SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 1
MODEL PEMBELAJARAN
PENELITIAN YURISPRUDENSIAL
Initiators : Donald Oliver & James P. Shaver https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/
PENDAHULUAN
Keberagaman dalam masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama dan
budaya menuntut setiap anggota masyarakat untuk hidup berdampingan dan saling
menghargai keberbedaan baik dalam masalah yang berhubungan dengan intelektual
maupun emosional. Perbedaan pandangan dalam anggota masyarakat
terhadap sebuah isu yang berkembang dipengaruhi antara lain oleh pendidikan, cara
berpikir, budaya dan kepentingan masing-masing individu. Perbedaan ini harus disikapi
dengan baik oleh masing-masing anggota masyarakat tanpa harus memaksakan sikapnya
kepada orang lain.
Didalam masyarakat yang demokratis terdapat beragam posisi dengan menghargai isu
dan kelompok yang mendukung posisi tersebut sehingga dituntut untuk bernegosiasi.
Sebuah kemajemukan merupakan hal penting dalam sebuah masyarakat bebas dan
berimplikasi pada perbedaan dalam masyarakat dan sub-sub masyarakat yang saling
menghargai satu dengan yang lain dan memperbesar komunikasi diantara mereka.
Komunikasi yang baik dapat terjalin antara anggota masyarakat, jika anggota masyarakat
mampu mengambil sikap disertai argumentasi yang rasional dan logis sehingga mampu
mempertahankan konsistensi sikap yang diambil.
Model pembelajaran Yurisprudensial dipelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver
dari Harvard yang didasari pada pemahaman bahwa setiap orang berbeda pandangan dan
prioritas satu sama lain dengan nilai sosial saling berhadapan. Untuk memecahkan masalah
yang ditimbulkan oleh perbedaan pandangan masyarakat, setiap anggota masyarakat
dituntut untuk mampu berbicara dan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan.
Pendidikan harus mampu menghasilkan individu yang mampu mengatasi konflik
perbedaan dalam berbagai hal. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar
berpikir sistematis tentang isu-isu kontemporer dalam masyarakat. Dengan menganalisis
dan mendiskusikan isu-isu sosial membantu siswa berpartisipasi dalam mendefinisikan
ulang nilai-nilai sosial tersebut, sehingga siswa peka terhadap permasalahan sosial, berani
mengambil sikap, mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan
valid. Siswa juga dituntut bisa menerima atau menghargai sikap orang lain yang mungkin
berbeda dan bertentangan dengan sikapnya.
Sebelum mengambil sikap siswa harus mempunyai pengetahuan dibidang sejarah,
sosiologi, ekonomi dan politik. Sehingga bidang kajian yang tepat untuk model
pembelajaran Penelitian Yurisprudensial adalah konflik rasial, etnis, ideologi, keagamaan,
keamanan, konflik antar golongan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan
keamanan nasional.
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 2
SKENARIO PEMBELAJARAN
Mrs. Giarreto seorang guru mata pelajaran Kewarganegaraan, pada kelas
senior,sedang menguji kasus termutakhir pada pengadilan tinggi AS. Pada suatu pagi, sala
satu siswa membawa artikel dari New York Times yang membahas tentang kasus Bakke
(kasus ini berkaitan dengan izin masuk atau pendaftaran masuk pada institusi pendidikan
Tinggi. Bakke beranggapan bahwa preferensi khusus yang diberikan kepada calon-calon
mahasiswa dari kelompok minoritas merupakan sebuah diskriminasi pada mereka).
Secara pribadi kasus ini benar-benar menggangguku, “komentar Tommy”, kamu tahu
bahwa beberapa diantara kita sedang berjuang untuk masuk universitas, dan nilaiku
tidaklah tinggi, ya setidaknya itulah yang aku lihat, walaupun hal yang terpenting adalah
bahwa prestasi sesunggunya sangat tergantung pada bagaiman saya dipandang, jika saya
dipandang sebagai seorang yang tidak dikenal, maka nilaiku akan ditentukan oleh mereka.
Dan sebaliknya dibeberapa universitas, jika mereka ingin menambah jumlah wanita pada
sekolah itu maka skors/nilainya akan dibuat lebih tinggi. Dalam beberapa tempat lain
skorsnya akan dibuat lebih rendah karena saya tidak termasuk dalam kelompok minoritas.
“tunggu sebentar, kata seorang siswa lain. Kasus Bekke hanya melibatkan mahasiswa
hokum. Apakah kasus ini berimbas pada penerimaan mahasiswa yang belum memiliki
gelar?
Kamu bertaruh begitu” kata seorang yang berkulit hitam, kita sudah tidak diterima oleh
universitas-universitas swasta selama beberapa tahun,
Apakah fakultas kedokteran melakukan hal ini juga, Tanya yang lain. Apakah mereka
member kesempatan masuk kepada siswa yang tidak qualified?
Ok, tunggu dulu, ucap seorang kepada temannya, hanya karena beberapa kelompok diberi
break (pemutusan), tidak berarti bahwa mereka tidak kualified.
Ya, lalu apa maksudnya cerita mengenai skor ujian? Tanya yang lain
Ok, ok, mrs Gearretto, Masalah ini akan menjadi kasus yang rumit, saya kira lebih baik kita
memilih dan mengkhususkan isu publik yang akan kita ekspolorasi dan melihat di mana
sebenarnya posisi kita.
Baik, bagaimana kita memulainya? Sahut miquel.
Saya pikir kita harus mulai mengumpulkan beberapa informasi, satu kelompok, misalnya,
mencari abstrasi mengenai kasus tersebut untuk mengetahui bagaimana masalah ini
diperdebatkan dalam pengadilanpengadilan tingkat rendah. Kalian bias pergi ke
perpustakaan fakultas hokum, dan saya akan menghubungi pustakawan untuk memandu
kalian di sana. Lalu kelompok lainnya mengumpulkan surat kabar yang meliput berita
tersebut sejak kasus itu pertama muncul ke permukaan publik. Kelompok ketiga dapat
mengumpulkan editorial dari masing surat kabar. Dan saya rasa akan llebih baik jika
kelompok keempat mewancara konselor/penasehat untuk mendapatkan informasi mengenai
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 3
perizinan atau pendaftaran masuk universitas. Kelompok lainnya mungkin bias menyusun
rencana untuk menemui pegawai universitas untuk mengetahui bagaimana mereka
menangani skor. Adda yang punya pendapat lain?
Ya.. kata Sally, Apakah semua orang yang menjual ujian adalah objek wawancara yang
representatif?
Ide yang bagus, Jawab Mrs. Giarreto, Ok sekarang bergabunglah dalam beberapa
kelompok untuk memulai menelusuri fakta tersebut. Lalu masing-masing kelompok bisa
mengambil bahan yang telah terkumpul, dan mulai mengidentifikasi beberapa isu. Kita akan
melanjutkan proses ini dengan mengidentifikasi nilai dan setiap pertanyaan mendasar
mengenai isu tersebut. Pada akhirnya kita dapat melihat implikasi tersebut dan mencoba
memunculkan sebuah pertanyaan tentang posisi kita sebagai individu bahkan jika
meungkinkan , sebagai anggota sebuah kelompok.
Untuk kelas senior pendidikan kewarganegaraan di sekolah tinggi Mervyn Park, diskusi ini
mulai mengarah pada penelitian hukum. Mrs Giarreto mengekspos beberapa isu publik yang
paling terkemuka kepada siswa dan memberikan sebuah kerangka kerja untuk penelitian
hukum.
ORIENTASI MODEL
Tujuan dan Asusmsi
Oliver dan Shaver menggagas gaya penelitian hukum untuk membatu siswa belajar berpikir
secara sistematis mengenai isu-isu kontemporer. Model ini mengharuskan siswa
merumuskan isu-isu tersebut sebagai pertanyaan kebijakan publik dan menganalisis posisi
alternative mereka dan menemukan jalan keluar bagi persoalan yang dihadapi. Pada intinya
model ini merupakan model tingkat tinggi materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Untuk memainkan peran sebagai peneliti, seorang siswa diharapkan memiliki tiga
kompetensi dasar yakni: pertama, pengetahuan yang mendalam mengenai nilai-nilai. Nilai
tersebut diantaranya adalah : nilai-nilai politik dan sosial seperti kebebasan pribadi, keadilan
dan kesetaraan, jika kebijakannya berasal dari pertimbangan etika, seseorang haruslah
sadar dan mengerti nilai-nilai kunci yang membentuk inti system masyarakat.
Kompetensi kedua adalah: ketrampilan dalam memperjelas dan memecahkan isu
Biasanya sebuah kontroversi muncul karena ada dua nilai penting yang bertentangan atau
karena stelah ditelusuri, kebijakan publik tidaklah mengena pada nilai inti yang ada dalam
masyarakat.
Kompetensi yang ketiga adalah pengetahuan yang cukup memadai isu politik atau publik
kontemporer, yang mengharuskan siswa untuk mengekspos titik inti permasalahan sosial,
politik ekonomi yang tengah dihadapi. Walaupun pemahaman mengenai sejarah alam dan
cakupan mengenai masalah-masalah ini sangat penting, namun dalam model penelitian
hukum, siswa hanya menelusuri isu dalam lingkup kasus hukum tertentu dari pada sebuah
nilai secara umum.
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 4
Tulisan oliver dan shaver meliputi beberapa gagasan yakni, mereka menyajikan suatu model
masyarakat, konsepsi nilai, dan konsepsi dialog yang produktif. Model yang dikembangkan
oleh oliver dan shaver juga memungkinkan kita memperluas data beberapa model
pembelajaran. Namun saat ini strategi yang cukup mewakili pemikiran mereka secara
keseluruhan adalah sebuah model yang bisa membangun dan tetap produktif ditengah area
konflik atau model diskusi sokratik. Dalam dialog sokratik siswa memiliki peran tertentu dan
guru pun menantang peran tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan yang diajukan guru harus diatur sedemikian rupa untuk merangsang pikiran
siswa atau jawaban siswa bisa menggambarkan sikap mereka.
STRUKTUR
Model dasar penelitian ini meliputi enam tahap yakni:
Tahap pertama, guru mengarahkan siswa pada kasus dengan memperkenalkan materi-
materi kasus pada siswa dengan membacakan sebuah cerita atau narasi sejarah atau
memutar film dokumenter yang melukiskan adanya dua nilai yang bertabarakan, atau
mendiskusikan sebuah kejadian dalam kehidupan siswa, misalnya di sekolah, masyarakat
atau negara. Dan langkah kedua pada tahap ini adalah mengarahkan siswa pada kasus
untuk bisa meninjau fakta dengan cara merangkum kejadian-kejadian dalam kasus tersebut,
menganalisis siapa yang melakukan, apa yang dilakukan, bagaimana cara melakukannya
atau memeragakan kontroversi.
Pada tahap kedua, setelah siswa diarahkan pada kasus, siswa mulai mengidentifikasi isu,
dengan membuat sintesis antara fakta-fakta dengan isu-isu kebijakan publik, mencirikan
nilai-nilai yang terdapat di dalamnya (misalnya kebebasa pendapat, perlindungan
kesejateraan umum, otonomi daeran dan kesempatan yang setara), serta mengidentifikasi
konflik antara dua atau beberapa nilai, siswa juga perlu mengenali fakta dasar dan
permasalahan seputar defenisi. Dalam langkah pertama tahap kedua ini siswa tidak diminta
untuk mengungkapkan opini atau menegaskan posisinya.
Pada tahap ketiga, siswa diminta untuk memilih posisinya dengan mengartikulasikan
posisinya terhadap isu dan menjelaskan dasar-dasar alasan mengapa ia memilih posisi
yang demkian. Dalam kasus finansial sekolah, misalkan seorang siswa mungkin akan
berpendapat bahwa negara seharusnya tidak melegalisasi anggaran yang akan dikeluarkan
sekolah kecamatan untuk siswa-siswanya karena hal ini merupakan sebuah kekerasan yang
bertentangan dengan otonomi daerah.
Pada tahap keempat, posisi yang diambil oleh siswa kemudian diekspolorasi, saat ini guru
mengalihkan perhatian pada pada sebuah gaya konfrontasi untuk mengetahui posisi
masing-masing siswa. Dalam model diskusi sokratik, guru atau siswa bisa mengungkapkan
salah satu dari beberap bentuk argumentasi berikut:
1. Meminta para siswa mengenali dan mengidentifikasi poin-poin yang melanggar nilai-
nilai
2. Memperjelas nilai yang bertabrakan melalui analogi atau gambaran
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 5
3. Meminta siswa membuktkan konsekkuensi yang diinginkan serta tidak diinginkan
dalam posisi yang diambil
4. Meminta siswa mengatur prioritas nilai: membantu membuat satu prioritas satu nilai
dengan nilai lain serta memaparkan kekurangan atau tiadanya pelanggaran besar
dalam nilai tersebut
Pada tahap kelima adalah menegaskan dan mengkualifikasi posisi, dimana siswa
menegaskan posisinya serta alasan memilih posisi tersebut, menguji beberapa situasi yang
sama. Sering tahap ini sering berjalan secara alamiah dari dialog pada tahap keempat,
namun terkadang guru harus mendorong siswa untuk kembali menegaskan posisi mereka.
Pada terakhir (keenam), menguji kembali assumsi faktual di balik posisi yang sudah
kualified, dan menentukan apakah posisi tersebut relevan atau tidak. Kemudian siswa dapat
menntukan konsekuensi yang diperkirakan serta menguji validitas faktualnya (apakah benar-
benar akan terjadi?).
SISTEM SOSIAL
Kerangka kerja Yurisprudensial dibangun dengan asumsi akan ada dialog hangat,
membuat situasi lebih demokratis dengan pandangan kritis masing-masing dan
pemikiran yang setara dan juga subjek sama-sama teliti. Iklim sosial akan terjadi untuk
analisis kritis terhadap nilai yang hanya mungkin terbuka. Disinilah peran guru untuk
menekankan/mengontrol jalannya diskusi. Dengan demikian atmosfir keterbukaan akan
lebih nampak di antara sesama anggota kelompok.
PRINSIP REAKSI
Guru menjamin iklim intelektual dalam diskusi sehingga semua pandangan yang
diungkapkan siswa dihormati oleh siswa lain. Guru memelihara atau mempertahankan
kekuatan intelektual dalam debat secara kontinu yang menekankan pada enam langkah
kerangka Yurisprudensial.
SISTEM PENDUKUNG
Dua jenis pendukung diperlukan dalam model pembelajaran Yurisprudensial. Guru
meminta siswa untuk mengidentifikasi informasi yang difokuskan pada situasi masalah.
Akses lain (internet) mengkondisikan siswa belajar nilai dan memiliki identifikasi etika
dan posisi hukum yang dapat dibawa untuk mendukung dalam diskusi.
DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING
Model pembelajaran Yurisprudensial dirancang untuk mengajarkan secara
langsung, komitmen terhadap peranan orang lain dan kemampuan untuk berdialog.
Mempunyai kemampuan menganalisis isu-isu sosial, dan kompmtensi dalam dialog-
dialog social. Sedangkan dampak pengiringnya adalah melalui model Yurisprudensial,
pebelajar dapat memiliki rasa empati atau menghargai pluralisme, memahami fakta-
fakta tentang masalah-masalah sosial dan kemampuan berpartisipasi dan kesediaan
untuk melakukan tindakan sosial.
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 6
ANALISIS KRITIS
Model Penelitian Yurisprudensial menuntut guru agar kreatif dan inovatif terhadap
isu yang berkembang dalam masyarakat dan mengkaitkannya kedalam proses belajar.
Seorang guru harus menggali wawasan yang cukup dan mengambil posisi terlebih
dahulu dengan argumentasi yang cukup. Pada saat dikelas dia akan mudah
memberikan pertanyaan konfrontatif begitu posisi siswa telah ditetapkan.
Seorang guru seharusnya mempersiapkan pertanyaan konfrontatif sesuai
dengan isu yang akan didialogkan dalam kelas sehingga dialog terjadi secara alami
dan tidak terkesan kaku. Strategi belajar ini menuntut dialog interaktif antara guru
dengan siswa untuk mengeksplorasi ranah publik yang kontroversial, sehingga
dimungkinkan terjadi dialog hangat yang bisa mengarah ke debat kusir. Disinilah
peran guru dituntut untuk mengembangkan iklim intelektual dalam debat.
Untuk mengubah model pembelajaran dari ceramah yang tidak menuntut
keaktifan siswa ke model Yurisprudensial yang menuntut siswa aktif, akan
menyulitkan guru pada awalnya karena tidak biasa dalam menyusun persiapan dan
tindakan di kelas. Siswa juga sulit mengutarakan pendapat pada awalnya, dan akan
menjadi kebiasaan berpendapat jika diterapkan setiap kali berkembang isu hangat
didalam proses belajar.
KELEBIHAN & KEKURANGAN
Kelebihan model
1. Memotivasi siswa untuk aktif menganalisis sebuah kasus sehingga tidak mudah
menentukan sikap dan menyimpulkan tanpa dasar.
2. Memotivasi siswa untuk berdebat secara aktif dan memberi argumen logis dan
rasional, sehingga meningkatkan kemampuan verbal siswa.
3. Mengembangkan keterbukaan dan menghargai perbedaan pendapat
4. Mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa tentang sebuah kasus
5. Banyak isu sosial yang berkembang dalam masyarakat sehingga model ini mudah
diterapkan untuk setiap kompetensi dasar.
Kelemahan model
1. Membutuhkan implementasi yang cukup lama karena perubahan metode
pembelajaran sebelumnya yang tidak menuntut keaktifan siswa.
2. Sulit untuk mengarahkan argumentasi siswa pada awalnya karena tidak semua
siswa mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga tidak menutup kemungkinan
terjadi debat kusir.
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 7
PENUTUP
Simpulan
1. Dibutuhkan wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk menganalisis isu baik
oleh guru maupun siswa
2. Dibutuhkan kreatifitas guru dalam membuat perencanaan dan tindakan dalam kelas
3. Model Penelitian Yurisprudensial memotivasi siswa untuk aktif, berani berdialog,
berpendapat, bersikap, menganalisis sikap, berargumentasi dan menghargai
perbedaan pendapat.
Saran
1. Agar setiap kompetensi dasar dalam ilmu-ilmu sosial selalu mengaplikasikan isu-isu
terkini kedalam pembelajaran di kelas.
2. Agar guru menggunakan model belajar Penelitian Yurisprudensial yang dipadukan
dengan model lain dalam menganalis isu dalam masyarakat dan meninggalkan
model ceramah, agar lebih efektif dalam mencapai tujuan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd
). USA: Prentice-Hall, Inc.
Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 8
Lampiran (Aplikasi model Penelitian Yurisprudensial)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/ Semester : X / 1
Standar Kompetensi : Siswa dapat belajar berpikir secara sistematis mengenai isu-isu
kontemporer
Kompetensi Dasar :
1. Siswa mengidentifikasi isu-isu kontemporer yang memiliki nilai bertabrakan
2. Siswa merumuskan isu-isu kontemporer sebagai pertanyaan kebijakan publik
3. Siswa menganalisis posisi alternatif mereka dan menemukan jalan keluar bagi
persoalan yang dihadapi.
Indikator:
1. Siswa tanggap terhadap isu-isu kontemporer (siswa mengikuti perkembangan
tentang isu kebijakan publik)
2. Siswa memiliki pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai.
3. Siswa memiliki ketrampilan dalam memperjelas dan memecahkan isu
4. Siswa mampu mengambil sikap terhadapat isu publik
5. Siswa mampu menemukan jalan keluar terhadap isu yang sedang dihadapi
Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat mengidentifikasi isu-isu kontemporer yang memiliki nilai
bertabrakan
2. Siswa dapat merumuskan isu-isu kontemporer sebagai pertanyaan
kebijakan publik
3. Siswa dapat menganalisis posisi alternatif mereka dan menemukan jalan
keluar bagi persoalan yang dihadapi.
Materi Ajar
1. Nilai-nilai yang baik dalam kehidupan dan nilai-nilai yang bertentangan
2. Contoh kasus/isu kontemporer yang menjadi sorotan publik
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 9
Model Pembelajran
Penelitian Yurisprudensia
Metode Pembelajaran
Diskusi, tanya jawab
Kegiatan Pembelajaran
A. Pertemuan Pertama
1. Kegiaatan awal
 Mengecek kehadiran siswa
 Mengkondisikan kelas
 Menjelaskan tujuan pembelajaran dan lingkup materi yang akan
dipelajari
 Guru memberikan apresiasi berita tentang kenaikan BBM dan
pendapatan masyarakat atau koruptor dan kemiskinan masyarakat atau
masalah lain yang langsung berkaitan dengan kehidupan sosial siswa.
2. Kegiatan inti
 Guru memperkenalkan kasus dengan mengangkat berita-berita tentang
kebijakan sosial atau memutar film tentang kebijakan social yang tidak
memihak rakyat misalnya tentang isu kenaikan BBM, atau berita-berita
tentang hukum dan keadilan
 Guru meminta pendapat siswa tentang berita tersebut sambil
mengidentifikasi isu-isu tersebut
 Siswa memilih sebuah isu untuk didiskusikan misalnya siswa memilih
tentang kebijakan yang tidak prorakyat misalnya tentang isu kenaikan
BBM
 Siswa diminta untuk mensistesis masalah tersebut dengan
mengaitkannya dengan nilai-nilai keadilan dan pertimbangan lainnya
 Siswa diminta untuk mengambil posisi mengenai isu kenaikan BBM dan
menyatakan sikap menerima atau menolak. Guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan konfrontatif terhadap posisi siswa.
 Siswa diminta mengeksplorasi contoh dan argumentasi yang logis dan
rasional terhadap sikap menolak atau menerima isu kenaikan BBM dan
memberikan pertanyaan yang konfrontatif kepada sikap siswa untuk
menguji konsistensi sikapnya.
 Siswa tetap mempertahankan untuk mendukung atau menolak isu
kenaikan BBM (konsisten) atau akan berubah sikap (inkonsisten) jika
argumen tidak kuat.
 Guru memberikan pertanyaan yang menantang untuk melihat relevansi
argumentasi yang digunakan untuk mendukung sikap mendukung atau
menolak isu kenaikan BBM
BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 10
3. Kegiatan Akhir
 Siswa diminta merangkum semua hal yang berkaitan dengan
Pelajaran
 Guru menyimpulkan materi dan kegiatan pelajaran
 Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Sumber :
 UUD 1945
 KUHP
 Modul
 Majalah atau koran
 Buku paket yang sesuai
2. Bahan :
 CD Film
 Kliping berita
3. Alat :
- Laptop
- LCD
Hasil Penilaian
a. Evaluasi Proses
b. Teknik: tertulis
c. Bentuk instrumen : Essay
d. Instrumen: apakah Isu kenaikan BBM membawa dampak bagi kehidupan
masyarakat?
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Matapelajaran
(…………………………) (...................................)

More Related Content

What's hot

Ekosistem hutan mangrove
Ekosistem hutan mangroveEkosistem hutan mangrove
Ekosistem hutan mangroveamalia
 
10. distribusi ikan
10. distribusi ikan10. distribusi ikan
10. distribusi ikantrisnawahyu
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudafirmanahyuda
 
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu IPengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ICanny Nainggolan
 
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Sansanikhs
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun  Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun ArifFakhrudin5
 
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaEkosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaMardiah Ahmad
 
Sejarah Konservasi Perairan Indonesia
Sejarah Konservasi Perairan IndonesiaSejarah Konservasi Perairan Indonesia
Sejarah Konservasi Perairan IndonesiaLestari Moerdijat
 
Ekologi perairan
Ekologi perairan Ekologi perairan
Ekologi perairan yuliaresh
 
Pesisir 06 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 06 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 06 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 06 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Laporan Ketik MPI Universitas Brawijaya
Laporan Ketik MPI Universitas BrawijayaLaporan Ketik MPI Universitas Brawijaya
Laporan Ketik MPI Universitas BrawijayaDoni Dwi Darsana
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karangDeena dep
 
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPT. SASA
 
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Didi Sadili
 

What's hot (20)

Ekosistem Perairan Menggenang
Ekosistem Perairan MenggenangEkosistem Perairan Menggenang
Ekosistem Perairan Menggenang
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
Ekosistem hutan mangrove
Ekosistem hutan mangroveEkosistem hutan mangrove
Ekosistem hutan mangrove
 
10. distribusi ikan
10. distribusi ikan10. distribusi ikan
10. distribusi ikan
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
Mangrove
MangroveMangrove
Mangrove
 
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu IPengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
 
Domestikasi
DomestikasiDomestikasi
Domestikasi
 
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun  Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaEkosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
 
Sejarah Konservasi Perairan Indonesia
Sejarah Konservasi Perairan IndonesiaSejarah Konservasi Perairan Indonesia
Sejarah Konservasi Perairan Indonesia
 
Ekologi perairan
Ekologi perairan Ekologi perairan
Ekologi perairan
 
Pesisir 06 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 06 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 06 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 06 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Laporan Ketik MPI Universitas Brawijaya
Laporan Ketik MPI Universitas BrawijayaLaporan Ketik MPI Universitas Brawijaya
Laporan Ketik MPI Universitas Brawijaya
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
 
Gillnet(jaring insang)
Gillnet(jaring insang)Gillnet(jaring insang)
Gillnet(jaring insang)
 
Ekosistem pesisir
Ekosistem pesisirEkosistem pesisir
Ekosistem pesisir
 
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
 

Similar to YURISPRUDENSIAL MODEL

Tugas Presentasi Sosiologi
Tugas Presentasi SosiologiTugas Presentasi Sosiologi
Tugas Presentasi Sosiologiplainzahra
 
Tugas kelompok sosiologi x4
Tugas kelompok sosiologi x4Tugas kelompok sosiologi x4
Tugas kelompok sosiologi x4plainzahra
 
Tugas kelompok sosiologi x4
Tugas kelompok sosiologi x4Tugas kelompok sosiologi x4
Tugas kelompok sosiologi x4plainzahra
 
Model pembelajaran jurisprudensial inquiry
Model pembelajaran jurisprudensial inquiryModel pembelajaran jurisprudensial inquiry
Model pembelajaran jurisprudensial inquiryraybaros
 
TUGAS 1_IPS_6.docx
TUGAS 1_IPS_6.docxTUGAS 1_IPS_6.docx
TUGAS 1_IPS_6.docxadecahya10
 
Social Family.pptx
Social Family.pptxSocial Family.pptx
Social Family.pptxRIRINPUJI1
 
Buku yang dikarang oleh jammes a
Buku yang dikarang oleh jammes aBuku yang dikarang oleh jammes a
Buku yang dikarang oleh jammes acitrarafika
 
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pptx
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pptx(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pptx
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pptxEmanuelFernandez43
 
ISD sebagai salah satu mkdu
ISD sebagai salah satu mkduISD sebagai salah satu mkdu
ISD sebagai salah satu mkduMuhammadMalvin
 
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam PembelajaranFitri Yusmaniah
 
Bab2 konsep sosialisasi
Bab2 konsep sosialisasiBab2 konsep sosialisasi
Bab2 konsep sosialisasizuraidanasri
 
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDU
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDUIlmu Sosial Dasar Sebagai MKDU
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDUMuhammadFajar123
 
yaaaaaaaaaaaaa
yaaaaaaaaaaaaayaaaaaaaaaaaaa
yaaaaaaaaaaaaahidayat890
 
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Adelia Hardini
 
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Adelia Hardini
 
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pdf
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pdf(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pdf
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pdfAyudiPermana
 
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hmsK01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hmsJANGAN TENGOK
 

Similar to YURISPRUDENSIAL MODEL (20)

Tugas Presentasi Sosiologi
Tugas Presentasi SosiologiTugas Presentasi Sosiologi
Tugas Presentasi Sosiologi
 
Tugas kelompok sosiologi x4
Tugas kelompok sosiologi x4Tugas kelompok sosiologi x4
Tugas kelompok sosiologi x4
 
Tugas kelompok sosiologi x4
Tugas kelompok sosiologi x4Tugas kelompok sosiologi x4
Tugas kelompok sosiologi x4
 
Model pembelajaran jurisprudensial inquiry
Model pembelajaran jurisprudensial inquiryModel pembelajaran jurisprudensial inquiry
Model pembelajaran jurisprudensial inquiry
 
TUGAS 1_IPS_6.docx
TUGAS 1_IPS_6.docxTUGAS 1_IPS_6.docx
TUGAS 1_IPS_6.docx
 
Social Family.pptx
Social Family.pptxSocial Family.pptx
Social Family.pptx
 
Buku yang dikarang oleh jammes a
Buku yang dikarang oleh jammes aBuku yang dikarang oleh jammes a
Buku yang dikarang oleh jammes a
 
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pptx
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pptx(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pptx
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pptx
 
ISD sebagai salah satu mkdu
ISD sebagai salah satu mkduISD sebagai salah satu mkdu
ISD sebagai salah satu mkdu
 
Bab 1 full
Bab 1 fullBab 1 full
Bab 1 full
 
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Bab2 konsep sosialisasi
Bab2 konsep sosialisasiBab2 konsep sosialisasi
Bab2 konsep sosialisasi
 
Ilmu sosial dasar 1
Ilmu sosial dasar 1Ilmu sosial dasar 1
Ilmu sosial dasar 1
 
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDU
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDUIlmu Sosial Dasar Sebagai MKDU
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDU
 
yaaaaaaaaaaaaa
yaaaaaaaaaaaaayaaaaaaaaaaaaa
yaaaaaaaaaaaaa
 
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
 
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
 
Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT
Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKATSosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT
Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT
 
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pdf
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pdf(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pdf
(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com).pdf
 
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hmsK01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 
Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Artikel paulina jd
Artikel paulina jdArtikel paulina jd
Artikel paulina jd
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 

Recently uploaded

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

YURISPRUDENSIAL MODEL

  • 1. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 1 MODEL PEMBELAJARAN PENELITIAN YURISPRUDENSIAL Initiators : Donald Oliver & James P. Shaver https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/ PENDAHULUAN Keberagaman dalam masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya menuntut setiap anggota masyarakat untuk hidup berdampingan dan saling menghargai keberbedaan baik dalam masalah yang berhubungan dengan intelektual maupun emosional. Perbedaan pandangan dalam anggota masyarakat terhadap sebuah isu yang berkembang dipengaruhi antara lain oleh pendidikan, cara berpikir, budaya dan kepentingan masing-masing individu. Perbedaan ini harus disikapi dengan baik oleh masing-masing anggota masyarakat tanpa harus memaksakan sikapnya kepada orang lain. Didalam masyarakat yang demokratis terdapat beragam posisi dengan menghargai isu dan kelompok yang mendukung posisi tersebut sehingga dituntut untuk bernegosiasi. Sebuah kemajemukan merupakan hal penting dalam sebuah masyarakat bebas dan berimplikasi pada perbedaan dalam masyarakat dan sub-sub masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain dan memperbesar komunikasi diantara mereka. Komunikasi yang baik dapat terjalin antara anggota masyarakat, jika anggota masyarakat mampu mengambil sikap disertai argumentasi yang rasional dan logis sehingga mampu mempertahankan konsistensi sikap yang diambil. Model pembelajaran Yurisprudensial dipelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver dari Harvard yang didasari pada pemahaman bahwa setiap orang berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain dengan nilai sosial saling berhadapan. Untuk memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh perbedaan pandangan masyarakat, setiap anggota masyarakat dituntut untuk mampu berbicara dan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan. Pendidikan harus mampu menghasilkan individu yang mampu mengatasi konflik perbedaan dalam berbagai hal. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar berpikir sistematis tentang isu-isu kontemporer dalam masyarakat. Dengan menganalisis dan mendiskusikan isu-isu sosial membantu siswa berpartisipasi dalam mendefinisikan ulang nilai-nilai sosial tersebut, sehingga siswa peka terhadap permasalahan sosial, berani mengambil sikap, mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid. Siswa juga dituntut bisa menerima atau menghargai sikap orang lain yang mungkin berbeda dan bertentangan dengan sikapnya. Sebelum mengambil sikap siswa harus mempunyai pengetahuan dibidang sejarah, sosiologi, ekonomi dan politik. Sehingga bidang kajian yang tepat untuk model pembelajaran Penelitian Yurisprudensial adalah konflik rasial, etnis, ideologi, keagamaan, keamanan, konflik antar golongan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan keamanan nasional.
  • 2. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 2 SKENARIO PEMBELAJARAN Mrs. Giarreto seorang guru mata pelajaran Kewarganegaraan, pada kelas senior,sedang menguji kasus termutakhir pada pengadilan tinggi AS. Pada suatu pagi, sala satu siswa membawa artikel dari New York Times yang membahas tentang kasus Bakke (kasus ini berkaitan dengan izin masuk atau pendaftaran masuk pada institusi pendidikan Tinggi. Bakke beranggapan bahwa preferensi khusus yang diberikan kepada calon-calon mahasiswa dari kelompok minoritas merupakan sebuah diskriminasi pada mereka). Secara pribadi kasus ini benar-benar menggangguku, “komentar Tommy”, kamu tahu bahwa beberapa diantara kita sedang berjuang untuk masuk universitas, dan nilaiku tidaklah tinggi, ya setidaknya itulah yang aku lihat, walaupun hal yang terpenting adalah bahwa prestasi sesunggunya sangat tergantung pada bagaiman saya dipandang, jika saya dipandang sebagai seorang yang tidak dikenal, maka nilaiku akan ditentukan oleh mereka. Dan sebaliknya dibeberapa universitas, jika mereka ingin menambah jumlah wanita pada sekolah itu maka skors/nilainya akan dibuat lebih tinggi. Dalam beberapa tempat lain skorsnya akan dibuat lebih rendah karena saya tidak termasuk dalam kelompok minoritas. “tunggu sebentar, kata seorang siswa lain. Kasus Bekke hanya melibatkan mahasiswa hokum. Apakah kasus ini berimbas pada penerimaan mahasiswa yang belum memiliki gelar? Kamu bertaruh begitu” kata seorang yang berkulit hitam, kita sudah tidak diterima oleh universitas-universitas swasta selama beberapa tahun, Apakah fakultas kedokteran melakukan hal ini juga, Tanya yang lain. Apakah mereka member kesempatan masuk kepada siswa yang tidak qualified? Ok, tunggu dulu, ucap seorang kepada temannya, hanya karena beberapa kelompok diberi break (pemutusan), tidak berarti bahwa mereka tidak kualified. Ya, lalu apa maksudnya cerita mengenai skor ujian? Tanya yang lain Ok, ok, mrs Gearretto, Masalah ini akan menjadi kasus yang rumit, saya kira lebih baik kita memilih dan mengkhususkan isu publik yang akan kita ekspolorasi dan melihat di mana sebenarnya posisi kita. Baik, bagaimana kita memulainya? Sahut miquel. Saya pikir kita harus mulai mengumpulkan beberapa informasi, satu kelompok, misalnya, mencari abstrasi mengenai kasus tersebut untuk mengetahui bagaimana masalah ini diperdebatkan dalam pengadilanpengadilan tingkat rendah. Kalian bias pergi ke perpustakaan fakultas hokum, dan saya akan menghubungi pustakawan untuk memandu kalian di sana. Lalu kelompok lainnya mengumpulkan surat kabar yang meliput berita tersebut sejak kasus itu pertama muncul ke permukaan publik. Kelompok ketiga dapat mengumpulkan editorial dari masing surat kabar. Dan saya rasa akan llebih baik jika kelompok keempat mewancara konselor/penasehat untuk mendapatkan informasi mengenai
  • 3. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 3 perizinan atau pendaftaran masuk universitas. Kelompok lainnya mungkin bias menyusun rencana untuk menemui pegawai universitas untuk mengetahui bagaimana mereka menangani skor. Adda yang punya pendapat lain? Ya.. kata Sally, Apakah semua orang yang menjual ujian adalah objek wawancara yang representatif? Ide yang bagus, Jawab Mrs. Giarreto, Ok sekarang bergabunglah dalam beberapa kelompok untuk memulai menelusuri fakta tersebut. Lalu masing-masing kelompok bisa mengambil bahan yang telah terkumpul, dan mulai mengidentifikasi beberapa isu. Kita akan melanjutkan proses ini dengan mengidentifikasi nilai dan setiap pertanyaan mendasar mengenai isu tersebut. Pada akhirnya kita dapat melihat implikasi tersebut dan mencoba memunculkan sebuah pertanyaan tentang posisi kita sebagai individu bahkan jika meungkinkan , sebagai anggota sebuah kelompok. Untuk kelas senior pendidikan kewarganegaraan di sekolah tinggi Mervyn Park, diskusi ini mulai mengarah pada penelitian hukum. Mrs Giarreto mengekspos beberapa isu publik yang paling terkemuka kepada siswa dan memberikan sebuah kerangka kerja untuk penelitian hukum. ORIENTASI MODEL Tujuan dan Asusmsi Oliver dan Shaver menggagas gaya penelitian hukum untuk membatu siswa belajar berpikir secara sistematis mengenai isu-isu kontemporer. Model ini mengharuskan siswa merumuskan isu-isu tersebut sebagai pertanyaan kebijakan publik dan menganalisis posisi alternative mereka dan menemukan jalan keluar bagi persoalan yang dihadapi. Pada intinya model ini merupakan model tingkat tinggi materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Untuk memainkan peran sebagai peneliti, seorang siswa diharapkan memiliki tiga kompetensi dasar yakni: pertama, pengetahuan yang mendalam mengenai nilai-nilai. Nilai tersebut diantaranya adalah : nilai-nilai politik dan sosial seperti kebebasan pribadi, keadilan dan kesetaraan, jika kebijakannya berasal dari pertimbangan etika, seseorang haruslah sadar dan mengerti nilai-nilai kunci yang membentuk inti system masyarakat. Kompetensi kedua adalah: ketrampilan dalam memperjelas dan memecahkan isu Biasanya sebuah kontroversi muncul karena ada dua nilai penting yang bertentangan atau karena stelah ditelusuri, kebijakan publik tidaklah mengena pada nilai inti yang ada dalam masyarakat. Kompetensi yang ketiga adalah pengetahuan yang cukup memadai isu politik atau publik kontemporer, yang mengharuskan siswa untuk mengekspos titik inti permasalahan sosial, politik ekonomi yang tengah dihadapi. Walaupun pemahaman mengenai sejarah alam dan cakupan mengenai masalah-masalah ini sangat penting, namun dalam model penelitian hukum, siswa hanya menelusuri isu dalam lingkup kasus hukum tertentu dari pada sebuah nilai secara umum.
  • 4. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 4 Tulisan oliver dan shaver meliputi beberapa gagasan yakni, mereka menyajikan suatu model masyarakat, konsepsi nilai, dan konsepsi dialog yang produktif. Model yang dikembangkan oleh oliver dan shaver juga memungkinkan kita memperluas data beberapa model pembelajaran. Namun saat ini strategi yang cukup mewakili pemikiran mereka secara keseluruhan adalah sebuah model yang bisa membangun dan tetap produktif ditengah area konflik atau model diskusi sokratik. Dalam dialog sokratik siswa memiliki peran tertentu dan guru pun menantang peran tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan guru harus diatur sedemikian rupa untuk merangsang pikiran siswa atau jawaban siswa bisa menggambarkan sikap mereka. STRUKTUR Model dasar penelitian ini meliputi enam tahap yakni: Tahap pertama, guru mengarahkan siswa pada kasus dengan memperkenalkan materi- materi kasus pada siswa dengan membacakan sebuah cerita atau narasi sejarah atau memutar film dokumenter yang melukiskan adanya dua nilai yang bertabarakan, atau mendiskusikan sebuah kejadian dalam kehidupan siswa, misalnya di sekolah, masyarakat atau negara. Dan langkah kedua pada tahap ini adalah mengarahkan siswa pada kasus untuk bisa meninjau fakta dengan cara merangkum kejadian-kejadian dalam kasus tersebut, menganalisis siapa yang melakukan, apa yang dilakukan, bagaimana cara melakukannya atau memeragakan kontroversi. Pada tahap kedua, setelah siswa diarahkan pada kasus, siswa mulai mengidentifikasi isu, dengan membuat sintesis antara fakta-fakta dengan isu-isu kebijakan publik, mencirikan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya (misalnya kebebasa pendapat, perlindungan kesejateraan umum, otonomi daeran dan kesempatan yang setara), serta mengidentifikasi konflik antara dua atau beberapa nilai, siswa juga perlu mengenali fakta dasar dan permasalahan seputar defenisi. Dalam langkah pertama tahap kedua ini siswa tidak diminta untuk mengungkapkan opini atau menegaskan posisinya. Pada tahap ketiga, siswa diminta untuk memilih posisinya dengan mengartikulasikan posisinya terhadap isu dan menjelaskan dasar-dasar alasan mengapa ia memilih posisi yang demkian. Dalam kasus finansial sekolah, misalkan seorang siswa mungkin akan berpendapat bahwa negara seharusnya tidak melegalisasi anggaran yang akan dikeluarkan sekolah kecamatan untuk siswa-siswanya karena hal ini merupakan sebuah kekerasan yang bertentangan dengan otonomi daerah. Pada tahap keempat, posisi yang diambil oleh siswa kemudian diekspolorasi, saat ini guru mengalihkan perhatian pada pada sebuah gaya konfrontasi untuk mengetahui posisi masing-masing siswa. Dalam model diskusi sokratik, guru atau siswa bisa mengungkapkan salah satu dari beberap bentuk argumentasi berikut: 1. Meminta para siswa mengenali dan mengidentifikasi poin-poin yang melanggar nilai- nilai 2. Memperjelas nilai yang bertabrakan melalui analogi atau gambaran
  • 5. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 5 3. Meminta siswa membuktkan konsekkuensi yang diinginkan serta tidak diinginkan dalam posisi yang diambil 4. Meminta siswa mengatur prioritas nilai: membantu membuat satu prioritas satu nilai dengan nilai lain serta memaparkan kekurangan atau tiadanya pelanggaran besar dalam nilai tersebut Pada tahap kelima adalah menegaskan dan mengkualifikasi posisi, dimana siswa menegaskan posisinya serta alasan memilih posisi tersebut, menguji beberapa situasi yang sama. Sering tahap ini sering berjalan secara alamiah dari dialog pada tahap keempat, namun terkadang guru harus mendorong siswa untuk kembali menegaskan posisi mereka. Pada terakhir (keenam), menguji kembali assumsi faktual di balik posisi yang sudah kualified, dan menentukan apakah posisi tersebut relevan atau tidak. Kemudian siswa dapat menntukan konsekuensi yang diperkirakan serta menguji validitas faktualnya (apakah benar- benar akan terjadi?). SISTEM SOSIAL Kerangka kerja Yurisprudensial dibangun dengan asumsi akan ada dialog hangat, membuat situasi lebih demokratis dengan pandangan kritis masing-masing dan pemikiran yang setara dan juga subjek sama-sama teliti. Iklim sosial akan terjadi untuk analisis kritis terhadap nilai yang hanya mungkin terbuka. Disinilah peran guru untuk menekankan/mengontrol jalannya diskusi. Dengan demikian atmosfir keterbukaan akan lebih nampak di antara sesama anggota kelompok. PRINSIP REAKSI Guru menjamin iklim intelektual dalam diskusi sehingga semua pandangan yang diungkapkan siswa dihormati oleh siswa lain. Guru memelihara atau mempertahankan kekuatan intelektual dalam debat secara kontinu yang menekankan pada enam langkah kerangka Yurisprudensial. SISTEM PENDUKUNG Dua jenis pendukung diperlukan dalam model pembelajaran Yurisprudensial. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi informasi yang difokuskan pada situasi masalah. Akses lain (internet) mengkondisikan siswa belajar nilai dan memiliki identifikasi etika dan posisi hukum yang dapat dibawa untuk mendukung dalam diskusi. DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING Model pembelajaran Yurisprudensial dirancang untuk mengajarkan secara langsung, komitmen terhadap peranan orang lain dan kemampuan untuk berdialog. Mempunyai kemampuan menganalisis isu-isu sosial, dan kompmtensi dalam dialog- dialog social. Sedangkan dampak pengiringnya adalah melalui model Yurisprudensial, pebelajar dapat memiliki rasa empati atau menghargai pluralisme, memahami fakta- fakta tentang masalah-masalah sosial dan kemampuan berpartisipasi dan kesediaan untuk melakukan tindakan sosial.
  • 6. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 6 ANALISIS KRITIS Model Penelitian Yurisprudensial menuntut guru agar kreatif dan inovatif terhadap isu yang berkembang dalam masyarakat dan mengkaitkannya kedalam proses belajar. Seorang guru harus menggali wawasan yang cukup dan mengambil posisi terlebih dahulu dengan argumentasi yang cukup. Pada saat dikelas dia akan mudah memberikan pertanyaan konfrontatif begitu posisi siswa telah ditetapkan. Seorang guru seharusnya mempersiapkan pertanyaan konfrontatif sesuai dengan isu yang akan didialogkan dalam kelas sehingga dialog terjadi secara alami dan tidak terkesan kaku. Strategi belajar ini menuntut dialog interaktif antara guru dengan siswa untuk mengeksplorasi ranah publik yang kontroversial, sehingga dimungkinkan terjadi dialog hangat yang bisa mengarah ke debat kusir. Disinilah peran guru dituntut untuk mengembangkan iklim intelektual dalam debat. Untuk mengubah model pembelajaran dari ceramah yang tidak menuntut keaktifan siswa ke model Yurisprudensial yang menuntut siswa aktif, akan menyulitkan guru pada awalnya karena tidak biasa dalam menyusun persiapan dan tindakan di kelas. Siswa juga sulit mengutarakan pendapat pada awalnya, dan akan menjadi kebiasaan berpendapat jika diterapkan setiap kali berkembang isu hangat didalam proses belajar. KELEBIHAN & KEKURANGAN Kelebihan model 1. Memotivasi siswa untuk aktif menganalisis sebuah kasus sehingga tidak mudah menentukan sikap dan menyimpulkan tanpa dasar. 2. Memotivasi siswa untuk berdebat secara aktif dan memberi argumen logis dan rasional, sehingga meningkatkan kemampuan verbal siswa. 3. Mengembangkan keterbukaan dan menghargai perbedaan pendapat 4. Mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa tentang sebuah kasus 5. Banyak isu sosial yang berkembang dalam masyarakat sehingga model ini mudah diterapkan untuk setiap kompetensi dasar. Kelemahan model 1. Membutuhkan implementasi yang cukup lama karena perubahan metode pembelajaran sebelumnya yang tidak menuntut keaktifan siswa. 2. Sulit untuk mengarahkan argumentasi siswa pada awalnya karena tidak semua siswa mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi debat kusir.
  • 7. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 7 PENUTUP Simpulan 1. Dibutuhkan wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk menganalisis isu baik oleh guru maupun siswa 2. Dibutuhkan kreatifitas guru dalam membuat perencanaan dan tindakan dalam kelas 3. Model Penelitian Yurisprudensial memotivasi siswa untuk aktif, berani berdialog, berpendapat, bersikap, menganalisis sikap, berargumentasi dan menghargai perbedaan pendapat. Saran 1. Agar setiap kompetensi dasar dalam ilmu-ilmu sosial selalu mengaplikasikan isu-isu terkini kedalam pembelajaran di kelas. 2. Agar guru menggunakan model belajar Penelitian Yurisprudensial yang dipadukan dengan model lain dalam menganalis isu dalam masyarakat dan meninggalkan model ceramah, agar lebih efektif dalam mencapai tujuan belajar. DAFTAR PUSTAKA Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd ). USA: Prentice-Hall, Inc. Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
  • 8. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 8 Lampiran (Aplikasi model Penelitian Yurisprudensial) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/ Semester : X / 1 Standar Kompetensi : Siswa dapat belajar berpikir secara sistematis mengenai isu-isu kontemporer Kompetensi Dasar : 1. Siswa mengidentifikasi isu-isu kontemporer yang memiliki nilai bertabrakan 2. Siswa merumuskan isu-isu kontemporer sebagai pertanyaan kebijakan publik 3. Siswa menganalisis posisi alternatif mereka dan menemukan jalan keluar bagi persoalan yang dihadapi. Indikator: 1. Siswa tanggap terhadap isu-isu kontemporer (siswa mengikuti perkembangan tentang isu kebijakan publik) 2. Siswa memiliki pengetahuan yang mendalam tentang nilai-nilai. 3. Siswa memiliki ketrampilan dalam memperjelas dan memecahkan isu 4. Siswa mampu mengambil sikap terhadapat isu publik 5. Siswa mampu menemukan jalan keluar terhadap isu yang sedang dihadapi Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran diharapkan: 1. Siswa dapat mengidentifikasi isu-isu kontemporer yang memiliki nilai bertabrakan 2. Siswa dapat merumuskan isu-isu kontemporer sebagai pertanyaan kebijakan publik 3. Siswa dapat menganalisis posisi alternatif mereka dan menemukan jalan keluar bagi persoalan yang dihadapi. Materi Ajar 1. Nilai-nilai yang baik dalam kehidupan dan nilai-nilai yang bertentangan 2. Contoh kasus/isu kontemporer yang menjadi sorotan publik
  • 9. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 9 Model Pembelajran Penelitian Yurisprudensia Metode Pembelajaran Diskusi, tanya jawab Kegiatan Pembelajaran A. Pertemuan Pertama 1. Kegiaatan awal  Mengecek kehadiran siswa  Mengkondisikan kelas  Menjelaskan tujuan pembelajaran dan lingkup materi yang akan dipelajari  Guru memberikan apresiasi berita tentang kenaikan BBM dan pendapatan masyarakat atau koruptor dan kemiskinan masyarakat atau masalah lain yang langsung berkaitan dengan kehidupan sosial siswa. 2. Kegiatan inti  Guru memperkenalkan kasus dengan mengangkat berita-berita tentang kebijakan sosial atau memutar film tentang kebijakan social yang tidak memihak rakyat misalnya tentang isu kenaikan BBM, atau berita-berita tentang hukum dan keadilan  Guru meminta pendapat siswa tentang berita tersebut sambil mengidentifikasi isu-isu tersebut  Siswa memilih sebuah isu untuk didiskusikan misalnya siswa memilih tentang kebijakan yang tidak prorakyat misalnya tentang isu kenaikan BBM  Siswa diminta untuk mensistesis masalah tersebut dengan mengaitkannya dengan nilai-nilai keadilan dan pertimbangan lainnya  Siswa diminta untuk mengambil posisi mengenai isu kenaikan BBM dan menyatakan sikap menerima atau menolak. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan konfrontatif terhadap posisi siswa.  Siswa diminta mengeksplorasi contoh dan argumentasi yang logis dan rasional terhadap sikap menolak atau menerima isu kenaikan BBM dan memberikan pertanyaan yang konfrontatif kepada sikap siswa untuk menguji konsistensi sikapnya.  Siswa tetap mempertahankan untuk mendukung atau menolak isu kenaikan BBM (konsisten) atau akan berubah sikap (inkonsisten) jika argumen tidak kuat.  Guru memberikan pertanyaan yang menantang untuk melihat relevansi argumentasi yang digunakan untuk mendukung sikap mendukung atau menolak isu kenaikan BBM
  • 10. BAHRUR ROSYIDI | YURISPRUDENSIAL 10 3. Kegiatan Akhir  Siswa diminta merangkum semua hal yang berkaitan dengan Pelajaran  Guru menyimpulkan materi dan kegiatan pelajaran  Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah Alat dan Sumber Pembelajaran 1. Sumber :  UUD 1945  KUHP  Modul  Majalah atau koran  Buku paket yang sesuai 2. Bahan :  CD Film  Kliping berita 3. Alat : - Laptop - LCD Hasil Penilaian a. Evaluasi Proses b. Teknik: tertulis c. Bentuk instrumen : Essay d. Instrumen: apakah Isu kenaikan BBM membawa dampak bagi kehidupan masyarakat? Mengetahui, Kepala Sekolah Guru Matapelajaran (…………………………) (...................................)