Dokumen tersebut membahas perbandingan antara neorealisme dan neoliberalisme dalam hubungan internasional. Neorealisme menekankan persaingan negara untuk mencapai kekuasaan dalam sistem internasional anarkis, sementara neoliberalisme lebih fokus pada kerjasama melalui institusi dan perdagangan bebas antarnegara.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
NEOREALISME VS NEOLIBERALISME
1. NEOREALISME VS NEOLIBERALISME
KELOMPOK 8 :
BILQIS OKTAVIANI PUTRI (071311233061)
LUQMAN SAPUTRO (071311233062)
DIDANG ALEXANDER (071311233064)
AUDITA CHIQUITA (071311233065)
YUNIA DAMAYANTI (071311233066)
KELASA
2. NEOREALISME
• Realis struktural atau Neoliberalisme beranggapan bahwa struktur atau arsitektur
sistem internasionallah yang memaksa negara-negara untuk mengejar kekuasaan
(Mearsheimer, 2007:72).
• Realis klasik kekuasaan adalah tujuan itu sendiri.
• Realis struktural kekuasaan adalah alat untuk mencapai tujuan dan tujuan akhirnya
adalah kelangsungan hidup.
• Bersaing mencapai kekuasaan adalah jalan untuk bertahan hidup, dan memiliki
kekuatan luar biasa (hegemoni) adalah cara terbaik untuk memastikan negara bertahan
hidup sendiri.
3. - Realis struktural memperlakukan negara seolah-olah black box,
tanpa melihat budaya dan ideologi yang dianut. Negara dianggap
sama, kecuali fakta bahwa beberapa negara yang lebih atau
kurang kuat daripada yang lain.
- Bertendensi pada Zero-sum World dan Security Dilemma
- self-help mengandalkan diri mereka sendiri untuk memastikan
kelangsungan hidup mereka. Contoh : membentuk aliansi.
4. Macam Neorealisme
• Realis-Defensif
Pendapat :
- Kenneth Waltz ( 1979) berargumen bahwa mengejar hegemoni dengan memaksimalkan
kekuasaan atas negara lain adalah strategi yang salah.
- sistem internasional menciptakan insentif yang kuat untuk menaikan powers tiap negara.
- Kenneth Waltz sebut sebagai ‘appropriate amount of power '
• Realis-Ofensif
Pendapat:
- John Mearsheimer ( 2001) berarguen bahwa masuk akal dan strategis yang baik bagi negara-
negara untuk mendapatkan kekuatan sebanyak mungkin dalam situasi yang tepat.
- tujuan akhir mereka adalah menjadi hegemoni , karena itu adalah cara terbaik untuk
menjamin kelangsungan hidup.
- Negara penakluk dapat memanfaatkan perekonomian negara yang kalah untuk keuntungan
negara.
5. Mengapa negara ingin berkuasa ?
• Hal ini didasarkan pada lima asumsi sederhana tentang sistem internasional :
1. Bahwa kekuatan-kekuatan besar adalah aktor utama dalam politik dunia
dan mereka beroperasi dalam sistem anarkis .
2. Bahwa semua negara memiliki beberapa kemampuan militer ofensif.
3. Bahwa negara tidak pernah bisa yakin tentang niat negara lain.
4. Bahwa tujuan utama negara adalah kelangsungan hidup.
5. Bahwa negara adalah aktor rasional.
Jika semua asumsi tersebut digabungkan bersama keadaan yang timbul
kemudian tidak hanya berpusat untuk mencapai Balance of Power , namun
memiliki great powers diatas negara lainnya.
6. Neo-Liberalisme
Muncul sekitar tahun 1980-an
Neo-liberalisme menurut Lisa L. Martin adalah turunan
dari liberalisme yang menggunakan pendekatan teoritis
terhadap Hubungan Internasional yang berdasarkan
konsep rasionalitas dan bersifat terikat pada suatu
persetujuan.
Prespektif ini lebih terfokus pada institusi dan organisasi
dalam politik internasional.
7. kebebasan, kompetisi individual lebih
diutamakan
perdagangan bebas adalah cara terbaik
bagi perekonomian dunia agar
menghasilkan keuntungan sebesar yang
mereka harapkan.
8. •Mengutamakan individu serta mengenyampingkan
kebaikan bersama untuk masyarakat. Menekan orang-
orang termiskin di masyarakat untuk menemukan solusi
untuk kurangnya perawatan kesehatan , pendidikan dan
jaminan sosial semua sendiri. Maka jika mereka gagal ,
neo-liberalisme menganggap bahwa mereka " malas “
•Deregulasi, mengurangi peran pemerintah dari segala
sesuatu yang bisa mengurangi keuntungan
9. Referensi :
Martin, Lisa L., 2007. Neoliberalism, dalam "International Relations
Theories", Oxford University Press, pp. 109-126.
Mearsheimer, John, J., 2007. Sructural Realism, dalam "International
Relations Theories", Oxford University Press, pp. 71-88.
THANK YOU