SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Teori-Teori Hubungan Internasional 
Teori-teori Utama Foreign policy adalah Realisme Neorealisme Idealisme Liberalisme 
Neoliberalisme Marxisme Teori dependensi Teori kritis Konstruksivisme Fungsionalisme 
Neofungsiionalisme 
Secara garis besar teori-teori foreign policy dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis 
“positivis” dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu 
sosial dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya 
berfokus berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, 
keseimbangan kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial 
dapat dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentral 
tentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metode ilmiah 
tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” foreign policy adalah tidak 
mungkin. 
Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis, 
seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti mengapa 
dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus pada pertanyaan-pertanyaan 
konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan “kekuasaan”; hal-hal apa 
sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan bagaimana kekuasaan direproduksi. 
Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering mempromosikan pendekatan normatif terhadap 
foreign policy, dengan mempertimbangkan etika. Hal ini merupakan sesuatu yang sering diabaikan 
dalam foreign policy “tradisional” karena teori-teori positivis membuat perbedaan antara “fakta-fakta” 
dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”. Selama periode akforeign policyr 1980-an/1990 
perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan para pendukung teori-teori pasca-positivis 
menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai “Perdebatan Terbesar” Ketiga. 
Pengertian Konstruktivisme (Sosial konstruktivisme) 
Konstruktivis memberikan perhatiannya pada kepentingan dan identitas negara sebagai produk 
yang dapat dibentuk dari proses sejarah yang khusus. Mereka memberi perhatian pada wacana umum 
yang ada ditengah masyarakat karena wacana merefleksikan dan membentuk keyakinan dan 
kepentingan, dan mempertahankan norma-norma yang menjadi landasan bertindak masyarakat 
(accepted norms of behavior),sedangkan konstruktivisme sosial muncul sebagai sebuah bentuk 
perlawanan intelektual atas neorealisme dan liberalisme. Teori ini muncul sebagai penjembatan antara 
perbedaan tajam teori-teori rasionalis seperti neorealisme dan neoliberal dengan teori-teori reflektifis 
seperti postmodernisme, feminisme, critical theori.
Konstruktivisme sosial berada pada posisi tengah antara meanstream utama realisme, 
neorealisme, liberalisme di satu sisi dengan kajian critical theory. Dalam penggunaan teori, 
konstruktivisme berada di tengah-tengah antara teori rational choice dengan postmodernisme. 
Konstruktivisme berperan penting dalam menjembatani perbedaan sudut pandang antara kaum 
rasionalis dan reflektivis (Zehfuss : 252). Dengan demikian, konstruktivisme sebenarnya mencoba 
memposisikan dunia material tidak independen tetapi selalu berinteraksi dengan dunia sosial dalam 
konteks sentral intersubyektivitas dalam memposisikan mazhabnya sebagai penengah dari berbagai 
teori HI. 
Konstruktivisme muncul untuk memberikan suatu pandangan bahwa realitas sosial tidak bisa 
dilihat sebagai suatu yang secara alamiah ada dengan sendirinya dan independen dari interaksi 
(rasionalis) dan sebaliknya tidak bisa juga dilihat sebagai sesuatu yang nihil atau tidak ada dan 
semata-mata hanya dilihat sebagai refleksi ide-ide manusia. Asumsi yang berbeda secara mendasar 
tersebut dalam pandangan konstruktivis pada dasarnya bisa dipertemukan dalam satu titik temu yaitu 
dengan argumennya bahwa realitas sosial tidak sepenuhnya alamiah dan tidak juga sepenuhnya nihil. 
Konstruktivis melihat relitas dunia ini sebagai sesuatu yang didasarkan oleh fakta yang secara materil 
bisa ditangkap ataupun tidak oleh panca indera namun fakta tersebut tidak menuntun/tidak 
menentukan bagaimana kita melihat realitas sosial. Sebaliknya realitas sosial menurut konstruktivis 
adalah hasil konstruksi manusia (konstruksi sosial). 
Kritik Konstruktivisme terhadap Neoliberal & Neorealis 
Kritik terhadap neoliberalisme 
Dalam kelanjutannya mengenai teori konstruktivisme, kritik terhadap rasionalisme tentu secara 
tidak langsung turut membantu konstruktivisme dalam mebangun dan mengembangkan teorinya. 
Kritik terhadap salah satu teori yang rasional, yaitu neoliberalisme. Secara mendasar, ada tiga asumsi 
orang-orang neoliberal yang dipersoalkan oleh orang-orang konstruktivis. Asumsi-asumsi itu adalah, 
pertama, neoliberalisme menerima bahwa identitas dan kepentingan adalah sesuatu yang given, 
karena neoliberalis hanya mengakui perubahan didalam perilaku negara dan bukan perubahan didalam 
negara itu sendiri. Yang kedua adalah bahwa neoliberalisme menerima bahwa kepentingan dan 
identitas suatu negara ter-generasikan oleh sistem anarki internasional. Yang ketiga adalah bahwa 
neoliberalisme membatasi pengertian secara teoritis dari perubahan dalam agen dan struktur, sebab 
neoliberalisme hanya mengkaji perubahan dalam perilaku, tetapi tidak dalam identitas dan 
kepentingan aktor
Kritik terhadap neorealisme 
Neorealisme menurut pandangan Konstruktivisme adalah matrealistis,yang dimaksudkan disini 
adalah power (kekuatan militer) dan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh suatu negara sebagai 
pembentukan identitas yang dimiliki, tentu hal ini sangat bertentangan dengan konstruktivisme. 
Konstruktivis memberikan perhatian kajiannya pada persoalan-persoalan bagaimana ide dan identitas 
dibentuk, bagaimana ide dan identitas tersebut berkembang dan bagaimana ide dan identitas 
membentuk pemahaman negara dan merespon kondisi di sekitarnya. Menurut Wendt, bagi neo-realis 
maupun neoliberalis identitas dan kepentingan merupakan sesuatu yang given, sesuatu yang sudah ada 
begitu saja. Wendt tidak mempercayainya demikian, ia melihat bahwa identitas dan kepentingan 
merupakan hasil dari praktek inter-subjektif di antara aktor-aktor. Dengan kata lain identitas dan 
kepentingan merupakan hasil dari sebuah proses interaksi. Walaupun neorealis dan neoliberalis 
mengakui bahwa proses interaksi mempengaruhi perilaku aktor-aktor namun tidak bagi identitas dan 
kepentingan 
Asumsi dasar Konstruktivisme 
Pandangan tentang negara 
Menurut konstruktivisme, setiap tindakan negara didasarkan pada meanings yang muncul dari 
interaksinya dengan lingkungan internasional. Setiap bentuk tindakan negara misalnya melakukan 
perang atau menjalin hubungan baik, ataupun memutuskan hubungan dan bahkan tidak melakukan 
hubungan dengan negara lain, semuanya didasarkan oleh meanings yang muncul dari interaksinya 
dengan negara-negara atau lingkungan internasionalnya. Tindakan negara terhadap musuhnya 
tentulah berbeda dengan tindakan terhadap temannya. Negara akan memberikan ancaman terhadap 
musuhnya dan tentu tidak terhadap rekannya. 
Tindakan negara dalam pandangan konstruktivisme memberikan pengaruh terhadap bentuk 
sistem internasional, sebaliknya sistem tersebut juga memberikan pengaruh pada perilaku negara-negara. 
Dalam proses saling mempengaruhi itu terbentuklah apa yang disebut dengan collective 
meanings. Collective meanings itulah yang menjadi dasar terbentuknya intersubyektifitas dan 
kemudian membentuk struktur dan pada akhirnya mengatur tindakan negara-negara. 
Pandangan Konstruktivisme mengenai negara menurut Alexander Wendt adalah sebagai berikut : 
(1) Negara merupakan unit analisis prinsipil bagi teori politik internasional 
(2) Struktur utama dalam sistem negara lebih bersifat intersubyektif, daripada bersifat material 
(3) Identitas dan kepentingan negara lebih membangun struktur-struktur sosial tersebut, dari 
pada diserahkan secara eksogen pada sistem oleh sifat dasar manusia atau politik domestik.
Pandangan anarki dalam sistem Internasional 
“Anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal tersebut”. Yang dimaksudkannya 
adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para pendukung neo-realis sebagai mengatur 
interaksi negara pada kenyataannya merupakan fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan 
direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh, jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara 
yang melihat anarki sebagai situasi hidup dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki 
“Hobbesian”) maka sistem tersebut akan dikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain 
anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki “Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki 
menurut pandangan ini dibentuk oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan 
tidak mudah berubah dalam kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis. 
Para pendukung pasca-positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan 
mengorbankan etnisitas/ras/jender menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang 
lain.Bagi Wendt, tidak ada logika anarki, tetapi anarki adalah sebuah efek dari praktik pemikiran 
konstruktivis reguler “anarki adalah sesuatu yang dibuat oleh negara” 
Peranan Ide dalam Hubungan Internasional 
Bagi perkembangan hubungan internasional teori mengenai konstruktivisme memberikan suatu 
“brainstorming” bagi teori-teori yang lainnya. Kehadiran konstruktivisme yang sering disebut sebagai 
perantara antara teori-teori rasionalis dengan reflektivis telah memberikan arah baru bagi penemuan 
cara pandang baru atas realitas hubungan internasional. Pendekatan konstruktivis memberikan cara 
pandang yang lebih tepat terkait dengan isu-isu hubungan internasional yang semakin kompleks. 
Kehadiran konstruktivis dalam banyak hal menjadi alternatif tool of analysis yang cukup 
diperhitungkan ketika pada saat yang sama teori-teori rasionalis tidak bisa menjelaskan banyak hal 
yang terkait dengan perilaku negara. 
Pandangan tentang perang dan damai 
Konstruktivisme memberikan sumbangan untuk mengkaji persoalan-persoalan bagaimana ide 
dan identitas tersebut berkembang dan memberikan pemahaman bagi negara untuk merespon kondisi 
sekitarnya. Konstruktivisme beranggapan bahwa perang terjadi akibat adanya pilihan secara sadar dari 
suatu negara.Interaksi yang terjadi antar negara saling mempengaruhi sistem internasional.Perang 
tetap dapat terjadi atas dasar keputusan negara,sedangkan keputusan yang telah dibuat negara 
dipengaruhi oleh identitas dan kepentingan yang dimiliki oleh negara tersebut. Faktor penyebab 
perang datang dari berbagai aspek mulai dari ekonomi,politik dan sosial
Pandangan tentang Individu 
Dalam teori Konstruktivisme Manusia adalah mahluk individual yang dikonstruksikan melalui 
realitas sosial. Konstruksi atas manusia akan melahirkan paham intersubyektivitas. Hanya dalam 
proses interaksi sosial, manusia akan saling memahaminya. Interaksi sosial antar individu akan 
menciptakan lingkungan atau realitas sosial yang diinginkan. Dengan kata lain, sesungguhnya realitas 
sosial merupakan hasil konstruksi atau bentukan dari proses interaksi tersebut. Hakekat manusia 
menurut konsepsi konstruktivisme lebih bersifat bebas dan terhormat karena dapat menolak atau 
menerima sistem internasional, membentuk kembali model relasi yang saling menguntungkan, atau 
yang diinginkan berdasarkan peraturan, strukturasi dan verstehen dalam speech acts. 
Varian-varian Konstruktivisme 
Sekalipun berangkat dari posisi ontologis bersama, konstruktivisme berkembang melalui tiga 
varian pemikiran yang berbeda: sistemik, level unit dan holistik. 
Konstruktivis sistemik, dengan tokohnya Alexander Wendt, memiliki kesamaan dengan neorealis 
dalam artian keduanya memberikan perhatian hanya pada interaksi antar negara sebagai aktor-aktor 
tunggal dan mengabaikan semua proses yang berlangsung di dalam masing-masing aktor tersebut. 
Memahami politik internasional, dalam pemikiran konstruktivis sistemik, berarti semata-mata 
memahami bagaimana negara berhubungan satu sama lain dalam ruang eksternal atau internasional. 
Seperti halnya dengan neorealisme, anarkhi dalam politik internasional menjadi sebuah konsep yang 
penting dalam varian konstruktivisme ini. Hanya saja, berbeda dengan neorealist yang melihat negara 
berhubungan satu sama lain dalam konteks anarkhi, konstruktivis memahami anarkhi justru sebagai 
produk hubungan antar negaraa. (Alexander Wendt, Anarchy is what states make of it ,1992). 
Konstruktivisme Level unit berusaha melihat hubungan pengaruh norma-norma sosial dan legal di 
tingkat domestik bagi identitas, dan oleh karenanya, kepentingan-kepentingan negara. Peter 
Katzenstein merupakan salah figur penting konstruktivisme dari varian ini, Katzenstein berusaha 
menunjukkan bagaimana kedua negara dengan pengalaman yang sama, sebagai negara yang kalah 
perang, mengalami pendudukan asing dan berubah dari otoritarian menuju demokrasi, memiliki 
kebijakan-kebijakan pertahanan internal dan external yang sangat berbeda. Menurut Katzenstein, 
perbedaan ini mencerminkan institusionalisasi norma-norma sosial dan legal yang berbeda di tingkat 
nasional kedua negara tersebut. Sekalipun tidak mengabaikan peran peran norma internasional dalam 
membentuk identitas dan kepentingan negara, penekanan yang berlebihan pada aspek domestik 
menempatkan konstruktivisme (dalam varian ini) pada posisi yang sulit untuk menjelaskan 
munculnya kesamaan-kesamaan antar negara ataupun adanya pola-pola konvergensi idetitas dan 
kepentingan negara-negara yang berbeda.( Peter Katzenstein, Cultural Norms and National Security: 
Police and Military in Changing Japan (1996) dan Tamed Power: Germany in Europa (1999))
konstruktivisme holistik berusaha menjembatani kedua posisi dua varian konstruktivisme yang 
bertolak belakang di atas dengan jalan melihat domestik dan internasional sebagai dua aspek berbeda 
dari tatanan sosial dan politik yang sama. Konstruktivis holistik berusaha menjelaskan dinamika 
perubahan global terutama dalam kaitannya dnegan muncul dan hancurnya negara berdaulat melalui 
hubungan timbal balik antara negara dan tatanan global tersebut. Hubungan ini ditunjukkan dengan 
dua cara yang berbeda. John Gerard Ruggie, misalnya, berusaha menjelaskan perubahan dalam politik 
internasional akibat munculnya negara berdaulat dari puing-puing feodalisme Eropa dengan 
menekankan pada pentingnya perubahan dalam episteme sosial atau kerangka pengetahuan (1986, 
1993). Cara yang kedua diwakili oleh karya Friedrich Kratochwil mengenai berakhirnya Perang 
Dingin, dengan menekankan pada perubahan dalam gagasan mengenai tatanan dan keamanan 
internasional. Karena besarnya perhatian terhadap transformasi-transformasi yang bersifat global dan 
besar, varian konstruktivisme cenderung bersifat strukturalis dan mengabaikan aspek agency sebagai 
salah satu preposisi ontologis konstruktivisme. Dalam artian ini, gagasan, norma maupun budaya 
dipahami memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah transformasi, tetapi terlepas dari 
keinginan, pilihan ataupun tindakan manusia. 
Realisme dan Neorealisme 
Realisme sebagaimana seperti sebuah teori yang lain, memiliki landasan pemikiran yang 
mendasar. Realisme sejak pertama muncul sebagai sebuah teori terus mangalami perubahan, terutama 
perubahan dalam memahami konsep dasar, mulai dari teori realisme klasik yang dikemukakan oleh 
Thucydides pada tahun 430-400 sebelum masehi sampai dengan teori neorealisme yang dipopulerkan 
oleh Kenneth Waltz pada tahun 1979 masehi. 
Seiring perkembangan dalam studi Hubungan Internasional, maka terjadi pula perkembangan 
atau mungkin juga perubahan dalam teori realisme. Realisme klasik sebagai teori realisme yang 
pertama muncul secara perlahan kemudian berkembang dan berubah menjadi teori neorealisme. 
Dalam realisme klasik dan neoklasik, pandangan subjektif dari para pemimpin negara merupakan 
pusat perhatiannya. Realisme klasik begitu menekankan pada asumsi dasar manusia yang bersifat 
pesimis dan skeptis. Bahkan Morgenthau merincikannya bahwa manusia itu jauh lebih mementingkan 
dirinya sendiri. Namun sebuah teori realisme baru pada tahun 1979 muncul dengan pendekatan yang 
berebeda dari realisme klasik dan neoklasik. Teori itu dinamakan teori neorealisme yang dipopulerkan 
oleh Kenneth Waltz. Kenneth Waltz memfokuskan pada struktur sistem dan bukan pada manusia 
sebagai pencipta dan pengoperasi sistem. 
Inti dari ajaran realisme adalah mengenai keamanan dan kelangsungan hidup negara dimana hal 
ini semua dirangkum dalam satu kata yang disebut “power”. Perbedaan pendekatan mengenai 
gambaran power inilah yang akhirnya membedakan aliran teori realis. Ketika para penganut teori
realisme klasik dan neoklasik berpendapat bahwa sesungguhnya power itu adalah kekuatan militer, 
maka pro kontra mucul sebagai bagian dari kritik terhadap realisme klasik dan neoklasik. Perkara 
mengenai kekuatan militer sebagai power tidak dibenarkan seluruhnya oleh para penganut realisme 
lain. Neorealisme muncul sebagai pembenahan dari pendekatan realis klasik mengenai power 
tersebut. Neorealisme melihat power bukan hanya sekedar kekuatan sumber daya militer tetapi juga 
dengan kemampuan memaksa dan mengontrol negara lain yang berada dalam sistem, Adapun 
perbedaan mendasar lainnya antara realisme klasik dan kontemporer, yaitu sikap negara menghadapi 
kondisi anarkis. Bagi realis klasik, sistemlah yang akhirnya menciptakan kondisi anarkis tersebut. 
Namun sangat berbeda dengan neorealis yang melihat bahwa kondisi anarkis itu adalah sistem itu 
sendiri. Maksudnya seperti ini, dalam persepsi realis klasik, interaksi yang tercipta dan diciptakan 
oleh aktor-aktor hubungan internasional -seperti negara dan pelaksana berwenangnya, NGO, MNC, 
dll- telah melahirkan sebuah sistem. Sistem inilah yang akhirnya menciptakan kondisi anarki. Padahal 
kondisi anarki internasional menurut realisme klasik yaitu tidak ada kekuatan (negara) yang mengatur 
dunia ini sebab tidak boleh ada kekuasaan yang berlebihan. Namun semua kembali kepada sifat dasar 
manusia yang selalu merasa cemas akan keamanan negara serta kepentingan nasionalnya, maka 
sistem yang diciptakan manusia tersebut menjadi anarkis sebab banyak terjadi pengabaian dalam 
pelaksanaan sistem tersebut. Namun bagi neorealisme, negara-negara adalah para pencari kekuasaan 
dan sadar keamanan, bukan karena sifat dasar manusia tetapi lebih disebabkan karena struktur sistem 
internasional mendorong mereka melakukan demikian. Sejak dimulainya pemikiran mengenai 
tatakelola hubungan antar negara terutama ketika teori realisme lahir, sebuah agenda utama telah 
ditetapkan secara tidak langsung, yakni keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara. Agenda 
itu masih tetap dipertahankan oleh seluruh saliran realisme, entah itu realisme klasik maupun 
neorealisme. Mungkin terdapat sedikit perbedaan dari cara melihat akar permasalahan serta 
kesimpulan yang diambil. 
Perspektif-perspektif dalam Hubungan Internasional 
Secara kolektif kelompok idealis memiliki keyakinan yang sama seperti : 
1. Yakin bahwa fitrah manusia adalah “baik”. Oleh karena itulah manusia mampu saling membantu 
dan bekerja sama. 
2. Perhatian fundamental manusia terhadap perang memungkinkan terjadinya kemajuan. 
Pendapat ini seperti keyakinan kaum Pencerahan tentang kemungkinan perbaikan peradaban. 
3. Perilaku buruk manusia adalah produk, bukan manusianya yang jahat tetapi lembaganya 
yang buruk dan pengaturan struktural yang memotivasi orang untuk bertindak egois dan merusak 
yang lainnya, termasuk perang.
4. Perang bukan tidak terhindarkan dan sering dapat dicegah dengan menghapuskan lembaga 
yang mendorongnya. 
5. Perang adalah masalah internasional yang memerlukan usaha 
kolektif atau multilateral dan bukannya usaha nasional saja, oleh 
sebab itulah 
6. Masyarakat internasional harys mengakui usaha untuk menghapus 
institusi yang mendorong terjadinya perang. 
III. REALISME POLITIK 
Perspektif Realisme lahir dari kegagalan membendung Perang Dunia I dan II. Aliran ini semakin 
kuat setelah Perang Dunia II, terutama di Amerika Serikat. Pacuan senjata yang marak ketika Perang 
Dingin semakin mengukuhkan perspektif Realisme. Pandangan-pandangan yang jadi fundasi aliran ini 
posisinya berseberangan dengan mereka yang menganut idealisme. Misalnya, perspektif ini 
berkeyakinan bahwa manusia itu jahat, berambisi untuk berkuasa, berperang dan tidak mau kerja 
sama. 
I. CURRENT HISTORY 
Hubungan internasional sebagai ladang penyelidikan intelektual sebagian besar dipengaruhi 
fenomena abad ke-20. Akar-akar sejarah disiplin ini terletak pada sejarah diplomatik. 
Sejarah diplomatik merupakan salah satu pendekatan untuk memahami HI yang berfokus pada 
deskripsi kejadian-kejadian sejarah, bukan eksplanasi teori. Untuk kemudahan, aliran ini disebut 
pendekatan Current History terhadap studi HI. Lingkungan pada awal abad ketika lahirnya studi HI 
dimulai dengan optimisme. Banyak orang yakin bahwa perdamaian dan kemakmuran akan hadir. 
Hukum internasional menguat dan konferensi perdamaian Den Haag 1899 dan 1907 dipicu oleh 
harapan bahwa persenjataan bisa diawasi dan Eropa takkan mengalami perang lagi. 
Namun harapan itu hancur karena Perang Dunia I yang pecah mulai 1914. Pengalaman menyakitkan 
ini melahirkan pencarian pengetahuan mengenai sebab-sebab perang, misalnya, dalam konteks teori. 
Oleh karena itulah para pengambil kebijakan dan pakar memerlukan sebuah 
teori untuk meramalkan pecahnya perang dan bagaimana mencegahnya. 
IDEALISME POLITIK 
Perang Dunia I membuka pintu terhadap revolusi paradigma dalam studi HI. Sejumlah perspektif 
HI berusaha menarik perhatian para peminatnya pada periode ini. Meskipun demikian aliran current 
history masih memiliki pengikutnya.
Secara kolektif kelompok idealis memiliki keyakinan yang sama seperti : 
1. Yakin bahwa fitrah manusia adalah “baik”. Oleh karena itulah manusia mampu saling membantu 
dan bekerja sama. 
2. Perhatian fundamental manusia terhadap perang memungkinkan terjadinya kemajuan. 
Pendapat ini seperti keyakinan kaum Pencerahan tentang kemungkinan perbaikan peradaban. 
3. Perilaku buruk manusia adalah produk, bukan manusianya yang jahat tetapi lembaganya 
yang buruk dan pengaturan struktural yang memotivasi orang untuk bertindak egois dan merusak 
yang lainnya, termasuk perang. 
4. Perang bukan tidak terhindarkan dan sering dapat dicegah dengan menghapuskan lembaga 
yang mendorongnya. 
5. Perang adalah masalah internasional yang memerlukan usaha 
kolektif atau multilateral dan bukannya usaha nasional saja, oleh 
sebab itulah 
6. Masyarakat internasional harus mengakui usaha untuk menghapus 
institusi yang mendorong terjadinya perang. 
REALISME POLITIK 
Perspektif Realisme lahir dari kegagalan membendung Perang Dunia I dan II. Aliran ini semakin 
kuat setelah Perang Dunia II, terutama di Amerika Serikat. Pacuan senjata yang marak ketika Perang 
Dingin semakin mengukuhkan perspektif Realisme. 
Pandangan-pandangan yang jadi fundasi aliran ini posisinya berseberangan dengan mereka yang 
menganut idealisme. Misalnya, perspektif ini berkeyakinan bahwa manusia itu jahat, berambisi untuk 
berkuasa, berperang dan tidak mau kerja sama. 
PENDEKATAN PERILAKU (THE BEHAVIORAL APPROACH) 
Aliran realisme klasik menyiapkan secara serius pemikiran teoritis mengenai kondisi global dan 
kaitan empiris. Namun demikian ketidakpuasan karena kurangnya data, reaksi tandingan, kesulitan 
dalam peristilahan dan metode, mendapatkan momentum pada tahun 1960-an dan awal 1970-an. 
Disebabkan pendekatan perilaku terhadap studi hubungan internasional maka banyak mempengaruhi 
pendekatan terhadap teori dan logika serta metode penelitian. Aliran Perilaku dalam hubungan 
internasional bagian dari gerakan besar yang menyebar dalam ilmu-ilmu sosial secara umum. Sering
disebut pendekatan ilmiah (scientific approach), behavioralisme menantang model-model yang ada 
dalam mempelajari perilaku manusia dan basis teori-teorinya yang disebut tradisionalisme. 
Perdebatan panas sering mewarnai para ilmuwan mengenai prinsip-prinsip dan prosedur yang paling 
tepat dalam meneliti hasil-hasil fenomena internasional. Debat itu berpusat pada makan teori dan 
syarat-syarat teori yang memadai dan metode terbaik yang tepat untuk pengujian teori. 
Sebagian besar perdebatan berlangsung antara penganut perilaku dan kubu tradisionalis sangat hangat. 
Memang benar “berteori mengenai teori” dan berteori tentang hubungan internasional sering 
bercirikan perdebatan. Literatur pada periode ini diwarnai dengan isu-isu metodologis, bukannya 
masalah substantif. 
Asumsi yang sama dan preskripsi analitik merupakan ini dari gerakan perilaku. Aliran Perilaku 
mengusahakan generalisasi seperti hukum mengenai fenomena internasional. Yakni, pernyataan 
mengenai pola-pola dan keteraturan melintasi waktu dan tempat. Ilmu, kata kaum penganut perilaku, 
adalah aktivitas membuat generalisasi. Oleh sebab itu tujuan penelitian ilmiah adalah menemukan 
pola-pola ajeg perilaku antar negara dan penyebab-penyebabnya. 
Bertolak dari perspektif ini sebuah teori hubungan internasional harus berisi pernyataan 
hubungan antar dua atau lebih variabel, khusus untuk kondisi dimana hubungan berlangsung dan 
menjelaskan mengapa hubungan itu bisa berlangsung. Untuk menemukan teori-teori itu, penganut 
perilaku condong kepada analisa komparatif lintas nasional tak hanya sekedar studi kasus negara 
tertentu dalam waktu tertentu seperti terlihat dalam pendekatan Current History. 
Kubu perilaku juga menekankan perlunya mengumpulkan data mengenai karakteristik negara dan 
bagaiman berhubungan satu sama lain. Oleh sebab itulah gerakan perilaku ini diwarani dengan studi 
kuantitatif hubungan internasional. 
PENDEKATAN NEOREALISME STRUKTURAL (THE NEOREALIST STRUCTURAL 
APPROACH) 
Pendekatan realisme politik masih penting sebagai perspektif teoritis yang mendasari analisa 
masalah keamanan nasional. Namun juga mendapat popularitasnya setelah terbentuk dalam teori 
umum politik internasional yang disebut neorealisme atau realisme struktural. 
Neorealisme membedakan antara eksplanasi peristiwa politik internasional di tingkat nasional seperti 
negara yang diketahui sebagai politik luar negeri dengan eksplanasi peristiwa di tingkat sistem 
internasional yang disebut sistem atau teori sistem. 
Apa yang neorealis inginkan adalah “mensistemasikan realisme politik kedalam teoris sistem 
yang kuat, deduktif dari politik internasional.”
Seperti dikemukakan Kenneth M Waltz dalam bukunya yang berpengaruh Theory of 
International Politics (1979) dan dianggap sebagai karya utama pemikiran neorealis, “struktur 
internasional muncul dari intreraksi negara dan kemudian hambatan yang dihadapi dalam mengambil 
tindakan tertentu saat terdorong ke negara lain.” Seperti dalam realisme klasik, anarki dan ketiadaaan 
lembaga sentral (sebuah pemerintah) menjadi ciri struktur sistem. Negara masih menjadi aktor utama. 
Mereka bertindak sesuai dengan prinsip menolong diri sendiri dan semuanya mengusahakan agar bisa 
bertahan. Oleh karena itu menurut realisme struktural, negara tak berbeda dalam tugas-tugasnya yang 
dihadapinya. Yang berbeda adalah kapabilitasnya. Kapabilitas mendefinisikan posisi negara dalam 
sistem dan distribusi kapabilitas mendefinisikan sistem struktur. 
Demikian pula perubahan dalam distribusi kapabilitas merangsang perubahan dalam struktur 
sistem seperti dari konfigurasi kekuatan multipolar ke bipolar atau dari bipolar menuju unipolar. 
Kekuatan juga masih menjadi konsep sentral realisme struktural. Namun demikian, masalah merebut 
kekuasaan tak lagi dianggap tujuan seperti dalam realisme klasik. Hal itu juga tidak dilihat sebagai 
karakter manusia. Seperti dijelaskan Waltz, “negara berusaha dalam cara yang lebih kurang masuk 
akal menggunakan cara yang ada untuk mencapai tujuan yang terjangkau”. Cara-cara itu digolongkan 
dalam dua kategori yakni usaha internal seperti meningkatkan kemampuan ekonomi, kekuatan militer, 
mengembangkan strategi yang lebih pintar serta usaha eksternal seperti memperkuat dan memperluas 
aliansi atau memperlemah dan membubarkan aliansi musuhnya. Keseimbangan kekuatan (balance of 
power) muncul lebih kurang secara otomatis dari instink untuk bertahan. “Kencenderungan 
keseimbangan kekuatan untuk membentuk apakah sejumlah negara semua negara secara sadar 
bertujuan membentuk dan mempertahankan keseimbangan atau apakah sejumlah atau beberapa 
negara bertujuan dominasi universal,” tulis Waltz (1979). 
Sekali sistem internasional terbentuk, sistem itu “akan menjadi kekuatan yang dimana unit-unit 
didalamnya tak mampu mengontrol, sistem itu membatasi perilaku mereka dan menempatkan mereka 
antara niat mereka dan hasil dari tindakan mereka.” 
INSTITUSIONALISME NEOLIBERAL 
Seperti halnya neorealis, institusionalis neoliberal menggunakan teori struktural politik 
internasional. Mereka terutama berkonsentrasi kepada sistem internasional, bukannya karakteristik 
unit atau sub unit didalamnya. Namun mereka memberi lebih banyak perhatian cara lembaga 
internasional dan aktor non negara lainnya mempromosikan kerja sama internasional. 
Daripada hanya menggambarkan dunia dimana negara-negara di dalamnya enggan bekerja sama 
karena masing-masing merasa tidak aman dan terancam oleh yang lainnya, institusionalis neoliberal 
membuktikan syarat-syarat kerja sama yang mungkin dihasilkan dari kepentingan yang tumpang 
tindih diantara entitas politik yang berdaulat.
Sebagai tambahan dari idealisme klasik, akar intelektual pendekatan yang biasa disebut pula 
neoliberalisme dapat dilacak dari studi integrasi regional yang mulai merebak pada tahun 1950-an dan 
tahun 1960-an saat para pakar berusaha memahami proses dimana unifikasi politik negara bedaulat 
mungkin bisa dicapai. 
Untuk mengkaji konsep dalam pemikiran neoliberalis, perlu kita 
lihat tiga perspektif yang berdekatan dengannya. Interdependensi yang kompleks (Complex 
Interdependence) sebagai sebuah Pandangan Dunia, sebagai sebuah perspektif analitik yang eksplisit, 
inderdendensi kompleks (complex interdependence) muncul pada tahun 1970-an untuk menantang 
asumsi-asumsi kunci kerangka teoritis saingannya, khususnya realisme klasik. 
Pertama, menantang asumsi yang ada bahwa negara bangsa hanya satu-satunya aktor penting 
dalam politik dunia. Lalu mereka memperlakukan aktor lain seperti perusahaan multinasional dan 
bank-bank transnasional sebagai “penting bukan karena hanya kegiatannya dalam mengejar 
kepentingan mereka, namun juga karena mereka bertindak sabuk transmisi sehingga membuat 
kebijakan pemerintah di sejumlah negara lebih sensitif terhadap negara lain (Keohane dan Nye, 1988). 
Dalam pengertian ini, interdependensi kompleks sebagai sebuah “holistik”, konsepsi sistem yang 
melukiskan politik dunia sebagai jumlah interaksi banyak bagian dalam “masyarakat global” (Holsti, 
1988). 
Kedua, intedependen kompleks mempertanyakan apakah isu keamanan nasional mendominasi 
agenda keputusan negara bangsa. Berdasarkan kondisi interdependensi, agenda politik luar negeri 
menjadi “semakin luas dan beragam” karena jangkauan luas kebijakan “pemerintah”, meskipun 
sebelumnya dipandang sebagai kebijakan domestik. 
Ketiga, perspektif yang dipertikaikan dalam konsep populer bahwa kekuatan militer satu-satunya 
alat dominan dalam menggunakan pengaruh di politik internasioal, khsusnya diantara negara industri 
dan masyarakat demokratis di Eropa dan Amerika Utara. 
2. Rejim-Rejim Internasional 
Meskipun sistem internasional masih memiliki karakter anarkis, sifatnya dapat lebih 
dikonseptualisasikan sebagai anarki yang tertib dan sistem secara keseluruhan sebagai “masyarakat 
anarkis” karena kerja sama, bukan konflik, sering hasil yang dapat diamati dalam hubungan antar 
negara. 
Karena realitas ini, masalah baru muncul : bagaimana prosedur dan aturan yang terlembagakan 
untuk manajemen kolektif masalah kebijakan global dapat dibentuk dan dipertahankan ? Kepentingan
dalam masalah itu muncul dari dua tujuan motivasi kebanyakan analis neoliberal. Pertama, “keinginan 
memahami seberapa jauh hambatan bersama mempengaruhi perilaku negara”. Kedua, kepentingan 
dalam merancang strategi untuk menciptakan “tatanan dunia” yang lebih tertib. 
Menuru sebuah definisi, rejim adalah sistem terlembaga kerja sama dalam isu-isu tertentu. Krasner 
(1982) menjelaskan, “ini adalah pemasukan perilaku dengan prinsip dan norma yang membedakan 
aktivitas rejim yang diperintah dalam sistem internasional dari aktivitas yang lebih konvensional oleh 
kepentingan sempit yang terukur”. Oleh karena itu esensi dari sebuah rejim adalah terdiri dari “sistem 
aturan perilaku internasional”. 
Sistem moneter global dan sistem perdagangan yang tercipta setelah Perang Dunia II merupakan 
ekspresi jelas dari rejim-rejim internasional. 
Teori Stabilitas Hegemoni 
Seperti ditekankan oleh perspektif institusionalis neoliberal, aktor-aktor non negara memainkan 
peran penting dalam kerja sama internasional yang menjadi karakter Tatanan Ekonomi Internasional 
Liberal. 
Perspektif ini juga mengajak memperhatikan peran menentukan kekuatan besar Amerika Serikat 
dalam mempromosikan stabilitas dan operasi efektif rejim moneter dan perdagangan pasca Perang 
Dunia II. 
Masalah yang muncul adalah: Apa pengaruh menurunnya kekuasaan AS seperti dipersepsikan 
banyak pihak tehadap lembaga rancangannya untuk mendorong kerja sama internasional ? Apakah 
menurunnya pengaruh itu bisa menjelaskan ketidaktertiban tatanan ekonomi global yang muncul sejak 
1970-an ? Masalah-masalah inilah yang jadi perhatian khusus bagi analis yang tertarik pada stabilitas 
hegemoni. 
Teoritisi stabilitas hegemoni membedakan definisi hegemoni dengan menekankan kapasitas 
kekuatan militer untuk mengendalikan tatanan dunia dan kapasitas kekuatan ekonomi untuk 
menentukan dan mendikte aturan yang mengendalikan perdagangan, keuangan dan investasi 
internasional. 
Dalam konteks institusionalisme neoliberal, teori stabilitas hegemoni didedikasikan terutama 
pada tugas menjelaskan bukan perang dan damai namun menerangkan mengapa negara-negara 
penting (hegemonik) di hirarki tertinggi (seperti AS setelah Perang Dunia II) termotivasi 
mempromosikan rejim internasional yang menguntungkan yang tak hanya menguntungkan diri tapi 
juga negara lain.

More Related Content

What's hot

GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)
GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)
GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)Zulfira Farah Nubua
 
Peristiwa eropa yang berpengaruh bagi umat (sej)
Peristiwa eropa yang berpengaruh bagi umat (sej)Peristiwa eropa yang berpengaruh bagi umat (sej)
Peristiwa eropa yang berpengaruh bagi umat (sej)robyakbar
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenMochammad Ridwan
 
Dampak masif korupsi
Dampak masif korupsiDampak masif korupsi
Dampak masif korupsiIdham Syam
 
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYAALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYAWulandari Rima Kumari
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalNovri To Day
 
Konsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnKonsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnMuhtadi Bilhaq
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaWarnet Raha
 
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteFungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteAnissatul Mukhoiriyah
 
Infrastruktur Politik
Infrastruktur PolitikInfrastruktur Politik
Infrastruktur Politiknandasyifaf
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaM fazrul
 
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesiaCiri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesiaNyak Nisa Ul Khairani
 
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...Muhammad Bahrudin
 
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuanPancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuanErwin Pasaribu
 
Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Bagoes Prasetya
 
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)M Abdul Aziz
 

What's hot (20)

GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)
GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)
GLOBALISASI (PPT SOSIOLOGI KELAS XII)
 
Peristiwa eropa yang berpengaruh bagi umat (sej)
Peristiwa eropa yang berpengaruh bagi umat (sej)Peristiwa eropa yang berpengaruh bagi umat (sej)
Peristiwa eropa yang berpengaruh bagi umat (sej)
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
 
Dampak masif korupsi
Dampak masif korupsiDampak masif korupsi
Dampak masif korupsi
 
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYAALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsional
 
Globalisasi dan Pembangunan
Globalisasi dan PembangunanGlobalisasi dan Pembangunan
Globalisasi dan Pembangunan
 
Memahami Paradiplomasi
Memahami ParadiplomasiMemahami Paradiplomasi
Memahami Paradiplomasi
 
Konsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnKonsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhn
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesia
 
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteFungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
 
Ragam Bahasa
Ragam BahasaRagam Bahasa
Ragam Bahasa
 
Infrastruktur Politik
Infrastruktur PolitikInfrastruktur Politik
Infrastruktur Politik
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
 
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesiaCiri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
Ciri ciri budaya politik yang berkembang di indonesia
 
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...
Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan, dan ...
 
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuanPancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
 
Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2
 
Materi kuliah pkn
Materi kuliah pknMateri kuliah pkn
Materi kuliah pkn
 
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
 

Similar to Teori-Teori HI

PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptPPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptFajarSKMMKes
 
Perspektif ilmu komunikasi
Perspektif ilmu komunikasiPerspektif ilmu komunikasi
Perspektif ilmu komunikasiera_nt
 
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
Ideologi  pancasila__dan_konstitusiIdeologi  pancasila__dan_konstitusi
Ideologi pancasila__dan_konstitusiBayu Prasetyo
 
Dominasi_dan_Hegemoni_dalam_Pemikiran_Antonio_Gramsci.pptx
Dominasi_dan_Hegemoni_dalam_Pemikiran_Antonio_Gramsci.pptxDominasi_dan_Hegemoni_dalam_Pemikiran_Antonio_Gramsci.pptx
Dominasi_dan_Hegemoni_dalam_Pemikiran_Antonio_Gramsci.pptxsandinugraha24
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...norma 28
 
Pengantar sosiologi
Pengantar sosiologi Pengantar sosiologi
Pengantar sosiologi Chintya M
 
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxPertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxnairaazkia89
 
kelompok-4-teori-teori-sosial keluarga.pptx
kelompok-4-teori-teori-sosial keluarga.pptxkelompok-4-teori-teori-sosial keluarga.pptx
kelompok-4-teori-teori-sosial keluarga.pptxipgm0722
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
teori nalar kritis.ppt
teori nalar kritis.pptteori nalar kritis.ppt
teori nalar kritis.ppthendriunduh1
 
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyoMengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyoSaddam Tjahyo
 
Review sample-for-oi-21
Review sample-for-oi-21Review sample-for-oi-21
Review sample-for-oi-21Juned Kuching
 

Similar to Teori-Teori HI (20)

Assumptions of IR
Assumptions of IRAssumptions of IR
Assumptions of IR
 
Materi Teori Sosial.pptx
Materi Teori Sosial.pptxMateri Teori Sosial.pptx
Materi Teori Sosial.pptx
 
PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptPPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
 
TEORI TEORI SOSIAL
TEORI TEORI SOSIALTEORI TEORI SOSIAL
TEORI TEORI SOSIAL
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Perspektif ilmu komunikasi
Perspektif ilmu komunikasiPerspektif ilmu komunikasi
Perspektif ilmu komunikasi
 
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
Ideologi  pancasila__dan_konstitusiIdeologi  pancasila__dan_konstitusi
Ideologi pancasila__dan_konstitusi
 
Sistem sosial budaya indonesia 1
Sistem sosial budaya indonesia 1Sistem sosial budaya indonesia 1
Sistem sosial budaya indonesia 1
 
Bab 8 ideologi
Bab 8 ideologiBab 8 ideologi
Bab 8 ideologi
 
Dominasi_dan_Hegemoni_dalam_Pemikiran_Antonio_Gramsci.pptx
Dominasi_dan_Hegemoni_dalam_Pemikiran_Antonio_Gramsci.pptxDominasi_dan_Hegemoni_dalam_Pemikiran_Antonio_Gramsci.pptx
Dominasi_dan_Hegemoni_dalam_Pemikiran_Antonio_Gramsci.pptx
 
Paradigma sosiologi
Paradigma sosiologiParadigma sosiologi
Paradigma sosiologi
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
Pengantar sosiologi
Pengantar sosiologi Pengantar sosiologi
Pengantar sosiologi
 
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxPertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
 
kelompok-4-teori-teori-sosial keluarga.pptx
kelompok-4-teori-teori-sosial keluarga.pptxkelompok-4-teori-teori-sosial keluarga.pptx
kelompok-4-teori-teori-sosial keluarga.pptx
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
teori nalar kritis.ppt
teori nalar kritis.pptteori nalar kritis.ppt
teori nalar kritis.ppt
 
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyoMengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
 
Review sample-for-oi-21
Review sample-for-oi-21Review sample-for-oi-21
Review sample-for-oi-21
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

Teori-Teori HI

  • 1. Teori-Teori Hubungan Internasional Teori-teori Utama Foreign policy adalah Realisme Neorealisme Idealisme Liberalisme Neoliberalisme Marxisme Teori dependensi Teori kritis Konstruksivisme Fungsionalisme Neofungsiionalisme Secara garis besar teori-teori foreign policy dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis” dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya berfokus berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentral tentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metode ilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” foreign policy adalah tidak mungkin. Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis, seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan “kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering mempromosikan pendekatan normatif terhadap foreign policy, dengan mempertimbangkan etika. Hal ini merupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam foreign policy “tradisional” karena teori-teori positivis membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”. Selama periode akforeign policyr 1980-an/1990 perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai “Perdebatan Terbesar” Ketiga. Pengertian Konstruktivisme (Sosial konstruktivisme) Konstruktivis memberikan perhatiannya pada kepentingan dan identitas negara sebagai produk yang dapat dibentuk dari proses sejarah yang khusus. Mereka memberi perhatian pada wacana umum yang ada ditengah masyarakat karena wacana merefleksikan dan membentuk keyakinan dan kepentingan, dan mempertahankan norma-norma yang menjadi landasan bertindak masyarakat (accepted norms of behavior),sedangkan konstruktivisme sosial muncul sebagai sebuah bentuk perlawanan intelektual atas neorealisme dan liberalisme. Teori ini muncul sebagai penjembatan antara perbedaan tajam teori-teori rasionalis seperti neorealisme dan neoliberal dengan teori-teori reflektifis seperti postmodernisme, feminisme, critical theori.
  • 2. Konstruktivisme sosial berada pada posisi tengah antara meanstream utama realisme, neorealisme, liberalisme di satu sisi dengan kajian critical theory. Dalam penggunaan teori, konstruktivisme berada di tengah-tengah antara teori rational choice dengan postmodernisme. Konstruktivisme berperan penting dalam menjembatani perbedaan sudut pandang antara kaum rasionalis dan reflektivis (Zehfuss : 252). Dengan demikian, konstruktivisme sebenarnya mencoba memposisikan dunia material tidak independen tetapi selalu berinteraksi dengan dunia sosial dalam konteks sentral intersubyektivitas dalam memposisikan mazhabnya sebagai penengah dari berbagai teori HI. Konstruktivisme muncul untuk memberikan suatu pandangan bahwa realitas sosial tidak bisa dilihat sebagai suatu yang secara alamiah ada dengan sendirinya dan independen dari interaksi (rasionalis) dan sebaliknya tidak bisa juga dilihat sebagai sesuatu yang nihil atau tidak ada dan semata-mata hanya dilihat sebagai refleksi ide-ide manusia. Asumsi yang berbeda secara mendasar tersebut dalam pandangan konstruktivis pada dasarnya bisa dipertemukan dalam satu titik temu yaitu dengan argumennya bahwa realitas sosial tidak sepenuhnya alamiah dan tidak juga sepenuhnya nihil. Konstruktivis melihat relitas dunia ini sebagai sesuatu yang didasarkan oleh fakta yang secara materil bisa ditangkap ataupun tidak oleh panca indera namun fakta tersebut tidak menuntun/tidak menentukan bagaimana kita melihat realitas sosial. Sebaliknya realitas sosial menurut konstruktivis adalah hasil konstruksi manusia (konstruksi sosial). Kritik Konstruktivisme terhadap Neoliberal & Neorealis Kritik terhadap neoliberalisme Dalam kelanjutannya mengenai teori konstruktivisme, kritik terhadap rasionalisme tentu secara tidak langsung turut membantu konstruktivisme dalam mebangun dan mengembangkan teorinya. Kritik terhadap salah satu teori yang rasional, yaitu neoliberalisme. Secara mendasar, ada tiga asumsi orang-orang neoliberal yang dipersoalkan oleh orang-orang konstruktivis. Asumsi-asumsi itu adalah, pertama, neoliberalisme menerima bahwa identitas dan kepentingan adalah sesuatu yang given, karena neoliberalis hanya mengakui perubahan didalam perilaku negara dan bukan perubahan didalam negara itu sendiri. Yang kedua adalah bahwa neoliberalisme menerima bahwa kepentingan dan identitas suatu negara ter-generasikan oleh sistem anarki internasional. Yang ketiga adalah bahwa neoliberalisme membatasi pengertian secara teoritis dari perubahan dalam agen dan struktur, sebab neoliberalisme hanya mengkaji perubahan dalam perilaku, tetapi tidak dalam identitas dan kepentingan aktor
  • 3. Kritik terhadap neorealisme Neorealisme menurut pandangan Konstruktivisme adalah matrealistis,yang dimaksudkan disini adalah power (kekuatan militer) dan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh suatu negara sebagai pembentukan identitas yang dimiliki, tentu hal ini sangat bertentangan dengan konstruktivisme. Konstruktivis memberikan perhatian kajiannya pada persoalan-persoalan bagaimana ide dan identitas dibentuk, bagaimana ide dan identitas tersebut berkembang dan bagaimana ide dan identitas membentuk pemahaman negara dan merespon kondisi di sekitarnya. Menurut Wendt, bagi neo-realis maupun neoliberalis identitas dan kepentingan merupakan sesuatu yang given, sesuatu yang sudah ada begitu saja. Wendt tidak mempercayainya demikian, ia melihat bahwa identitas dan kepentingan merupakan hasil dari praktek inter-subjektif di antara aktor-aktor. Dengan kata lain identitas dan kepentingan merupakan hasil dari sebuah proses interaksi. Walaupun neorealis dan neoliberalis mengakui bahwa proses interaksi mempengaruhi perilaku aktor-aktor namun tidak bagi identitas dan kepentingan Asumsi dasar Konstruktivisme Pandangan tentang negara Menurut konstruktivisme, setiap tindakan negara didasarkan pada meanings yang muncul dari interaksinya dengan lingkungan internasional. Setiap bentuk tindakan negara misalnya melakukan perang atau menjalin hubungan baik, ataupun memutuskan hubungan dan bahkan tidak melakukan hubungan dengan negara lain, semuanya didasarkan oleh meanings yang muncul dari interaksinya dengan negara-negara atau lingkungan internasionalnya. Tindakan negara terhadap musuhnya tentulah berbeda dengan tindakan terhadap temannya. Negara akan memberikan ancaman terhadap musuhnya dan tentu tidak terhadap rekannya. Tindakan negara dalam pandangan konstruktivisme memberikan pengaruh terhadap bentuk sistem internasional, sebaliknya sistem tersebut juga memberikan pengaruh pada perilaku negara-negara. Dalam proses saling mempengaruhi itu terbentuklah apa yang disebut dengan collective meanings. Collective meanings itulah yang menjadi dasar terbentuknya intersubyektifitas dan kemudian membentuk struktur dan pada akhirnya mengatur tindakan negara-negara. Pandangan Konstruktivisme mengenai negara menurut Alexander Wendt adalah sebagai berikut : (1) Negara merupakan unit analisis prinsipil bagi teori politik internasional (2) Struktur utama dalam sistem negara lebih bersifat intersubyektif, daripada bersifat material (3) Identitas dan kepentingan negara lebih membangun struktur-struktur sosial tersebut, dari pada diserahkan secara eksogen pada sistem oleh sifat dasar manusia atau politik domestik.
  • 4. Pandangan anarki dalam sistem Internasional “Anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal tersebut”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakan fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh, jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akan dikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki “Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki menurut pandangan ini dibentuk oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis. Para pendukung pasca-positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan etnisitas/ras/jender menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang lain.Bagi Wendt, tidak ada logika anarki, tetapi anarki adalah sebuah efek dari praktik pemikiran konstruktivis reguler “anarki adalah sesuatu yang dibuat oleh negara” Peranan Ide dalam Hubungan Internasional Bagi perkembangan hubungan internasional teori mengenai konstruktivisme memberikan suatu “brainstorming” bagi teori-teori yang lainnya. Kehadiran konstruktivisme yang sering disebut sebagai perantara antara teori-teori rasionalis dengan reflektivis telah memberikan arah baru bagi penemuan cara pandang baru atas realitas hubungan internasional. Pendekatan konstruktivis memberikan cara pandang yang lebih tepat terkait dengan isu-isu hubungan internasional yang semakin kompleks. Kehadiran konstruktivis dalam banyak hal menjadi alternatif tool of analysis yang cukup diperhitungkan ketika pada saat yang sama teori-teori rasionalis tidak bisa menjelaskan banyak hal yang terkait dengan perilaku negara. Pandangan tentang perang dan damai Konstruktivisme memberikan sumbangan untuk mengkaji persoalan-persoalan bagaimana ide dan identitas tersebut berkembang dan memberikan pemahaman bagi negara untuk merespon kondisi sekitarnya. Konstruktivisme beranggapan bahwa perang terjadi akibat adanya pilihan secara sadar dari suatu negara.Interaksi yang terjadi antar negara saling mempengaruhi sistem internasional.Perang tetap dapat terjadi atas dasar keputusan negara,sedangkan keputusan yang telah dibuat negara dipengaruhi oleh identitas dan kepentingan yang dimiliki oleh negara tersebut. Faktor penyebab perang datang dari berbagai aspek mulai dari ekonomi,politik dan sosial
  • 5. Pandangan tentang Individu Dalam teori Konstruktivisme Manusia adalah mahluk individual yang dikonstruksikan melalui realitas sosial. Konstruksi atas manusia akan melahirkan paham intersubyektivitas. Hanya dalam proses interaksi sosial, manusia akan saling memahaminya. Interaksi sosial antar individu akan menciptakan lingkungan atau realitas sosial yang diinginkan. Dengan kata lain, sesungguhnya realitas sosial merupakan hasil konstruksi atau bentukan dari proses interaksi tersebut. Hakekat manusia menurut konsepsi konstruktivisme lebih bersifat bebas dan terhormat karena dapat menolak atau menerima sistem internasional, membentuk kembali model relasi yang saling menguntungkan, atau yang diinginkan berdasarkan peraturan, strukturasi dan verstehen dalam speech acts. Varian-varian Konstruktivisme Sekalipun berangkat dari posisi ontologis bersama, konstruktivisme berkembang melalui tiga varian pemikiran yang berbeda: sistemik, level unit dan holistik. Konstruktivis sistemik, dengan tokohnya Alexander Wendt, memiliki kesamaan dengan neorealis dalam artian keduanya memberikan perhatian hanya pada interaksi antar negara sebagai aktor-aktor tunggal dan mengabaikan semua proses yang berlangsung di dalam masing-masing aktor tersebut. Memahami politik internasional, dalam pemikiran konstruktivis sistemik, berarti semata-mata memahami bagaimana negara berhubungan satu sama lain dalam ruang eksternal atau internasional. Seperti halnya dengan neorealisme, anarkhi dalam politik internasional menjadi sebuah konsep yang penting dalam varian konstruktivisme ini. Hanya saja, berbeda dengan neorealist yang melihat negara berhubungan satu sama lain dalam konteks anarkhi, konstruktivis memahami anarkhi justru sebagai produk hubungan antar negaraa. (Alexander Wendt, Anarchy is what states make of it ,1992). Konstruktivisme Level unit berusaha melihat hubungan pengaruh norma-norma sosial dan legal di tingkat domestik bagi identitas, dan oleh karenanya, kepentingan-kepentingan negara. Peter Katzenstein merupakan salah figur penting konstruktivisme dari varian ini, Katzenstein berusaha menunjukkan bagaimana kedua negara dengan pengalaman yang sama, sebagai negara yang kalah perang, mengalami pendudukan asing dan berubah dari otoritarian menuju demokrasi, memiliki kebijakan-kebijakan pertahanan internal dan external yang sangat berbeda. Menurut Katzenstein, perbedaan ini mencerminkan institusionalisasi norma-norma sosial dan legal yang berbeda di tingkat nasional kedua negara tersebut. Sekalipun tidak mengabaikan peran peran norma internasional dalam membentuk identitas dan kepentingan negara, penekanan yang berlebihan pada aspek domestik menempatkan konstruktivisme (dalam varian ini) pada posisi yang sulit untuk menjelaskan munculnya kesamaan-kesamaan antar negara ataupun adanya pola-pola konvergensi idetitas dan kepentingan negara-negara yang berbeda.( Peter Katzenstein, Cultural Norms and National Security: Police and Military in Changing Japan (1996) dan Tamed Power: Germany in Europa (1999))
  • 6. konstruktivisme holistik berusaha menjembatani kedua posisi dua varian konstruktivisme yang bertolak belakang di atas dengan jalan melihat domestik dan internasional sebagai dua aspek berbeda dari tatanan sosial dan politik yang sama. Konstruktivis holistik berusaha menjelaskan dinamika perubahan global terutama dalam kaitannya dnegan muncul dan hancurnya negara berdaulat melalui hubungan timbal balik antara negara dan tatanan global tersebut. Hubungan ini ditunjukkan dengan dua cara yang berbeda. John Gerard Ruggie, misalnya, berusaha menjelaskan perubahan dalam politik internasional akibat munculnya negara berdaulat dari puing-puing feodalisme Eropa dengan menekankan pada pentingnya perubahan dalam episteme sosial atau kerangka pengetahuan (1986, 1993). Cara yang kedua diwakili oleh karya Friedrich Kratochwil mengenai berakhirnya Perang Dingin, dengan menekankan pada perubahan dalam gagasan mengenai tatanan dan keamanan internasional. Karena besarnya perhatian terhadap transformasi-transformasi yang bersifat global dan besar, varian konstruktivisme cenderung bersifat strukturalis dan mengabaikan aspek agency sebagai salah satu preposisi ontologis konstruktivisme. Dalam artian ini, gagasan, norma maupun budaya dipahami memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah transformasi, tetapi terlepas dari keinginan, pilihan ataupun tindakan manusia. Realisme dan Neorealisme Realisme sebagaimana seperti sebuah teori yang lain, memiliki landasan pemikiran yang mendasar. Realisme sejak pertama muncul sebagai sebuah teori terus mangalami perubahan, terutama perubahan dalam memahami konsep dasar, mulai dari teori realisme klasik yang dikemukakan oleh Thucydides pada tahun 430-400 sebelum masehi sampai dengan teori neorealisme yang dipopulerkan oleh Kenneth Waltz pada tahun 1979 masehi. Seiring perkembangan dalam studi Hubungan Internasional, maka terjadi pula perkembangan atau mungkin juga perubahan dalam teori realisme. Realisme klasik sebagai teori realisme yang pertama muncul secara perlahan kemudian berkembang dan berubah menjadi teori neorealisme. Dalam realisme klasik dan neoklasik, pandangan subjektif dari para pemimpin negara merupakan pusat perhatiannya. Realisme klasik begitu menekankan pada asumsi dasar manusia yang bersifat pesimis dan skeptis. Bahkan Morgenthau merincikannya bahwa manusia itu jauh lebih mementingkan dirinya sendiri. Namun sebuah teori realisme baru pada tahun 1979 muncul dengan pendekatan yang berebeda dari realisme klasik dan neoklasik. Teori itu dinamakan teori neorealisme yang dipopulerkan oleh Kenneth Waltz. Kenneth Waltz memfokuskan pada struktur sistem dan bukan pada manusia sebagai pencipta dan pengoperasi sistem. Inti dari ajaran realisme adalah mengenai keamanan dan kelangsungan hidup negara dimana hal ini semua dirangkum dalam satu kata yang disebut “power”. Perbedaan pendekatan mengenai gambaran power inilah yang akhirnya membedakan aliran teori realis. Ketika para penganut teori
  • 7. realisme klasik dan neoklasik berpendapat bahwa sesungguhnya power itu adalah kekuatan militer, maka pro kontra mucul sebagai bagian dari kritik terhadap realisme klasik dan neoklasik. Perkara mengenai kekuatan militer sebagai power tidak dibenarkan seluruhnya oleh para penganut realisme lain. Neorealisme muncul sebagai pembenahan dari pendekatan realis klasik mengenai power tersebut. Neorealisme melihat power bukan hanya sekedar kekuatan sumber daya militer tetapi juga dengan kemampuan memaksa dan mengontrol negara lain yang berada dalam sistem, Adapun perbedaan mendasar lainnya antara realisme klasik dan kontemporer, yaitu sikap negara menghadapi kondisi anarkis. Bagi realis klasik, sistemlah yang akhirnya menciptakan kondisi anarkis tersebut. Namun sangat berbeda dengan neorealis yang melihat bahwa kondisi anarkis itu adalah sistem itu sendiri. Maksudnya seperti ini, dalam persepsi realis klasik, interaksi yang tercipta dan diciptakan oleh aktor-aktor hubungan internasional -seperti negara dan pelaksana berwenangnya, NGO, MNC, dll- telah melahirkan sebuah sistem. Sistem inilah yang akhirnya menciptakan kondisi anarki. Padahal kondisi anarki internasional menurut realisme klasik yaitu tidak ada kekuatan (negara) yang mengatur dunia ini sebab tidak boleh ada kekuasaan yang berlebihan. Namun semua kembali kepada sifat dasar manusia yang selalu merasa cemas akan keamanan negara serta kepentingan nasionalnya, maka sistem yang diciptakan manusia tersebut menjadi anarkis sebab banyak terjadi pengabaian dalam pelaksanaan sistem tersebut. Namun bagi neorealisme, negara-negara adalah para pencari kekuasaan dan sadar keamanan, bukan karena sifat dasar manusia tetapi lebih disebabkan karena struktur sistem internasional mendorong mereka melakukan demikian. Sejak dimulainya pemikiran mengenai tatakelola hubungan antar negara terutama ketika teori realisme lahir, sebuah agenda utama telah ditetapkan secara tidak langsung, yakni keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara. Agenda itu masih tetap dipertahankan oleh seluruh saliran realisme, entah itu realisme klasik maupun neorealisme. Mungkin terdapat sedikit perbedaan dari cara melihat akar permasalahan serta kesimpulan yang diambil. Perspektif-perspektif dalam Hubungan Internasional Secara kolektif kelompok idealis memiliki keyakinan yang sama seperti : 1. Yakin bahwa fitrah manusia adalah “baik”. Oleh karena itulah manusia mampu saling membantu dan bekerja sama. 2. Perhatian fundamental manusia terhadap perang memungkinkan terjadinya kemajuan. Pendapat ini seperti keyakinan kaum Pencerahan tentang kemungkinan perbaikan peradaban. 3. Perilaku buruk manusia adalah produk, bukan manusianya yang jahat tetapi lembaganya yang buruk dan pengaturan struktural yang memotivasi orang untuk bertindak egois dan merusak yang lainnya, termasuk perang.
  • 8. 4. Perang bukan tidak terhindarkan dan sering dapat dicegah dengan menghapuskan lembaga yang mendorongnya. 5. Perang adalah masalah internasional yang memerlukan usaha kolektif atau multilateral dan bukannya usaha nasional saja, oleh sebab itulah 6. Masyarakat internasional harys mengakui usaha untuk menghapus institusi yang mendorong terjadinya perang. III. REALISME POLITIK Perspektif Realisme lahir dari kegagalan membendung Perang Dunia I dan II. Aliran ini semakin kuat setelah Perang Dunia II, terutama di Amerika Serikat. Pacuan senjata yang marak ketika Perang Dingin semakin mengukuhkan perspektif Realisme. Pandangan-pandangan yang jadi fundasi aliran ini posisinya berseberangan dengan mereka yang menganut idealisme. Misalnya, perspektif ini berkeyakinan bahwa manusia itu jahat, berambisi untuk berkuasa, berperang dan tidak mau kerja sama. I. CURRENT HISTORY Hubungan internasional sebagai ladang penyelidikan intelektual sebagian besar dipengaruhi fenomena abad ke-20. Akar-akar sejarah disiplin ini terletak pada sejarah diplomatik. Sejarah diplomatik merupakan salah satu pendekatan untuk memahami HI yang berfokus pada deskripsi kejadian-kejadian sejarah, bukan eksplanasi teori. Untuk kemudahan, aliran ini disebut pendekatan Current History terhadap studi HI. Lingkungan pada awal abad ketika lahirnya studi HI dimulai dengan optimisme. Banyak orang yakin bahwa perdamaian dan kemakmuran akan hadir. Hukum internasional menguat dan konferensi perdamaian Den Haag 1899 dan 1907 dipicu oleh harapan bahwa persenjataan bisa diawasi dan Eropa takkan mengalami perang lagi. Namun harapan itu hancur karena Perang Dunia I yang pecah mulai 1914. Pengalaman menyakitkan ini melahirkan pencarian pengetahuan mengenai sebab-sebab perang, misalnya, dalam konteks teori. Oleh karena itulah para pengambil kebijakan dan pakar memerlukan sebuah teori untuk meramalkan pecahnya perang dan bagaimana mencegahnya. IDEALISME POLITIK Perang Dunia I membuka pintu terhadap revolusi paradigma dalam studi HI. Sejumlah perspektif HI berusaha menarik perhatian para peminatnya pada periode ini. Meskipun demikian aliran current history masih memiliki pengikutnya.
  • 9. Secara kolektif kelompok idealis memiliki keyakinan yang sama seperti : 1. Yakin bahwa fitrah manusia adalah “baik”. Oleh karena itulah manusia mampu saling membantu dan bekerja sama. 2. Perhatian fundamental manusia terhadap perang memungkinkan terjadinya kemajuan. Pendapat ini seperti keyakinan kaum Pencerahan tentang kemungkinan perbaikan peradaban. 3. Perilaku buruk manusia adalah produk, bukan manusianya yang jahat tetapi lembaganya yang buruk dan pengaturan struktural yang memotivasi orang untuk bertindak egois dan merusak yang lainnya, termasuk perang. 4. Perang bukan tidak terhindarkan dan sering dapat dicegah dengan menghapuskan lembaga yang mendorongnya. 5. Perang adalah masalah internasional yang memerlukan usaha kolektif atau multilateral dan bukannya usaha nasional saja, oleh sebab itulah 6. Masyarakat internasional harus mengakui usaha untuk menghapus institusi yang mendorong terjadinya perang. REALISME POLITIK Perspektif Realisme lahir dari kegagalan membendung Perang Dunia I dan II. Aliran ini semakin kuat setelah Perang Dunia II, terutama di Amerika Serikat. Pacuan senjata yang marak ketika Perang Dingin semakin mengukuhkan perspektif Realisme. Pandangan-pandangan yang jadi fundasi aliran ini posisinya berseberangan dengan mereka yang menganut idealisme. Misalnya, perspektif ini berkeyakinan bahwa manusia itu jahat, berambisi untuk berkuasa, berperang dan tidak mau kerja sama. PENDEKATAN PERILAKU (THE BEHAVIORAL APPROACH) Aliran realisme klasik menyiapkan secara serius pemikiran teoritis mengenai kondisi global dan kaitan empiris. Namun demikian ketidakpuasan karena kurangnya data, reaksi tandingan, kesulitan dalam peristilahan dan metode, mendapatkan momentum pada tahun 1960-an dan awal 1970-an. Disebabkan pendekatan perilaku terhadap studi hubungan internasional maka banyak mempengaruhi pendekatan terhadap teori dan logika serta metode penelitian. Aliran Perilaku dalam hubungan internasional bagian dari gerakan besar yang menyebar dalam ilmu-ilmu sosial secara umum. Sering
  • 10. disebut pendekatan ilmiah (scientific approach), behavioralisme menantang model-model yang ada dalam mempelajari perilaku manusia dan basis teori-teorinya yang disebut tradisionalisme. Perdebatan panas sering mewarnai para ilmuwan mengenai prinsip-prinsip dan prosedur yang paling tepat dalam meneliti hasil-hasil fenomena internasional. Debat itu berpusat pada makan teori dan syarat-syarat teori yang memadai dan metode terbaik yang tepat untuk pengujian teori. Sebagian besar perdebatan berlangsung antara penganut perilaku dan kubu tradisionalis sangat hangat. Memang benar “berteori mengenai teori” dan berteori tentang hubungan internasional sering bercirikan perdebatan. Literatur pada periode ini diwarnai dengan isu-isu metodologis, bukannya masalah substantif. Asumsi yang sama dan preskripsi analitik merupakan ini dari gerakan perilaku. Aliran Perilaku mengusahakan generalisasi seperti hukum mengenai fenomena internasional. Yakni, pernyataan mengenai pola-pola dan keteraturan melintasi waktu dan tempat. Ilmu, kata kaum penganut perilaku, adalah aktivitas membuat generalisasi. Oleh sebab itu tujuan penelitian ilmiah adalah menemukan pola-pola ajeg perilaku antar negara dan penyebab-penyebabnya. Bertolak dari perspektif ini sebuah teori hubungan internasional harus berisi pernyataan hubungan antar dua atau lebih variabel, khusus untuk kondisi dimana hubungan berlangsung dan menjelaskan mengapa hubungan itu bisa berlangsung. Untuk menemukan teori-teori itu, penganut perilaku condong kepada analisa komparatif lintas nasional tak hanya sekedar studi kasus negara tertentu dalam waktu tertentu seperti terlihat dalam pendekatan Current History. Kubu perilaku juga menekankan perlunya mengumpulkan data mengenai karakteristik negara dan bagaiman berhubungan satu sama lain. Oleh sebab itulah gerakan perilaku ini diwarani dengan studi kuantitatif hubungan internasional. PENDEKATAN NEOREALISME STRUKTURAL (THE NEOREALIST STRUCTURAL APPROACH) Pendekatan realisme politik masih penting sebagai perspektif teoritis yang mendasari analisa masalah keamanan nasional. Namun juga mendapat popularitasnya setelah terbentuk dalam teori umum politik internasional yang disebut neorealisme atau realisme struktural. Neorealisme membedakan antara eksplanasi peristiwa politik internasional di tingkat nasional seperti negara yang diketahui sebagai politik luar negeri dengan eksplanasi peristiwa di tingkat sistem internasional yang disebut sistem atau teori sistem. Apa yang neorealis inginkan adalah “mensistemasikan realisme politik kedalam teoris sistem yang kuat, deduktif dari politik internasional.”
  • 11. Seperti dikemukakan Kenneth M Waltz dalam bukunya yang berpengaruh Theory of International Politics (1979) dan dianggap sebagai karya utama pemikiran neorealis, “struktur internasional muncul dari intreraksi negara dan kemudian hambatan yang dihadapi dalam mengambil tindakan tertentu saat terdorong ke negara lain.” Seperti dalam realisme klasik, anarki dan ketiadaaan lembaga sentral (sebuah pemerintah) menjadi ciri struktur sistem. Negara masih menjadi aktor utama. Mereka bertindak sesuai dengan prinsip menolong diri sendiri dan semuanya mengusahakan agar bisa bertahan. Oleh karena itu menurut realisme struktural, negara tak berbeda dalam tugas-tugasnya yang dihadapinya. Yang berbeda adalah kapabilitasnya. Kapabilitas mendefinisikan posisi negara dalam sistem dan distribusi kapabilitas mendefinisikan sistem struktur. Demikian pula perubahan dalam distribusi kapabilitas merangsang perubahan dalam struktur sistem seperti dari konfigurasi kekuatan multipolar ke bipolar atau dari bipolar menuju unipolar. Kekuatan juga masih menjadi konsep sentral realisme struktural. Namun demikian, masalah merebut kekuasaan tak lagi dianggap tujuan seperti dalam realisme klasik. Hal itu juga tidak dilihat sebagai karakter manusia. Seperti dijelaskan Waltz, “negara berusaha dalam cara yang lebih kurang masuk akal menggunakan cara yang ada untuk mencapai tujuan yang terjangkau”. Cara-cara itu digolongkan dalam dua kategori yakni usaha internal seperti meningkatkan kemampuan ekonomi, kekuatan militer, mengembangkan strategi yang lebih pintar serta usaha eksternal seperti memperkuat dan memperluas aliansi atau memperlemah dan membubarkan aliansi musuhnya. Keseimbangan kekuatan (balance of power) muncul lebih kurang secara otomatis dari instink untuk bertahan. “Kencenderungan keseimbangan kekuatan untuk membentuk apakah sejumlah negara semua negara secara sadar bertujuan membentuk dan mempertahankan keseimbangan atau apakah sejumlah atau beberapa negara bertujuan dominasi universal,” tulis Waltz (1979). Sekali sistem internasional terbentuk, sistem itu “akan menjadi kekuatan yang dimana unit-unit didalamnya tak mampu mengontrol, sistem itu membatasi perilaku mereka dan menempatkan mereka antara niat mereka dan hasil dari tindakan mereka.” INSTITUSIONALISME NEOLIBERAL Seperti halnya neorealis, institusionalis neoliberal menggunakan teori struktural politik internasional. Mereka terutama berkonsentrasi kepada sistem internasional, bukannya karakteristik unit atau sub unit didalamnya. Namun mereka memberi lebih banyak perhatian cara lembaga internasional dan aktor non negara lainnya mempromosikan kerja sama internasional. Daripada hanya menggambarkan dunia dimana negara-negara di dalamnya enggan bekerja sama karena masing-masing merasa tidak aman dan terancam oleh yang lainnya, institusionalis neoliberal membuktikan syarat-syarat kerja sama yang mungkin dihasilkan dari kepentingan yang tumpang tindih diantara entitas politik yang berdaulat.
  • 12. Sebagai tambahan dari idealisme klasik, akar intelektual pendekatan yang biasa disebut pula neoliberalisme dapat dilacak dari studi integrasi regional yang mulai merebak pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an saat para pakar berusaha memahami proses dimana unifikasi politik negara bedaulat mungkin bisa dicapai. Untuk mengkaji konsep dalam pemikiran neoliberalis, perlu kita lihat tiga perspektif yang berdekatan dengannya. Interdependensi yang kompleks (Complex Interdependence) sebagai sebuah Pandangan Dunia, sebagai sebuah perspektif analitik yang eksplisit, inderdendensi kompleks (complex interdependence) muncul pada tahun 1970-an untuk menantang asumsi-asumsi kunci kerangka teoritis saingannya, khususnya realisme klasik. Pertama, menantang asumsi yang ada bahwa negara bangsa hanya satu-satunya aktor penting dalam politik dunia. Lalu mereka memperlakukan aktor lain seperti perusahaan multinasional dan bank-bank transnasional sebagai “penting bukan karena hanya kegiatannya dalam mengejar kepentingan mereka, namun juga karena mereka bertindak sabuk transmisi sehingga membuat kebijakan pemerintah di sejumlah negara lebih sensitif terhadap negara lain (Keohane dan Nye, 1988). Dalam pengertian ini, interdependensi kompleks sebagai sebuah “holistik”, konsepsi sistem yang melukiskan politik dunia sebagai jumlah interaksi banyak bagian dalam “masyarakat global” (Holsti, 1988). Kedua, intedependen kompleks mempertanyakan apakah isu keamanan nasional mendominasi agenda keputusan negara bangsa. Berdasarkan kondisi interdependensi, agenda politik luar negeri menjadi “semakin luas dan beragam” karena jangkauan luas kebijakan “pemerintah”, meskipun sebelumnya dipandang sebagai kebijakan domestik. Ketiga, perspektif yang dipertikaikan dalam konsep populer bahwa kekuatan militer satu-satunya alat dominan dalam menggunakan pengaruh di politik internasioal, khsusnya diantara negara industri dan masyarakat demokratis di Eropa dan Amerika Utara. 2. Rejim-Rejim Internasional Meskipun sistem internasional masih memiliki karakter anarkis, sifatnya dapat lebih dikonseptualisasikan sebagai anarki yang tertib dan sistem secara keseluruhan sebagai “masyarakat anarkis” karena kerja sama, bukan konflik, sering hasil yang dapat diamati dalam hubungan antar negara. Karena realitas ini, masalah baru muncul : bagaimana prosedur dan aturan yang terlembagakan untuk manajemen kolektif masalah kebijakan global dapat dibentuk dan dipertahankan ? Kepentingan
  • 13. dalam masalah itu muncul dari dua tujuan motivasi kebanyakan analis neoliberal. Pertama, “keinginan memahami seberapa jauh hambatan bersama mempengaruhi perilaku negara”. Kedua, kepentingan dalam merancang strategi untuk menciptakan “tatanan dunia” yang lebih tertib. Menuru sebuah definisi, rejim adalah sistem terlembaga kerja sama dalam isu-isu tertentu. Krasner (1982) menjelaskan, “ini adalah pemasukan perilaku dengan prinsip dan norma yang membedakan aktivitas rejim yang diperintah dalam sistem internasional dari aktivitas yang lebih konvensional oleh kepentingan sempit yang terukur”. Oleh karena itu esensi dari sebuah rejim adalah terdiri dari “sistem aturan perilaku internasional”. Sistem moneter global dan sistem perdagangan yang tercipta setelah Perang Dunia II merupakan ekspresi jelas dari rejim-rejim internasional. Teori Stabilitas Hegemoni Seperti ditekankan oleh perspektif institusionalis neoliberal, aktor-aktor non negara memainkan peran penting dalam kerja sama internasional yang menjadi karakter Tatanan Ekonomi Internasional Liberal. Perspektif ini juga mengajak memperhatikan peran menentukan kekuatan besar Amerika Serikat dalam mempromosikan stabilitas dan operasi efektif rejim moneter dan perdagangan pasca Perang Dunia II. Masalah yang muncul adalah: Apa pengaruh menurunnya kekuasaan AS seperti dipersepsikan banyak pihak tehadap lembaga rancangannya untuk mendorong kerja sama internasional ? Apakah menurunnya pengaruh itu bisa menjelaskan ketidaktertiban tatanan ekonomi global yang muncul sejak 1970-an ? Masalah-masalah inilah yang jadi perhatian khusus bagi analis yang tertarik pada stabilitas hegemoni. Teoritisi stabilitas hegemoni membedakan definisi hegemoni dengan menekankan kapasitas kekuatan militer untuk mengendalikan tatanan dunia dan kapasitas kekuatan ekonomi untuk menentukan dan mendikte aturan yang mengendalikan perdagangan, keuangan dan investasi internasional. Dalam konteks institusionalisme neoliberal, teori stabilitas hegemoni didedikasikan terutama pada tugas menjelaskan bukan perang dan damai namun menerangkan mengapa negara-negara penting (hegemonik) di hirarki tertinggi (seperti AS setelah Perang Dunia II) termotivasi mempromosikan rejim internasional yang menguntungkan yang tak hanya menguntungkan diri tapi juga negara lain.