SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
PAJAK PENGHASILAN BADAN
Definisi
Pajak Penghasilan Badan (PPh
Badan) merupakan pajak yang
dikenakan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh oleh suatu
badan usaha seperti yang
dimaksud dalam UU KUP.
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Subjek PPh Badan
(Pasal 2 UU PPh)
Badan
• Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT),
Perseroan Komanditer (CV), Perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,
Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi sosial politik, Organisasi lainnya, Lembaga
dan bentuk badan lainnya
Bentuk Usaha Tetap
Bentuk usaha yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yangdipergunakan oleh orang pribadi dan badanuntuk menjalankan usaha atau
melakukankegiatan di Indonesia yang dapat berupa: a) tempat kedudukan manajemen;
b). cabangperusahaan; c). kantor perwakilan; d). gedungkantor; e). pabrik; f). bengkel;
g). gudang; h). ruang untuk promosi dan penjualan; i). pertambangan dan penggalian
sumber alam; j). wilayah kerja pertambangan minyak dangas bumi; dll (Pasal 2 ayat 5
UU PPh)
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Jenis Subjek PPh Badan
(Pasal 2 UU PPh)
Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
• Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria: 1). pembentukannya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan; 2). pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD; 3).
penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
dan pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
Subjek Pajak Badan Luar Negeri
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang :
- menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di
Indonesia, atau
- menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia
Tidak Termasuk Subjek PPh Badan
(Pasal 3 UU PPh)
Yang tidak termasuk subjek pajak penghasilan badan
sbb:
a)Kantor perwakilan negara asing;
b)Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota;
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Indonesia
Indonesia
Kewajiban Pajak Subjektif
(Pasal 2A UU PPh)
Subjek Pajak Badan
Dalam Negeri
Mulai: saat
didirikan/ bertempat
kedudukan di
Indonesia
Berakhir: saat
dibubarkan atau tidak
lagi bertempat
kedudukan di Indonesia
Subjek Pajak
Badan Luar Negeri
Mulai: saat melakukan
usaha/ kegiatan atau
menerima/ memperoleh
penghasilan dari
Berakhir: saat tidak lagi
menjalankan
usaha/kegiatan atau
menerima/memperoleh di
Kewajiban Perpajakan sebagai Wajib
Pajak Badan
(Pasal 2 UU KUP)
Seluruh badan usaha yang terdaftardi Indonesia mempunyai kewajiban:
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Kewajiban Pembukuan
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
(Pasal 28 Ayat 1 UU KUP)
Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan (Pasal 28 Ayat 1 UU
KUP)
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut (Pasal 1 ayat 29)
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen
lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu
di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan
Wajib Pajak badan (Pasal 28 ayat 11)
Tarif Pajak Penghasilan Badan
(Pasal 17 UU PPh)
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Tahun Pajak UU No. 36
Tahun
2008
UU No. 2
Tahun 2020
UU HPP
2008-2009 28%
2010-2019 25%
2020 – 2021 22%
Mulai tahun 2022 20% 22%
Tarif Pajak Penghasilan Badan
(Pasal 31E UU PPh)
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif
sebesar 50% (lima puluh persen) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah).
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Tarif Pajak Penghasilan Badan
(PP No. 23 tahun 2008)
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang
memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak dikenai Pajak Penghasilan final sebesar O,5% (nol koma
lima persen) atas penghasilan dari usaha setiap bulan.
Besarnya peredaran bruto dimaksud merupakan jumlah peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun
dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak bersangkutan, yang ditentukan berdasarkan
keseluruhan peredaran bruto dari usaha, termasuk peredaran bruto dari cabang.
Jangka waktu pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final bagi Badan paling lama:
4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer,
atau firma; dan
3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan terbatas.
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Tarif Pajak Penghasilan Badan
(PP No. 23 tahun 2008)
Tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final:
penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang
pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri;
penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan tersendiri; dan
penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Tarif Pajak Penghasilan Badan
(PP No. 23 tahun 2008)
Tidak termasuk Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan bersifat final:
Wajib Pajak memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17
atau Pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan;
Wajib Pajak badan berbentuk persekutuan komanditer atau firma yang dibentuk
oleh beberapa Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki keahlian khusus
menyerahkan jasa sejenis dengan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas
Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap.
Perubahan UU HPP Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan
tarif final 0,5% (PP23/2018) dan memiliki peredaran bruto sampai Rp.500 juta
setahun tidak dikenai PPh.
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Tarif Pajak Penghasilan Badan
(Pasal 17 UU PPh, Pasal 31E UU PPh, PP No. 23 tahun 2018)
Penghasilan Bruto Setahun > 50M
•Pasal 17 UU PPh
•Tarif Umum Pasal 17 x Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Bruto Setahun s.d 4,8 M
•PP Nomor 23 tahun 2018
•Tarif Pajak Final 0,5% x Penghasilan Bruto Sebulan
Penghasilan Bruto Setahun 4,8 M s.d 50M
•Pasal 17 dan Pasal 31E UU PPh
•Pengurangan tarif sebesar 50% x Tarif Umum Pasal 17 untuk bagian
Penghasilan Kena Pajak s.d 4,8M
•Tarif Umum Pasal 17 untuk bagian Penghasilan Kena Pajak >4,8M
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Pengukuran Biaya
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat
diakui sebagai pengurang, meskipun biaya tersebut berkaitan dengan
kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena menurut ketentuan pajak, biaya
fiskal digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
1.Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (Pasal 6
UU PPh)
2.Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
(Pasal 9 ayat 1 UU PPh)
Pengukuran Biaya
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Biaya-biaya yangboleh dikurangkandari penghasilanbruto(Pasal6UU PPh)
1.biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha;
2.penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun;
3.iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
4.kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
5.kerugian selisih kurs mata uang asing;
6.biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
7.biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
8.piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat;
Pengukuran Biaya
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Biaya-biaya yangboleh dikurangkandari penghasilanbruto(Pasal6UU PPh)
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
dUaUnHdPaPp:aPtemberiannatura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi penerima
dibiayakan (Dedectible Expense) yaitu:
Pengukuran
Biaya
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
(Pasal 6 UU PPh)
UU HPP : Pemberian natura tertentu
a. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai
b. Natura di daerah tertentu
c. Natura karena keharusan pekerjaaan, contoh: alat keselamatan kerja
atau seragam
d. Natura yang bersumber dari APBN/APBD
e. Natura dengan jenis dan Batasan tertentu.
Kompensasi Kerugian
 terjadinyakerugian tersebut.
 Misalkan:
 PT ABC mengalami kerugian fiskal tahun 2015.
 Kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal
tahun
 2016, 2017, 2018, 2019 dan 2020.
 Apabila setelah tahun 2020 masih terdapat sisa kerugian yang belum
dikompensasikan, maka
 sisa kerugian tersebut dianggap hangus atau tidak dapat dikompensasikan lagi.
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang (UU) PPh
Apabila Penghasilan Bruto setelah dikurangi dengan pengurangan yang diperkenankan
diperoleh
atau laba
kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto
fiskal selama 5 tahun berturut-turut, dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun
Kompensasi Kerugian
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Contoh:
PT A dalam tahun 2015 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1,2 M. Selama 5
tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A:
2016 : laba fiskal
2017 : rugi fiskal
2018 : laba fiskal
2019 : laba fiskal
2020 : laba fiskal
Rp 200 juta
(Rp 300 juta)
Rp N I H I L
Rp 100 juta
Rp 800 juta
Perhitungan kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :
Rugi fiskal thn 2015
Laba fiskal thn 2016
Sisa rugi fiskal thn 2015
(Rp 1,2 M)
Rp 200 juta  PPh Badan terutang = 0
Thn-1 (Rp 1 M)
Kompensasi Kerugian
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Sisa rugi fiskal thn 2015
Rugi fiskal thn 2017
Sisa rugi fiskal thn 2015
Laba fiskal thn 2018
Thn-2
(Rp 1 M)
(Rp 300 juta)  PPh Badan terutang = 0
(Rp 1 M)
Rp N I H I L  PPh Badan terutang = 0
Sisa rugi fiskal thn 2015 Thn-3 (Rp 1 M) 2018 = Rugi fiskal thn 2017  Thn -1
Laba fiskal thn 2019 Rp 100 juta  PPh Badan terutang = 0
Sisa rugi fiskal thn 2015
Laba fiskal thn 2020
Thn-4 (Rp 900 juta) 2019 = Rugi fiskal thn 2017  Thn -2
Rp 800 juta  PPh Badan terutang = 0
Sisa rugi fiskal thn 2015 Thn-5 (Rp 100 juta) 2020 = Rugi fiskal thn 2017  Thn -3
Sisa rugi fiskal thn 2015 sebesar Rp.100 juta yang masih tersisa pada akhir thn 2020 tidak boleh
dikompensasikan lagi dengan laba fiskal thn 2021, karena jangka waktu 5 tahun sudah selesai.
Sedangkan rugi fiskal tahun 2017 sebesar Rp.300 juta hanya boleh dikompensasikan dengan
laba fiskal tahun 2021 dan tahun 2022, karena jangka waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun
2017berakhir pada akhir tahun 2022.
Rekonsiliasi Fiskal
1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
Beberapa perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya dalam penyusunan Laporan Keuangan
yang mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan dengan Perhitungan Pajak Penghasilan
yang mengacu kepada Ketentuan Perpajakan menghasilkan jumlah angka laba yang berbeda
(Laba Komersial vs Laba fiskal). Perbedaan inilah yang menyebabkan perlunya dilakukan
“Rekonsiliasi Fiskal”, yaitu: suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan
komersial perusahaan menjadi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Inti dari rekonsiliasi fiskal adalah koreksi fiskal, yaitu:
Semua
Semua
1. Koreksi Positif, yaitu Koreksi Menambah Penghasilan Kena Pajak.
koreksi biaya, kecuali penyusutan, termasuk koreksi positif.
2. Koreksi Negatif, yaitu Koreksi Mengurangi Penghasilan Kena Pajak.
koreksi pendapatan termasuk koreksi negatif.
Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-pos biaya & pos-pos penghasilan dalam Laporan
KeuanganKomersial.
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx
Materi PPh Badan.pptx

More Related Content

Similar to Materi PPh Badan.pptx

05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.pptabifarizka
 
3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badanana razma
 
Taxation 2 Seasin 2.pptx
Taxation 2 Seasin 2.pptxTaxation 2 Seasin 2.pptx
Taxation 2 Seasin 2.pptxTirthaSyaputra1
 
Corporate income tax presentation 2011
Corporate income tax presentation 2011Corporate income tax presentation 2011
Corporate income tax presentation 2011Sidik Abdullah
 
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaPeraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaARIEF DJUNAEDI
 
PPH WAJIB PAJAK BADAN
PPH WAJIB PAJAK BADANPPH WAJIB PAJAK BADAN
PPH WAJIB PAJAK BADANYABES HULU
 
Pajak penghasilan dosen pak taufikur rohman M.Si
Pajak penghasilan dosen pak taufikur rohman M.SiPajak penghasilan dosen pak taufikur rohman M.Si
Pajak penghasilan dosen pak taufikur rohman M.Simas karebet
 
Koreksi fiskal pph badan dan khusus perbankan
Koreksi fiskal pph badan  dan khusus perbankanKoreksi fiskal pph badan  dan khusus perbankan
Koreksi fiskal pph badan dan khusus perbankantoniaris2
 
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - BadanS-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badanmateripenyuluhan
 
Tax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran UsahaTax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran Usahapuspa
 
Pemotongan pph atas pembayaran imbalan jasa kepada but
Pemotongan pph atas pembayaran imbalan jasa kepada butPemotongan pph atas pembayaran imbalan jasa kepada but
Pemotongan pph atas pembayaran imbalan jasa kepada butCitasco
 
Aspek Perpajakan Koperasi (3).pptx
Aspek Perpajakan Koperasi (3).pptxAspek Perpajakan Koperasi (3).pptx
Aspek Perpajakan Koperasi (3).pptxErickWenanda1
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isianisa_13
 
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptxAlleAldine
 

Similar to Materi PPh Badan.pptx (20)

05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan3. pajak-p ph-badan
3. pajak-p ph-badan
 
Dasarhukum pph
Dasarhukum pphDasarhukum pph
Dasarhukum pph
 
Taxation 2 Seasin 2.pptx
Taxation 2 Seasin 2.pptxTaxation 2 Seasin 2.pptx
Taxation 2 Seasin 2.pptx
 
Corporate income tax presentation 2011
Corporate income tax presentation 2011Corporate income tax presentation 2011
Corporate income tax presentation 2011
 
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaPeraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
PPH WAJIB PAJAK BADAN
PPH WAJIB PAJAK BADANPPH WAJIB PAJAK BADAN
PPH WAJIB PAJAK BADAN
 
Pajak penghasilan dosen pak taufikur rohman M.Si
Pajak penghasilan dosen pak taufikur rohman M.SiPajak penghasilan dosen pak taufikur rohman M.Si
Pajak penghasilan dosen pak taufikur rohman M.Si
 
Pph badan
Pph badanPph badan
Pph badan
 
Koreksi fiskal pph badan dan khusus perbankan
Koreksi fiskal pph badan  dan khusus perbankanKoreksi fiskal pph badan  dan khusus perbankan
Koreksi fiskal pph badan dan khusus perbankan
 
Makalah ptkp1
Makalah ptkp1Makalah ptkp1
Makalah ptkp1
 
Pajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umumPajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umum
 
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - BadanS-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
S-PL-021-14-00-Petunjuk Awal untuk WP Baru - Badan
 
Tax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran UsahaTax Planning Peredaran Usaha
Tax Planning Peredaran Usaha
 
Pemotongan pph atas pembayaran imbalan jasa kepada but
Pemotongan pph atas pembayaran imbalan jasa kepada butPemotongan pph atas pembayaran imbalan jasa kepada but
Pemotongan pph atas pembayaran imbalan jasa kepada but
 
Aspek Perpajakan Koperasi (3).pptx
Aspek Perpajakan Koperasi (3).pptxAspek Perpajakan Koperasi (3).pptx
Aspek Perpajakan Koperasi (3).pptx
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
 

More from RevaYuliani2

Pert. 1- Pasar Modal Indonesia).pptx
Pert. 1- Pasar Modal Indonesia).pptxPert. 1- Pasar Modal Indonesia).pptx
Pert. 1- Pasar Modal Indonesia).pptxRevaYuliani2
 
Manajemen Konflik.pptx
Manajemen Konflik.pptxManajemen Konflik.pptx
Manajemen Konflik.pptxRevaYuliani2
 
chapter-5-teori-portofolio-markowitz.ppt
chapter-5-teori-portofolio-markowitz.pptchapter-5-teori-portofolio-markowitz.ppt
chapter-5-teori-portofolio-markowitz.pptRevaYuliani2
 
Theasury Management.pptx
Theasury Management.pptxTheasury Management.pptx
Theasury Management.pptxRevaYuliani2
 

More from RevaYuliani2 (6)

Pert. 1- Pasar Modal Indonesia).pptx
Pert. 1- Pasar Modal Indonesia).pptxPert. 1- Pasar Modal Indonesia).pptx
Pert. 1- Pasar Modal Indonesia).pptx
 
Manajemen Konflik.pptx
Manajemen Konflik.pptxManajemen Konflik.pptx
Manajemen Konflik.pptx
 
ISO_14001.ppt
ISO_14001.pptISO_14001.ppt
ISO_14001.ppt
 
chapter-5-teori-portofolio-markowitz.ppt
chapter-5-teori-portofolio-markowitz.pptchapter-5-teori-portofolio-markowitz.ppt
chapter-5-teori-portofolio-markowitz.ppt
 
Materi PBB.pptx
Materi PBB.pptxMateri PBB.pptx
Materi PBB.pptx
 
Theasury Management.pptx
Theasury Management.pptxTheasury Management.pptx
Theasury Management.pptx
 

Recently uploaded

Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).pptAchmadHasanHafidzi
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxzulfikar425966
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 

Recently uploaded (20)

Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 

Materi PPh Badan.pptx

  • 2. Definisi Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh suatu badan usaha seperti yang dimaksud dalam UU KUP. 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 3. Subjek PPh Badan (Pasal 2 UU PPh) Badan • Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apa pun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi sosial politik, Organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk badan lainnya Bentuk Usaha Tetap Bentuk usaha yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yangdipergunakan oleh orang pribadi dan badanuntuk menjalankan usaha atau melakukankegiatan di Indonesia yang dapat berupa: a) tempat kedudukan manajemen; b). cabangperusahaan; c). kantor perwakilan; d). gedungkantor; e). pabrik; f). bengkel; g). gudang; h). ruang untuk promosi dan penjualan; i). pertambangan dan penggalian sumber alam; j). wilayah kerja pertambangan minyak dangas bumi; dll (Pasal 2 ayat 5 UU PPh) 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 4. Jenis Subjek PPh Badan (Pasal 2 UU PPh) Subjek Pajak Badan Dalam Negeri • Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: 1). pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2). pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD; 3). penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara Subjek Pajak Badan Luar Negeri • Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang : - menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, atau - menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia
  • 5. Tidak Termasuk Subjek PPh Badan (Pasal 3 UU PPh) Yang tidak termasuk subjek pajak penghasilan badan sbb: a)Kantor perwakilan negara asing; b)Organisasi-organisasi internasional dengan syarat: Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota; 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 6. Indonesia Indonesia Kewajiban Pajak Subjektif (Pasal 2A UU PPh) Subjek Pajak Badan Dalam Negeri Mulai: saat didirikan/ bertempat kedudukan di Indonesia Berakhir: saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia Subjek Pajak Badan Luar Negeri Mulai: saat melakukan usaha/ kegiatan atau menerima/ memperoleh penghasilan dari Berakhir: saat tidak lagi menjalankan usaha/kegiatan atau menerima/memperoleh di
  • 7. Kewajiban Perpajakan sebagai Wajib Pajak Badan (Pasal 2 UU KUP) Seluruh badan usaha yang terdaftardi Indonesia mempunyai kewajiban: 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 8. Kewajiban Pembukuan 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 (Pasal 28 Ayat 1 UU KUP) Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan (Pasal 28 Ayat 1 UU KUP) Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut (Pasal 1 ayat 29) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan (Pasal 28 ayat 11)
  • 9. Tarif Pajak Penghasilan Badan (Pasal 17 UU PPh) 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Tahun Pajak UU No. 36 Tahun 2008 UU No. 2 Tahun 2020 UU HPP 2008-2009 28% 2010-2019 25% 2020 – 2021 22% Mulai tahun 2022 20% 22%
  • 10. Tarif Pajak Penghasilan Badan (Pasal 31E UU PPh) Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 11. Tarif Pajak Penghasilan Badan (PP No. 23 tahun 2008) Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak dikenai Pajak Penghasilan final sebesar O,5% (nol koma lima persen) atas penghasilan dari usaha setiap bulan. Besarnya peredaran bruto dimaksud merupakan jumlah peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak bersangkutan, yang ditentukan berdasarkan keseluruhan peredaran bruto dari usaha, termasuk peredaran bruto dari cabang. Jangka waktu pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final bagi Badan paling lama: 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, atau firma; dan 3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan terbatas. 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 12. Tarif Pajak Penghasilan Badan (PP No. 23 tahun 2008) Tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final: penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri; penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan tersendiri; dan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak. 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 13. Tarif Pajak Penghasilan Badan (PP No. 23 tahun 2008) Tidak termasuk Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan bersifat final: Wajib Pajak memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17 atau Pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan; Wajib Pajak badan berbentuk persekutuan komanditer atau firma yang dibentuk oleh beberapa Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki keahlian khusus menyerahkan jasa sejenis dengan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap. Perubahan UU HPP Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan tarif final 0,5% (PP23/2018) dan memiliki peredaran bruto sampai Rp.500 juta setahun tidak dikenai PPh. 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 14. Tarif Pajak Penghasilan Badan (Pasal 17 UU PPh, Pasal 31E UU PPh, PP No. 23 tahun 2018) Penghasilan Bruto Setahun > 50M •Pasal 17 UU PPh •Tarif Umum Pasal 17 x Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Bruto Setahun s.d 4,8 M •PP Nomor 23 tahun 2018 •Tarif Pajak Final 0,5% x Penghasilan Bruto Sebulan Penghasilan Bruto Setahun 4,8 M s.d 50M •Pasal 17 dan Pasal 31E UU PPh •Pengurangan tarif sebesar 50% x Tarif Umum Pasal 17 untuk bagian Penghasilan Kena Pajak s.d 4,8M •Tarif Umum Pasal 17 untuk bagian Penghasilan Kena Pajak >4,8M 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1
  • 15.
  • 16. Pengukuran Biaya 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat diakui sebagai pengurang, meskipun biaya tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena menurut ketentuan pajak, biaya fiskal digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : 1.Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (Pasal 6 UU PPh) 2.Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (Pasal 9 ayat 1 UU PPh)
  • 17. Pengukuran Biaya 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Biaya-biaya yangboleh dikurangkandari penghasilanbruto(Pasal6UU PPh) 1.biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha; 2.penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun; 3.iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; 4.kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; 5.kerugian selisih kurs mata uang asing; 6.biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; 7.biaya beasiswa, magang, dan pelatihan; 8.piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat;
  • 18. Pengukuran Biaya 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Biaya-biaya yangboleh dikurangkandari penghasilanbruto(Pasal6UU PPh) 9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan 13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. dUaUnHdPaPp:aPtemberiannatura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi penerima dibiayakan (Dedectible Expense) yaitu:
  • 19. Pengukuran Biaya 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (Pasal 6 UU PPh) UU HPP : Pemberian natura tertentu a. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai b. Natura di daerah tertentu c. Natura karena keharusan pekerjaaan, contoh: alat keselamatan kerja atau seragam d. Natura yang bersumber dari APBN/APBD e. Natura dengan jenis dan Batasan tertentu.
  • 20. Kompensasi Kerugian  terjadinyakerugian tersebut.  Misalkan:  PT ABC mengalami kerugian fiskal tahun 2015.  Kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal tahun  2016, 2017, 2018, 2019 dan 2020.  Apabila setelah tahun 2020 masih terdapat sisa kerugian yang belum dikompensasikan, maka  sisa kerugian tersebut dianggap hangus atau tidak dapat dikompensasikan lagi. 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang (UU) PPh Apabila Penghasilan Bruto setelah dikurangi dengan pengurangan yang diperkenankan diperoleh atau laba kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto fiskal selama 5 tahun berturut-turut, dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun
  • 21. Kompensasi Kerugian 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Contoh: PT A dalam tahun 2015 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1,2 M. Selama 5 tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A: 2016 : laba fiskal 2017 : rugi fiskal 2018 : laba fiskal 2019 : laba fiskal 2020 : laba fiskal Rp 200 juta (Rp 300 juta) Rp N I H I L Rp 100 juta Rp 800 juta Perhitungan kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut : Rugi fiskal thn 2015 Laba fiskal thn 2016 Sisa rugi fiskal thn 2015 (Rp 1,2 M) Rp 200 juta  PPh Badan terutang = 0 Thn-1 (Rp 1 M)
  • 22. Kompensasi Kerugian 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Sisa rugi fiskal thn 2015 Rugi fiskal thn 2017 Sisa rugi fiskal thn 2015 Laba fiskal thn 2018 Thn-2 (Rp 1 M) (Rp 300 juta)  PPh Badan terutang = 0 (Rp 1 M) Rp N I H I L  PPh Badan terutang = 0 Sisa rugi fiskal thn 2015 Thn-3 (Rp 1 M) 2018 = Rugi fiskal thn 2017  Thn -1 Laba fiskal thn 2019 Rp 100 juta  PPh Badan terutang = 0 Sisa rugi fiskal thn 2015 Laba fiskal thn 2020 Thn-4 (Rp 900 juta) 2019 = Rugi fiskal thn 2017  Thn -2 Rp 800 juta  PPh Badan terutang = 0 Sisa rugi fiskal thn 2015 Thn-5 (Rp 100 juta) 2020 = Rugi fiskal thn 2017  Thn -3 Sisa rugi fiskal thn 2015 sebesar Rp.100 juta yang masih tersisa pada akhir thn 2020 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal thn 2021, karena jangka waktu 5 tahun sudah selesai. Sedangkan rugi fiskal tahun 2017 sebesar Rp.300 juta hanya boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2021 dan tahun 2022, karena jangka waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun 2017berakhir pada akhir tahun 2022.
  • 23. Rekonsiliasi Fiskal 1 0 / 2 8 / 2 0 2 1 Beberapa perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya dalam penyusunan Laporan Keuangan yang mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan dengan Perhitungan Pajak Penghasilan yang mengacu kepada Ketentuan Perpajakan menghasilkan jumlah angka laba yang berbeda (Laba Komersial vs Laba fiskal). Perbedaan inilah yang menyebabkan perlunya dilakukan “Rekonsiliasi Fiskal”, yaitu: suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial perusahaan menjadi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Inti dari rekonsiliasi fiskal adalah koreksi fiskal, yaitu: Semua Semua 1. Koreksi Positif, yaitu Koreksi Menambah Penghasilan Kena Pajak. koreksi biaya, kecuali penyusutan, termasuk koreksi positif. 2. Koreksi Negatif, yaitu Koreksi Mengurangi Penghasilan Kena Pajak. koreksi pendapatan termasuk koreksi negatif. Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-pos biaya & pos-pos penghasilan dalam Laporan KeuanganKomersial.