1. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 1
MODEL PEMBELAJARAN
PENELITIAN YURISPRUDENSIAL
Initiators : Donald Oliver & James P. Shaver https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/
PENDAHULUAN
Keberagaman dalam masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama dan
budaya menuntut setiap anggota masyarakat untuk hidup berdampingan dan saling
menghargai keberbedaan baik dalam masalah yang berhubungan dengan intelektual
maupun emosional. Perbedaan pandangan dalam anggota masyarakat
terhadap sebuah isu yang berkembang dipengaruhi antara lain oleh pendidikan, cara
berpikir, budaya dan kepentingan masing-masing individu. Perbedaan ini harus disikapi
dengan baik oleh masing-masing anggota masyarakat tanpa harus memaksakan sikapnya
kepada orang lain.
Didalam masyarakat yang demokratis terdapat beragam posisi dengan menghargai isu
dan kelompok yang mendukung posisi tersebut sehingga dituntut untuk bernegosiasi.
Sebuah kemajemukan merupakan hal penting dalam sebuah masyarakat bebas dan
berimplikasi pada perbedaan dalam masyarakat dan sub-sub masyarakat yang saling
menghargai satu dengan yang lain dan memperbesar komunikasi diantara mereka.
Komunikasi yang baik dapat terjalin antara anggota masyarakat, jika anggota masyarakat
mampu mengambil sikap disertai argumentasi yang rasional dan logis sehingga mampu
mempertahankan konsistensi sikap yang diambil.
Model pembelajaran Yurisprudensial dipelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver
dari Harvard yang didasari pada pemahaman bahwa setiap orang berbeda pandangan dan
prioritas satu sama lain dengan nilai sosial saling berhadapan. Untuk memecahkan masalah
yang ditimbulkan oleh perbedaan pandangan masyarakat, setiap anggota masyarakat
dituntut untuk mampu berbicara dan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan.
Pendidikan harus mampu menghasilkan individu yang mampu mengatasi konflik
perbedaan dalam berbagai hal. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar
berpikir sistematis tentang isu-isu kontemporer dalam masyarakat. Dengan menganalisis
dan mendiskusikan isu-isu sosial membantu siswa berpartisipasi dalam mendefinisikan
ulang nilai-nilai sosial tersebut, sehingga siswa peka terhadap permasalahan sosial, berani
mengambil sikap, mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan
valid. Siswa juga dituntut bisa menerima atau menghargai sikap orang lain yang mungkin
berbeda dan bertentangan dengan sikapnya.
Sebelum mengambil sikap siswa harus mempunyai pengetahuan dibidang sejarah,
sosiologi, ekonomi dan politik. Sehingga bidang kajian yang tepat untuk model
pembelajaran Penelitian Yurisprudensial adalah konflik rasial, etnis, ideologi, keagamaan,
keamanan, konflik antar golongan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan
keamanan nasional.
2. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 2
SKENARIO PEMBELAJARAN
Mrs. Giarreto seorang guru mata pelajaran Kewarganegaraan, pada kelas
senior,sedang menguji kasus termutakhir pada pengadilan tinggi AS. Pada suatu pagi, sala
satu siswa membawa artikel dari New York Times yang membahas tentang kasus Bakke
(kasus ini berkaitan dengan izin masuk atau pendaftaran masuk pada institusi pendidikan
Tinggi. Bakke beranggapan bahwa preferensi khusus yang diberikan kepada calon-calon
mahasiswa dari kelompok minoritas merupakan sebuah diskriminasi pada mereka).
Secara pribadi kasus ini benar-benar menggangguku, “komentar Tommy”, kamu tahu
bahwa beberapa diantara kita sedang berjuang untuk masuk universitas, dan nilaiku
tidaklah tinggi, ya setidaknya itulah yang aku lihat, walaupun hal yang terpenting adalah
bahwa prestasi sesunggunya sangat tergantung pada bagaiman saya dipandang, jika saya
dipandang sebagai seorang yang tidak dikenal, maka nilaiku akan ditentukan oleh mereka.
Dan sebaliknya dibeberapa universitas, jika mereka ingin menambah jumlah wanita pada
sekolah itu maka skors/nilainya akan dibuat lebih tinggi. Dalam beberapa tempat lain
skorsnya akan dibuat lebih rendah karena saya tidak termasuk dalam kelompok minoritas.
“tunggu sebentar, kata seorang siswa lain. Kasus Bekke hanya melibatkan mahasiswa
hokum. Apakah kasus ini berimbas pada penerimaan mahasiswa yang belum memiliki
gelar?
Kamu bertaruh begitu” kata seorang yang berkulit hitam, kita sudah tidak diterima oleh
universitas-universitas swasta selama beberapa tahun,
Apakah fakultas kedokteran melakukan hal ini juga, Tanya yang lain. Apakah mereka
member kesempatan masuk kepada siswa yang tidak qualified?
Ok, tunggu dulu, ucap seorang kepada temannya, hanya karena beberapa kelompok diberi
break (pemutusan), tidak berarti bahwa mereka tidak kualified.
Ya, lalu apa maksudnya cerita mengenai skor ujian? Tanya yang lain
Ok, ok, mrs Gearretto, Masalah ini akan menjadi kasus yang rumit, saya kira lebih baik kita
memilih dan mengkhususkan isu publik yang akan kita ekspolorasi dan melihat di mana
sebenarnya posisi kita.
Baik, bagaimana kita memulainya? Sahut miquel.
Saya pikir kita harus mulai mengumpulkan beberapa informasi, satu kelompok, misalnya,
mencari abstrasi mengenai kasus tersebut untuk mengetahui bagaimana masalah ini
diperdebatkan dalam pengadilanpengadilan tingkat rendah. Kalian bias pergi ke
perpustakaan fakultas hokum, dan saya akan menghubungi pustakawan untuk memandu
kalian di sana. Lalu kelompok lainnya mengumpulkan surat kabar yang meliput berita
tersebut sejak kasus itu pertama muncul ke permukaan publik. Kelompok ketiga dapat
mengumpulkan editorial dari masing surat kabar. Dan saya rasa akan llebih baik jika
kelompok keempat mewancara konselor/penasehat untuk mendapatkan informasi mengenai
3. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 3
perizinan atau pendaftaran masuk universitas. Kelompok lainnya mungkin bias menyusun
rencana untuk menemui pegawai universitas untuk mengetahui bagaimana mereka
menangani skor. Adda yang punya pendapat lain?
Ya.. kata Sally, Apakah semua orang yang menjual ujian adalah objek wawancara yang
representatif?
Ide yang bagus, Jawab Mrs. Giarreto, Ok sekarang bergabunglah dalam beberapa
kelompok untuk memulai menelusuri fakta tersebut. Lalu masing-masing kelompok bisa
mengambil bahan yang telah terkumpul, dan mulai mengidentifikasi beberapa isu. Kita akan
melanjutkan proses ini dengan mengidentifikasi nilai dan setiap pertanyaan mendasar
mengenai isu tersebut. Pada akhirnya kita dapat melihat implikasi tersebut dan mencoba
memunculkan sebuah pertanyaan tentang posisi kita sebagai individu bahkan jika
meungkinkan , sebagai anggota sebuah kelompok.
Untuk kelas senior pendidikan kewarganegaraan di sekolah tinggi Mervyn Park, diskusi ini
mulai mengarah pada penelitian hukum. Mrs Giarreto mengekspos beberapa isu publik yang
paling terkemuka kepada siswa dan memberikan sebuah kerangka kerja untuk penelitian
hukum.
ORIENTASI MODEL
Tujuan dan Asusmsi
Oliver dan Shaver menggagas gaya penelitian hukum untuk membatu siswa belajar berpikir
secara sistematis mengenai isu-isu kontemporer. Model ini mengharuskan siswa
merumuskan isu-isu tersebut sebagai pertanyaan kebijakan publik dan menganalisis posisi
alternative mereka dan menemukan jalan keluar bagi persoalan yang dihadapi. Pada intinya
model ini merupakan model tingkat tinggi materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Untuk memainkan peran sebagai peneliti, seorang siswa diharapkan memiliki tiga
kompetensi dasar yakni: pertama, pengetahuan yang mendalam mengenai nilai-nilai. Nilai
tersebut diantaranya adalah : nilai-nilai politik dan sosial seperti kebebasan pribadi, keadilan
dan kesetaraan, jika kebijakannya berasal dari pertimbangan etika, seseorang haruslah
sadar dan mengerti nilai-nilai kunci yang membentuk inti system masyarakat.
Kompetensi kedua adalah: ketrampilan dalam memperjelas dan memecahkan isu
Biasanya sebuah kontroversi muncul karena ada dua nilai penting yang bertentangan atau
karena stelah ditelusuri, kebijakan publik tidaklah mengena pada nilai inti yang ada dalam
masyarakat.
Kompetensi yang ketiga adalah pengetahuan yang cukup memadai isu politik atau publik
kontemporer, yang mengharuskan siswa untuk mengekspos titik inti permasalahan sosial,
politik ekonomi yang tengah dihadapi. Walaupun pemahaman mengenai sejarah alam dan
cakupan mengenai masalah-masalah ini sangat penting, namun dalam model penelitian
hukum, siswa hanya menelusuri isu dalam lingkup kasus hukum tertentu dari pada sebuah
nilai secara umum.
4. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 4
Tulisan oliver dan shaver meliputi beberapa gagasan yakni, mereka menyajikan suatu model
masyarakat, konsepsi nilai, dan konsepsi dialog yang produktif. Model yang dikembangkan
oleh oliver dan shaver juga memungkinkan kita memperluas data beberapa model
pembelajaran. Namun saat ini strategi yang cukup mewakili pemikiran mereka secara
keseluruhan adalah sebuah model yang bisa membangun dan tetap produktif ditengah area
konflik atau model diskusi sokratik. Dalam dialog sokratik siswa memiliki peran tertentu dan
guru pun menantang peran tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan yang diajukan guru harus diatur sedemikian rupa untuk merangsang pikiran
siswa atau jawaban siswa bisa menggambarkan sikap mereka.
STRUKTUR
Model dasar penelitian ini meliputi enam tahap yakni:
Tahap pertama, guru mengarahkan siswa pada kasus dengan memperkenalkan materi-
materi kasus pada siswa dengan membacakan sebuah cerita atau narasi sejarah atau
memutar film dokumenter yang melukiskan adanya dua nilai yang bertabarakan, atau
mendiskusikan sebuah kejadian dalam kehidupan siswa, misalnya di sekolah, masyarakat
atau negara. Dan langkah kedua pada tahap ini adalah mengarahkan siswa pada kasus
untuk bisa meninjau fakta dengan cara merangkum kejadian-kejadian dalam kasus tersebut,
menganalisis siapa yang melakukan, apa yang dilakukan, bagaimana cara melakukannya
atau memeragakan kontroversi.
Pada tahap kedua, setelah siswa diarahkan pada kasus, siswa mulai mengidentifikasi isu,
dengan membuat sintesis antara fakta-fakta dengan isu-isu kebijakan publik, mencirikan
nilai-nilai yang terdapat di dalamnya (misalnya kebebasa pendapat, perlindungan
kesejateraan umum, otonomi daeran dan kesempatan yang setara), serta mengidentifikasi
konflik antara dua atau beberapa nilai, siswa juga perlu mengenali fakta dasar dan
permasalahan seputar defenisi. Dalam langkah pertama tahap kedua ini siswa tidak diminta
untuk mengungkapkan opini atau menegaskan posisinya.
Pada tahap ketiga, siswa diminta untuk memilih posisinya dengan mengartikulasikan
posisinya terhadap isu dan menjelaskan dasar-dasar alasan mengapa ia memilih posisi
yang demkian. Dalam kasus finansial sekolah, misalkan seorang siswa mungkin akan
berpendapat bahwa negara seharusnya tidak melegalisasi anggaran yang akan dikeluarkan
sekolah kecamatan untuk siswa-siswanya karena hal ini merupakan sebuah kekerasan yang
bertentangan dengan otonomi daerah.
Pada tahap keempat, posisi yang diambil oleh siswa kemudian diekspolorasi, saat ini guru
mengalihkan perhatian pada pada sebuah gaya konfrontasi untuk mengetahui posisi
masing-masing siswa. Dalam model diskusi sokratik, guru atau siswa bisa mengungkapkan
salah satu dari beberap bentuk argumentasi berikut:
1. Meminta para siswa mengenali dan mengidentifikasi poin-poin yang melanggar nilai-
nilai
2. Memperjelas nilai yang bertabrakan melalui analogi atau gambaran
5. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 5
3. Meminta siswa membuktkan konsekkuensi yang diinginkan serta tidak diinginkan
dalam posisi yang diambil
4. Meminta siswa mengatur prioritas nilai: membantu membuat satu prioritas satu nilai
dengan nilai lain serta memaparkan kekurangan atau tiadanya pelanggaran besar
dalam nilai tersebut
Pada tahap kelima adalah menegaskan dan mengkualifikasi posisi, dimana siswa
menegaskan posisinya serta alasan memilih posisi tersebut, menguji beberapa situasi yang
sama. Sering tahap ini sering berjalan secara alamiah dari dialog pada tahap keempat,
namun terkadang guru harus mendorong siswa untuk kembali menegaskan posisi mereka.
Pada terakhir (keenam), menguji kembali assumsi faktual di balik posisi yang sudah
kualified, dan menentukan apakah posisi tersebut relevan atau tidak. Kemudian siswa dapat
menntukan konsekuensi yang diperkirakan serta menguji validitas faktualnya (apakah benar-
benar akan terjadi?).
SISTEM SOSIAL
Kerangka kerja Yurisprudensial dibangun dengan asumsi akan ada dialog hangat,
membuat situasi lebih demokratis dengan pandangan kritis masing-masing dan
pemikiran yang setara dan juga subjek sama-sama teliti. Iklim sosial akan terjadi untuk
analisis kritis terhadap nilai yang hanya mungkin terbuka. Disinilah peran guru untuk
menekankan/mengontrol jalannya diskusi. Dengan demikian atmosfir keterbukaan akan
lebih nampak di antara sesama anggota kelompok.
PRINSIP REAKSI
Guru menjamin iklim intelektual dalam diskusi sehingga semua pandangan yang
diungkapkan siswa dihormati oleh siswa lain. Guru memelihara atau mempertahankan
kekuatan intelektual dalam debat secara kontinu yang menekankan pada enam langkah
kerangka Yurisprudensial.
SISTEM PENDUKUNG
Dua jenis pendukung diperlukan dalam model pembelajaran Yurisprudensial. Guru
meminta siswa untuk mengidentifikasi informasi yang difokuskan pada situasi masalah.
Akses lain (internet) mengkondisikan siswa belajar nilai dan memiliki identifikasi etika
dan posisi hukum yang dapat dibawa untuk mendukung dalam diskusi.
DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING
Model pembelajaran Yurisprudensial dirancang untuk mengajarkan secara
langsung, komitmen terhadap peranan orang lain dan kemampuan untuk berdialog.
Mempunyai kemampuan menganalisis isu-isu sosial, dan kompmtensi dalam dialog-
dialog social. Sedangkan dampak pengiringnya adalah melalui model Yurisprudensial,
pebelajar dapat memiliki rasa empati atau menghargai pluralisme, memahami fakta-
fakta tentang masalah-masalah sosial dan kemampuan berpartisipasi dan kesediaan
untuk melakukan tindakan sosial.
6. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 6
ANALISIS KRITIS
Model Penelitian Yurisprudensial menuntut guru agar kreatif dan inovatif terhadap
isu yang berkembang dalam masyarakat dan mengkaitkannya kedalam proses belajar.
Seorang guru harus menggali wawasan yang cukup dan mengambil posisi terlebih
dahulu dengan argumentasi yang cukup. Pada saat dikelas dia akan mudah
memberikan pertanyaan konfrontatif begitu posisi siswa telah ditetapkan.
Seorang guru seharusnya mempersiapkan pertanyaan konfrontatif sesuai
dengan isu yang akan didialogkan dalam kelas sehingga dialog terjadi secara alami
dan tidak terkesan kaku. Strategi belajar ini menuntut dialog interaktif antara guru
dengan siswa untuk mengeksplorasi ranah publik yang kontroversial, sehingga
dimungkinkan terjadi dialog hangat yang bisa mengarah ke debat kusir. Disinilah
peran guru dituntut untuk mengembangkan iklim intelektual dalam debat.
Untuk mengubah model pembelajaran dari ceramah yang tidak menuntut
keaktifan siswa ke model Yurisprudensial yang menuntut siswa aktif, akan
menyulitkan guru pada awalnya karena tidak biasa dalam menyusun persiapan dan
tindakan di kelas. Siswa juga sulit mengutarakan pendapat pada awalnya, dan akan
menjadi kebiasaan berpendapat jika diterapkan setiap kali berkembang isu hangat
didalam proses belajar.
KELEBIHAN & KEKURANGAN
Kelebihan model
1. Memotivasi siswa untuk aktif menganalisis sebuah kasus sehingga tidak mudah
menentukan sikap dan menyimpulkan tanpa dasar.
2. Memotivasi siswa untuk berdebat secara aktif dan memberi argumen logis dan
rasional, sehingga meningkatkan kemampuan verbal siswa.
3. Mengembangkan keterbukaan dan menghargai perbedaan pendapat
4. Mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa tentang sebuah kasus
5. Banyak isu sosial yang berkembang dalam masyarakat sehingga model ini mudah
diterapkan untuk setiap kompetensi dasar.
Kelemahan model
1. Membutuhkan implementasi yang cukup lama karena perubahan metode
pembelajaran sebelumnya yang tidak menuntut keaktifan siswa.
2. Sulit untuk mengarahkan argumentasi siswa pada awalnya karena tidak semua
siswa mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga tidak menutup kemungkinan
terjadi debat kusir.
7. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 7
PENUTUP
Simpulan
1. Dibutuhkan wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk menganalisis isu baik
oleh guru maupun siswa
2. Dibutuhkan kreatifitas guru dalam membuat perencanaan dan tindakan dalam kelas
3. Model Penelitian Yurisprudensial memotivasi siswa untuk aktif, berani berdialog,
berpendapat, bersikap, menganalisis sikap, berargumentasi dan menghargai
perbedaan pendapat.
Saran
1. Agar setiap kompetensi dasar dalam ilmu-ilmu sosial selalu mengaplikasikan isu-isu
terkini kedalam pembelajaran di kelas.
2. Agar guru menggunakan model belajar Penelitian Yurisprudensial yang dipadukan
dengan model lain dalam menganalis isu dalam masyarakat dan meninggalkan
model ceramah, agar lebih efektif dalam mencapai tujuan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd
). USA: Prentice-Hall, Inc.
Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
8. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 8
Lampiran (Aplikasi model Penelitian Yurisprudensial)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/ Semester : X / 1
Standar Kompetensi : Siswa dapat belajar berpikir secara sistematis mengenai isu-isu
kontemporer
Kompetensi Dasar :
1. Siswa mengidentifikasi isu-isu kontemporer yang memiliki nilai bertabrakan
2. Siswa merumuskan isu-isu kontemporer sebagai pertanyaan kebijakan publik
3. Siswa menganalisis posisi alternatif mereka dan menemukan jalan keluar bagi
persoalan yang dihadapi.
Indikator:
1. Siswa tanggap terhadap isu-isu kontemporer (siswa mengikuti perkembangan
tentang isu kebijakan publik)
2. Siswa memiliki pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai.
3. Siswa memiliki ketrampilan dalam memperjelas dan memecahkan isu
4. Siswa mampu mengambil sikap terhadapat isu publik
5. Siswa mampu menemukan jalan keluar terhadap isu yang sedang dihadapi
Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat mengidentifikasi isu-isu kontemporer yang memiliki nilai
bertabrakan
2. Siswa dapat merumuskan isu-isu kontemporer sebagai pertanyaan
kebijakan publik
3. Siswa dapat menganalisis posisi alternatif mereka dan menemukan jalan
keluar bagi persoalan yang dihadapi.
Materi Ajar
1. Nilai-nilai yang baik dalam kehidupan dan nilai-nilai yang bertentangan
2. Contoh kasus/isu kontemporer yang menjadi sorotan publik
9. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 9
Model Pembelajran
Penelitian Yurisprudensia
Metode Pembelajaran
Diskusi, tanya jawab
Kegiatan Pembelajaran
A. Pertemuan Pertama
1. Kegiaatan awal
Mengecek kehadiran siswa
Mengkondisikan kelas
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan lingkup materi yang akan
dipelajari
Guru memberikan apresiasi berita tentang kenaikan BBM dan
pendapatan masyarakat atau koruptor dan kemiskinan masyarakat atau
masalah lain yang langsung berkaitan dengan kehidupan sosial siswa.
2. Kegiatan inti
Guru memperkenalkan kasus dengan mengangkat berita-berita tentang
kebijakan sosial atau memutar film tentang kebijakan social yang tidak
memihak rakyat misalnya tentang isu kenaikan BBM, atau berita-berita
tentang hukum dan keadilan
Guru meminta pendapat siswa tentang berita tersebut sambil
mengidentifikasi isu-isu tersebut
Siswa memilih sebuah isu untuk didiskusikan misalnya siswa memilih
tentang kebijakan yang tidak prorakyat misalnya tentang isu kenaikan
BBM
Siswa diminta untuk mensistesis masalah tersebut dengan
mengaitkannya dengan nilai-nilai keadilan dan pertimbangan lainnya
Siswa diminta untuk mengambil posisi mengenai isu kenaikan BBM dan
menyatakan sikap menerima atau menolak. Guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan konfrontatif terhadap posisi siswa.
Siswa diminta mengeksplorasi contoh dan argumentasi yang logis dan
rasional terhadap sikap menolak atau menerima isu kenaikan BBM dan
memberikan pertanyaan yang konfrontatif kepada sikap siswa untuk
menguji konsistensi sikapnya.
Siswa tetap mempertahankan untuk mendukung atau menolak isu
kenaikan BBM (konsisten) atau akan berubah sikap (inkonsisten) jika
argumen tidak kuat.
Guru memberikan pertanyaan yang menantang untuk melihat relevansi
argumentasi yang digunakan untuk mendukung sikap mendukung atau
menolak isu kenaikan BBM
10. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 10
3. Kegiatan Akhir
Siswa diminta merangkum semua hal yang berkaitan dengan
Pelajaran
Guru menyimpulkan materi dan kegiatan pelajaran
Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Sumber :
UUD 1945
KUHP
Modul
Majalah atau koran
Buku paket yang sesuai
2. Bahan :
CD Film
Kliping berita
3. Alat :
- Laptop
- LCD
Hasil Penilaian
a. Evaluasi Proses
b. Teknik: tertulis
c. Bentuk instrumen : Essay
d. Instrumen: apakah Isu kenaikan BBM membawa dampak bagi kehidupan
masyarakat?
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matapelajaran
(…………………………) (...................................)