2. A. PENGERTIAN ADAB DAN PERADABAN
Kata “adab” menurut KUBI dapat diartikan
sebagai “kesopanan, budi bahasa, dan tata
krama”.
Sedangkan kata “peradaban” adalah
kemajuan lahir batin dari segi kebudayaan.
Dengan demikian, konsep peradaban yang
berasal dari kata “adab” bisa diartikan akhlak
atau kesopanan serta kehalusan budi pekerti
yang berhubungan erat dengan konsep nilai,
moral, etika, dan estetika yang ada di
masyarakat.
3. Istilah peradaban sering dikaitkan dengan hasil
kebudayaan masyarakat di masa lalu, tetapi
sebenarnya tidak selalu demikian, melainkan
dapat terjadi pada masa kini dan menjadi acuan
bagi masyarakat dunia.
Suatu bangsa yang sudah maju yang terpenting
sudah menghasilkan satu atau beberapa unsur
kebudayaan yang tinggi nilainya, dan unsur-unsur
kebudayaan yang lain biasanya mendukung bagi
perkembangan peradaban itu.
Benda-benda yang dihasilkannya menunjukkan
adanya kemampuan bangsanya dalam berkarya
diakui oleh dunia sepanjang zaman. Beberapa
negara yang telah memiliki peradaban yang tinggi:
Yunani, Perancis, Inggris, Jerman, Amerika,
Jepang, Cina, dan negara-negara lain yang
memiliki kapasitas kemampuan berkarya tinggi.
4. Fairchild menyebutkan bahwa peradaban
adalah kebudayaan yang berkembang
mencapai tingkat tertentu yang tampak pada
taraf intelektualitas, keindahan, teknologi, dan
spiritual tertentu yang dihasilkan masyarakat.
Sedangkan Koentjaraningrat menyebutkan
bahwa peradaban atau civilization biasa
dipakai untuk menyebut bagian-bagian dan
unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan
indah, seperti: kesenian, ilmu pengetahuan
serta sopan santun dan sistem pergaulan
yang kompleks dalam suatu masyarakat
dengan struktur yang kompleks.
5. Dalam konteks pengertian di atas menunjukkan
bahwa peradaban pada dasarnya merupakan
bagian dari kebudayaan yang berkembang pada
taraf yang tinggi. Bagian dari kebudayaan yang
dimaksud adalah unsur-unsur kebudayaan itu
sendiri.
Unsur-unsur kebudayaan yang berkembang
pada taraf yang tinggi tersebut tidak dapat
meliputinya semuanya, namun masing-masing
bangsa atau negara memiliki spesifikasi
keunggulan sendiri-sendiri. Misalnya:
perkembangan di bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh bangsa-bangsa
seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Cina,
dan India.
6. Konteks peradaban manusia sebenarnya tidak
cukup hanya dilihat dari kapasitas kemajuan
teknologi dan bangunannya, melainkan juga perlu
dilihat dari keteraturan masyarakatnya dalam
menghadapi fenomena hidup dan kehidupan
sehari-hari yang sangat kompleks persoalannya.
Selain itu, juga dilihat peran manusia sebagai
makhluk ciptaan tuhan sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial dalam menjalankan
kewenangannya untuk mengolah alam dan juga
menjaga dan melindunginya dari kerusakan.
Sehingga cerminan dari masyarakat beradab
harus dapat mengakomodasi beberapa komponen
berikut:
1) Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tinggi;
7. 2) Masyarakatnya hidup secara teratur didasarkan
pada nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan;
3) Memiliki hasil seni yang tinggi nilainya.
Dalam kapasitasnya sebagai makhluk yang
beradab maupun masyarakat adab maka manusia
harus mampu mewujudkan terbentuknya
masyarakat yang dapat memenuhi ketiga dari
komponen yang telah disebutkan di atas, sehingga
akan tercipta kehidupan masyarakat yang berada
dalam ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan
kedamaian.
Dengan demikian, akan terwujudlah makna hakiki
dari kehidupan manusia yang beradab, yaitu
terwujudnya ketenangan, kenyamanan,
ketentraman, dan kedamaian dalam kehidupan
masyarakat.
8. Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah
mudah, karena dasar terwujudnya manusia
beradab dan masyarakat adab tidak sebatas
pada tingkat kemajuan manusia secara fisik
melainkan juga yang bersifat idealitas dan
aktivitasnya.
Peradaban yang semata-mata dilihat dari
bangunan fisik dalam kenyataannya sering
kali banyak memakan korban manusia.
Misalnya, proses pembuatan candi
Borobudur yang disinyalir dibangun dengan
kerja paksa atau “kerja rodi”, sehingga
memakan korban harkat dan martabat
manusia, bahkan nyawa manusia.
9. Disamping itu, peradaban yang sebatas pada
aspek ide dan aktivitas dalam kenyataannya juga
dapat menginjak-injak harkat dan martabat
manusia. Konsep-konsep ideologi yang digagas
tanpa mempertimbangkan kepentingan harkat
dan martabat manusia sering menimbulkan
tindakan yang tidak manusiawi.
Sebagai contoh, ideologi yang bersifat absolut
yang berpihak pada kekuasaan raja yang
melahirkan jiwa-jiwa feodalistik, ideologi liberalis
yang berpihak kepada kepentingan kapitalis, dan
ideologi yang hanya berpihak kepada
kepentingan negara sehingga melahirkan paham
komunis yang kurang memperhatikan hak-hak
asasi manusia.
10. B. MASYARAKAT MADANI
Istilah masyarakat madani digunakan dari
kalangan muslim yang merujuk pada kisah
Nabi Muhammad SAW ketika memimpin kota
madinah, sebuah kota yang sebelumnya
bernama Yastrib di wilayah Arab. Pada saat itu
situasi kota sedang terjadi bencana
kemasyarakatan, berbagai suku bangsa saling
bermusuhan dan terjadi pertikaian. Kondisi ini
mengundang Nabi Muhammmad SAW untuk
mendamaikan mereka, dan akhirnya berhasil di
damaikan sehingga dapat hidup berdampingan
dengan baik.
11. Di kota tersebut Nabi Muhammad SAW
berhasil membangun peradaban yang tinggi,
sehingga nama kota Yastrib diganti menjadi
Madinah.
Menurut Nurcholis Madjid, seperti yang
dikutip Rumadi dalam bukunya yang berjudul
Paradigma Masyarakat Madani versus Civil
Society, kata Madinah berasal dari bahasa
Arab Madaniyah yang berarti peradaban,
maka masyarakat madani memiliki asosiasi
(tautan, pertalian atau pembentukan
hubungan) dengan masyarakat beradab.
12. Menurut Rumadi dalam Hariyono, masyarakat
madani adalah masyarakat yang telah
mengenal, menghormati, dan melindungi hak-hak
dasar manusia atau human rights
warganya, yang kemudian dikenal dengan hak-hak
sipil (civil rights).
Sedangkan Affan Gaffar menafsirkan istilah
masyarakat madani tidak lain adalah civil
society, yang menekankan pengertian bahwa
individu dan kelompok dalam masyarakat dapat
saling berinteraksi dengan semangat toleransi.
Di dalam ruang tersebut masyarakat dapat
melakukan partisipasi dalam pembentukan
kebijaksanaan publik dalam suatu negara.
13. Civil Society adalah kondisi masyarakat yang
diberi makna memiliki peradaban dan sering kali
dikontoversikan dengan masyarakat yang tidak
beradab atau barbarian.
Gagasan adanya masyarakat madani memiliki
arti penting bagi terwujudnya masyarakat adab
di Indonesia, karena sifat kemajukan yang ada
membutuhkan pribadi-pribadi manusia yang
berjiwa besar dalam bertoleransi dan menerima
keanekaragaman atau bentuk pluralisme yang
ada.
Civil Society adalah sebuah gambaran
masyarakat, baik secara individual maupun
secara kelompok, dalam negara yang mampu
berinteraksi dengan negara secara independen.
14. Eisenstadt dalam hariyono menyebutkan adanya
komponen-komponen tertentu sebagai syarat adanya
civil society, antara lain yaitu:
1. Memiliki otonomi
Civil society haruslah sebuah masyarakat yang
terlepas sama sekali dari pengaruh negara, melainkan
terdapat suatu kemandirian dalam mengelola asosiasi
yang terbentuk pada masyarakat, baik itu di bidang
ekonomi, politik, maupun di bidang sosial.
2. Memiliki akses terhadap lembaga negara
Individu maupun lembaga publik dapat melakukan
partipasi politik dan menyalurkan pendapat dengan
berbagai bentuk dan berbagai cara, misalnya menulis
pikiran pembaca di media massa, menulis surat
langsung kepada lembaga eksekutif, legilatif maupun
yudikatif, unjuk rasa agar kasusnya diperhatikan oleh
pemerintah dan diketahui publik, terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam organisasi politik yang
ada.
15. 3. Terdapat arena publik yang otonom
Arena publik adalah suatu ruang tempat warga negara
mengembangkan dirinya secara maksimal dalam segala
aspek kehidupan. Mereka dapat melakukan kegiatannya
dengan leluasa antara negara dan masyarakat harus
saling memberikan otoritas masing-masing. Negara
tidak perlu bersikap sewenang-wenang terhadap
masyarakat, sebaliknya masyarakat tidak perlu bersikap
anarkis dan ilegal.
4. Arena publik tersebut terbuka bagi semua lapisan
masyarakat.
Masyarakat dapat mengetahui apa saja yang terjadi di
sekitar lingkungan kehidupannya. Diskusi yang bersifat
terbuka yang menyangkut masalah publik merupakan
suatu keharusan, sehingga kebijaksanaan publik tidak
hanya melibatkan sekelompok kecil orang.
16. C. TRADISI VERSUS MODERNISASI
Manusia sebagai pencipta budaya menempatkan
dirinya dalam kebiasaan-kebiasaan yang terpola
secara lama menjadi sebuah tradisi.
Tradisi sering diartikan sebagai adat kebiasaan
yang dilakukan secara turun-temurun dan masih
terus dilakukan di masyarakat. Masing-masing
tempat atau suku memiliki tradisi yang berbeda-beda.
Dalam alam pikiran mistis, antara manusia dan
alam, baik itu alam metafisik, fisik, dan sosial
merupakan satu kesatuan yang erat, serta saling
ketergantungan.
17. Alam pemikiran mistis tersebut dalam
perkembangannya membentuk pemahaman
individu maupun kelompok masyarakat untuk
berteologi atau mempercayai keyakinan-keyakinan
tertentu akan adanya kebenaran kekuatan
supernatural.
Tradisi itu antara lain berupa keyakinan bahwa
kelahiran, kematian, dan keselamatan berkaitan
dengan eksistensi peristiwa kehidupan manusia
yang harus diminta serta dihindari dengan
perantara upacara-upacara.
Penghormatan terhadap para leluhur, lambang-lambang
pohon kehidupan , air, dan sebagainya
menunjukkan sikap transedent (di luar segala
kesanggupan manusia) yang menandakan adanya
pengakuan atas kekuasaan-kekuasaan terhadap
apa yang ada di atas dan di luar diri manusia.
18. Pewarisan terus-menerus atas tradisi tersebut
melalui proses yang panjang serta membentuk
adat-istiadat (customs), yang kemudian dinyatakan
dalam bentuk pengetahuan praktis, kepercayaan
atau religiusitas, dan nilai-nilai sosial.
Oleh karenanya, tradisi memiliki sifat rigid (kaku),
interpretasi, dan justification (pembenaran) yang
bersifat supernatural. Dalam taraf kemampuan
berpikir yang masih mistis, tradisi dipandang
sebagai kebenaran yang bersifat tetap, abadi, dan
tidak mudah berubah karena bersifat memaksa.
Andai kata nilai-nilai tradisi tersebut mengalami
perubahan, maka tradisi akan memandangnya
sebagai perubahan yang bersumber dari kemauan
Tuhan.
19. Dalam masyarakat tradisonal peran mitos
menjadi penting. Mitos adalah cerita tentang
kejadian atau peristiwa alam dan kehidupan
manusia yang mampu memberikan pedoman
dan arah tertentu kepada sikap sekelompok
orang.
Cerita tersebut dapat dituturkan tetapi dapat
juga diungkapkan lewat kesenian seperti tari-tarian
atau pementasan wayang.
Dalam masyarakat modern, mitos dianggap
sebagai rangkaian peristiwa atau cerita yang
menghibur, karena dalam masyarakat modern
mengedepankan konsep inovasi yang di dukung
oleh aspirasi, rasionalitas, dan achievement
motivation yang tinggi.
20. Kesadaran berinovasi akan menghasilkan
kebudayaan baru yang berupa lahirnya
teknologi dan penerapannya, perubahan
struktur masyarakat dari sistem otoriter ke
sistem egaliter, sikap mental untuk berprestasi
dan maju, serta inovasi di berbagai bidang,
antara lain: inovasi produksi kebutuhan hidup
manusia, seni, pendidikan, dan iptek.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
modernisasi adalah proses yang terjadi pada
masyarakat untuk dapat melakukan inovasi,
dengan di dukung oleh tingkat aspirasi,
rasionalitas, dan achievement motivation.
21. D. PERADABAN DAN PROBLEMATIKANYA
Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern yang makin
berkembang pesat. Peradaban manusia juga
menandakan adanya perubahan-perubahan
pola perilaku dalam menghadapi tantangan
zaman, baik itu dari segi sosial maupun
budayanya. Perubahan-perubahan yang terjadi
ada yang bersifat positif dan ada pula yang
bersifat negatif.
Dampak yang bersifat positif antara lain dengan
berkembangnya IPTEK maka segala
kebutuhan manusia akan dengan mudah
terbantu oleh sarana dan prasarana yang telah
22. Semua bentuk kemajuan yang terjadi tidak
menutup kemungkinan adanya problem bagi
kehidupan itu sendiri yang semakin kompleks.
Dampak negatif dari perkembangan IPTEK yang
sekarang ini antara lain adalah masalah-masalah
yang terkait dengan kondisi sosial, politik, budaya,
lingkungan, dan lain-lain. Misalnya di sektor
lingkungan hidup, terjadinya pemanasan global
banyak ditopang oleh limbah maupun asap pabrik
serta bangunan-bangunan rumah kaca.
Era globalisasi telah telah melanda semua penjuru
dunia. Kekuatan global barat yang
direpresentasikan dengan kekuatan gaya hidup
barat (eropa dan amerika) telah jadi ikon budaya
bagi dunia modern dan mengancam eksitensi
budaya lokal.
23. Gaya hidup tersebut memiliki ciri-ciri, yaitu: (1)
gaya hidup instan; (2) pola pikir linier (pola pikir
untuk mencapai suatu tujuan tertentu) ;dan (3)
lahirnya paham post-modern yang memunculkan
pola pikir zig-zag (paham yang menginginkan
kebebasan tanpa ada batasan dan tanpa ada
aturan yang menghalangi). Gaya hidup global
tersebut mulai tampak saat masuknya produk-produk
instan seperti: coca-cola, Mc Donald,
Kentucky, gaya hidup hedonisme (memuja
kesenangan, besenang-senang).
Nilai-nilai sosial budaya global tersebut belum
tentu cocok untuk masyarakat Indonesia. Kondisi
masyarakat Indonesia yang masih dalam taraf
negara berkembang belum siap menerima nilai-nilai
budaya baru yang umumnya dari barat.
24. Perubahan sosial yang terjadi dewasa ini
banyak dipengaruhi oleh peradaban manusia
yang didasarkan pada indikator zaman
sebagai berikut:
1) Perkembangan IPTEK yang pesat;
2) Perkembangan informasi dan komunikasi
yang canggih;
3) Isu politik ekonomi pasar bebas yang
cenderung kapitalistik;
4) Isu globalisasi dan pengaruhnya terhadap
gaya hidup;
5) Pertambahan penduduk yang belum
terkendali.
25. Peradaban manusia yang sudah serba
elektronik dan mekanik telah mempengaruhi
cara berpikir manusia yang mekanik pula.
Semua peralatan di desain untuk
mempermudah kerja manusia dengan bantuan
mekanik dan elektrik, sehingga bantuan
manusia pun sebatas tenga ahli.
Kondisi ini secara sosial berdampak pada
penguranga tenaga kerja, sehingga berdampak
pada bertambahnya pengangguran yang dapat
menimbulkan masalah sosial di masyarakat.
Di sisi lain, peradaban manusia ditopang
dengan sarana informasi dan komunikasi yang
26. Hal itu mempermudah manusia untuk
mengakses segala informasi dan peristiwa dari
belahan bumi manapun. Saling pengaruh antar
budaya pun akan mudah terjadi, sehingga
batas-batas nasionalisme pun menjadi
menepis, pola-pola hidup lama yang semula
jadi tradisi mulai terpinggirkan oleh gaya hidup
baru dari luar.
Dalam isu politik ekonomi barat tentang pasar
bebas, mengakomodasi masuknya barang
produksi dari manca negara ke negara lain
dengan mudah. Kondisi ini menimbulkan
persaingan usaha dalam negeri semakin ketat,
sehingga dapat mempengaruhi produktivitas
dunia usaha dalam negeri yang bisa
27. Isu globalisasi dan pengaruhnya dapat dilihat
dari norma-norma dan nilai-nilai antar budaya
dan bangsa saling berbenturan dan
memperlihatkan dominasi kekuatan
pengaruhnya bagi peradaban di muka bumi.
Dominasi kekuatan tersebut sangat terasa
pada level gaya hidup, yang di indonesia lebih
menonjol pada gaya hidup pragmatisme
(manfaat praktis) dan hedonisme.
Fenomena lain yang juga menjadi problem
serius bagi peradaban manusia adalah
populasi jumlah penduduk dunia yang makin
meningkat. Problema yang muncul adalah
masalah kebutuhan pokok manusia yaitu
ketersediaan pangan dan tempat tinggal serta
28. Semua problem kehidupan manusia di atas
adalah bagian dari sebuah konsekuensi
peradaban, yang dalam perkembangannya
menuntut adanya dinamika dan perubahan-perubahan
pola perilaku manusia itu sendiri.
Perubahan pola perilaku yang terjadi pada
diri manusia dalam taraf tertentu akan
menjadi sebuah pembiasaan, sehingga akan
membentuk suatu pola budaya tersendiri
yang mempresentasikan adanya peradaban
baru.