Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2020) meliputi: 1. Menerima penghasilan dari Pemberi Kerja, yang: 2. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 3. Pada Masa Pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh Penghasilan Bruto yang bersifat tetap dan teratur yang disetahunkan tidak lebih dari Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Insentif Pajak PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah (DTP) ini hanya berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak Masa Pajak April 2020 sampai dengan Masa Pajak September 2020. Kebijakan pemerintah pemberian insentif pajak ini tentu sangat memiliki konsekuensi yang sangat besar terhadap penurunan atas penerimaan negara dari sektor pajak. Namun kebijakan pemerintah tersebut dapat mengurangi efek yang diakibatkan oleh adanya Covid-19 terhadap perekonomian di Indonesia. Selain itu kebijakan pemerintah atas pemberian insentif PPh Pasal 21 ini juga membantu meringankan beban masyarakat dalam perekonomian para pegawai yang terdampak pandemi Covid-19. 1. Pajak Pajak merupakan hukum publik, karena berkaitan dengan wewenang negara memungut pajak dari rakyat, dalam hal ini wewenang direktur jenderal pajak memungut pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa, dan pajak penjualan atas barang mewah, serta wewenang kepala daerah dalam memungut pajak daerah, dalam hal ini wewenang gubernur memungut pajak kendaraan bermotor, biaya balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok. Adapun bupati dan walikota berwenang memungut pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi, dan bangunan perdesaan dan perkotaan, serta biaya perolehan hak atas tanah dan bangunan. 2. PPh Pasal 21 Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21, menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri. Pajak penghasilan yang termasuk jenis pajak subjektif, yaitu kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang
  • 3. bersangkutan, dimana kewajiban ini tidak dapat di limpahkan kepada subjek lain. Pajak penghasilan dikenakan pajak yang berkenaan dengan penghasilannya diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Menerapan sistem PPh Pasal 21 di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem self assessment, yaitu Wajib Pajak (WP) akan diberikan kepercayaan untuk melakukan penghitungan, pembayaran, dan pelaporan atas pajak terutangnya sendiri, sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Subjek PPh Pasal 21, menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 yaitu: 1. Orang Pribadi (OP) a. Orang Pribadi (OP) Dalam Negeri b. Orang Pribadi (OP) Luar Negeri 2. Badan Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah. 3. Warisan yang belum terbagi Warisan yang belum terbagi sebagai salah satu kesatuan menggantikan yang berhak. 4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, dan badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha di Indonesia. Yang tidak termasuk subjek pajak, menurut UU Nomor 36 Tahun 2008, yaitu: 1. Kantor Perwakilan Negara Asing 2. Pejabat Perwakilan Diplomatik dan Konsulat atau Pejabat lain dari Negara Asing. 3. Organisasi Internasional 4. Pejabat Organisasi Internasional Menurut Peraturan Dirjen Pajak PER-16/PJ/2016 Pasal 5 Ayat (1) dan (2), Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 5. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan. 6. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukannya. 7. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan yang sejenis dengan nama apapun. 8. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan
  • 4. pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama. Menurut Peraturan Dirjen Pajak PER-16/PJ/2016 Pasal 3, Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21, (Direktorat Jenderal Pajak, 2016) yaitu: 1. Pegawai. 2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya. 3. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa. 4. Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama. 5. Mantan Pegawai. 6. Peserta Kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikut sertaannya dalam suatu kegiatan.Menurut Peraturan Dirjen Pajak PER-16/PJ/2016 Pasal 8, Yang Tidak Termasuk Dalam Pengertian Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21. 3. Penghasilan Kena Pajak (PKP) Penghasilan Kena Pajak, menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) adalah penghasilan wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dalam satu tahun pajak. (Republik Indonesia, 2008) 4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Berdasarkan undang undang No.36 Tahun 2008, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah kompenen pengurang dalam menghitung besarnya pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi, Atau bisa juga dimaknai sebagai besarnya penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berfungsi Sеbаgаі pengurang penghasilan neto wajib рајаk. Sehingga PTKP menjadi pengurangan dari dasar реrhіtungаn Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per tahun, menurut Peraturan Dirjen Pajak PER-16/PJ/2016 Pasal 11 Ayat (1) yaitu: 1. Untuk diri WP OP = Rp. 54.000.000,- 2. Tambahan WP kawin = Rp. 4.500.000,- 3. Tambahan untuk setap tanggungan WP
  • 5. (Maksimal tiga orang) = Rp.4.500.000,- 5. Biaya Jabatan Biaya Jabatan adalah biaya yang ditetapkan oleh undang- undang dan peraturan perpajakan sebagai pengurang dari penghasilan bruto kepada wajib pajak yang berstatus sebagai pegawai tetap selama tahun pajak. Peraturan Dirjen Pajak PER- 32/PJ/2015 Pasal 10 Ayat (3) menetapkan besarnya biaya jabatan untuk Pegawai Tetap dikenakan tarif 5% dari penghasilan bruto setahun dan setinggi-tingginya Rp. 500.000 sebulan atau Rp. 6.000.000,- setahun. 6. Insentif PPh Pasal 21 Penghasilan yang diterima Pegawai wajib dipotong sesuai ketentuan PPh Pasal 21 oleh Pemberi Kerja, dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, penghasilan pegawai yang sudah dipotong sesuai ketentuan perpajakan oleh Pemberi Kerja akan ditanggung oleh Pemerintah atas penghasilan yang diterima Pegawai dengan kriteria tertentu. Insentif PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah (DTP) ini hanya berlaku selama 6 bulan terhitung sejak Masa Pajak April 2020 sampai dengan Masa Pajak September 2020. Kriteria tertentu tersebut meliputi: (a) Wajib Pajak (WP) menerima atau memperoleh penghasilan dari Pemberi Kerja yang memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) sesuai ketentuan perpajakan, sebagai Perusahaan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), memiliki izin Penyelenggaraan Kawasan Berikat, atau izin Pengusaha Dalam Kawasan Berikat (PDKB), (b) Wajib Pajak (WP) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan (c) Wajib Pajak (WP) memiliki Penghasilan Bruto yang bersifat tetap dan teratur pada Masa Pajak menerima atau memperoleh tidak lebih dari Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
  • 6. Kesimpulan Manfaat dari penelitian ini untuk membantu masyarakat umum dan khususnya Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi untuk dapat menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 secara mandiri, terutama untuk memastikan apakah Wajib Pajak (WP) tersebut bisa mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP yang dapat membantu meringankan beban ekonomi yang terdampak dari penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia.Meskipun kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif pajak ini memiliki konsekuensi terhadap penurunan atas penerimaan negara dari sektor pajak. Namun kebijakan tersebut dapat mengurangi efek domino yang diakibatkan oleh adanya pandemi Covid-19 terhadap perekonomian nasional. Sebagai saran untuk Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi telah memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020, untuk dapat memanfaatkan kebijakan pemerintah terkait dengan Insentif PPh Pasal 21 DTP sebagai salah satu bentuk stimulus fiskal yang dapat membantu dalam percepatan perbaikan perkonomian dan pembangunan nasional di tengah wabah Covid-19 di Indonesia. Selain itu hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar penelitian yang berkelanjutan.
  • 7. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pajak. (2020). PPh Pasal 21/26. Retrieved June 16, 2020, from https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2126 Menteri Keuangan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 44/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Direktorat Jenderal Pajak. (2015). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran , Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.
  • 8. DAFTAR LAMPIRAN 1. Kartu UAS 2. Bukti Plagiasi 3. Bukti Upload 4. Link