SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
Download to read offline
*
Oleh :
RETNO NINGSIH
NELLYNDA Q.A
FINDA DESYNTA
DESINTA PRAMUDYA A
FERDIAN NOVA S.A
M.AKMAL BARIKLANA
FAZA MUHAMMAD S
*KONSEP KEPABEANAN
ZEE
LANDAS KONTINEN
DAERAH PABEAN
PUNGUT BEA MASUK
PUNGUT BEA KELUAR
PENGAWASAN PENGAWASAN
KEPABEANAN adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah
pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar
adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi
eksklusif dan landas kontinen
*
*
*
*
Wilayah RI
ZEE
Landas Kontinen
DAERAH PABEAN
DARAT
PERAIRAN
RUANG UDARA
 UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006;
 UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 39 Tahun 2007;
 Per. Menkeu No. 144/PMK.04/2007 tentang Pengeluaran
Barang Impor Untuk Dipakai,
 Peraturan DJBC No. P-42/BC/2008 tentang Petunjuk
Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai sebagaimana telah
diubah dengan P-08/BC/2009 .
 Menghimpun Penerimaan Negara (Revenue Collection)
 Melindungi Masyarakat (Community Protection)
 Memfasilitasi Perdagangan (Trade Facilitation)
 Mendukung Industri Dalam Negeri (Industrial Assistance)
FUNGSI UTAMA
FUNGSI TAMBAHAN
FUNGSI CUSTOMS
5
*
Facilitation Control
*
Undang-Undang No. 17 Tahun 2006. Pasal 5A menyatakan :
*(1) Pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) dapat disampaikan dalam bentuk tulisan di
atas formulir atau dalam bentuk data elektronik.
*(2) Penetapan kantor pabean tempat penyampaian
pemberitahuan pabean dalam bentuk data elektronik
dilakukan oleh Menteri.
*(3) Data elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan alat bukti yang sah menurut UndangUndang ini.
*(4) Ketentuan mengenai tata cara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
peraturan menteri.
*Pemberitahuan pabean
diwajibkan kepada :
*Pengangkut/Sarana
Pengangkut
*Pengangku tidak langsung
*Ekportir
*Importir
Hal hal yang berkaitan
dengan pemberitahuan
Pabean :
• Rencana Kedatangan
Sarana Pengangkut
• Daftar Manifest (Muatan)
• Daftar Pemberitahuan
Impor Barang (PIB)
• Daftar Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB)
• Electronics Data
Interchange (EDI)
• Penyerahan Pemberitahuan
Secara Elektronik
Macam Macam Dokumen Pemberitahuan Pabean
BC 1.0 Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana
Pengangkut
BC 1.1 Pemberitahuan Manifest/Muatan Sarana
Pengangkut
BC 1.2 Pemberitahuan Barang Impor yang Diangkut
Lanjut
BC 1.3 Pemberitahuan Pengangkutan Barang Asal Daerah
Pabean Dari Satu Tempat Ke Tempat Lain Melalui Luar
Daerah Pabean
BC 2.1 Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
BC 2.1 Pemberitahuan Impor Barang Tertentu (PIBT)
BC 2.2 Pemberitahuan Impor Barang Penumpang atau
Awak Sarana Pengangkut
BC 2.3 Pemberitahuan Pemasukan Barang Impor ke
Tempat Penimbunan Berikat
BC 2.4 Pemberitahuan Penyelesaian Barang Impor yang
Mendapat Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah Tidak Dipungut
BC 2.5 Pemberitahuan Pengeluaran Barang dari Tempat
Penimbunan Berikat
BC 3.0 Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
BC 4.0 Pemberitahuan Pemasukan Barang Asal Daerah
Pabean Ke Kawasan Berikat
PEMBERITAHUAN PABEAN
IMPOR
BC 2.0
BC 2.1
BC 2.2
BC 2.3
BC 2.4
BC 2.5
EKSPOR
BC 3.0
BONDED
BC 4.0
KAPAL
BC 1.0
BC 1.1
BC 1.2
BC 1.3
DAERAH PABEAN
KAWASAN PABEAN
TEMPAT PENIMBUANAN
TEMPAT PENIMBUNAN
SEMENTARA
PASAL 43 UU NO. 10 /
1995
TEMPAT PENIMBUNAN
BERIKAT
PASAL 44 UU NO. 10 / 1995
• KB (Kawasan Berikat)
• GB (Gudang Berikat)
• ETP (Enterpot untuk
Tujuan Pameran)
• TBB (Toko Bebas Bea)
TEMPAT PENIMBUNAN
PABEAN
PASAL 48 UU NO. 10 / 1995
YANG SUDAH ADA HANYA/BARU
DI SOEKARNO-HATTA
• BARANG TIDAK DIKUASAI
• BARANG DIKUASAI NEGARA
• BARANG MENJADI MILIK
NEGARA
DALAM AREAL
PELABUHAN
DI LUAR AREAL PELAB.
TEMPAT LAIN DP 3
SUATU LOKASI DILUAR D. KERJA
PENYELENGGARAAN PELABUHAN YANG
MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU DAN
MERUPAKAN PERPANJANGAN LINI 1
DEPO PETI KEMAS PENGAWASAN PABEAN
*
RED YELLOW GREEN MITA
NON-PRIO
MITA
PRIORITY
PIB (Pemberitahuan
Impor Barang)
dikirim
Rekonsiliasi
Pembayaran /
Jaminan
Konfirmasi Perizinan
Penelitian Dokumen
Pemeriksaan Fisik
SPPB (Surat
Persetujuan
Pengeluaran Barang)
Penelitian Dokumen
*
Definisi : Adalah proses transfer data
yang terstruktur, dalam format
standar yang disetujui, dari satu
sistem komputer ke sistem komputer
lainnya, dalam bentuk elektronik.
*
*Penghematan Biaya
*Kecepatan
*Keakuratan
*Keamanan
*Integrasi
*
*Untuk mengatasi permasalahan dalam hal
pengurusan ijin ekspor dan impor yang
selama ini memiliki berbagai macam
kekurangan. Dengan implementasi EDI ini
diharapkan proses pengurusan kepabeanan
akan menjadi lebih cepat tanpa
mengurangi keakuratan pemeriksaan
dokumen.
*
*Proses Bisnis Kepabeanan : Hal ini dilakukan untuk
dapat mengevaluasi proses yang terjadi serta
mengetahui kelemahan dari proses bisnis yang terjadi.
*Migrasi Sistem Kepabeanan : Dalam melakukan migrasi
sistem manual menjadi EDI tersebut, pihak Dirjen Bea
dan Cukai melakukannya secara bertahap dengan
memilih wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
sebagai pilot project. Hal ini dilakukan untuk melihat
keseluruhan sistem EDI secara utuh untuk selanjutnya
diidentifikasi kelemahan yang ada sebelum sistem ini
diterapkan secara menyeluruh di Indonesia.
*Evaluasi Hasil Implementasi EDI : Perubahan dari
sistem manual dengan EDI telah memberikan
manfaat dari segi penghematan biaya dan waktu
pengurusan dokumen. Namun penerapan EDI ini
masih memiliki beberapa kelemahan yang perlu
untuk diperhatikan, yaitu :
Masih terjadi penumpukan dokumen serta pihak
pengaju ijin harus selalu melakukan pengecekan
status ijin mereka.
Efisiensi waktu dalam proses pengajuan ijin di
kepabeanan masih belum dapat tercapai secara
maksimal.
Masih adanya persyaratan yang mengharuskan
penyertaan legalitas surat asli.
*
*
*Untuk dapat melakukan pemenuhan kewajiban pabean, importir wajib
melakukan registrasi importir
*Registrasi importir adalah kegiatan pendaftaran yang dilakukan oleh
importir dengan mengajukan permohonan ke Dirjen Bea dan Cukai untuk
mendapatkan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK)
Tujuan Registrasi
*Registrasi importir dilakukan dalam rangka tertib administrasi untuk
menjamin dipenuhinya hak-hak negara, karena importir yang melakukan
kegiatan impor dapat diketahui secara jelas eksistensinya,
penanggungjawabnya, jenis usahanya, dan auditability (kepastian
penyelenggaraan pembukuan)nya.
*Produk yang dikeluarkan dari Registrasi Importir adalah SPR (Surat
Pemberitahuan Registrasi) yang didalamnya terdapat NIK (Nomor
Identitas Kepabeanan).
*Importir yang belum mendapatkan NIK, dapat dilayani pemenuhan
kewajiban kepabeanannya untuk 1 (satu) kali pemberitahuan pabean
impor setelah mendapat persetujuan dari kepala kantor pabean
*
Pemblokiran NIK
Direktur Jenderal melakukan pemblokiran NIK
dengan memberitahukan tindakan pemblokiran
kepada importir dengan disertai alasan yang jelas,
yaitu :
*Selama 12 bulan berturut-turut tidak melakukan
kegiatan impor Dari hasil penelitian & penilaian
kembali ditemukan
*Eksistensi tidak sesuai dengan pemberitahuan
*Identitas pengurus dan penanggung jawab tidak
sesuai pemberitahuan;
*API/ APIT habis masa berlakunya; dan/ atau
*Tidak menyelenggarakan pembukuan.
*
Pencabutan NIK
Direktur Jenderal dapat melakukan pencabutan NIK
dengan memberitahukan tindakan pencabutan
kepada importir disertai alasan yang jelas, yaitu :
*Importir melakukan pelanggaran pidana
kepabeanan, cukai, dan/atau perpajakan dengan
kekuatan hukum tetap;
*Dalam waktu 3 bulan setelah pemblokiran importir
tidak memperbaiki data/dokumen;
*API / APIT dicabut;
*Diminta oleh instansi yang menerbitkan API/APIT;
*Importir dinyatakan pailit oleh pengadilan;
dan/atau
*Diminta oleh importir yang bersangkutan
*
Dasar Hukum :
 UU No. 10/1995 tentang Kepabeanan
 UU No : 17/2006 tentang perubahan UU No. 10/1995
 SK Menteri Keuangan RI No. 145/PMK.04/2007 tanggal 22 November 2007
tentang Ketentuan Kepabeanan di Bidang Ekspor.
*
*Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke kantor
pabean pemuatan dengan menggunakan PEB disertai Dokumen Pelengkap
Pabean.
*PEB disampaikan paling cepat 7 hari sebelum tanggal perkiraan ekspor dan
paling lambat sebelum barang ekspor masuk Kawasan Pabean
*Dokumen Pelengkap Pabean:
*Invoice dan Packing List
*Bukti Bayar PNBP
*Bukti Bayar Bea Keluar (dalam hal barang ekspor dikenai Bea Keluar)
*Dokumen dari intansi teknis terkait (dalam hal barang ekspor terkena
ketentuan larangan dan/atau pembatasan)
*Penyampaian PEB dapat dilakukan oleh eksportir atau dikuasakan kepada
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)
*Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE (Pertukaran Data
Elektronik) kepabeanan, eksportir/PPJK wajib menyampaikan PEB dengan
menggunakan sistem PDE Kepabeanan
*
*Mengekspor tanpa menyerahkan pemberitahuan pabean dipidana
penjara paling singkat 1 tahun paling lama 10 tahun dan pidana denda
paling sedikit lima puluh juta rupiah paling banyak lima miliar
rupiah.
*Menyampaikan pemberitahuan pabean yang tidak benar, palsu atau
dipalsukan dipidana penjara paling singkat 2 tahun paling lama 8
tahun dan pidana denda paling sedikit seratus juta rupiah paling
banyak lima miliar rupiah.
*Tidak menyampaikan atau terlambat menyampaikan pembatalan
ekspornya dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar lima juta
rupiah.
*Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dikenai sanksi
administrasi berupa denda paling sedikit 100% dari pungutan negara
di bidang ekspor yang kurang dibayar dan paling banyak 1.000% dari
pungutan negara di bidang ekspor yang kurang dibayar.
EDI NETWORK
EDI-IMPORT
IMPORTER
Import
Declaration
Customs
Response
ONLINE PAYMENT
SYSTEM
BANK
Debit
Advice
Credit
Advice
EDI-EXPORT
EXPORTER
Export
Declar
Customs
Response
EDI MANIFEST
SHIPPING AGENT
Customs
Response
Customs
Cargo
EDI-KAWASAN
BERIKAT
BONDED ZONE
Customs
Response
Bonded
Declar
CUSTOMS HEAD
OFFICE
CUSTOMS SERVICE OFFICE
- Import Service Appl
System
- Export Service Appl
System
- EDI-Manifest System
- On-line Payment System
CUSTOMS
AUTOMATION
SYSTEM
Customs
Response
Data
Declar
PENGERTIAN BARANG YANG DIKUASAI NEGARA ADALAH:
a. Barang yang impornya dilarang atau dibatasi
b. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan
c. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di
Kawasan Pabean oleh Pemilik yang tidak dikenal
PENGERTIAN BARANG YANG MENJADI MILIK NEGARA
ADALAH :
a.Barang yang berasal dari barang yang tidak dikuasai
barang tersebut berupa barang yang dilarang
impornya
b.Barang yang berasal dari barang yang tidak dikuasai
dan barang tersebut berupa barang yang dibatasi
impornya dan tidak diselesaikan dalam 60 hari
*
Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang
kepabeanan yang dikenakan terhadap barang impor
Cara memungut bea masuk :
a. Berdasarkan spesifik : dipungut berdasarkan ukuran berat dan
takaran
b. Berdasarkan Advalorum (Harga Barang)
Bea masuk dihitung atas dasar harga barang / nilai pabean.
Terdiri dari nilai CIF :
C = Cost – Lihat nilai pada dokumen Invoice
I = Insurance - Lihat pada polis Assuransi
F = Freifgt – Lihat pada dokumen Bill of Lading / BL
Untuk mengitung bea masuk mengggunakan rumus sebagai berikut :
BM = .... (Tarif BM) % x CIF (NDPBM)
Catatan :
NDPBM = Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk
Pungutan yang lain yang dibebankan pada importir adalah Pajak Dalam
Rangka Impor (PDRI)
*
*Bea Keluar adalah pungutan negara berdasarkan
Undang- Undang Kepabeanan yang dikenakan
terhadap barang ekspor.
*Harga Patokan Ekspor yang selanjutnya disingkat
HPE adalah harga patokan yang ditetapkan secara
periodik oleh menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perdagangan setelah
berkoordinasi dengan menteri/kepala lembaga
pemerintah non kementerian/kepala badan teknis
terkait.
*Harga Ekspor adalah harga yang digunakan untuk
penghitungan Bea Keluar.
TATA CARA PENGENAAN BEA KELUAR
(1). Terhadap barang ekspor dapat dikenakan bea keluar
(2). Bea Keluar ditetapkan dengan tujuan untuk
a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri
b. Melindungi kelestarian sumber daya alam
c. Mengantisipasi harga yang cukup drastis dari
komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional
d. Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di
dalam negeri
(3). Penetapan barang ekspor yang dikenakan bea
keluar sebagaimana pada point 1 dilakukan oleh
Menteri setelah mendapat pertimbangan dan/atau
usul Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang perdagangan
(4). Menteri dapat mengecualikan pengenaan bea keluar
terhadap barang ekspor yang dikenakan bea keluar
sebagaimana dimaksud pada point 3 dalam hal :
a. Barang perwakilan negara asing beserta para
pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas
timbal balik
b. Barang untuk keperluan musium, kebun binatang, dan
tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum
c. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
d. Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan
e. Barang pindahan
f. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut,
pelintas batas dan barang kiriman sampai batas nilai
pabean
g. Barang asal import yang kemudian di ekspor kembali
h. Barang ekspor yang akan diimport kembali
TARIF BEA KELUAR
Ditetapkan paling tinggi :
a. 60% dari harga ekspor atau
b. Nominal tertentu yang besarnya equivalen dengan
60% sebagaimana pada huruf a dalam hal tarif bea
keluar ditetapkan secara spesifik.
RUMUS BEA KELUAR :
= Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan Barang x Harga
Ekspor x Nilai Tukar Mata Uang
*
* Harga Referensi adalah harga rata-rata internasional
dan/atau harga rata-rata bursa komoditi tertentu di
dalam negeri untuk penetapan tarif Bea Keluar yang
ditetapkan secara periodik oleh menteri yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan
setelah berkoordinasi dengan menteri/kepala
lembaga pemerintah non departemen/kepala badan
teknis.
a. Untuk Harga Referensi sampai dengan USD 750 per
ton, tarif Bea Keluar adalah sebagaimana Kolom 1
pada Lampiran I. Peraturan Menteri Keuangan No 128
Tahun 2011.
b.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 750 per ton
sampai dengan USD 800 per ton, tarif pada Kolom 2.
*
c.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 800 per ton sampai dengan USD 850 per
ton (Kolom 3).
d.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 850 per ton sampai dengan USD 900 per
ton (Kolom 4).
e.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 900 per ton sampai dengan USD 950 per
ton (Kolom 5).
f. Untuk Harga Referensi lebih dari USD 950 per ton sampai dengan USD 1,000
per ton (Kolom 6).
g.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,000 per ton sampai dengan USD 1,050
per ton (Kolom 7).
h.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,050 per ton sampai dengan USD 1,100
(Kolom 8)
i. Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,100 per ton sampai dengan USD 1,150
per ton (Kolom 9).
j. Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,150 per ton sampai dengan USD 1,200
per ton (Kolom 10).
k.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,200 per ton sampai dengan USD 1,250
per ton (Kolom 11).
l. Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,250 per ton (Kolom 12).
*
K
E
L
N
O
JENIS BARANG
TARIF BEA KELUAR (%)
Kol
1
Kol
2
Kol
3
Kol
4
Kol
5
Kol
6
Kol
7
Kol
8
Kol
9
Kol
10
Kol
11
Kol
12
I
1
.
Buah dan Kernel
Kelapa Sawit
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
2
.
Bungkil Kelapa
Sawit
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
II
3
.
Crude Palm Oil
(CPO)
0 7,5 9 10,5 12
13,
5
15 16,5 18
19,
5
21 22,5
4
.
Crude Palm
Kernel Oil
(CPKO)
0 7,5 9 10,5 12
13,
5
15 16,5 18
19,
5
21 22,5
*
III
5. Crude Palm Olein 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
6. Crude Palm Stearin 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
7. Crude Palm Kernel Olein 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
8.
Crude Palm Kernel
Stearin
0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
9.
Palm Fatty Acid
Distillate (PFAD)
0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
10.
Hydrogenated Palm Oil
(Bulk) >20 kg
0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
11.
Hydrogenated Palm
Kernel Oil (Bulk) >20 kg
0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
12.
Hydrogenated Palm
Olein (Bulk) >20 kg
0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
13.
Hydrogenated Palm
Kernel Olein (Bulk) >20
kg
0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
14.
Hydrogenated Palm
Kernel Stearin (Bulk) >20
kg
0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
15.
Hydrogenated Palm
Stearin (Bulk) >20 kg
0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
*
IV
16. RBD Palm Olein 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11,5 13
17. RBD Palm Oil 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
18. RBD Palm Kernel Oil 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19. RBD Palm Kernel Olein 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
20.
RBD Palm Kernel
Stearin
0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
21. RBD Palm Stearin 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
22. Hydrogenated RBD
Palm Olein
0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11,5 13
23. Hydrogenated RBD
Palm Oil
0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
24. Hydrogenated RBD
Palm Kernel Oil
0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
25. Hydrogenated RBD
Palm Kernel Olein
0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
26. Hydrogenated RBD
Palm Kernel Stearin
0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
27.
Hydrogenated RBD
Palm Stearin
0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
*
V
28. RBD Palm Olein dalam
kemasan bermerek ≤ 20kg
0 0 0 0 0 2
2 2 3 4 5 6
29. Biodiesel dari minyak
sawit (Fatty Acid Methyl
Esters)
0 0 0 0 0 2 2 2 2 5 5 7,5
*Perhitungan Bea Masuk,
Cukai dan Pajak Dalam
Rangka Impor
Untuk barang impor :
- Bea masuk = CIF * tarif bea masuknya (bisa
0%, 5%, 10% dst lihat di BTBMI)
- PPN = (CIF + bea masuk) * 10%
- PPh = (CIF + bea masuk) * 7.5% (bisa kena
2,5% bila punya API, atau terkena 15% bila
tidak punya NPWP)
Untuk barang dgn harga dibawah 50 dolar
gratis / free tidak bayar bea masuk dan pajak
- Bea masuk = (CIF-50) * tarif bea masuknya
- PPN = [(CIF-50) + bea masuk] * 10%
- PPh = [(CIF-50) + bea masuk] * 7.5%
*contoh : harga barang US$ 223, ongkir
$48 –> CIF = 223 + 48 = 271, jenis barang
= handphone (tarif bea masuk dlm BTBMI
0%)
- Bea masuk = ( 271 – 50) * 0% = 0
- PPN = ((271-50) + 0) * 10% = $ 22,1
- PPh = ((271-50) + 0) * 7,5% = $ 16,575
total tagihan = 22,1 + 16,575 = $ 38,675 *
Rp13.000,- ($1=Rp13.000) = Rp. 502.775,-
(pembulatan)
*Catatan Perhitungan
Nilai Pabean sebagai dasar perhitungan bea
masuk dinyatakan dalam mata uang rupiah
Nilai Pabean (Rupiah) = Nilai Pabean
(Valuta asing) X NDPBM
NDPBM = Nilai Dasar Perhitungan Bea
Masuk Ditetapkan berdasarkan
Keputusan
Menteri Keuangan setiap minggu sekali (setiap
hari Rabu)
Nilai Pabean yang dijadikan
komponen penetapan bea masuk, harus dalam
bentuk CIF (Cost, Insurance dan Freight).
*Catatan
Perhitungan
*Cost yaitu harga dasar barang yang dibeli.
* Insurance yaitu biaya asuransi barang yang akan
dikirim
*Freight yaitu ongkos kirim atau ongkos angkut.
* Nilai Dasar Pengenaan Bea Masuk (NDPBM) adalah
nilai tukar yang dipergunakan sebagai dasar
penghitungan bea masuk, atau lebih dikenal dengan
kurs mata uang.
*Contoh
Perhitungan
Tarif Spesifik
BM = Tarif BM (Spesifik) X Jumlah Barang
Gula pasir (refined sugar) sebanyak 10.000
kg. Pos tariff BTBMI: 1701.99.11.00 (BM:
Rp. 700,-
/kg)
BM wajib dibayar adalah : 10.000 x Rp. 700,-
= Rp. 7.000.000,-
* Cara Penghitungan
PPN, PPnBM, dan PPh
PPN = % PPN x (nilai pabean +BM + cukai)
PPnBM = % PPnBM x (nilai pabean+BM +
cukai)
PPh = % PPh x (nilai pabean + BM +
cukai)
BM dibayar, ditangguhkan dan/atau
ditanggung pemerintah
*
Tarif Advalorum (%)
Misal: Nilai Pabean 1.000 USD
Tarif BM 5%, PPN 10%, PPh2,5%
Kurs NDPBM 1 USD = Rp 9.000
Maka Pungutannya,
Nilai Pabean = 1.000 x 9.000 =
Rp 9.000.000
BM : 5% x 9.000.000 = Rp
450.000
PPN : 10% x 9.450.000 = Rp
945.000
PPh : 2,5% x 9.450.000 = Rp 236.250
*CONTOH
PERHITUNGA
N
 Tarif Spesifik
Misal: Nilai Pabean Rp 1.000.000.000
Jumlah barang 100 Ton
Tarif Rp 2.500/Kg,
PPN 10%, PPh 2,5%
Maka Pungutannya,
BM
PPN
PPh
: 2.500 x 100.000 = Rp 250.000.000
: 10% x 1.250.000.000 = Rp 125.000.000
: 2,5% x 1.250.000.000 = Rp 31.250.000
*
 PT URIP JAYA Tekstil adalah perusahaan garment yang
berdomisili di Malang. Untuk memenuhi bahan baku
produksinya, selain dari bahan baku lokal juga dibutuhkan
bahan baku tertentu yang berasal dari luar negeri.
Pada awal bulan ini PT URIP JAYA Tekstil mengimpor barang
dari Thailand berupa:
 Benang tunggal dari serat kapas (HS 5206.21.00.00 BM 5%,
PPN 10%) seharga USD 1,500
 Benang filament sintesis polyester (HS 5402.33.00.00 BM 5%,
PPN 10%) seharga USD 2,000
 Kain tenunan dari serat tiruan (HS 5516.21.00.00 BM 15%,
PPn 10%) seharga USD 5,000
 Kain sulaman dari serat sintesis (HS 5810.92.00.00 BM 10%,
PPN 10%) seharga USD 4,500
*
 Biaya pengangkutan / pengapalan dari Thailand
sampai Tanjung Perak Surabaya sebesar USD 1,250
dengan asuransi USD 900
 Kurs saat itu USD 1 = Rp 13.000
 Pertanyaan:
1.Berapa besar nilai pabean?
2. Berapa bea masuk yang harus dibayar?
3.Berapa total bea masuk dan pajak dalam rangka
impor yang harus dibayar?
*
 NDPBM BT = (1500+1250+900) X 13.000 = Rp47.450.000
 NDPBM BF = (2000+1250+900) X 13.000 = Rp53.950.000
 NDPBM KT = (5000+1250+900) X 13.000 = Rp92.950.000
 NDPBM KS = (4500+1250+900) X 13.000 = Rp86.450.000
 BM BT = 5% X 47.450.000 = Rp 2.372.500
 BM BF = 5% X 53.950.000 = Rp 2.697.500
 BM KT = 15% X 92.950.000 = Rp 13.942.500
 BM KS = 10% X 86.450.000 = Rp 8.645.500
 Total BM = Rp 27.658.000
*
* PPN BT = 10% X (47.450.000+2.372.500) = Rp 4.982.250
* PPN BF = 10% X (53.950.000+2.697.500) = Rp 5.664.750
* PPN KT = 10% X (92.950.000+13.942.500) = Rp 10.689.250
* PPN KS = 10% X (86.450.000+8.645.500) = Rp 9.509.550
* PDRI BT = Rp 4.982.250
* PDRI BF = Rp 5.664.750
* PDRI KT = Rp 10.689.250
* PDRI KS = Rp Rp 9.509.550
WAJIB L/C
Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 10/M-DAG/PER/3/2009
(1) Ekspor atas barang komoditi Crute Palm Oil (CPO) dan Produk
Pertambangan:
− CPO
− Pertambangan all, biji besi, biji mangan, biji tembaga dan batu bara
− Komoditi Kopi, Kakao dan Karet
Dengan nilai ekspor dalam setiap Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
diatas 1.000.000 (satu juta) Dolar Amerika Serikat wajib dilakukan
dengan cara pembayaran Letter of Credit (L/C) melalui Bank Devisa
Dalam Negeri.
(2) Ekspor atas barang tersebut di atas, dengan nilai ekspor dalam setiap
PEB sampai dengan 1.000.000 (satu juta) Dolar Amerika Serikat dapat
dilakukan dengan cara pembayaran L/C atau cara pembayaran lainnya yang
berlaku dalam perdagangan Internasional melalui Bank Devisa Dalam
Negeri.
(3) Hasil Eskpor (export Proceed) dengan cara pembayaran L/C atau
dengan cara pembayaran lain atas ekspor barang tersebut diatas, wajib
disalurkan dan diterima melalui Bank Devisa Dalam Negeri.
*
CUKAI
Dasar Hukum
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
sebagai mana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;
 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 62/PMK.011/2010 tentang Tarif
Cukai Etil Alkohol, Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol, Dan
Konsentrat Yang Mengandung Etil Alkohol;
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif
Cukai Hasil Tembakau;
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.011/2010 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009
tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;
 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-43/BC/2009
tentang Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau;
 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P - 22/BC/2010
tentang Tata Cara Pemungutan Cukai Etil Alkohol, Minuman Mengandung
Etil Alkohol, dan Konsentrat Mengandung Etil Alkohol.
CUKAI
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan
dalam Undang-undang Cukai
Cukai dikenakan terhadap barang kena cukai
yang terdiri dari :
a. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan
dan proses pembuatannya.
b. Minuman yang mengandung etik alkohol dalam kadar berapapun, dengan
tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya
termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol.
c. Hasil tembakau yang meliputi cigarrett, cerutu, rokok daun, tembakau iris,
dan hasil pengolahan tembakau lainnya dengan tidak mengindahkan
digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam
pembuatannya.
Barang Kena Cukai
Barang kena cukai adalah barang-barang tertentu yang mempunyai sifat
atau karakteristik, yang :
 konsumsinya perlu dikendalikan,
 peredarannya perlu diawasi,
 pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup,
 atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan
dan keseimbangan
Tarif Cukai
Barang kena cukai yang dibuat di Indonesia dikenakan cukai
berdasarkan tarif setinggi- tingginya :
a. 250% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah
harga jual pabrik atau
b. 55% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga
jual eceran
TIDAK DIPUNGUT CUKAI
Adalah :
(1). a. Tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak
dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan eceran dengan
bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan, apabila dala pembuatannya
tidak dicampur atau ditambah dengan tembakau yang berasal dari luar negeri atau
bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan hasil tembakau dari atau
pada kemasannya taupun tembakau irisnya tidak dibubuhi merk dagang, etiket,
atau yang sejenis.
b. Minuman yang mengandung etil alkohol hasil peragian atau penyulingan yang
dibuat oleh rakyat di Indonesia secara sederhana semata-mata untuk mata
pencaharian dan tidak dikemas untuk penjualan eceran.
(2). Cukai juga tidak dipungut atas barang kena cukai apabila :
a. Diangkut terus atau diangkut lanjut dengan tujuan luar daerah pabean
b. Di ekspor
c. Di masukkan kedalam pabrik atau tempat penyimpanan
d. Digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang
hasil akhir yang merupakan barang kena cukai
e. Telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik, tempat
penyimpanan atau sebelum diberikan persetujuan import untuk dipakai
Langkah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam Menghadapi MEA
1. Proses Bisnis yang Efisien
a. Pertukaran data Impor dan Ekspor secara Elektronik
b. Pelayanan cepat dan transparan
c. Portal Nasional Indonesia Single Window (INSW)
2. Perbaikan Organisasi
a. Penghentian seluruh pungutan resmi untuk pelayanan
b. Dimulainya “Model Office” di 132 kantor sejak 2007
c. Tambahan kantor pelayanan di Pelabuhan
3. Pengawasan Efektif
a. Inisiatif reformasi anti penyelundupan
b. Meningkatkan pelatihan dan cakupan penangkapan narkotika
c. Perbaikan sistem profiling penumpang sarana pengangkut
Strategi Direktorat Jenderal Bea Cukai dalam menghadapi M
Simplifikasi Peraturan dan
Birokrasi :
1. Orientasi terhadap Ekspor
2. Pemenuhan Kebutuhan
Domestik Secara Mandiri
3. Dukungan terhadap
pertambangan dalam negeri
4. Pemanfaatan Rules Of Origin
(ROO)
Peningkatan Insentif Bea Masuk
dan Pajak :
1. Ekstensifikasi objek
pembebasan bea masuk untuk
mendukung industri dalam
negeri
2. Fasilitas penundaan
pembayaran serta
pembayaran berkala
3. Fasilitas penangguhan bea
masuk oleh pemerintah
4. Free Trade Agreement
Meningkatkan pertumbuhan investasi dan
ekonomi Indonesia
*
Dwelling Time adalah: Waktu berapa lama petikemas (barang
impor) ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) di
pelabuhan sejak dibongkar dari kapal sampai dengan barang impor
keluar dari TPS. Dwelling Time terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu Pre-
Customs Clearance, Customs Clearance, dan Post-Customs
Clearance.
1. Pre Customs Clearance : Waktu yang diperlukan sejak peti
kemas dibongkar dari kapal sampai dengan importir melakukan
submit PemberitahuanImporBarang (PIB) keBea Cukai
2. Customs Clearance : Waktu yang dibutuhkan dari sejak PIB
diterima sampai dengan diterbitkannya Surat Persetujuan
PengeluaranBarang(SPPB)olehBea Cukai
3. Post Customs Clearance : waktu yang dibutuhkan dari sejak
SPPBsampaidenganpengeluaranbarangimpordariTPS.
*
Faktor Penentu :
a. Kecepatan instansi terkait dalam penerbitan lartas (51% komoditi wajib
memenuhiperijinan impor)
b. Prosespenelitian lartas melalui INSW
c. Kesadaran importir untuk segera submit PIB (43% importir menyampaikan PIB di
atas 3hari sejak barang dibongkar)
Kendala :
a. Kesadaran importir untuk segera submit PIB
b. Kurangnya koordinasi antar instansi terkait perijinan lartas
c. Sering terjadinya gangguan NSW
Upaya :
a. Mendorong tingkat pemanfaatan fasilitas prenotification untuk jalur prioritas
b. Koordinasi dengan importir untuk percepatan penyampaian PIB
c. Koordinasi berkala dengan penerbit lartas
d. Pengusulan perbaikan sistem INSW
*
Faktor Penentu :
a. PenarikankontainerdantempatpenimbunandiTPSketempatpemeriksaanfisik(jalurmerah)
b. Kesiapansaranadantempatpemeriksaanfisikolehentitaslain.
c. Belumoptimalnyaaplikasidankecepatanjaringandalamprosescustomsclearance
Kendala:
a. Masihlamanyawaktupenyerahanhardcopydokumenjalurkuningdanmerah
b. Masihlamanyapenarikancontaineruntukperiksafisik
c. Lamanyapengurusbarangdalampendampinganperiksafisik
Upaya :
a. PercepatanpenyerahanhardcopyPIB
b. MandatoryprogramDokapOnline
c. ImplementasizonasiTPS
d. PengadaanUnitHi-CoScanuntukJITCdanNewKalibaruPort.
*
Faktor Penentu :
a. Kesiapandankeaktifanimportiruntuksegeramengeluarkanbarang
b. KesiapanTPSdanpihaklainuntukmemfasilitasipengeluaranbarangyangtelahSPPBpadajam
kerjamaupundiluarjamkerja.
Kendala:
a. MasihadanyaTPS,ShippingLine,TrackingdanDepoKontaineryangbelumbuka24/7
b. BelumditerapkannyapenyerahanDeliveryOrder(DO)secaraelektronik
c. LamanyapemilikbarangmengeluarkanbarangnyayangtelahSPPB
Upaya:
a. MendorongTPS,ShippingLine,TrackingdanDepoKontainerpemanfaatanpelayanan24/7
b. MendorongimplementasiD/OonlinepadaShippingline
c. PermenhubterkaitpengeluaranbarangolehTPS dalamhal pemilikbarangbelummengeluarkan
barangnyadalamwaktu1x24jam.
*
Merupakan sinergi antar unit kementerian dan lembaga,
otoritas pelabuhan, operator terminal, dan pengguna jasa
dalam rangka meningkatkan efisiensi logistik impor.
Indonesia National Single Window (INSW) merupakan suatu
sistem layanan publik yang terintegrasi, yang
menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan
pemrosesan informasi standar secara elektronik, guna
menyelesaikan semua proses kegiatan dalam penanganan
lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan
daya saing perekonomian nasional.
Konsepsi INSW
Single Portal yang terdiri dari dua pilar(trade system &
port system) di indonesia untuk memfasilitasi
percepatan arus barang dan dokumen.
Penerapan Sistem NSW di Indonesia dilakukan
melalui pengoperasian Portal INSW, yang
diharapkan akan membawa Indonesia menuju
otomasi sistem pelayanan publik yang
terintegrasi, guna mewujudkan "Reformasi
Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor".
Tujuan Penerapan :
Sistem logistik yang transparant, konsisten,
efisien, dan simpel untuk mempercepat proses
ekspor-impor
Entitas utama penerapan Sistem NSW di
Indonesia seluruh pihak yang menjadi entitas
utama dalam Sistem NSW, yaitu yang secara
langsung maupun tidak langsung harus
tergabung kedalam Portal INSW, secara
umum dapat dikelompokkan kedalam 4
kelompok besar, yaitu :
*
* Semua GA yang menyelenggarakan pelayanan kepada publik
yang terkait dengan kegiatan perdagangan internasional,
mulai yang menerbitkan perijinan ekspor-impor (licenses),
penyelesaian kewajiban kepabeanan (customs-clearance),
yang menangani pelayanan fisik barang di pelabuhan (cargo-
handling), dan layanan lainnya dalam rangka
menyelenggarakan fungsi pemerintah dalam melakukan
pelayanan dan pengawasan lalulintas barang ekspor-impor.
* Seluruh instansi pemerintah ini bertanggung jawab memasok
layanan publik secara elektronik ke Portal INSW, sesuai
dengan Service Level yang telah disepakati bersama. Jumlah
GA yang tergabung ke Portal INSW bisa berubah-ubah sesuai
dengan dinamika kebijakan perijinan ekspor-impor yang
ditetapkan pemerintah pada saat itu.
*
*Para pelaku usaha yang berkaitan dengan kegiatan
ekspor-impor akan menjadi pengguna sistem dalam
layanan Portal INSW, mulai dari pihak Importir,
Eksportir, PPJK, Shipping/ Airline, Forwader,
Perusahaan Transportasi, Perusahaan Logistik,
Warehousing, Perbankan dan sektor-sektor usaha
lain yang ada keterkaitan dengan kegiatan ekspor-
impor.
*Para pelaku usaha tersebut melakukan akses
langsung terhadap layanan Portal INSW dalam
menyelesaikan berbagai kewajiban administratif
yang terkait dengan kegiatan ekspor-impor.
*
NSW negara lain, terutama negara-negara
anggota ASEAN, akan menjadi salah satu Entitas
Utama dalam operasional sistem NSW, terutama
apabila sistem NSW di Indonesia sudah dilakukan
interkoneksi dengan NSW negara lain melalui
sistem ASEAN Single Window (ASW) maupun
skema kerjasama bilateral lainnya. Sistem NSW
negara lain berperan aktif dalam melakukan
pertukaran data elektronik antar negara
(crossborder data exchange) dengan sistem NSW
di Indonesia.
*
*Pengelola Sistem NSW yang profesional dan handal
merupakan kunci utama keberhasilan operasional
Portal INSW, dimana untuk pengelolaan sistem NSW ini
diperlukan suatu lembaga permanen yang secara
khusus ditugaskan mengelola sistem NSW di Indonesia,
termasuk pengoperasian Portal INSW.
*Sebelum terbentuknya lembaga pengelola sistem NSW
ini, seluruh kegiatan yang terkait dengan
pembangunan, pengembangan dan penerapan Sistem
NSW di Indonesia, ditugaskan kepada Tim Persiapan
NSW RI. Dalam pelaksanaannya, pengembangan dan
penerapan sistem NSW diserahkan kepada Tim
Pelaksana Teknis, yang dikoordinasikan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
“Harmonized System Code adalah sebuah nomenklatur
untuk mengklasifikasikan produk perdagangan yang
bertujuan untuk mempermudah transaksi perdagangan
international (export import)”.
HS CODE pada INSW
*
*Untuk di Indonesia pengklasifikasian barang dituangkan dalam
daftar tarif yaitu Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI)
terdiri dari 10 digit nomor.
*Dimana 6 (Enam) digit nomor yang berada didepan dibuat
oleh World Customs Organisation (WCO) berisi 97 bab yang
berlaku secara international. Sistem klasifikasi dalam HS yang
terdiri dari 6 digit tersebut dapat diperluas untuk menjadi
subkategori tambahan oleh masing-masing negara
penggunanya. Di ASEAN sendiri sepakat membuat Asean
Harmonized Tarif Nomenclature (AHTN) terdiri dari 8
(delapan) digit yang merupakan pengembangan lebih lanjut
dari 6 digit HS. Sedangkan di Indonesia sendiri dari 8 digit
dipersempit lagi menjadi 10 digit nomor yang biasa disebut
pos tariff nasional.
*
*Bab (2-digit)
*Pos (4-digit)
*Sub-pos (6-digit)
*Contoh HS 1234.56.78.90 diambil dari BTBMI (10 digit)
Berdasarkan gambar di atas:
* 4 (empat) dan 6 (enam) digit pertama berasal dari Harmonized System (HS);
* 8 (delapan) digit berasal dari teks AHTN;
* 10 (sepuluh) digit merupakan sub pos nasional, kecuali:
*apabila 2 digit terakhirnya “00” (misalnya 0301.11.94.00), berarti
berasal dari teks AHTN;
*apabila 4 digit terakhirnya “00.00” (misalnya 0301.91.00.00), berarti
berasal dari teks WCO
*Dari 10 pos tarif ini akan muncul nilai pabean yang harus dibayarkan
pada negara meliputi Bea Masuk, PPH (Pajak Penghasilan) dan PPN
(Pajak Petambahan Nilai)
*
1. Masuk ke page INSW -> (eservice.insw.go.id)
2. Klik INDONESIA NTR -> HS CODE INFORMATION –
> Klik di bagian parameter pilih BTBMI
3. Description in Indonesian (Gambar 2) –> Masukkan kata pada
Key words dalam Bahasa Indonesia
Contohnya kita ingin mengetahui Nilai Pabean Telepon untuk
jaringan seluler atau untuk jaringan tanpa kabel lainnya yang
harus dibayarkan pada negara meliputi Bea Masuk, PPH (Pajak
Penghasilan) dan PPN (Pajak Petambahan Nilai)
*
Permasalahan
*Dwelling time adalah ukuran waktu yang dibutuhkan
kontainer impor, sejak kontainer dibongkar dari
kapal (berthing) sampai dengan keluar dari kawasan
pelabuhan (gate out).
*Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan
Wanandi mengatakan waktu menginap peti kemas
di pelabuhan (dwelling time) di Indonesia termasuk
yang paling lama di kawasan Asia Tenggara.
*Dwelling time di Singapura makan waktu 1,5 hari,
Malaysia 3 hari dan Thailand sekitar 4 hari hingga 5
hari. Di Indonesia ini bisa sampai 14 hari
*Dwelling time yang sangat panjang ini disebabkan
lemahnya koordinasi antar instansi yang berwenang
di pelabuhan.
*Rumitnya pengelompokan jalur pemeriksaan barang oleh
Bea Cukai. Pembedaan jalur prioritas, jalur merah dan
jalur hijau menurutnya justru membingungkan. Terdapat
3 jalur pemeriksaan kargo di pelabuhan yaitu jalur
prioritas (MITA), jalur hijau dan jalur merah. Rata-rata
dwelling time pada jalur MITA sepanjang Januari hingga
Mei 2013 mencapai 4,7 hari. Rata-rata dwelling time
pada jalur hijau pada periode yang sama mencapai 6,15
hari dan pada jalur merah 10,45 hari.
*Pemerintah menargetkan dwelling time di Pelabuhan
Tanjung Priok maksimal 3 hari. Namun menurut catatan
Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan,
rata-rata dwelling time berbagai jalur pemeriksaan pada
Januari hingga Mei 2013 mencapai 8,13 hari.
*Berikan Langkah strategis yang harus dilakukan oleh
pemerintah pada permasalahan tersebut !
*
1. Sebutkan dasar hukum kepabeanan!
2. Jelaskan cara kerja sistem aplikasi impor melalui PDE!
3. Jelaskan Perbedaan prosedur kepabeanan impor dan ekspor!
4. Sebutkan sanksi dalam kegiatan kepabeanan ekspor!
5. Sebutkan jenis barang apa saja yang dikenakan cukai dan tidak
dikenakan cukai!
6. Apa perbedaan kepabeanan dan cukai?
7. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis dwelling time!
8. Bagaimana proses pengurusan dokumen fisik barang?
9. Bagaimana alur dalam memperoleh pita cukai ? (Kelompok Wimbo,
Yono, Vita)
10.Sebutkan macam / jenis sistem penjaluran secara teknis yang di
gunakan oleh DJBC? (Kelompok Regiyan, Diska, Ulfa)
11. Anda membeli buku musik di Amazon.com dengan
harga barang $ 70 USD , tanpa asuransi dan biaya
pengiriman $ 30 USD (Asumsi $1 USD=13.000 ). Hitunglah :
a. CIF
b. BEA MASUK
c. PPN
d. PPH
e. PAJAK IMPOR
*
*https://sites.google.com/site/samudraberlin3344/materi-
kuliah/semester-7/kepabeanan-dan-cukai
*http://dokumen.tips/documents/pengantar-cukai-
55a931d86693f.html
*http://www.beacukai.go.id/faq/dasar-hukum-djbc.html
*https://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Bea_dan_Cu
kai
*http://www.customsclearance.asia/2014/05/bea-cukai.htm
*http://www.pelindomarine.com/information/news/132.html,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5528/Strategi-Kurangi-
Dwelling-Time,
http://industri.bisnis.com/read/20130918/98/163684/rekomen
dasi-kemenhub-inilah-5-langkah-tekan-dwelling-time-di-priok
diakses pada 30 Juni 2016 pukul 15.28 WIB
*Sumber : Sumber :
http://arvianmmugm.blogspot.co.id/2009/01/aplikasi-edi-
electronic-data_06.html diakses pada 13 Juli 2016 pkl 20.00
*

More Related Content

What's hot

SEZ Inward Outward Procdures
SEZ Inward Outward ProcduresSEZ Inward Outward Procdures
SEZ Inward Outward ProcduresJignesh Panchal
 
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajak
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi PajakSanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajak
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajakdesi_aoi
 
1 PROSES KLASIFIKASI BTKI.pptx
1 PROSES KLASIFIKASI BTKI.pptx1 PROSES KLASIFIKASI BTKI.pptx
1 PROSES KLASIFIKASI BTKI.pptxLamanPajak
 
Sosialisasi E Faktur
Sosialisasi E FakturSosialisasi E Faktur
Sosialisasi E Fakturkaromah95
 
Gst flowchart icai composition scheme
Gst flowchart icai composition schemeGst flowchart icai composition scheme
Gst flowchart icai composition schemeRajula Gurva Reddy
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakterkaromah95
 
Pemeriksaan Kepabeanan & Dokumen Export Import
Pemeriksaan Kepabeanan & Dokumen Export ImportPemeriksaan Kepabeanan & Dokumen Export Import
Pemeriksaan Kepabeanan & Dokumen Export ImportKanaidi ken
 
Pajak pertambahan nilai (ppn)/VAT
Pajak pertambahan nilai (ppn)/VATPajak pertambahan nilai (ppn)/VAT
Pajak pertambahan nilai (ppn)/VATIrvan Desmal
 
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONIPerbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONIRiki Ardoni
 
PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bmdesy diana
 
Tata laksana plb per 02 03 itw
Tata laksana plb per 02 03 itwTata laksana plb per 02 03 itw
Tata laksana plb per 02 03 itwEty Puspitasari
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMIcha Icha
 

What's hot (20)

PPT PPNBM - Risal Fadhil Rahardiansyah
PPT PPNBM - Risal Fadhil RahardiansyahPPT PPNBM - Risal Fadhil Rahardiansyah
PPT PPNBM - Risal Fadhil Rahardiansyah
 
SEZ Inward Outward Procdures
SEZ Inward Outward ProcduresSEZ Inward Outward Procdures
SEZ Inward Outward Procdures
 
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajak
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi PajakSanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajak
Sanksi Pajak dan Besarnya Sanksi Pajak
 
1 PROSES KLASIFIKASI BTKI.pptx
1 PROSES KLASIFIKASI BTKI.pptx1 PROSES KLASIFIKASI BTKI.pptx
1 PROSES KLASIFIKASI BTKI.pptx
 
Sosialisasi E Faktur
Sosialisasi E FakturSosialisasi E Faktur
Sosialisasi E Faktur
 
E way bill
E way billE way bill
E way bill
 
Gst flowchart icai composition scheme
Gst flowchart icai composition schemeGst flowchart icai composition scheme
Gst flowchart icai composition scheme
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakter
 
Pemeriksaan Kepabeanan & Dokumen Export Import
Pemeriksaan Kepabeanan & Dokumen Export ImportPemeriksaan Kepabeanan & Dokumen Export Import
Pemeriksaan Kepabeanan & Dokumen Export Import
 
Pajak pertambahan nilai (ppn)/VAT
Pajak pertambahan nilai (ppn)/VATPajak pertambahan nilai (ppn)/VAT
Pajak pertambahan nilai (ppn)/VAT
 
Keseimbangan pasar
Keseimbangan pasarKeseimbangan pasar
Keseimbangan pasar
 
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONIPerbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 4 Ayat (2) & PPh Pasal 23 - RIKI ARDONI
 
PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bm
 
Tata laksana plb per 02 03 itw
Tata laksana plb per 02 03 itwTata laksana plb per 02 03 itw
Tata laksana plb per 02 03 itw
 
Presentasi PPh pasal 22
Presentasi PPh pasal 22Presentasi PPh pasal 22
Presentasi PPh pasal 22
 
Domisili fiskal .
Domisili fiskal .Domisili fiskal .
Domisili fiskal .
 
Bab2 kup
Bab2 kupBab2 kup
Bab2 kup
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
 
Prosedur re impor
Prosedur re imporProsedur re impor
Prosedur re impor
 
Spt masa ppn 1111 edit epoy 2
Spt masa ppn 1111 edit epoy 2Spt masa ppn 1111 edit epoy 2
Spt masa ppn 1111 edit epoy 2
 

Similar to EDI PABEAN

Prosedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor imporProsedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor imporIerwhan Nurdiyanto
 
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdf
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdfPMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdf
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdfCIkumparan
 
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang EksporTatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Eksporhalimindag
 
03_materi_proses_bisnis_kepabeanan_e-commerce.pdf
03_materi_proses_bisnis_kepabeanan_e-commerce.pdf03_materi_proses_bisnis_kepabeanan_e-commerce.pdf
03_materi_proses_bisnis_kepabeanan_e-commerce.pdfRyanRasendriya1
 
Fasilitas Kepabeanan fix.pptx
Fasilitas Kepabeanan fix.pptxFasilitas Kepabeanan fix.pptx
Fasilitas Kepabeanan fix.pptxssuserb24358
 
Kebijakan-Umum-di-Bidang-Impor.ppt
Kebijakan-Umum-di-Bidang-Impor.pptKebijakan-Umum-di-Bidang-Impor.ppt
Kebijakan-Umum-di-Bidang-Impor.pptUWieAdaWiah1
 
Kelompok ppn & ppn bm
Kelompok ppn & ppn bmKelompok ppn & ppn bm
Kelompok ppn & ppn bmardi1390
 
1. UUK Lengkap.pdf
1. UUK Lengkap.pdf1. UUK Lengkap.pdf
1. UUK Lengkap.pdfLamanPajak
 
Daerah Pabean, Kawasan pabean, Kantor pabean, Kewajiban pabean dan Pemberita...
Daerah Pabean, Kawasan pabean, Kantor pabean, Kewajiban pabean dan  Pemberita...Daerah Pabean, Kawasan pabean, Kantor pabean, Kewajiban pabean dan  Pemberita...
Daerah Pabean, Kawasan pabean, Kantor pabean, Kewajiban pabean dan Pemberita...Kanaidi ken
 
Presentasi latas & bpo edited
Presentasi latas & bpo editedPresentasi latas & bpo edited
Presentasi latas & bpo editedwahyu71
 
TLI_Tayang_Lengkap.pdf
TLI_Tayang_Lengkap.pdfTLI_Tayang_Lengkap.pdf
TLI_Tayang_Lengkap.pdfLamanPajak
 
Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995angga223
 
Pengantar kepabeanan audit keban_tp
Pengantar kepabeanan audit keban_tpPengantar kepabeanan audit keban_tp
Pengantar kepabeanan audit keban_tpKamal Chiter
 
Seninar Aktualisasi Diklat Prajabatan Balai Diklat Keuangan Malang
Seninar Aktualisasi Diklat Prajabatan Balai Diklat Keuangan MalangSeninar Aktualisasi Diklat Prajabatan Balai Diklat Keuangan Malang
Seninar Aktualisasi Diklat Prajabatan Balai Diklat Keuangan Malangaxa Istaqsa
 
RINGKASAN MATERI PG.pdf
RINGKASAN MATERI PG.pdfRINGKASAN MATERI PG.pdf
RINGKASAN MATERI PG.pdfLamanPajak
 
Spt masa ppn 1111 dm edit 28 okt 2010 pagi
Spt masa ppn 1111 dm edit 28 okt 2010 pagiSpt masa ppn 1111 dm edit 28 okt 2010 pagi
Spt masa ppn 1111 dm edit 28 okt 2010 pagiKPP Pratama Kepanjen
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22Dede Azis Nagara
 
Tata laksana kepabeanan import
Tata laksana kepabeanan importTata laksana kepabeanan import
Tata laksana kepabeanan importMunif Achmad
 

Similar to EDI PABEAN (20)

Prosedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor imporProsedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor impor
 
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdf
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdfPMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdf
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdf
 
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang EksporTatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
Tatalaksana Kepabeanan Dibidang Ekspor
 
03_materi_proses_bisnis_kepabeanan_e-commerce.pdf
03_materi_proses_bisnis_kepabeanan_e-commerce.pdf03_materi_proses_bisnis_kepabeanan_e-commerce.pdf
03_materi_proses_bisnis_kepabeanan_e-commerce.pdf
 
Fasilitas Kepabeanan fix.pptx
Fasilitas Kepabeanan fix.pptxFasilitas Kepabeanan fix.pptx
Fasilitas Kepabeanan fix.pptx
 
Kebijakan-Umum-di-Bidang-Impor.ppt
Kebijakan-Umum-di-Bidang-Impor.pptKebijakan-Umum-di-Bidang-Impor.ppt
Kebijakan-Umum-di-Bidang-Impor.ppt
 
Kelompok ppn & ppn bm
Kelompok ppn & ppn bmKelompok ppn & ppn bm
Kelompok ppn & ppn bm
 
1. UUK Lengkap.pdf
1. UUK Lengkap.pdf1. UUK Lengkap.pdf
1. UUK Lengkap.pdf
 
Daerah Pabean, Kawasan pabean, Kantor pabean, Kewajiban pabean dan Pemberita...
Daerah Pabean, Kawasan pabean, Kantor pabean, Kewajiban pabean dan  Pemberita...Daerah Pabean, Kawasan pabean, Kantor pabean, Kewajiban pabean dan  Pemberita...
Daerah Pabean, Kawasan pabean, Kantor pabean, Kewajiban pabean dan Pemberita...
 
Presentasi latas & bpo edited
Presentasi latas & bpo editedPresentasi latas & bpo edited
Presentasi latas & bpo edited
 
TLI_Tayang_Lengkap.pdf
TLI_Tayang_Lengkap.pdfTLI_Tayang_Lengkap.pdf
TLI_Tayang_Lengkap.pdf
 
Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995
 
Pengantar kepabeanan audit keban_tp
Pengantar kepabeanan audit keban_tpPengantar kepabeanan audit keban_tp
Pengantar kepabeanan audit keban_tp
 
Seninar Aktualisasi Diklat Prajabatan Balai Diklat Keuangan Malang
Seninar Aktualisasi Diklat Prajabatan Balai Diklat Keuangan MalangSeninar Aktualisasi Diklat Prajabatan Balai Diklat Keuangan Malang
Seninar Aktualisasi Diklat Prajabatan Balai Diklat Keuangan Malang
 
Pph psl 22
Pph psl 22Pph psl 22
Pph psl 22
 
RINGKASAN MATERI PG.pdf
RINGKASAN MATERI PG.pdfRINGKASAN MATERI PG.pdf
RINGKASAN MATERI PG.pdf
 
PPh Pot-Put 22.pptx
PPh Pot-Put 22.pptxPPh Pot-Put 22.pptx
PPh Pot-Put 22.pptx
 
Spt masa ppn 1111 dm edit 28 okt 2010 pagi
Spt masa ppn 1111 dm edit 28 okt 2010 pagiSpt masa ppn 1111 dm edit 28 okt 2010 pagi
Spt masa ppn 1111 dm edit 28 okt 2010 pagi
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
 
Tata laksana kepabeanan import
Tata laksana kepabeanan importTata laksana kepabeanan import
Tata laksana kepabeanan import
 

Recently uploaded

Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 

Recently uploaded (6)

Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 

EDI PABEAN

  • 1. * Oleh : RETNO NINGSIH NELLYNDA Q.A FINDA DESYNTA DESINTA PRAMUDYA A FERDIAN NOVA S.A M.AKMAL BARIKLANA FAZA MUHAMMAD S
  • 2. *KONSEP KEPABEANAN ZEE LANDAS KONTINEN DAERAH PABEAN PUNGUT BEA MASUK PUNGUT BEA KELUAR PENGAWASAN PENGAWASAN KEPABEANAN adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar
  • 3. adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen * * * * Wilayah RI ZEE Landas Kontinen DAERAH PABEAN DARAT PERAIRAN RUANG UDARA
  • 4.  UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006;  UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 39 Tahun 2007;  Per. Menkeu No. 144/PMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai,  Peraturan DJBC No. P-42/BC/2008 tentang Petunjuk Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai sebagaimana telah diubah dengan P-08/BC/2009 .
  • 5.  Menghimpun Penerimaan Negara (Revenue Collection)  Melindungi Masyarakat (Community Protection)  Memfasilitasi Perdagangan (Trade Facilitation)  Mendukung Industri Dalam Negeri (Industrial Assistance) FUNGSI UTAMA FUNGSI TAMBAHAN FUNGSI CUSTOMS 5
  • 7. * Undang-Undang No. 17 Tahun 2006. Pasal 5A menyatakan : *(1) Pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dapat disampaikan dalam bentuk tulisan di atas formulir atau dalam bentuk data elektronik. *(2) Penetapan kantor pabean tempat penyampaian pemberitahuan pabean dalam bentuk data elektronik dilakukan oleh Menteri. *(3) Data elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat bukti yang sah menurut UndangUndang ini. *(4) Ketentuan mengenai tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri.
  • 8. *Pemberitahuan pabean diwajibkan kepada : *Pengangkut/Sarana Pengangkut *Pengangku tidak langsung *Ekportir *Importir Hal hal yang berkaitan dengan pemberitahuan Pabean : • Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut • Daftar Manifest (Muatan) • Daftar Pemberitahuan Impor Barang (PIB) • Daftar Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) • Electronics Data Interchange (EDI) • Penyerahan Pemberitahuan Secara Elektronik
  • 9. Macam Macam Dokumen Pemberitahuan Pabean BC 1.0 Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut BC 1.1 Pemberitahuan Manifest/Muatan Sarana Pengangkut BC 1.2 Pemberitahuan Barang Impor yang Diangkut Lanjut BC 1.3 Pemberitahuan Pengangkutan Barang Asal Daerah Pabean Dari Satu Tempat Ke Tempat Lain Melalui Luar Daerah Pabean BC 2.1 Pemberitahuan Impor Barang (PIB) BC 2.1 Pemberitahuan Impor Barang Tertentu (PIBT) BC 2.2 Pemberitahuan Impor Barang Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut
  • 10. BC 2.3 Pemberitahuan Pemasukan Barang Impor ke Tempat Penimbunan Berikat BC 2.4 Pemberitahuan Penyelesaian Barang Impor yang Mendapat Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tidak Dipungut BC 2.5 Pemberitahuan Pengeluaran Barang dari Tempat Penimbunan Berikat BC 3.0 Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) BC 4.0 Pemberitahuan Pemasukan Barang Asal Daerah Pabean Ke Kawasan Berikat
  • 11. PEMBERITAHUAN PABEAN IMPOR BC 2.0 BC 2.1 BC 2.2 BC 2.3 BC 2.4 BC 2.5 EKSPOR BC 3.0 BONDED BC 4.0 KAPAL BC 1.0 BC 1.1 BC 1.2 BC 1.3
  • 12. DAERAH PABEAN KAWASAN PABEAN TEMPAT PENIMBUANAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PASAL 43 UU NO. 10 / 1995 TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT PASAL 44 UU NO. 10 / 1995 • KB (Kawasan Berikat) • GB (Gudang Berikat) • ETP (Enterpot untuk Tujuan Pameran) • TBB (Toko Bebas Bea) TEMPAT PENIMBUNAN PABEAN PASAL 48 UU NO. 10 / 1995 YANG SUDAH ADA HANYA/BARU DI SOEKARNO-HATTA • BARANG TIDAK DIKUASAI • BARANG DIKUASAI NEGARA • BARANG MENJADI MILIK NEGARA DALAM AREAL PELABUHAN DI LUAR AREAL PELAB. TEMPAT LAIN DP 3 SUATU LOKASI DILUAR D. KERJA PENYELENGGARAAN PELABUHAN YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU DAN MERUPAKAN PERPANJANGAN LINI 1 DEPO PETI KEMAS PENGAWASAN PABEAN
  • 13. * RED YELLOW GREEN MITA NON-PRIO MITA PRIORITY PIB (Pemberitahuan Impor Barang) dikirim Rekonsiliasi Pembayaran / Jaminan Konfirmasi Perizinan Penelitian Dokumen Pemeriksaan Fisik SPPB (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang) Penelitian Dokumen
  • 14. * Definisi : Adalah proses transfer data yang terstruktur, dalam format standar yang disetujui, dari satu sistem komputer ke sistem komputer lainnya, dalam bentuk elektronik.
  • 16. * *Untuk mengatasi permasalahan dalam hal pengurusan ijin ekspor dan impor yang selama ini memiliki berbagai macam kekurangan. Dengan implementasi EDI ini diharapkan proses pengurusan kepabeanan akan menjadi lebih cepat tanpa mengurangi keakuratan pemeriksaan dokumen.
  • 17. * *Proses Bisnis Kepabeanan : Hal ini dilakukan untuk dapat mengevaluasi proses yang terjadi serta mengetahui kelemahan dari proses bisnis yang terjadi. *Migrasi Sistem Kepabeanan : Dalam melakukan migrasi sistem manual menjadi EDI tersebut, pihak Dirjen Bea dan Cukai melakukannya secara bertahap dengan memilih wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebagai pilot project. Hal ini dilakukan untuk melihat keseluruhan sistem EDI secara utuh untuk selanjutnya diidentifikasi kelemahan yang ada sebelum sistem ini diterapkan secara menyeluruh di Indonesia.
  • 18. *Evaluasi Hasil Implementasi EDI : Perubahan dari sistem manual dengan EDI telah memberikan manfaat dari segi penghematan biaya dan waktu pengurusan dokumen. Namun penerapan EDI ini masih memiliki beberapa kelemahan yang perlu untuk diperhatikan, yaitu : Masih terjadi penumpukan dokumen serta pihak pengaju ijin harus selalu melakukan pengecekan status ijin mereka. Efisiensi waktu dalam proses pengajuan ijin di kepabeanan masih belum dapat tercapai secara maksimal. Masih adanya persyaratan yang mengharuskan penyertaan legalitas surat asli.
  • 19. *
  • 20. * *Untuk dapat melakukan pemenuhan kewajiban pabean, importir wajib melakukan registrasi importir *Registrasi importir adalah kegiatan pendaftaran yang dilakukan oleh importir dengan mengajukan permohonan ke Dirjen Bea dan Cukai untuk mendapatkan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) Tujuan Registrasi *Registrasi importir dilakukan dalam rangka tertib administrasi untuk menjamin dipenuhinya hak-hak negara, karena importir yang melakukan kegiatan impor dapat diketahui secara jelas eksistensinya, penanggungjawabnya, jenis usahanya, dan auditability (kepastian penyelenggaraan pembukuan)nya. *Produk yang dikeluarkan dari Registrasi Importir adalah SPR (Surat Pemberitahuan Registrasi) yang didalamnya terdapat NIK (Nomor Identitas Kepabeanan). *Importir yang belum mendapatkan NIK, dapat dilayani pemenuhan kewajiban kepabeanannya untuk 1 (satu) kali pemberitahuan pabean impor setelah mendapat persetujuan dari kepala kantor pabean
  • 21. * Pemblokiran NIK Direktur Jenderal melakukan pemblokiran NIK dengan memberitahukan tindakan pemblokiran kepada importir dengan disertai alasan yang jelas, yaitu : *Selama 12 bulan berturut-turut tidak melakukan kegiatan impor Dari hasil penelitian & penilaian kembali ditemukan *Eksistensi tidak sesuai dengan pemberitahuan *Identitas pengurus dan penanggung jawab tidak sesuai pemberitahuan; *API/ APIT habis masa berlakunya; dan/ atau *Tidak menyelenggarakan pembukuan.
  • 22. * Pencabutan NIK Direktur Jenderal dapat melakukan pencabutan NIK dengan memberitahukan tindakan pencabutan kepada importir disertai alasan yang jelas, yaitu : *Importir melakukan pelanggaran pidana kepabeanan, cukai, dan/atau perpajakan dengan kekuatan hukum tetap; *Dalam waktu 3 bulan setelah pemblokiran importir tidak memperbaiki data/dokumen; *API / APIT dicabut; *Diminta oleh instansi yang menerbitkan API/APIT; *Importir dinyatakan pailit oleh pengadilan; dan/atau *Diminta oleh importir yang bersangkutan
  • 23.
  • 24. * Dasar Hukum :  UU No. 10/1995 tentang Kepabeanan  UU No : 17/2006 tentang perubahan UU No. 10/1995  SK Menteri Keuangan RI No. 145/PMK.04/2007 tanggal 22 November 2007 tentang Ketentuan Kepabeanan di Bidang Ekspor.
  • 25.
  • 26. * *Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke kantor pabean pemuatan dengan menggunakan PEB disertai Dokumen Pelengkap Pabean. *PEB disampaikan paling cepat 7 hari sebelum tanggal perkiraan ekspor dan paling lambat sebelum barang ekspor masuk Kawasan Pabean *Dokumen Pelengkap Pabean: *Invoice dan Packing List *Bukti Bayar PNBP *Bukti Bayar Bea Keluar (dalam hal barang ekspor dikenai Bea Keluar) *Dokumen dari intansi teknis terkait (dalam hal barang ekspor terkena ketentuan larangan dan/atau pembatasan) *Penyampaian PEB dapat dilakukan oleh eksportir atau dikuasakan kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) *Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik) kepabeanan, eksportir/PPJK wajib menyampaikan PEB dengan menggunakan sistem PDE Kepabeanan
  • 27. * *Mengekspor tanpa menyerahkan pemberitahuan pabean dipidana penjara paling singkat 1 tahun paling lama 10 tahun dan pidana denda paling sedikit lima puluh juta rupiah paling banyak lima miliar rupiah. *Menyampaikan pemberitahuan pabean yang tidak benar, palsu atau dipalsukan dipidana penjara paling singkat 2 tahun paling lama 8 tahun dan pidana denda paling sedikit seratus juta rupiah paling banyak lima miliar rupiah. *Tidak menyampaikan atau terlambat menyampaikan pembatalan ekspornya dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar lima juta rupiah. *Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 100% dari pungutan negara di bidang ekspor yang kurang dibayar dan paling banyak 1.000% dari pungutan negara di bidang ekspor yang kurang dibayar.
  • 28. EDI NETWORK EDI-IMPORT IMPORTER Import Declaration Customs Response ONLINE PAYMENT SYSTEM BANK Debit Advice Credit Advice EDI-EXPORT EXPORTER Export Declar Customs Response EDI MANIFEST SHIPPING AGENT Customs Response Customs Cargo EDI-KAWASAN BERIKAT BONDED ZONE Customs Response Bonded Declar CUSTOMS HEAD OFFICE CUSTOMS SERVICE OFFICE - Import Service Appl System - Export Service Appl System - EDI-Manifest System - On-line Payment System CUSTOMS AUTOMATION SYSTEM Customs Response Data Declar
  • 29. PENGERTIAN BARANG YANG DIKUASAI NEGARA ADALAH: a. Barang yang impornya dilarang atau dibatasi b. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan c. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh Pemilik yang tidak dikenal PENGERTIAN BARANG YANG MENJADI MILIK NEGARA ADALAH : a.Barang yang berasal dari barang yang tidak dikuasai barang tersebut berupa barang yang dilarang impornya b.Barang yang berasal dari barang yang tidak dikuasai dan barang tersebut berupa barang yang dibatasi impornya dan tidak diselesaikan dalam 60 hari
  • 30. * Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang kepabeanan yang dikenakan terhadap barang impor Cara memungut bea masuk : a. Berdasarkan spesifik : dipungut berdasarkan ukuran berat dan takaran b. Berdasarkan Advalorum (Harga Barang) Bea masuk dihitung atas dasar harga barang / nilai pabean. Terdiri dari nilai CIF : C = Cost – Lihat nilai pada dokumen Invoice I = Insurance - Lihat pada polis Assuransi F = Freifgt – Lihat pada dokumen Bill of Lading / BL Untuk mengitung bea masuk mengggunakan rumus sebagai berikut : BM = .... (Tarif BM) % x CIF (NDPBM) Catatan : NDPBM = Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk Pungutan yang lain yang dibebankan pada importir adalah Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)
  • 31. * *Bea Keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang- Undang Kepabeanan yang dikenakan terhadap barang ekspor. *Harga Patokan Ekspor yang selanjutnya disingkat HPE adalah harga patokan yang ditetapkan secara periodik oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan setelah berkoordinasi dengan menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian/kepala badan teknis terkait. *Harga Ekspor adalah harga yang digunakan untuk penghitungan Bea Keluar.
  • 32. TATA CARA PENGENAAN BEA KELUAR (1). Terhadap barang ekspor dapat dikenakan bea keluar (2). Bea Keluar ditetapkan dengan tujuan untuk a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri b. Melindungi kelestarian sumber daya alam c. Mengantisipasi harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional d. Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri (3). Penetapan barang ekspor yang dikenakan bea keluar sebagaimana pada point 1 dilakukan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan dan/atau usul Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan
  • 33. (4). Menteri dapat mengecualikan pengenaan bea keluar terhadap barang ekspor yang dikenakan bea keluar sebagaimana dimaksud pada point 3 dalam hal : a. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik b. Barang untuk keperluan musium, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum c. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. d. Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan e. Barang pindahan f. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan barang kiriman sampai batas nilai pabean g. Barang asal import yang kemudian di ekspor kembali h. Barang ekspor yang akan diimport kembali
  • 34. TARIF BEA KELUAR Ditetapkan paling tinggi : a. 60% dari harga ekspor atau b. Nominal tertentu yang besarnya equivalen dengan 60% sebagaimana pada huruf a dalam hal tarif bea keluar ditetapkan secara spesifik. RUMUS BEA KELUAR : = Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan Barang x Harga Ekspor x Nilai Tukar Mata Uang
  • 35. * * Harga Referensi adalah harga rata-rata internasional dan/atau harga rata-rata bursa komoditi tertentu di dalam negeri untuk penetapan tarif Bea Keluar yang ditetapkan secara periodik oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan setelah berkoordinasi dengan menteri/kepala lembaga pemerintah non departemen/kepala badan teknis. a. Untuk Harga Referensi sampai dengan USD 750 per ton, tarif Bea Keluar adalah sebagaimana Kolom 1 pada Lampiran I. Peraturan Menteri Keuangan No 128 Tahun 2011. b.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 750 per ton sampai dengan USD 800 per ton, tarif pada Kolom 2.
  • 36. * c.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 800 per ton sampai dengan USD 850 per ton (Kolom 3). d.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 850 per ton sampai dengan USD 900 per ton (Kolom 4). e.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 900 per ton sampai dengan USD 950 per ton (Kolom 5). f. Untuk Harga Referensi lebih dari USD 950 per ton sampai dengan USD 1,000 per ton (Kolom 6). g.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,000 per ton sampai dengan USD 1,050 per ton (Kolom 7). h.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,050 per ton sampai dengan USD 1,100 (Kolom 8) i. Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,100 per ton sampai dengan USD 1,150 per ton (Kolom 9). j. Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,150 per ton sampai dengan USD 1,200 per ton (Kolom 10). k.Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,200 per ton sampai dengan USD 1,250 per ton (Kolom 11). l. Untuk Harga Referensi lebih dari USD 1,250 per ton (Kolom 12).
  • 37. * K E L N O JENIS BARANG TARIF BEA KELUAR (%) Kol 1 Kol 2 Kol 3 Kol 4 Kol 5 Kol 6 Kol 7 Kol 8 Kol 9 Kol 10 Kol 11 Kol 12 I 1 . Buah dan Kernel Kelapa Sawit 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 2 . Bungkil Kelapa Sawit 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 II 3 . Crude Palm Oil (CPO) 0 7,5 9 10,5 12 13, 5 15 16,5 18 19, 5 21 22,5 4 . Crude Palm Kernel Oil (CPKO) 0 7,5 9 10,5 12 13, 5 15 16,5 18 19, 5 21 22,5
  • 38. * III 5. Crude Palm Olein 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 6. Crude Palm Stearin 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 7. Crude Palm Kernel Olein 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 8. Crude Palm Kernel Stearin 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 9. Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 10. Hydrogenated Palm Oil (Bulk) >20 kg 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 11. Hydrogenated Palm Kernel Oil (Bulk) >20 kg 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 12. Hydrogenated Palm Olein (Bulk) >20 kg 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 13. Hydrogenated Palm Kernel Olein (Bulk) >20 kg 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 14. Hydrogenated Palm Kernel Stearin (Bulk) >20 kg 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15 15. Hydrogenated Palm Stearin (Bulk) >20 kg 0 3 4 5 6 7 8 9 10,5 12 13,5 15
  • 39. * IV 16. RBD Palm Olein 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11,5 13 17. RBD Palm Oil 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 18. RBD Palm Kernel Oil 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 19. RBD Palm Kernel Olein 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20. RBD Palm Kernel Stearin 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 21. RBD Palm Stearin 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 22. Hydrogenated RBD Palm Olein 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11,5 13 23. Hydrogenated RBD Palm Oil 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 24. Hydrogenated RBD Palm Kernel Oil 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 25. Hydrogenated RBD Palm Kernel Olein 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 26. Hydrogenated RBD Palm Kernel Stearin 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 27. Hydrogenated RBD Palm Stearin 0 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
  • 40. * V 28. RBD Palm Olein dalam kemasan bermerek ≤ 20kg 0 0 0 0 0 2 2 2 3 4 5 6 29. Biodiesel dari minyak sawit (Fatty Acid Methyl Esters) 0 0 0 0 0 2 2 2 2 5 5 7,5
  • 41. *Perhitungan Bea Masuk, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor
  • 42. Untuk barang impor : - Bea masuk = CIF * tarif bea masuknya (bisa 0%, 5%, 10% dst lihat di BTBMI) - PPN = (CIF + bea masuk) * 10% - PPh = (CIF + bea masuk) * 7.5% (bisa kena 2,5% bila punya API, atau terkena 15% bila tidak punya NPWP) Untuk barang dgn harga dibawah 50 dolar gratis / free tidak bayar bea masuk dan pajak - Bea masuk = (CIF-50) * tarif bea masuknya - PPN = [(CIF-50) + bea masuk] * 10% - PPh = [(CIF-50) + bea masuk] * 7.5%
  • 43. *contoh : harga barang US$ 223, ongkir $48 –> CIF = 223 + 48 = 271, jenis barang = handphone (tarif bea masuk dlm BTBMI 0%) - Bea masuk = ( 271 – 50) * 0% = 0 - PPN = ((271-50) + 0) * 10% = $ 22,1 - PPh = ((271-50) + 0) * 7,5% = $ 16,575 total tagihan = 22,1 + 16,575 = $ 38,675 * Rp13.000,- ($1=Rp13.000) = Rp. 502.775,- (pembulatan)
  • 44. *Catatan Perhitungan Nilai Pabean sebagai dasar perhitungan bea masuk dinyatakan dalam mata uang rupiah Nilai Pabean (Rupiah) = Nilai Pabean (Valuta asing) X NDPBM NDPBM = Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan setiap minggu sekali (setiap hari Rabu) Nilai Pabean yang dijadikan komponen penetapan bea masuk, harus dalam bentuk CIF (Cost, Insurance dan Freight).
  • 45. *Catatan Perhitungan *Cost yaitu harga dasar barang yang dibeli. * Insurance yaitu biaya asuransi barang yang akan dikirim *Freight yaitu ongkos kirim atau ongkos angkut. * Nilai Dasar Pengenaan Bea Masuk (NDPBM) adalah nilai tukar yang dipergunakan sebagai dasar penghitungan bea masuk, atau lebih dikenal dengan kurs mata uang.
  • 46. *Contoh Perhitungan Tarif Spesifik BM = Tarif BM (Spesifik) X Jumlah Barang Gula pasir (refined sugar) sebanyak 10.000 kg. Pos tariff BTBMI: 1701.99.11.00 (BM: Rp. 700,- /kg) BM wajib dibayar adalah : 10.000 x Rp. 700,- = Rp. 7.000.000,-
  • 47. * Cara Penghitungan PPN, PPnBM, dan PPh PPN = % PPN x (nilai pabean +BM + cukai) PPnBM = % PPnBM x (nilai pabean+BM + cukai) PPh = % PPh x (nilai pabean + BM + cukai) BM dibayar, ditangguhkan dan/atau ditanggung pemerintah
  • 48. * Tarif Advalorum (%) Misal: Nilai Pabean 1.000 USD Tarif BM 5%, PPN 10%, PPh2,5% Kurs NDPBM 1 USD = Rp 9.000 Maka Pungutannya, Nilai Pabean = 1.000 x 9.000 = Rp 9.000.000 BM : 5% x 9.000.000 = Rp 450.000 PPN : 10% x 9.450.000 = Rp 945.000 PPh : 2,5% x 9.450.000 = Rp 236.250
  • 49. *CONTOH PERHITUNGA N  Tarif Spesifik Misal: Nilai Pabean Rp 1.000.000.000 Jumlah barang 100 Ton Tarif Rp 2.500/Kg, PPN 10%, PPh 2,5% Maka Pungutannya, BM PPN PPh : 2.500 x 100.000 = Rp 250.000.000 : 10% x 1.250.000.000 = Rp 125.000.000 : 2,5% x 1.250.000.000 = Rp 31.250.000
  • 50. *  PT URIP JAYA Tekstil adalah perusahaan garment yang berdomisili di Malang. Untuk memenuhi bahan baku produksinya, selain dari bahan baku lokal juga dibutuhkan bahan baku tertentu yang berasal dari luar negeri. Pada awal bulan ini PT URIP JAYA Tekstil mengimpor barang dari Thailand berupa:  Benang tunggal dari serat kapas (HS 5206.21.00.00 BM 5%, PPN 10%) seharga USD 1,500  Benang filament sintesis polyester (HS 5402.33.00.00 BM 5%, PPN 10%) seharga USD 2,000  Kain tenunan dari serat tiruan (HS 5516.21.00.00 BM 15%, PPn 10%) seharga USD 5,000  Kain sulaman dari serat sintesis (HS 5810.92.00.00 BM 10%, PPN 10%) seharga USD 4,500
  • 51. *  Biaya pengangkutan / pengapalan dari Thailand sampai Tanjung Perak Surabaya sebesar USD 1,250 dengan asuransi USD 900  Kurs saat itu USD 1 = Rp 13.000  Pertanyaan: 1.Berapa besar nilai pabean? 2. Berapa bea masuk yang harus dibayar? 3.Berapa total bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang harus dibayar?
  • 52. *  NDPBM BT = (1500+1250+900) X 13.000 = Rp47.450.000  NDPBM BF = (2000+1250+900) X 13.000 = Rp53.950.000  NDPBM KT = (5000+1250+900) X 13.000 = Rp92.950.000  NDPBM KS = (4500+1250+900) X 13.000 = Rp86.450.000  BM BT = 5% X 47.450.000 = Rp 2.372.500  BM BF = 5% X 53.950.000 = Rp 2.697.500  BM KT = 15% X 92.950.000 = Rp 13.942.500  BM KS = 10% X 86.450.000 = Rp 8.645.500  Total BM = Rp 27.658.000
  • 53. * * PPN BT = 10% X (47.450.000+2.372.500) = Rp 4.982.250 * PPN BF = 10% X (53.950.000+2.697.500) = Rp 5.664.750 * PPN KT = 10% X (92.950.000+13.942.500) = Rp 10.689.250 * PPN KS = 10% X (86.450.000+8.645.500) = Rp 9.509.550 * PDRI BT = Rp 4.982.250 * PDRI BF = Rp 5.664.750 * PDRI KT = Rp 10.689.250 * PDRI KS = Rp Rp 9.509.550
  • 54. WAJIB L/C Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 10/M-DAG/PER/3/2009 (1) Ekspor atas barang komoditi Crute Palm Oil (CPO) dan Produk Pertambangan: − CPO − Pertambangan all, biji besi, biji mangan, biji tembaga dan batu bara − Komoditi Kopi, Kakao dan Karet Dengan nilai ekspor dalam setiap Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) diatas 1.000.000 (satu juta) Dolar Amerika Serikat wajib dilakukan dengan cara pembayaran Letter of Credit (L/C) melalui Bank Devisa Dalam Negeri. (2) Ekspor atas barang tersebut di atas, dengan nilai ekspor dalam setiap PEB sampai dengan 1.000.000 (satu juta) Dolar Amerika Serikat dapat dilakukan dengan cara pembayaran L/C atau cara pembayaran lainnya yang berlaku dalam perdagangan Internasional melalui Bank Devisa Dalam Negeri. (3) Hasil Eskpor (export Proceed) dengan cara pembayaran L/C atau dengan cara pembayaran lain atas ekspor barang tersebut diatas, wajib disalurkan dan diterima melalui Bank Devisa Dalam Negeri.
  • 55. *
  • 56. CUKAI Dasar Hukum  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagai mana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;  Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 62/PMK.011/2010 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol, Dan Konsentrat Yang Mengandung Etil Alkohol;  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.011/2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;  Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-43/BC/2009 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau;  Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P - 22/BC/2010 tentang Tata Cara Pemungutan Cukai Etil Alkohol, Minuman Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat Mengandung Etil Alkohol.
  • 57. CUKAI Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai Cukai dikenakan terhadap barang kena cukai yang terdiri dari : a. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya. b. Minuman yang mengandung etik alkohol dalam kadar berapapun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol. c. Hasil tembakau yang meliputi cigarrett, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.
  • 58. Barang Kena Cukai Barang kena cukai adalah barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik, yang :  konsumsinya perlu dikendalikan,  peredarannya perlu diawasi,  pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup,  atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan Tarif Cukai Barang kena cukai yang dibuat di Indonesia dikenakan cukai berdasarkan tarif setinggi- tingginya : a. 250% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik atau b. 55% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran
  • 59. TIDAK DIPUNGUT CUKAI Adalah : (1). a. Tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan, apabila dala pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan tembakau yang berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan hasil tembakau dari atau pada kemasannya taupun tembakau irisnya tidak dibubuhi merk dagang, etiket, atau yang sejenis. b. Minuman yang mengandung etil alkohol hasil peragian atau penyulingan yang dibuat oleh rakyat di Indonesia secara sederhana semata-mata untuk mata pencaharian dan tidak dikemas untuk penjualan eceran. (2). Cukai juga tidak dipungut atas barang kena cukai apabila : a. Diangkut terus atau diangkut lanjut dengan tujuan luar daerah pabean b. Di ekspor c. Di masukkan kedalam pabrik atau tempat penyimpanan d. Digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang merupakan barang kena cukai e. Telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik, tempat penyimpanan atau sebelum diberikan persetujuan import untuk dipakai
  • 60. Langkah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam Menghadapi MEA 1. Proses Bisnis yang Efisien a. Pertukaran data Impor dan Ekspor secara Elektronik b. Pelayanan cepat dan transparan c. Portal Nasional Indonesia Single Window (INSW) 2. Perbaikan Organisasi a. Penghentian seluruh pungutan resmi untuk pelayanan b. Dimulainya “Model Office” di 132 kantor sejak 2007 c. Tambahan kantor pelayanan di Pelabuhan 3. Pengawasan Efektif a. Inisiatif reformasi anti penyelundupan b. Meningkatkan pelatihan dan cakupan penangkapan narkotika c. Perbaikan sistem profiling penumpang sarana pengangkut
  • 61. Strategi Direktorat Jenderal Bea Cukai dalam menghadapi M Simplifikasi Peraturan dan Birokrasi : 1. Orientasi terhadap Ekspor 2. Pemenuhan Kebutuhan Domestik Secara Mandiri 3. Dukungan terhadap pertambangan dalam negeri 4. Pemanfaatan Rules Of Origin (ROO) Peningkatan Insentif Bea Masuk dan Pajak : 1. Ekstensifikasi objek pembebasan bea masuk untuk mendukung industri dalam negeri 2. Fasilitas penundaan pembayaran serta pembayaran berkala 3. Fasilitas penangguhan bea masuk oleh pemerintah 4. Free Trade Agreement Meningkatkan pertumbuhan investasi dan ekonomi Indonesia
  • 62. *
  • 63. Dwelling Time adalah: Waktu berapa lama petikemas (barang impor) ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) di pelabuhan sejak dibongkar dari kapal sampai dengan barang impor keluar dari TPS. Dwelling Time terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu Pre- Customs Clearance, Customs Clearance, dan Post-Customs Clearance. 1. Pre Customs Clearance : Waktu yang diperlukan sejak peti kemas dibongkar dari kapal sampai dengan importir melakukan submit PemberitahuanImporBarang (PIB) keBea Cukai 2. Customs Clearance : Waktu yang dibutuhkan dari sejak PIB diterima sampai dengan diterbitkannya Surat Persetujuan PengeluaranBarang(SPPB)olehBea Cukai 3. Post Customs Clearance : waktu yang dibutuhkan dari sejak SPPBsampaidenganpengeluaranbarangimpordariTPS.
  • 64. * Faktor Penentu : a. Kecepatan instansi terkait dalam penerbitan lartas (51% komoditi wajib memenuhiperijinan impor) b. Prosespenelitian lartas melalui INSW c. Kesadaran importir untuk segera submit PIB (43% importir menyampaikan PIB di atas 3hari sejak barang dibongkar) Kendala : a. Kesadaran importir untuk segera submit PIB b. Kurangnya koordinasi antar instansi terkait perijinan lartas c. Sering terjadinya gangguan NSW Upaya : a. Mendorong tingkat pemanfaatan fasilitas prenotification untuk jalur prioritas b. Koordinasi dengan importir untuk percepatan penyampaian PIB c. Koordinasi berkala dengan penerbit lartas d. Pengusulan perbaikan sistem INSW
  • 65. * Faktor Penentu : a. PenarikankontainerdantempatpenimbunandiTPSketempatpemeriksaanfisik(jalurmerah) b. Kesiapansaranadantempatpemeriksaanfisikolehentitaslain. c. Belumoptimalnyaaplikasidankecepatanjaringandalamprosescustomsclearance Kendala: a. Masihlamanyawaktupenyerahanhardcopydokumenjalurkuningdanmerah b. Masihlamanyapenarikancontaineruntukperiksafisik c. Lamanyapengurusbarangdalampendampinganperiksafisik Upaya : a. PercepatanpenyerahanhardcopyPIB b. MandatoryprogramDokapOnline c. ImplementasizonasiTPS d. PengadaanUnitHi-CoScanuntukJITCdanNewKalibaruPort.
  • 66. * Faktor Penentu : a. Kesiapandankeaktifanimportiruntuksegeramengeluarkanbarang b. KesiapanTPSdanpihaklainuntukmemfasilitasipengeluaranbarangyangtelahSPPBpadajam kerjamaupundiluarjamkerja. Kendala: a. MasihadanyaTPS,ShippingLine,TrackingdanDepoKontaineryangbelumbuka24/7 b. BelumditerapkannyapenyerahanDeliveryOrder(DO)secaraelektronik c. LamanyapemilikbarangmengeluarkanbarangnyayangtelahSPPB Upaya: a. MendorongTPS,ShippingLine,TrackingdanDepoKontainerpemanfaatanpelayanan24/7 b. MendorongimplementasiD/OonlinepadaShippingline c. PermenhubterkaitpengeluaranbarangolehTPS dalamhal pemilikbarangbelummengeluarkan barangnyadalamwaktu1x24jam.
  • 67. * Merupakan sinergi antar unit kementerian dan lembaga, otoritas pelabuhan, operator terminal, dan pengguna jasa dalam rangka meningkatkan efisiensi logistik impor. Indonesia National Single Window (INSW) merupakan suatu sistem layanan publik yang terintegrasi, yang menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan pemrosesan informasi standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses kegiatan dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Konsepsi INSW Single Portal yang terdiri dari dua pilar(trade system & port system) di indonesia untuk memfasilitasi percepatan arus barang dan dokumen.
  • 68. Penerapan Sistem NSW di Indonesia dilakukan melalui pengoperasian Portal INSW, yang diharapkan akan membawa Indonesia menuju otomasi sistem pelayanan publik yang terintegrasi, guna mewujudkan "Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor". Tujuan Penerapan : Sistem logistik yang transparant, konsisten, efisien, dan simpel untuk mempercepat proses ekspor-impor
  • 69. Entitas utama penerapan Sistem NSW di Indonesia seluruh pihak yang menjadi entitas utama dalam Sistem NSW, yaitu yang secara langsung maupun tidak langsung harus tergabung kedalam Portal INSW, secara umum dapat dikelompokkan kedalam 4 kelompok besar, yaitu :
  • 70. * * Semua GA yang menyelenggarakan pelayanan kepada publik yang terkait dengan kegiatan perdagangan internasional, mulai yang menerbitkan perijinan ekspor-impor (licenses), penyelesaian kewajiban kepabeanan (customs-clearance), yang menangani pelayanan fisik barang di pelabuhan (cargo- handling), dan layanan lainnya dalam rangka menyelenggarakan fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan dan pengawasan lalulintas barang ekspor-impor. * Seluruh instansi pemerintah ini bertanggung jawab memasok layanan publik secara elektronik ke Portal INSW, sesuai dengan Service Level yang telah disepakati bersama. Jumlah GA yang tergabung ke Portal INSW bisa berubah-ubah sesuai dengan dinamika kebijakan perijinan ekspor-impor yang ditetapkan pemerintah pada saat itu.
  • 71. * *Para pelaku usaha yang berkaitan dengan kegiatan ekspor-impor akan menjadi pengguna sistem dalam layanan Portal INSW, mulai dari pihak Importir, Eksportir, PPJK, Shipping/ Airline, Forwader, Perusahaan Transportasi, Perusahaan Logistik, Warehousing, Perbankan dan sektor-sektor usaha lain yang ada keterkaitan dengan kegiatan ekspor- impor. *Para pelaku usaha tersebut melakukan akses langsung terhadap layanan Portal INSW dalam menyelesaikan berbagai kewajiban administratif yang terkait dengan kegiatan ekspor-impor.
  • 72. * NSW negara lain, terutama negara-negara anggota ASEAN, akan menjadi salah satu Entitas Utama dalam operasional sistem NSW, terutama apabila sistem NSW di Indonesia sudah dilakukan interkoneksi dengan NSW negara lain melalui sistem ASEAN Single Window (ASW) maupun skema kerjasama bilateral lainnya. Sistem NSW negara lain berperan aktif dalam melakukan pertukaran data elektronik antar negara (crossborder data exchange) dengan sistem NSW di Indonesia.
  • 73. * *Pengelola Sistem NSW yang profesional dan handal merupakan kunci utama keberhasilan operasional Portal INSW, dimana untuk pengelolaan sistem NSW ini diperlukan suatu lembaga permanen yang secara khusus ditugaskan mengelola sistem NSW di Indonesia, termasuk pengoperasian Portal INSW. *Sebelum terbentuknya lembaga pengelola sistem NSW ini, seluruh kegiatan yang terkait dengan pembangunan, pengembangan dan penerapan Sistem NSW di Indonesia, ditugaskan kepada Tim Persiapan NSW RI. Dalam pelaksanaannya, pengembangan dan penerapan sistem NSW diserahkan kepada Tim Pelaksana Teknis, yang dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
  • 74. “Harmonized System Code adalah sebuah nomenklatur untuk mengklasifikasikan produk perdagangan yang bertujuan untuk mempermudah transaksi perdagangan international (export import)”. HS CODE pada INSW
  • 75. * *Untuk di Indonesia pengklasifikasian barang dituangkan dalam daftar tarif yaitu Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) terdiri dari 10 digit nomor. *Dimana 6 (Enam) digit nomor yang berada didepan dibuat oleh World Customs Organisation (WCO) berisi 97 bab yang berlaku secara international. Sistem klasifikasi dalam HS yang terdiri dari 6 digit tersebut dapat diperluas untuk menjadi subkategori tambahan oleh masing-masing negara penggunanya. Di ASEAN sendiri sepakat membuat Asean Harmonized Tarif Nomenclature (AHTN) terdiri dari 8 (delapan) digit yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari 6 digit HS. Sedangkan di Indonesia sendiri dari 8 digit dipersempit lagi menjadi 10 digit nomor yang biasa disebut pos tariff nasional.
  • 77. *Contoh HS 1234.56.78.90 diambil dari BTBMI (10 digit) Berdasarkan gambar di atas: * 4 (empat) dan 6 (enam) digit pertama berasal dari Harmonized System (HS); * 8 (delapan) digit berasal dari teks AHTN; * 10 (sepuluh) digit merupakan sub pos nasional, kecuali: *apabila 2 digit terakhirnya “00” (misalnya 0301.11.94.00), berarti berasal dari teks AHTN; *apabila 4 digit terakhirnya “00.00” (misalnya 0301.91.00.00), berarti berasal dari teks WCO *Dari 10 pos tarif ini akan muncul nilai pabean yang harus dibayarkan pada negara meliputi Bea Masuk, PPH (Pajak Penghasilan) dan PPN (Pajak Petambahan Nilai)
  • 78. * 1. Masuk ke page INSW -> (eservice.insw.go.id) 2. Klik INDONESIA NTR -> HS CODE INFORMATION – > Klik di bagian parameter pilih BTBMI
  • 79. 3. Description in Indonesian (Gambar 2) –> Masukkan kata pada Key words dalam Bahasa Indonesia
  • 80. Contohnya kita ingin mengetahui Nilai Pabean Telepon untuk jaringan seluler atau untuk jaringan tanpa kabel lainnya yang harus dibayarkan pada negara meliputi Bea Masuk, PPH (Pajak Penghasilan) dan PPN (Pajak Petambahan Nilai)
  • 81.
  • 82. * Permasalahan *Dwelling time adalah ukuran waktu yang dibutuhkan kontainer impor, sejak kontainer dibongkar dari kapal (berthing) sampai dengan keluar dari kawasan pelabuhan (gate out). *Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi mengatakan waktu menginap peti kemas di pelabuhan (dwelling time) di Indonesia termasuk yang paling lama di kawasan Asia Tenggara. *Dwelling time di Singapura makan waktu 1,5 hari, Malaysia 3 hari dan Thailand sekitar 4 hari hingga 5 hari. Di Indonesia ini bisa sampai 14 hari *Dwelling time yang sangat panjang ini disebabkan lemahnya koordinasi antar instansi yang berwenang di pelabuhan.
  • 83. *Rumitnya pengelompokan jalur pemeriksaan barang oleh Bea Cukai. Pembedaan jalur prioritas, jalur merah dan jalur hijau menurutnya justru membingungkan. Terdapat 3 jalur pemeriksaan kargo di pelabuhan yaitu jalur prioritas (MITA), jalur hijau dan jalur merah. Rata-rata dwelling time pada jalur MITA sepanjang Januari hingga Mei 2013 mencapai 4,7 hari. Rata-rata dwelling time pada jalur hijau pada periode yang sama mencapai 6,15 hari dan pada jalur merah 10,45 hari. *Pemerintah menargetkan dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok maksimal 3 hari. Namun menurut catatan Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan, rata-rata dwelling time berbagai jalur pemeriksaan pada Januari hingga Mei 2013 mencapai 8,13 hari. *Berikan Langkah strategis yang harus dilakukan oleh pemerintah pada permasalahan tersebut !
  • 84. * 1. Sebutkan dasar hukum kepabeanan! 2. Jelaskan cara kerja sistem aplikasi impor melalui PDE! 3. Jelaskan Perbedaan prosedur kepabeanan impor dan ekspor! 4. Sebutkan sanksi dalam kegiatan kepabeanan ekspor! 5. Sebutkan jenis barang apa saja yang dikenakan cukai dan tidak dikenakan cukai! 6. Apa perbedaan kepabeanan dan cukai? 7. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis dwelling time! 8. Bagaimana proses pengurusan dokumen fisik barang? 9. Bagaimana alur dalam memperoleh pita cukai ? (Kelompok Wimbo, Yono, Vita) 10.Sebutkan macam / jenis sistem penjaluran secara teknis yang di gunakan oleh DJBC? (Kelompok Regiyan, Diska, Ulfa)
  • 85. 11. Anda membeli buku musik di Amazon.com dengan harga barang $ 70 USD , tanpa asuransi dan biaya pengiriman $ 30 USD (Asumsi $1 USD=13.000 ). Hitunglah : a. CIF b. BEA MASUK c. PPN d. PPH e. PAJAK IMPOR
  • 87. *Sumber : Sumber : http://arvianmmugm.blogspot.co.id/2009/01/aplikasi-edi- electronic-data_06.html diakses pada 13 Juli 2016 pkl 20.00
  • 88. *